• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekilas Pandang Tentang Al Quran dan Pen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sekilas Pandang Tentang Al Quran dan Pen"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TABRANI. ZA www.tabraniza.com

www.tabraniza.com

About Education Zone

Philosophical Thought on Education Zone oriented not only to formal education, but education is oriented to all aspects of education through which human life from birth until the end. Education is an attempt to empower, develop and humanize, education oriented to the formation of character, faith, and faith. Oriented education to the process of changing attitudes, capabilities and process development as well as the potential increase in the quality of human life, thereby producing learners who have the intellectual and noble spirit. We believe in constantly learning and taking bold actions that create lasting, systemic change within public education. We value all dimensions of diversity and seek to model the fairness and justice that we want to see in the world.

Title

Sekilas Pandang Tentang Al-Qur’an dan Pendidikan Islam

Humanisme

Author

Tabrani. ZA

Categories

Agama, Sosial dan Budaya

Configuration Article

Publish Date

October 10, 2016

(2)

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 1 SEKILAS PANDANG TENTANG AL-QUR`AN DAN PENDIDIKAN HUMANISME

TABRANI. ZA

Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah Indonesia Peneliti pada SCAD Independent

Pendidikan dan pembelajaran di sekolah selama ini dinilai kurang demokratis. Kurangnya ruang bagi peserta didik untuk berimajinasi dan berkreasi menunjukkan eksistensinya dengan perspektif mereka sendiri menunjukkan hal itu. Padahal, kreativitas dan kemampuan berpikir kritis merupakan kecakapan yang menjadi modal anak agar mampu menghadapi tantangan dan lebih kompetitif .

Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini belum optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan kekacauan-kekacauan yang muncul di masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya paling besar memberikan kontribusi terhadap kekacauan ini. Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar atau humanism pendidikan. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang dibutuhkan anak didik adalah kenyataan. Sadar bahwa anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira. Education as sosial funcional menekankan bahwa pendidikan sebagai alat untuk memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa. Pendidikan mempunyai peran strategis sebagai sarana human resources dan human investment. Artinya, pendidikan selain bertujuan menumbuhkembangkan kehidupan yang lebih baik, juga telah ikut mewarnai dan menjadi landasan moral dan etik dalam proses pemberdayaan jati diri bangsa. Berangkat dari arti penting pendidikan ini, maka wajar jika hakekat pendidikan merupakan proses humanisasi.

Humanisasi bagi Malik Fadjar berimplikasi pada proses kependidikan dengan orientasi pengembangan aspek-aspek kemanusiaan manusia, yakni aspek fisik-biologis dan ruhaniah-psikologis. Aspek rohaniah-psikologis inilah yang dicoba didewasakan dan di-insan kamil-kan melalui pendidikan sebagai elemen yang berpretensi positif dalam pembangunan kehidupan yang berkeadaban. Dari pemikiran ini, maka pendidikan merupakan tindakan sadar dengan tujuan memelihara dan mngembangkan fitrah serta potensi (sumber daya) insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil).

(3)

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 2

Islam memberikan landasan bahwa pendidikan merupakan aktivitas sepanjang hayat. (long life education). Sebagaimana Hadist Nabi tentang menuntut ilmu dari sejak buaian ibu sampai liang kubur). Kelima, kontruksi pendidikan menurut Islam bersifat dialogis, inovatif dan terbuka dalam menerima ilmu pengetahuan baik dari Timur maupun Barat. Itulah sebabnya Nabi Muhammad SAW tidak alergi untuk memerintahkan umatnya menuntut ilmu walau ke negeri Cina.

