• Tidak ada hasil yang ditemukan

aplikasi dan pengembangan konstruk teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "aplikasi dan pengembangan konstruk teori"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernyataan Descartes (dalam Baird & Kaufmann, 2008), ”Cogito ergo sum!” menunjukkan aktivitas rasional sebagai identitas manusia. Itulah sebabnya manusia terus terdorong untuk mengembangkan seperangkat ilmu. Hal ini bersumber pada kenyataan bahwa ia memerlukannya. Manusia ditantang untuk menentukan sendiri bagaimana bersikap terhadap prasyarat-prasyarat kehidupannya. Oleh karena seluruh realitas secara potensial memengaruhinya, manusia sedemikian membutuhkan pengetahuan yang setepat-tepatnya dan selengkap-lengkapnya tentang seluruh realitas itu. Ia hanya dapat hidup dengan baik apabila ia menanggapi realitas itu sebagaimana adanya, dan untuk itu ia harus tahu, mengerti, dan memahaminya.

Darihistorisitasnya, filsafatlah yang menangani “pengetahuan” itu. Selanjutnya, pada permulaan zaman modern, filsafat dibandingkan dengan pohon yang meliputi seluruh ilmu (Descartes): akar-akarnya adalah metafisika, dan ranting-rantingnya adalah semua ilmu yang lain. Ilmu-ilmu tersebut satu per satu memperoleh otonominya, berkembang pesat, dan mengambil alih banyak tugas yang secara tradisional dijalankan filsafat. Ilmu-ilmu tersebut meningkatkan kuantitas dan kualitas pengetahuan manusia. Ilmu-ilmu itu mengorganisasikan pengetahuan manusia secara sistematis agar efektif, dan mengembangkan metodemetode untuk menambah, memperdalam, dan

membetulkannya. Demi tujuan itu,

(2)

dan mengembangkan metode-metode setepat mungkin untuk bidangnya masing-masing. Namun, pengkhususuan ([super-]spesialisasi) ilmu-ilmu―berkat positivisme―menjadi hal yang mendasari sukses pesatnya ilmu-ilmu itu, sekaligus merupakan keterbatasannya. Pertanyaan yang lebih umum, yang menyangkut beberapa bidang atau hubungan interdisipliner, pertanyaan mengenai realitas sebagai keseluruhan, mengenai manusia dalam keutuhannya, tidak dapat ditangani oleh ilmu-ilmu itu karena ilmu-ilmu itu tidak memiliki sarana teoretis untuk mambahasnya. Justru dalam hal ini diperlukan filsafat ilmu, untuk menangani pertanyaan-pertanyaan mahapenting yang di luar kemampuan metodis ilmu-ilmu spesial itu, secara metodis, sistematis, kritis dan berdasar.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian teori ilmu, konsep dan definisi?

2. Bagaimana pendekatan dan pengembangan struktur teori ?

3. Apa yang dimaksud dengan kronstruksi teori modek korespondesnsi, koherensi dan paradikma ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui teori ilmu, konsep dan definisi.

2. Untuk menegtahui pendekatan dan pengembangan struktur teori.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Ilmu, Konsep Dan Definisi 1. Teori Ilmu

(4)

pengetahuan. Adapun pengertian pengetahuan itu sendiri, seperti yang di kemukakan surajiyo (2007:62) dalam susanto, adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu dan segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinnya. Namun, manusia tidak dapat menuntut bahwa memperoleh sesuatu itu berarti sudah jelas kebenarannya,

Karena boleh jadi hanya kebetulan benar saja. Dari segi maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang terbaca dalam pustaka menunjuk pada sekurang-kurangnya tiga hal, yakni pengetahuan, aktivitas dan metode. Dalam hal yang pertama dan ini yang terumum, ilmu senantiasa berarti pengetahuan (knowledge). Di antara para filosuf dari berbagai aliran terdapat pemahaman umum.

