• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEGIATAN OUTBOUND TERHADAP KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK TRI KARYA MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEGIATAN OUTBOUND TERHADAP KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK TRI KARYA MEDAN."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin. Segala puji bagi Allah SWT atas segala

kuasa dan limpahan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Kegiatan Outbound Terhadap Kecerdasan Kinestetik Anak

Usia 5-6 Tahun Di TK Tri Karya Medan” ini seperti yang diharapkan. Adapun

tujuan dari penilisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

di Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tiada

terhingga kepada sejumlah pihak yang telah membantu dalam proses pendidikan

dan penyelesaian skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Unimed beserta para

pegawai,

2. Bapak Drs. Nasrun, M.S, selaku Dekan FIP Unimed beserta para pegawai,

3. Bapak Prof. Dr. Yusnadi, M.S, selaku Pembantu Dekan I

4. Bapak Drs. Aman Simare-Mare, M.S, selaku Pembantu Dekan II

5. Bapak Drs. Edidon Hutasuhut, M.Pd, selaku Pembantu Dekan III

6. Ibu Dra. Hj. Rosdiana, M.Pd selaku ketua Jurusan PLS

7. Ibu Dra. Hj. Nasriah, M.Pd, selaku ketua prodi PAUD, sekaligus dosen

penyelaras yang telah memberikan saran dan bimbingan kepada penulis

8. Bapak Dr.Sudirman,S.E, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah

dengan sabar memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dari mulai

(5)

9. Ibu Dra. Rahmulyani, M.Pd. Kons selaku dosen PA sekaligus sebagai dosen

penyelaras, yang telah memberikan saran dan bimbingan kepada penulis,

10. Ibu Kamtini, S.Pd, M.Pd selaku dosen penyelaras, yang telah memberikan

saran dan bimbingan pada penulis,

11. Teristimewa kepada keluarga yaitu Ayahanda Syuaib dan Ibunda Lailan

Kemala beserta para adik-adik, yaitu, Febriansyah, Fikri Kurniawan, dan Fira

Zulia karena berkat kasih sayang, doa, bimbingan, dan semangat yang

diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

12. Ibu Syafriah selaku Kepala Sekolah TK Tri Karya, Ibu Emelia Surbakti, Ibu

Eko Purwanti dan Ibu Dewi Maharani selaku guru-guru TK Tri Karya Medan

yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian di TK

tersebut,

13. Kepada kak Ika selaku bagian administrasi di Prodi PAUD yang telah

membantu dan memberikan informasi kepada penulis,

14. Teman-teman seperjuangan di PAUD stambuk 09, kakak stambuk PAUD 08,

dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut

memberikan semangat dan bantuan kepada penulis

15. Kepada sahabat terbaik yaitu M. Rafiq Hidayat Pasaribu, Sanjaya Mora dan

Syah Sulhan, kakak angkat di Teater LKK Unimed yang bernama Mazdalifah

Saragih, dan teman-teman di sanggar Teater LKK Unimed yang sudah

banyak memberi dukungan dan motivasi kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi

(6)

bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat dan

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam

memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2013 Penulis

Fatia Aini

(7)

ABSTRAK

FATIA AINI. Pengaruh Kegiatan Outbound terhadap Kecerdasan Kinestetik Anak Usia 5-6 Tahun di TK Tri Karya Medan. Skripsi. FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 2013.

Masalah dalam penelitian ini adalah : Kurang familiarnya kegiatan outbound di kalangan pendidikan anak usia dini, kurangnya kesadaran akan pengaruh kegiatan outbound terhadap kecerdasan kinestetik anak, adanya keterbatasan waktu ketika melakukan kegiatan outbound, adanya rasa takut orangtua terhadap bahaya outbound, Kurangnya pengetahuan tentang keuntungan outbound, kurangnya kesadaran orangtua akan pentingnya merangsang kecerdasan kinestetik anak, guru kurang memperhatikan kecerdasan kinestetik anak, orangtua lebih mengutamakan perkembangan intelektual anak daripada kecerdasan kinestetik anak. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana kecerdasan Kinestetik anak pada awal observasi di TK Tri Karya Medan, (2) Bagaimana peran guru dalam melakukan kegiatan outbound di TK Tri Karya Medan, (3) Seberapa besar signifikansi dari pengaruh kegiatan outbound terhadap kecerdasan kinestetik anak usia 5-6 tahun di TK Tri Karya Medan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui bagaimana kecerdasan Kinestetik anak pada awal observasi di TK Tri Karya Medan, (2) Mengetahui bagaimana peran guru dalam melakukan kegiatan outbound di TK Tri Karya Medan, (3) Mengetahui Seberapa besar signifikansi dari pengaruh kegiatan outbound terhadap kecerdasan kinestetik anak usia 5-6 tahun di TK Tri Karya Medan.

