PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
TIPE TUTORIAL MACROMEDIA FLASH TERHADAP
HASIL BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Kepada Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan
sebagai Persyaratan Sebagai
Peserta Simposium Guru 2015
OLEH
DELVIA MASYUR
PEMERINTAH KABUPATEN BOALEMO
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas
perkenanNya karya tulis ilmiah yang berjudul Pengaruh Penggunaan Media
Pembelajaran Tipe Tutorial Macromedia Flash Terhadap Hasil Belajar Fisika
Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dapat diselesaikan. Adapun
penyusunan karya ilmiah ini selain dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hasil
belajar fisika, juga untuk memenuhi persyaratan menjadi peserta Simposium Guru
2015.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah turut
membantu dalam proses penelitian hingga tersusunnya karya tulis ilmiah ini.
Semoga karya ini dapat menjadi sumbangsih positif bagi peningkatan
kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya pada bidang fisika.
Gorontalo, 20 Oktober 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL --- 1
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS --- 2
KATA PENGANTAR --- 3
DAFTAR ISI --- 4
ABSTRAK --- 5
BAB I : PENDAHULUAN --- 6
BAB II : KAJIAN TEORI --- 11
BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN --- 16
BAB IV : SIMPULAN DAN REKOMENDASI --- 24
DAFTAR PUSTAKA --- 26
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dan siswa yang dibelajarkan menggunakan media LCD. Kesimpulan penelitian bahwa hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan mengunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash lebih tinggi dari hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan dengan media LCD. Hasil belajar peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi yang dibelajarkan dengan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash lebih tinggi dari hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan dengan media LCD. Hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah yang dibelajarkan dengan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah yang dibelajarkan dengan media LCD.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Pemikiran
Suatu kenyataan yang tak bisa dipungkiri bahwa persaingan global yang
bergulir secara internasional saat ini terjadi di setiap sisi kehidupan manusia,
dimana hanya orang yang memiliki daya saing yang mampu mengungguli
persaingan. Orang yang memiliki daya saing tak lain adalah orang yang mampu
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Keadaan ini tentunya menjadi
tanggung jawab dunia pendidikan yang notabenenya merupakan institusi
perancang, pengelola dan penentu kebijakan dalam setiap kegiatan pendidikan di
Indonesia. Hal ini sejalan dengan visi pendidikan nasional yaitu mewujudkan
sistem pendidikan sebagai pranata yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan
semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah,
sebagaimana yang tertuang dalam Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 2005. Karena itu, pendidikan menempati fungsi dan posisi yang sangat
strategis karena dalam proses pendidikan yang terjadi atas usaha sadar untuk
mengembangkan potensi anak didik menjadi manusia yang berkualitas.
Memperhatikan hal di atas, pemerintah telah memprogramkan beberapa
kurikulum yang telah disusun sedemikian rupa untuk mempersiapkan lulusan
pendidikan memasuki era globalisasi yang penuh tantangan. Mulai dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004, dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang sejak tahun 2006 hingga saat ini, sebagai acuan bagi
pelaksanaan pendidikan dan mengembangkan ranah pendidikan (pengetahuan,
ketrampilan dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada
jalur pendidikan sekolah.
Pelajaran Fisika memiliki potensi besar untuk membangun dalam berbagai
bidang, yang meliputi kesehatan, lingkungan fisik, teknologi, maupun pertanian.
Akan tetapi, hal itu akan bermakna jika pembelajaran yang dialami peserta didik
mengarah pada pemahaman, kemampuan untuk menerapkan pengetahuan ke situasi
kehidupan nyata sehari-hari, dan keyakinan mengajukan pertanyaan serta mencari
penyelesaian.
