• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BANJIR DI DESA TEGALMADE KECAMATAN MOJOLABAN Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Banjir Di Desa Tegalmade Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BANJIR DI DESA TEGALMADE KECAMATAN MOJOLABAN Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Banjir Di Desa Tegalmade Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi

Diajukan Oleh : USITTA DWIYANA

A 610090082

Kepada :

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BANJIR

DI DESA TEGALMADE, KECAMATAN MOJOLABAN,

KABUPATEN SUKOHARJO

Usitta Diyana, A610090082, Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta 2013.

ABSTRAK

Banjir yang melanda di Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo yang disebabkan oleh aliran sungai buangan dan meluapnya Sungai Samin pada setiap tahunnya memberikan banyak dampak, yaitu kerusakan infrastruktur dan pertanian. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kesiapsiagaan masyarakat berdasarkan jarak pemukiman terhadap sungai dan mengetahui dampak banjir terhadap pertanian. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif-kuantitatif yang membagi responden menjadi 3 kelompok sampel, yaitu kelompok jarak permukiman 0-25m dari sungai, 25m-100m dari sungai, dan 100m-250m dari sungai. Pengambilan sampel responden pertanian melakukan wawancara dengan jumlah sempel responden kesiapsiagaan yang sudah ditentukan. Hasil penelitian kesiapsiagaan menunjukan bahwa dari setiap kelompok permukiman dari jarak 0-25m, 25-100m, dan 100m-250m dari sungai mempunyai tingkat kesiapsiagaan yang berbeda, meskipun kondisi masyarakat mempunyai karakteristik yang sama. Pada Permukiman 0-25m mempunyai tingkat kesiapsiagaan sangat siap, pada permukiman 25m-100m mempunyai kesiapsiagaan siap, dan yang bermukim pada jarak 100m-250m mempunyai kesiapsiagaan siap. Hasil penelitian pertanian menunjukan bahwa banjir menyebabkan adanya kerusakan dan kehilangan pada produksi pertanian. Kata kunci: Kesiapsiagaan, Banjir, Pertanian

1. Pendahuluan A. Latar Belakang

(4)

tidak dapat mengalir ke sungai utama, hal tersebut terjadi karena tertutupnya pintu air ketika sungai utama tidak mampu lagi menampung.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah,penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana kesiapsiagaan masyarakat berdasarkan jarak pemukiman terhadap sungai?.

b. Apa dampak banjir terhadap pertanian?. C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

a. Mengetahui kesiapsiagaan masyarakat berdasarkan jarak pemukiman terhadap sungai.

b. Mengetahui dampak banjir terhadap pertanian. D. Manfaat Penelitian

a. Bagi masyarakat

Meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan untuk menghadapi resiko bencana.

b. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.

2. Tinjauan Kepustakaan

Menurut Ella Yulaelawati dan Usman Syihap dalam buku

“Mencerdasi Bencana Banjir”, (2008). Banjir adalah meluapnya aliran sungai

akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya.

Klasifikasi Jarak dari Sungai untuk Banjir, menurut Asep Purnama

“Pemetaan Kawasan Rawan Banjir Menggunakan Sistem Informasi

(5)
[image:5.612.158.437.149.242.2]

menjadi tiga yaitu wilayah sangat rawan banjir, rawan banjir dan agak rawan banjir dengan jarak.

Tabel 2.1. Jarak Pemukiman dengan Sungai

Ancaman banjir yang semakin sering terjadi pada lahan sawah dapat menyebabkan berkurangnya luas area panen dan produksi padi, serta produktivitas dan kualitas hasil. Iqbal Putut Ash Shidiq “Penilaian Kerusakan Dan Kehilangan Pada Lahan Pertanian Pasca erupsi Gunung api Merapi 2010

Di Das Gendol”, (2012). Penilaian kerusakan difokuskan kepada pertanian yang terkena dampak bencana. Secara matematis, nilai kerusakan dihitung dengan:

Keterangan:

D = Nilai kerusakan pada aset-aset fisik (Damage)

A = Area terdampak/luasan aset fisik yang terdampak (Affected area) P = Harga pasar yang berlaku (Price)

