• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya Tulis Ilmiah untuk Guru SMP SMA SMK.rar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karya Tulis Ilmiah untuk Guru SMP SMA SMK.rar"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

TIPE TUTORIAL MACROMEDIA FLASH TERHADAP

HASIL BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Kepada Direktorat Jenderal

Guru dan Tenaga Kependidikan

sebagai Persyaratan Sebagai

Peserta Simposium Guru 2015

OLEH

DELVIA MASYUR

PEMERINTAH KABUPATEN BOALEMO

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas

perkenanNya karya tulis ilmiah yang berjudul Pengaruh Penggunaan Media

Pembelajaran Tipe Tutorial Macromedia Flash Terhadap Hasil Belajar Fisika

Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dapat diselesaikan. Adapun

penyusunan karya ilmiah ini selain dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hasil

belajar fisika, juga untuk memenuhi persyaratan menjadi peserta Simposium Guru

2015.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah turut

membantu dalam proses penelitian hingga tersusunnya karya tulis ilmiah ini.

Semoga karya ini dapat menjadi sumbangsih positif bagi peningkatan

kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya pada bidang fisika.

Gorontalo, 20 Oktober 2015

Penulis,

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL --- 1

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS --- 2

KATA PENGANTAR --- 3

DAFTAR ISI --- 4

ABSTRAK --- 5

BAB I : PENDAHULUAN --- 6

BAB II : KAJIAN TEORI --- 11

BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN --- 16

BAB IV : SIMPULAN DAN REKOMENDASI --- 24

DAFTAR PUSTAKA --- 26

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dan siswa yang dibelajarkan menggunakan media LCD. Kesimpulan penelitian bahwa hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan mengunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash lebih tinggi dari hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan dengan media LCD. Hasil belajar peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi yang dibelajarkan dengan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash lebih tinggi dari hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan dengan media LCD. Hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah yang dibelajarkan dengan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah yang dibelajarkan dengan media LCD.

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Pemikiran

Suatu kenyataan yang tak bisa dipungkiri bahwa persaingan global yang

bergulir secara internasional saat ini terjadi di setiap sisi kehidupan manusia,

dimana hanya orang yang memiliki daya saing yang mampu mengungguli

persaingan. Orang yang memiliki daya saing tak lain adalah orang yang mampu

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Keadaan ini tentunya menjadi

tanggung jawab dunia pendidikan yang notabenenya merupakan institusi

perancang, pengelola dan penentu kebijakan dalam setiap kegiatan pendidikan di

Indonesia. Hal ini sejalan dengan visi pendidikan nasional yaitu mewujudkan

sistem pendidikan sebagai pranata yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan

semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas

sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah,

sebagaimana yang tertuang dalam Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah No. 19

Tahun 2005. Karena itu, pendidikan menempati fungsi dan posisi yang sangat

strategis karena dalam proses pendidikan yang terjadi atas usaha sadar untuk

mengembangkan potensi anak didik menjadi manusia yang berkualitas.

Memperhatikan hal di atas, pemerintah telah memprogramkan beberapa

kurikulum yang telah disusun sedemikian rupa untuk mempersiapkan lulusan

pendidikan memasuki era globalisasi yang penuh tantangan. Mulai dari Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004, dan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yang sejak tahun 2006 hingga saat ini, sebagai acuan bagi

pelaksanaan pendidikan dan mengembangkan ranah pendidikan (pengetahuan,

ketrampilan dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada

jalur pendidikan sekolah.

Pelajaran Fisika memiliki potensi besar untuk membangun dalam berbagai

bidang, yang meliputi kesehatan, lingkungan fisik, teknologi, maupun pertanian.

Akan tetapi, hal itu akan bermakna jika pembelajaran yang dialami peserta didik

mengarah pada pemahaman, kemampuan untuk menerapkan pengetahuan ke situasi

(7)

kehidupan nyata sehari-hari, dan keyakinan mengajukan pertanyaan serta mencari

penyelesaian.

