BAB II
GAMBARAN PELAYANAN SKPD
2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi BLHD Provinsi Sulawesi Selatan.
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis dan Lembaga lain Provinsi Sulawesi Selatan yang ditinjaklanjuti Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 34 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Jabatan Struktural pada Badan lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dimana Badan Lingkungan Hidup Daerah merupakan unsur pendukung Gubernur, dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah, mempunyai tugas pokok menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang lingkungan hidup berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok Badan Lingkungan Hidup Daerah
mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis lingkungan hidup daerah meliputi standarisasi dan pemulihan kualitas lingkungan, ekonomi, sumber daya dan teknologi lingkungan, konservasi sumber daya alam dan pengendalian pencemaran, pengawasan dan penegakan hukum lingkungan;
b. Pengorganisasian penyusun perencanaan lingkungan hidup daerah meliputi standarisasi dan pemulihan kualitas lingkungan, ekonomi, sumberdaya, dan teknologi lingkungan, konservasi sumberdaya alam dan pengendalian pencemaran, pengawasan dan penegakan hukum lingkungan;
c. Pembinaan dan penyelenggaraan tugas dibidang lingkungan hidup daerah meliputi standarisasi dan pemulihan kualitas lingkungan, ekonomi, sumber daya dan teknologi lingkungan, konservasi sumberdaya alam dan pengendalian pencemaran, pengawasan dan penegakan hukum lingkungan;
d. Penyelenggaraan tugas kedinasan lain sesuai bidang tugasnya.
Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut :
b. Sekretariat; mempunyai tugas pokok mengkoordinasi kegiatan, memberikan pelayanan teknis dan admistrasi umum dan kepegawaian, keuangan serta penyusunan program. Sekretariat membawahi :
1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 2) Sub Bagian Keuangan
3) Sub Bagian Program
c. Bidang Standarisasi dan Pemulihan Kualitas Lingkungan; mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkungan hidup dibidang standarisasi dan pemulihan kualitas lingkungan. Bidang Standarisasi dan Pemulihan Kualitas Lingkungan membawahi :
1) Sub Bidang Standarisasi Lingkungan
2) Sub Bidang Pemulihan Kualitas Lingkungan
d. Bidang Ekonomi, Sumber Daya dan Teknologi Lingkungan; mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas badan dibidang Pengembangan Sumber Daya Ekonomi dan Teknologi Lingkungan. Bidang Ekonomi, Sumber Daya dan Teknologi Lingkungan membawahi :
1) Sub Bidang Sumber Daya Lingkungan
2) Sub Bidang Ekonomi dan Teknologi Lingkungan
e. Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Pencemaran; mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan di Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Pencemaran membawahi :
1) Sub Bidang Konservasi Sumber Daya Alam 2) Sub Bidang Pengendalian Pencemaran
f. Bidang Pengawasan dan Penegakan Hukum Lingkungan; mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan dibidang Pengawasan dan Penegakan Hukum Lingkungan. Bidang Pengawasan dan Penegakan Hukum Lingkungan membawahi :
1) Sub Bidang Pengawasan dan Pemantauan Lingkungan 2) Sub Bidang Penegakan Hukum Lingkungan
UPTB Laboratorium Lingkungan Hidup dibentuk untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Badan, yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa daerah kabupaten/kota.
UPTB Laboratorium Lingkungan membawahi : a. Seksi Administrasi Laboratorium LH
b. Seksi Pelayanan dan Pengujian Laboratorium LH c. Seksi Tata Usaha
h. Kelompok Jabatan Fungsional
Jabatan fungsional untuk menampung personil dengan keahlian khusus seperti Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD), ketentuan yang dapat digunakan dalam pembentukan kelompok jabatan fungsional sebagai berikut :
- Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipiljo. PP No 40 Tahun 2010
- Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional PNS
- Keputusan bersama Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :47/KEP/MENPAN/8/2002 tentang Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan dan Angka Kreditnya
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor : 145 tahun 2004 tentang Petunjuk Teknis pelaksanaan jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan dan Angka Kreditnya.
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 146 Tahun 2004 tentang Pedoman Kualifikasi Pendidikan untuk Jabatan Fungsional Pengendali Lingkungan.
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 147 tahun 2004 tentang Kode Etik Profesi Pengendali Dampak Lingkungan
- Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2011 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup dan Angka Kreditnya.