Iqbal Putut Ash Shidiq “Penilaian Kerusakan Dan Kehilangan Pada

Lahan Pertanian Pasca erupsi Gunung api Merapi 2010 Di Das Gendol”, (2012). Penilaian kehilangan dilakukan untuk mengetahui besarnya kerugian yang diderita hingga tercapainya kondisi normal, seperti saat sebelum terjadinya bencana. Secara matematis, nilai kehilangan dihitung berdasarkan:

Sumber : Asep Purnama “Pemetaan Kawasan Rawan Banjir Menggunakan

Sistem Informasi Geografi”, (2008),

D = A x P

No Jarak Dari Sungai Tingkat Kerawanan

1 0-25m Sangat rawan

2 >25-100m Rawan

(6)

Keterangan:

L = Kehilangan produksi (Loss)

Ye = Estimasi produksi pada tahun/kondisi normal (Yield expected) Ya = Hasil panen pada pascabencana (Yield actual)

Kharisma Nugroho, Hening Purwati, Jenik Andreas, Surya Rahman,

dan M.Barry Aditya, “PASTI Perangkat Diagnosa Kesiapsiagaan Bencana

Indonesia”, (2009). Mengukur kesiapsiagaan adalah mengukur kapasitas dalam hal pencegahan, mitigasi, tingkat bertahan hidup dan kesiapan. Kesiapsiagaan mempunyai 10 (sepuluh) standart yaitu :

1. Pembentukan dan pembangunan kapasitas organisasi untuk mengawasi dan menjalankan sistem peringatan.

2. Evakuasi.

3. Penyelamatan dan bantuan.

4. Pembuatan rencana pelaksanaan menangani bencana atau rencana

penanganan bencana. 5. Mobilisasi langsung.

6. Pengaturan stok persediaan. 7. Komunikasi bahaya.

8. Pelatihan relawan.

9. Latihan dan simulasi masyarakat. 10. Pendidikan dan kesadaran masyarakat.

Dalam buku Pemetaan Risiko Bencana Gunung Api Merapi, kerentanan adalah kondisi atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan masyarakat tersebut untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya tertentu. Penentuan tingkat ancaman dilakukan dengan

(7)

menggunakan skor, dimana semakin besar nilai scoring maka semakin tinggi ancamannya.

3. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif untuk mengetahui tingkat kesiapsiagaan warga dalam menghadapi banjir dan kerugian pertanian yang mengakibatkan kerusakan dan kehilangan.

b. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.

c. Populasi, Sampel, dan Sampling Penelitian

Populasi yang digunaan pada penelitian ini adalah Masyarakat daerah rawan bencana di Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban. Pengumpulan data menggunakan teknik stratified proposional. Pengambilan sampel melalui digitasi pada citra mendapat 81 responden permukiman dekat sungai (0-100m) dan jauh sungai (100m-250m) 68

responden.

d. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2008) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga di peroleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel dalam penelitian ini adalah Kesiapsiagaan :

Preparedness : the totality of measures undertaken in anticipation of imminent disaster (e.g hazard analysis, surveillnce, warning, rehearsals, logistics), (O’leary, Margaret. Measuring isater Preparesness).

e. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

(8)

a. Tinjauan Pustaka.

Data diperoleh dari membaca buku, jurnal, surat kabar, artikel atau bentuk tulisan lainnya yang secara dengan topik penelitian mitigasi bencana.

b. Observasi (survey)

Observasi (survey) dilakukan untuk mengamati seberapa dekat daerah pemukiman terhadap sungai (kondisi geografis) sehingga dapat menjadi suatu kerentanan dan kondisi bangunan pemukiman.

c. Kuesioner (Angket)

Kuesioner (angket) diberikan kepada masyarakat Desa Tegalmade untuk mengetahui seberapa kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.

d. Dokumentasi

Dokumentasi Pengambilan gambar maupun data secara berkala yang digunakan untuk memperkuat hasil dari observasi dan kuesioner. e. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kesiapsiagaan menghadapi banjir, dan dampak banjir terhadap pertanian. 4. Pembahasan dan Hasil

a. Kerentanan

(9)

b. Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan masyarakat yang tinggal di dekat sungai atau jarak sungai dengan permukiman 0-25m:

Kesiapsiagaan masyarakat yang mempunyai pemukiman dengan jarak 25m-100m dari sungai:

0% 10% 20% 30% 40% 50% Sangat Siap Siap Hampir Siap Kurang Siap Belum Siap

80-100 65-79 55-64 40-54 0-39

Persentase % Kesiapsiagaan Masyarakat dengan Jarak Pemukiman (25m-100m) dari Sungai

Persentase % 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% Sangat Siap Siap Hampir Siap Kurang Siap Belum Siap

80-100 65-79 55-64 40-54 0-39 Kesiapsiagaan Masyarakat Pada Jarak Permukiman 0-25m dari Sungai

(10)

Kesiapsiagaan masyarakat yang mempunyai pemukiman jauh sungai atau dengan jarak 100m-250m:

c. Pertanian

Berikut kerusakan dan Kehilangan pertanian akibat banjir: Menurut DALA kerusakan pertanian di hitung secara matematis dengan Rumus :

 D = A x P Keterangan : D : Nilai kerusakan A : Area Terdampak P : Harga Pasar berlaku

Kerusakan Pertanian Akibat Banjir

Luas Areal

Tergenang (A) (Ha) Harga Padi Kering/kg (P)

Produksi setelah bencana

(kg)

Nilai kerusakan (D)

(Rp)

36.635 3000 rb 6500 714.382.500

Menurut DALA kehilangan pertanian di hitung secara matematis dengan Rumus:

 L = Ye – Ya 0% 10% 20% 30% 40% 50% Sangat Siap Siap Hampir Siap Kurang Siap Belum Siap

80-100 65-79 55-64 40-54 0-39 Kesiapsiagaan Masyarakat

Pada Jarak Permukiman 100m-250m dari Sungai

(11)

Keterangan :

L : Kehilangan Produksi

Ye : Estimasi produksi pada tahun/kondisi normal Ya : Hasil panen pada pasca bencana

Kehilangan Produksi Dampak Terjadinya Banjir

5. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tingkat kerentanan sosial di Kecamatan Mojolaban sedang, tingkat kerentanan ekonomi di Kecamatan Mojolaban sedang, dan tingkat kerentanan lingkungan di Kecamatan Mojolaban rendah.

2. Terdapat perbedaan tingkat kesiapsiagaan berdasarkan jarak pada permukiman 0-25m, 25m-100m, dan 100m-250m dari sungai.

3. a. Luas persawahan yang tergenang 36,635 Ha akibatnya nilai kerusakan mencapai Rp 714.382.500 dan kehilangan mencapai Rp 6.000.000.

b. Akibat terjadinya banjir hasil panen menurun. Pada kondisi normal petani dapat penen 8,5 ton/7000m2, setelah banjir petani hanya dapat panen 6,5 ton/7000m2 bahkan tidak jarang petani mengalami gagal panen dan petani tidak dapat menyimpan cadangan pangan.

c. Dampak banjir mengakibatkan harga beras melonjak naik, yang semula hanya Rp 7.000/kg naik menjadi Rp 7.500-Rp 7.800/kg.

6. Saran

Kegiatan penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang terkait melalui hasil penelitian ini disarankan agar:

Ye

(Estimasi Normal) (Produksi Pasca Bencana) Ya (Kehilangan) L

(12)

1. Penyelenggaran Simulasi bencana oleh aparat desa hendaknya dapat diikuti oleh warga daerah sangat rawan, rawan, dan agak rawan.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan.2011.Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Efendi, Ferry, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta:Salemba Medika.

Hidayat, Deny.2006.KAJIAN KESIAPSIGAAN MASYARAKAT DALAM MENGANTISIPASI BENCANA GEMPA BUMI & TSUNAMI. Jakarta: LIPI. Jurenzy, Threse. 2011. Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat dalam Kaitannya

dengan Kesiapsiagaan dan Mitigasi Bencana di Daerah Rawan Bencana, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor: Skripsi.Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Khairuddin, Ngadimin, Sri Adelila, Melvina, Tati Fauziah.201. Dampak Pelatihan Pengurangan Risiko Bencana terhadap Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah (Studi Kasus di Calang, Aceh Tengah, dan Pidie Jaya). Penelitian Kebencanaan. Banda Aceh : Ilmu Pendidikan FKIP Syiah Kuala, Program Studi Fisika FKIP Syiah Kuala, Program Studi Kimia FKIP Syiah Kuala, Program Studi PGSD FKIP Syiah Kuala.

