• Tidak ada hasil yang ditemukan

Higiene Sanitasi Penjualan Makanan Jajanan dan Perilaku Konsumsi Jajan Siswa Serta Kejadian Diare di Beberapa Sekolah Dasar Desa Marindal I Kecamatan Patumbak Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Higiene Sanitasi Penjualan Makanan Jajanan dan Perilaku Konsumsi Jajan Siswa Serta Kejadian Diare di Beberapa Sekolah Dasar Desa Marindal I Kecamatan Patumbak Tahun 2017"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Higiene dan Sanitasi Makanan Jajanan

Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan, istilah higiene dan sanitasi mempunyai tujuan yang sama dan erat kaitannya antara satu dengan lainnya yaitu melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia (individu maupun masyarakat). Tetapi dalam penerapannya, istilah higiene dan sanitasi memiliki perbedaan yaitu higiene lebih mengarahkan aktifivitasnya kepada manusia (individu maupun masyarakat), sedangkan sanitasi lebih menitikberatkan pada faktor-faktor lingkungan hidup manusia (Azwar, 1995).

2.1.1 Pengertian Higiene

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subyeknya. Misalnya mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring serta membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. Untuk mencegah kontaminasi makanan dengan zat- zat yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan diperlukan penerapan sanitasi lingkungan (Depkes RI, 2004).

2.1.2 Pengertian Sanitasi

(2)

Menurut Azwar (1995), sanitasi adalah cara pengawasan masyarakat yang menitikberatkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam usaha higiene dan sanitasi adalah :

1. Keamanan makanan dan minuman yang disediakan.

2. Higiene perorangan dan praktek-praktek penanganan makanan dan minuman oleh karyawan yang bersangkutan.

1. Keamanan terhadap penyediaan air.

2. Pengolahan pembuangan air limbah dan kotoran.

3. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan, penyajian dan penyimpanan.

4. Pencucian, kebersihan dan penyimpanan alat-alat perlengkapan. 2.1.3 Pengertian Makanan Jajanan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003, makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh penjaja makanan di tempat penjualan dan disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran dan hotel. Makanan jajanan memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan kontribusi tambahan untuk kecukupan gizi, khususnya energi.

2.1.4 Jenis Makanan Jajanan

(3)

1. Makanan jajanan yang berbentuk panganan, misalnya kue-kue kecil, pisang goreng, kue bugis dan sebagainya.

2. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti mi bakso, nasi goreng, mi goreng, mi rebus, pecal, dan sebagainya.

3. Makanan jajanan yang berbentuk minuman, seperti es krim, es campur, jus buah, dan sebagainya.

2.1.5 Pengaruh Positif dan Negatif Makanan Jajanan

Menurut Kus dan Kusno (2007) pada umumnya anak-anak lebih menyukai jajanan di warung maupun kantin sekolah daripada makanan yang telah tersedia di rumah. Kebiasaan jajan di sekolah sangat bermanfaat jika makanan yang dibeli itu sudah memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat melengkaapi kebutuhan gizi anak. Disamping itu juga untuk mengisi kekosongan lambung, karena setiap 3-4 jam sesudah makan lambung mulai kosong. Akhirnya apabila tidak beli jajan, anak tidak dapat memusatkan kembali pikiranya pada pelajaran yang diberikan guru. Jajan juga dipergunakan untuk mendidik anak dalam memilih makanan jajanan 4 (empat) sehat 5 (lima) sempurna (Yusuf, dkk, 2008).

Melalui makanan jajanan anak bisa mengenal berbagai makanan yang ada sehingga membantu anak untuk membentuk selera makan yang beragam, sehingga saat dewasa anak dapat menikmati aneka ragam makanan. Manfaat atau keuntungan dari kebiasaan jajan anak yakni (Khomsan, 2003) :

1. Memenuhi kebutuhan energi.

(4)

Selain memberikan danpak positif, kebiasaan jajan juga dapat berdampak negative. Makanan jajanan berisiko terhadap kesehatan karena penanganannya sering tidak baik yang memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi mikroba beracun dan menggunakan BTP yang tidak diizinkan (Mudjajanto, 2006).