Kesadaran akan pentingnya pendidikan dengan landasan konseptual-normatif inilah yang menyebabkan warisan khazanah intelektual Islam sejak zaman Nabi hingga abad pertengahan mencapai kejayaan global. Fajrul Islam, meminjam istilah yang dipakai Abdurrahman Mas’ud untuk menggambarkan kondisi kejayaan Islam yang disinyalir terjadi antara abad 7-11 M dengan figur Muhammad SAW sebagai modelling mampu merubah karakteristik ‘jahiliyyah’ Arab menuju masyarakat yang berbudaya. Menurut Fazlurrahman, prestasi besar peradaban Islam saat itu merupakan keberhasilan yang ditopang pengembangkan penalaran yang luar biasa. Dalam Fase ini, orisinilitas ajaran Islam benar-benar telah menjadi ilham bagi transmisi keilmuan di kalangan umat Islam dalam bentuk kerja-kerja empiris bagi perkembangan peradaban Islam, sehingga Islam secara normatif benar-benar menjadi teologi pembebasan (liberating) dan pencerdasan umat (civilizing).

Munculnya berbagai lembaga pendidikan berkaliber internasional dan banyaknya ilmuwan yang tidak hanya mahir dibidang teologi tetapi juga tangguh dalam sains dan teknologi merupakan bukti kehebatan yang ditoreh umat Islam pada era ini. Prestasi besar Islam era inilah yang membuat orang seperti Mehdi Nakosteen, dalam ‘History of Islamic Origin of Western Education, Philip K. Hitti dalam The Arab: A. Short History dan Montgory Watt dalam The Influence of The Islam dan Islamic Spain mengaku bahwa di abad pertengahan, peradaban Islam telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam bidang pendidikan kepada dunia barat. Namun Kontruksi spektakuler Islam masa lalu tersebut dalam perkembangan selanjutnya tidak mampu dipertahankan umat Islam. Fase ini semakin nampak ketika tahun 1258 M, Hulago Khan dari Mongolia menghancurkan Baghdad dan Granada sebagai Pusat Peradaban dan Kebudayaan Islam yang berlanjut pada imperialisme Barat atas negara-negara Islam. Pergulatannya dengan dunia barat bukanlah satu-satunya faktor penyebab kemunduran yang menjadikan umat gagap dalam menghadapi perkembangan ilmu pengatahuan dan teknologi yang telah beralih ke barat, tetapi ada faktor yang lebih serius dari internal umat Islam, seperti degradasi moral, pragmatis, hedonis, dan sekuler.

(4)

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 3

disebabkan beberapa hal antara lain; kemunduran umat (the backwardness of the ummah), kelemahan umat (the weakness of the ummah), stagnasi pemikiran umat (the intelectual stagnation of the ummah), absennya ijtihad umat (the absence of ijtihad in the ummah),absennya kemajuan kultural ummat (the absence of cultural progress in the ummah), tercerabutnya umat dari norma-norma dasar peradaban Islam (the ummah losing touch with the basic norm of islamic civilization). Menurut Ali Ashraf, model pendidikan dengan tekanan pada transfer ilmu dan keahlian daripada pembangunan moralitas akan memunculkan sikap individualistis, skeptis, enggan menerima hal-hal non-observasional dan sikap menjauhi nilai-nilai Ilahiyah yang bernuansa kemanusiaan.

Akibat lebih jauh, model pendidikan ini akan menghasilkan manusia mekanistik yang mengabaikan penghargaan kemanusiaan yang jauh dari nilai imajinatif, kreatif dan kultural. Kenyataan inilah yang menyebabkan kearifan, kecerdasan spiritual, kesadaran manusia terhadap makna hidup, lingkungan sosial dan alamnya menjadi gagal tumbuh dan akhirnya akan mati dan menciptakan ketegangan kemanusian seperti demen konflik dan perang, krisis nilai etis, dislokasi, alienasi, kekosongan nilai rohaniah dan sebagainya. Untuk itu, pendidikan Islam harus mampu mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kelengkapan nilai kemanusiaan dalam arti yang sesungguhnya sebagai suatu sistem pemanusiawian manusia yang unik, mandiri dan kreatif sebagaimana fungsi diturunkannya al Qurán sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas bagi petunjuk itu serta pembeda antara yang benar dan yang salah (Q.S. al-Baqarah/2 : 185). Al Hasil, Al-Qur'an berperan dalam meluruskan kegagalan sistem pendidikan yang terjebak pada proses dehumanisasi. Tujuan akhir pendidikan dalam Islam adalah proses pembentukan diri peserta didik (manusia) agar sesuai dengan fitrah keberadaannya. Hal ini meniscayakan adanya kebebasan gerak bagi setiap elemen dalam dunia pendidikan -terutama peserta didik- untuk mengembangkan diri dan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Pada masa kejayaan Islam, pendidikan telah mampu menjalankan perannya sebagai wadah pemberdayaan peserta didik, namun seiring dengan kemunduran dunia Islam, dunia pendidikan Islam pun turut mengalami kemunduran. Bahkan dalam paradigma pun terjadi pergeseran dari paradigma aktif-progresifmenjadi pasif-defensif. Akibatnya, pendidikan Islam mengalami proses “isolasi diri” dan termarginalkan dari lingkungan di mana ia berada.

