BAB III
GAMBARAN TENTANG PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
A. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP), kepada Wajib Pajak Orang
Pribadi diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Besaran Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)sendiri diatur di
lalu.Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) pada dasarnya adalah pengurang
penghasilan neto bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menentukan besarnya
Penghasilan Kena Pajak (PKP). Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)ditentukan
berdasarkan keadaan pada1 Januari tahun pajak yang bersangkutan.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)sendiri dibedakan antara Wajib Pajak
kawin dan yang tidak kawin, sehingga secara rinci besaran Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) adalah sebagai berikut:
a. Rp 24.300.000,- untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi
c. Rp 24.300.000,- tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam
d. Rp 2.025.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
Yang dimaksud dengan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat adalah ayah, ibu, dan anak. Sedangkan hubungan keluarga sedarah dalam
garis keturunan kesamping satu derajat adalah saudara kandung. Sementara itu yang
dimaksud dengan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah
mertua dan anak tiri, sedangkan hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan
kesamping satu derajat adalah ipar.
Jadi anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus yang
menjadi tanggungan sepenuhnya misalnya orang tua, mertua, anak kandung, atau
anak angkat berhak mendapatkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)maksimal 3
orang untuk setiap keluarga. Sedangkan yang dimaksud dengan menjadi tanggungan
sepenuhnya adalah anggota keluarga yang tidak mempunyai penghasilan dan seluruh
biaya hidupnya ditanggung oleh Wajib Pajak.
Pengertian menjadi tanggungan sepenuhnya menurut Undang - Undang Pajak
a. tinggal bersama – sama dengan Wajib Pajak;
b. nampak secara nyata tidak mempunyai penghasilan sendiri;
c. tidak pula turut dibantu oleh lain – lain anggota keluarga atau oleh orang
tuanya sendiri.
Sedangkan kalau Wajib Pajak sekedar menyumbang, membantu, bertanggung
jawab dan sebagainya, tidak termasuk dalam menjadi tanggungan sepenuhnya.
Contoh cara penghitungan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP):
Kang Yudi merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang pada 1 Januari 2014
berdasarkan fotokopi surat nikah dan kartu keluarga berstatus Kawin dengan 2
Tanggungan. Maka Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)-nya dihitung dengan cara:
NO URAIAN JUMLAH
1 Untuk diri Kang Yudi 24.300.000,-
2 Tambahan karena Kang Yudi telah menikah 2.025.000,-
3 Tambahan dua orang tanggungan (2x
Rp2.025.000,-)
4.050.000,-
4 Jumlah 30.375.000,-
(Sumber: Nashikudin, 2015)
Bagi Wajib Pajak Tidak Kawin, maka status Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP)– nya adalah TK/jumlahtanggungan (TK garis miring jumlah tanggungan).
Misalnya Wajib Pajak bujangan yang tidak memiliki tanggungan, dituliskan sebagai
TK/0 (dibaca Tidak Kawin 0 tanggungan). Wajib Pajak bujangan yang menanggung
keluarga sedarah 1 orang akan dituliskan TK/1, dst. Besaran masing – masing
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)untuk Wajib Pajak Tidak Kawin adalah
sebagai berikut:
NO URAIAN JUMLAH
1 TK/0 24.300.000,-
2 TK/1 26.325.000,-
3 TK/2 28.350.000,-
4 TK/3 30.375.000,-
(Sumber: Nashikudin, 2015)
C. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Bagi Wajib Pajak Kawin
Wajib Pajak yang telah kawin, selain mendapatkan Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) untuk dirinya sendiri, juga mendapatkan Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) untuk status perkawinannya, ditambah anggota keluarga yang menjadi
tanggungan sepenuhnya maksimal 3 orang. Penulisan Penghasilan Tidak Kena Pajak
Besaran masing – masing Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk Wajib
Pajak Kawin adalah sebagai berikut:
NO URAIAN JUMLAH
1 K/0 26.325.000,-
2 K/1 28.350.000,-
3 K/2 30.375.000,-
4 K/3 32.400.000,-
(Sumber: Nashikudin, 2015)
D. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)Karyawati Kawin Yang Menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Suami Dalam Pemenuhan Hak Dan Pelaksanaan Kewajiban Perpajakannya
Undang - Undang Pajak Penghasilan menempatkan keluarga sebagai satu
kesatuan ekonomis, sehingga penghasilan dari seluruh keluarga digabungkan dengan
penghasilan kepala keluarga sebagai satu kesatuan, begitu juga dengan kerugiannya.