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN Jumanto, SE
SUB BAGIAN PROGRAM
Muhammad Ridwan, SE, MSi SUB BAGIAN KEUANGAN
Dra. Hj.MarwantySaharuddin
SUB BIDANG STANDARISASI LINGKUNGAN
Maidawati.S. Hut, M. Si
SUB BIDANG PEMULIHAN KUALITAS LINGKUNGAN
Andi Astetika, BA
SUB BIDANG SUMBERDAYA LINGKUNGAN
Dra. Rosmiati Bangun
SUB BIDANG EKONOMI DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN Sumarni.S.Spi.M.Si
SUB BIDANG PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN Muh. Nur Salam, SH,
M.Si
SUB BIDANG PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
Aswar, SH. M.Si
SEKRETARIAT
Ir . Faisal, M.Si
BIDANG KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN Drs. H. Anwar Latief, M.Pd BIDANG EKONOMI,
SUMBERDAYA, DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN H. Muhammad Nuhrahim,
SH
BIDANG PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM
LINGKUNGAN Ir. Andi Sarrafah, M.Si BIDANG STANDARISASI
DAN PEMULIHAN KUALITAS LINGKUNGAN
Drs. H. Abd. Muis, M.Si
SUB BIDANG KONSERVASI
Darmayanti, S.Hut, M.Si
SUB BIDANG ENGENDALIAN PENCEMARAN Agus Dina, ST, M.Si
UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) LABORATORIUM LH Naskah Filaillah, Pg.Dip,,
2.2. Sumber Daya Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Apapun kualifikasi staf secara umum diasumsikan pada berbagai komposisi di BLHD pada setiap level pada struktur organisasi tergantung pada berbagai faktor yaitu :
- Fungsi, prioritas dan beban kerja dari setiap sub bidang, sub bagian di BLHD. - Isu dan permasalahan lingkungan yang berkembangan di Sulawesi Selatan. - Arah dan prioritas dan kegiatan organisasi
- Kemampuan anggaran
- Ketersediaan personil dengan kualifikasi dan pengalaman yang dibutuhkan.
Berdasarkan pengalaman BLHD Provinsi Sulawesi Selatan, kualifikasi staf yang dibutuhkan pada setiap level adalah sebagai berikut :
Semua Kepala Bidang dan Kepala Sub Bidang Teknis seharusnya memiliki
kualifikasi sesuai dengan bidang tugas dan memiliki pendidikan Strata 1.
Setiap Kepala Sub Bagian pada Sekretariat seharusnya memiliki kualifikasi
Strata 1 dalam bidang perencanaan, hukum, keuangan komunikasi.
Staf di Sub Bidang teknis seharusnya 70 % memiliki kualifikasi Strata I, 20 %
sertifikat diploma/sertifikasi training yang relevan dengan isu-isu lingkungan, sedangkan 10 % cukup berpendidikan SMU dan SLTP.
Kelompok fungsional di dalam organisasi BLHD 90 % minimal berkualifikasi
Strata I dan 10 % cukup Diploma teknik yang berkaitan dengan tugas fungsinya.
Aparatur BLHD hendaknya memiliki pengetahuan tentang permasalahan lingkungan dan kemampuan koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak, pengetahuan tentang Sistem Fisika, Kimia, Biologi memahami dan berpengalaman dalam proses industri dan teknologi produksi bersih, kemampuan dalam melakukan pengukuran berbagai parameter lingkungan, selain itu juga harus mampu berkomunikasi secara efektif dan memberikan pelayanan informasi.
Tabel 2.1
Jumlah Karyawan PNS BLHD Provinsi Sulawesi Selatan
Bagian Jumlah
Bidang Standarisasi dan Pemulihan Kualitas Lingkungan 8
Bidang Ekonomi Sumberdaya dan Teknologi Lingkungan 9
Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Pengendalian Pencemaran
7
Bidang Pengawasan dan Penegakan Hukum Lingkungan 11
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium LH 17
Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup 5
Jumlah 85
Tabel 2.2.
Jumlah Karyawan Tenaga Kontrak BLHD Provinsi Sulawesi Selatan
Bagian Jumlah
Sekretariat 4
Bidang Standarisasi dan Pemulihan Kualitas Lingkungan 0
Bidang Ekonomi Sumberdaya dan Teknologi Lingkungan 5
Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Pengendalian Pencemaran
0
Bidang Pengawasan dan Penegakan Hukum Lingkungan 1
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium LH 4
Jumlah 14
Tabel 2.3.
Jumlah Karyawan PNS Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Jumlah
S3 1
S2 16
S1 48
D3 2
SMA 17
SD 1
Jumlah 85
Proporsi PNS BLHD Berdasarkan Pendidikan
Tabel 2.4
Jumlah PNS BLHD Menurut Tingkat Pangkat/Golongan
Golongan / Ruang Jumlah
IV/c 1
IV/b 4
IV/a 5
III/d 17
III/c 12
III/b 16
III/a 11
II/d 2
II/c 1
II/b 12
II/a 1
I/a 1
Jumlah 77
Tabel 2.5.
Jumlah PNS BLHD Menurut Eselon
Golongan / Ruang Jumlah
II/a 2
III/a 5
IV/a 14
Jabatan Fungsional Umum 59
Jabatan Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup 5
1%
19%
56% 2%
20%
0% 1%
Jumlah
Jumlah 85
Tabel 2.6
Jumlah Anggaran BLHD Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2013 (Rp.)
