M E T O D E P E L A K S A N A A N
NAMA PEKERJAAN : Pekerjaan Pangadaan dan Pemasangan Pagar
LOKASIN KEGIATAN :
Metode pelaksanaan kami susun untuk menganalisa gambaran singkat mengenai urutan pekerjaan yang akan dikerjakan dilapangan. Berdasarkan gambar rencana yang ada serta kondisi lapangan yang ada, maka urutan metode pelaksanaan yang akan kami uraikan adalah sebagai berikut :
Langkah – langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan Pekerjaan ini antara lain :
Setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja Pihak Direksi yang terkait akan melakukan PCM (Pra Construction Meeting) terlebih dahulu, untuk menentukan dan meminta Petunjuk tentang Pelaksanaan di Lapangan sehingga kelak tidak terjadi hal atau masalah di Lapangan, setelah itu kami akan segera melakukan uitzet (pengukuran) kembali di Lapangan bersama dengan Pihak Direksi dan Konsultan Pengawas. Uitzet diperlukan untuk menentukan as – as dan peil – peil yang sesuai dengan bestek untuk Pelaksanaan Pekerjaan ini, sehingga di kemudian hari hal ini dijadikan dasar pengukuran dari pelaksanaan pekerjaan. Setelah melakukan Uitzet, kami akan melakuan uji laboratorium untuk campuran beton / jobmix dan mortar.
Tahap Pertama dari Pelaksanaan pekerjaan yang kami lakukan adalah Pembuatan Barak Kerja / Direksi Keet yang sesuai ketentuan, dimana Direksi Keet itu nantinya akan kami tempatkan bahan Material seperti Besi Beton, Semen dan material lain yang akan kami gunakan, dan Tenaga Kerja yang akan kami inapkan di tempat tersebut. Seiring dengan Pembuatan Direksi Keet, kami juga akan melaksanakan Pembayaran Asuransi Tenaga Kerja pada PT. JAMSOSTEK.
Dari beberapa Personil yang sudah kami pilih untuk Pekerjaan ini, maka kami akan menempatkan Site Manajer, Quality Control, Quantity Control, Tenaga Pelaksana, Tenaga K3, Tenaga Pengelasan, Tim Logistik dan Tim Administrasi Proyek di Lapangan di bawah Kontrol dari Koordinator Pelaksana kami.
Sebelum pekerjaan dilaksanakan kami akan mulai dengan Pengambilan Dokumentasi 0 % di Lokasi Proyek dan mempersiapkan Buku Direksi dan mulai membuat Laporan Harian dari Pekerjaan di Lapangan.
Kami juga akan mulai mempersiapkan Pagar Proyek, Papan Nama Proyek, Pengadaan Sumber Air Bersih (Air Kerja), Pengadaan tenaga listrik (Penerangan Kerja,Daya Listrik dll)
Berikut adalah tahap – tahap Pekerjaan yang akan kami laksanakan di Lapangan :
A. PERSIAPAN PENANGANAN PEKERJAAN
1. Pekerjaan Pendahuluan
• Sebelum pekerjaan persiapan dilaksanakan terlebih dahulu Penyedia jasa dan direksi akan menghubungi Kepala Desa / Camat / Koramil / Instansi terkait untuk menjelaskan rencana pekerjaan ( Sosialisasi ) agar dapat mendukung Pelaksanaan Pekerjaan selanjutnya.
• Mengadakan Pengukuran sebagai awal perhitungan volume pekerjaan dan sekaligus membuat jalan kerja, membangun kantor lapangan dan Direksi Keet, memasang papan nama dan menghitung Mutual Check sebagai pedoman awal volume pekerjaan.
• Air bersih dan listrik juga merupakan factor penunjang bagi kelancaran pelaksanaan proyek, karena berfungsi sebagai kebutuhan untuk hidup dan kebutuhan untuk menggerakkan alat-alat yang memerlukan listrik. Guna pemenuhan kebutuhan air bersih dan listrik, maka air bersih dan listrik untuk proyek ini didapatkan dari titik terdekat di lokasi Proyek.
2. Mobilisasi
• Tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini antara lain : Koordinator Pelaksana, Pelaksana Bangunan ,Pelaksana ME, Tim Logistik dan Tim Administrasi Proyek yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dilapangan.