Bahwa ilmu adalah sesuatu kumpulan yang sistematis dari pengetahuan (any systematic body of knowledge). Charles singer merumuskan, ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan, begitu juga dengan John Warfield yang mengemukakan bahwa ilmu dipandang sebagai suatu proses. Pandangan proses ini paling bertalian dengan suatu perhatian terhadap penyelidikan, karena penyelidikan adalah suatu bagian besar dari ilmu sebagai suatu proses.

Oleh karena itu ilmu dapat dipandang sebagai satu bentuk aktivitas manusia, maka dari makna ini orang dapat melangkah lebih lanjut untuk sampai pada metode dari aktivitas itu. Dengan demikian pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas, atau metode itu apabila ditinjau lebih mendalam, sesungguhnya tidak saling bertentangan. Bahkan sebaliknya, ketiga hal itu merupakan satu kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu dan akhirnya aktivitas metode itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Dalam literatur tentang ilmu dan penelitian terdapat pendapat yang mengikuti pembedaan, James Conant mengenai the dynamic view (pandangan dinamis) dan the static view of science (pandangan statis tentang ilmu). Pandangan dinamis mengenai ilmu membahas science sebagai suatu aktivitas, sedang kebalikannya pandangan statis menguraikan ilmu sebagai systematized information (keterangan yang disistematiskan)

(5)

Pengrtian Konsep adalah serangkaian pernyataan yang saling berhubungan yang menjelaskan mengenai sekelompok kejadian / peristiwa dan merupakan suatu dasar atau petunjuk didalam melakukan suatu penelitian, dimana teori dan konsep tersebut dapat memberikan gambaran secara sistematis dari suatu fenomena.

Ciri ciri konsep:

1. Konsep itu mempunyai sifat abstrak dan merupakan gambaran mental tentang benda, peristiwa ataupun kegiatan.

2. Konsep ialah kumpulan dari benda-benda yang mempunyai karakteristik ataupun kualitas secara umum. Jadi yang ada di dalam konsep terdapat beberapa hal yang bisa di satukan.

3. Konsep mempunyai sifat personal, pemahaman orang mengenai konsep “kelompok” misalkan mungkin berbeda dengan pemahaman orang lainnya.

4. Konsep dipelajari melalui sebuah pengalaman dengan belajar.

5. Konsep bukanlah persoalan arti dari sebuah kata

seperti yang ada di dalam kamus, kamus sendiri memiliki makana lain yang lebih luas.

3. Definisi

Definitio yang berarti "penentuan arti" atau

"pembatasan". Sekarang ini, pengertian definisi adalah keterangan yang merupakan uraian atau penjelasan tentang arti suatu kata atau ungkapan yang membatasi makna suatu kata atau ungkapan tersebut. Kata atau

ungkapan yang hendak dijelaskan

(6)

menjelaskan definiendum itu disebut definiens. Definisi dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yakni definisi nominal (verbal) dan definisi real. Definisi nominal terdiri atas definisi nominal umum dan definisi nominal khusus. Defenisi real terdiri atas definisi real esensial dan definisi real deskriptif. Definisi real esensial dapat dibagi lagi menjadi definisi real esensial fisik dan definisi real esensial metafisik. Definisi real deskriptif dapat dibagi lagi menjadi definisi real deskriptif kausal, definisi real genetik, dan definisi real deskriptif aksidental. Ada beberapa jenis definisi yang telah diklasifikasin oleh para ahli logika seperti yang telah disebutkan di atas berikut ini penjelasannya:

a. Definisi nominal atau definisi verbal: Definisi nominal atau definisi verbal adalah definisi yang paling sederhana dan bersifat sementara karena hanya memberi penjelasan etimologis atau memberi sinonim kepada istilah yang hendak dijelaskan. Definisi nominal tidak memberi pengertian yang hakiki tentang sesuatu yang dijelaskan itu.

b. Definisi nominal umum: Definisi nominal umum adalah definisi yang pada umumnya diterima oleh semua orang, yang memberi penjelasan tentang suatu kata atau ungkapan dengan sesuatu yang sesuai dengan pemahaman umum.

c. Defenisi nominal khusus: Defenisi nominal khusus adalah definisi yang bersifat relatif dan seringkali juga subjektif. Oleh karena itu, tidak berlaku umum, atau

(7)

tentang sesuatu yang hendak dijelaskan. Definisi esensial adalah penjelasan lewat uraian bagian-bagian yang esensial tentang sesuatu tersebut. Prinsip penyusunan definisi esensial ialah pergenus et

differentiam, yakni penyusunan definisi dari genus

proximum (proximate genus) dan differentia specifica.