Namun, dalam kenyataannya kemampuan belajar fisika yang dimiliki oleh
siswa di sekolah sangatlah rendah. Sebagai contoh, terlihat pada hasil yang
diperoleh siswa khususnya di SMA Negeri 1 Tilamuta, dimana dari tahun ke tahun
menunjukkan peningkatan yang kurang signifikan. Berdasarkan data yang
diperoleh peneliti langsung dari lapangan, rata-rata nilai ujian nasional tahun
2007/2008 adalah 5,41, nilai terendah 5,00, nilai tertinggi 5,75 dengan standar
deviasi 0,25 dan klasifikasi D. Untuk tahun pelajaran 2008/2009, rata-rata nilai
ujian nasional menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 5,08 dengan nilai
tertendah 4,25, nilai tertinggi 5,75 dengan standar deviasi dan klasifikasi D. Pada
tahun berikutnya yakni 2009/2010 sedikit terjadi peningkatan untuk nilai rata-rata
6,13, nilai terendah 4,75, nilai tertinggi 8,75 dengan standar deviasi 0,86 dan
klasifikasi C. Selanjutnya untuk tahun 2010/2011 rata-rata nilai ujian terjadi
peningkatan yakni 6,19, nilai terendah 5,75 dan nilai tertinggi 7,00. Adapun untuk
standar deviasi 0,27 dan termasuk dalam klasifikasi C.
Dari kenyataan tersebut tentunya harus ada dalam pembaharuan
pembelajaran fisika. Fisika dianggap menakutkan karena konsep-konsepnya sulit
dipahami sehingga siswa hanya sekedar menghafal tanpa berfikir bagaimana
muncul konsep tersebut dan apakah konsep tersebut benar atau salah. Munculnya
kesulitan bagi siswa dalam memahami konsep fisika tak lepas dari peran guru
sebagai penentu keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Siswa kurang
diberi kesempatan untuk terlibat dalam proses penemuan konsep sehingga
informasi yang direspon otak siswa hanya masuk sampai tahap memori jangka
pendek, dan dalam waktu yang tak lama siswa akan segera lupa konsep-konsep
fisika yang diajarkan.
Permasalahan lain yang ditemui dalam pembelajaran fisika di sekolah
adalah kurangnya kreativitas guru untuk menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, sehingga siswa cepat merasa bosan dengan penyajian materi
pelajaran fisika. Selain itu, hanya sebagian kecil guru yang menggunakan alat bantu
diterjemahkan oleh Nilandri, alat bantu adalah benda yang dapat mewakili suatu
gagasan, tidak hanya membantu pembelajaran visual, tetapi dapat pula membantu
modalitas kinestetik. Siswa yang sangat kinestetik dapat memegang alat bantu, dan mendapatkan “rasa” yang lebih baik dari ide yang disampaikan guru.
Uraian berbagai permasalahan di atas memberikan gambaran pada guru
bahwa betapa pentingnya komunikasi dalam pembelajaran untuk prestasi siswa.
Baik buruknya sebuah komunikasi ditunjang oleh penggunaan saluran dalam
komunikasi tersebut. Saluran dalam sebuah proses pembelajaran adalah yang
dikenal dengan media. Media pembelajaran diharapkan menjadi salah satu solusi
dalam mengatasi rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi
dalam proses belajar mengajar, seorang guru dituntut harus mampu menggunakan
alat yang disediakan di sekolah yang tidak menutup kemungkinan bahwa
alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Penggunaan media
pembelajaran berbasis komputer merupakan pemberdayaan teknologi dalam
pengajaran. Penggunaan media ini juga diharapkan menjadi suatu forum dalam
upaya mengajar siswa dan untuk memenuhi kebutuhan mereka akan teknologi yang
sedang berkembang sekarang ini.
Salah satu software aplikasi desain grafis yang sangat popular saat ini
adalah program Macromedia Flash. Dengan software ini bisa diciptakan suatu
tampilan yang lengkap dengan animasi dengan efek yang spektakuler. Dengan
kesederhanaan tool yang disediakan serta kemampuan yang luas menjadikan
macromedia flash semakin digemari. Hal ini membuat macromedia flash sangat
cocok bila digunakan untuk membuat media ajar yang interaktif serta mengena dari
segi tujuan, sehingga akan membuat minat belajar siswa menjadi meningkat yang
secara otomatis akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Uraian di atas mendorong penulis untuk melakukan sebuah penelitian
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah pokok yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan
menggunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan
siswa yang dibelajarkan menggunakan media LCD ?
2. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran berbasis
komputer tipe tutorial Macromedia Flash dan kemampuan berpikir kritis
terhadap hasil belajar fisika?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan
menggunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan
siswa yang dibelajarkan menggunakan media LCD pada siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi ?