• Alat yang diperlukan dalam pekerjaan ini : Concrete Mixer, Peralatan Las, Peralatan Pertukangan yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dilapangan.
CONCRETE MIXER
PERALATAN LAS ALAT UKUR
• Bahan – bahan yang diperlukan juga disiapkan dilokasi pekerjaan dimulainya pekerjaan pada titik awal dimulainya pekerjaan.
Semen menggunakan semen Portland yang memenuhi syarat dan mendapat persetujuan Pengawas Lapangan
Batu belah harus keras, padat, berat, dan bersih dari tanah.
Pasir cor dengan mutu baik, berbutir keras dan tajam, bersih dari lumpur dan kotoran.
Mobilisai Tenaga, Alat, dan bahan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dilapangan yang akan dikerjakan.
B. PENANGANAN PEKERJAAN UTAMA 1. PEKERJAAN PERSIAPAN
a. Pembersihan Lokasi
Lahan lokasi yang direncanakan harus dibersihkan/dibereskan dari segala hal yang akan mengganggu kelancaran pekerjaan dan atau mempengaruhi kualitas pekerjaan, sesuai arahan / petunjuk pihak Direksi.
Benda-benda atau barang yang berada di atas lahan yang akan dibangun adalah milik pembersi tugas. Segala pekerjaan yang mengakibatkan kerugian yang terjadi sebagai akibat pelaksanaan pekerjaan adalah menjadi tanggung jawab penuh pihak pelaksana.
b. Papan Nama Kegiatan
Papan Nama Kegiatan 1 buah dipasang pada lokasi proyek. Papan nama kegiatan dibuat dengan ukuran sesuai standart yang disetujui direksi, dan terbuat dari bahan tripleks 4 mm, kaso, palu, cat, gergaji dan meteran yang sesuai dengan yang di syaratkan dalam spesifikasi.
Papan nama kegiatan berisi Nama Kegiatan, Nomor Kegiatan, Lokasi Kegiatan, Wilayah, Waktu Pelaksanaan, Nama Penyedia Jasa Pemborongan, Konsultan supervisi dan lain-lain.
Pemasangan Papan Nama Proyek bertujuan sebagai pemberitahuan kepada masyarakat umum/pengguna jalan bahwa dilokasi tersebut sedang ada kegiatan proyek.
c. Mobilisasi dan Demobilisasi
Pekerjaan mobilisasi menyangkut persiapan pelaksanaan pekerjaan di lapangan seperti pembuatan bangunan owner keet, direksi keet dan kontraktor keet, kemudian pagar proyek dan perlengkapannya serta mobilisasi peralatan yang dibutuhkan di lapangan.
Lamanya mobilisasi ini akan memakan waktu 2 minggu, yang disesuaikan dengan kebutuhan peralatan berat di lapangan sehingga tidak perlu menyediakan lapangan khusus untuk parkir alat berat di proyek.
Untuk bangunan dan fasilitas penunjang akan dipersiapkan segera di proyek dan termasuk pada kegiatan mobilisasi yang paling awal. Pekerjaan demobilisasi akan dilaksanakan bertahap untuk peralatan dimana peralatan yang sudah tidak dibutuhkan akan segera dikembalikan ke pool. Untuk mobilisasi alat-alat berat kontraktor berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan dan Kepolisian setempat untuk pengamanan keluar masuk alat dan bahan ke lokasi proyek.
d. Photo Visuil 3 phase (0%-50%-100%)
Titik pengambilan photo yang telah disetujui direksi. Pengambilan photo dilakukan sebanyak tiga phase yaitu, 0%, 50%-100%. Pengambilan 0% dilakukan pada saat pekerjaan belum dimulai (kondisi existing), saat pelaksanaan fisik sedang berlangsung dan mencapai 50%
diambil photo 50%. Photo 100% diambil setelah pekerjaan fisik selesai (pekerjaan sudah rapi). Pengambilan photo kegiatan ini dilengkapi dengan alat Tustel dan film isi 36 asa 200.
Pengambilan photo kegiatan minimal 4 titik pengambilan yang tidak berubah-berubah, sehingga step-step kemajuan dari proyek ini dapat terlihat.