Oleh karena itu karyawati yang telah kawin wajib menggunakan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) suami dalam pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban
perpajakannya sebagaimana diatur dalam PER-20/PJ/2013. Ketentuan Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi karyawati kawin yang menggunakan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) suami dalam pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban
a. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang diberikan oleh pemberi kerja
dalam penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah sebesar untuk
dirinya sendiri saja, sehingga statusnya dianggap TK/0,
b. Dalam hal karyawati kawin tersebut dapat membuktikan dengan surat
keterangan tertulis serendah-rendahnya dari kecamatan yang menyatakan
bahwa suaminya tidak menerima/memperoleh penghasilan, maka besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang diberikan adalah sebesar
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk dirinya sendiri + Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) status kawin + Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya maksimal 3
(tiga) oran
Meskipun suami dan istri dianggap sebagai satu kesatuan ekonomis, dalam
hal-hal tertentu penghasilan suami dan istri dikenai pajak secara terpisah, yakni dalam
hal:
1. suami - istri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim (HB-Hidup
Berpisah)
2. dikehendaki secara tertulis oleh suami-istri berdasarkan perjanjian pemisahan
harta dan penghasilan (PH-Pisah Harta)
3. dikehendaki oleh istri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban
perpajakannya sendiri (MT-Memilih Terpisah)
Apabila suami - istri memiliki keadaan Pisah Harta (PH) atau Memilih Terpisah
(MT), maka dikenai pajak berdasarkan penggabungan penghasilan neto suami dan
penghasilan neto istri, serta besarnya Pajak Penghasilan (PPh) terutang yang harus
dilunasi oleh masing-masing suami-istri dihitung sesuai dengan perbandingan
penghasilan neto mereka. Sehingga status Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)-nya
ditulis K/I/tanggungan (K garis miring I garis miring tanggungan). Artinya Wajib
Pajak dengan status kawin, mendapat tambahan seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami, ditambahPenghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
untuk anggota keluarga yang menjadi tanggungan.
NO URAIAN JUMLAH
2 K/I/1 52.650.000,-
3 K/I/2 54.675.000,-
4 K/I/3 56.700.000,-
(Sumber: Nashikudin, 2015)
F. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Wanita Kawin Dengan Status Hidup Berpisah (HB)
Dalam hal suami - istri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim, Wajib
Pajak tersebut diperlakukan seperti Wajib Pajak Tidak Kawin, sehingga status
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)-nya adalah TK/tanggungan (TK garis miring
tanggungan).
Contoh:
Suami - istri pada awal tahun pajak telah memiliki status hidup berpisah dengan
putusan hakim dan memiliki 3 orang anak. Maka dapat digambarkan sebagai berikut:
NO URAIAN Status PTKP Suami Status PTKP Istri
1 3 anak menjadi tanggungan suami
0 anak menjadi tanggungan istri
TK/3 TK/0
1 anak menjadi tanggungan istri
3 1 anak menjadi tanggungan suami
2 anak menjadi tanggungan istri
TK/1 TK/2
4 0 anak menjadi tanggungan suami
3 anak menjadi tanggungan istri
TK/0 TK/3
(Sumber: Nashikudin, 2015)
G. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Atas Warisan
Penghasilan dari warisan yang belum terbagi pada prinsipnya merupakan hak
dan dapat dibagikan kepada para ahli waris yang berhak, dan penghasilan tersebut
harus digabungkan dengan penghasilan lainnya yang diterima atau diperoleh
masing-masing ahli Waris.