Teori yang digunakan, yaitu kecerdasan kinestetik pada anak, karakteristik kecerdasan kinestetik pada anak, kegiatan outbound anak usia dini dan tujuan outbound.

Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain kuasi eksperimen. Populasi penilitian ini seluruh anak di TK Tri Karya. Sampel terdiri dari 2 kelas, masing-masing berjumlah 13 anak. Teknik pengumpulan data melalui observasi. Analisis data menggunakan uji normalitas, homogenitas, dan hipotesis.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1... L atar Belakang Masalah ... 1

1.2... I dentifikasi Masalah ... 7

1.3... P embatasan Masalah ... 7

1.4... R umusan masalah ... 8

1.5... T ujuan Penelitian ... 8

1.6... M anfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Kajian Teori ... 10

(9)

2.1.1.1 Pengertian Kecerdasan ... 10

2.1.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Anak ... 13

2.1.1.3 Pengertian Kecerdasan Kinestetik... 15

2.1.1.4 Karakteristik Kecerdasan Kinestetik ... 16

2.1.2 Kegiatan Outbound Anak Usia Dini ... 17

2.1.2.1 Sejarah Outbound ... 17

2.1.2.2 Pengertian Kegiatan Outbound ... 18

2.1.2.3 Tujuan Outbound ... 20

2.1.2.4 Jenis-Jenis Outbound Anak Usia Dini ... 23

2.1.2.5 Komponen Outbound Anak Usia Dini ... 25

2..1.2.6 Alat dan Kriteria Tempat Outbound AUD ... 27

2.2 Kerangka Konseptual ... 28

2.3 Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Populasi dan Sampel ... 31

3.2.1 Populasi ... 31

3.2.2 Sampel ... 31

3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 32

3.3.1 Variabel Penelitian ... 32

3.3.2 Defenisi Operasional ... 32

3.4 Desain Penelitian ... 32

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 33

(10)

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

3.7.1 Lokasi Penelitian ... 40

3.7.2 Waktu Penelitian ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Hasil Penelitian ... 41

4.1.1 Gambaran TK ... 41

4.1.2 Kecerdasan Kinestetik Anak pada Awal Observasi ... 42

4.1.3 Peran Guru dalam Melakukan Kegiatan Outbound ... 45

4.1.4 Data Hasil Observasi Anak setelah Melakukan Outbound ... 46

4.2 Analisa Data Hasil Penelitian ... 49

4.2.1 Uji Normalitas Data ... 49

4.2.2 Uji Homogenitas Data ... 49

4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 50

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1 Simpulan ... 54

5.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Lembar Observasi Penelitian ... 34

Tabel 3.2 Waktu Penelitian ... 40

Tabel 4.1 Data Nilai Observasi Awal Kelas Eksperimen ... 42

Tabel 4.2 Data Nilai Observasi Awal Kelas Kontrol ... 43

Tabel 4.3 Data Nilai Observasi Akhir Kelas Eksperimen... 46

Tabel 4.4 Data Nilai Observasi Akhir Kelas Kontrol ... 47

Tabel 4.5 Ringkasan Uji Normalitas Data dengan Uji Lilliefors ... 49

Tabel 4.6 Ringkasan Uji Homogenitas Varians ... 50

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian ... 29

Gambar 3.2 Desain Penelitian ... 33

Gambar 4.1 Diagram Batang Nilai Observasi Awal Kelas Eksperimen ... 43

Gambar 4.2 Diagram batang Nilai Observasi Awal Kelas Kontrol ... 44

Gambar 4.3 Diagram Batang Nilai Observasi awal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 44

Gambar 4.4 Diagram Batang Nilai Observasi Akhir Kelas Eksperimen ... 47

Gambar 4.5 Diagram Batang Nilai Observasi Akhir Kelas Kontrol ... 48

Gambar 4.6 Diagram Batang Nilai Observasi Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 48

