• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Tentang Takharuj (Keluar) Dalam Menerima Bagian Warisan Dan Akibat Hukumnya Menurut Fikih Islam (Studi Kasus Di Kecamatan Lamprit Kota Banda Aceh)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Tentang Takharuj (Keluar) Dalam Menerima Bagian Warisan Dan Akibat Hukumnya Menurut Fikih Islam (Studi Kasus Di Kecamatan Lamprit Kota Banda Aceh)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang

Hukum kewarisan Islam di Indonesia adalah hukum waris yang bersumber

kepada Al-Qur’an dan Hadits, hukum yang berlaku universal. Namun jika ada

beberapa perbedaan paham di kalangan ulama mazhab dengan tidak mengurangi

ketaatan umat Islam kepada ketentuan Allah dan Rasul-Nya, maka perbedaan

pendapat tersebut dibolehkan dan dapat dipandang sebagai rahmat.

Kewarisan (Al-miras), yang disebut juga sebagai faraidh berarti bagian tertentu dari harta warisan sebagaimana telah diatur dalam nash Qur’an dan Al-Hadits, sehingga dapat disimpulkan bahwa pewarisan adalah perpindahan hak dan

kewajiban tentang kekayaan seseorang yang telah meninggal dunia terhadap

orang-orang yang masih hidup dengan bagian-bagian yang telah ditetapkan dalam nash-nash,baik Al-Qur’an dan Al-Hadits1.

Hukum kewarisan termasuk salah satu aspek yang diatur dalam Al-Qu’ran

surah an-nisa ayat 7 secara jelas dalam. Hal ini membuktikan bahwa masalah

kewarisan cukup penting dalam agama Islam. Apalagi Islam pada awal

pertumbuhanya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang berlaku

pada masyarakat arab jahiliyah2.

Menurut istilah hukum Indonesia, ilmu faraidh ini disebut dengan “Hukum Waris” (erfrecht) yaitu hukum yang mengatur tentang apa yang terjadi dengan harta

1 Habiburrahman, Rekontruksi Hukum Kewarisan Islam di Indonesia.(Guanung Djti bandung.2001) hal 1.

(2)

kekayaan seseorang yang telah meninggal dunia.Pembagian warisan didalam agama

Islam merupakan suatu kemestian (infaq ijbari).Penetapan dan pembagian warisan yang telah tercantum dalam Al-Qur’an tidak boleh ditolak oleh ahli waris yang

berhak menerimanya, sebelum dilakukan pembagian warisan.

Pembagian harta warisan menurut Al-Qur’an/Al-hadist, dapat

diketemukan ketentuan hukumnya, dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata, “Rasulullah saw

Bersabda, Serahkanlah Pembagian Warisan itu kepada ahlinya , bila ada yang tersisa, maka berikanlah kepada keluarga laki-laki terdekat”. (Hadist disepakati Imam Bukhari dan Imam Muslim)3. Dengan adanya kewajiban untuk menjalankan syari’at Islam dalam perkara waris maka wajib (wajibkifa’i)pula hukum belajar dan mengajarkan ilmuFaraidh4.

Menurut hukum Islam, pembagian harta warisan secara normatif antara

anak laki-laki dan perempuan adalah 2:1 sebagaimana firman Allah “Allah mengisyaratkan bagimu tentang (pembagian warisan) untuk anak-anakmu, yaitu : bagian anak-laki sama dengan bagian dua anak perempuan “. (QS. An- Nisa’ [4]:11). artinya anak laki-laki mendapatkan dua kali bagian dibandingkan dengan

anakperempuan. Namun kondisi tersebut juga bisa saja dibagi rata setelah

masing-masing ahli waris mengetahui bagiannya, berdasarkan asas keadilan5.

3Suhrawardi Lubis, Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam (Jakarta: Sinar Grafika,1995), hal 31

(3)

Masalah harta pusaka, sering menjadi sumber sengketa dalam

keluarga.Terutama untuk menentukan siapa-siapa yang berhak dan tidak berhak

mendapat warisan yang pada gilirannya bisa menimbulkan sengketa dalam keluarga.

Menurut salah satu pihak dianggap sudah adil sedangkan menurut pihak lain masih

menganggap tidak adil.Para ulama fikih memberikan defenisi ilmu waris (faraidh)

yaitupenentuan bagian bagi ahli waris, ketentuan bagian warisan yang ditetapkan oleh

Syariat Islam dan ilmu fikih yang berkaitan dengan pembagian pusaka, serta

mengetahui perhitungan dan kadar harta pusaka yang wajib dimiliki oleh orang yang

berhak6.