Definisi esensial dapat dibedakan lagi atas definisi esensial fisik dan definisi esensial metafisik.

f. Definisi Esensial Fisik: Definisi esensial fisik adalah penjelasan yang mengacu pada uraian bagian-bagian yang mewujudkan esensi sesuatu yang menjadi definiendum.

g. Definisi Esensial Metafisik: Definisi Esensial Metafisik adalah definisi yang paling ideal, yang benar-benar terdiri atas genus proximum dan differentia specifica.

h. Definisi Deskriptif: Definisi deskriptif adalah penjelasan yang mengacu pada uraian tentang ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh sesuatu yang dijelaskan itu. Definisi deskriptif dapat dibedakan lagi atas definisi kausal, definisi genetik, dan definisi aksidental.

i. Definisi Kausal: Definisi kausal ialah definisi yang menjelaskan sebab-akibat sesuatu yang menjadi definiendum.

j. Definisi Genetik: Definisi genetik adalah definisi yang memberi penjelasan tentang asal usul atau menguraikan bagaimana sesuatu itu terjadi.

k. Definisi Aksidental: Definisi aksidental adalah definisi yang disusun dari genus proximum dan accidentia. Jadi, definisi aksidental ialah definisi yang menyebut semua ciri-ciri aksidental dari sesuatu yang menjadi definiendum itu.

B. Pendekatan Dan Pengembangan Struktur Teori

(8)

menyampaikan bahwa ilmu memiliki bangunan struktur Van Peursen menggambarakan lebih tegas bahwa “Ilmu itu bagaikan bangunan yang tersusun dari batu bata. Batu atau unsur dasar tersebut tidak pernah langsung di dapat di alam sekitar. Lewat observasi ilmiah batu-batu sudah dikerjakan sehingga dapat dipakai kemudian digolongkan menurut kelompok tertentu sehingga dapat dipergunakan. Upaya ini tidak dilakukan dengan sewenang wenang, melainkan merupakan hasil petunjuk yang menyertai susunan limas ilmu yang menyeluruh akan makin jelas bahwa teori secara berbeda- beda meresap sampai dasar ilmu. Hidayat Nataatmaja menggambarkan dalam bahasanya sendiri mengenai hal tersebut di atas bahwa “ilmu memiliki struktur dan struktur ilmu itu beberapa lapis. Beliau membagi lapisan ilmu ke dalam 2 golongan/ kategori yaitu lapisan yang bersifat terapan dan lapisan yang bersifat paradigmatik. Kedua kategori memiliki karakter sendiri-sendiri. Lapisan terapan besifat praktikal dan lapisan paradigmatik bersifat asumtif spekulatif. Dalam penerapannya, ilmu dapat dibedakan atas berikut di bawah ini:

1.Ilmu Murni (pure science). Yang dimaksud dengan Ilmu murni adalah ilmu tersebut hanya murni bermanfaat untuk ilmu itu sendiri dan berorientasi pada teoritisasi, dalam arti ilmu pengetahuan murni tersebut terutama bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak yakni untuk mempertinggi mutunya.

2.Ilmu Praktis (applied science). Yang dimaksud dengan ilmu praktis adalah ilmu tersebut praktis langsung dapt diterapkan kepada masyarakat karena ilmu itu sendiri bertujuan untuk mempergunakan hal ikhwal ilmu pengetahuan tersebut dalam masyarakat banyak.

(9)

karena dapat dipergunakan dalam kehidupan masyarakat umum.

Sedangkan dalam fungsi kerjanya, ilmu juga dapat dibedakan atas berikut ini:

1.Ilmu teoritis rasional. Ilmu teoritis rasional adalah ilmu yang memakai cara berpikir dengan sangat dominan, deduktif dan mempergunakan silogisme, misalnya dogmatis hukum.