Namun, dalam kenyataannya kemampuan belajar fisika yang dimiliki oleh

siswa di sekolah sangatlah rendah. Sebagai contoh, terlihat pada hasil yang

diperoleh siswa khususnya di SMA Negeri 1 Tilamuta, dimana dari tahun ke tahun

menunjukkan peningkatan yang kurang signifikan. Berdasarkan data yang

diperoleh peneliti langsung dari lapangan, rata-rata nilai ujian nasional tahun

2007/2008 adalah 5,41, nilai terendah 5,00, nilai tertinggi 5,75 dengan standar

deviasi 0,25 dan klasifikasi D. Untuk tahun pelajaran 2008/2009, rata-rata nilai

ujian nasional menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 5,08 dengan nilai

tertendah 4,25, nilai tertinggi 5,75 dengan standar deviasi dan klasifikasi D. Pada

tahun berikutnya yakni 2009/2010 sedikit terjadi peningkatan untuk nilai rata-rata

6,13, nilai terendah 4,75, nilai tertinggi 8,75 dengan standar deviasi 0,86 dan

klasifikasi C. Selanjutnya untuk tahun 2010/2011 rata-rata nilai ujian terjadi

peningkatan yakni 6,19, nilai terendah 5,75 dan nilai tertinggi 7,00. Adapun untuk

standar deviasi 0,27 dan termasuk dalam klasifikasi C.

Dari kenyataan tersebut tentunya harus ada dalam pembaharuan

pembelajaran fisika. Fisika dianggap menakutkan karena konsep-konsepnya sulit

dipahami sehingga siswa hanya sekedar menghafal tanpa berfikir bagaimana

muncul konsep tersebut dan apakah konsep tersebut benar atau salah. Munculnya

kesulitan bagi siswa dalam memahami konsep fisika tak lepas dari peran guru

sebagai penentu keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Siswa kurang

diberi kesempatan untuk terlibat dalam proses penemuan konsep sehingga

informasi yang direspon otak siswa hanya masuk sampai tahap memori jangka

pendek, dan dalam waktu yang tak lama siswa akan segera lupa konsep-konsep

fisika yang diajarkan.

Permasalahan lain yang ditemui dalam pembelajaran fisika di sekolah

adalah kurangnya kreativitas guru untuk menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan, sehingga siswa cepat merasa bosan dengan penyajian materi

pelajaran fisika. Selain itu, hanya sebagian kecil guru yang menggunakan alat bantu

(8)

diterjemahkan oleh Nilandri, alat bantu adalah benda yang dapat mewakili suatu

gagasan, tidak hanya membantu pembelajaran visual, tetapi dapat pula membantu

modalitas kinestetik. Siswa yang sangat kinestetik dapat memegang alat bantu, dan mendapatkan “rasa” yang lebih baik dari ide yang disampaikan guru.

Uraian berbagai permasalahan di atas memberikan gambaran pada guru

bahwa betapa pentingnya komunikasi dalam pembelajaran untuk prestasi siswa.

Baik buruknya sebuah komunikasi ditunjang oleh penggunaan saluran dalam

komunikasi tersebut. Saluran dalam sebuah proses pembelajaran adalah yang

dikenal dengan media. Media pembelajaran diharapkan menjadi salah satu solusi

dalam mengatasi rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi

dalam proses belajar mengajar, seorang guru dituntut harus mampu menggunakan

alat yang disediakan di sekolah yang tidak menutup kemungkinan bahwa

alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Penggunaan media

pembelajaran berbasis komputer merupakan pemberdayaan teknologi dalam

pengajaran. Penggunaan media ini juga diharapkan menjadi suatu forum dalam

upaya mengajar siswa dan untuk memenuhi kebutuhan mereka akan teknologi yang

sedang berkembang sekarang ini.

Salah satu software aplikasi desain grafis yang sangat popular saat ini

adalah program Macromedia Flash. Dengan software ini bisa diciptakan suatu

tampilan yang lengkap dengan animasi dengan efek yang spektakuler. Dengan

kesederhanaan tool yang disediakan serta kemampuan yang luas menjadikan

macromedia flash semakin digemari. Hal ini membuat macromedia flash sangat

cocok bila digunakan untuk membuat media ajar yang interaktif serta mengena dari

segi tujuan, sehingga akan membuat minat belajar siswa menjadi meningkat yang

secara otomatis akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Uraian di atas mendorong penulis untuk melakukan sebuah penelitian

(9)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan

masalah pokok yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan

menggunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan

siswa yang dibelajarkan menggunakan media LCD ?

2. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran berbasis

komputer tipe tutorial Macromedia Flash dan kemampuan berpikir kritis

terhadap hasil belajar fisika?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan

menggunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan

siswa yang dibelajarkan menggunakan media LCD pada siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis tinggi ?