Berdasarkan terminologis, ilmu faraidhmemiliki beberapa defenisi, yakni sebagai berikut:

1. Penetapan kadar warisan bagi ahli waris berdasarkan ketentuan syara’ yang

tidak bertambah, kecuali dengan radd (mengembalikan sisa lebih kepada penerima warisan) dan tidak berkurang, kecuali dengan Aul (pembagian harta waris, dimana jumlah bagian para ahli waris lebih besar daripada asal

masalahnya, sehingga harus dinaikkan menjadi sebesar jumlah bagian-bagian

itu).

2. Pengetahuan tentang pembagian warisan dan tata cara menghitung yang

terkait dengan pembagian harta waris dan pengetahuan tentang bagian yang

wajib dari harta peninggalan untuk setiap pemilik hak waris.

(4)

3. Disebut juga dengan fiqh al-mawarits fiqih tentang warisan dan tata cara menghitung harta waris yang ditinggalkan.

4. Kaidah-kaidah fiqh dan cara menghitung untuk mengetahui bagian setiap ahli

waris dari harta peninggalan, yang termasuk dalam defenisi ini adalah

batasan-batasan dan kaidah-kaidah yang berkaitan erat dengan keadaan ahli

waris, seperti Ash-habul furudh ahli waris yang memiliki bagian yang sudah pasti, ashabah, ahli waris yang menerima sisa harta peninggalan dari ash-habul furudh, dzawi al-arham,ahli waris yang tidak termasuk ash-habul furudh dan ashabah, dan hal-hal yang erat hubungannya dengan cara menyelesaikan pembagian harta waris, berupa hajb,aul, radd, dan yang terhalang mendapatkan warisan.

5. Disebut juga dengan ilmu yang digunakan untuk mengetahui ahli waris yang

dapat mewarisi dan yang tidak dapat mewarisi serta mengetahui kadar bagian

setiap ahli waris7.

Didalam hukum waris Islam merupakan pengunduran diri seorang ahli

waris dari hak yang dimilikinya untuk mendapatkan bagian (secara syar’i).dalam hal

ini dia hanya meminta imbalan berupa sejumlah uang atau barang tertentu dari salah

seorang ahli waris lainnya yang disebutAt-takharuj min at-tarikah8.

StatusAt-kharujadalah perjanjian dua pihak, pembagian harta warisan antara pihak ahli waris yang menyatakan diri keluar dari hak untuk menerima warisan dan

menyerahkan bagiannya9.

7Addys Aldisar, Fathurrahman,Hukum Waris, (Jakarta: Senayan Abadi,2004)hal 13. 8Abu Umar Basyir,Warisan(Surakarta : Rumah Dzikir 2006)hal 211

(5)

Menurut syariat islam ahli waris juga memperbolehkan salah seorang pewaris

menyatakan dirinya tidak akan mengambil hak warisnya, kemudian memberikanya

kepada ahli waris yang lain atau yang ditunjukannya,hal ini dikenal dengan istilah

“Pengunduran diri” atau “ menggugurkan diri dari hak warisnya.”dimana menurut

sejarah Islam diriwayatkan Abdurrahman bin Auf r.a adalah10.

“Seorang sahabat yang mempunyai empat orang isteri, ketika dia wafat, salah

seorang isterinya, Numandhir binti Al-Asbagh, menyatakan bahwa dirinya hanya

akan mengambil hak waris sekedar seperempat dari seperdelapan yang menjadi

haknya. Jumlah yang diambilnya senilai seratus ribu dirham.”.

At-takharuj dalam hukum waris Islam ialah berdamainya salah seorang ahli waris untuk keluar (tidak mengambil)tirkah(harta peninggalan), sebagai Imbalannya dari harta yang telah diambilnya atau sebab lainnya. Dengan kata lain apabila para

ahli waris mengadakan perdamaian dengan jalan mengeluarkan sebagian ahli dari

haknya atas bagian harta warisan dengan imbalannya menerima sejumlah harta

tertentu, dari harta warisan atau harta lain disebut juga takharuj (tashaluh).