2.Ilmu empiris praktis. Ilmu empiris praktis adalah ilmu yang cara penganalisaannya induktif saja, misalnya dalam pekerjaan social atau dalam mewujudkan kesejahteraan umum dalam masyarakat.

3.Ilmu teoritis empiris. Ilmu teoritis empiris adalah ilmu yang memakai cara gabungan berpikir, induktif-deduktif atau sebaliknya deduktif-induktif.

Saat ini tampaknya sebagian besar para pakar membagi ilmu atas ilmu-ilmu eksakta dan ilmu-ilmu hukum yang pada satu titik tertentu sangat sulit dibedakan, namun pada titik yang lain sangat berbeda satu sama lain.Ilmu-ilmu eksakta kesemuanya mempunyai objek fakta-fakta, dan benda-benda alam serta hukum-hukumnya pasti dan tidak dapat dipengaruhi oleh manusia.

(10)

sudut dan aljabar), berbagai ilmu hewan (seperti kedokteran hewan, biologi, lingkungan dan peternakan), berbagai ilmu tumbuh-tumbuhan (seperti pertanian dan kehutanan), berbagai ilmu kimia, ilmu tanah, ilmu komputer, farmasi, agronomi, geografi dan statistik. Sedangkan ilmu-ilmu sosial hukum-hukumnya relatif tidak sama dalam berbagai ruang dan waktu, dibandingkan ilmu-ilmu eksakta (ilmu pasti) dalam arti selalu ada perubahan yang tergantung pada situasi dan kondisi dan lingkungan, bahkan bisa dipengaruhi dan diatur (rekayasa) oleh manusia. Ilmu-ilmu social meliputi antara lain berbagai ilmu administrasi (seperti administrasi pembangunan, Negara, fiskal, niaga, kepegawaian dan perkantoran), berbagai ilmu ekonomi (seperti ekonomi pertanian, mikro, makro, social, akuntansi dan keuangan), berbagai ilmu hukum (seperti hukum perdata, hukum pidana, hukum adat, hukum islam dan hukum waris), serta disiplin ilmu social lainnya seperti ilmu politik, ilmu pemerintahan, ilmu jiwa (psikologi), sosiologi, jurnalistik, perhotelan, kepariwisataan, sejarah, antropologi, arkeologi, komunikasi, manajemen, akuntansi, perpustakaan, hubungan internasional dan ilmu negara

C. Kronstruksi Teori Model Korespondesnsi, Koherensi Dan Paradikma

(11)

memuaskan (satisfactory consequencies). Kelima macam teori kebenaran yang akan dibahas berikut ini adalah berbagai cara manusia memperoleh kebenaran yang sifatnya relatif atau nisbi. Kebenaran absolut atau kebenaran mutlak berasal dari Tuhan yang disampaikan kepada manusia melalui wahyu. Alam dan kehidupan merupakan sumber kebenaran yang tersirat dari tuhan untuk dipelajari dan diobservasi guna kebaikan umat manusia.

Teori Korespondensi (Correspondence Theory of Truth) Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan. Teori kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal, sehingga dapat digolongkan ke dalam teori kebenaran tradisional karena Aristoteles sejak awal (sebelum abad Modern) mensyaratkan kebenaran pengetahuan harus sesuai dengan kenyataan yang diketahuinya.

(12)
(13)

