6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun djalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefiisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Sedangkan menurut M. Syafi‟I Antonio, menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.(Muhammad 2005: 260 )
Pembiayaan adalah suatu hal yang lazim dilakukan oleh bank syariah. Pembiayaan sendiri merupakan tugas bank sebagai media intermediasi, yaitu mengumpulkan dan kemudian meyalurkan dana tersebut. adapun sifat kegunaanya pembiayaan dapat dibagi dalam:
1) Memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan; dan
2) Produksi dalam bentuk yang luas, yaitu untuk meningkatkan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasrkan.
(Zainul Arifin 2006: 200-201)
Berdasarkan UU No. 7 th. 1992, yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan sejumlah harga, imbalan atau pembagian hasil.
b. Jenis-jenis Pembiayaan
Dalam menjelaskan jenis-jenis pembiayaan dapat dilihat dari tujuannya, jangka waktunya, jaminan serta orang yang menerima dan member pembiayaan. Pembiayaan menurut sifat penggunaan dapat dibagi menjadi dua hal, sebagai berikut:
1) Menurut sifatnya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat di bagi menjadi tiga hal berikut:
(1) Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atu mutu hasil produksi.
(b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
(c) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods)
b) Pembiayaan Konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kousumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
(Muhammad Ridwan 2004 : 206)
Secara garis besar poduk pembiayaan menurut hukum ekonomi syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya yaitu:
a. Pembiayaan dengan prinsip Jual Beli (Ba’i)
Menurut istilah terminologi yang dimaksud sebagai jual beli ialah menukar barang dengan barang, barang dengan uang, dengan
cara melepaskan hak dari yang satu kepada yang lain dengan cara saling rela atau ridho antara kedua belah pihak. Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan pada waktu pembayaran dan penyerahan barangnya kepada pembeli.
1). Pembiayaan Murabahah adalah akad jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Berdasarkan jual beli tersebut bank membeli barang yang di pesan dan menjualnya keada nasabah. Harga jual bank adalah harga beli dari suplier di tambah keuntungan yang disepakati. ( Muhammad 2014: 271)
2).Pembiayaan Salam adalah akad jual beli suatu barang (komoditi) di mana harganya dibayar dengan segera (pada saat akad disepakati), sedangkan barangnya akan di serahkan kemudian dalam jangka waktu yang di sepakati”.( Muhammad 2014: 281) 3). Pembiayaan Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang di sepakati anatara pesanan (pembeli, mustashni) dan penjual (pembuat, shani)”.( Muhammad 2014: 290)
b. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa ( Ijarah )
Ada yang menterjemahkan ijarah sebagai jual beli jasa (upah- mengupah), yakni mengambil manfaat tenaga manusia, ada pula yang menerjemahkan sewa-menyewa. Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah.
Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan).
Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian. Al-Bai’
wal ijarah muntahhiyah bit tamlik (IMBT) merupakan rangkaian
dua buah akad, yakni akad al-Bai’ dan akad ijarah muntahia bit tamlik (IMBT). Al-Bai’ merupakan akad jual beli, sedangkan
IMBT merupakan kombinasi antara sewa-menyewa (ijarah) dan jual beli atau hibah di akhir masa sewa. (Muhammad 2014: 309- 310)
c. Berdasarkan prinsip Bagi Hasil
Bentuk khusus kontrak keuangan yang telah dikembangkan untuk mengantikan mekanisme bunga dalam transaksi keuangan adalah mekanisme bagi hasil. Mekanisme bagi hasil ini merupakan core product bagi lembaga keuangan syariah, seperti bank syariah.
Karena bank syariah melarang penerapan tingkat bunga pada
semua transaksi keuangann ya. Kedua akad berikut ini adalah yang tergolong bagi hasil:
1). Pembiayaan Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing- masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko (kerugian) akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.
2). Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank selaku pemilik dana (shahibul maal) dengan nasabah selaku (mudharib) yang memunyai keahlianuntuk mengelola suatu usaha yang produktif dan halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama berdasarkan nisbah yang disepakati. (Muhammad 2014 : 239-241)
d. Pembiayaan dengan Akad Pelengkap
1). Hiwalah (alih hutang-piutang) dalam perbankan tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu supplier mendapatkan modal
tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapat ganti biaya atas pemindahan piutang. Untuk mengantisipasi risiko kerugian yang akan timbul, bank perlu melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang berutang dan kebenaran transaksi antara yang memindahkan piutang dengan yang berutang.