Seiring dengan hal-hal di atas kita harus pula menyiapkan sarana air bersih dengan koordinasi ke penduduk setempat untuk pemantekan air tanah serta koordinasi keamanan proyek, dan yang terpenting lagi koordinasi dengan instansi terkait untuk uitzet lapangan (setelah membayar retribusi) termasuk test kepadatan/ketebalan lapis demi lapis tahapan pekerjaan.
Pemborong wajib menyediakan dan mengisi Buku Harian Lapangan yang berisi : 1. Kuantitas dan macam bahan yang berada di lapangan,
2. Penempatan tenaga kerja untuk tiap dan macam tugasnya, 3. Jumlah jenis dan kondisi peralatan,
4. laporan tentang jumlah tenaga/pekerja,
5. bahan bangunan dan pekerjaan yang dilaksanakan,
6. keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya yang berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan,
7. Catatan-catatan lain yang dianggap perlu atas petunjuk dan persetujuan Direksi/ Pengawas.
Selama pelaksanaan pekerjaan pembangunan berlangsung, Pemborong harus memelihara kebersihan lokasi pembangunan maupun lingkungannya terutama jalan-jalan disekitar lokasi proyek, direksi keet, gudang, los kerja dan bagian dalam bangunan yang akan dikerjakan harus bebas dari bahan bekas, tumpukan tanah dan lain-lain.
Kecelakaan yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab pemborong. Pemborong harus menyediakan alat kesehatan/kotak PPPK yang terisi penuh dengan obat-obatan sesuai kebutuhan, lengkap dengan seorang petugas yang mengerti dalam penyelamatan pertama dan kesehatan.
2. PEKERJAAN TANAH
a. Pekerjaan Galian
Pekerjaan penggalian tanah dan pengurugan tanah kembali harus dilaksanakan sesuai dengan gambar, RKS dan semua petunjuk yang disampaikan oleh pengawas selama berlangsungnya pekerjaan. Pekerjaan Penggalian harus dilaksanakan secara mekanis dan semua peralatan yang dibutuhkan harus disediakan oleh Kontraktor, baik yang menyangkut peralatan untuk pekerjaan persiapannya maupun peralatan untuk pekerjaan penggaliannya sendiri dan alat-alat Bantu yang diperlukan.
Galian tanah dilaksanakan untuk pembuatan lubang pondasi, lubang-lubang saluran dan pekerjaan-pekerjaan lain yang menurut kondisinya memerlukan adanya galian tanah. Galian tanah dilaksanakan setelah kontraktor bersama-sama pengawas lapangan menetapkan as-as + elevasi yang akan dilakukan galian pada papan bouwplank. Apabila dasar tanah galian untuk pondasi diperlukan daya dukung yang lebih baik, maka dasar galian harus dipadatkan/ditumbuk.
b. Pekerjaan Urugan
Semua bahan yang dipakai untuk pengurugan kembali harus merupakan bahan pilihan yang baik, yang diseleksi, bebas dari kotoran, batu-batu besar dan bahan tumbuhan atau bahan lainnya yang dapat membusuk.
Urugan tanah dilaksanakan pada lubang-lubang sisa pondasi, peninggian tanah untuk nol
Untuk pengurugan kembali dilaksanakan selapis demi selapis dengan ketebalan tidak lebih dari 20 cm tiap lapisnya dan harus dipadatkan secara mekanis sampai diperoleh kepadatan yang cukup. Pemadatan disyaratkan harus memakai alat pemadatan STAMPER, dengan mencapai kepadatan maximal
Urugan pasir dilaksanakan pada bagian-bagian dasar/bawah pasangan pondasi batu kali atau pondasi lainnya. Kebetalan urugan pasir ditentukan tebal 10 cm untuk dibawah pondasi, ketebalan tersebut adalah ukuran ketebalan padat dengan cara ditimbris sambil disiram air.
3. PEKERJAAN PONDASI
Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi terlebih dahulu diadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera kebenarannya.
Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya boleh dilakukan dengan alat-alat waterpass/theodolith yang ketepatannya dapat dipertanggung jawabkan.
Material yang digunakan harus bermutu baik yang sudah disetujui oleh Pengawas / Pemberi Tugas untuk dipakai.