4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan

menggunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan

siswa yang dibelajarkan menggunakan media LCD pada siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis rendah ?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk memperoleh informasi tentang :

1. Perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan

media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan siswa yang

dibelajarkan menggunakan media LCD.

2. Interaksi antara penggunaan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia

Flash dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar fisika.

3. Perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan

media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan siswa yang

dibelajarkan menggunakan media LCD pada siswa yang memiliki kemampuan

(10)

4. Perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan

media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan siswa yang

dibelajarkan menggunakan media LCD pada siswa yang memiliki kemampuan

berpikir kritis rendah.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Untuk siswa, hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan prestasi

siswa dalam mata pelajaran fisika.

2. Untuk lembaga pendidikan, sebagai sumbangsih pemikiran dalam usaha

meningkatkan kualitas hasil belajar khususnya dalam pembelajaran fisika.

3. Untuk peneliti selanjutnya, sebagai bahan acuan dalam melaksanakan

penelitian sejenis dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya

pada mata pelajaran Fisika

4. Untuk peneliti, sebagai referensi dalam usaha mengembangkan ketrampilan

(11)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1.1 Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut

terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak

pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru

dan siswa, (Muslihati, 2005)

Sedangkan menurut Woordworth (dalam Ismihyani, 2000), hasil belajar

merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Woordworth

juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara

langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh

tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai.

Selanjutnya, Davis (dalam Abdullah, 2007) mengatakan dalam setiap proses

belajar akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur. Hasil nyata yang dapat

diukur dinyatakan sebagai prestasi belajar seseorang.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima suatu pengetahuan sebagai

hasil dari proses kegiatan belajar mengajar.

Bloom merumuskan hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku yang

meliputi domain (ranah) kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Dalam

buku yang berjudul “A Taxonomy for Learning and Teaching and Assessing : A

Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives” (Anderson, Krathwohl, Airasian, Cruikshank, Mayer, Pintrich, Raths, dan Witttrock), menyajikan

pemanfaatan taksonomi yang baru, yang merupakan revisi untuk lebih bisa

mengadopsi perkembangan dan temuan baru dalam dunia pendidikan, (Widodo,

2006). Taksonomi yang baru ini melakukan pemisahan yang tegas antara dimensi

pengetahuan dengan dimensi proses kognitif. Kalau pada taksonomi yang lama

dimensi pengetahuan dimasukkan pada jenjang paling bawah, pada taksonomi yang

baru pengetahuan benar-benar dipisah dari dimensi proses kognitif. Pengetahuan

(12)

Sementara itu, dimensi proses kognitif dalam taksonomi Bloom yang baru

jumlahnya tetap sama, hanya saja penjenjangan pada taksonomi yang baru lebih

fleksibel sifatnya. Artinya, untuk dapat melakukan proses kognitif yang lebih tinggi

tidak mutlak disyaratkan penguasaan proses kognitif yang lebih rendah. Adapun

penjenjangan tersebut sebagaimana diuraikan oleh Widodo (2006) adalah sebagai

berikut.

1. Menghafal (remember) : menarik kembali informasi yang tersimpan dalam

memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan

aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan

terisolasi.

2. Memahami (understand) : mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan

pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan

pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru

ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa.

3. Mengaplikasikan (Applying) : mencakup penggunaan suatu prosedur guna

menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu aplikasi ini

berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural.

4. Menganalisis (analyzing) : menguraikan suatu permasalahan atau objek ke

unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkitan antara

unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya.

5. Mengevaluasi : membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar

yang ada.

6. Membuat (create) : menggabungkan beberapa unsur menjadi satu bentuk

kesatuan.

2.1.2 Kajian Berpikir Kritis

Schafersman (dalam Sukajaya, 2010) menjelaskan bahwa berpikir kritis

(critical thinking) dimaksudkan sebagai berpikir yang benar dalam pencarian

pengetahuan yang relevan dan reliable tentang dunia realita. Seseorang yang

(13)

informasi yang relevan, bertindak secara efisien dan kreatif berdasarkan informasi,

dapat mengemukakan argument yang logis berdasarkan informasi, dan dapat

mengambil simpulan yang dapat dipercaya.

Definisi lain mengenai berpikir kritis dikemukakan oleh Dewey (dalam

Fisher, 2009: 2) sebagai sebuah pertimbangan yang aktif, persistent

(terus-menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang

diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan

kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya. Dalam hal ini,

untuk mengungkapkan pemahamn ini dalam bahasa yang lebih familiar, Dewey

menandaskan apa hal-hal yang menjadi alasan bagi kita untuk menyakini sesuatu

dan implikasi dari keyakinan-keyakinan kita.