Oleh karena itu, dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP) masing -
masing ahli waris telah memperoleh pengurangan berupaPenghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP), maka dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP) atas
penghasilan yang berasal dari warisan yang belum terbagi tidak diberikan
pengurangan berupaPenghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). (Nasikhudin, 2015)
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
Tabel IV.1
Keterangan 2012 2013 2014
Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) 15.840.000 24.300.000 24.300.000
Jumlah Wajib Pajak
Penghasilan (PPh)
Pasal 21
8.147 8.745 9.641
Jumlah Target Kantor
Pelayanan Pajak
Pratama (KPP) Lubuk
Pakam
416.603.340.000 514.625.999.999 562.531.040.000
Jumlah Penerimaan
Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21
382.698.376.388 473.745.645.671 569.557.972.633
Persentase Penerimaan 91,86% 92,06% 101,25%
(Sumber: KPP Pratama Lubuk Pakam)
Penjelasan:
Dari data diatas, Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Tahun 2012
91,86%. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada tahun 2013 yang telah
mengalami kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebesar 92,06%.
Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 tahun 2013 mengalami kenaikan
sebesar 0,2% dibandingkan tahun 2013.
Pada tahun 2014 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 meningkat sebesar
101,25%. Peningkatan ini melebihitarget penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
21. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 tahun 2014 mengalami kenaikan
sebesar 9,19% dibandingkan tahun 2013. Pada tahun 2014 tidak ada perubahan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak.
Peningkatan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)ternyata tidak
mengakibatkan penurunan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor seperti peningkatan jumlah Wajib Pajak,
peningkatan penghasilan, dan perubahan status Wajib Pajak. Misalnya, dari data
diatas dapat dilihat adanya peningkatan jumlah wajib pajak yang cukup signifikan.
Walaupun karena kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ini mengakibatkan
beberapa wajib pajak tereliminasi karena penghasilannya per tahun lebih rendah dari
batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), namun karena beberapa faktor seperti
jumlah wajib pajak dan penghasilan yang meningkat, sehingga dampak dari
perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ini tidak menyebabkan penurunan
Untuk lebih memperjelas perubahan yang diakibatkan oleh peningkatan
PTKP, maka berikut disajikan beberapa kasus mengenai faktor – faktor yang
menyebabkan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 tidak mengalami
penurunan walaupun terjadinya peningkatan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
B. Kasus
1. PTKP Lama, Penghasilan Tetap, Jumlah Karyawan Tetap
Tahun 2012, PT. ABC merupakan wajib pajak dari Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Lubuk Pakam. PT. ABC memiliki 20 karyawan aktif yang
bekerja di perusahaan ini. Berikut data karyawan PT. ABC :
Tabel VI.2
No
. Nama
Penghasilan Neto/Tahun
(Rp) Status PTKP PKP
PPh Pasal 21
15 O 82441440 TK/1 17160000 65281440 4792216 399351 16 P 45006000 K/1 18480000 26526000 1326300 110525 17 Q 99606000 K/2 19800000 79806000 6970900 580908 18 R 126006600 K/3 21120000 104886600 10732990 894416 19 S 42009120 K/0 17160000 24849120 1242456 103538 20 T 54008160 TK/2 18480000 35528160 1776408 148034 TOTAL PPH PASAL 21 KARYAWAN PT. ABC 9884786
2. PTKP Baru, Penghasilan Tetap, Jumlah Karyawan Tetap
Tahun 2013, PT. ABC merupakan wajib pajak dari Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Lubuk Pakam. PT. ABC masih memiliki 20 karyawan aktif
yang bekerja di perusahaan ini dan belum ada penambahan karyawan sekarang.