4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan
menggunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan
siswa yang dibelajarkan menggunakan media LCD pada siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis rendah ?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk memperoleh informasi tentang :
1. Perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan
media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan siswa yang
dibelajarkan menggunakan media LCD.
2. Interaksi antara penggunaan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia
Flash dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar fisika.
3. Perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan
media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan siswa yang
dibelajarkan menggunakan media LCD pada siswa yang memiliki kemampuan
4. Perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan
media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan siswa yang
dibelajarkan menggunakan media LCD pada siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kritis rendah.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Untuk siswa, hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan prestasi
siswa dalam mata pelajaran fisika.
2. Untuk lembaga pendidikan, sebagai sumbangsih pemikiran dalam usaha
meningkatkan kualitas hasil belajar khususnya dalam pembelajaran fisika.
3. Untuk peneliti selanjutnya, sebagai bahan acuan dalam melaksanakan
penelitian sejenis dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya
pada mata pelajaran Fisika
4. Untuk peneliti, sebagai referensi dalam usaha mengembangkan ketrampilan
BAB II KAJIAN TEORI
2.1.1 Hakikat Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut
terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak
pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru
dan siswa, (Muslihati, 2005)
Sedangkan menurut Woordworth (dalam Ismihyani, 2000), hasil belajar
merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Woordworth
juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara
langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh
tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai.
Selanjutnya, Davis (dalam Abdullah, 2007) mengatakan dalam setiap proses
belajar akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur. Hasil nyata yang dapat
diukur dinyatakan sebagai prestasi belajar seseorang.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima suatu pengetahuan sebagai
hasil dari proses kegiatan belajar mengajar.
Bloom merumuskan hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku yang
meliputi domain (ranah) kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Dalam
buku yang berjudul “A Taxonomy for Learning and Teaching and Assessing : A
Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives” (Anderson, Krathwohl, Airasian, Cruikshank, Mayer, Pintrich, Raths, dan Witttrock), menyajikan
pemanfaatan taksonomi yang baru, yang merupakan revisi untuk lebih bisa
mengadopsi perkembangan dan temuan baru dalam dunia pendidikan, (Widodo,
2006). Taksonomi yang baru ini melakukan pemisahan yang tegas antara dimensi
pengetahuan dengan dimensi proses kognitif. Kalau pada taksonomi yang lama
dimensi pengetahuan dimasukkan pada jenjang paling bawah, pada taksonomi yang
baru pengetahuan benar-benar dipisah dari dimensi proses kognitif. Pengetahuan
Sementara itu, dimensi proses kognitif dalam taksonomi Bloom yang baru
jumlahnya tetap sama, hanya saja penjenjangan pada taksonomi yang baru lebih
fleksibel sifatnya. Artinya, untuk dapat melakukan proses kognitif yang lebih tinggi
tidak mutlak disyaratkan penguasaan proses kognitif yang lebih rendah. Adapun
penjenjangan tersebut sebagaimana diuraikan oleh Widodo (2006) adalah sebagai
berikut.
1. Menghafal (remember) : menarik kembali informasi yang tersimpan dalam
memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan
aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan
terisolasi.
2. Memahami (understand) : mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan
pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru
ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa.
3. Mengaplikasikan (Applying) : mencakup penggunaan suatu prosedur guna
menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu aplikasi ini
berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural.
4. Menganalisis (analyzing) : menguraikan suatu permasalahan atau objek ke
unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkitan antara
unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya.
5. Mengevaluasi : membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar
yang ada.
6. Membuat (create) : menggabungkan beberapa unsur menjadi satu bentuk
kesatuan.
2.1.2 Kajian Berpikir Kritis
Schafersman (dalam Sukajaya, 2010) menjelaskan bahwa berpikir kritis
(critical thinking) dimaksudkan sebagai berpikir yang benar dalam pencarian
pengetahuan yang relevan dan reliable tentang dunia realita. Seseorang yang
informasi yang relevan, bertindak secara efisien dan kreatif berdasarkan informasi,
dapat mengemukakan argument yang logis berdasarkan informasi, dan dapat
mengambil simpulan yang dapat dipercaya.