Takharuj dapat terjadi misalnya salah seorang ahli waris mengadakan persetujuan damai dengan dengan ahli waris lain, bahwa bagiannya diserahkan

kepada ahli waris lain dengan ketentuan bahwa cukup dengan menerima Rp.200.000,

(dua ratus ribu rupiah) Saja. Atau kemungkinan lain, salah seorang ahli waris

mengadakan persetujuan damai dengan semua ahli waris lainnya bahwa ia tidak akan

(6)

mengambil bagiannya dari harta warisan, tetapi harus diganti dengan sejumlah uang

yang harus dibayar oleh ahli waris lain itu, bukan dengan sebagian harta warisan

melainkan dari uang mereka sendiri11.

Dasar hukum Pembagian harta warisan merupakan hasil ijtihad (atsar sahabat)

atas peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan.Atsar

tersebut sebagai berikut yang artinya12: “Dari Abi Yusuf dari seseorang yang menceritakan kepadanya, dari Amru bin Dinar dari ibnu Abbas:Salah seorang istri

Abdurrahman bin ‘Auf diajak untuk berdamai oleh para ahliwaris terhadap harta

sejumlah delapan puluh tiga ribu dengan mengeluarkannya dari pembagian harta

warisan.

Para ulama faradiyun sepakat bahwa dari harta peninggalan (tirkah) tersebut harta waris dapat dikalkulasikan dan dibagikan kepada ahli waris setelah dikurangi

biaya-biaya penyelenggaraan jenazah (tajhiz), penunaian hutang-hutang yang menininggal dunia dan pelaksanaan wasiat. Selanjutnya para ulama faradyun sepakat

bahwa dari harta peninggalan (tirkah) tersebut harta waris dapat dikalkulasikan dan dibagikan kepada ahli waris setelah dikurangi biaya-biaya penyelenggaraan jenazah

(tajhiz), penunaian hutang-hutang yang menininggal dunia dan pelaksanaan wasiat. Selanjutnya mereka juga menyepakati bahwa penyelenggaraan jenazah (tajhiz) ditanggung dengan harta peninggalan yang meninggal dunia tersebut lebih

11Pahing sembiring, Hukum Islam II Bidang Hukum Waris Islam (Medan Fakultas Hukum Universita Sumatera Utara, 2002)hal 102

(7)

diutamakan terlebih dahulu ketimbang penunaian hutang-hutang yang meninggal

dunia tersebut, maka oleh karna itu sebelum harta warisan dibagikan lebih baik

diselesaikan dahulu mengenai biaya penyelenggaraan jenazah (tajhiz)13.

Menurut pelaksanaan syari’at Islam termasuk pembagian harta warisan

menurut faraidh, telah mendapat dasar hukum yang kuat dengan adanya Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dan Inpres Nomor 1 tahun

1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. Di dalam pasal 49 Undang-undang tersebut

ditentukan bahwa Pengadilan Agama berwenang mengadili perkara warisan orang

Islam. Berdasarkan ketentuan ini perkara warisan orang Islam akan diadili

berdasarkan hukum waris Islam (faraidh)14. Untuk menunjang usaha meningkatkan kesadaran berhukum kewarisan Islam dikalangan umat Islam dikalangan umat Islam

yang merupakan bagian terbesar masyarakat Indonesia, perlu diberikan pengetahuan

secara luas dalam banyak kesempatan, baik dalam lingkungan sekolah maupun

pengajian sehingga dapat benar-benar dirasak an bahwa hukum kewarisan Islam

merupakan curahan rahmat Allah SWT. khususnya bagi kaum muslimin.

Hukum waris Islam menetapkan adanya beberapa ahli waris mutlak, yaitu

bagian ahli waris laki-laki dan ahli waris perempuan, sejalan dengan dengan beban

kewajiban dalam hidup keluarga menurut ketentuan hukum Islam. Laki-laki yang

13Sukris Sarmadi, Transendasi Keadilan Hukum Waris Islam Transformatif, (Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, 1997)hal 38

(8)

dibebani kewajiban kebendaan lebih besar daripada bagian yang diberikan kepada

perempuan15.