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Anak Kelas B ... 58

Lampiran 2. Rancangan Kegiatan Harian ... 59

Lampiran 3. Lembar Observasi Penelitian ... 71

Lampiran 4. Absensi ... 79

Lampiran 5. Data Observasi Awal dan Akhir Anak ... 81

Lampiran 6. Perhitungan Mean, Standar Deviasi dan Varians ... 87

Lampiran 7. Uji Normalitas ... 90

Lampiran 8. Uji Homogenitas ... 94

Lampiran 9. Uji Hipotesis ... 96

Lampiran 10. Daftar Nilai Kritis Uji Lilliefors ... 100

Lampiran 11. Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z ... 101

Lampiran 12. Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi t ... 105

Lampiran 13. Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi F ... 106

Lampiran 14. Lokasi dan Transaksi Dana dalam Melakukan Kegiatan Outbound ... 110

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

berkualitas. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat

pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

together. Menurut Undang-undang Sisdiknas, pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Pada hakikatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk

menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini

dalam hal ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang

ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia 6 tahun. PAUD menjadi sangat

penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang

terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia

dini sering disebut the golden age (usia emas).

(15)

Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Upaya pembinaan terhadap satuan-satuan PAUD tersebut, diperlukan

adanya sebuah kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi anak usia dini

yang berlaku secara nasional. Kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi

adalah rambu-rambu yang dijadikan acuan dalam penyusunan kurikulum dan

silabus (rencana pembelajaran) pada tingkat satuan pendidikan. Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun

dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.

Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh semua anak

karena pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki oleh setiap

individu untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya. Keberlangsungan pendidikan

perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak terutama pemerintah.

Peran dan tanggungjawab pemerintah terhadap pengasuhan, pendidikan dan

pengembangan anak usia dini di Indonesia telah diwujudkan dalam bentuk

berbagai kebijakan dan kesepakatan.

Pendidikan harus sudah dimulai sejak usia dini supaya tidak terlambat.

Sehingga penting bagi anak untuk mendapatkan Pendidikan Anak Usia Dini.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut.

(16)

Hasil pendataan Depdiknas, baru 28 persen dari 26,1 juta anak usia 6 tahun yang

mendapat pendidikan usia dini. Sebagian besar di antara mereka, yakni 2,6 juta,

mendapatkan pendidikan dengan jalan masuk ke Sekolah Dasar pada usia lebih

awal. Sebanyak 2,5 juta anak mendapat pendidikan di Bina Keluarga Balita

(BKB), 2,1 juta anak bersekolah di TK atau Raudhatul Atfhal, dan sekitar 100.000

anak di kelompok bermain (play group). Rasio jumlah lembaga pendidikan dan

anak usia dini diperkirakan 1:8. Data tersebut memperlihatkan bahwa pendidikan

anak usia dini (PAUD) belum cukup mendapatkan perhatian padahal kapasitas

perkembangan kognitif anak sudah dapat terbentuk pada usia dini jauh dibawah

usia sekolah. Hal tersebut merupakan suatu masalah yang perlu mendapatkan

perhatian dimana masih banyak pihak yang belum mengetahui pentingnya

pendidikan anak usia dini.

Anak usia dini merupakan rentang usia kritis sekaligus strategis dalam

proses pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

tahap selanjutnya. Itu artinya periode ini merupakan periode kondusif untuk

menumbuhkembangkan berbagai kecerdasan, kemampuan fisiologis, kognitif,

bahasa, sosio emosional, dan spiritual. Untuk itu, perlu dukungan lingkungan

belajar yang kondusif bagi perkembangan potensi anak, baik di lingkungan dalam

(indoor) maupun luar (outdoor).

Setiap anak memilik kecerdasan yang berbeda-beda. Salah satu kecerdasan

yang dimiliki anak usia dini yaitu kecerdasan kinestetik. Kecerdasan kinestetik

adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan seluruh atau sebagian anggota

tubuhnya untuk melakukan sesuatu. Kecerdasan kinestetik memungkinkan anak

(17)

menciptakan gerakan. Dalam hal ini guru dan orangtua ikut berperan aktif dalam

kecerdasan kinestetik anak.

Dewasa ini, guru dan orangtua lebih mengutamakan perkembangan

intelektual daripada perkembangan kecerdasan kinestetik anak. Guru dan orangtua

lebih memberi perhatian agar anak dapat membaca, berbicara, dan menulis

dengan baik daripada melakukan aktivitas fisik dengan baik. Anak cenderung

menghabiskan waktu dengan aktivitas nonfisik seperti menonton televisi, bermain

video games dan mengorbankan kecerdasan fisik yang merupakan unsur penting

bagi perkembangan menuju manusia serba bisa.