Dari gambaran masa kejayaan dunia pendidikan Islam di atas, terdapat beberapa hal yang dapat digunakan sebagai upaya untuk kembali membangkitkan dan menempatkan dunia pendidikan Islam pada peran yang semestinya yakni memanusiakan manusia atau humanisasi sekaligus menata ulang paradigma pendidikan Islam sehingga kembali bersifat aktif-progresif, yakni:

(5)

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 4

Kedua, adanya perimbangan (balancing) antara disiplin ilmu agama dan pengembangan intelektualitas dalam kurikulum pendidikan. Salah satu faktor utama dari marginalisasi dalam dunia pendidikan Islam adalah kecenderungan untuk lebih menitik beratkan pada kajian agama dan tidak memberikan porsi yang berimbang pada pengembangan ilmu non-agama, bahkan menolak kajian-kajian non-agama. Oleh karena itu, penyeimbangan antara materi agama dan non-agama dalam dunia pendidikan Islam adalah sebuah keniscayaan jika ingin dunia pendidikan Islam kembali survive di tengah masyarakat. Al-Qur`an banyak menjelaskan di dalam ayat-ayat kauniahnya agar manusia memikirkan dan mengkaji alam semesta ini, bagaimana langit ditinggikan, bumi dihamparkan, gunung-gunung ditegakkan, manusia diciptakan dan lain sebagainya. Hal ini mengindikasikan agar umat Islam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, tidak dibatasi hanya mempelajari ilmu-ilmu agama. Dan Nabi Muhammad pun memerintahkan para sahabat untuk menuntut ilmu-ilmu ke negeri China. Hal ini sebagai dasar perintah dari Nabi agar umat Islam mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan umum, karena China dikenal pada saat itu sebagai negeri yang memiliki para ahli pengobatan atau tabib.

Ketiga, perlu diberikan kebebasan kepada civitas akademika untuk melakukan pengembangan keilmuan secara maksimal karena selama masa kemunduran Islam, tercipta banyak sekat dan wilayah terlarang bagi perdebatan dan perbedaan pendapat yang mengakibatkan sempitnya wilayah pengembangan intelektual. Kalaulah tidak menghilangkan, minimal membuka kembali, sekat dan wilayah-wilayah yang selama ini terlarang bagi perdebatan, maka wilayah pengembangan intelektual akan semakin luas yang tentunya akan membuka peluang lebih lebar bagi pengembangan keilmuan di dunia pendidikan Islam pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya.

Keempat, mulai mencoba melaksanakan strategi pendidikan yang membumi. Artinya, strategi yang dilaksanakan disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan di mana proses pendidikan tersebut dilaksanakan. Selain itu, materi-materi yang diberikan juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, setidaknya selalu ada materi yang applicable dan memiliki relasi dengan kenyataan faktual yang ada. Dengan strategi ini diharapkan pendidikan Islam akan mampu menghasilkan sumber daya yang benar-benar mampu menghadapi tantangan zaman dan peka terhadap lingkungan. Kemudian, satu faktor lain yang akan sangat membantu adalah adanya perhatian dan dukungan para pemimpin (pemerintah) atas proses penggalian dan pembangkitan dunia pendidikan Islam ini. Adanya perhatian dan dukungan pemerintah akan mampu mempercepat penemuan kembali paradigma pendidikan Islam yang aktif-progresif, yang dengannya diharapkan dunia pendidikan Islam dapat kembali mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana pemberdayaan dan humanisasi.