antara fakta atau realitas saja, tetapi juga hubungan antara pernyataan-pernyataan itu sendiri. Dengan kata lain, suatu pernyataan-pernyataan adalah benar apabila konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang terlebih dahulu kita terima dan kita ketahui kebenarannya. Matematika adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren. Sistem matematika disusun diatas beberapa dasar pernyataan yang dianggap benar (aksioma). Dengan mempergunakan beberapa aksioma, maka disusun suatu teorema. Dan diatas teorema-lah, maka dikembangkan kaidah-kaidah matematika yang secara keseluruhan merupakan suatu sistem yang konsisten. Salah satu dasar teori ini adalah hubungan logis dari suatu proposisi dengan proposisi sebelumnya. Proposisi atau pernyataan adalah apa yang dinyatakan, diungkapkan dan dikemukakan atau menunjuk pada rumusan verbal berupa rangkaian kata-kata yang digunakan untuk mengemukakan apa yang hendak dikemukakan. Proposisi menunjukkan pendirian atau pendapat tentang hubungan antara dua hal dan merupakan gabungan antara faktor kuantitas dan kualitas. Contohnya tentang hakikat manusia, baru dikatakan utuh jika dilihat hubungan antara kepribadian, sifat, karakter, pemahaman dan pengaruh lingkungan. Psikologi strukturalisme berusaha mencari strukturasi sifat-sifat manusia dan hubungan-hubungan yang tersembunyi dalam kepribadiannya. Dua masalah yang didapatkan dari teori koherensi adalah: (1) Pernyataan yang tidak koheren (melekat satu sama lain) secara otomatis tidak tergolong kepada suatu kebenaran, namun pernyataan yang koheren juga tidak otomatis tergolong kepada suatu kebenaran. Misalnya saja diantara pernyataan “anakku mengacak-acak pekerjaanku” dan “anjingku mengacak-acak pekerjaanku” adalah sesuatu yang sulit untuk diputuskan mana yang merupakan kebenaran, jika hanya dipertimbangkan dari teori koherensi saja. Misalnya lagi, seseorang yang berkata, “ Sundel Bolong telah mengacak-acak pekerjaan saya!”, akan dianggap salah oleh saya karena tidak konsisten dengan kepercayaan saya. (2) sama halnya dalam mengecek apakah setiap pernyataan berhubungan dengan realitasnya, kita juga tidak akan mampu mengecek apakah ada koherensi diantara semua pernyataan yang benar.

(14)
(15)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam kenyataannya kini, kriteria kebenaran cenderung menekankan satu atu lebih dati tiga pendekatan (1) yang benar adalah yang memuaskan keinginan kita, (2) yang benar adalah yang dapat dibuktikan dengan eksperimen, (3) yang benar adalah yang membantu dalam perjuangan hidup biologis. Oleh karena teori-teori kebenaran (koresponden, koherensi, dan pragmatisme) itu lebih bersifat saling menyempurnakan daripada saling bertentangan, maka teori tersebut dapat digabungkan dalam suatu definisi tentang kebenaran. kebenaran adalah persesuaian yang setia dari pertimbangan dan ide kita kepada fakta pengalaman atau kepada alam seperti adanya. Akan tetapi karena kita dengan situasi yang sebenarnya, maka dapat diujilah pertimbangan tersebut dengan konsistensinnya dengan pertimbangan-pertimbangan lain yang kita anggap sah dan benar, atau kita uji dengan faidahnya dan akibat-akibatnya yang praktis. Uraian dan ulasan mengenai berbagai teori kebenaran di atas telah menunjukkan kelebihan dan kekurangan dari berbagai teori kebenaran.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

(2) Mengadakan analisis quality of service jaringan WLAN secara rutin untuk dapat mengetahui kinerja jaringan WLAN masih baik atau tidak sehingga dapat menjadi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran pada materi pencemaran lingkungan menggunakan model

Pada praktikum kali ini bertujuan untuk memahami kerja alat spektrofotometer ultraviolet- visible, mencari panjang gelombang maksimum dan optimum suatu seyawa obat,

merugikan secara material namun jika untuk pasien BPJS merugikan material.Jika pasien BPJS mendapatkan kamar yang tidak sesuai dengan kelas BPJS nya maka hal tersebut

Hasil pembelajaran domain kognitif dan hasil pembelajaran domain afektif akan menjadi hasil pembelajaran domain psikomotor apabila murid telah menunjukkan perilaku atau perbuatan

Berdasarkan penelitian sebelumnya, belum ada penelitian tentang kompres yang menggunakan kelompok kontrol, sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

Berdasarkan hasil observasi tersebut ditemukanlah SMA Negeri yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, mencari pasangan ( Make a Match ), dan Jigsaw