Menurut Kus dan Kusno (2007) terlalu sering dan menjadikan konsumsi makanan jajanan menjadi kebiasaan akan berakibat negative, antara lain:

1. Nafsu makan menurun

2. Makanan yang tidak higienes akan menimbulkan berbagai penyakit 3. Salah satu penyebab terjadinya obesitas pada anak

4. Kurang gizi sebab kandungan gizi pada jajanan tidak terjamin 5. Pemborosan.

Makanan jajanan mengandung banyak risiko. Debu, asap kendaraan bermotor, dan lalat yang hinggap pada makanan yang tidak ditutup serta peralatan makan seperti sendok, garpu, gelas, dan piring yang tidak dapat dicuci dengan bersih karena persediaan air terbatas dapat menyebabkan penyakit pada sitem pencernaan seperti disentri, tifus ataupun penyakit saluran pencernan lainnya. 2.1.6 Tujuan Higiene Sanitasi Makanan

(5)

Menurut Depkes RI (2007), tujuan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman adalah:

1. Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen.

2. Menurunnya kejadia risiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui makanan.

3. Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan di institusi.

Selain itu menurut Chandra (2007) dan Oginawati (2008), tujuan dari hygiene dan sanitasi makanan antara lain :

a. Menjamin keamanan dan kebersihan makanan b. Mencegah penularan wabah penyakit

c. Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat d. Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan

e. Melindungi konsumen dari kemungkinan terkena penyakit yang disebarkan oleh perantara-perantara makanan.

2.2 Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan 2.2.1 Higiene Perorangan

(6)

perkembangan.

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan atau kesehatan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu , keamanan dan kesehatan ( Potter, 2005).

Menurut Anik Maryunani 2015, kebutuhan personal hygiene merupakan suatu kebutuhan perawatan diri, yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesehatan seseorang, baik secara fisik maupun psikologis. Sedangkan Koes Irianto dalam bukunya yang berjudul Gizi dan Pola Hidup Sehat mengartikan personal hygiene sebagai usaha kesehatan pribadi atau daya upaya dari seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri. Kesehatan adalah harta yang tak ternilai. Kesehatan individu atau diri sendiri dapat terwujud apabila seseorang menjaga kesehatan tubuh.

Berikut ini adalah bagian- bagian personal hygiene yang perlu diperhatikan :

a. Kebersihan Mulut

(7)

mencegah bibir dan lidah pecah-pecah dan memberikan perasaan senang dan segar (Maryunani, 2015).

Kesehatan gigi dan rongga mulut bukan sekedar menyangkut kesehatan di rongga mulut saja. Kesehatan mencerminkan kesehatan seluruh tubuh. Orang yang giginya tidak sehat, pasti kesehatan umum dirinya mundur. Sebaliknya yang giginya sehat dan terawat dengan baik, seluruh dirinya sehat dan segar bugar (Irianto K, 2004). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan gigi yaitu;

1. Menggosok gigi secara benar dan teratur 2. Memakai sikat gigi sendiri

3. Menghindari makan-makanan yang merusak gigi

4. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi 5. Memeriksa gigi secara teratur (Potter dan Perri, 2005).

b. Kebersihan Kulit

(8)

Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan, serta kebiasaan hidup sehari-hari. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan kulit yaitu;

1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri 2. Mandi minimal 2 kali sehari

3. Mandi memakai sabun 4. Menjaga kebersihan pakaian

5. Makan yang bergizi terutama sayur dan buah

6. Menjaga kebersihan lingkungan (Potter dan Perri, 2005).

Dengan demikian kulit serta pori-pori bersih dan tidak tertutup atau tersumbat oleh kotoran lagi. Kulit dapat lancar lagi mengeluarkan kotoran di badan berupa keringat. Badan tidak bau busuk karena mandi 2 kali sehari (Irianto K, 2004).

c. Kebersihan Rambut

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari kebersihan rambut adalah :

1. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang kurangnya 2x seminggu.