Berikut data karyawan PT. ABC :
Tabel VI.3
No. Nama
Penghasilan Neto/Tahun
(Rp) Status PTKP PKP
PPh Pasal 21
3. PTKP Baru, Penghasilan Tetap, Jumlah Karyawan Meningkat
Tahun 2013, PT. ABC merupakan wajib pajak dari Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Lubuk Pakam. Sebelumnya, PT. ABC memiliki 20 karyawan
aktif yang bekerja di perusahaan ini. Sekarang, PT. ABC menambah 10
karyawan dan PT. ABC memiliki 30 karyawan aktif. Berikut data karyawan
PT. ABC :
Tabel VI.4
No. Nama
Penghasilan Neto/Tahun
(Rp) Status PTKP PKP
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21/Bulan 1 A 44685000 TK/0 24300000 20385000 1019250 84938 2 B 34206600 TK/2 28350000 5856600 292830 24403 3 C 34328400 TK/0 24300000 10028400 501420 41785 4 D 103206000 K/3 32400000 70806000 5620900 468408 5 E 87605400 TK/2 28350000 59255400 3888310 324026 6 F 68406000 K/0 26325000 42081000 2104050 175338 7 G 258489000 K/1 28350000 230139000 29520850 2460071 8 H 44685000 TK/2 28350000 16335000 816750 68063 9 I 54008160 K/3 32400000 21608160 1080408 90034 10 J 41405400 K/1 28350000 13055400 652770 54398 14 N 64806000 TK/3 30375000 34431000 1721550 143463 15 O 82441440 TK/1 26325000 56116440 3417466 284789 16 P 45006000 K/1 28350000 16656000 832800 69400 17 Q 99606000 K/2 30375000 69231000 5384650 448721 18 R 126006600 K/3 32400000 93606600 9040990 753416 19 S 42009120 K/0 26325000 15684120 784206 65351 20 T 54008160 TK/2 28350000 25658160 1282908 106909
TOTAL PPH PASAL 21 KARYAWAN PT. ABC 8390965
11 K 25206000 TK/0 24300000 906000 45300 3775 12 L 187209360 TK/0 24300000 162909360 19436404 1619700 13 M 150001800 K/1 28350000 121651800 13247770 1103981 14 N 64806000 TK/3 30375000 34431000 1721550 143463 15 O 82441440 TK/1 26325000 56116440 3417466 284789 16 P 45006000 K/1 28350000 16656000 832800 69400 17 Q 99606000 K/2 30375000 69231000 5384650 448721 18 R 126006600 K/3 32400000 93606600 9040990 753416 19 S 42009120 K/0 26325000 15684120 784206 65351 20 T 54008160 TK/2 28350000 25658160 1282908 106909 21 U 66602400 K/1 28350000 38252400 1912620 159385 22 V 41402640 TK/2 13247770 28154870 1407744 117312 23 W 33609000 K/3 32400000 1209000 60450 5038 24 X 78849600 TK/0 24300000 54549600 3182440 265203 25 Y 54609360 TK/0 24300000 30309360 1515468 126289 26 Z 41405400 K/2 30375000 11030400 551520 45960 27 AB 54609360 K/0 26325000 28284360 1414218 117852 28 BC 150001800 K/1 28350000 121651800 13247770 1103981 29 CD 342007200 K/3 32400000 309607200 42401800 3533483 30 DE 366006600 TK/0 24300000 341706600 50426650 4202221 TOTAL PPH PASAL 21 KARYAWAN PT. ABC 18067688
4. PTKP Baru, Penghasilan Meningkat, Karyawan Tetap
Tahun 2013, PT. ABC merupakan wajib pajak dari Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Lubuk Pakam. PT. ABC masih memiliki 20 karyawan aktif
yang bekerja di perusahaan ini. Saat ini, karyawan PT. ABC mendapatkan
kenaikan penghasilan dari perusahaan.