Sementara itu Paul (dalam Fisher, 2009: 4) berpendapat bahwa berpikir

kritis adalah metode berpikir mengenai hal, substans atau masalah apa saja, dimana

si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil

struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar

intelektual padanya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan bahwa berpikir kritis

pada dasarnya merupakan aktivitas mental dalam mengevaluasi suatu keadaan, agar

dapat membuat suatu keputusan yang dapat mengarahkan seseorang dalam

membangun kepercayaan diri untuk melakukan suatu tindakan.

Szesze (2001) menyebutkan indikator berpikir kritis pembelajaran sains

terdiri atas : (1) membandingkan (mengidentifikasi persamaan dan perbedaan);

(2) mengklasifikasikan (konsep dan benda); (3) menyediakan bukti yang

mendukung ide-ide, kesimpulan, pengambilan keputusan; (4) analisis dari bukti

pendukung yang ada; (5) mengidentifikasi, analisis dari bukti-bukti pendukung

yang ada; (6) memodifikasi ide-ide berdasar informasi tambahan, dan

(14)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diklasifikasikan aspek berpikir kritis

dalam 5 aspek, seperti yang tampak pada tabel berikut.

Tabel 1.

Indikator Berpikir Kritis

No. Kemampuan Berpikir Kritis Indikator

1. Kemampuan memfokuskan Menentukan masalah dan tujuan

2. Memperoleh Informasi Kemampuan mencari dan menguji alternative penyelesaian masalah

5. Menggeneralisasi Menginferensi, meramalkan, mengelaborasi

2.1.3 Hakikat Media Pembelajaran Tipe Tutorial Macromedia Flash 2.1.3.1Media Pembelajaran Tipe Tutorial

Heinich dkk (dalam Warsita, 2008: 140) mengemukakan enam format atau

bentuk interaksi pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam sebuah media

pembelajaran interaktif, yaitu (1) praktik dan latihan (drill and practice), (2)

tutorial, (3) permainan (games), (4) simulasi (simulation), (5) penemuan

(discovery) dan (6) pemecahan masalah (problem solving).

Model tutorial adalah pembelajaran melalui komputer dimana siswa

dikondisikan untuk mengikuti alur pembelajaran yang sudah terprogram dengan

penyajian materi dan latihan soal. Model tutorial sangat menuntut siswa menguasai

materi secara mandiri dan tuntas, sehingga sebelum setiap segmen materi terkuasai

belum bisa berlanjut ke materi selanjutnya, Susilana dan Riyana (2007: 146).

Lebih lanjut oleh Sudjana (dalam Susilana dan Riyana, 2007: 146)

(15)

berprogram tipe branching atau bercabang. Pada tipe ini informasi/materi pelajaran

disajikan dalam unit-unit kecil dan setiap selesai satu unit diakhiri dengan evaluasi.

Program akan memberikan respon terhadap jawaban siswa untuk menentukan

langkah selanjutnya. Tutorial dalam pembelajaran komputer ditujukan sebagai

pengganti tutor (manusia) yang proses pembelajarannya diberikan lewat teks,

grafik, suara, video dan animasi yang juga menyediakan poin-poin pertanyaan dan

permasalahan, jika respon siswa salah maka komputer akan mengulangi materi

sebelumnya atau secara otomatis akan kembali pada slide sebelumnya dan akan

terus berulang selama pengguna belum berhasil.

2.1.3.2Program Tutorial Macromedia Flash

Sumaryadi (2007) mendefinisikan macromedia flash sebagai salah satu

program yang didesain khusus oleh macromedia, didesain dengan kemampuan

untuk membuat animasi dua dimensi yang handal dan ringan sehingga dapat

digunakan untuk membangun dan memberikan efek animasi pada website, CD

interaktif dan lainnya.

Anonym (2009) mengungkapkan bahwa macromedia flash merupakan

salah satu software aplikasi design grafis yang sangat popular saat ini terutama

untuk membuat aplikasi animasi dan efek yang spektakuler. Kesederhanaan tool

yang disediakan serta kemampuan yang luas menjadikan flash semakin digemari.

Sedangkan menurut Gotcha (2011) macromedia flash merupakan salah satu

perangkat lunak komputer yang merupakan produk unggulan adobe system, yang

digunakan untuk membuat gambar vektor maupun animasi gambar tersebut.