2. Mencuci ranbut memakai shampoo atau bahan pencuci rambut lainnya. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.

d. Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku

(9)

menyentuh mata, hidung , mulut, makanan, serta minuman. Berlangsung sudah pemindahan sesuatu yang dapat berupa penyebab terganggunya kesehatan.

Kita melangkahkan kaki kemana- mana. Banyak kotoran yang ikut dengan kaki kita. Tangan pun suka menjamah kaki. Dibawah kuku jari tangan maupun kaki terdapat banyak bakteri yang dapat menjadi infeksi (Irianto K, 2004).

Kuku adalah struktur aksesoris dari kulit dan disusun oleh jaringan epitel. Kuku yang sehat akan berwarna pink (merah muda) dan cembung dan lengkung yang rata. Kebersihan kaki, kuku dan tangan juga termasuk dalam personal hygiene. Perawatan kuku yang rutin termasuk di dalamnya adalah membersihkan dan menggunting serta mengembalikan batas-batas kulit di tepi kuku ke keadaan normal. Dibawah kuku jari tangan maupun kaki terdapat banyak bakteri yang dapat menjadi infeksi ataupun sumber penyakit (Maryunani, 2015).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan mata yaitu; 1.Mencuci tangan sebelum makan

2.Memotong kuku secara teratur 3.Kebersihkan lingkungan

4.Mencuci kaki sebelum tidur (Potter dan Perri, 2005).

(10)

pathogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun tidak langsung.

Pada lingkungan pemukiman yang padat penduduk dan kumuh, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dengan benar dapat menurunkan separuh (50%) dari penderita diare. Penelitian ini dilakukan di Karachi, Pakistan dengan intervensi pencegahan penyakit dengan melakukan kampaye mencuci tangan dengan sabun secara benar dan yang intens pada komunitas secara langsung. Komunitas yang mendapat intervensi dan komunitas pembanding yang mirip tidak mendapat intervensi menunjukkan bahwa jumlah penderita diare berkurang separuhnya (Kemenkes RI, 2014).

Tangan merupakan pembawa utama mikroorganisme yang berasal dari tinja. Peran tangan terhadap penyebaran kuman bisa mencapai 47%, sehingga bila peran tangan dapat dikendalikan,otomatis dapat mencegah terjadinya penyakit diare sampai 47% (UNICEF, 1999).

2.2.2 Penjamah Makanan

Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan jajanan harus memenuhi persyaratan antara lain :

a. tidak menderita penyakit mudah menular misal : batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya;

b. menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka lainnya); c. menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian; d. memakai celemek, dan tutup kepala;

(11)

f. menjamah makanan harus memakai alat/ perlengkapan, atau dengan alas tangan;

g. tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya);

h. tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau tanpa menutup mulut atau hidung.

2.2.3 Peralatan

Peralatan adalah barang yang digunakan untuk penanganan makanan jajanan. Adapun ketentuan peralatan yang digunakan adalah :

1. Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan jajanan harus sesuai dengan peruntukannya dan memenuhi persyaratan higiene sanitasi.

2. Untuk menjaga peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 :

a. peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun;

b. lalu dikeringkan dengan alat pengering/lap yang bersih

c. kemudian peralatan yang sudah bersih tersebut disimpan di tempat yang bebas pencemaran.

(12)

2.2.4 Air, Bahan Makanan, Bahan Tambahan Dan Penyajian

Air yang digunakan dalam penanganan makanan jajanan harus air yang memenuhi standar dan Persyaratan Higiene Sanitasi yang berlaku bagi air bersih atau air minum dan air bersih yang digunakan untuk membuat minuman harus dimasak sampai mendidih.

Semua bahan yang diolah menjadi makanan jajanan harus dalam keadaan baik mutunya, segar dan tidak busuk dan semua bahan olahan dalam kemasan yang diolah menjadi makanan jajanan harus bahan olahan yang terdaftar di Departemen Kesehatan, tidak kadaluwarsa, tidak cacat atau tidak rusak.

Penggunaan bahan tambahan makanan dan bahan penolong yang digunakan dalam mengolah makanan jajanan harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Bahan makanan, serta bahan tambahan makanan dan bahan penolong makanan jajanan siap saji harus disimpan secara terpisah dan Bahan makanan yang cepat rusak atau cepat membusuk harus disimpan dalam wadah terpisah.