No. Nama
Penghasilan Neto/Tahun
(Rp) Status PTKP PKP
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21/Bulan 1 A 76209000 TK/0 24300000 51909000 2786350 232196 2 B 42006600 TK/2 28350000 13656600 682830 56903 3 C 42608400 TK/0 24300000 18308400 915420 76285 4 D 128407200 K/3 32400000 96007200 9401080 783423 5 E 114005400 TK/2 28350000 85655400 3888310 324026 6 F 68406000 K/0 26325000 42081000 2104050 175338 7 G 295929000 K/1 28350000 267579000 35136850 2928071 8 H 54285000 TK/2 28350000 25935000 1296750 108063 9 I 60008160 K/3 32400000 27608160 1380408 115034 10 J 79205400 K/1 28350000 50855400 2628310 219026 11 K 33606000 TK/0 24300000 9306000 465300 38775 12 L 202809360 TK/0 24300000 178509360 21776404 1814700 13 M 246009600 K/1 28350000 217659600 27648940 2304078 14 N 78966000 TK/3 30375000 48591000 2429550 202463 15 O 129607200 TK/1 26325000 103282200 10492330 874361 16 P 48600000 K/1 28350000 20250000 1012500 84375 17 Q 134766600 K/2 30375000 104391600 10658740 888228 18 R 147605400 K/3 32400000 115205400 12280810 1023401 19 S 91201440 K/0 26325000 64876440 4731466 394289 20 T 68169360 TK/2 28350000 39819360 1990968 165914 TOTAL PPH PASAL 21 KARYAWAN PT. ABC 12808947
5. PTKP Baru, Penghasilan Meningkat, Jumlah Karyawan Meningkat, Status
Berbeda
Tahun 2013, PT. ABC merupakan wajib pajak dari Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Lubuk Pakam. Sebelumnya, PT. ABC memiliki 20 karyawan
aktif yang bekerja di perusahaan ini. Saat ini, PT. ABC telah memiliki 30
Beberapa karyawan juga memiliki status yang berbeda dari sebelumnya, ada
yang menikah, ada yang bercerai, tanggungan bertambah, dan tanggungan
berkurang. Berikut data karyawan PT. ABC :
Tabel VI.6
No. Nama
Penghasilan Neto/Tahun
(Rp)
Status PTKP PKP PPh Pasal 21
PPh Pasal 21/Bulan
Penjelasan :
1. Pada tabel VI.2, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari
karyawan PT. ABC sebesar Rp 9.884.786 dengan kasus Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) yang digunakan adalah versi Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) sebelum Peraturan Menteri Keuangan Nomor
PMK-162/PMK.011/2012 yaitu sebesar Rp 15.840.000, penghasilan karyawan tetap,
dan jumlah karyawan tetap.
2. Pada Tabel VI.3, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari
karyawan PT. ABC sebesar Rp 8.390.965 dengan kasus Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) yang digunakan adalah versi Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
PMK-162/PMK.011/2012 yaitu sebesar Rp 24.300.000, penghasilan karyawan tetap,
dan jumlah karyawan tetap.
Dari kedua tabel tersebut, penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari
karyawan PT. ABC dari tabel VI.2 lebih tinggi daripada tabel VI.3. Hal ini
dikarenakan perbedaan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang dikenakan
(PTKP) tahun 2013 lebih tinggi daripada Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) tahun 2012 sementara jumlah karyawan dan penghasilan karyawan PT.
ABC tetap. Sehingga menyebabkan jumlah penerimaan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21 karyawan PT. ABC di tabel VI.3 lebih kecil daripada tabel VI.2.
3. Pada tabel VI.4, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari
karyawan PT. ABC sebesar Rp 18.067.688 dengan kasus Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) yang digunakan adalah versi Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
PMK-162/PMK.011/2012 yaitu sebesar Rp 24.300.000, penghasilan tetap, dan jumlah
karyawan meningkat.
Pada tabel ini, penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang
menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang terbaru lebih besar
daripada tabel VI.2 yang menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
yang lama. Hal ini dikarenakan karena pada tabel VI.4 terjadi peningkatan
jumlah karyawan PT. ABC, sehingga penerimaan Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21 lebih besar daripada tabel VI.2.
4. Pada tabel VI.5, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari
karyawan PT. ABC sebesar Rp 12.808.947 dengan kasus Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) yang digunakan adalah versi Penghasilan Tidak Kena
PMK-162/PMK.011/2012 yaitu sebesar Rp 24.300.000, penghasilan meningkat, dan
karyawan tetap.
Pada tabel ini, penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang
menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang terbaru lebih besar
daripada tabel VI.2 yang menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) yang lama. Hal ini dikarenakan pada tabel VI.5 terjadi peningkatan
penghasilan karyawan PT. ABC walaupun jumlah karyawan tetap. Sehingga
penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada tabel VI.5 lebih besar
daripada tabel VI.2.
5. Pada tabel VI.6, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari
karyawan PT. ABC sebesar Rp 22.618.711dengan kasus Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) yang digunakan adalah versi Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
PMK-162/PMK.011/2012 yaitu sebesar Rp 24.300.000, penghasilan meningkat,
jumlah karyawan meningkat, dan status karyawan yang berbeda.