(6)

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 5

dalam al-Qur`an adalah; pertama, pendidikan merupakan salah satu aktivitas yang bertujuan mencari ridha Allah, kedua, adanya perbandingan antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum, ketiga, kebebasan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, dan keempat, mengkaji ilmu pengetahuan yang membumi sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.{Ђ}

Reference

Altanchimeg, Z., Battuya, D., & Tungalag, J. (2016). The Current Circumstances and Challenges of Migrant Labor Force of Mongolia in North Eastern Asia. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(1), 27-38.

Amna, Z., & Lin, H. C. (2016). The Effects of Psychoeducational Methods On College Students’attitudes Toward PTSD. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 183-194.

Bakar, A., & Anwar, A. (2015). Learning Materials in Character Education. Jurnal Ilmiah

Peuradeun, 3(3), 405-416.

Beer, C. (2015). Democracy and Gender Equality. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(2), 323-342. Bhebhe, G., & Mugurani, M. (2016). Challenge Learning for Teachers in Rural Gweru

Zimbabwe. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(3), 295-308.

Buseri, K. (2015). Epistemologi Islam dan Reformasi Wawasan Pendidikan. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(1), 77-102.

Gooby, P. T. (2015). UK Policy Community Viewing Ethnic Diversity Policy: From Stronger To Weaker Multi-Culturalism?. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(2), 217-234.

Hadi, A. (2014). Dinamika Sistem Institusi Pendidikan di Aceh. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(3), 179-194.

Haynes, J. (2015). Religion in Global Politics: Explaining Deprivatization. Jurnal Ilmiah

Peuradeun, 3(2), 199-216.

Huwaida, H. (2015). Change and Development in the Acehnese Dayah Salafi (A Case Study). Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(2), 279-294.

Idris, S., & Tabrani, Z. A. (2017). Realitas Konsep Pendidikan Humanisme dalam Konteks Pendidikan Islam. Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling, 3(1), 96-113.

Isri, S. (2014). Konsep Pendidikan Jerman dan Australia. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(2), 261-286.

Karibi, R. A. I. N. (2015). Religion, Human Rights and the Challenges of Freedom. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(1), 39-54.

Kaylene, P., & Rosone, T. L. (2016). Multicultural Perspective on the Motivation of Students in Teaching Physical Education. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(1), 115-126.

Lewis, M. (2016). Character Education as the Primary Purpose of Schooling for the Future. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 137-146.

Madung, O. G. (2014). Paradigma Holisme Hegelian dan Kritik Atas Liberalisme. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(2), 45-60.

Maimunah, M. (2014). Relevansi Metode dan Pendekatan Pendidikan Islam. Jurnal Ilmiah

(7)

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 6

Marzuki, M. (2016). Diniyyah in Public Schools: A Model of Islamic Curriculum Implementation in Multi Religious Society in Banda Aceh-Indonesia. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(1), 15-26.

Mizal, B. (2014). Pendidikan dalam Keluarga. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(3), 155-178.

Morgan, J. H. (2014). Americanizing Islam as the Price of Assimilation. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(2), 1-16.

Musradinur & Tabrani. ZA. (2015). Paradigma Pendidikan Islam Pluralis Sebagai Solusi Integrasi Bangsa (Suatu Analisis Wacana Pendidikan Pluralisme Indonesia). Proceedings

1st Annual International Seminar on Education 2015. Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press,

77-86

Nufiar, N., & Idris, S. (2016). Teacher Competence Test of Islamic Primary Teachers Education in State Islamic Primary Schools (MIN) of Pidie Regency. Jurnal Ilmiah

Peuradeun, 4(3), 309-320.

Nurhasanah, N., & Nida, Q. (2016). Character Building of Students by Guidance and Counseling Teachers Through Guidance and Counseling Services. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(1), 65-76.

Ogwu, E. (2016). The Native Cultures on Student Discipline in School, Nigeria. Jurnal Ilmiah

Peuradeun, 4(2), 195-204.