Pondasi dibuat dari pasangan beton dengan adukan K-175. Mutu beton yang dihasilkan dalam pelaksanaan harus dibuktikan dengan hasil test laboratorium sesuai dengan ketentuan dari Peraturan Beton Indonesia (PBI). Pondasi adalah pondasi setempat dengan ukuran dan kedudukan sesuai gambar.
Hasil pengukuran ditandai dengan Tugu Patokan Dasar (Reference Bench Mark), Tugu patokan dasar dibuat dari beton berpenampang sekurang-kurangnya 20 x 20 cm, tertancap kuat kedalam tanah sedalam 1 meter dengan bagian yang menonjol di atas muka tanah secukupnya untuk memudahkan pengukuran selanjutnya dan sekurang-kurangnya setinggi 40 cm di atas tanah.
Hasil pengukuran kemudian ditandai dengan Papan dasar (bouplank) yang dipasang pada patok kayu semutu Meranti merah dengan ukuran kaso 5/7 cm, yang tertancap dalam tanah sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau dirubah-rubah, berjarak maksimum 1,5 meter satu sama lain.
Setelah itu dilaksanakan penggalian tanah untuk pondasi, dilanjutkan dengan urugan pasir urug darat. Kemudian memasang acuan/Bekisting untuk pengecoran beton pondasi dengan menggunakan adukan 1pc : 2psr : 3split dengan tulangan besi beton polos. Cetakan beton harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kebocoran atau hilangnya air semen selama pengecoran, tetap lurus (tidak berubah bentuk) dan tidak goyang.
Pekerjaan pondasi ini dilakukan dengan menggunakan beton adukan 1pc : 2 pasir : 3 split.
Pengecoran lantai kerja dengan adukan 1 pc:3 pasir beton:5 koral. Pengecoran beton sloof memanjang, pengecoran sloof melintang, beton galeri extrance, pengecoran poor galeri.
Dilanjutkan dengan pemasangan pondasi dengan menggunakan batu kali adukan 1 portland cemen : 4 pasir pasang.
Pekerjaan pasangan batu kali dilakukan untuk pondasi dengan bahan-bahan :
• Batu kali yang digunakan adalah yang diperoleh dari alam (batu belah) dengan bentuk bersudut-sudut tajam dan mempunyai ukuran maksimal tidak lebih dari 25x25x25 cm, keras dan tidak keropos serta bersih dari kotoran/Lumpur.
• Adukan untuk pasangan batu kali yang kedap air menggunakan adukan 1 pc : 3 psr, sedangkan untuk pasangan batu kali yang biasa menggunakan adukan 1pc : 5 psr, dengan bahan adukan yang digunakan harus mempunyai persyaratan :
- Pasir : digunakan pasir pasang atau ekstra beton yang bebas dari kotoran, Lumpur serta bahan organic. Pasir mempunyai kadar Lumpur tidak lebih dari 5% (berat) dan tidak lebih dari 15% yang tertahan pada “sieve” ukuran 2,3 mm.
- Semen : digunakan Portland semen, seperti yang disebut dalam PBI 1971 - Air : Harus sesuai dengan yang disebut dalam PBI 1971
a. Pekerjaan Beton
1.
Beton tumbuk :
Permukaan tanah yang akan dilapisi beton tumbuk harus rata dan diperkeras, setelah permukaan rata dan keras kemudian digelar pasir urug dengan ketebalan minimal 10 cm, barulah beton tumbuk digelar dengan ketebalan minimal 7 cm.
Bahan yang digunakan :
• Air : air yang digunakan harus bersih dan memenuhi syarat untuk diminum (air minum).
• Batu split/koral : Batu split/koral yang digunakan harus yang bersih dan bermutu baik serta mempunyai gradasi serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat teknis.
• Pasir : Pasir beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan organis, Lumpur dan sejenisnya dan juga memenuhi komposisi butir serta kekerasan.
• Semen : Semen yang digunakan Portland Cement jenis 1 menurut NI-8 1965 atau type 1 menurut ASTM.C.150 dan memenuhi S.400 menurut Standard Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia. Semen yang rusak tidak diperbolehkan dipakai.
2.