Beberapa keunggulan yang dimiliki macromedia flash oleh Sumaryadi

(2007) adalah mampu diberikan sedikit kode pemrograman baik yang berjalan

sendiri untuk mengatur animasi yang ada di dalamnya atau digunakan untuk

berkomunikasi dengan program lain seperti html, php, database dengan pendekatan

(16)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penelitian

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan teknik ANAVA, diperoleh

nilai-nilai hasil perhitungan untuk pengujian hipotesis pada tabel berikut ini.

Ringkasan Hasil Perhitungan

Pengujian Hipotesis dengan Analisis Varians Dua Jalur

Sumber

Dari hasil perhitungan di atas, dapat dijelaskan beberapa hal berikut.

1. Untuk Fhitung Kolom yang merupakan perbandingan nilai hasil belajar antara

siswa yang dibelajarkan menggunakan menggunakan media pembelajaran tipe

tutorial Macromedia Flash dengan siswa yang diajar dengan menggunakan

media LCD adalah 4,8047. Hasil ini jika dikonsultasikan dengan nilai Ftabel pada

taraf signifikan 0,05 yaitu Ftabel (0,05) = 3,99, maka nilai Fhitung > Ftabel (0,05) atau

4,8047 > 3,99, dengan kriteria bahwa terima H0 jika Fhitung < Ftabel. Hal ini

berarti bahwa H0 yang menyatakan tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara

siswa yang diajarkan dengan menggunakan media pembelajaran tipe tutorial

Macromedia Flash dengan siswa yang diajar dengan menggunakan media LCD

ditolak. Dengan kata lain bahwa hipotesis pertama yakni terdapat perbedaan

hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan media

pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan siswa yang diajar dengan

(17)

2. Untuk Fhitung Baris-Kolom yang merupakan gambaran interaksi antara

penggunaan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dan

kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar fisika didapatkan nilai

28,9472. Dengan membandingan nilai tersebut dengan nilai F pada tabel pada

taraf signifikan 0,05, diperoleh Ftabel (0,05) = 3,99, maka nilai Fhitung > Ftabel (0,05)

atau 28,9472 > 3,99. Dengan kriteria terima H0 jika Fhitung < Ftabel, berarti bahwa

hipotesis penelitian H0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat interaksi antara

penggunaan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dan

kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar fisika, ditolak.

Bentuk interaksi dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Skor Rata-Rata Hasil Belajar Fisika

15

15,50 (A1B1)

Media Pemb. Tipe Tutorial 13,67 (A2B2)

Media LCD

13,72 (A2B1)

Media LCD

10 9,44 (A1B2)

Media Pemb. Tipe Tutorial 5

Kemampuan

Berpikir Kritis

Rendah

Kemampuan

Berpikir Kritis

(18)

Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Tuckey

Berdasarkan data pada tabel diatas maka dapat dijelaskan beberapa hal

berikut.

1. Nilai Qhitung untuk A1B1 dengan A2B1 yang merupakan perbandingan antara

hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi yang

dibelajarkan menggunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia

Flash dan siswa yang dibelajarkan menggunakan media LCD adalah 3,19.

Nilai ini jika dibandingkan dengan Qtabel pada taraf signifikan α = 0,05 yang

bernilai 2,94 maka dapat dilihat bahwa Qhitung > Qtabel, atau 3,19 > 2,94. Dengan

kriteria terima H0 jika Qhitung < Qtabel, dan hasil perhitungan menunjukkan

bahwa Qhitung > Qtabel, berati H0 ditolak pada taraf nyata

alfa 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan untuk hipotesis ketiga yakni

terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan

menggunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dan siswa

yang dibelajarkan menggunakan media LCD pada siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis tinggi, diterima.

2. Nilai Qhitung untuk kelompok A1B2 dengan A2B2 yang merupakan perbandingan

antara hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah

yang dibelajarkan menggunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia

Flash dan siswa yang dibelajarkan menggunakan media LCD adalah 7,57.

Nilai ini jika dibandingkan dengan Qtabel pada taraf signifikan α = 0,05 yang

bernilai 2,94 maka dapat dilihat bahwa Qhitung > Qtabel, atau 3,19 > 2,94.