Definisi lain mengenai berpikir kritis dikemukakan oleh Dewey (dalam
Fisher, 2009: 2) sebagai sebuah pertimbangan yang aktif, persistent
(terus-menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang
diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan
kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya. Dalam hal ini,
untuk mengungkapkan pemahamn ini dalam bahasa yang lebih familiar, Dewey
menandaskan apa hal-hal yang menjadi alasan bagi kita untuk menyakini sesuatu
dan implikasi dari keyakinan-keyakinan kita.
Sementara itu Paul (dalam Fisher, 2009: 4) berpendapat bahwa berpikir
kritis adalah metode berpikir mengenai hal, substans atau masalah apa saja, dimana
si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil
struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar
intelektual padanya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan bahwa berpikir kritis
pada dasarnya merupakan aktivitas mental dalam mengevaluasi suatu keadaan, agar
dapat membuat suatu keputusan yang dapat mengarahkan seseorang dalam
membangun kepercayaan diri untuk melakukan suatu tindakan.
Szesze (2001) menyebutkan indikator berpikir kritis pembelajaran sains
terdiri atas : (1) membandingkan (mengidentifikasi persamaan dan perbedaan);
(2) mengklasifikasikan (konsep dan benda); (3) menyediakan bukti yang
mendukung ide-ide, kesimpulan, pengambilan keputusan; (4) analisis dari bukti
pendukung yang ada; (5) mengidentifikasi, analisis dari bukti-bukti pendukung
yang ada; (6) memodifikasi ide-ide berdasar informasi tambahan, dan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diklasifikasikan aspek berpikir kritis
dalam 5 aspek, seperti yang tampak pada tabel berikut.
Tabel 1.
Indikator Berpikir Kritis
No. Kemampuan Berpikir Kritis Indikator
1. Kemampuan memfokuskan Menentukan masalah dan tujuan
2. Memperoleh Informasi Kemampuan mencari dan menguji alternative penyelesaian masalah
5. Menggeneralisasi Menginferensi, meramalkan, mengelaborasi
2.1.3 Hakikat Media Pembelajaran Tipe Tutorial Macromedia Flash 2.1.3.1Media Pembelajaran Tipe Tutorial
Heinich dkk (dalam Warsita, 2008: 140) mengemukakan enam format atau
bentuk interaksi pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam sebuah media
pembelajaran interaktif, yaitu (1) praktik dan latihan (drill and practice), (2)
tutorial, (3) permainan (games), (4) simulasi (simulation), (5) penemuan
(discovery) dan (6) pemecahan masalah (problem solving).
Model tutorial adalah pembelajaran melalui komputer dimana siswa
dikondisikan untuk mengikuti alur pembelajaran yang sudah terprogram dengan
penyajian materi dan latihan soal. Model tutorial sangat menuntut siswa menguasai
materi secara mandiri dan tuntas, sehingga sebelum setiap segmen materi terkuasai
belum bisa berlanjut ke materi selanjutnya, Susilana dan Riyana (2007: 146).
Lebih lanjut oleh Sudjana (dalam Susilana dan Riyana, 2007: 146)
berprogram tipe branching atau bercabang. Pada tipe ini informasi/materi pelajaran
disajikan dalam unit-unit kecil dan setiap selesai satu unit diakhiri dengan evaluasi.
Program akan memberikan respon terhadap jawaban siswa untuk menentukan
langkah selanjutnya. Tutorial dalam pembelajaran komputer ditujukan sebagai
pengganti tutor (manusia) yang proses pembelajarannya diberikan lewat teks,
grafik, suara, video dan animasi yang juga menyediakan poin-poin pertanyaan dan
permasalahan, jika respon siswa salah maka komputer akan mengulangi materi
sebelumnya atau secara otomatis akan kembali pada slide sebelumnya dan akan
terus berulang selama pengguna belum berhasil.
2.1.3.2Program Tutorial Macromedia Flash
Sumaryadi (2007) mendefinisikan macromedia flash sebagai salah satu
program yang didesain khusus oleh macromedia, didesain dengan kemampuan
untuk membuat animasi dua dimensi yang handal dan ringan sehingga dapat
digunakan untuk membangun dan memberikan efek animasi pada website, CD
interaktif dan lainnya.
