• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur - Bali, 25 April 2015 DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. SAMBUTAN...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur - Bali, 25 April 2015 DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. SAMBUTAN..."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana

vii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i

SAMBUTAN ... iii

KOMITE ILMIAH ... v

DAFTAR ISI ... vii KEYNOTE SPEAKER

STRATEGI PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI BETON YANG SUSTAINABLE ... KS-1

BIDANG STRUKTUR DAN MATERIAL

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU APUS DENGAN PENAMBAHAN PIN PADA MUTU BETON K- 175 ... SM-1

APLIKASI ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SEBAGAI METODE NUMERIK UNTUK PREDIKSI KAPASITAS GESER BALOK BETON BERTULANG ... SM-7

PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP POLA KERUSAKAN SIRAP BAMBU SEBAGAI PENUTUP ATAP ANGKUL-ANGKUL DI DESA ADAT PENGLIPURAN ... SM-15

PERILAKU SAMBUNGAN TIPE FRIKSI DENGAN VARIASI GAYA PENGENCANGAN AKIBAT PERBEDAAN METODE PELAKSANAAN ... SM-23

PROPERTI MATERIAL DAN DAKTILITAS BETON PRATEKAN PARSIAL HASIL UJI EKSPERIMENTAL ... SM-31

PENGARUH KUAT TEKAN DAN KOMPOSISI BAHAN BETON DENGAN SUBSITUSI LIMBAH BETON BANGUNAN SEBAGAI AGREGAT KASAR ... SM-39

KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON RINGAN DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT BATU APUNG SERTA ABU TERBANG SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PORTLAND DAN SUPERPLASTICIZER ... SM-45

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI STRUKTUR BAJA DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS DAN SISTEM RANGKA BRESING EKSENTRIK PADA LEVEL KINERJA YANG SAMA ... SM-49

IDENTIFIKASI KERUSAKAN DAN METODE PERKUATAN STRUKTUR KANTOR GUBERNUR SUMATRA BARAT... SM-57

ANALISA PERILAKU PARAMETER NON-LINIER BETON TAK TERKEKANG DENGAN PEMBEBANAN TRIAKSIAL MENGGUNAKAN PROGRAM BANTU BERBASIS FINITE ELEMENT .... SM-65

KUAT TUMPU BATANG POHON KELAPA LAMINASI (GLUGU LAMINASI): HALF HOLE DAN FULL HOLE ... SM-73

KAPASITAS LENTUR DAN DAYA LAYAN BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG ... SM-81

TAHANAN LATERAL KOMPOSIT KAYU KELAPA (GLUGU) LAMINASI-BETON DENGAN VARIASI PANJANG TERTANAM ALAT SAMBUNG (DOWEL) ... SM-89

KEMAMPUAN DAKTILITAS BAJA TULANGAN DENGAN MUTU DIATAS 500 MPA UNTUK DISAIN STRUKTUR KOLOM TAHAN GEMPA ... SM-97

(4)

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana

viii

KEMAMPUAN DAKTILITAS PENAMPANG BALOK MENGGUNAKAN BAJA TULANGAN DENGAN MUTU DIATAS 500 MPa UNTUK DISAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA ... SM-105

PENGGUNAAN AKSELERATOR PADA BETON YANG MENGGUNAKAN PEREKAT BERUPA CAMPURAN SEMEN PORTLAND TIPE I DAN ABU TERBANG ... SM-113

ANALISIS GEMPA STATIK DAN DINAMIK PADA STRUKTUR BERATURAN DAN TIDAK BERATURAN ... SM-119

PEMODELAN KEKUATAN AKSIAL KOLOM BETON BUJURSANGKAR DIPERKUAT DENGAN FRP ... SM-127

PEMANFAATAN ABU DAUN BAMBU DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN PENGUJIAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS ... SM-135

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS SIRAP BAMBU SEBAGAI BAHAN PENUTUP ATAP ANGKUL- ANGKUL DI DESA PANGLIPURAN ... SM-143

RUMAH SEDERHANA DENGAN SISTEM STRUKTUR BETON BERTULANG BAMBU PETUNG NUSA PENIDA ... SM-151

ANALISA PERKUATAN (RETROFITTING) GEDUNG STKIP ADZKIA PADANG DENGAN MENGGUNKAN STEEL BRACING ... SM-159

EVALUASI BEBAN HANCUR SILINDER BETON MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALISIS DIMENSIONAL METODE RAYLEIGH ... SM-167

PEMANFAATAN POZZOLAN ALAM SEBAGAI BAHAN PLESTERAN ... SM-173

ANALISA DRIFT-BASE FRAGILITY: EVALUASI HASIL EKSPERIMENTAL DAN NUMERIKAL DINDING BATU BATA DAN RANGKA KAYU... SM-177

EVALUASI KINERJA STRUKTUR AKIBAT PENGARUH GEMPA (STUDI KASUS GEDUNG D DAN GEDUNG E FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN) ... SM-187