2).Rahn (Gadai) tujuan akad rahn diperbankan untuk memberikan jaminan kepada bank sewaktu waktu nasabah tidak dapat
memenuhi kewajibannya (wanprestasi). Apabila nasabah wanprestasi, bank dapat melakukan penjualan barang yang digadaikan atas perintah hakim. Nasabah mempunyai hak menjual barang tersebut dengan seizin bank. Apabila hasil penjualan melebihi kewajibannya, kelebihan tersebut menjadi milik nasabah. Dalam hal hasil penjualan tersebut lebih kecil dari kewajibannya, maka nasabah harus menutupi kekurangannya
3). Qardh (penyediaan dana tagihan) dalam perbankan syariah adalah suatu pinjaman yang di sediakan tanpa adanya syarat ini bertujuan untuk pengembangan bisnis dan investasi juga ditunjukan untuk hal-hal yang bersifat kebaikan, tolong- menolong dan juga untuk sosial.
4). Wakalah (perwakilan) adapun pengertian secara terminologi al- wakalah ialah penyerahan dari seseorang kepada orang lain
untuk mengerjakan sesuatu, perwakilan berlaku selama yang mewakilkan masih hidup. Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu., seperti pembukaan L/C, inkaso dan transferuang. Kelalaian dalam menjalankan kuasa menjadi tanggung jawab bank, kecuali kegagalan karena force majure menjadi tanggung jawab nasabah.
5).Kafalah atau garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagairahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadi’ah.
B. Ta‟zir
1. Pengertian ta’zir
Kata ta’zir berakar dari kata Azzara yang secara arti kata mengandung arti membantu, membantu menghindarkan dari suatu yang tidak menyenangkan. Dalam kaitannya dengan ta’zir pada lembaga keuangan syariah, ta’zir adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda- nunda pembayaran dengan disengaja dengan alasan yang tidak dibenarkan oleh syar‟i dan tidak mempunyai kemauan dan itikad baik unntuk membayar hutangnya. Adapun nasabah yang belum mampu membayar kewajibannya disebabkan force majeur maka tidak boleh dikenakan ta’zir menurut Fatwa DSN. Adapun jumlah tergantung kesepakatan atara kedua belah pihak yang berakad ketika penandatanganan kontrak akad.(Syarifuddin 2003:321 dalam skripsi yang ditulis oleh Arianto Saputra).
2. Landasan hukum
Firman Allah surat al-Maidah ayat 1 yang artinya :“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan
bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu, (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” (Terjemah QS. 5 ayat 1)
Dasar hukum dari adanya hukuman ta’zir itu adalah ijtihad ulama yang berlandaskan kepada umumnya hadist nabi yang mengatakan
Mathlul ghanii dzulmun …. (HR Nasa’i)
Artinya:“menunda-nunda( pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kedhaliman…. (HR Nasa’i)
C. Ta‟widh
1. Pengertian ta’widh
Kata al-ta’widh berasal dari kata ‘iwadha yang mempunyai arti memberi ganti atau mengganti, sedangkan kata ta’widh sendiri mempunyai arti secara bahasa mengganti. Secara umum pengertian ta’widh adalah menutup kerugian yang terjadi akibat pelanggaran
atau kekeliruan dengan ketentuan kerugian rill yang dapat diperhitungkan dengan jelas dengan upaya untuk memperoleh pembayaran dan bukan kerugian yang diperkirakan akan terjadi karena adanya peluang yang hilang. (Tim kashiko 2000:499 dalam skripsi yang ditulis oleh Arianto Saputra)
2. Ganti Rugi Menurut Hukum KUH Perdata
Ada dua sebab timbulnya ganti rugi, yaitu ganti rugi Karena wanprestasi dan perbuatan melawan hukum ganti rugi karena perbuatan melawan hukum adalah suatu bentuk ganti rugi yang dibebankan kepada orang yang telah menimbulkan kesalahan kepada pihak yang telah dirugikan. Ganti rugi itu timbul karena adanya kesalahan, bukan karena adanya perjanjian. Ganti rugi karena wanprestasi adalah suatu bentuk ganti rugi yang dibebankan kepada debitur yang tidak memenuhi isi perjanjian yang telah dibuat antara debitur dan kreditur.