Merangsang kecerdasan kinestetik melalui aktivitas fisik akan mendorong

bermain dan kecintaan terhadap gaya hidup aktif. Hal ini sejalan dengan pendapat

Lwin May yang menyatakan bahwa anak yang pasif secara fisik dapat terjangkit

sindrom penyakit malas dan kemungkinan besar secara fisik kurang sehat.

Sebaliknya anak yang dibina kinestetiknya maka akan menjadi cerdas dan

merasakan bahwa dirinya telah membangun fondasi gaya hidup olahragawan pada

tahun-tahun yang akan datang.

Menjadi cerdas berarti meletakkan fondasi pada keseluruhan pertumbuhan

dan kesejahteraan masing-masing individu. Hal ini juga membantu anak dalam

mencapai kecerdasan kinestetiknya sampai potensi maksimalnya. Seorang anak

yang memiliki kecerdasan kinestetik akan menikmati berbagai bentuk aktivitas

fisik, dan cepat menyerap keterampilan baru. Ketika dihadapkan dengan suatu

tugas fisik yang baru seperti memanjat, anak yang memiliki kecerdasan kinestetik

akan menikmati tantangan dan merasa yakin bahwa dia akan mampu melakukan

(18)

Kecerdasan kinestetik perlu dimiliki anak karena dapat meningkatkan

keterampilan sosial. Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang orangtuanya

bermain bersama mereka pada akhirnya berkembang lebih baik secara sosial.

Mereka mampu bermain dengan yang lainnya, baik muda maupun tua. Interaksi

ini sebenarnya mengajarkan anak untuk bermain dalam lingkungan kelompok dan

memberi kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebayanya. Anak dengan

kecerdasan kinestetik tinggi akan dapat mengungkapkan diri mereka dengan baik.

Anak yang memiliki kecerdasan kinestetik lebih menyukai pembelajaran

di luar kelas. Hal ini terlihat ketika penulis melakukan observasi di TK TRI

KARYA. Ada 18 orang anak dari 26 anak yang berumur 5-6 tahun memiliki

kecerdasan kinestetik. Ini sekitar 69% anak memiliki kecerdasan kinestetik.

Kecerdasan kinestetik berhubungan erat dengan motorik khususnya motorik kasar.

Motorik kasar adalah tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian

besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu

sendiri. Untuk melihat kecerdasan kinestetik anak dapat dilakukan dengan

berbagai kegiatan bermain.

Bermain dapat memberi kesempatan untuk melatih keterampilan,

kecerdasan dan dapat mengembangkan ide-ide sesuai dengan cara dan

kemampuannya sendiri hingga pada akhirnya diharapkan dapat membantu proses

belajar anak. Melalui kegiatan bermain anak akan mempelajari dan menyerap

segala sesuatu yang terjadi dilingkungan sekitarnya. Untuk itu, perencanaan dan

persiapan lingkungan belajar anak harus dirancang dengan seksama sehingga

segala sesuatu dapat merupakan kesempatan belajar yang sangat menyenangkan

(19)

Banyak kegiatan bermain yang dapat mempengaruhi kecerdasan kinestetik

anak, salah satunya adalah outbound. Outbound adalah kegiatan di alam terbuka

dan juga dapat memacu semangat belajar. Outbound merupakan sarana penambah

wawasan pengetahuan yang didapat dari serangkaian pengalaman berpetualang

sehingga dapat memacu semangat dan kreativitas seseorang. Hal ini juga

didukung oleh pendapat Kimpraswil menyatakan bahwa outbound adalah usaha

olah diri (olah pikir dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan

pengembangan motivasi, kinerja dan prestasi dalam rangka melaksanakan tugas

dan kepentingan kelompok secara lebih baik lagi.

Kegiatan outbound belum familiar di kalangan dunia pendidikan

khususnya pendidikan anak usia dini. Kegiatan outbound biasa dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan yang menginginkan kegiatan penyegaran untuk

karyawannya. Kegiatan outbound cenderung ditakuti anak-anak karena diadakan

di ketinggian. Menurut Magta dalam Maryatun menyatakan bahwa orangtua juga

sering menghawatirkan anaknya jika jatuh atau kotor karena outbound dilakukan

di alam. Sebenarnya melalui kegiatan outbound anak akan terpacu untuk bergerak

aktif seperti melompat, berlari, memanjat dan lain-lain.