Khalifah Umar bin al-Khattab berijtihad dalam rangka konsistensi

perbandingan bahagian ibu dan ayah, Menurut Al-Qur’an an-Nisa’ ayat 11 : “jika ahli

waris hanya terdiri dari ayah maka bagian ibu sedang ia pewaris tidak meninggalkan

anak atau cucu, maka bagian ibu adalah sepertiga harta warisan sedangkan bagian

ayah adalah sisan-Nya, yaitu dua pertiga harta warisan. Dengan demikian dalam

kasus harta warisan tersebut perbandingan bagian ayah dan ibu adalah 2:1, jika

bersama ayah dan ibu ada ahli waris lain suami atau istri, maka perbandingan

perolehan ayah dan ibu tidak lagi 2:1 sebab jika ahli waris terdiri dari ayah, ibu dan

suami, bagian suami adalah ½ harta warisan , bagian ibu 1/3 dan sisanya untuk ayah,

maka suami akan mendapat 3/6, ibu 2/6 dan ayah 1/6.16.

Sejumlah ketentuan tentang faraidhtelah diatur secara jelas didalam Al-Qur’an, yaitu di dalam surat An-Nisa’ ayat 7,11,12,176, dan surat-surat lainnya

sejumlah ketentuan lainnya diatur di dalam Al-Hadits dan sejumlah ketentuan lainnya

diatur di dalam ijma’ dan ijtihat para sahabat, imam madzhab, dan para mujtahid

lainnya17.

Seseorang ahli waris mengundurkan seorang ahli warisyang lain dengan

memberikan sejumlah uang atau barang yang diambilkan dari miliknya sendiri,

15Ahmad Azhar Basyir,Hukum Waris, (Yogyakarta : UII Pres Yogyakart, 2001)hal 153-159 16Hasballah Thaib, Tajdid, Reaktualisasi dan Elastisitas Hukum Islam , (Medan : Karya Pribadi,2003), hal 26

(9)

hendak lah dicari dulu berapa besar saham atau penerimaan masing-masing ahli waris

juga saham Pihak yang diundurkan harus dianggap dan diperhitungkan sebagai ahli

waris yang maujud yang harus dicari besar kecilnya saham yang seharusnyaditerimaKemudian saham pihak yangdiundurkantersebut dikumpulkan

kepada saham pihak yang mengundurkannya.Besarnyaasal masalah dalam

pembagian harta warisan sebelum terjadinya takharuj tetapdipakai sebagai asal masalah dalam pembagian harta pusaka setelah terjadinya perjanjiantakharuj18.

Salah satu ahli waris mengunduran diri dalam menerima bagian warisan,

sudah dipastikan akan menimbulkan akibat-akibat terhadap orang-orang yang

berkaitan dalam sebuah keluarga, salah satu ahli waris yang merasa dirugikan akibat

harta bagian yang mengundurkan diri tersebut tidak diberikan kepada ahli waris

tersebut.

Karena sebagai ahli waris yang mengundurkan diri tersebut masih mempunyai

keluarga seperti seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan.Setidaknya harta

yang yang sudah dibagikan bisa memberikan kesejahteraan kepada yang menerima

bagian warisan tersebut untuk biaya hidup anak-anak dari ahli waris yang

mengundurkan diri.

Kasus yang terjadi di Banda Aceh, pada keluarga Masnidar, si ayah yang

meninggal dunia meninggalkan harta, sebidang tanah dan sebuah rumah, keluarga

yang ditinggalkan adalah seorang istri dan lima orang anak perempuan dan lima

(10)

orang anak laki-laki, maka anak-anaknya mengundurkan diri dari bagian warisan

masing-masing dan menyerahkan harta warisan yang berbentuk tanah dan rumah

tersebut kepada ibu mereka, atau isteri Almarhum. Dengan demikian, warisan itu

hanya dibagikan kepada isterinya saja19.

Menurut ahli waris Suhelmi, ahli waris yang mengundurkan diri yang

meninggalnya seorang ayahdan meninggalkan seorang isteri dan seorang anak

perempuan, dan dua anak laki-laki harta yang ditinggalkan adalah uang

Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) dan sebuah rumah kemudian salah seorang

anak laki-laki itu menggugurkan haknya dan memberikannya kepada salah seorang

saudara perempuannya.Tanpa imbalan apapun, dengan demikian warisan tersebut

hanya dibagikan kepada istri, satu orang anak laki-laki dan satu orang anak

perempuan, Karena anak perempuan yang mendapat bagian warisan dari saudara

laki-laki itu sedang dalam menjalani pendidikan yang bisa membantu biaya

pendidikannya. Terjadinya pengunduran diri oleh seseorang karena adanya faktor

ekonomi dan bebean hidup yang semakin meningkat, oleh karena itu tidakSalahnya

seorang sodara membantu meringankan beban hidup terhadap saudaranya sendiri20. Ahli waris yang mengundurkan diri dari saudara Masnidar, harta yang