3. Landasan Hukum
Terjemah QS. al-Baqarah ayat 279Artinya: “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat(dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu;
kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”.
Mathlul ghanii dzulmun …. (HR Nasa‟i)
Artinya:“menunda-nunda( pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampuadalah suatu kedhaliman…. (HR Nasa‟i)
4. Pendapat Ulama tentang ta’widh (Ganti Rugi)
Menurut pendapat ulama tentang ta‟zir yang saya kutip dari fatwa DSN NO43/DSN-MUI/VIII/2004.
Pendapat Ibn Qudamah, bahwa penundaan pembayaran kewajiban
dapat menimbulkan kerugian (dharar) dan karenanya harus dihindarkan ia menyatakan.“ jika orang berutang (debitur) bermaksud melakukan perjalanan, atau jika pihak berpiutang (kreditur) bermaksud melarang debitur (melakukan perjalanan), perlu kita perhatikan sebagai berikut. Apabila jatuh tempo hutang sebelum kedatangannya dari perjalanan misalnya, perjalanan untuk berhaji di mana debitur masih dalam perjalanan haji sedangkan jatuh tempo hutang pada bulan muharram atau dzulhijjah—maka kreditur boleh melarangnya melakukan perjalanan. Hal ini karena ia (kreditur) akan menderita kerugian (dharar) akibat keterlambatan (memperoleh) haknya pada saat jatuh tempo. Akan tetapi, apabila debitur menunjuk penjamin atau menyerahkan jaminan (gadai) yang cukup untuk membayar utangnya pada saat jatuh tempo, ia boleh melakukan perjalanan tersebut, karena dengan demikian, kerugian kreditur dapat dihindarkan.
Pendapat Wahbah al-Zuhaili, ta’widh (ganti rugi) adalah menutup kerugian yang terjadi akibat pelanggaran atau kekeliruan.
Ketentuan umum yang berlaku pada ganti rugi dapat berupa:
a. Menutup kerugian dalam bentuk benda (dharar, bahaya) seperti memperbaiki dinding…
b. Memperbaiki benda yang dirusak menjadi utuh kembali seperti semula selama dimungkinkan, seperti mengembalikan benda yang dipecahkan menjadi utuh kembali. Apabila hal tersebut
sulit dilakukan, maka wajib menggantinya dengan benda yang sama (sejenis atau dengan uang, sementara itu, hilangnya keuntungan dan terjadinya kerugian yang belum pasti dimasa yang akan datang atau kerugian immateriil, maka menurut ketentuan hukum fiqh hal tersebut tidak dapat diganti (dimintakan ganti rugi). Hak itu karena objek ganti rugi adalah harta yang ada dan kongkret serta berharga (diijinkan syariat untuk memanfaatkannya). Pendapat `Abd al-Hamid Mahmud al- Ba‟li, Mafahim Asasiyyah fi al-Bunuk al-Islamiyah, al-Qahirah:
al-Ma‟had al-„Alami li-al-Fikr al-Islami, 1996 : Ganti rugi karena penundaan pembayaran oleh orang yang mampu didasarkan pada kerugian yang terjadi secara riil akibat penundaan pembayaran dan kerugian itu merupakan akibat logis dari keterlambatan pembayaran tersebut.
(Fatwa 43/DSN-MUI/VIII/2004) D. GRI (Global Reporting Intiative)
Pedoman pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kawasan Asia Tenggara yang disebut dengan GRI G4 ini, pertama kali diluncurkan di Amsterdam, Belanda, pada tanggal 22 Mei 2013 bertepatan dengan diadakannya Konferensi Global Pelaporan Berkelanjutan, yang dihadiri oleh 1600 peserta dari 70 negara, termasuk 20 orang delegasi dari Indonesia. Direktur Interim GRI Asthildur menjelaskan, pedoman pelaporan CSR tersebut telah
dibuat dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan dan proses pembuatannya memakan waktu dua tahun. “Dengan adanya sistem pelaporan internasional ini, perusahaan dapat menggunakannya sebagai patok banding dalam menjalankan bisnis yang berwawasan lingkungan dan kepedulian sosial.