Pengajaran kegiatan outbound juga dinilai memberikan kontribusi positif

terhadap kesuksesan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Ancok dalam Asti

(2009:28-29) yang menyatakan bahwa keuntungan dari kegiatan outbound yaitu

melalui kegiatan outbound memberikan sebuah pengalaman langsung kepada

peserta outbound, penuh kegembiraan karena dilakukan dengan permainan, salah

satu kegiatan untuk menemukan kembali pengalaman masa kecil yang penuh

(20)

lebih membutuhkan banyak waktu, karena permainan dalam kegiatan outbound

juga banyak sehingga dalam meneliti kegiatan outbound harus dilakukan

berkali-kali agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Outbound juga lebih banyak membutuhkan kekuatan lebih bersemangat,

dalam arti fisik dan bermain diluar membutuhkan lebih banyak ruang, dimana

anak dapat lari, melompat dan menggunakan sepeda maupun kendaraan lain.

Halaman yang berumput atau adanya pasir maka bila anak jatuh tidak terlalu

membahayakan di bandingkan bila jatuh dilantai didalam ruangan yang umumnya

lebih kasar. Perilaku mereka untuk bermain terdorong oleh rasa senangnya, maka

mereka akan bergerak, bersikap dan berperilaku secara spontan, alami dan asli.

Disinilah terjadi aktifitas bermain atau belajar. Belajar yang berhasil mesti melalui

berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah

peserta didik giat, aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau

bekerja dan ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melihat seberapa

besar Pengaruh Kegiatan Outbound terhadap Kecerdasan Kinestetik Anak

Usia 5-6 Tahun di TK TRI KARYA Medan T.A 2013.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka diidentifikasikan

masalah penelitian sebagai berikut:

1.2.1. Kurang familiarnya kegiatan outbound di kalangan pendidikan anak

usia dini.

1.2.2. Kurangnya kesadaran akan pengaruh kegiatan outbound terhadap

(21)

1.2.3. Adanya keterbatasan waktu ketika melakukan kegiatan outbound

1.2.4. Adanya rasa takut orangtua terhadap bahaya outbound

1.2.5. Kurangnya pengetahuan tentang keuntungan outbound

1.2.6. Kurangnya kesadaran orangtua akan pentingnya merangsang

kecerdasan kinestetik anak

1.2.7. Guru kurang memperhatikan kecerdasan kinestetik anak

1.2.8. Orangtua lebih mengutamakan perkembangan intelektual anak

daripada kecerdasan kinestetik anak.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka perlu adanya pembatasan

masalah. Hal ini dilihat dari kemampuan, dana, dan waktu penelitian yang tidak

memungkinkan untuk meneliti semua permasalahan di atas. Maka, penulis

membatasi masalah pada penelitian ini yaitu:”Pengaruh Kegiatan Outbound

Terhadap Kecerdasan Kinestetik Anak Usia 5-6 Tahun”.

1.4. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1.4.1.Bagaimanakah kecerdasan kinestetik anak usia 5-6 tahun pada awal

observasi di TK Tri Karya?

1.4.2.Bagaimanakah peran guru dalam melakukan kegiatan outbound di

TK Tri Karya?

1.4.3.Seberapa besarkah pengaruh kegiatan outbound terhadap kecerdasan

(22)

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dikemukakan pada penelitian ini yaitu:

1.5.1.Untuk mengetahui bagaimana kecerdasan kinestetik anak usia 5-6

tahun pada awal observasi di TK Tri Karya.

1.5.2.Untuk mengetahui bagaimana peran guru dalam melakukan kegiatan

outbound di TK Tri Karya.

1.5.3.Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan outbound

terhadap kecerdasan kinestetik anak usia 5-6 tahun di TK Tri Karya

1.6. Manfaat Penelitian

1.6.1.Bagi Anak:

a. Agar kecerdasan kinestetik anak semakin berkembang.

b. Memberikan motivasi kepada anak untuk lebih berani dalam

kegiatan outbound

1.6.2.Bagi Guru:

Sebagai bahan masukan bagi guru untuk dapat mempertimbangkan

kegiatan yang baik untuk merangsang kecerdasan kinestetik anak.

1.6.3.Bagi Sekolah:

Dapat menjadi panduan dan referensi tambahan dalam melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan kegiatan outbound bagi Anak

Usia Dini dalam rangka mengembangkan berbagai potensi anak,

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan makan dapat diambil

kesimpulan yaitu:

a. Sebelum melakukan kegiatan outbound kecerdasan kinestetik Anak usia

5-6 tahun di TK Tri Karya Medan yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas

eksperimen dan kelas kontrol adalah cukup baik.

b. Guru sudah berperan aktif dalam melakukan kegiatan outbound. Hal ini

menyebabkan anak merasa senang, terjalin kerjasama, kecerdasan

kinestetik anak meningkat.

c. Kecerdasan kinestetik anak setelah melakukan outbound yaitu:

Pembelajaran dengan melakukan kegiatan outbound mampu

memberikan pengaruh yang baik daripada pembelajaran tanpa kegiatan

outbound. Hal ini sesuai dengan uji hipotesis yang diperoleh thitung >

ttabel yaitu 24,34 > 2,18 pada taraf nyata α= 0,05 dengan dk= (n1+n2-2).