Kodoatie, Robert J, Roestan Sjarief.2010.Tata Ruang Air.Yogyakarta: C.V Andi Offset Yulaelawati, Ella, Usman Syihab. 2008. Jakarta.

Krishna, S Pribadi, Engkon K. Kertapati, Diah Kusumastuti, Hamzah Latief,Hendra Grandis, Eng Imam A. Sadisun, Soebagiyo Soekarnen, Harman Ajiwibowo, Retno Dwi S, Ayu Krishna Juliawati, Farah Mulyasari, Novya Ekawati, Bayu Novianto. 2008. Pendidikan Siaga Bencana. Bandung:Institut Teknologi Bandung.

Maarif, Syamsul. 2012. PERKA BPBD No.02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Jakarta.

Murdiono, Benny.2008.Peran Serta Masyarakat Pada Penyusunan Rencana Pengelolaan Daya Rusak Sumber Daya Air Banjir, Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

(14)

O’leary, Margaret.2004. Measuring Disaster Preparedness. United States of America: Lincoln, NE 68512.

Purnama, Asep.2008.Pemetaan Kawasan Rawan Banjir di Daerah Aliran Sungai Cisadane Menggunakan Sistem Informasi Geografis, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor: Skripsi. Bogor : Institute Pertanian Bogor.

Rejekiningrum , Popi, Irsal Las, Istiqlal Amien, Nurwindah Pujilestari, Woro Estiningtyas, Elza Surmaini, Suciantini, Yeli Sarvina, Aris Pramudia, Budi Kartiwa, Sri Muharsini, Sudarmaji, Hardiyanto, Catur Hermanto, Gatot Ari Putranto, Oswald Marbun.2011. Pedoman Umum Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Pertanian.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.

Setiawan, Pepen Permana.2008. PPTPengantar Statistik.UPI

Setyaningsih, Suci Juniarto.2008. Pengolahan Data Statistik dengan SPSS.Surakarta: Laboratorium Komputer Jurusan Pendidikan Matematika.

Shidiq, Iqbal Putut Ash.2012. Penilaian Kerusakan Dan Kehilangan Pada Lahan Pertanian Pascaerupsi Gunungapi Merapi 2010 Di Das Gendol, Sekolah Pasca Sarjanah Universitas Gajah Mada Yogyakarta.Tesis.Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Sugiyono.2011.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfa Beta.

Sunarto.2010. Penaksiran Multirisiko Bencana di Wilayah Kepesisiran Parangtritis. Yogyakarta: PSBA Universitas Gajah Mada.

Surmaini, Elenora Runtunuwu, dan Irsal Las.2010. Upaya Sektor Pertanian Dalam Menghadapi Perubahan Iklim.Jurnal. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Gambar

Tabel 2.1. Jarak Pemukiman dengan Sungai

Referensi

Dokumen terkait

Faktor dalam yang mempengaruhi guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah tingkat gaji yang rendah berakibat kurangnya semangat dalam

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yang berusaha meneliti kondisi yang sebenarnya terjadi menurut apa

Ekstrak kulit buah duwet dapat digunakan sebagai pewarna alami dalam formulasi sediaan lipstik yang dibuat.. Kata kunci : Ekstrak kulit buah duwet, lipstik, sifat

[r]

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN YANG DI MEDIASI OLEH KEPUASAN PELANGGAN (Studi Kasus pada Warung Bebek Goreng Haji Slamet Kartasura)..

Secara visual, hasil analisis menunjukkan bahwa citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dapat diklasifikasikan dalam 14 kelas tutupan lahan dengan akurasi Kappa 83,27%, sedangkan pada

Tujuan dari penelitian ini adalah (1)untuk mengetahui besarnya upah, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan (2)untuk mengetahui

Untuk mengetahui faktor mana yang lebih berpengaruh antara upah, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan pada perusahaan...