Pedoman pelaporan CSR yang juga disebut Pedoman Laporan Keberlanjutan itu sebenarnya bukan merupakan hal yang baru. GRI telah membuat pedoman ini pertama kalinya pada 2000 lalu. Dengan perkembangan dunia usaha dan kompleksitas isu keberlanjutan dari masa ke masa, maka pedoman pelaporan juga perlu disesuaikan.
Semenjak tahun 2002, pedoman itu telah direvisi beberapa kali, hingga akhirnya keluarlah pedoman terbaru yang merupakan generasi ke 4 atau disingkat G4.
GRI (Global Reporting Intiative) merupakan sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia.
Tiga fokus pengungkapan GRI, antara lain:
1. Indikator Kinerja Ekonomi (economic performance indicator)
2. Indikator Kinerja Lingkungan (environment performance indicator)
3. Indikator Kinerja Sosial (social performance indicator) terdiri dari:
KATEGORI EKONOMI
-Kinerja Ekonomi EC1 Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan didistribusikan.
EC2 Implikasi finansial dan risiko serta peluang lainnya kepada kegitan organisasi karena perubahan iklim.
EC3 Cakupan kewajiban organisasi atas imbalan pasti.
EC4 Bantuan finansial yang diterima dari pemerintah.
a. Tenaga Kerja (labor practices and decent work) b. Hak Asasi Manusia (human rights performance ) c. Sosial (Society)
d. Tanggung jawab Produk (product responsibility performance).
https:// wordpress.com/2010/11/06/
Berikut adalah tabel kategori dan sub kategori dari GRI G4 : Tabel 1. Kategori dar GRI G4
-Keberadaan Pasar EC5 Rasio upah standar pegawai pemula (entry level) menurut gender dibandingkan dengan upah minimum regional di lokasi-lokasi operasional yang signifikan.
EC6 Perbandingan manajemen senior yang dipekerjakan dari masyarakat lokal di operasi yang signifikan.
-Dampak Ekonomi Tidak Langsung
EC7 Pembangunan dan dampak dari investasi infrastruktur dan jasa yang diberikan.
EC8 Dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan, termasuk besarnya dampak.
-Praktik Pengadaan EC9 Perbandingan dari pemasok lokal di operasional yang signifikan.
KATEGORI LINGKUNGAN
-Bahan EN1 Bahan yang digunakan berdasarkan berat dan volume.
EN2 Presentase bahan yang digunakan yang merupakan bahan input daur ulang.
-Energi EN3 Konsumsi energi dalam organisasi.
KATEGORI LINGKUNGAN -Keanekaragaman
Hayati
EN14 Jumlah total spesies dalam IUCN RED LIST dan spesies dalam daftar spesies yang dilindungi nasional dengan habitat ditempat yang dipengaruhi operasional, berdasarkan tingkat risiko kepunahan.
-Emisi EN15 Emisi gas rumah kaca (GRK) langsung (Cakupan 1).
EN16 Emisi gas rumah kaca (GRK) energi tidak langsung (Cakupan 2).
EN17 Emusi gas rumah kaca (GRK) tidak langsung lainnya (Cakupan 3).
EN18 Intensitas emisi gas rumah kaca (GRK).
EN19 Pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).
EN20 Emisi bahan perusak ozon (BPO).
EN21 NOx, Sox dan emisi udara signifikan lainnya.
-Efluen dan Limbah EN22 Total air yang dibuang berdasarkan kualitas dan tujuan.
EN23 Bobot total berdasarkan jenis dan metode pembuangan.
EN24 Jumlah dan volume total tumpahan signifikan.
EN4 Konsumsi energi diluar organisasi.
EN5 Intensitas energi.
EN6 Pengurangan konsumsi energy.
-Air EN7 Konsumsi energi diluar organisasi.
EN8 Total pengambilan air berdasarkan sumber.
EN9 Sumber air yang secara signifikan dipengaruhi oleh pengambila air.
EN10 Presentase dan total volume air yang didaur ulang dan digunakan kembali.
-Keanekaragaman Hayati
EN11 Lokasi-lokasi operasional yang dimiliki, disewa, dikelola didalam, atau yang berdekatan
dengan kawasan lindung dan kawasan dengan keanekaragaman hayati tinggi diluar kawasan lindung.
