• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berba"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode penganggaran yang digunakan adalah metoda tradisional atau item line budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal. Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan dengan hasil dari pelayanan.

Anggaran berbasis kinerja adalah sistem yang menekankan pada keterkaitan antara pendanaan dengan hasil-hasil yang dicapai. Anggaran berbasis kinerja disusun berdasarkan UU No 17 tahun 2003 pasal 19 ayat 1. Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapakan.1[4]

Anggaran berbasis Kinerja:

1. Anggaran disusun berdasarkan pertimbangan anggaran kerja dan unit cost setiap kegiatan.

2. Menitik beratkan pada aspek manajemen stategis dalam rangka efektifitas dan efisiensi yang dihasilkan dari input tertentu.

3. Orientasi tidak hanya output tetapi juga outcomes, benefit dan dampak. 4. Tujuan telah ditetapkan lebih dahulu.

Untuk mengukur efektifitas kerja suatu organisasi perlu dilakukan pengukuran atas pencapaian pelaksanaan kegiatan/program dan kebijakan yang dilaksanakan. Indikator pengukuran kinerja:

1. Pengukuran kinerja berbasis Penilaian kemajuan organisasi

Dilakukan melalui tujuan yang telah ditetapkan, visi , misi dan program serta kebijakan organisasi. Penentuan visi, misi, tujuan, sasaran, dan target merupakan tahap pertama yang harus ditetapkan suatu organisasi dan menjadi tujuan tertinggi yang hendak dicapai sehingga setiap indikator kinerja harus dikaitkan dengan komponen tersebut. Oleh karena itu, penentuan komponen-komponen tidak hanya ditentukan oleh pemerintah tetapi juga mengikutsertakan masyarakat sehingga dapat diperoleh informasi mengenai kebutuhan publik.

2. Pengukuran kinerja berbasis anggaran.

Pengukuran dilakukan melalui penilaian selisih antara anggaran dengan realisasinya. Teknik tersebut dikenal dengan analisis selisih anggaran(analysis of budget variance). Jika selisih terjadi menunjukkan aktual yang lebih kecil daripada jumlah pengeluaran yang ditetapkan dalam anggaran (underspending) maka berarti kinerja sebuah satuan kerja adalah baik. Jika dalam pelaksanaan anggaran mengalami perubahan maka yang dijadikan tolak ukur adalah anggaran setelah mengalami perubahan(Mahsun ,2006). Contohnya adalah dalam menganalisa anggaran berbasis kinerja pada sebuah dinas pendidikan. Maka aspek yang dilihat adalah indikator kinerja dan indikator pencapaian organisasi. Anggaran berbasis kinerja merupakan anggaran yang penyusunannya menggunakan pendekatan “bottom-up budgeting”. Anggaran merupakan komitmen antara pimpinan dengan pelaksana. Dengan demikian, anggaran berbasis kinerja ini dapat memacu pelaksana untuk beraktivitas secara optimal dan atau berperilaku sebagaimana yang diharapkan. Proses perencanaan anggaran dalam sistem anggaran berbasis kinerja dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu penjaringan aspirasi masyarakat dan perencanaan strategis. Sistem anggaran baru memberikan desentralisasi urusan anggaran daerah dan menggunakan pendekatan manajemen yang terpadu. Sistem anggaran ini memungkinkan semua unsur dalam sistem kemasyarakatan di daerah terlibat dalam menentukan arah

(2)

pembangunan sehingga pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan riil masyarakat serta terintegrasi antarpihak terkait.

Ahmeth. 2010 . Kebijakan Fiskal. Diunduh pada http://adie-wongindonesia.blogspot.com /2010 /02/kebijakan-fiskal.html' tanggal 5 Juni 2010, jam 20.00 WIB.

Ajeng. 2007. Korupsi Sebuah Endemik Bangsa yang besar ini. Diunduh pada "http://ajeng-tita.blog.friendster.com/2006/11/untuk-dipikirkan-bersama/"> tanggal 5 Juni 2010, jam 20.00 WIB.

Basuki. 2007. “Pengelolaan Keuangan Daerah”. Yogyakarta : Kreasi Wacana.