No. Tahun
Belanja Tidak Langsung
(BTL)
Belanja
Langsung (BL) Jumlah
Kegiatan Dekonsentrasi
1. 2008 2.240.477.210 6.335.830.125 8.576.307.335 500.000.000
2. 2009 2.953.450.948 6.445.873.000 9.899.323.948 500.000.000
3. 2010 3.141.379.626 8.840.000.000 11.399.323.948 500.000.000,-
4. 2011 3.747.341.256 9.255.000.000 13.002.341.256 500.000.000,-
5. 2012 4.385.166.499 4.385.166.499 16.931.711.999 4.209.540.000
6. 2013 4.899.312.202 12.400.000.000 17.299.312.200 6.000.000.000
7. 2014 5.937.461.244 14.504.692.895 20.442.154.139 8.784.555.000
2.3. Kinerja Pelayanan Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Menurut Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 dan Permenpan Nomor 20 Tahun 2008 Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk urusan lingkungan hidup Pemerintah Daerah terdiri dari :
1. Persentase pemantauan pencemaran status mutu air (jumlah kawasan permukiman atau industri atau sumberdaya air yang dipantau mutu airnya/ jumlah kawasan permukiman atau industri dan sumber mata air).
2. Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan Amdal (jumlah dokumen Amdal yang diawasi pelaksanaannya/ jumlah total dokumen Amdal yang berlaku).
3. Cakupan penegakan hukum lingkungan (Jumlah kasus lingkungan yang diselesaikan/ jumlah kasus lingkungan yang ada).
4. Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan sumber mata air. 5. Persentase penanganan sampah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan Lingkungan Hidup merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar, kemudian kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi adalah :
a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah kabupaten/kota.
b. Urusan Pemerintahan yang penggunaannya lintas Daerah Kabupaten/Kota.
c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah kabupaten/kota; dan/atau
d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah Provinsi.
Tabel 2.7
Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
No. Sub Bidang Pemerintahan
Pusat Daerah Provinsi
Daerah Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5
1. Perencanaan
Lingkungan Hidup
Rencana
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup (RPPLH) nasional
RPPLH Provinsi RPPLH Kabupaten/Kota
2. Kajian
Lingkungan
Hidup Strategis
(KLHS)
KLHS untuk
kebijakan, rencana dan/atau program (KRP) Nasional.
KLHS untuk KRP provinsi.
KLHS untuk KRP
kabupaten/kota.
3. Pengendalian
Pencemaran
dan pemulihan
pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup
lintas Daerah
provinsi dan/atau
lintas batas
negara.
Pencegahan, penanggulangan
dan pemulihan
pencemaran
dan/atau kerusakan
lingkungan hidup
lintas Daerah
kabupaten/kota
dalam 1 (satu)
Daerah provinsi.
Pencegahan,
penanggulangan dan
pemulihan pencemaran
dan/atau kerusakan
lingkungan hidup dalam Daerah kabupaten/kota.
4. Keanekaragaman
Hayati (Kehati)
Pengelolaan Kehati nasional.
Pengelolaan Kehati provinsi.
Pengelolaan Kehati
kabupaten/kota.
5. Bahan
Berbahaya dan
Beracun (B3),
a. Pengelolaan B3.
Pengumpulan
limbah B3 lintas
Daerah
a. Penyimpanan
sementara limbah
dan Limbah Bahan
Berbahaya dan
Beracun (Limbah B3)
b. Pengelolaan limbah B3.
terhadap izin
lingkungan dan
izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (PPLH)
Pembinaan dan
pengawasan
terhadap usaha
dan/atau kegiatan
yang izin
lingkungan dan izin
PPLH diterbitkan
oleh Pemerintah
Pusat.
Pembinaan dan
pengawasan
terhadap usaha
dan/atau kegiatan
yang izin lingkungan
dan izin PPLH
diterbitkan oleh
Pemerintah Daerah provinsi.
Pembinaan dan
pengawasan terhadap
usaha dan/atau kegiatan yang izin lingkungan dan izin PPLH diterbitkan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota. tradisional dan
hak MHA
terkait dengan
PPLH yang
berada di 2
(dua) atau lebih Daerah
provinsi. b. Peningkatan
kapasitas MHA, kearifan lokal atau
pengetahuan tradisional dan
hak MHA
terkait dengan
PPLH yang
berada di 2
(dua) atau lebih Daerah tradisional dan
hak kearifan
lokal atau
pengetahuan tradisional dan hak MHA terkait Daerah provinsi. b. Peningkatan
kapasitas MHA,
kearifan lokal
atau
pengetahuan tradisional dan
hak kearifan
lokal atau
pengetahuan tradisional dan hak MHA terkait
pengakuan MHA,
kearifan lokal atau PPLH yang berada di Daerah
kabupaten/kota. b. Peningkatan
kapasitas MHA,
kearifan lokal atau PPLH yang berada di Daerah
dalam 1 (satu) Daerah provinsi
8. Pendidikan,
Pelatihan, dan
Penyuluhan
pelatihan, dan
penyuluhan
lingkungan hidup
untuk lembaga
kemasyarakatan tingkat nasional.