ditinggalkan oleh yang meninggal dunia seperti sebuah rumah dan tanah, sertifikat

yang sebelumnya atas nama Alhmarhum sekarang sudah diproses dan dibalik

namakan atas nama istri Almarhum atau ibu dari saudari masnidar, maka ahli waris

19Wawancara dengan Masnidar, (salah satu ahli waris yang mengundurkan diri dalam

menerima bagian warisan di Banda Aceh), pada tanggal 4 maret 2014

20Wawancara dengan Suhelmi, (salah satu ahli waris yang mengundurkan diri dalam bagian

(11)

sepakat memengundurkan diri dalam bagian warisan tersebut yang berupa rumah dan

sebidang tanah tersebut kepada ibu mereka.begitu juga dari keluarga ahli waris yang

mengundurkan diri dari saudara Suhelmi yang memberikan bagiannya kepada

saudara perempuannya atau adik kandungnya sendiri. Dengan begitu saudara laki-laki

yang lain dari saudara suhelmi merasa tidak adil karna bagiannya sedikit.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, perlu suatu penelitian lebih lanjut mengenai

masalah, “ANALISIS YURIDIS TENTANG TAKHARUJ (KELUAR) DALAM

MENERIMA BAGIAN WARISAN DAN AKIBAT HUKUMNYA MENURUT

FIKIH ISLAM (STUDI KASUS DI KECAMATAN LAMPRIT KOTA BANDA

ACEH”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, adapun tujuan

yang ingin dicapai dari penelitian tesis ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah faktor-faktor yang mendorong ahli waris mengundurkan diri dari ahli

waris?

2. Bagaimana status harta warisan yang menjadi hak ahli waris yang

mengundurkan diri?

3. Bagaimana akibat hukumdari ahli waris yang mengundurkan diri dilihat dari

fikih islam?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, maka tujuan penulisan tesis ini

(12)

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendorong ahli waris

mengundurkan diri dari ahli waris

2. Untuk mengetahui status hukum dari harta warisan yang menjadi hak ahli

waris yang mengundurkan diri.

3. Untuk mengetahui akibat hukum dari ahli waris yang mengundurkan diri

dilihat dari fikih islam.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun

praktis, yaitu :

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah perbendaharaan ilmu sosial

budaya dan hukum waris Islam sebagai sumber informasi bagi berbagai pihak

yang ingin mengetahui masalah mengundurkan diri didalam menerima bagian

warisan, sebagai salah satu sumbangan untuk bisa menjadi acuan atau dasar

bagi peneliti yang lebih jauh dan mendalam tentang mengundurkan diri dalam

menerima bagian warisan menurut hukum Islam.

2. Manfaat praktis

Dengan adanya penelitian ini dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan

hukum kepada masyarakat mengenai pemahaman tentang mengundurkan diri

(13)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan Penelusuran kepustakaan khususnya dilingkungan Universitas

Sumatera Utara, penelitian mengenai Analisis Yuridis Tentang Mengundurkan diri

dalam Menerima Bagian Warisan Menurut Hukum Islam belum pernah dilakukan

sebelumnya, namun beberapa penelitian yang membahas mengenai mengundurkan

diri dalam menerima bagian warisan, tidak ditemukan, dengan demikian penelitian

adalah asli.

Oleh karena itu maka peneliti berkeyakinan bahwa penelitian yang penulis

lakukan ini jelas dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, karena senantiasa

memperhatikan ketentuan-ketentuan atau penelitian yang harus dijunjung tinggi baik

peneliti maupun akademis.

F. Kerangka Teori dan konsepsi

1. Kerangka Teori

Karangka teori ialah karangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori,

thesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem).Yang menjadi bahan perbandingan pegangan teoritis yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui21.

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik

atau proses tertentu terjadi22. Jelaslah kiranya teori adalah susunan konsep, defenisi

21Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju, 1994)hal 80

(14)

yang dalam yang menyajikan pendangan yang sistematis tentang fenomena23. Keberadaan teori dalam dunia ilmu sangat penting karena teori merupakan konsep

yang akan menjawab suatu masalah.

Agar karangka teori meyakinkan, maka harus memenuhi syarat sebagai

berikut24.:

1. Teori yang digunakan dalam membangun karangka berfikir harus merupakan

pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan mencakup

perkembangan-perkembangan terbaru.