BIDANG GEOTEKNIK

STUDI LABORATURIUM PENGARUH AGGREBIND PADA TANAH DENGAN VARIASI GRADASI BUTIR UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR, KEKUATAN TEKAN DAN PERMEABILITAS TANAH. GT-1

PROFIL PENURUNAN TANAH PADA TANAH YANG DIKOMPAKSI DI LABORATURIUM ... GT-9

ANALISIS PENGARUH RETAK TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH PADA PERISTIWA KELONGSORAN TEBING ... GT-15

PERBANDINGAN MODULUS GESER TANAH LEMPUNG DENGAN PERKUATAN SERAT IJUK DAN SERAT SABUT KELAPA BERDASARKAN METODE HARDIN DAN BLACK ... GT-21

KUAT GESER SISA CAMPURAN LEMPUNG DAN PASIR YANG DIPADATKAN ... GT-29

TINJAUAN KORELASI NILAI CBR TANAH KAPUR ANTARA UJI CBR LANGSUNG DENGAN UJI DCP ... GT-37

PENGARUH PROSES KONSOLIDASI TERHADAP DEFORMASI DAN FAKTOR KEAMANAN LERENG EMBANKMENT (STUDI KASUS BENDUNG KOSINGGOLAN) ... GT-45

ANALISIS STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH KANTILEVER (STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN GERBANG TOL DAN LAJUR TRANSAKSI GERBANG TOL SERANG TIMUR) ... GT-53

(5)

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana

ix

BIDANG MANAJEMEN PROYEK DAN REKAYASA KONSTRUKSI

PERAN UNDANG-UNDANG KEINSINYURAN 2014 DALAM MENDORONG TENAGA AHLI KONSTRUKSI BERWAWASAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN ... MK-1

KONSTRUKSI JALAN HIJAU (GREEN ROAD CONSTRUCTION) PROSPEK PENERAPAN KONSTRUKSI JALAN HIJAU DI INDONESIA ... MK-7

COST MODEL ESTIMASI KONSEPTUAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT ... MK-15

ANALISIS PENGGUNAAN SISTEM PENUTUP ATAP METAL, BITUMEN, DAN UPVC DITINJAU DARI TATA LAKSANA DAN BIAYA ... MK-25

FAKTOR PENGENDALI DAN PERLUASAN SENTRA BISNIS BERBASIS BANGUNAN HIJAU DI SURABAYA ... MK-33

IDENTIFIKASI FAKTOR KINERJA BIAYA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG ... MK-41

STUDI PERANCANGAN PRODUKSI PAPAN BUBUTMEN ... MK-49

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI ... MK-55

ANALISIS IDENTIFIKASI CRITICAL SUCCESS FACTORS (CSFs) TERHADAP MANAJEMEN BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI ... MK-65

EVALUASI IMPLEMENTASI ASPEK KESELAMATAN DI ZONA KERJA (WORK ZONE) PADA PELAKSANAAN PENINGKATAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI BALI ... MK-75

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHUNI DALAM MEMILIH RUMAH PADA PERUMAHAN DI KAWASAN MANGUPURA ... MK-81

MANAJEMEN RISIKO PADA PROYEK GEDUNG HOTEL YANG SEDANG BEROPERASI ... MK-89

FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA PADA PEKERJA KONSTRUKSI ... MK-97

KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK TERHADAP KINERJA KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG ... MK-105

ANALISIS PERBANDINGAN HARGA SATUAN DAN TITIK IMPAS PEKERJAAN BEKISTING KOLOM SISTEM KONVENSIONAL DENGAN SISTEM PERI DALAM PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG... MK-115

ANALISIS KEUNTUNGAN KONTRAKTOR AKIBAT VARIASI SISTEM PEMBAYARAN DAN JADWAL PELAKSANAAN PADA PROYEK KONSTRUKSI ... MK-123

BIDANG TRANSPORTASI

EVALUASI TERHADAP PENURUNAN KINERJA PELABUHAN LAUT CELUKAN BAWANG BULELENG ... TRANS-1

APLIKASI TEKNOLOGI SOFTWARE SIDRA INTERSECTION 5.1 DAN SOFTWARE KAJI DALAM PENENTUAN KINERJA SIMPANG BERSINYAL PERKOTAAN ... TRANS-9

KAJIAN PEMANFAATAN SIRTU BUMELA SEBAGAI MATERIAL LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010 ... TRANS-19

PENGEMBANGAN PELAYANAN ANGKUTAN UMUM MASAL (BRT) BERBASIS SISTEM TRANSYT MENGGUNAKAN METODE LOW COST INVESTMENT (ANGKUTAN TRANS MATARAM METRO) ... TRANS-25

(6)

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana

x

ANALISIS KAPASISTAS LINGKUNGAN JALAN SEBAGAI PENDUKUNG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS (ANDALALIN) PEMBANGUNAN HOTEL GOLDEN TULIP MATARAM ... TRANS-35

