• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ISOPODA PADA IKAN SELAR (Selar crumenophthalmus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) PANARUKAN SITUBONDO JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ISOPODA PADA IKAN SELAR (Selar crumenophthalmus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) PANARUKAN SITUBONDO JAWA TIMUR."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ISOPODA PADA IKAN SELAR (Selar crumenophthalmus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI)

PANARUKAN SITUBONDO JAWA TIMUR.

Oleh :

SETA PRABA WALUYO KEDIRI – JAWA TIMUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA 2014

(2)

Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a : Seta Praba Waluyo

N I M : 141011064

Tempat, tanggal lahir : Kediri, 16 Oktober 1991

Alamat : DS.Tosaren gg. Marjuni Kediri Jawa Timur

Judul Skripsi : IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ISOPODA PADA IKAN SELAR (Selar crumenophthalmus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) PANARUKAN

SITUBONDO JAWA TIMUR Pembimbing : 1. Dr. Kismiyati, Ir., M.Si.

2. Prof. Dr. Hari Suprapto, Ir., M. Agr.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana Penelitian : Proyek Dosen. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka, serta kami bersedia :

1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Program studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi / karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi;

3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab.

XI pasal 38 – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolah- olah hasil pemikiran saya sendiri.

Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surabaya, 06 Oktober 2014 Yang membuat pernyataan,

Seta Praba Waluyo NIM. 141011064

Materei Rp. 6.000,-

(3)

SKRIPSI

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ISOPODA PADA IKAN SELAR (Selar crumenophthalmus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI)

PANARUKAN SITUBONDO JAWA TIMUR

Sebagai Salah Satu untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Oleh :

SETA PRABA WALUYO NIM. 141011064

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Dr. Kismiyati, Ir, M.Si Prof. Dr. Hari Suprapto,Ir.,M.Agr

NIP 19590808 198603 2 002 NIP 1580916 198502 1 001

(4)

SKRIPSI

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ISOPODA PADA IKAN SELAR (Selar crumenophthalmus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI)

PANARUKAN SITUBONDO JAWA TIMUR

Oleh :

SETA PRABA WALUYO NIM. 141011064

Telah diujikan pada

Tanggal : 29 Agustus 2014 KOMISI PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si.

Anggota : Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP.

Sapto Andriyono, S.Pi., MT.

Dr. Kismiyati, Ir., M.Si.

Prof. Dr. Hari Suprapto, Ir., M. Agr.

Surabaya, 2 Oktober 2014 Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Airlangga Dekan,

Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA NIP. 19520517 197803 2 001

(5)

RINGKASAN

SETA PRABA WALUYO. Identifikasi dan Prevalensi Isopoda Pada Ikan Selar (Selar crumenophthalmus) di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Panarukan Situbondo Jawa Timur. Dosen Pembimbing Dr. Kismiyati, Ir., M.Si dan Prof. Dr. Hari Suprapto, Ir., M. Agr.

Ikan selar (Selar crumenophthalmus) termasuk ikan ekonomis dengan harga murah yang dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat. Ikan selar (Selar crumenophthalmus) merupakan ikan pelagis dan termasuk ikan karnivora.

Ikan ini aktif mencari makan pada malam hari atau nokturnal, makanannya berupa larva ikan Clupeidae, Balistidae, Serranidae, Leptocephal, larva kepiting Megalops, Decapoda, Foraminifera, Cephalopoda yaitu gurita.

Populasi ikan di laut, khususnya ikan selar (Selar crumenophthalmus), tidak terlepas dari infestasi parasit. Dua puluh lima persen parasit ikan laut adalah sub filum Crustacea yaitu Copepoda, Branchiura dan Isopoda. Isopoda merupakan ektoparasit pada ikan tropis.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi dan prevalensi spesies dari ordo Isopoda yang menginfestasi ikan selar (Selar crumenophthalmus).

Metode yang digunakan adalah metode survei dan pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 10% dari populasi di TPI.

Hasil penelitian yaitu spesies dari ordo Isopoda yang menginfestasi ikan selar (Selar crumenophthalmus) adalah Norileca indica. Norileca indica yang ditemukan terdiri dari stadia mancas, pre-adult dan adult. Predileksi berada di rongga mulut, insang, mata dan permukaan tubuh. Prevalensi ikan selar yang terinfestasi yaitu 87,70 %.

(6)

SUMMARY

SETA PRABA WALUYO. Identification and Prevalention of Isopods in Big eye scad ( Selar crumenophthalmus ) on Fish Auction in Panarukan Situbondo East Java. Academic advisor Dr. Kismiyati, Ir., M.Si and Prof. Dr.

Hari Suprapto, Ir., M. Agr.