Brata, Atep Adya dan Trihartanto dan Bambang. 2004. ”Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah”. Jakarta: Alex Media Kompotindo.

Durachman. 2005. Analisis Proses Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja Di Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gajahmada. Tidak Diterbitkan

Fatimah. 2009. Analisiss kebijakan Belanja dan kinerja pelayanan dinas pendidikan dan kesehatan kota Payakumbuh. Tesis . ProgramPasca Sarjana Unand. Tidak diterbitkan.

Subiyantoro, Heru dan Riphat Singgih. 2004. “Kebijakan fiskal. Pemikiran , konsep dan implementasi.” Jakarta : Kompas Media. 2004.

Soedibyo, Bambang .2001. Stabilisasi dan harmonisasi perekonomian Indonesia. Kompas, jumat 8 juni 2001 hal 4. Diunduh pada “http://kompas.com/ Stabilisasi dan harmonisasi perekonomian Indonesia” ,tanggal 5 Juni 2010, jam 20.00 WIB

Yenida. 2007. Analisis pengaruh desentralisasi fiskal terhadap belanja pelayanan daerah di Kabupaten/kota Propinsi Sumatera Barat. Tesis. Program Pasca Sarjana UNAND. Tidak diterbitkan.

Waluyo, Joko. 2007. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Ketimpangan Pendapatan Antardaerah Di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta. Tidak diterbitkan.

Ahmad, Afridian. 2008. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Outcomes Bidang Kesehatan: Studi Empiris di Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Barat. Tesis. Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang. Tidak diterbitkan.

Pemerintah Gorontalo. 2009. Anggaran Berbasis Kinerja (Bagian II - Akhir). Diunduh pada "http://dppkad.gorontalokab. go.id/images/gorontalo.ico" /> tanggal 5 Juni 2010, jam 20.00 WIB

2[1] Subdiyanto, Heru dan Riphat, Singggit. 2004.Kebijakan fiskal. Pemikiran , konsep dan implementasi.”Jakarta : Kompas Media. Hal:56

3[2] Brata, Atep Adya dan Trihartanto dan Bambang. 2004. ”Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah”. Jakarta: Alex Media Kompotindo. Hal : 19.

4[3] Bambang Suprasto H. 2006. Buletin Studi Ekonomi . “Peluang Dan Tantangan Implementasi

Anggaran Berbasis Kinerja.” Volume 11 Nomor 3 Tahun 2006.

2

3

(3)

5[4]Tesis. Fatimah. 2009. Analisiss kebijakan Belanja dan kinerja pelayanan dinas pendidikan dan kesehatan kota

Payakumbuh.

Referensi

Dokumen terkait

perhitungan dengan menggunakan 3 metode, maka diperoleh hasil bahwa harga saham AISA setelah dilakukan perhitungan berada dalam kondisi overvalued, harga saham

“Penelitian deskriptif adalah penelitian tujuannya untuk memperoleh deskripsi atau gambaran tentang karakteristik tertentu (variabel tertentu) dari suatu subjek yang

Insidensi tumor pada kelompok perlakuan ekstrak dosis 250 mg/kg BB mencapai 4/10 dalam waktu 16 minggu, artinya hanya 4 ekor tikus yang terkena tumor mamae (n=10).. Adapun

untuk mengejar tujuan mereka. Target yang dituju dalam teori ini adalah dua komponen yaitu motivasi otonom dan persepsi terhadap kompetensi. Seseorang termotivasi secara

Penyusunan anggaran oleh perusahaan selama ini hanya didasarkan pada data-ata historis yang telah ada. Dalam menyusun anggaran penjualan perusahaan hanya dilakukan

Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa dalam penyusunan suatu anggaran perlu melibatkan manajemen pada level yang lebih rendah sehingga partisipasi anggaran dapat dinilai

bidang akuntansi dan aset yang juga memiliki anggaran guna kelancaran jalannya kegiatan. Namun, anggaran yang disediakan untuk kegiatan penyusunan RKBMD berupa anggaran

Penggunaan bubu lipat dengan tipe funnel berbeda, dapat ditentukan perbedaan pengaruhnya terhadap panjang karapas hasil tangkapan utama (lobster), dengan menggunakan