APLIKASI TEKNOLOGI GIS DALAM MENENTUKAN BENTUK PENANGANAN JALAN BERDASARKAN PARAMETER PENANGANAN JALAN ... TRANS-43

EVALUASI PEMBANGUNAN JALAN CISALATRI BANDUNG ... TRANS-51

PENINGKATAN STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN (CAED) DENGAN BAHAN DARI AGREGAT HASIL GARUKAN ASPAL LAMA DENGAN DAN TANPA SEMEN ... TRANS-59

ANALISA KELAYAKAN DIMENSI RUNWAY, TAXIWAY, DAN APRON ... TRANS-67

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGAWASAN SARANA PRASARANA JALAN TAMAN KONSERVASI LAUT OLELE KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO ... TRANS-75

MODEL PERPINDAHAN MODA KE BUS KOTA DI KOTA BANDA ACEH ... TRANS-83

PENGARUH TEMPERATUR PERMUKAAN LAPIS PERTAMA OVERLAY TERHADAP DAYA REKAT OVERLAY GANDA TANPA TACK COAT ... TRANS-91

KAJIAN FINANSIAL DAN DAMPAK PENGOPERASIAN ANGKUTAN UMUM MASSAL TRANS SARBAGITA KORIDOR I DI PROVINSI BALI ... TRANS-101

BIDANG SUMBER DAYA AIR

PENGARUH PEMOMPAAN SUMUR BOR TERHADAP PERUBAHAN MUKA AIR TANAH ... HIDRO-1

IMPLEMENTASI INTEGRATED WATER RESOURCES MANAGEMENT (IWRM) DI INDONESIA ... HIDRO-9

PEWILAYAHAN POTENSI AIR TANAH UNTUK IRIGASI BERDASARKAN TRANSMISIVITAS AKUIFER DI KABUPATEN JOMBANG ... HIDRO-17

KAJIAN KERUSAKAN PANTAI AMPENAN DI KOTA MATARAM ... HIDRO-25

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DI KOTA DENPASAR ... HIDRO-33

DESAIN PENAMPANG SALURAN DRAINASE JALAN RAYA DENGAN KONSEP EKO HIDRAULIK PADA JALAN A.YANI KOTA MARTAPURA ... HIDRO-41

ANALISIS NERACA AIR BERBASIS DAERAH ALIRAN SUNGAI SEBAGAI INDIKATOR KETERPADUAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR (KASUS DAS JANGKOK WS LOMBOK) ... HIDRO-47

TINJAUAN HIDRODINAMIKA 1D METODE MAC CORMACK MENGENAI KARAKTERISTIK PASANG SURUT UNIT TERANTANG DI KALIMANTAN SELATAN ... HIDRO-55

PERMASALAHAN SEMPADAN SUNGAI DI SUNGAI KUALA KAPUAS, KALIMANTAN SELATAN ... HIDRO-63

PENERAPAN SUMUR RESAPAN DALAM MEREDUKSI BEBAN ALIRAN LIMPASAN PERMUKAAN SUB DAS CIUJUNG SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN BANJIR ... HIDRO-69

ANALISA PERBANDINGAN PERENCANAAN SUMUR RESAPAN SISTEM KOMUNAL DAN KOLAM RETENSI SEBAGAI UPAYA KONSERVASI AIR TANAH DI PERUMAHAN VILLA MUTIARA CIUJUNG ... HIDRO-77

PEMISAHAN ALIRAN DASAR MENGGUNAKAN MODEL TANGKI ... HIDRO-83

STUDI PEMENUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN SIGI, SULAWESI TENGAH ... HIDRO-89

(7)

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana

xi

PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DAS PENET SEBAGAI AIR IRIGASI DAN AIR BAKU PDAM ... HIDRO-97

PEMANFAATAN TEKNOLOGI REMOTE SENSING DALAM MEMANTAU KERUSAKAN LINGKUNGAN DI KOTA GORONTALO ... HIDRO-107

MODEL NUMERIK : INTERAKSI RUN UP GELOMBANG TSUNAMI DENGAN DINDING LAUT ... HIDRO-115

VISUALISASI POTENSI GENANGAN BANJIR DI SUNGAI LAMBIDARO MELALUI PENELUSURAN ALIRAN MENGGUNAKAN HEC-RAS (STUDI PENDAHULUAN PENGENDALIAN BANJIR BERWAWASAN LINGKUNGAN) ... HIDRO-123

BIDANG LINGKUNGAN

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI DAN FLY ASH MENJADI BAHAN BANGUNAN UNTUK MENGURANGI DAMPAK LINGKUNGAN ... LK-1

PEMANFAATAN PLAT CETAK BEKAS SEBAGAI PELAPIS PADA ATAP RUMAH ... LK-9

PEMANFAATAN SAMPAH SEBAGAI CAMPURAN BATU ALAM DAN APLIKASINYA ... LK-15

ANALISIS SICK BUILDING SYNDROME PADA GEDUNG KANTOR (STUDI KASUS PADA GEDUNG SATKER PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH II PROVINSI BALI - BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL VIII DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA , JALAN AHMAD YANI NO 90 DENPASAR) ... LK-23