Adapun secara keseluruhan dari hasil pengujian terhadap lima (5) hipotesis

penelitian ini, baik yang diuji dengan ANAVA 2 jalur (3 hipotesis penelitian)

maupun yang diuji dengan uji Tukey (2 hipotesis penelitian), maka dapat

(19)
(20)

4.2Pembahasan

Dalam mempelajari suatu materi khususnya materi fisika, media

pembelajaran sangat menunjang untuk dapat mencapai sasaran atau tujuan

pembelajaran. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat kontribusi media

pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dan kemampuan berpikir kritis siswa

terhadap hasil belajar fisika.

1. Perbedaan Hasil Belajar Fisika yang Dibelajarkan Dengan Media

Pembelajaran Tipe Tutorial macromedia flash dengan Media Pembelajaran

LCD.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat dibuktikan bahwa terdapat perbedaan

hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan media pembelajaran

tipe tutorial Macromedia Flash dan yang dibelajarkan dengan menggunakan media

LCD. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien ANAVA (F) sebesar 4,8047 yang

nilainya lebih besar daripada F tabel, yang ternyata signifikan. Selanjutnya terbukti

bahwa hasil belajar fisika dengan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia

Flash memiliki skor rata-rata 13,69, yang nilainya lebih rendah dibandingkan

dengan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang dibelajarkan dengan media

pembelajaran LCD yang memiliki skor rata-rata 12,47. Jadi terdapat pengaruh

penggunaan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan media

pembelajaran LCD terhadap hasil belajar fisika.

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima suatu pengetahuan sebagai hasil dari proses kegiatan belajar mengajar.

Sedangkan penggunaan media dalam pembelajaran fisika sangat mempengaruhi

hasil belajar siswa, khususnya pengetahuan kognitif siswa. Dalam proses

pembelajaran, siswa melewati beberapa tahapan kognitif yaitu menghafal,

memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan membuat. Seorang

siswa dapat melangkah pada satu tingkatan kognitif yang lebih tinggi apabila telah

(21)

2. Interaksi penggunaan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash

dengan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap hasil belajar fisika

Penggunaan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash

merupakan bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada

kegiatan pembelajaran, penggunaan media ini lebih menekankan pada

kompetensi-kompetensi yang terkait dengan ketrampilan proses, yang dalam situasi ini tercipta

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Guru lebih banyak

berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran dan siswa secara aktif berinteraksi

dengan media pembelajaran. Salah satu hal yang paling penting dalam penggunaan

media pembelajaran tipe tutorial adalah kemampuan siswa dalam memahami

materi yang diberikan.

Dengan berpikir kritis siswa dapat lebih mudah memahami konsep, peka

terhadap masalah yang terjadi sehingga dapat memahami dan menyelesaikan

masalah, dan mampu mengaplikasikan konsep dalam situasi yang berbeda.

Sebagaimana pendapat Scriven dan Paul (2007) bahwa pemikir kritis yang ideal

memiliki rasa ingin tahu yang besar, teraktual, nalarnya dapat dipercaya, berpikiran

terbuka, fleksibel, seimbang dalam mengevaluasi, jujur dalam menghadapi

prasangka personal, berhati-hati dalam membuat keputusan, bersedia

mempertimbangkan kembali, transparan terhadap isu, cerdas dalam mencari

informasi yang relevan, beralasan dalam memilih kriteria, fokus dalam inkuiri, dan

gigih dalam mencari temuan. Dalam bentuk sederhananya, berpikir kritis

didasarkan pada nilai-nilai intelektual universal, yaitu: kejernihan, keakuratan,

ketelitian (presisi), konsistensi, relevansi, fakta-fakta yang reliabel, alasan-alasan

yang baik, dalam, luas, dan sesuai. Sehingga dengan media pembelajaran tipe

tutorial, siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi mampu

mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dengan

kemampuan berpikir kritis rendah. Hal tersebut sesuai dengan hasil uji hipotesis

kedua dalam penelitian ini, yang menunjukkan adanya interaksi antara penggunaan

media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dan kemampuan berpikir kritis

(22)