2. Analisis filsafat dari teori-teori analisis filsafat dari teori-teori keilmuan

dengan cara berfikir keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut dengan

pembahasan secara eksplisit mengenai postulat, asumsi dan prinsip yang

mendasarinya25.

3. Mampu mengidentifikasi masalah yang timbul sekitar disiplin keilmuan

tersebut, teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan

yang diteliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai

dengan karangka berfikir ilmiah26.

Kerangka teori yang digunakan dalam menganalisa permasalahan dalam tesis

ini adalah teori keadilan dalam hukum Islam, atau menetapkan hukum dengan benar

23Sofian Safitri Haraha,Tips Menulis Skripsi dan Menghadapi Ujian Komprehensif, (Jakarta : pusaka Quantum, 2001), hal 40

24Jujun S. Suariasumantri,Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular, (Jakarta : Pustaka Sinar Hrapan), hal 318-321

25Jonathan Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif, (Yogyakarta :Graha Ilmu, 2006) hal 26

26Zamakhsyari Hasballah, Teori-teori Hukum Islam Dalam fiqih dan ushul fiqih, (Bandung :

(15)

menurut Zamakhsyari Hasballah, dan H.M. Hasballah Thaib, dalam bukunya

teori-teori Hukum Islam dalam fiqh, dan Tafsir Tematik Al-Qur’an II.

Menurut Zamakhsyari Hasballah dalam bukunya berjudul Teori-teori hukum

Islam ‘Adl/menetapkan hukum dengan benar, jadi seorang yang adil adalah berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan ukuran yang sama, bukan ukuran ganda.

Persamaan itulah yang merupakan makna asal kata ‘adl,yang menjadikan pelakunya “tidak berpihak” kepada salah seorang yang berselisih, dan pada dasarnya pula

seorang yang ‘adil berpihak kepada yang benar, karena baik yang benar maupun yang

salah sama-sama harus memperoleh haknya dalam menerima bagian warisan27

Sebagai pegangan bagi kita, dapat kita katakan bahwa defenisi adil

mempunyai 4 (empat ) arti yaitu28:

1. Adil dalam arti sama : artinya tidak membedakan antara yang satu dengan

yang lain sebagai contoh adalah, Hakim dipengadilan harus memandang

sama, menempatkan tempat yang sama antara penggugat dan tergugat.

Maksudnya penggugat dan tergugat memiliki hak yang sama. Firman Allah di

surat An-nisa’ayat 58, Yang artinya : “apabila kamu memutuskan perkara

diantara manusia, maka hendaklah kamu memutuskannya dengan adil”

2. Adil artinya seimbang dalam arti proporsional yaitu keadilan yang diperlikan

pada hukum waris islam. Misalnya hak anak laki-laki 2 x bahagian anak

27Hasballah Thaib, Zamakhsyari Hasballah, Tafsir Tematik Al-Qur’an II, (Medan, Pustaka

bangsa, 2007),hal 245

28Hasballah Thaib, Zamakhsyari Hasballah,Tafsir Tematik Al-Qur’an II, (Medan, Pustaka

(16)

perempuan karena tanggung jawab anak laki lebih berat, karna anak

laki-laki nantinya akan menjadi ayah, akan menjadi suami, tentu saja wajib

mengeluarkan harta lebih banyak disbanding anak perempuan yang akan

menjadi isteri atau ibu.

3. Adil dalam arti hak-hak individu artinya setiap orang memiliki haknya

masing-masing, atau dengan kata lain disebut menempatkan sesuatu pada

tempatnya.

4. Keadilan Allah yang tidak mampu akal manusia untuk memahaminya,

keadilan Allah pada hakikatnya merupakan rahmat dan kebaikannya29.

Keadilandalam kewarisan, sebagaimana dikemukakan oleh Hasanani

Muhammad Makhluf, ahli fiqih kontenporer asal mesir, bahwa islam mensyaratkan

aturan hukum yang adil karena menyangkut penetapan hak milik seseorang, yakni

hak yang harus dimiliki seseorang sebagai ahli waris dengan sebab meninggalnya

seseorang yang lain30.

MenurutRobert N. Bellah sebagai mana yang dikutip oleh Daud Rasyid,

mengakui bahwa masyarakat yang dibangun Nabi di Madinan adalah masyarakat

yang menegakkan keadilan dan menjadi masyarakat yang sangat demokratis untuk

masa dan zamannya31.