EN12 Uraian dampak signifikan kegiatan, produk, dan jasa terhadap keanekaragaman hayati tinggi diluar kawasan lindung dan kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi dikawasan lindung.
EN13 Habitat yang dilindungi dan dipulihkan.
EN25 Bobot limbah yang dianggap berbahaya menurut ketentuan Basel 2 Lampiran I, II, III dan VIII yang diangkut diimpor, diekspor atau diolah dan persentase limbah yang diangkut untuk pengiriman internasional.
EN26 Identitas, ukuran dan status lindung, dan nilai keanekaragaman hayati dari badan air dan habitat terkait yang secara signifikan terkea dampak dari pembuangan dan air limpasan dari organisasi.
-Produk dan Jasa EN27 Tingkat mitigasi dampak terhadap dampak lingkungan produk dan jasa.
EN28 Persentase produk yang terjual dan kemasannya yang direklamasikan menurut kategori.
-Kepatuhan EN29 Nilai moneter denda yang signifikan dan jumlah total sanksi non-moneter atas ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan lingkungan.
KATEGORI LINGKUNGAN
-Transportasi EN30 Dampak lingkuuangan signifikan dari pengangkutan produk dan barang lain serta bahan untuk operasional organisasi dan pengangkutan tenaga kerja.
-Lain-lain EN31 Total pegeluaran dan investasi perlindungan lingkungan berdasarkan jenis.
-Asesmen Pemasok atas Lingkungan
EN32 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria lingkungan.
EN33 Dampak lingkungan negatif signifikan aktual dan potensial dalam rantai pasikan dan tindakan yang diambil.
-Mekasnisme Pengaduan Masalah Lingkungan
EN34 Jumlah pengaduan tentang dampak lingkungan yang diajukan, ditangani dan diselesaikan melalui mekasnisme pangaduan resmi.
KATEGORI SOSIAL
Sub Kategori : Praktik Ketenagakerjaan dan Kenyamanan Bekerja -Kepegawaian LA1 Jumlah total dan tingkat perekrutan karyawan
baru dan turnover karyawan menurut kelompok umur, gender dan wilayah.
LA2 Tunjangan yang diberikan bagi karyawan purnawaktu yang tidak diberikan bagi karyawa sementara atau paruh waktu, berdasarkan lokasi operasi yang signifikan.
LA3 Tingkat kembali bekerja dan tingkat resistensi setelah cuti melahirkan, menurut gender.
-Hubungan Industrial LA4 Jangka waktu minimum pemberitahuan mengenai perubahan operasional, termasuk apakah hal tersebut tercantum dalam perjanjian bersama.
-Kesehatan dan Keselamatan Kerja
LA5 Persentase total tenaga kerja yang diwakili dalam komiite bersama formal manajemen- pekerja yang membantu mengawasi dan memberikn saran program kesehatan dan keselamatan kerja.
LA6 Jenis dan tingkat cedera, penyakit akibat kerja, hari hilang dan kemangkiran serta jumlah total kematian akibat kerja, menurut daerah dan gender.
KATEGORI SOSIAL
Sub Kategori : Praktik Ketenagakerjaan dan Kenyamanan Bekerja -Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
LA7 Pekerjaan yang sering terkena atau beresiko tinggi terkena penyakit yang terkait dengan pekerjaan mereka.
LA8 Topik kesehatan dan keselamatan tercakup dalam perjanjian formal serikat pekerja.
-Pelatihan dan Pendidikan
LA9 Jam pelatihan rata-rata pertahun perkaryawan menurut gender, dan menurut kategori
karyawan.
LA10 Program untuk manajemen keterampilan dan pembelajaran seumur hidup yang mendukung keberlanjutan kerja karyawan dan membantu mereka mengelola purna bakti.
LA11 Persentase karyawan yang menerima review kinerja dan pengembangan karier secara regular menurut gender dan kategori kayawan.
-Keberagaman dan Kesetaraan Peluang
LA12 Komposisi badan tata kelola dan pembagian karyawan perkategori karyaman menurut gender, kelompok usia, keanggotaan kelompok minoritas dan indikator keberagaman lainnya.