Makanan jajanan yang disajikan harus dengan tempat/alat perlengkapan yang bersih, dan aman bagi kesehatan. Makanan jajanan yang dijajakan harus dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup, pembungkus yang digunakan dan atau tutup makanan jajanan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan, dan pembungkus sebagaimana dimaksud sebelumnya dilarang ditiup.

(13)

pencemaran, dan Makanan jajanan yang siap disajikan dan telah lebih dari 6 (enam) jam apabila masih dalam keadaan baik, harus diolah kembali sebelum disajikan.

2.2.5 Sarana Penjaja

Makanan jajanan yang dijajakan dengan sarana penjaja konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat melindungi makanan dari pencemaran. Konstruksi sarana penjaja sebagaimana dimaksud sebelumnya harus memenuhi persyaratan yaitu antara lain :

a. mudah dibersihkan; b. tersedia tempat untuk :

1. air bersih;

2. penyimpanan bahan makanan;

3. penyimpanan makanan jadi/siap disajikan; 4. penyimpanan peralatan;

5. tempat cuci (alat, tangan, bahan makanan); 6. tempat sampah.

Pada waktu menjajakan makanan persyaratan sebagaimana dimaksud sebelumnya harus dipenuhi, dan harus terlindungi dari debu, dan pencemaran. 2.3 Konsep Perilaku

2.3.1 Batasan Perilaku

(14)

yang dapat diamati langsung seperti berbicara, berjalan, tertawa dan sebagainya, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar seperti berfikir, berfantasi dan sebagainya. Skinner dalam Notoadmodjo (2003) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) 2.3.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku

Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2002), faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi seperti pengetahuan, sikap, keyakinan, dan nilai, berkenaan dengan motivasi seseorang bertindak. Faktor pemungkin atau faktor pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Terakhir adalah faktor penguat seperti keluarga, petugas kesehatan dan lain-lain.

2.3.3 Domain Perilaku

Menurut Notoadmodjo (2003) meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.

(15)

Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yaitu : pengetahuan ( knowledge), sikap (attitude), tindakan (practice).

1. Pengetahuan (Knowledge)

Defenisi pengetahuan menurut Notoadmodjo (2003) adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan,yakni:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk tahu ini adalah bahan yang dipelajari/rangsang yang diterima.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat meng-interpretasikan suatu materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

(16)

d. Analis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam kaitannya suatu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk menjelaskan atau meghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Bisa diartikan juga sebagai kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formasi-formasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini beraitan dengan kemampuan untuk melaksanakan penelitian terhadap suatu obyek. Penelitian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Sukanto (2000) antara lain:

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meninggkat.

b. Informasi

(17)

c. Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.

d. Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.

2. Sikap

Sikap menurut Notoadmodjo (2003) adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap menurut Sunaryo (2004) adalah kecenderungan bertindak bertindak dari individu, berupa respon tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu. Jadi, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindaka suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Dalam hal sikap, dapat dibagi dalam berbagai tingkatan, antara lain:

a. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

(18)

c. Menghargai (valuating), yaitu dapat berupa mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya (Notoadmodjo, 2007)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengubahan Sikap menurut Sunaryo (2004) adalah:

a. Faktor internal

Berasal dari dalam individu itu sendiri. Dalam hal ini individu menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang dating dari luar, serta menetukan mana yang akan diterima atau tidak diterima. Sehingga individu merupakan penentu pembentukan sikap. Factor internal terdiri dari factor motif, factor psikologis, dan factor fisiologis. b. Faktor eksternal

Faktor yang berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk mengubah dan membentuk sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung dan tidak langsung. Factor eksternal terdiri dari: factor pengalaman, situasi, norma, hambatan dan pendorong.