Big eye scad ( Selar crumenophthalmus ) is one of economic fish. This fish is a pelagic carnivore nocturnal fish it feed fish larvae of Clupeidae, Balistidae, Serranidae, Leptocephal, crabs larvae Megalops, Decapoda, Foraminifera, Cephalopoda such as a squird. Infestation of parasites on population marine fishes are the common problem. Twenty five percents of marine parasites are sub phylum crustacean : Copepods, Branchiura and Isopods. Isopods are ectoparasite on Tropical marine fishes.

The purpose of this research is to identifty and account prevalance of Isopods infested on big eye scad (Selar crumenophthalmus). The survey method and purposive sampling is used to in this research. The samples are 10% of the population in auction fish.

The result of research was The mancas, pre-adult and adult stages of Norileca indica infested on big eye scad (Selar crumenophthalmus). Predilection of Norileca indica were on buccal cavity, gill chamber, eyes and body surface.

Prevalention of fishes infestated by Norileca indica were 87,70%.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Identifikasi dan Prevalensi Isopoda Pada Ikan Selar (selar crumenophthalmus) di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Panarukan Situbondo Jawa Timur. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA. sebagai Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya

2. Ibu Dr. Kismiyati, Ir., M.Si sebagai pembimbing utama yang memberikan banyak bimbingan, saran dan ilmunya sejak penyusunan usulan hingga laporan skripsi;

3. Prof. Dr. Hari Suprapto, Ir., M. Agr. sebagai pembimbing serta skripsi yang memberikan banyak bimbingan, saran dan ilmunya sejak penyusunan usulan hingga laporan skripsi;

4. Ibu Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M. Si., Dr. Laksmi Sumartini S.pi., M.Si. dan Bapak Sapto Andriyono S.Pi., MT. sebagai dosen penguji yang memberikan saran dan evaluasi demi perbaikan skripsi;

5. Bapak Sigit Sumartono, SH., Bapak Sudarto dan Irma Hidayah, A.Md., Ak. yang membantu dalam perijinan dan penggunaan sarana prasarana

(8)

untuk penelitian serta Anita Erna Faricha, A.Md. yang membantu memperoleh informasi dan literatur penyusunan skripsi;

6. Teman terbaik sekaligus saudara seperjuangan keluarga besar Piranha 2010.

7. Keluarga tercinta, Ayah dan Ibu serta adik yang memberikan doa, dukungan, motivasi dan semangat tiada henti;

Penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua pihak, khususnya bagi Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu di bidang perikanan.

Surabaya, Oktober 2014

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... iv

SUMMARY ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Balakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan ... 3

1.4 Manfaat ... 3

II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Ikan Selar (Selar crumenophthalmus) ... 4

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Selar (S.crumenophthalmus) 4 2.1.2 Habitat dan Penyebaran Ikan Selar (S.crumenophthalmus) 5 2.2 Isopoda ... 5

(10)

2.2.1 Morfologi Ordo Isopoda ... 5

2.2.2 Daur Hidup dan Cara Infestasi Isopoda ... 7

2.2.3 Dampak Isopoda Pada Ikan ... 9

2.3 Infestasi Isopoda Pada Ikan... 9

2.3.1 Genus Gnathia ... 9

2.3.2 Genus Rocinela ... 11

2.3.3 Genus Anilocra ... 12

2.3.4 Genus Nerocila ... 13

2.3.5 Genus Cymothoa ... 14

2.3.6 Genus Norileca ... 15

III KERANGKA KONSEPTUAL ... 17

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 18

IV METODOLOGI PENELITIAN ... 19

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

4.2 Materi Penelitian ... 19

4.2.1 Bahan Penelitian ... 19

4.2.2 Alat Penelitian ... 19

4.3 Metode Penelitian ... 20

4.4 Prosedur Kerja ... 20

4.4.1 Persiapan Alat dan Bahan ... 20

(11)

4.4.2 Pengambilan Sampel ... 20

4.4.3 Identifikasi Isopoda ... 21

4.4.4 Perhitungan Prevalensi Isopoda ... 21

4.5 Parameter Penelitian ... 22

4.6 Analisis Data ... 23

V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

5.1 Hasil ... 24

5.1.1 Identifikasi Isopoda Pada Ikan Selar... 24

5.1.2 Prevalensi Norileca indica ... 25

5.2 Pembahasan ... 28

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

6.1 Kesimpulan ... 32

6.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

LAMPIRAN ... 37

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

5.1 Spesies Dari Ordo Isopoda yang Ditemukan pada Ikan Selar

(Selar crumenophthalmus) di TPI Panarukan Situbondo Jawa Timur 25 5.2 Prevalensi Norileca indica yang menginfestasi