-Kesetaraan
Remunerasi Perempuan dan Laki-Laki
LA13 Rasio gaji pokok dan remunerasi bagi
perempuan terhadap laki-laki menurur karegori karyawan, berdasarkan lokasi operasional yang signifikan
-Asesmen Pemasok Terkait Praktik Ketenagakerjaan
LA14 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan praktik ketenagakerjaan.
LA15 Dampak negative aktual dan potensial yang signifikan terhadap praktik ketenagakerjaan rantai pasokan dan tindakan yang diambil LA16 Jumlah pengaduan tentang praktik
ketenagakerjaan yang diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui pengaduan resmi.
KATEGORI SOSIAL Sub Kategori : Hak Asasi Manusia
-Investasi HR1 Jumlah total dan persentase perjanjian dan kontrak investasi yang signifikan yang
menyertakan klausul terkait hak asasi manusia atau penapisan berdasarkan hak asasi
manuasia.
-Investasi HR2 Jumlah waktu pelatihan karryawan tentang kebijakan/prosedur HAM terkait dengan aaspek HAM yang relevan dengan operasi.
-Non Diskriminasi HR3 Jumlah total insiden diskriminasi dan tindakan korektif yang diambil.
-Kebebasan Berserikat dan Perjanjian Kerja Bersama
HR4 Operasi pemasok teridentifikasi yang mungkin melanggar atau beresiko tinggi melanggar hak untuk melaksanakan kebebasan berserikat dan perjanjian kerja bersama, dan tindakan yang diambil untuk mendukung hak-hak tersebut.
-Pekerja Anak HR5 Operasi dan pemasok yang diidentifikasi beresiko tinggi melakukan eksploitasi pekerja anak dan tindakan yang diambil untuk
berkonstribusi dalam penghapusan pekerja anak yang efektif.
-Pekerja Paksa atau Wajib Kerja
HR6 Operasi dan pemasok yang diidentifikasi beresiko tinggi melakukan pekerja paksa atau wajib kerja dan tindakan untuk berkonstribusi dalam penghapusan segala bentuk pekerja paksa atau wajib kerja.
KATEGORI SOSIAL Sub Kategori : Masyarakat
-Masyarakat Lokal SO1 Persentase operasi dengan pelibatan masyarakat lokal, dampak & pengembangan.
-Masyarakt Lokal SO2 Operasi dengan dampak negative aktual dan potensial yang signifikan terhadap masyarakat lokal.
-Anti Korupsi SO3 Jumlah total dan persentase operasi yang dinilai terhadap risiko terkaot dengan korupsi dan risiko signifikan yang teridentifikasi.
SO4 Komunikasi dan pelatihan mengenai kebijakan dan prosedur anti korupsi.
SO5 Insiden korupsi yang terbukti dan tindakan yang diambil.
-Kebijakan Publik SO6 Nilai total konstribusi politij berdasarkan negara dan penerima/penerima mamfaat.
-Anti Persaingan SO7 Jumlah total tindakan hukum terkait anti persaingan, anti-trust, serta praktik monopoli dan hasilnya.
-Praktik Pengamanan HR7 Persentase petugas pengamanan yang dilatih dalam kebijakan atau prosedur hak asasi manusia di organisasi yang relevan dengan operasi.
-Hak Adat HR8 Jumlah total insiden pelanggaran yang melibatkan hak-hak masyarakat adat dan tinddakan yang diambil.
-Asesmen HR9 Jumlah total dan persentasi operasi yang telah melakukan review atau asesmen dampak hak asasi manusia.
-Asesmen Pemasok atas Hak Asasi Manusia
HR10 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria hak asasi manusia.
HR11 Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap hak asasi manusia dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil.
-Mekanisme Pengaduan Masalah Hak Asasi Manusia
HR12 Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap hak asasi manusai yang diajukan, ditangani dan diselesaikan melalui pengaduan formal.
kesehatan dan keselamatan dari produk dan jasa sepanjang daur hidup, menurut jenis hasil.
-Pelabelan Produk dan Jasa
PR3 Jenis informasi produk dan jasa yang diharuskan oleh prosedur organisasi terkait dengan informasi dan pelabelan produk dan jasa yang signifikan harus mengikuti informasi sejenis.
PR4 Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda sukarela terkait dengan informasi dan pelabelan produk dan jasa, menurut jenis hasil.