Penyelenggaraan pendidikan,
pelatihan, dan
penyuluhan
lingkungan hidup
untuk lembaga
kemasyarakatan
tingkat Daerah
provinsi.
Penyelenggaraan
pendidikan, pelatihan,
dan penyuluhan
lingkungan hidup untuk lembaga
kemasyarakatan tingkat Daerah kabupaten/kota.
9. Penghargaan
Lingkungan
Hidup Untuk
Masyarakat
Pemberian penghargaan lingkungan hidup tingkat nasional.
Pemberian penghargaan
lingkungan hidup
tingkat Daerah
provinsi.
Pemberian penghargaan
lingkungan hidup tingkat Daerah kabupaten/kota.
10. Pengaduan Lingkungan Hidup
Penyelesaian pengaduan
masyarakat di
bidang PPLH
terhadap :
a. usaha dan/atau kegiatan yang izin lingkungan
dan/atau izin
PPLH
diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.
b. usaha dan/atau kegiatan yang lokasi dan/atau dampaknya
lintas Daerah
provinsi.
Penyelesaian pengaduan
masyarakat di
bidang PPLH
terhadap :
a. usaha dan/atau
kegiatan yang
izin lingkungan
dan/atau izin
PPLH diterbitkan oleh Pemerintah Daerah provinsi. b. usaha dan/atau
kegiatan yang
lokasi dan/atau dampaknya
lintas Daerah
kabupaten/kota.
Penyelesaian
pengaduan masyarakat
di bidang PPLH
terhadap :
a. usaha dan/atau
kegiatan yang izin lingkungan dan/atau izin PPLH diterbitkan
oleh Pemerintah
Daerah
kabupaten/kota.
b. usaha dan/atau
kegiatan yang lokasi dan/atau dampaknya
menjadi energi listrik.
TPA/TPST regional.
a. Pengelolaan sampah.
pemrosesan akhir
sampah yang
diselenggarakan oleh swasta.
c. Pembinaan dan
regional oleh pihak swasta. c. Pembinaan dan
pengawasan penanganan
sampah di
TPA/tempat pengolahan sampah
terpadu (TPST)
regional oleh
pihak swasta. d. Penetapan dan
pengawasan tanggung jawab produsen dalam
pengurangan sampah.
e. Pembinaan dan pengawasan tanggung jawab produsen dalam
pengurangan sampah.
pengelolaan sampah yang
diselenggarakan oleh pihak swasta.
Berdasarkan tugas dan fungsinya, Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, memiliki berbagai bentuk jenis pelayanan kepada masyarakat yakni : layanan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL); layanan perizinan lingkungan; layanan penilaian kualitas air dan udara, layanan informasi lingkungan hidup, layanan pengawasan dan penegakan hukum lingkungan. Kinerja pelayanan Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan pada masing-masing jenis pelayanan adalah sebagai berikut :
a. Layanan Dokumen Lingkungan dan Pengawasan Dokumen Lingkungan
lingkungan AMDAL yang dikeluarkan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 19 dokumen.
Tabel 2.7
Layanan Rekomendasi Dokumen Lingkungan AMDAL dan UKL-UPL
No Rekoemdasi Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1.
AMDAL 10 6 3 24
2
UKL-UPL
Sumber : Badan Lingkungan Hidup DaerahProv. Sulsel Tahun 2014
Selain memberikan pelayanan dokumen lingkungan, seperti AMDAL dan UKL-UPL, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan juga melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan rekomendasi dalam dokumen lingkungan. Jumlah perusahaan yang wajib AMDAL yang diawasi turus meningkat, namun belum mampu menjangkau seluruh perusahaan wajib AMDAL. Pada tahun 2008 jumlah perusahaan wajib AMDAL yang diawasi sebanyak 225 perusahaan atau sekitar 94,94 % dari total wajib AMDAL, kemudian meningkat menjadi 329 perusahaan pada tahun 2012, atau sekitar 98,21 % dari total wajib AMDAL.