Pomalingo, S. (2014). Perguruan Tinggi dan Transformasi Nilai-Nilai Islam dalam Konteks Sosial-Budaya Masyarakat Indonesia. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(3), 119-134.

Rajab, T. (2015). An Applied Model of Teaching Materials to Improve Students’ Speaking Skill. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(1), 103-118.

Rosyidi, A. W. (2014). Peningkatan Kualitas Pengajar Bahasa Arab Sebagai Upaya Meningkatkan Standar Mutu Pembelajaran Bahasa Arab. Jurnal Ilmiah

Peuradeun, 2(3), 195-210.

Salami, S. (2015). Implementing Neuro Linguistic Programming (NLP) in Changing Students’ Behavior: Research Done at Islamic Universities in Aceh. Jurnal Ilmiah

Peuradeun, 3(2), 235-256.

Saminan, S. (2015). Internalisasi Budaya Sekolah Islami di Aceh. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(1), 147-164.

Sariakin, S. (2016). Model-Based Development of English Language Learning Characters in Improving Students Achievement of SMA. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 173-182. Steinbach, M., & Afroozeh, S. (2016). Comparative Education in the Educational Systems

and Problems in Likenesses and Differences between Regions of the World. Jurnal

Ilmiah Peuradeun, 4(3), 333-346.

Sulaiman, S. (2015). Classroom Management and the Implications to Quality of Learning. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(3), 431-440.

Suzanne, R., & Nathalie, L. (2016). Multiculturalism as an Alternative A Cultural Orientation to Education in the Aspect of Culture as the Axiological Focus. Jurnal Ilmiah

Peuradeun, 4(3), 383-394.

Syahminan, S. (2014). Modernisasi Sistem Pendidikan Islam di Indonesia pada Abad

21. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(2), 235-260.

Tabrani, Z. A. (2014). Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner. Jurnal Ilmiah

(8)

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 7

Tabrani, Z. A. (2014). Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner (Suatu Kajian Gradual Menuju Paradigma Global). Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(2), 127-144.

Tabrani, Z. A., & Masbur, M. (2016). Islamic Perspectives on the Existence of Soul And ITS Influence in Human Learning (A Philosophical Analysis of the Classical and Modern Learning Theories). Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling, 1(2), 99-112.

Tabrani. ZA. (2009). Ilmu Pendidikan Islam (Antara Tradisional dan Modern). Selangor: Al-Jenderami Press

Tabrani. ZA. (2011). Dynamics of Political System of Education Indonesia. International

Journal of Democracy, 17(2), 99-113

Tabrani. ZA. (2011). Nalar Agama dan Negara dalam Perspektif Pendidikan Islam. (Suatu Telaah Sosio-Politik Pendidikan Indonesia). Millah Jurnal Studi Agama, 10(2),395-410 Tabrani. ZA. (2011). Pendidikan Sepanjang Abad (Membangun Sistem Pendidikan Islam di

Indonesia Yang Bermartabat). Makalah disampaikan pada Seminar Nasional 1 Abad KH. Wahid Hasyim. Yogyakarta: MSI UII, April 2011.

Tabrani. ZA. (2012). Future Life of Islamic Education in Indonesia. International Journal of

Democracy, 18(2), 271-284

Tabrani. ZA. (2013). Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Satuan Pendidikan Keagamaan Islam (Tantangan Terhadap Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah), Jurnal Ilmiah Serambi Tarbawi, 1(2),65-84

Tabrani. ZA. (2013). Modernisasi Pendidikan Islam (Suatu Telaah Epistemologi Pendidikan),

Jurnal Ilmiah Serambi Tarbawi, 1(1),65-84

Tabrani. ZA. (2013). Pengantar Metodologi Studi Islam. Banda Aceh: SCAD Independent

Tabrani. ZA. (2013). Urgensi Pendidikan Islam dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal

Sintesa, 13(1), 91-106

Tabrani. ZA. (2014). Buku Ajar Filsafat Umum. Yogyakarta: Darussalam Publishing, kerjasama dengan Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh

Tabrani. ZA. (2014). Buku Ajar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Bahan Ajar untuk Mahasiswa Program Srata Satu (S-1) dan Program Profesi Keguruan (PPG)). Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press