Anonym (2009) mengungkapkan bahwa macromedia flash merupakan
salah satu software aplikasi design grafis yang sangat popular saat ini terutama
untuk membuat aplikasi animasi dan efek yang spektakuler. Kesederhanaan tool
yang disediakan serta kemampuan yang luas menjadikan flash semakin digemari.
Sedangkan menurut Gotcha (2011) macromedia flash merupakan salah satu
perangkat lunak komputer yang merupakan produk unggulan adobe system, yang
digunakan untuk membuat gambar vektor maupun animasi gambar tersebut.
Beberapa keunggulan yang dimiliki macromedia flash oleh Sumaryadi
(2007) adalah mampu diberikan sedikit kode pemrograman baik yang berjalan
sendiri untuk mengatur animasi yang ada di dalamnya atau digunakan untuk
berkomunikasi dengan program lain seperti html, php, database dengan pendekatan
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil Penelitian
Setelah dilakukan perhitungan menggunakan teknik ANAVA, diperoleh
nilai-nilai hasil perhitungan untuk pengujian hipotesis pada tabel berikut ini.
Ringkasan Hasil Perhitungan
Pengujian Hipotesis dengan Analisis Varians Dua Jalur
Sumber
Dari hasil perhitungan di atas, dapat dijelaskan beberapa hal berikut.
1. Untuk Fhitung Kolom yang merupakan perbandingan nilai hasil belajar antara
siswa yang dibelajarkan menggunakan menggunakan media pembelajaran tipe
tutorial Macromedia Flash dengan siswa yang diajar dengan menggunakan
media LCD adalah 4,8047. Hasil ini jika dikonsultasikan dengan nilai Ftabel pada
taraf signifikan 0,05 yaitu Ftabel (0,05) = 3,99, maka nilai Fhitung > Ftabel (0,05) atau
4,8047 > 3,99, dengan kriteria bahwa terima H0 jika Fhitung < Ftabel. Hal ini
berarti bahwa H0 yang menyatakan tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara
siswa yang diajarkan dengan menggunakan media pembelajaran tipe tutorial
Macromedia Flash dengan siswa yang diajar dengan menggunakan media LCD
ditolak. Dengan kata lain bahwa hipotesis pertama yakni terdapat perbedaan
hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan media
pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan siswa yang diajar dengan
2. Untuk Fhitung Baris-Kolom yang merupakan gambaran interaksi antara
penggunaan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dan
kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar fisika didapatkan nilai
28,9472. Dengan membandingan nilai tersebut dengan nilai F pada tabel pada
taraf signifikan 0,05, diperoleh Ftabel (0,05) = 3,99, maka nilai Fhitung > Ftabel (0,05)
atau 28,9472 > 3,99. Dengan kriteria terima H0 jika Fhitung < Ftabel, berarti bahwa
hipotesis penelitian H0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat interaksi antara
penggunaan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dan
kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar fisika, ditolak.
Bentuk interaksi dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Skor Rata-Rata Hasil Belajar Fisika
15
15,50 (A1B1)
Media Pemb. Tipe Tutorial 13,67 (A2B2)
Media LCD
13,72 (A2B1)
Media LCD
10 9,44 (A1B2)
Media Pemb. Tipe Tutorial 5
Kemampuan
Berpikir Kritis
Rendah
Kemampuan
Berpikir Kritis
Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Tuckey
Berdasarkan data pada tabel diatas maka dapat dijelaskan beberapa hal
berikut.
1. Nilai Qhitung untuk A1B1 dengan A2B1 yang merupakan perbandingan antara
hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi yang
dibelajarkan menggunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia
Flash dan siswa yang dibelajarkan menggunakan media LCD adalah 3,19.
Nilai ini jika dibandingkan dengan Qtabel pada taraf signifikan α = 0,05 yang
bernilai 2,94 maka dapat dilihat bahwa Qhitung > Qtabel, atau 3,19 > 2,94. Dengan
kriteria terima H0 jika Qhitung < Qtabel, dan hasil perhitungan menunjukkan
bahwa Qhitung > Qtabel, berati H0 ditolak pada taraf nyata
alfa 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan untuk hipotesis ketiga yakni
terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan
menggunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dan siswa
yang dibelajarkan menggunakan media LCD pada siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi, diterima.