PR5 Hasil survei untuk mengukur kepuasan pelanggan.
-Komunikasi Pemasaran
PR6 Penjualan produk yang dilarang atau disengketakan.
PR7 Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda sukarela tentang
komunikasi pemasaran, termasuk iklan, promosi dan sponsor menurut jenis hasil.
-Privasi Pelanggan PR8 Jumlah total keluhan yang terbukti terkait dengan pelanggaran privasi pelanggan dan hilangnya data pelanggan.
-Kepatuhan PR9 Nilai moneter denda yang signifikan atas ketidakpatuhan terhadap undang-undanng dan peraturan terkait penyediaan dan penggunaan produk dan jasa.
-Kepatuhan SO8 Nilai moneter denda yang signifikan dan jumlah total sanksi non moneter atas
ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan.
-Asesmen Pemasok atas Dampak Terhadap Masyarakat
SO9 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria untuk dampak terhadap masyarakat.
SO10 Dampak negative aktual dan potensional yang signifikan terhadap masyarakat dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil.
-Mekanisme Pengaduan Dampak Terhadap Masyarakat
SO11 Jumlah pengaduan tentan dampak terhadap masyarakat yang diajukan, ditangani dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan resmi.
KATEGORI SOSIAL
Sub Kategori : Tanggungjawab atas Produk -Kesehatan
Keselamatan Pelanggan
PR1 Persentase kategori produk dan jasa yang signifikan dampaknya terhadap kesehatan dan keselamatan yang dinilai untuk peningkatan.
PR2 Total jumlah insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda sukarela terkait dampak
Sumber : www.globalreporting.or
Global Reporting Initiative (GRI) berkolaborasi bersama National Center for Sustainability Reporting (NCSR) meluncurkan
sebuah kerangka konsep yang global dan dapat dipercaya dalam melaporkan keberlanjutan yang dapat digunakan oleh berbagai organisasi yang berbeda ukuran, sektor, dan lokasinya.
Saat ini, sistem pedoman pelaporan ini sudah diterima secara global, pedoman itu juga dapat digunakan perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Indonesia Global Compact," kata Ketua Global Compact Indonesia Junardy. Dia menjelaskan, keberlanjutan sebuah perusahaan ditentukan oleh aspek sosial dan lingkungan, bukan semata-mata faktor materiil, dikarenakan aspek social dan lingkungan adalah parameter untuk mengetahui apakah ada dampak posistif atau negatif dari kehadiran sebuah komunitas baru (perusahaan) terhadap komunitas lokal (masyarakat setempat). s
tentang ta’widh pada Pembiayaan Murabahah di PT Bank Syariah Bukopin berada pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2010.
Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan konsep ta‟widh yang telah dikeluarkan oleh DSN MUI melalui fatwa DSNMUI No. 43/DSN-
Menurut skripsi yang disusun oleh Muis Hidayat dengan judul Analisis Penerapan Fatwa DSN-MUI No.43/DSN-MUI/VIII/2004 B. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan
MUI/VIII/2004 dan untuk mengetahui penerapan dan aplikasi ta’widh pada pembiayaan murabahah dan cara penyelesaiannya di PT Bank Syariah Bukopin.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dan tertulis.
Hasil penelitian ini denda merupakan sebagai bentuk proses ganti rugi oleh salah satu pihak yang merasa kerugian atas Dalam hal ini Islam memandang bahwa, denda tersebut adalah utangyang wajib dibayar.
Menurut skripsi yang disusun oleh Yetty Nur Indah Sari dengan judul denda murabahah dalam pandangan sistem ekonomi islam (studi kasus di Bank Syariah Mega Indonesia) berada pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2008, tujuan penelitian ini untuk menjelaskan konsep denda dalam pandangan sistem ekonomi islam dan untuk mengetahui bagaimana denda pada pembiayaan murabahah dan cara penyelesaiannya di PT Bank Syariah Mega Indonesia. Hasil penelitian ini denda merupakan sebagai bentuk proses oleh salah satu pihak yang merasa kerugian atas biaya yang telah dikeluarkan atas dasar kemaslahatan dan biaya-biaya ril yang dikeluarkan oleh bank syariah karena terjadinya proses perpanjangan dalam pembiayaan murabahah akibat dari penundaan pelunasan oleh nasabah debitur.