Tabel 2.8
Persentase Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Amdal Provinsi Sulawesi SelatanTahun 2008-2012
No Uraian Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1. Jumlah Perusahaan wajib AMDAL yang telah diawasi
225 242 267 298 329 10
2. Jumlah seluruh perusahaan wajib AMDAL
237 251 272 300 335 340
3. Persentase Jumlah
Pengaduan yang ditindaklanjuti (1)/(2)
94,94 %
96,41 %
98,16 %
99,33 %
98,21
% 2,94%
Sumber : Badan Lingkungan Hidup DaerahProv. Sulsel Tahun 2014
Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi yang akseleratif di Sulawesi Selatan, maka sengketa lingkungan antar masyarakat/ organisasi juga semakin meningkat. Peningkatan sengketa lingkungan ini, tergambar dari semakin meningkatnya pengaduan kasus lingkungan. Pada tahun 2008 jumlah pengaduan kasus lingkungan yang diterima BLHD Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 5 kasus meningkat menjadi 22 kasus pada tahun 2012. Kasus-kasus lingkungan yang ada dalam kurun waktu 5 tahun terakhir semuanya telah ditindak lanjuti oleh PEMDA, kecuali satu kasus pada tahun 2011. Berdasarkan trend peningkatan jumlah pengaduan kasus lingkungan, maka pada tahun 2018, jumlah kasus lingkungan di Sulawesi Selatan akan semakin banyak dan semakin beragam.
Tabel 2.9
Persentase Penegakan Hukum Lingkungan Provinsi Sulawesi SelatanTahun 2008-2012
No Uraian Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1. Jumlah kasus lingkungan
yang masuk 5 6 10 16 22
2. Jumlah kasus lingkungan yang diselesaikan BLHD Prov.Sulsel
5 6 10 15 22
3. Persentase Jumlah Pengaduan yang ditindaklanjuti (1)/(2)
100 % 100 % 100 % 93.75 % 100 % 50%
Sumber : Badan Lingkungan Hidup DaerahProv. Sulsel Tahun 2014
c. Layanan Informasi Status Mutu Air
Sulawsi Selatan memiliki 27 sungai dan 2 danau lintas kabupaten. Pada Tahun 2008 jumlah sungai yang dipantau mutu airnya sebanyak 1 sungai atau sekitar 3,70 % dari total sungai yang ada, dan pada tahun 2012 jumlah sungai yang dipantau mutu airnya meningkat menjadi 4 buah atau sekitar 14,81 %.
Tabel 2.10
Persentase Pencemaran Status Mutu Air Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008-2012
No Uraian Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1.
Jumlah sungai yang dipantau
mutu airnya 1 1 2 3 4
Jumlah sungai yang wajib dipantau 3. Persentase Jumlah sumber air
yang dipantau Mutu Airnya (1)/(2)
3.70 % 3.70 % 7.41 % 11.11 % 14.81 %
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Daerah Prov. Sulsel Tahun 2013
d. Layanan Penangan Sampah
Sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari proses alam. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka volume sampah yang dihasilkan dari aktivitas penduduk tersebut juga semakin meningkat. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang tepat agar sampah tersebut tidak menimbulkan masalah baik bagi manusia maupun lingkungan. Produksi sampah di Sulawesi Selatan terus meningkat, pada tahun 2008 jumlah produksi sampah sebesar 2,35 juta M3 per tahun kemudian
meningkat menjad 2,64 juta M3 per tahun, yang berarti selama kurun waktu 5 tahun,
produksi sampah meningkat sekitar 12,45 %. Pada tahun 2008 volume sampah yang dangani hanya sekitar 82,65 % dari produksi sampah, dan pada tahun 2012 presentasi sampah yang ditangan hanya sekitar 81,23 %.
Tabel 2.11
Persentase Penanganan Sampah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008-2012
No Uraian Tahun
1 Jumlah sampah yang ditangani (M3/Thn)
1,943,248 1,983,080 2,063,667 2,104,995 2,147,498
2 Jumlah produksi sampah (M3/Thn)
2,351,118 2,338,596 2,537,022 2,589,619 2,643,827
3 Persentase (%) 82.65 84.80 81.34 81.29 81.23
Sumber : Dinas Tata Ruang & Permukiman Prov. Sulsel Tahun 2013
Pada tahun 2012, produksi sampah di Sulawesi Selatan terbesar diproduksi di Kota Makassar, dengan volume sebesar 1,26 juta M3 per tahun, sedangkan volume
produksi sampah paling kecil di tempati Kabupaten Luwu dengan volume produksi
hanya sebesar 15,471 M3 per tahun. Dari aspek penangan sampah, tercatat Kota
Pare-Pare dan Kota Makassar memiliki persentase penangan sampah paling tinggi yakni masing-masing 94,90 % untuk Kota Pare-Pare dan 91,93 % untuk Kota Makassar. Sedangkan daerah yang memiliki penanganan sampah paling rendah ditempati Kabupaten Luwu Timur dan Jeneponto dengan presentase secara berturut-turut sebesar 20 % dan 30 %.