2. Nilai Qhitung untuk kelompok A1B2 dengan A2B2 yang merupakan perbandingan
antara hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah
yang dibelajarkan menggunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia
Flash dan siswa yang dibelajarkan menggunakan media LCD adalah 7,57.
Nilai ini jika dibandingkan dengan Qtabel pada taraf signifikan α = 0,05 yang
bernilai 2,94 maka dapat dilihat bahwa Qhitung > Qtabel, atau 3,19 > 2,94.
Adapun secara keseluruhan dari hasil pengujian terhadap lima (5) hipotesis
penelitian ini, baik yang diuji dengan ANAVA 2 jalur (3 hipotesis penelitian)
maupun yang diuji dengan uji Tukey (2 hipotesis penelitian), maka dapat
4.2Pembahasan
Dalam mempelajari suatu materi khususnya materi fisika, media
pembelajaran sangat menunjang untuk dapat mencapai sasaran atau tujuan
pembelajaran. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat kontribusi media
pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dan kemampuan berpikir kritis siswa
terhadap hasil belajar fisika.
1. Perbedaan Hasil Belajar Fisika yang Dibelajarkan Dengan Media
Pembelajaran Tipe Tutorial macromedia flash dengan Media Pembelajaran
LCD.
Berdasarkan hasil analisis data, dapat dibuktikan bahwa terdapat perbedaan
hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan media pembelajaran
tipe tutorial Macromedia Flash dan yang dibelajarkan dengan menggunakan media
LCD. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien ANAVA (F) sebesar 4,8047 yang
nilainya lebih besar daripada F tabel, yang ternyata signifikan. Selanjutnya terbukti
bahwa hasil belajar fisika dengan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia
Flash memiliki skor rata-rata 13,69, yang nilainya lebih rendah dibandingkan
dengan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang dibelajarkan dengan media
pembelajaran LCD yang memiliki skor rata-rata 12,47. Jadi terdapat pengaruh
penggunaan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan media
pembelajaran LCD terhadap hasil belajar fisika.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima suatu pengetahuan sebagai hasil dari proses kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan penggunaan media dalam pembelajaran fisika sangat mempengaruhi
hasil belajar siswa, khususnya pengetahuan kognitif siswa. Dalam proses
pembelajaran, siswa melewati beberapa tahapan kognitif yaitu menghafal,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan membuat. Seorang
siswa dapat melangkah pada satu tingkatan kognitif yang lebih tinggi apabila telah
2. Interaksi penggunaan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash
dengan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap hasil belajar fisika
Penggunaan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash
merupakan bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada
kegiatan pembelajaran, penggunaan media ini lebih menekankan pada
kompetensi-kompetensi yang terkait dengan ketrampilan proses, yang dalam situasi ini tercipta
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Guru lebih banyak
berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran dan siswa secara aktif berinteraksi
dengan media pembelajaran. Salah satu hal yang paling penting dalam penggunaan
media pembelajaran tipe tutorial adalah kemampuan siswa dalam memahami
materi yang diberikan.
Dengan berpikir kritis siswa dapat lebih mudah memahami konsep, peka
terhadap masalah yang terjadi sehingga dapat memahami dan menyelesaikan
masalah, dan mampu mengaplikasikan konsep dalam situasi yang berbeda.