(8)

PEMANFAATAN ABU DAUN BAMBU DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN PENGUJIAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS

Ida Ayu Made Budiwati1, I Ketut Sudarsana1, dan Dewa Ayu Retnoyasa Ulupie Mesi2

1 Dosen Teknik Sipil FT Univ. Udayana Email: idabudiwati@gmail.com

Email:civil2001ca@yahoo.com

2 Alumni Teknik Sipil FT Univ. Udayana Email: retnoyasa.ulupiemesi@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian tentang pemanfaatan limbah sebagai bahan campuran pembuatan beton sudah banyak dilakukan. Limbah daun bambu yang banyak ditemukan di daerah Penglipuran Bangli akan dijadikan abu sebagai pengganti sebagian semen pada campuran beton non pasir sebagai salah satu bentuk modifikasi beton ringan. Abu daun bambu diketahui mengandung banyak silika, calcium, alumina, dan zat-zat lainnya yang bersifat pozzoland. Pada penelitian ini persentase abu daun bambu yang digunakan sebagai pengganti sebagian semen adalah 0%, 5%, 10%, dan 15% dari berat semen. Benda uji dibuat berupa silinder ukuran 150 mm x 300 mm. Perbandingan perekat : batu pecah digunakan 1 : 6 dengan faktor air perekat (fap) tetap 0,45. Pengujian kuat tekan dan modulus elastisitas beton non pasir dilaksanakan saat beton berumur 28 dan 56 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian 5% semen dengan abu daun bambu menghasilkan nilai kuat tekan optimum pada umur beton 28 hari dan mengalami penurunan pada umur 56 hari.

Hubungan kuat tekan dan modulus elastisitas beton berdasarkan hasil penelitian ini dapat dinyatakan dengan persamaan E = 1142,6√f’c. Nilai kuat tekan beton non pasir dengan substitusi 0% 5%, 10%, dan 15% abu daun bambu terhadap berat semen berturut-turut sebesar 3,58 MPa, 5,28 MPa, 3,77 MPa, dan 3,02 MPa pada umur 28 hari, sedangkan pada umur 56 hari diperoleh kuat tekan berturut-turut sebesar 4,06 MPa, 4,06 MPa, 3,39 MPa, dan 2,45 MPa. Besar modulus elastisitas pada 28 hari berturut-turut sebesar 1859 MPa, 2988 MPa, 2225 MPa, dan 2173 MPa, sedangkan pada umur 56 hari sebesar 2135 MPa, 2480 MPa, 1964 MPa, dan 1559 MPa dengan substitusi 0% 5%, 10%, dan 15% abu daun bambu terhadap berat semen. Berat volume rerata beton non pasir yang dihasilkan adalah sebesar 1434 kg/m3.

Kata kunci: Abu Daun Bambu, Beton Non Pasir, Beton Ringan, Kuat Tekan Beton, Modulus Elastisitas Beton

1. PENDAHULUAN

Beton merupakan salah satu bahan dasar pembuatan konstruksi yang sangat banyak digunakan dalam pembangunan. Perkembangan teknologi beton dari hari ke hari terus mengalami modifikasi. Salah satu bentuk modifikasi beton diantaranya dengan pembuatan beton ringan yang beratnya lebih ringan dari beton biasa sehingga dapat mengurangi beban struktur bangunan. Beton ringan dapat dibuat misalnya sebagai beton non pasir (no-fines concrete) yang dibentuk dari campuran semen, agregat kasar, dan air atau bahan admixture. Beton non pasir ini termasuk dalam katagori beton ringan yang mempunyai berat satuan tidak lebih dari 1900 kg/m3 (SNI 03-3449-2002). Menurut Tjokrodimuljo (2009) tidak adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan suatu sistem berupa keseragaman rongga yang terdistribusi di dalam massa beton serta berkurangnya berat jenis beton. Rongga di dalam beton tersebut mencapai 20-25%.

Malhotra (1976) menyebutkan beton non pasir sudah biasa digunakan dari tahun 1930an di Eropa dan Inggris untuk bangunan historis, bangunan bertingkat, dan dinding penahan tanah. Karena memiliki porositas yang tinggi beton non pasir juga dapat digunakan sebagai konstruksi perkerasan jalan raya dan sumur penyerapan.

Semen merupakan bahan dasar yang sangat penting dalam pembuatan semua jenis beton, yang berdampak pada peningkatan konsumsi dan mengakibatkan industri dan produksi semen sebagai salah satu material pembentuk beton juga akan semakin meningkat. Jika dilihat dari sisi industri, pembuatan semen dapat menghasilkan gas karbondioksida (CO2) yang cukup besar akibat proses pembakaran kalsium karbonat (CaCO3) pada suhu 1400ºC (Neville and Brooks, 1987) yang dapat merugikan manusia beserta lingkungan. Selain itu, untuk mencapai suhu

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM-135

(9)

panas 1400ºC yang dibutuhkan saat proses pembakaran akan memerlukan konsumsi energi yang cukup tinggi.