3. Perbedaan hasil belajar fisika yang memiliki kemampuan berpikir kritis

tinggi yang dibelajarkan dengan media pembelajaran tipe tutorial

Macromedia Flash dengan yang dibelajarkan dengan media LCD

Dari hasil analisis data, telah terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil

belajar fisika pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi yang

dibelajarkan dengan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan

yang dibelajarkan dengan media LCD. Selanjutnya terbukti bahwa hasil belajar

peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi yang dibelajarkan

dengan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash memiliki skor rata-rata

lebih tinggi yaitu 15,50 dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa yang

dibelajarkan dengan media pembelajaran LCD yakni 13,72. Hal ini juga

ditunjukkan dengan angka Tuckey (Q) sebesar 3,19 dan ternyata signifikan. Hal ini

menjelaskan bahwa media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash sangat

tepat diterapkan pada level kemampuan siswa yang memiliki kemampuan berpikir

kritis tinggi. Peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis tinggi memiliki

kemampuan menganalisis, mensintesis, mengenal dan memecahkan masalah,

menyimpulkan yang tinggi, serta dapat melakukan penilaian dengan baik.

4. Perbedaan hasil belajar fisika yang memiliki kemampuan berpikir kritis

rendah yang dibelajarkan dengan media pembelajaran tipe tutorial

Macromedia Flash dengan yang dibelajarkan dengan media LCD

Berdasarkan analisis data, telah terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil

belajar fisika pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah yang

dibelajarkan dengan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash dengan

yang dibelajarkan dengan media LCD. Hasil yang ditunjukkan angka Tuckey (Q)

sebesar 7,57 dan ternyata signifikan. Rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis rendah yang dibelajarkan dengan media pembelajaran

tipe tutorial Macromedia Flash adalah 9,44, sementara yang dibelajarkan dengan

(23)

Dengan menggunakan media pembelajaran LCD, guru terlibat langsung

dalam pembelajaran, dimana guru menjadi presenter dari materi yang disajikan.

Dalam hal ini, siswa mendapat informasi yang lebih rinci dari guru serta penjelasan

yang mendalam mengenai materi yang dipelajari. Hasil ini mengindikasikan bahwa

pembelajaran menggunakan media LCD cocok untuk meningkatkan hasil belajar

(24)

BAB IV

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis seperti yang telah

diuraikan pada bab IV, peneliti memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Secara keseluruhan, hasil belajar fisika siswa yang dibelajarkan dengan media

pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash lebih tinggi dibandingkan dengan

hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan media LCD.

2. Terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran berbasis komputer

tipe tutorial Macromedia Flash dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil

belajar fisika

3. Hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi yang

dibelajarkan menggunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash

lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir

kritis tingi yang dibelajarkan dengan media LCD.

4. Hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah yang

dibelajarkan menggunakan media pembelajaran tipe tutorial Macromedia Flash

lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir

kritis rendah yang dibelajarkan dengan media LCD.

4.2Implikasi

1. Implikasi terhadap peran guru

Sebagai suatu bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, media

pembelajaran sangat dibutuhkan untuk membantu siswa mencerna dan memproses

materi pembelajaran yang diterimanya. Hal ini menuntut seorang guru untuk

mampu merancang suatu media pembelajaran, yang tentunya membutuhkan

ketrampilan dan kreativitas guru. Untuk itu, guru perlu membekali dirinya dengan

pengetahuan, wawasan serta keahlian dalam merancang suatu media pembelajaran

agar dapat bermanfaat sebagaimana yang diharapkan. Karena betapa banyak jenis

(25)

biaya maupun tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Selain itu, guru juga perlu

memahami bahwa dalam memilih media harus disesuaikan dengan kebutuhan dan

kondisi serta karakteristik siswa yang akan diajar.

2. Implikasi terhadap Lembaga Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi pihak sekolah antara lain

dalam hal sarana prasarana yang berbasis IT, sehingga dapat memfasilitasi

kreativitas guru dalam hal pembuatan dan penggunaan media yang berbasis

komputer. Dipandang perlu juga untuk mengadakan pelatihan-pelatihan dalam

pembuatan media pembelajaran berbasis komputer.

4.3Rekomendasi

Berdasarkan simpulan dan dengan memperhatikan keterbatasan penelitian

tersebut di atas, saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Para guru fisika disarankan untuk menggunakan media pembelajaran tipe

tutorial sebagai salah satu alternatif media dalam kegiatan pembelajaran

fisika.

2. Siswa disarankan untuk menjadikan media khususnya media pembelajaran

tipe tutorial sebagai fasilitas untuk memahami materi lebih mandiri, untuk

memecahkan masalah fisika.