Sebagaimana pendapat Scriven dan Paul (2007) bahwa pemikir kritis yang ideal
memiliki rasa ingin tahu yang besar, teraktual, nalarnya dapat dipercaya, berpikiran
terbuka, fleksibel, seimbang dalam mengevaluasi, jujur dalam menghadapi
prasangka personal, berhati-hati dalam membuat keputusan, bersedia
mempertimbangkan kembali, transparan terhadap isu, cerdas dalam mencari
informasi yang relevan, beralasan dalam memilih kriteria, fokus dalam inkuiri, dan
gigih dalam mencari temuan. Dalam bentuk sederhananya, berpikir kritis
didasarkan pada nilai-nilai intelektual universal, yaitu: kejernihan, keakuratan,
ketelitian (presisi), konsistensi, relevansi, fakta-fakta yang reliabel, alasan-alasan
yang baik, dalam, luas, dan sesuai. Sehingga dengan media pembelajaran tipe
tutorial, siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi mampu
mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dengan
kemampuan berpikir kritis rendah. Hal tersebut sesuai dengan hasil uji hipotesis
kedua dalam penelitian ini, yang menunjukkan adanya interaksi antara penggunaan
media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dan kemampuan berpikir kritis
3. Perbedaan hasil belajar fisika yang memiliki kemampuan berpikir kritis
tinggi yang dibelajarkan dengan media pembelajaran tipe tutorial
Macromedia Flash dengan yang dibelajarkan dengan media LCD
Dari hasil analisis data, telah terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar fisika pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi yang
dibelajarkan dengan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan
yang dibelajarkan dengan media LCD. Selanjutnya terbukti bahwa hasil belajar
peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi yang dibelajarkan
dengan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash memiliki skor rata-rata
lebih tinggi yaitu 15,50 dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa yang
dibelajarkan dengan media pembelajaran LCD yakni 13,72. Hal ini juga
ditunjukkan dengan angka Tuckey (Q) sebesar 3,19 dan ternyata signifikan. Hal ini
menjelaskan bahwa media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash sangat
tepat diterapkan pada level kemampuan siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis tinggi. Peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis tinggi memiliki
kemampuan menganalisis, mensintesis, mengenal dan memecahkan masalah,
menyimpulkan yang tinggi, serta dapat melakukan penilaian dengan baik.
4. Perbedaan hasil belajar fisika yang memiliki kemampuan berpikir kritis
rendah yang dibelajarkan dengan media pembelajaran tipe tutorial
Macromedia Flash dengan yang dibelajarkan dengan media LCD
Berdasarkan analisis data, telah terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar fisika pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah yang
dibelajarkan dengan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan
yang dibelajarkan dengan media LCD. Hasil yang ditunjukkan angka Tuckey (Q)
sebesar 7,57 dan ternyata signifikan. Rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis rendah yang dibelajarkan dengan media pembelajaran
tipe tutorial Macromedia Flash adalah 9,44, sementara yang dibelajarkan dengan
Dengan menggunakan media pembelajaran LCD, guru terlibat langsung
dalam pembelajaran, dimana guru menjadi presenter dari materi yang disajikan.
Dalam hal ini, siswa mendapat informasi yang lebih rinci dari guru serta penjelasan
yang mendalam mengenai materi yang dipelajari. Hasil ini mengindikasikan bahwa
pembelajaran menggunakan media LCD cocok untuk meningkatkan hasil belajar
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis seperti yang telah
diuraikan pada bab IV, peneliti memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Secara keseluruhan, hasil belajar fisika siswa yang dibelajarkan dengan media
pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash lebih tinggi dibandingkan dengan
hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan media LCD.
2. Terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran berbasis komputer
tipe tutorial Macromedia Flash dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil
belajar fisika
3. Hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi yang
dibelajarkan menggunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis tingi yang dibelajarkan dengan media LCD.
4. Hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah yang
dibelajarkan menggunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash
lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis rendah yang dibelajarkan dengan media LCD.
4.2Implikasi
1. Implikasi terhadap peran guru
Sebagai suatu bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, media
pembelajaran sangat dibutuhkan untuk membantu siswa mencerna dan memproses
materi pembelajaran yang diterimanya. Hal ini menuntut seorang guru untuk
mampu merancang suatu media pembelajaran, yang tentunya membutuhkan
ketrampilan dan kreativitas guru. Untuk itu, guru perlu membekali dirinya dengan
pengetahuan, wawasan serta keahlian dalam merancang suatu media pembelajaran
agar dapat bermanfaat sebagaimana yang diharapkan. Karena betapa banyak jenis
biaya maupun tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Selain itu, guru juga perlu
memahami bahwa dalam memilih media harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi serta karakteristik siswa yang akan diajar.