Untuk mengurangi dampak-dampak negatif yang diakibatkan oleh pembuatan semen, maka diperlukan solusi untuk mengurangi produksi semen Portland. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menggunakan abu daun bambu sebagai pengganti sebagian semen Portland pada pembuatan beton non pasir.

Dipilihnya abu daun bambu sebagai substitusi sebagian semen pada penelitian ini adalah berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dwivedi et.al. (2006) yang menyebutkan bahwa abu daun bambu memiliki sifat pozzoland.

Amu and Adetuberu (2010) juga menyebutkan dengan pembakaran daun bambu pada suhu 600ºC selama 2 jam menghasilkan silika sebesar 75,9%. Selain memiliki sifat pozzoland, pemilihan terhadap daun bambu ini adalah karena ingin memanfaatkan limbah daun bambu agar tidak hanya terbuang begitu saja sebagai sampah. Proses pembakaran abu daun bambu akan menghabiskan lebih sedikit energi dan bahan bakar karena suhu panas yang dibutuhkan tidak lebih dari 1000ºC yaitu lebih kecil dari suhu pembakaran yang dibutuhkan saat pembuatan semen.

Persentase penggantian dan penambahan abu pada semen berpengaruh terhadap kuat tekan beton. Ristiana (2010) melakukan penelitian untuk mendapatkan persentase maksimum penambahan abu sekam padi pada semen terhadap kuat tekan beton non pasir yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan dengan komposisi semen : kerikil adalah 1 : 6 dengan fas tetap 0,45 dengan persentase abu sekam padi pada semen sebesar 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% yang menghasilkan kuat tekan maksimum beton pada substitusi 10% abu sekam padi pada semen. Mengingat abu daun bambu juga memiliki sifat pozzoland, maka dilakukan penelitian yang rancangan campurannya sama seperti penelitian Ristiana (2010) untuk mengetahui persentase maksimum penggantian abu daun bambu pada semen terhadap kuat tekan beton non pasir.

Dalam pengujian untuk mengetahui kualitas beton, umumnya parameter yang diperiksa adalah kuat tekannya.

Namun dalam pengujian di laboratorium sangat memungkinkan untuk mendapatkan nilai modulus elastisitas bersamaan dengan pengujian kuat tekan beton. Modulus elastisitas sendiri merupakan tolak ukur dari sifat elastis suatu bahan atau perbandingan dari tekanan yang diberikan dengan deformasi per satuan panjang (Murdock dan Brook, 1991).

2. BAHAN DAN METODE

Bahan–bahan yang digunakan pada penelitian ini harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini dilakukan percobaan pendahuluan untuk mengetahui sifat–sifat bahan yang nantinya dapat dipakai sebagai pedoman dalam pemilihan beban, apakah bahan tersebut dapat dikatakan baik atau tidak sebagai bahan campuran beton non pasir. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu pecah, air PDAM, semen portland tipe I merek Gresik dan abu daun bambu dengan daun bambu kering yang diambil dari Desa Penglipuran, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli.

Pelaksanaan penelitian meliputi persiapan dan analisis bahan terhadap agregat kasar (batu pecah), semen, dan abu daun bambu, perancangan campuran benda uji, pembuatan benda uji, perawatan benda uji, pengujian benda uji, analisis data, serta pembahasan hasil penelitian.

Kegiatan persiapan bahan yang dilakukan adalah pengadaan bahan–bahan penelitian dan memeriksa alat–alat yang akan digunakan dalam penelitian.

Analisis agregat kasar meliputi mencari kadar air, berat jenis dan penyerapan, kehausan dan berat satuan agregat.

Pemeriksaan terhadap semen dan abu daun bambu dilakukan pada pemeriksaan berat satuan semen dan pengujian kandungan kimia.

Benda uji dibuat dalam bentuk silinder beton dengan ukuran 15 cm x 30 cm. Campuran beton dibuat dengan empat variasi presentase abu daun bambu sebesar 0%, 5%, 10%, dan 15% terhadap berat semen. Dalam satu kali pencampuran diproporsikan untuk 6 buah benda uji yang akan dibagi untuk pengujian kuat tekan dan modulus elastisitas beton umur 28 hari dan umur 56 hari masing-masing sebanyak 3 buah benda uji. Perbandingan semen dan batu pecah yang digunakan adalah 1:6 dengan faktor air perekat (fap) tetap 0,45 dan variasi abu daun bambu terhadap berat semen sebesar 0%, 5%, 10%, 15%. Perawatan beton dilakukan dengan perendaman dalam air selama 7 hari.