Tabel 2.12
Jumlah Volume Sampah dan Produksi Sampah Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012
No Kabupaten / Kota Jumlah Sampah yang Ditangani (M3/Thn)
Jumlah Volume Produksi Sampah (M3/Thn)
Persentase (%)
1 Kepulauan Selayar 18,190 21,884 83.12
2 Bulukumba 49,159 61,449 80.00
3 Bantaeng 20,638 43,967 46.94
4 Jeneponto 7,345 24,482 30.00
5 Takalar 29,651 38,205 77.61
6 Gowa 145,858 191,916 76.00
7 Sinjai 28,142 46,903 60.00
8 Maros 34,091 59,115 57.67
9 Pangkep 16,512 41,280 40.00
10 Barru 28,873 41,597 69.41
11 Bone 96,874 107,703 89.95
12 Soppeng 34,212 46,816 73.08
13 Wajo 66,286 79,544 83.33
14 Sidrap 62,815 86,641 72.50
15 Pinrang 61,916 69,568 89.00
16 Enrekang 9,118 19,538 46.67
17 Luwu 12,033 15,471 77.78
18 Tana Toraja 33,849 65,582 51.61
No Kabupaten / Kota Jumlah Sampah yang Ditangani (M3/Thn)
Jumlah Volume Produksi Sampah (M3/Thn)
Persentase (%)
20 Luwu Timur 8,683 43,413 20.00
21 Toraja Utara 20,440 44,548 45.88 22 Makassar 1,154,894 1,256,220 91.93 23 Pare Pare 100,713 106,128 94.90
24 Palopo 94,586 115,815 81.67
Sumber : Dinas Tata Ruang & Permukiman Sulawesi Selatan Tahun 2013
Daya tampung tempat pembuangan sampah (TPS) di Sulawesi Selatan selama kurun waktu 2008-2012 tidak mengalami perubahan, sementara jumlah penduduk Sulawesi Selatan terus bertambah. Kondisi tersebut menyebabkan rasio daya tampung TPS terhadap jumlah penduduk terus menurn. Pada tahun 2008 rasio daya tampun TPS terhadap jumlah penduduk sebesar 0,0015 % yang berarti daya tampung TPS yang tersedia hanya sebesar 0,0015 M3 per 100 penduduk. Bahkan pada tahun 2012 rasio
tersebut hanya sekitar 0,0014 %.
Tabel 2.13
Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008-2012
No Uraian Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1. Jumlah Daya Tampung TPS
(M³) 122,24 122,24 122,24 122,24 122,24
2. Jumlah Penduduk (Jiwa) 7.700.255 7.908.519 8,034,776 8.115.638 8.199.999
3. Rasio Daya Tampung TPS thd
Jumlah penduduk 0,0015 % 0,0015 % 0,0015 % 0,0015 % 0,0014 %
Sumber : Badan Lingkungan Hidup DaerahProv. Sulsel Tahun 2013
Rasio daya tampung TPS terhadap jumlah penduduk menurut wilayah kabupaten kota di Sulawesi Selatan memperlihatkan bahwa, Kota Pare-Pare dan Kota Makassar menempati posisi teratas. Rasio daya tampung TPS terhadap jumlah penduduk di kedua wilayah tersebut masing-masing sebesar 124,13 % dan 86,96 %. Sedangkan posisi terendah di tempati Kabupaten Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Luwu.
Tabel 2.14
Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012
No. Uraian Jumlah Penduduk
(jiwa)
Jumlah Daya Tampung TPS
(Ton) Rasio
No. Uraian Jumlah Penduduk (jiwa)
Jumlah Daya Tampung TPS
(Ton) Rasio
2 Bulukumba 399.785 29.040,00 7,26 % 3 Bantaeng 178.861 27.000,00 15,09 %
4 Jeneponto 346.894 - -
5 Takalar 275.567 - -
6 Gowa 677.456 43.920,00 6,48 %
7 Sinjai 231.910 46.800,00 20,18 %
8 Maros 325.994 23.400,00 7,18 %
9 Pangkep 311.821 28.800,00 9,23 %
10 Barru 167.580 25.051,20 14,95 %
11 Bone 725.743 126.000,00 17,36 %
12 Soppeng 224.184 98.280,00 43,84 %
13 Wajo 387.423 41.277,60 10,65 %
14 Sidrap 278.091 32.850,00 11,81 % 15 Pinrang 356.334 49.680,00 13,94 % 16 Enrekang 193.534 17.683,56 9,14 %
17 Luwu 338.494 9.000,00 2,66 %
18 Tana Toraja 223.653 12.045,00 5,39 % 19 Luwu Utara 292.670 11.340,00 3,87 % 20 Luwu Timur 254.080 4.200,00 1,65 %
21 Toraja Utara 219.676 - -
22 Makassar 1.377.494 1.196.513,80 86,86 % 23 Pare Pare 132.540 164.520,00 124,13 % 24 Palopo 155.360 120.600,00 77,62 %
Jumlah 8.199.999 2.126.001,16
Sumber : Badan Lingkungan Hidup DaerahProv. Sulsel Tahun 2013
e. Aksesibilitas Air Minum