Pada tabel ini, penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang
menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang terbaru lebih besar
daripada tabel VI.2 yang menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) yang lama. Hal ini dikarenakan pada tabel VI.6 terjadi peningkatan
penghasilan karyawan PT. ABC, peningkatan jumlah karyawan, dan
perubahan pengenaan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) pada karyawan
PT. ABC. Sehingga menyebabkan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
21 pada tabel VI.6 lebih besar daripada tabel VI.2.
C. Upaya Dalam Memenuhi Target Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Saat Terjadinya Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam berupaya memenuhi
target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.. Hal ini sangat berhubungan
secara signifikan dalam pencapaiaan target penerimaan pajak dan dukungan seluruh
masyarakat sangat dibutuhkan. Beberapa upaya yang dilakukan untuk memenuhi
target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 saat terjadinya perubahan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) :
1. Mendorong Wajib Pajak untuk benar – benar melaporkan pajaknya sehingga
Wajib Pajak tidak menghindari kewajiban perpajakannya.
2. Meningkatkan pengawasan internal untuk mendeteksi berbagai kasus
penyimpangan sehubungan dengan pelaksanaan tugas.
3. Memperbaiki sistem dan prosedur yang mengarah pada sistem yang dapat
mempermudah pelayanan dan mendorong efektifitas dalam pemenuhan target
penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.
4. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat sehubungan dengan perubahan
5. Melakukan pengawasan terhadap Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya.
6. Melakukan penyempurnaan sistem administrasi perpajakan untuk
meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.
7. Optimalisasi kualitas pelayanan sebagai upayapemenuhan target penerimaan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.
8. Melibatkan masyarakat luas dalam mekanisme pengawasan penerimaan Pajak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis setelah melakukan
penelitian mengenai pengaruh perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Lubuk Pakam sebagi berikut:
1. Berdasarkan data pada tabel VI.1, dari tahun 2012 – 2014, penerimaan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Lubuk Pakam tidak mengalami penurunan walaupun mengalami
perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
2. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 tidak mengalami penurunan
karena disebabkan beberapa faktor seperti meningkatnya jumlah wajib
pajak, meningkatnya penghasilan wajib pajak, dan perubahan status wajib
pajak. Seperti di tabel VI.1, Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
tidak mengalami penurunan karena salah satu faktornya adanya peningkatan
jumlah wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Lubuk Pakam.
3. Penerapan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang meningkat memang
secara orang – perorangan menyebabkan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
faktor – faktor seperti kenaikan penghasilan, kenaikan jumlah wajib pajak,
dan perubahan status wajib pajak.
4. Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam telah
melakukan upaya-upaya yang baik dalam memenuhi target penerimaan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.
B. Saran
Setelah penulis mengambil kesimpulan dari penelitian mengenai pengaruh
perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terhadap penerimaan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam,
penulis ingin menyampaikan saran - saran. Hal tersebut bertujuan agar di masa yang
akan datang dalam pemenuhan target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam tetap baik dan mengalami
peningkatan. Adapun saran - saran yang ingin disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam harus lebih giat
untuk mengajak masyarakat yang berpotensi pajak untuk taat dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya.
2. Melakukan penyuluhan dan memperbanyak agenda seminar tentang
perpajakan yang dapat memberikan bimbingan bagi wajib pajak mengenai
Wajib pajak yang kurang memahami dan mengerti dengan Ketentuan
Perpajakan.
3. Hendaknya dilakukan sosialisasi langsung yang bekerja sama dengan
pemerintah daerah yang menunjukkan adanya transparansi terhadap
penggunaan uang pajak yang diterima ataupun yang akan digunakan kepada
masyarakat merupakan salah satu contoh sosialisasi langsung yaitu dengan
memberikan tulisan, stiker, ataupun spanduk pada fasilitas-fasilitas umum.
Hal tersebut dapat menumbuhkan rasa keinginan masyarakat dalam
memenuhikewajiban sebagai wajib pajak.
4. Penulis menyarankan agar pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Lubuk Pakam dapat menjalin hubungan yang lebih baik lagi dengan Wajib
Pajak. Tujuannya adalah untuk menjamin agar Wajib Pajak tersebut