Sehingga dapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.

Dinyatakan bahwa kegiatan Outbound sangat berpengaruh terhadap

kecerdasan kinestetik anak usia 5-6 tahun.

5.2. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas

(24)

a. Bagi guru dan calon guru diharapkan melaukan kegiatan outbound

dalam upaya meningkatkan kecerdasan kinestetik anak.

b. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai

pembelajaran dengan melakukan kegiatan outbound agar lebih

memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada sehingga dapat

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. 2010. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta

Ancok, D. 2003. Outbound Management Training. Yogyakarta:UII Press

Asti, B.M. 2009. Fun Outbound.Jogjakarta: Diva Press.

Azwar, Saifuddin. 1996. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Budisetiawan. 2011. Pengenalan Outbound untuk Anak (online). dalam http://budisetiwan-budisetiawan.blogspot.com/2011/10/bahan-belajar-outbound-paud.html, diakses 18 Maret 2013.

Chatib, M & Said, A. 2012. Sekolah Anak-Anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan. Bandung: Kaifa

Maryatun, B,I. 2010. Pemanfaatan Outbound untuk Melatih Kerjasama (Sebagai Moral Behavior) Anak Taman Kanak-Kanak. Yogyakarta: UNY. Skripsi. (budi_ika@yahoo.com)

Mulyono, & Asti, B.M. 2008. Smart Games for Outbound Training. Jogjakarta: Diva Press.

Musfiroh, T. Keseimbangan Intelegensia, Emosional, dn Spiritual Anak Usia Dini. Pusdi PAUD Lemlit UNY, FBS UNY, PGTK UNY

PAUD Kober Al-Ikhlas. 2012. Makalah Pengembangan Kecerdasan Kinestetik Melalui Permainan Outbound.

Tersedia: http://paud-kober-alikhlas.blogspot.com/2012/03/makalah-pengembangan-kecerdasan.html

Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58. 2009. Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI

Purwanto, Ngalim. 1986. dalam (http://id.shvoong.com/social-sciences/education/ 2252583-pengertian-intelegensi/)

Rachmawati, Y & Kurniati,E. 2011. Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana

Ramli, M. 2005. Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta

(26)

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sujiono & Sujiono. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks

Susari, DH. 2011. Implementasi Kegiatan Outbound dalam Upaya Pembentukan Perilaku Sosial dan Emosional Anak Usia Dini. Bandung. Skripsi

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI

Wuni, DN. 2012. Pengaruh Musik terhadap Perkembangan Anak Usia 5-6 Tahun di RA Al-Muchtariyah Tanjung Morawa. UNIMED. Skripsi

Yus, Anita. 2011. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana

Gambar

Gambaran TK ................................................................................
Tabel 4.7 Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis .....................................................
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian ...........................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan perancangan yang mengusung tema Arsitektur Eklektik dapat menjadi salah satu landmark yang memperkenalkan budaya yang ada di Desa Tongging dengan nilai jual

Pengangkatan Pegaurai Negeri Sipil dalam Jabafan Struktural (Imbaran Negara Republik Indonesia Tatrun 20or2 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesira Nomor

Tingginya skor norma sosial ini ditunjukkan oleh adanya hubungan kepercayaan dan kerja sama antar masyarakat untuk mewujudkan pengelolaan lahan hutan yang lestari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) pelaksanaan kurikulum edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen berpengaruh positif terhadap jiwa kewirausahaan

Dengan adanya hubungan yang signifikan antara reflektansi dan TSS (R²= 0.574) pada panjang gelombang ini (620-670 nm) maka dapat dijadikan untuk menduga apakah kelimpahan

terhadap karya sastra yang berupa cerita rakyat yang berkaitan dengan.. sejarahnya dan diharapkan dapat dijadikan acuan awal

Analisis penelitian ini berfokus pada penerapan biaya standar bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik; analisis varians yang terjadi antara

Hasil penelitian Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa theory of planned behavior berhubungan positif terhadap perencanaan pensiun dan perencanaan keuangan hari