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM-136

(10)

Hasil pemeriksaan bahan

Hasil pemeriksaan agregat kasar (batu pecah), semen, dan abu daun bambu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Bahan

No Pemeriksaan Bahan Hasil

1 Berat jenis dan penyerapan air batu pecah 6,52%

2 Kadar lumpur batu pecah 1,11%

3 Berat satuan batu pecah 1,136 gr/cm3

4 Kadar air batu pecah 3,52%

5 Daya tahan batu pecah terhadap keausan 39,64%

6 Berat satuan semen 1,25 gr/cm3

7 Berat volume Abu daun bambu 0,089 gr/cm3

Kandungan kimia yang terdapat pada abu daun bambu yaitu 70,7% Si; 15,1% Ca; 7,735% K; 2,74% Fe; 1,6% S;

0,86% Ni; 0,32% Ti; 0,27% Mn; 0,2% Re; 0,18% Cu; 0,17% Zn; 0,1% Ba; 0,074% Cr; 0,07% Eu. Abu daun bambu ini dapat digolongkan ke dalam kelas C menurut ASTM C-618 karena memiliki kandungan CaO yang lebih dari 10% sehingga dapat digunakan sebagai pengganti sebagian semen.

Hasil pengujian kandungan kimia yang terdapat pada semen Tipe I merek Gresik yang digunakan pada penelitian ini adalah 82,01% Ca; 6,25% Fe; 4,96% Si; 2,2% In; 1,1% Al; 1,1% Mo; 0,68% S; 0,621% Ni; 0,41% Ti; 0,32%

K; 0,22% Re; 0,1% Mn; 0,1% Cu; 0,1% Ba; 0,06% Cr; 0,02% V; 0,02% Zn.

Hasil pemeriksaan bahan yang dilakukan digunakan untuk menghitung rancangan campuran dan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rancangan Campuran Benda Uji

Presentase abu daun bambu

Bahan Pembentuk Beton (kg)

Batu Pecah Perekat

Semen Abu daun bambu Air

0% 37,167 6,816 0 3,067

5% 37,167 6,475 0,341 3,067

10% 37,167 6,134 0,682 3,067

15% 37,167 5,794 1,022 3,067

Berat Satuan Beton Non Pasir

Berat satuan beton non pasir yang didapat pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Berat Satuan Beton Non Pasir

Umur beton Presentase abu daun bambu Berat beton rata-rata (gr) BV (kg/m3)

28 hari

0% 7698 1452

5% 8255 1557

10% 7497 1414

15% 7667 1446

56 hari

0% 7588 1431

5% 7626 1438

10% 7393 1394

15% 7120 1343

Dari Tabel 3 terlihat bahwa beton non pasir dengan abu daun bambu sebagai substitusi sebagian semen memiliki berat satuan rerata sebesar 1434 kg/m3 sehingga dapat dikatagorikan sebagai beton ringan menurut SNI-03-2847- 2002 (berat satuan tidak lebih dari 1900 kg/m3).

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM-137

(11)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian nilai slump yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kekentalan dari adukan beton yang selanjutnya dapat menggambarkan workabilitas dari campuran beton, dilakukan sebelum pencetakan benda uji.

Adapun hasil pengujian slump yang diperoleh selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Slump

Presentase Abu Daun Bambu Nilai Slump (cm)

0% 19,0

5% 19,5

10% 19,8

15% 19,5

DariTabel 4 dapat dilihat substitusi semen dengan abu daun bambu sebesar 5%, 10%, dan 15% meningkatkan nilai slump antara 2,6%-4,2%. Perbedaan nilai slump antara campuran 0%, 5%, 10%, dan 15% abu daun bambu terhadap berat semen relatif tidak jauh berbeda.

Kuat Tekan Beton Non Pasir

Pengujian kuat tekan beton non pasir dilaksanakan pada saat umur beton 28 dan 56 hari. Nilai kuat tekan beton setiap campuran dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kuat Tekan Rerata Beton Non Pasir Umur Uji 28 dan 56 Hari

Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa kuat tekan optimum terjadi pada campuran 5% abu daun bambu terhadap berat semen umur 28 hari. Kuat tekan pada 5% mengalami peningkatan dari campuran yang tidak menggunakan abu daun bambu kemudian mengalami penurunan pada campuran 10% dan 15%. Kecenderungan ini juga terjadi pada beton umur 56 hari. Penurunan kuat tekan beton pada umur 56 hari dibandingkan dengan kuat tekan pada umur 28 hari mungkin disebabkan karena adanya reaksi kimia dari senyawa-senyawa yang terkandung pada bahan pembentuk beton non pasir yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kuat tekan beton. Pada abu daun bambu hasil pengujian kandungan kimia menunjukkan adanya senyawa Kalium sebesar 7,735% dan Sulfat sebesar 1,6%

.

Modulus

Elastisitas Beton Non Pasir

Pengujian modulus elastisitas beton non pasir dilakukan secara bersamaan dengan pengujian kuat tekan beton non pasir . Pengukuran perpendekan yang terjadi dicatat pada setiap peningkatan beban dengan interval tertentu.