3. Untuk peneliti lebih lanjut, disarankan untuk mengadakan penelitian dengan

melibatkan variabel kontrol yang lain, seperti motivasi, kemampuan awal,

gaya belajar, atau kemampuan dasar matematika, sehingga dapat

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : Bumi Aksara

Anonym. 2009. Kelebihan Macromedia Flash. (Online), (http://tutorialkuliah. blogspot.com/2009/05/kelebihan-macromedia-flash.htm, diakses 10 Oktober 2012)

Arends, R.I. 2008. Learning to Teach : Belajar untuk Mengajar. Edisi Ketujuh. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Costa, A.L. 1985. Developing Minds A Resource Book for Teaching Tinking.

Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development

Darmawan, Deni. 2011. Teknologi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya

Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

dePorter, Bobbi. 2011. Quantum Teaching : Mempraktikkan Quantum Learning di

Ruang-Ruang Kelas. Terjemahan oleh Ary Nilandari. Bandung :

Kaifa

Fisher, Alec. 2007. Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Terjemahan oleh Benyamin Hadinata. 2009. Jakarta : Erlangga.

Gotcha. 2011. Macromedia Flash. (Online). (http://edodoemungkin.blogspot.com/ 2011/11/macromedia-flash.html, diakses tanggal 12 Juli 2012)

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Ismihyani. 2000. Kualitas Pembelajaran dan Hasil Belajar. (Online). (http://ismihyani.wordpress.com/kualitas-pembelajara-dan-hasil-belajar.html, diakses 10 Februari 2012)

(27)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 2006.

Pramono, Andi. 2004. Presentasi Multimedia dengan Macromedia Flash.

Yogyakarta : CV. Andi Offset

Priatna, Bambang. 2008. Instrumen Penelitian. (Online). (http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATI KA/196412051990031-BAMBANG_AVIP/Makalah_

November_2008, diakses 10 Oktober 2012)

Rahmadiah, Adrianti. 2012. Media Presentasi Sebuah Pengertian. (Online). (http://nine-of-march.blogspot.com/2012/12/media-presentasi-sebuah-pengertian.html?m=1, diakses tanggal 23 Juli 2013)

Riduan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta

Sudrajat, Akhmad. 2008. Media Pembelajaran Berbasis Komputer. (Online)

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/07/16/media-pembelajaran-berbasis- komputer.html, diakses tanggal 14 Februari 2012)

Sukajaya, I Ketut. 2010. Implementasi Model Problem Based Instruction terhadap Penguasaan materi Hukum Newton dan Kecakapan Berpikir Kritis Siswa. Tesis. PPs Universitas Negeri Surabaya

Sumaryadi, Adi. 2007. Mengenal Macromedia Flash. (Online),

(http://www.adisumaryadi.net/artikel/detail/global/46/mengenal-Uno, Hamzah dan Nina Lamatenggo. 2008. Teknologi Komunikasi dan Informasi

Pendidikan. Gorontalo : Nurul Jannah

Warsita, Bambang.2008. Teknologi Pembelajaran : Landasan dan Aplikasinya.

Jakarta : Rineka Cipta

Widodo, 2006. Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin

(28)

Lampiran 1

MEDIA PEMBELAJARAN TIPE TUTORIAL (Tersedia Dalam Bentuk Software)

1. Sub Menu Materi Hukum I Newton

2. Sub Menu Materi Hukum II Newton

(29)

Gambar

Tabel 1.  Indikator Berpikir Kritis

Referensi

Dokumen terkait

Ada perbedaan kemampuan berpikir kritis yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan media Handout pada

Lylis Bahriani (NIM : 8146176010) Efek model pembelajaran inquiry training menggunakan media macromedia flash dan kemampuan berpikir kritis terhadap keterampilan proses

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa instrumen tes berpikir kritis memenuhi syarat untuk digunakan dalam mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik

Macromedia Flash terhadap kemampuan komunikasi matematis Peserta didik lebih baik dibandingkan dengan peserta didik dengan perlakuan pembelajaran menggunakan model

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik yang memperoleh pembelajaran ARIAS lebih baik daripada

(iii) Peserta didik dengan AQ tipe quitters hanya mampu memenuhi 1 indikator kemampuan berpikir kritis dan peserta didik tidak semangat dalam mengerjakan soal karena tidak

Saran dari peneliti sebagai upaya perbaikan dari hasil penelitian ini, diantaranya : 1 peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir tingkat tinggi

Hasil uji lapangan menunjukan bahwa ada perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas ekseperimen dan kelas kontrol, Kemampuan berpikir kritis peserta didik yang menggunakan