Beton Bertulang Bahan Yang digunakan :
• Air : air yang digunakan harus bersih dan memenuhi syarat untuk diminum (air minum).
• Batu split/koral : Batu split/koral yang digunakan harus yang bersih dan bermutu baik serta mempunyai gradasi serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat teknis.
• Pasir : Pasir beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan organis, Lumpur dan sejenisnya dan juga memenuhi komposisi butir serta kekerasan.
• Semen : Semen yang digunakan Portland Cement jenis 1 menurut NI-8 1965 atau type 1 menurut ASTM.C.150 dan memenuhi S.400 menurut Standard Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia. Semen yang rusak tidak diperbolehkan dipakai.
• Besi Beton : besi yang digunakan adalah baja polos mutu U-24 dan ulir mutu U-32. Mutu beton yang digunakan harus berkualitas baik serta ukuran sesuai gambar, bebas dari cacat besi seperti : retak, karat, gelombang, besi bekas dan sebagainya.
• Begesting : Begesting yang digunakan adalah kayu terentang dengan ketebalan 3 (tiga) cm. Begesting harus kuat tidak bergetar dan tidak lentur waktu pelaksanaan pengecoran dan mudah dibongkar tanpa merusak konstruksi.
Pelaksanaan Pekerjaan
Sebelum pengecoran dilakukan terlebih dipasang pembesian dan bekesting, Semua besi tulangan harus bebas dari serpihan karat lepas, mimyak gemuk, cat, debu atau zat lainnya yang dapat mengganggu perlekatan yang sempurna antara tulangan dan beton. Jika diinstruksikan oleh Direksi, besi harus disikat atau dibersihkan sebelum dipakai. Beton tidak boleh dicorkan sebelum penulangan diperiksa dan disetujui oleh Direksi.
Tulangan harus dipasang secara tepat pada posisi yang diperlihatkan pada gambar dan harus ditahan jaraknya dari bekisting dengan memakai dudukan beton atau gantungan logam menurut kebutuhan, dan pada persilangan – persilangan diikat dengan kawat beton yang dipilar dingin dengan diameter tidak kurang dari 1.6 mm; ujung – ujung kawat harus diarakhan ke bagian tubuh utama beton. Besi tidak boleh ditumpu dengan penahan logam yang menonjol hingga kepermukaan beton, pada tumpuan kayu atau kepingan – kepingan agregat kasar.
Semua bekisting harus dirancang dan dibuat hingga dinilai memuaskan oleh Direksi. Kontraktor harus menyerahkan rancangannya untuk disetujui, dalam jangka waktu cukup sebelum pekerjaan dimulai. Semua bekisting harus diperkuat dengan klam dari balok kecil dan harus yangkuat serta cukup jumlahnya untuk menjaga agar tidak terjadi distrosi ketika beton dicorkan, dipadatkan dan mengeras. Bekisting dari kayu/ papan terentang harus dibuat dari kayu yang sudah diolah dengan baik. Semua sambungan harus cukup kencang agar tidak terjadi kebocoran.
Agar beton tidak menempel pada bekisting bagian permukaan dalam bekisting diberi selapis minyak yang jenisnya sudah disetujui, sebelum beton dicorkan. Minyak pelumas baik yang sudah atau belum dipakai tidak boleh dipakai untuk maksud ini. Harus diperhatikan agar besi tulangan tidak terkena bahan pelapis semacam ini. Pengikat besi untuk didalam atau diblok antara (spacer) yang sudah disetujui boleh dipakai. Bagian dari pengikat atau pengantara yang ditanam permanen dalam beton sekurang – kurangnya harus berjarak 5 cm dari permukaan akhir beton. Setiap lubang dalam permukaan beton yang timbul akibat pengikat atau pengantara harus ditutup dengan rapih segera setelah bekisting di buka dengan spesi semen yang campuran serta konsistensinya sama dengan mutu beton induknya.
Pengadukan beton dengan beton mixer/molen tidak boleh kurang dari 1 (satu) menit diputar setelah seluruh komponen adukan dimasukkan kedalam pengaduk/beton molen. Penyampaian beton (adukan dari mixer) ketempat pengecoran dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan segregasi komponen / adukan beton harus sudah dicor paling lambat 3 (tiga) menit sejak pencampuran di dalam mixer dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan kualitas beton yang disyahkan. Jika digunakan bahan tambahan, maka waktu tersebut diperpanjang dalam batas-batas yang dapat dipertanggung jawabkan. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan dengan persetujuan tertulis dari pengawas lapangan.