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar measyarakat, baik untuk keperluan air minum maupun untuk keperluan lainnya. Karena itu penyediaan air bersih yang dapat diakses oleh masyarakat selalu menjadi perhatian pemerintah. Yang dimaksud akses air bersih meliputi air minum yang berasal dari air mineral, air leding/PAM, pompa air, sumur, atau mata air yang terlindung dalam jumlah yang cukup sesuai standar kebutuhan minimal. Aksesibilitas penduduk Sulawesi Selatan terhadap air bersih terus meningkat. Pada tahun 2008 persentase penduduk terhadap akses air bersih sebesar 77,36 persen, dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 82,52 persen, yang berarti terjadi peningkatan sebesar 5 persen dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008-2012
No Uraian Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah penduduk yang mendapat akses air minum
6,037,826 6,402,141 6,481,108 6,691,486 6,785,324
2 Jumlah penduduk 7,805,024 7,908,512 8,034,776 8,115,638 8,222,631 3 Persentase penduduk
berakses air bersih
77.36 80.95 80.66 82.45 82.52
Sumber : Dinas Tata Ruang & Permukiman Prov. Sulsel Tahun 2013
Aksesibilitas penduduk terhadap air bersih menurut wilayah di Sulawesi Selatan seperti pada tabel berikut, memperlihatkan bahwa Kota Makaasar memliki persentase penduduk mendapatkan akses air bersih mencapai 100 %, yang berarti seluruh penduduk di wilayah ini sudah memiliki aksesibilitas terhadap air bersih. Akan tetapi di Kabupaten Tanah Toraja dan Toraja Utara, hanya sekitar separuh penduduknya memiliki aksesibilitas terhadap air bersih.
Tabel 2.16
Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum dan Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012
No Kabupaten / Kota
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum
(Jiwa)
Persentase (%)
1 Kepulauan Selayar 124,516 113,112 90,84
2 Bulukumba 398,531 295,836 74.23
3 Bantaeng 178,477 168,007 94.13
4 Jeneponto 346,149 313,966 90.70
5 Takalar 272,316 234,456 86.10
6 Gowa 659,512 572,876 86.86
7 Sinjai 231,182 169,030 73.12
8 Maros 322,212 274,325 85.14
9 Pangkep 308,814 222,896 72.18
10 Barru 167,653 151,133 90.15
11 Bone 724,905 560,160 77.27
12 Soppeng 226,079 205,611 90.95
13 Wajo 388,985 297,201 76.40
14 Sidrap 274,648 265,328 96.61
16 Enrekang 192,163 131,804 68.59
17 Luwu 335,828 253,558 75.50
18 Tana Toraja 223,306 124,673 55.83
19 Luwu Utara 290,365 212,723 73.26
20 Luwu Timur 245,515 189,523 77.19
21 Toraja Utara 218,943 113,307 51.75
22 Makassar 1,339,374 1,347,480 100.61
23 Pare Pare 130,563 129,025 98.82
24 Palopo 149,421 135,667 90.80 Sumber : Dinas Tata Ruang & Permukiman Prov. Sulsel Tahun 2013
f. Persentase Luas Pemukiman Yang Tertata
Persentase luas pemukiman yang tertata di ukur dari rasio antara luas areal pemukiman tertata terhadap total areal pemukiman secara keseluruhan. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Dari tabel berikut memperlihatkan bahwa persentase luas areal pemukiman yang tertata terus meningkat. Pada tahun 2009 sebesar 61,48 persen dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 86,11 persen, atau meningkat 25 persen dala kurun waktu 4 tahun.
Tabel 2.17
Persentase Luas Permukiman yang Tertata Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008-2012
No Uraian Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1 Luas area permukiman tertata(Ha)
- 43,190 97,776 104,744 114,345.83
2 Luas area permukiman keseluruhan (Ha)
- 70,246.24 122,579.24 125,368.04 132,790.04
3
Persentase luas
permukiman yang tertata (Ha)
- 61.48 79.77 83.55 86.11
Sumber : Dinas Tata Ruang & Permukiman Prov. Sulsel Tahun 2013
tertata yakni mencapai 98,76 % sedangkan posisi paling rendah di tempati oleh Kabupaten Barru, dengan persentase luas pemukiman tertata hanya sebesar 54,70 %.