Tabrani. ZA. (2014). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Darussalam Publishing

Tabrani. ZA. (2014). Isu-Isu Kritis dalam Pendidikan Islam. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 13(2), 250-270

Tabrani. ZA. (2014). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur`an dengan Pendekatan Tafsir Maudhu`i. Jurnal Ilmiah Serambi Tarbawi, 2(1),19-34

Tabrani. ZA. (2015). Arah Baru Metodologi Studi Islam. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Tabrani. ZA. (2015). Keterkaitan Antara Ilmu Pengetahuan dan Filsafat (Studi Analisis atas QS. Al-An`am Ayat 125). Jurnal Sintesa, 14(2), 1-14

(9)

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 8

Tabrani. ZA. (2016). Aliran Pragmatisme dan Rasionalisasinya dalam Pengembangan Kurikulum 2013, dalam Saifullah Idris (ed.), Pengembangan Kurikulum: Analisis Filosofis dan Implikasinya dalam Kurikulum 2013, Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press 2016

Tabrani. ZA. (2016). Perubahan Ideologi Keislaman Turki (Analisis Geo-Kultur Islam dan Politik Pada Kerajaan Turki Usmani). Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling, 2(2), 130-146.

Tabrani. ZA. (2016). Transpormasi Teologis Politik Demokrasi Indonesia (Telaah Singkat Tentang Masyarakat Madani dalam Wacana Pluralisme Agama di Indonesia).

Al-Ijtima`i- International Journal of Government and Social Science, 2(1), 41-60

Tan, C. (2015). Educative Tradition and Islamic School in Indonesia. Jurnal Ilmiah

Peuradeun, 3(3), 417-430.

Usman, M. (2015). Teaching Model of Learning English Writing at University. Jurnal Ilmiah

Peuradeun, 3(3), 441-450.

Usman, N., Murniati, A. R., & Marzuki, M. (2016). The Influence of Leadership in Improving Personnel Performance At Traditional Islamic Boarding School (Dayah). Jurnal Ilmiah

Peuradeun, 4(2), 205-216.

Walidin, W. (2016). Informal Education as A Projected Improvement of the Professional Skills of Employees of Organizations. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(3), 281-294.

Walidin, W., Idris, S & Tabrani. ZA. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Grounded Theory. Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press

Vitoria, L., & Monawati, M. (2016). Improving Students’ Problem Solving Skill in Mathematics Through Writing. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 231-238.

Referensi

Dokumen terkait

Dasar pemikiran pertama al-Sya > t } ibi > dalam hermeneutika al- Qur’ an-nya beranja dari sebuah fakta bahwa syari’at yang dibawa Nabi Muhammad menggunakan Bahasa Arab

setuju pada pendapat Rasyid Ridha dengan mendasarkan kepada adanya riwayat-riwayat yang jelas dan ba- nyak mengenai asbab al nuzul dari ayat 278 Al Baqarah ini, .antara lain: bahwa

Terdapat perbezaan yang jelas dalam penafsiran ayat 8 dalam kedua-dua buah tafsir. Pertama dari sudut tema yang mana Hamka menerangkan ayat ini sebagai pengetahuan Allah

Pertama, anjuran untuk berbudaya sesuai dengan ketentuan Allah, antaranya adalah dengan berpakaian secara manutup aurat. Kedua, mengingatkan pada keturunan Adam agar

Dalam surat al-Maidah ayat 56 dijelaskan bahwa hizbullah adalah kelompok pengikut agama Allah dengan ciri-ciri mereka menjadikan Rasulullah sebagai tauladan - dalam hal

Perbaguslah (ltulisan) Allah...‛ Dan Ibn al-Mubarak mengutip gurunya, Abd al-‘Aziz ad-Dabag berkata kapadanya bahwa, ‚ Para sahabat dan orang lain tidak campur

Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Qur 'an) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) [715] dari

Kedua, faktor penunjang pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yaitu adanya metode menghafal Al- Qur‟an yang mudah, bimbingan khusus santri kecil dalam menghafal Al- Qur‟an,