Data perpendekan beton non pasir dikonversikan menjadi data regangan beton dan beban yang diberikan dikonversikan menjadi tegangan. Sementara nilai kuat tekan beton didapat dengan membagi nilai beban maksimum yang diperoleh saat pengujian dengan luas bidang yang ditekan. Hasil pengujian modulus elastisitas pada masing masing campuran dapat dilihat pada Tabel 5.

Grafik hubungan tegangan dan regangan pada beton non pasir untuk masing–masing campuran umur 28 hari dapat dilihat pada Gambar 2. Secara umum berdasarkan grafik pada Gambar 2 dapat diketahui bahwa semakin tinggi nilai tegangan maka regangan yang didapat semakin besar.

3.58

5.28

3.77

3.02

4.06 4.06

3.40

2.45

0 1 2 3 4 5 6

0% 5% 10% 15%

f'c (MPa)

Persentase Abu Daun Bambu beton 28 hari beton 56 hari

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM-138

(12)

Tabel 5. Modulus Elastisitas Rerata Beton Non Pasir

Presentase abu daun bambu Modulus Elastisitas Rerata (MPa) Umur uji 28 hari Umur uji 56 hari

0% 1859 2135

5% 2988 2480

10% 2225 1965

15% 2173 1559

Gambar 2. Hubungan Tegangan Regangan Beton Non Pasir Umur 28 Hari

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat nilai modulus elastisitas beton optimum terjadi pada substitusi 5% abu daun bambu. Pada umur uji 28 hari terjadi peningkatan nilai modulus elastisitas berturut–turut sebesar 37,78%, 16,44%, dan 14,45% pada persentase substitusi 5%, 10% dan 15% dari modulus elastisitas beton tanpa substitusi abu daun bambu. Peningkatan optimum pada umur uji 56 hari sebesar 13,91% pada campuran 5% dari modulus elastisitas beton tanpa substitusi abu daun bambu sedangkan pada substitusi 10% dan 15% abu daun bambu justru terjadi penurunan sebesar 7,9% dan 26,97% dari modulus elastisitas tanpa substitusi abu daun bambu.

Hubungan

Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas Beton Non Pasir

Hubungan kuat tekan dan modulus elastisitas beton non pasir dicari dengan menggunakan cara pendekatan analisis regresi linier. Grafik hubungan kuat tekan dan modulus elastisitas beton non pasir dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas Beton Non Pasir

Dari Gambar 3 didapat persamaan E = 581,64 x f’c dengan nilai koefisien korelasi (r) 0,88. Dengan nilai r yang berada pada interval 0<r<1 dan mendekati 1 maka hubungan yang didapat cukup kuat.

Hubungan antara kuat tekan dan modulus elastisitas beton dicari berdasarkan bentuk persamaan yang umum menyerupai rumusan empiris pada SNI 03-2847-2002 dengan cara mengakar-kuadratkan variabel bebas (f’c) pendekatan analisis regresi linier. Hubungan Akar Kuadrat Kuat Tekan (√f’c) dan Modulus Elastisitas (E) Beton Non Pasir ditampilkan pada Gambar 4. Dari pendekatan analisis regresi linier didapat persamaan hubungan antara kuat tekan dan modulus elastisitas beton yaitu E = 1142,6 √f’c dengan nilai r = 0,82. Nilai korelasi yang berada pada interval 0<r<1 dan mendekati satu berarti fungsi tersebut memiliki hubungan sangat kuat. Dengan

0 1 2 3 4 5 6

0.0000 0.0005 0.0010 0.0015 0.0020 0.0025

σ (MPa)

ε

0%

5%

10%

15%

y = 581.64x

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

0.0 2.0 4.0 6.0

E (Mpa)

f'c (MPa) 28 hari 56 Hari

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM-139

(13)

kata lain fungsi hubungan tersebut dapat mewakili hubungan kuat tekan dan modulus elastisitas beton non pasir dengan abu daun bambu sebagai substitusi sebagian semen.

Gambar 4. Hubungan Akar Kuadrat Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas Beton Non Pasir

4. KESIMPULAN

Simpulan yang didapat dari penelitian ini adalah:

1. Abu daun bambu yang disubstitusikan dengan variasi 0%, 5%, 10%, 15% terhadap berat semen portland Tipe I pada adukan beton non pasir menghasilkan berat satuan rerata sebesar 1434 kg/m3 sehingga dapat dikatagorikan sebagai beton ringan.

2. Kuat tekan beton non pasir dengan substitusi 0% 5%, 10%, dan 15% abu daun bambu terhadap berat semen berturut-turut sebesar 3,58 MPa, 5,28 MPa, 3,77 MPa, dan 3,02 MPa pada umur 28 hari, sedangkan pada umur 56 hari sebesar 4,06 MPa, 4,06 MPa, 3,39 MPa, dan 2,45 MPa. Penambahan 5% abu daun bambu pada pengujian umur 28 hari menunjukkan nilai yang optimum. Beton tanpa substitusi abu daun bambu mengalami peningkatan pada umur 56 hari dibandingkan dengan umur 28 hari. Sebaliknya, nilai kuat tekan umur 56 hari mengalami penurunan dibandingkan dengan umur 28 hari pada substitusi 5%, 10%, dan 15%

abu daun bambu terhadap berat semen.