Menurut Azwar (2004) factor yang mempengaruhi pembentukan sikap yaitu:

a. Pengalaman pribadi

(19)

seseorang tentang kebutuhan tubuh akan gizi selama beberapa masa dalam perjalanan hidupnya, kemampuan seseorang untuk menerapka pengrtahuan gizi ke dalam memilih makanan jajanan dan pengembangan cara pemanfaatan pangan yang sesuai. Pengalaman pribadi adalah apa yang telah ada yang sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan anak dalam memilih makanan jajanan.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Diantara orang yang biasanya dianggap penting oleh individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru. Pada umumnya anak cenderung untuk memiliki sikap searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh dalam memilih makanan jajanan yang akan dikonsumsi. Aspek social budaya panagn adalah fungsi pangan dalam masyarakat yang berkembang sesuai dengan keadaan lingkungan, agama, adat, kebiasaan, dan pendidikan masyarakat tersebut (Baliwati, 2004)

3. Perilaku

(20)

Namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Determianan atau factor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

b. Determinan atau factor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Factor lingkungan ini merupakan factor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Menurut Notoadmodjo (2005) menganalisis bahwa kesehatan itu dipengaruhi oleh dua factor pokok yaitu factor perilaku dan factor non perilaku. Sedangkan perilaku itu sendiri khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi atau ditentukan oleh tiga factor yaitu:

a. Faktor Prediposisi (Predisposing factor)

Yaitu fakto-faktor yang mempermuda atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain:

(21)

b. Faktor pemungkin (Enabling factor)

Yaitu factor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud factor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjainya perilaku kesehatan, misalnya: - Puskesmas

- Posyandu - Rumah sakit

- Tempat pembuangan air - Tempat pembuangan sampah - Tempat olahraga

- Makanan bergizi - Uang, dsb

c. Faktor Penguat (Reinforcing factor)

Yaitu factor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berprilaku sehat, tetapi tidak melakukannya misalnya, ada anjuran dari orang tua, guru, toga, toma, sahabat, dll.

Menurut Sunaryo (2004) dalam berprilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain:

(22)

- Jenis ras, setiap ras mempunyai pengaruh terhadap perilaku yang spesifik, saling berbeda satu sama yang lainnya

- Jenis kelamin, perilaku pria atas dasar pertimbangan rasional atau akal sedangkan pada wanita atas dasar emosional

- Sifat fisik, perilaku individu akan berbeda-beda sesuai denga sifat fisiknya.

- Sifat kepribadian, merupakan manifestasi dari kepribadian yang dimiliki sebagai perpaduan dari factor genetic dengan lingkungan. - Bakat bawaan, merupakan interaksi antara factor genetic dengan

lingkungan serta tergantung adanya kesempatan untuk pengembangan.

- Intelegensi, merupakan kemampuan untuk berfikir dalam mempengaruhi perilaku.

b. Factor dari luar individu atau factor eksogen, factor ini juga berpengaruh dalam terbentuknya perilaku individu antar lain:

- Factor lingkungan, merupakan lahan untuk perkembangan perilaku - Pendidikan, proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya

melibatkan perilaku individu maupun kelompok.

(23)

- Social ekonomi, salah satu yang berpengaruh terhadap perilaku adalah lingkungan social ekonomi yang merupakan sarana untuk terpenuhinya fasilitas.

- Kebudayaan, hasil dari kebudayaan yaitu kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia mempunyai peranan pada terbentunya perilaku.

2.4 Diare

2.4.1 Defenisi Diare

Menurut World Health Organization (WHO), diare adalah buang air besar dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja cair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011) diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Diare ialah buang air besar dengan konsistensi yang lebih encer/cair dari biasanya sebanyak lebih dari 3 kali per hari yang dapat/tidak disertai dengan lender atau darah yang timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu (Syamsudin, 2013).