2. Implikasi terhadap Lembaga Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi pihak sekolah antara lain
dalam hal sarana prasarana yang berbasis IT, sehingga dapat memfasilitasi
kreativitas guru dalam hal pembuatan dan penggunaan media yang berbasis
komputer. Dipandang perlu juga untuk mengadakan pelatihan-pelatihan dalam
pembuatan media pembelajaran berbasis komputer.
4.3Rekomendasi
Berdasarkan simpulan dan dengan memperhatikan keterbatasan penelitian
tersebut di atas, saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Para guru fisika disarankan untuk menggunakan media pembelajaran tipe
tutorial sebagai salah satu alternatif media dalam kegiatan pembelajaran
fisika.
2. Siswa disarankan untuk menjadikan media khususnya media pembelajaran
tipe tutorial sebagai fasilitas untuk memahami materi lebih mandiri, untuk
memecahkan masalah fisika.
3. Untuk peneliti lebih lanjut, disarankan untuk mengadakan penelitian dengan
melibatkan variabel kontrol yang lain, seperti motivasi, kemampuan awal,
gaya belajar, atau kemampuan dasar matematika, sehingga dapat
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : Bumi Aksara
Anonym. 2009. Kelebihan Macromedia Flash. (Online), (http://tutorialkuliah. blogspot.com/2009/05/kelebihan-macromedia-flash.htm, diakses 10 Oktober 2012)
Arends, R.I. 2008. Learning to Teach : Belajar untuk Mengajar. Edisi Ketujuh. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Costa, A.L. 1985. Developing Minds A Resource Book for Teaching Tinking.
Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development
Darmawan, Deni. 2011. Teknologi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya
Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
dePorter, Bobbi. 2011. Quantum Teaching : Mempraktikkan Quantum Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Terjemahan oleh Ary Nilandari. Bandung :
Kaifa
Fisher, Alec. 2007. Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Terjemahan oleh Benyamin Hadinata. 2009. Jakarta : Erlangga.
Gotcha. 2011. Macromedia Flash. (Online). (http://edodoemungkin.blogspot.com/ 2011/11/macromedia-flash.html, diakses tanggal 12 Juli 2012)
Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Ismihyani. 2000. Kualitas Pembelajaran dan Hasil Belajar. (Online). (http://ismihyani.wordpress.com/kualitas-pembelajara-dan-hasil-belajar.html, diakses 10 Februari 2012)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 2006.
Pramono, Andi. 2004. Presentasi Multimedia dengan Macromedia Flash.
Yogyakarta : CV. Andi Offset
Priatna, Bambang. 2008. Instrumen Penelitian. (Online). (http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATI KA/196412051990031-BAMBANG_AVIP/Makalah_
November_2008, diakses 10 Oktober 2012)
Rahmadiah, Adrianti. 2012. Media Presentasi – Sebuah Pengertian. (Online). (http://nine-of-march.blogspot.com/2012/12/media-presentasi-sebuah-pengertian.html?m=1, diakses tanggal 23 Juli 2013)
Riduan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta
Sudrajat, Akhmad. 2008. Media Pembelajaran Berbasis Komputer. (Online)
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/07/16/media-pembelajaran-berbasis- komputer.html, diakses tanggal 14 Februari 2012)
Sukajaya, I Ketut. 2010. Implementasi Model Problem Based Instruction terhadap Penguasaan materi Hukum Newton dan Kecakapan Berpikir Kritis Siswa. Tesis. PPs Universitas Negeri Surabaya
Sumaryadi, Adi. 2007. Mengenal Macromedia Flash. (Online),
(http://www.adisumaryadi.net/artikel/detail/global/46/mengenal-Uno, Hamzah dan Nina Lamatenggo. 2008. Teknologi Komunikasi dan Informasi
Pendidikan. Gorontalo : Nurul Jannah
Warsita, Bambang.2008. Teknologi Pembelajaran : Landasan dan Aplikasinya.
Jakarta : Rineka Cipta
Widodo, 2006. Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin
Lampiran 1
MEDIA PEMBELAJARAN TIPE TUTORIAL (Tersedia Dalam Bentuk Software)
1. Sub Menu Materi Hukum I Newton
2. Sub Menu Materi Hukum II Newton