Pengecoran harus dilakukan dengan baik dengan menggunakan vibrator untuk menjamin kepadatan beton. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya, maka tempat berhenti pengecoran harus disetujui pengawas.
Pada pengecoran sambungan setelah pengecoran berhenti 1 (satu) hari, maka pada adukan beton lama (beton yang telah mengeras) harus diberi bahan kimia untuk memperkuat sambungan.
Khusus untuk beton plat lantai tidak boleh terjadi keretakan dan kebocoran dan kemudian akan ditest bersama.
4. PEKERJAAN PAGAR a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang tercantum dalam pasal-pasal ini, terdiri dari penyediaan bahan, tenaga ahli, perlengkapan bantu lainnya yang diperlukan serta pelaksanaan pekerjaan yang berhubungan dengan pembuatan pagar.
Tempat pelaksanaan pekerjaan pagar pembatas sisi udara ataupun sisi darat sebagaimana yang tertera dalam gambar layout.
Halaman tanah dan pengukuran diserahkan pada pelaksana pemborong dalam keadaan sesuai pada saat Pemberi Tugas menyerahkan.
b. Ukuran Tinggi Pagar
Ukuran duga (peil) dan ukuran tinggi ditentukan dalam gambar, pemborong wajib memeriksa semua ukuran ini dalam pelaksanaan, sehingga betul-betul sesuai dengan gambar.
Apabila terdapat perbedaan ukuran maka pemborong wajib menanyakan pada Pemberi Tugas.
Penentuan semua ukuran harus digunakan pesawat theodolit dan setelah ditentukan harus disahkan secara tertulis dimuka Pemberi Tugas oleh Pengawas Pekerjaan.
c. Pekerjaan Tanah
Pekerjaan penggalian, perataan, pengukuran dan lain-lain adalah bagian dari pekerjaan tanah ini.
Untuk galian pondasi disesuaikan dengan gambar yang telah disetujui, dan lubang galian pondasi harus cukup lebar, sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terganggu.
Apabila galian dasar pondasi terdapat akar-akar atau tanah masih lunak, maka harus digali sampai memenuhi syarat tanah yang cukup baik.
Dibawah pasangan pondasi (anstamping) diberi lapisan pasir padat setebal 10 cm.
d. Material Yang Digunakan Untuk Pagar 1. Pagar Harmonika
Pagar terbuat dari tiang besi dan kawat harmonika yang digalvanish dengan ukuran sesuai gambar. Mutu baja tulangan/ baja yang digunakan harus dapat dibuktikan dengan test laboratorium. Setiap hubungan antara besi di las / di sekrup dengan baut. Sedangkan hubungan tiang besi dan kawat harmonika dapat disekrup / diikat / diklaim dengan kawat baja / sekrup.
Bahan harus dalam keadaan baru dan tidak boleh ada karat-karat sebelum pekerjaan dilaksanakan dan harus di meni dulu sebelum dipasang.
2. Pagar BRC
Pagar terbuat dari tiang besi galvanish yang di galvanish dengan ukuran sesuai gambar.
Mutu baja yang digunakan harus dapat dibuktikan dengan test laboratorium. Setiap hubungan antara besi disekrup dengan baut, sedangkan hubungan tiang besi dan BRC dapat disekrup / diklaim dengan plat baja / sekrup.
Bahan harus dalam keadaan bagus dan tidak boleh karat-karat sebelum pekerjaan dilaksanakan dan harus ditest sebelum dipasang.
Diameter BRC kawat minimal : 6 mm
Jarak wire mesh : 8 – 10 cm
Tinggi minimum BRC : 1900 mm
Panjang BRC : 2400 mm
BRC jenis hot dip galvanised (Bristish Standard 443 1982) dan produksi pabrik (mesin).
Typical coat galvanized minimal 60 micron, life time 10 th (minimum).
Tiang pagar panjang 2600 mm diameter 2” Hot Dipped Galvanized.