Tabel 2.18
Persentase Luas Permukiman yang TertataMenurut Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011
No Kabupaten / Kota
Luas Area Permukiman Keseluruhan (Ha)
Luas Area Permukiman Tertata (Ha)
Persentase (%)
1 Kepulauan Selayar 872.15 690.15 79.13
2 Bulukumba 237,87 202.56 85.16
3 Bantaeng 7,253.00 6,553.30 90.35
4 Jeneponto 2,674.00 2,333.80 87.28
5 Takalar 1,929.00 1,508.50 78.20
6 Gowa 9,793.26 9,378.68 95.77
7 Sinjai 169.00 126.27 74.72
8 Maros 3,420.48 1,991.88 58.23
9 Pangkep 3,336.70 3,092.80 92.69
10 Barru 2,767.92 1,514.10 54.70
11 Bone 17,779.00 11,349.90 63.84
12 Soppeng 272.73 188.73 69.20
13 Wajo 150.00 138.04 92.03
14 Sidrap 21,395.22 21,130.11 98.76
15 Pinrang 508.20 473.55 93.18
16 Enrekang 3,351.00 2,463.70 73.52
17 Luwu 7,318.00 6,685.30 91.35
18 Tana Toraja 1,474.83 914.13 61.98
19 Luwu Utara 17,717.00 16,106.30 90.91
20 Luwu Timur 10,059.44 9,299.44 92.44
21 Toraja Utara 9,865.00 9,706.50 98.39
22 Makassar 5,400.24 4,501.74 83.36
23 Pare Pare 424.00 310.20 73.16
24 Palopo 4,622.00 3,686.15 79.75
Tabel 2.19
Pencapaian Kinerja Pelayanan BLHD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 s/d 2012.
NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi BLHD Target SPM Target IKK Target Indikator
Lainnya
Target Renstra SKPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada Tahun ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
Urusan Wajib LH
1.
Persentase jumlah sungai dan danau yang dipantau kualitasnya, ditetapkan status mutu airnya dan diinformasikan
status mutu airnya
100 % - - 20% 40% 60% 80% 100% 20 % 20 % 40 % 80 % 60 % 1 0,5 0,66 1 0,4
2
Persentase jumlah kabupaten/kota
yang dipantau kualitas udara ambiennya dan diinformasikan mutu udara ambiennya
100 % - - 20% 40% 60% 80% 100% - 4,16 % 29,16 % 41,66 % 58,33 % - 0,10 0,48 0,52 0,58
3
Persentase jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang
ditindaklanjuti
100 % - - 20% 40% 60% 80% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 5 2,5 1,66 1,25 1
4
Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan Amdal (jumlah dokumen Amdal yang diawasi pelaksanaannya/ jumlah total dokumen Amdal yang berlaku)
- 72,34
% - - - 94,94% 96,41% 98,16% 99,33 % 98,21 %
5 Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor
dan sumber mata air - - - -
6 Persentase penanganan sampah - 81,67
% - - - - -
7 Persentase penduduk berakses air minum - 82,52
% - - - - -
8 Persentase luas pemukiman yang tertata - 86,11
Tabel 2.20
Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan BLHD Provinsi Sulsel Tahun 2008-2012.
Uraian
Anggaran pada Tahun ke- Realisasi Anggaran pada Tahun ke- Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun ke- Rata-rata
Pertumbuhan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Anggara
n Realisasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
PENDAPATAN DAERAH Pendapatan Asli Daerah
- Hasil retribusi daerah 100 120 130,5 250 450 105 125 133 253 479 1,05 1,04 1,02 1,01 1,06 70 74,8
- Dana Dekonsentrasi 500 500 500 500 4.209 412 435 430 440 3.698 0,82 0,87 0,86 0,88 0,88 741,8 657,2
BELANJA DAERAH 8.576 9.899 11.399 13.002 16.931 8.260 9.023 11.631 12.516 16.470 0,96 0,91 1,02 0,96 0,97 1671 1642
Belanja tidak langsung 2.240 2.953 3.141 3.747 4.385 2.125 2.798 3.101 3.546 4.298 0,95 0,95 0,99 0,95 0,98 429 434,6
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
Adapun tantangan yang dihadapi dalam pengembangan pelayanan Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut ;
1. Menurunnya daya dukung dan kualitas lingkungan hidup sebagai dampak aktivitas pembangunan yang semakin meningkat
2. Meningatnya pencemaran lingkungan hidup air, udara dan tanah yang diakibatkan oleh aktivitas industri dan masyarakat.
3. Fenomena perubahan iklim, seperti meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, pergeseran musim, perubahan intensitas dan periode hujan.
4. Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
5. Lemahnya penegakan hukum lingkungan.
6. Kurangnya keterpaduan pengelolaan lingkungan lintas SKPD.
Sementara itu untuk peluang dalam pengembangan Pelayanan Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang dapat dioptimalkan antara lain:
1. Komitmen kepala daerah dalam hal ini oleh Gubernur Sulawesi Selatan terkait upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
2. Penambahan anggaran setiap tahunnya dalam upaya peningkatan kapasitas pengelolaan lingkungan hidup di Sulawesi Selatan.
3. Terealisasinya sekolah lingkungan hidup pertama di Indonesia di Sulawesi Selatan dalam rangka menghadirkan sumberdaya manusia yang kompeten dalam pengelolaan lingkungan.
4. Terbitnya regulasi berupa PERDA dan PERGUB yang terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Sulawesi Selatan.