29ibid,hal 246-248

30Hasanain Muhammad al-Makhluf,Almawaris fi al-Syari’ah al-islamiyah, (Kairo : Daar al-Fadhilah, 2007), hal 125

(17)

Keadilan dalam warisan tidak berarti membagi sama rata harta warisan

kepada semua ahli waris, tetapi berpihak kepada kebenaran sebagaimana yang telah

digariskan Allah dalam Al-Qur’an. Jika laki-laki memperoleh lebih banyak dari

perempuan ini terkait dengan tanggung jawab laki-laki yang lebih besar dari pada

perempuan untuk membiayai rumah tangganya. Jika menyimpang dari apa yang telah

digariskan dalam Al-Qur’an berarti pembagiannya telah dilakukan secara adil32. 2. Konsepsi

Konsepsi berasal dari bahasa latin, yaitu conseptusmemilik arti sebagai suatu kegiatan atau proses cara berpikir, daya berpikir khususnya penalaran dan

pertimbangan. Karangka konsepsi merupakan alat yang dipakai oleh hukum

disamping yang lain-lain seperti asas dan standar.Sehingga kebutuhan untuk

membentuk konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan pentingnya oleh

hukum33. Konsepsi digunakan juga untuk memberi pegangan pada proses penelitian, oleh karena itu dalam rangka penelitian ini perlu dirumuskan serangkaian defenisi

agar tidak menimbulkan perbedaan penafsiran34.oleh karena itu, dalam penulisan tesis ini dirangkaikan karangka konsepsi sebagia berikut :

1. Mengundurkan diri adalah salah seorang ahli waris yang menggurkan haknya

sebagai ahli waris dan menolak bagian dari harta warisan, tetapi bagiannya

tersebut dibagikan kepada ahli waris lainnya yang disebut dalam hukum Islam

adalahtakharuj35.

32Zamakhsyari,Teori-teori Hukum Islam Dalam Fiqih dan Ushul Fiqih(Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2013), hal 106-107

(18)

2. Hukum Islam adalah hukumsyar’i,dalambanyak istilah disebut hukumsyara’

atau hukum syari’at atau hukum syari’ah, dan oleh dalam masyarakat Indonesia lebih dikenal sebagai hukum Islam adalah salah satu Sub sistem

hukum yang berlaku di Negara Indonesia dan menjadi unsur yang membentuk

(sumber bahan hukum) ssitem hukum nasionalindonesia36.

3. Warisan adalah berpindahnya hak dan kewajiban atas segala sesuatu baik

harta maupun tanggungan dari orang yang telah meninggal dunia kepada

keluarganya yang masih hidup37.

4. Bagian ahli waris adalah terdapat bagian tertentu bagian ahli waris dzawil furudz(saham/bagian yang sudah ditentukan jumlahnya untuk ahli waris pada harta peninggalan)38.

5. Harta peninggalan adalah sesuatu yang ditinggalkan oleh seseorang yang

meninggal dunia, baik yang berbentuk benda (harta benda) dan hak-hak

kebendaan serta hak-hak yang bukan hak kebendaan39.

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa

dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.

Metodologi berarti sesuai dengan metode atau dengan cara tertentu, sistematis adalah

36http://hukum-on.blogspot.com /2014/02/sistem-hukum-di-indonesia.html. diakse tanggal 4

maret 2014

37http://contoh-dakwah-islam.blgspot.pengertian-warisan.diakses tanggal 19 maret 2014.

(19)

berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang

bertentangan dalam suatu kerangka tertentu40.

Sifat dari penelitian ini adalah bersifat deskriptif analisis, artinya adalah akan menganalisis dan memberikan gambaran atau pemaparan atas subjek dan objek

penelitian sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan41.

Penelitian ini menguraikan/memaparkan sekaligus menganalisa terhadap

ketentuan peraturan perundang-undangan mengundurkan diri dalam menerima bagian

warisan menurut hukum Islam.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

dengan pendekatan yuridis normatiFdimana dilakukan pendekatan terhadap permasalahan dengan mengkaji berbagai aspek hukum dengan mempelajari ketentuan

perundang-undangan, buku-buku, yuresprudensi yang berkaitan dengan

permasalahan.