(24)

2.4.2 Penyebab Diare

Gangguan pencernaan yang paling disorot di dunia adalah diare. Diare dikelompokkan kedalam penyakit bawaan makanan (foodborne illness). Penyakit bawaan makanan merupakan penyakit yang timbul karena pengkonsumsiann makanan yang terkontaminasi dengan zat asing yang tidak diterima tubuh. Penyakit bawaan makanan pada umumnya menimbulkan gangguan pada saluran pencernaan, dengan rasa nyeri di bagian perut, mencret, dan kadang-kadang disertai dengan muntah. Penyakit ini disebabkan oleh makanan yang mengandug sejumlah bakteri yang pathogen, atau toksn yang dikeluarkan oleh bakteri tersebut (Susanna dan Hartono, 2003)

(25)

terutama diare akut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Indnesion Rotavirus Surveillance Network (IRSN) dan Litbangkes pada pasien anak di Rumah Sakit, penyebab inseksi diare akut terutama disebabkan oleh rotavirus dan adenovirus (70%). Penyebab infeksi lainnya seperti karena bakteri terdapat 8,4% kasus. Diare karena keracunan makanan disebabkan oleh kontaminasi makanan oleh mikroba seperti Closteridium botulinum dan lain sebagaiya. Diare terkait penggunaan antibiotic (DTA) terjadi karena penggunaan antibiotic selama 3-5 hari yang menyebabkan berkurangnya flora normal usus sehingga ekosistem flora usus didominasi oleh human pathogen khususnya Clostridium difficile. Angka kejadian DTA berkisar 20-25% (Kemenkes, 2011)

(26)

2.4.3 Cara Penularan

Diare sering dikaitkan dengan penyakit bawaan makanan sehingga diare ditularkan secara fecal-oral melalui masuknya makanan atau minuman yang terkontaminasi. Penularan dapat juga terjadi karena makan dengan tangan yang terkontaminasi (Ditjen P2PL, 2009). Penularan juga dapat terjadi karena makanan atau minuman yang masuk melalui oral terkontaminasi dengan feses atau muntahan penderita diare. Selain itu, agen diare dapat juga terbawa oleh serangga seperti lalat yang mengkontaminasi makanan (Sukarni, 1994). Kontaminasi sendiri dapat terjadi karena makanan atau minuman yang tidak dimasak dengan sempurna, memakan masakan mentah, dan tidak melakukan kebersihan personal terutama penjamah makanan (Junias dan Balelay, 2008)

(27)

2.4.4 Pencegahan Diare

a. Minumlah air yang hanya sudah dimasak mendidih.

b. Wadah air minum tidak tercemar air dari dapur atau pencemar lainnya.

c. Tidak jajan minuman sembarangan. Minuman jajanan kemungkinan airnya belum dididihkan atau dimasak.

d. Basuhlah tangan sebelum makan atau memegang makanan. e. Tidak buang air besar bukan di jamban.

(28)

2.5 Kerangka Konsep

Higiene Sanitasi Penjualan Makanan Jajanan

1. Higiene Perorangan penjual makanan 2. Sanitasi Peralatan 3. Sanitasi Penyajian 4. Sanitasi sarana

pedagang makanan jajanan

Perilaku Konsumsi Jajan Siswa Sekolah Dasar

1. Pengetahuan konsumsi jajan siswa

2. Sikap konsumsi jajan siswa

3. Tindakan konsumsi jajan siswa

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Penularan Diare

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair dari sabut kelapa dan limbah cair tahu mengalami peningkatan tinggi tanaman, penambahan kadar protein

Association between gestational age and birth weight on the language development of Brazilian children: a systematic review.. Early Language Learning and Literacy:

Bahan Bakar Nabati dari nyamplung ( Calophyllum inophyllum Linn dapat digunakan sebagai subsitusi minyak tanah ( biokerosene ) dan substitusi minyak solar ( biodiesel ).

• Terjadi ketika kita berusaha melewatkan suatu nilai variabel sebagai argumen suatu method dimana tipe data variabel method tersebut argumen suatu method, dimana tipe data

Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah.Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan gejala

Perguruan Tinggi.. ERROR OF

Khusus pada ketentuan Pasal 11 ayat (3) Perpres 14/2021 pada frasa “prinsip tata kelola’’ dalam hal ini makna hukum pada frasa “prinsip tata kelola’’ tersebut menimbulkan

Sebelum 1 Januari 2015, suatu pengendalian atas entitas anak dianggap ada bilamana Perusahaan menguasai secara langsung atau tidak langsung lebih dari 50% (lima puluh persen) hak