3. Modulus elastisitas beton dengan substitusi 0% 5%, 10%, dan 15% abu daun bambu terhadap berat semen berturut-turut sebesar 1859 MPa, 2988 MPa, 2225 MPa, dan 2173 MPa pada 28 hari dan 2135 MPa, 2480 MPa, 1964 MPa, dan 1559 MPa pada 56 hari. Nilai modulus elastisitas mengalami kecenderungan penurunan yang sama dengan nilai kuat tekan beton. Nilai modulus elastisitas optimum pada substitusi 5%

abu daun bambu terhadap berat semen umur 28 hari dan 56 hari.

4. Hubungan kuat tekan dan modulus elastisitas beton pada penelitian ini cukup kuat berdasarkan persamaan yang didapat yaitu persamaan E = 581,64 x f’c dengan nilai r sebesar 0,88 dan persamaan 1142,6 √f’c dengan nilai r sebesar 0,82 yang mendekati satu.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih pada Jurusan Teknik Sipil FT Unud yang telah memberikan hibah sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dan kepada tim yang telah mengerjakan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Amu, O.O. and Adetuberu, A.A. (2010). “Characteristics of Bamboo Leaf Ash Stabilization on Lateritic Soil in Highway Construction”. International Journal of Engineering and Technology. Obafemi Awolowo University, Ile-Ife, Nigeria, Vol 2.(4), 212-219.

Badan Standarisasi Nasional. (2002). SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.

Badan Standarisasi Nasional. (2002). SNI 03-3449-2002 Tata Cara Perancangan Campuran.

Dwivedi, V.N., Singh, N.P., Das, S.S. and Singh, N.B. (2006). “A new pozzolanic material for cement industry:

Bamboo leaf ash”. International Journal of Physical Science. U P Autonomous College, Varanasi, India, Vol. 1 (3), 106-111.

Malhotra, V.N. (1976).” No Fines Concrete – Its Properties and Aplication”. ACI Journal. 628-644

Murdock, L.J. and Brooks, K.M. (1991). Bahan dan Praktek Beton. Edisi Keempat (Terjemahan Stefanus Hindarto). Erlangga, Jakarta.

Neville, A.M. and Brook, J.J. (1998). Concrete Technology. Updated Longman, Singapore.

y = 1142.6x

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

0.0 1.0 2.0 3.0

E (Mpa)

√f'c (MPa)

28 hari 56 Hari

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM-140

(14)

Ristiana, D.P. (2010). “Pengaruh Variasi Persentase Penambahan Abu Sekam Padi pada Jumlah Semen terhadap Kuat Tekan dan Berat Jenis Beton Non Pasir Beragregat Krikil Krisik”. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil.

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 63-76.

Tjokrodimuljo, K. (2009). “Beton Non Pasir dengan Agregat dari Batu Alam (Batu Ape) Sungai Lua Kabupaten Kepulauan Talaud Sulawesi Utara”. Forum Teknik Sipil. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. No. XIX/1, 1030-1036.

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM-141

(15)

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM-142

Gambar

Tabel 5. Modulus Elastisitas Rerata Beton Non Pasir
Gambar 4. Hubungan Akar Kuadrat Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas Beton Non Pasir

Referensi

Dokumen terkait

Pem- buatan Sampel paving block terdiri dari 2 tahap yaitu tahap pertama pembuatan sampel untuk menentukan kuat tekan optimum dengan variasi campuran A (10% semen 5% abu sekam

Kuat tekan yang dikembangkan oleh beton yang dibuat dengan menggunakan abu terbang sebagai pengganti sebagian semen Portland tipe I tergantung dari umur hidrasi dan jumlah abu

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SM-181 gedung 10 lantai dengan sistem struktur pemikul momen (SRPM) dan struktur rangka breising

Kuat mortar dengan menggunakan abu ampas tebu akan meningkat dari kuat tekan normal yaitu pada variasi campuran berkisar 2% dan 8% dari jumlah semen.. Pencampuran

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui jumlah limbah domestik yang masuk sungai, dan jarak yang dibutuhkan untuk kembali ke kondisi normal, Karena lokasi sungai citarum

Pengujian sifat mekanik bambu meliputi pengujian terhadap kuat tekan, kuat tarik, dan kuat geser dari bambu yang belum dan sudah diawetkan dengan ekstrak daun

Faktor yang paling dominan berpengaruh dalam penerapan SMK3 dengan menggunakan OHSAS pada proyek tersebut adalah faktor Implementasi dan Operasi, dengan bobot faktor

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan abu daun bambu sebagai substitusi material semen dan serat serabut kelapa sebagai bahan tambah dapat meningkatkan kuat tekan