2. Teknik Pengumpulan data

Penelitian dilakukan dengan melakukan penelaahan terhadap bahan pustaka

atau data sekunder berasal dari penelitian kepustakaan (Library Research) sebagai berikut :

a. Bahan hukum Primer, yaitu bahan yang terdiri dari :

1. Al-Qur’an dan Hadits

2. Kompilasi Hukum Islam

(20)

b. Bahan hukum sekunder yaitu “semua bahan hukum yang merupakan

publikasi dokumen tidak resmi meliputi buku-buku dan karya ilmiah.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan informasi dan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder

misalnya kamus hukum, kamus fiqih, majalah, surat kabar, kamus bahas Indonesia, internet, dan jurnal-jurnal.

3. Alat pengumpulan Data

Alat-alat pengumpulan data diawali engan kegiatan penelusuran peraturan

perundang-undangan dan sumber hukum positif lain dari sistem hukum yang

dianggap relevan dengan pokok persoalan hukum yang sedang dihadapi42.

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang optimal dan dapat dibuktikan

kebenarannya serta dapat dipertanggung jawabkan hasilnya. Alat pengumpulan data

yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi :

a. Studi dokumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menghimpun data

dengan melakukan penelaahan bahan-bahan kepustakaan yang meliputi bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

b. Wawancara untuk menghimpun data dengan melakukan wawancara kepada

informan yang berhubungan dengan materi ini. Dalam melakukan penelitian

lapangan ini dipergunakan metode wawancara dengan menggunakan pedoman

wawancara (dept interview) secara langsung yaitu kepada : Masnidar dan

(21)

Suhelmi (ahli waris yang mengundurkan diri dalam menerima bagian

warisan).

4. Analisis Data

Puncak kegiatan pada siatu penelitian ilmiah hukum adalah menganalisa data

yang merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan43.

Analisis data dapat diartikan sebagai proses menganalisa, manfaatkan data

yang terkumpul untuk digunakan dalam pemecahan masalah penelitian. Dalam proses

pengolahan, analisis dan pemanfaatan data dalam penelitian ini menggunakan metode

kualitatif yaituprosedur penelitian yang menghasilkan data yang deskriptif, yang bersumber dari tulisan atau ungkapan dan tingkah laku yang dapat diobservasi dari

manusia44”

Mengingat sifat penelitian maupun objek penelitian ,maka semua data yang

diperoleh akan dianalisa secara kualitatif, yaitu dengan cara data yang telah terkumpul dipisah-pisahkan menurut kategori masing-masing dan kemudian

ditarikkesimpulan dengan menggunakan metodededuktif.

Adapun tahap-tahap melakukan analisis secara kualitatif adalah45.

a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahn

yang diteliti.

b. Memilih kaidah-kaidah atau dokrin yang sesuai dengan peneliti.

43Tampil Anshari Siregar,Metode Penelitian Hukum,( Medan : Pustaka Bangsa Pres 2007), 104

(22)

c. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, asas atau dokrin.

d. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau

dokrin yang ada.

Referensi

Dokumen terkait

H6: Proporsi kepemilikan saham publik berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan informasi sukarela laporan tahunan. 2.3.7 Hubungan proporsi dewan komisaris

Buku Kemampuan Berbahasa Indonesia Murid-murid Ke/as III SMP Negeri Jawa Barat : Membaca dan Menulis ini semula merupakan naskah la- poran penelitian yang disusun

Maka untuk memenuhi pencapaian target tersebut guna memperoleh validitas dalam proyek ini, maka dilanjutkan dengan penyebaran kuesioner untuk survei konsumen Tahap II yang

Sedangkan variabel independen yang dikumpulkan adalah: (1) Karakteristik sosial meliputi pendidikan dan SHNHUMDDQ LVWHUL GDQ VXDPL 'HPRJUD¿ PHQFDNXS umur isteri dan

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah, pertama, bagaimanakah partisipasi pemerintah daerah untuk mewujudkan kota/kabupaten layak anak di Indonesia. Kedua,

Pelaksanaan penilaian kinerja karyawan yang dilihat dari kompetensi ini dilakukan secara objektif sehingga diharapkan bisa berakibat positif bagi karyawan seperti

Documented digital cultural heritage by using cloud computing technology, which is done by recording and processing large amounts of data and is stored in

 Bukti fsik yang dilampirkan adalah foto kopi surat keputusan atau surat keterangan dari pihak yang berwenang yang telah dilegalisasi oleh atasan... Pengklkmkn menjkdi