Ikan Selar (S crumenophthalmus) 26

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Bagian Tubuh Norileca indica betina ... 37

2 Bagian Tubuh Norileca indica jantan . ... 38

3 Data Pemeriksaan Ikan Selar ( Selar crumenophthalmus) . ... 39

4 Data Perhitungan Prevalensi Norileca indica . ... 40

(14)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan selar (Selar crumenophthalmus) merupakan ikan pelagis yang aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal). Ikan selar termasuk karnivora (Kimura, 2011) makanannya berupa larva ikan Clupeidae, Balistidae, Serranidae, Leptocephal, larva kepiting Megalops, Decapoda, Foraminifera, Cephalopoda yaitu gurita ( Roux and Conand, 2000). Ikan selar (Selar crumenophthalmus) termasuk ikan ekonomis yang harganya dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat (Genisa, 1999). Menurut Kementrian Perikanan dan Kelautan (2012) volume produksi tangkapan ikan selar (Selar crumenophthalmus) meningkat dari 6.415 ton pada tahun 2010 naik menjadi 11.500 ton pada tahun 2012 atau berkembang 37,13 % pada tahun 2010-2012. Nilai produksi ikan selar (Selar crumenophthalmus) pada tahun 2010-2012 meningkat dari Rp. 64.136 358 menjadi Rp. 111.665.000.

Populasi ikan di laut, khususnya ikan selar (Selar crumenophthalmus), tidak terlepas dari infestasi parasit. Parasit ikan merupakan salah satu masalah penting dalam biologi perikanan, karena dapat mengurangi kualitas ikan, pengurangan berat ikan (Raja et al., 2012) dan berpengaruh terhadap populasi ikan konsumsi (Akbar, 2011). Dua puluh lima persen parasit ikan laut adalah sub filum Crustacea yaitu Copepoda, Branchiura dan Isopoda (Bharadhirejan et al., 2014). Isopoda merupakan ektoparasit pada ikan tropis (Irawan, 2013; Rameshkumar et al., 2013) dan salah satu ordo dari sub filum Crustacea yang paling beragam. Isopoda hidup di lingkungan yang luas, dari habitat darat, perairan laut dan air tawar, tetapi yang

(15)

paling sering ditemukan di perairan laut dangkal (El-shahawy and Desouky, 2010). Isopoda dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada populasi ikan tangkapan (Rameshkumar and Ravichandran, 2014). Predileksi dari Isopoda ada di rongga mulut, insang dan permukaan tubuh inang (Rameshkumar et al., 2013).

Infestasi Isopoda pada inang dapat menyebabkan lesi dan atropi pada gill filament, gangguan pada rongga mulut karena terhalang oleh Isopoda (Carvalho-Souza et al., 2009).

Isopoda dilaporkan telah menginfestasi beberapa ikan ekonomis yang ada di Karibia yaitu Cymothoa oestrum menginfestasi Chloroscombrus chrysurus (4%), Heteropriacanthus cruentatus (0,76%). Cymothoa sp. menginfestasi Orthopristis ruber (5,41%). Gnathia sp. menginfestasi Diplectrum radiale (3,13%), Orthopristis ruber (60%). Rocinela signata menginfestasi Epinephelus flavolimbatus (50%), Haemulon steindachneri (20%) (Williams et al., 2006).

Norileca indica telah dilaporkan menginfestasi Selar crumenophthalmus di teluk Pattani Thailand dan Pantai Mumbai di India. Prevalensi Norileca indica pada Selar crumenophthalmus 50,7 % (Nagasawa and Petchsupa, 2009; Neeraja et al., 2014). Laporan tentang infestasi Isopoda pada ikan ekonomis tersebut merupakan informasi ilmiah yang perlu diteliti keberlanjutannya. Hal ini berfungsi untuk menambah pengetahuan dan referensi tentang Isopoda.

(16)

1.2 Rumusan Masalah

1. Spesies Isopoda apa yang menginfestasi Ikan selar (Selar crumenophthalmus) di TPI Panarukan Situbondo Jawa timur ?

2. Berapa prevalensi Ikan selar (Selar crumenophthalmus) di TPI Panarukan Situbondo Jawa Timur yang terinfestasi oleh spesies Isopoda?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui spesies Isopoda yang menginfestasi Ikan selar (Selar crumenophthalmus) di TPI Panarukan Situbondo Jawa Timur.

2. Untuk mengetahui prevalensi Ikan selar (Selar crumenophthalmus) di TPI Panarukan Situbondo Jawa Timur yang terinfestasi oleh spesies Isopoda.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat dijadikan data sekunder dan informasi ilmiah tentang Isopoda yang menginfestasi Ikan selar (Selar crumenophthalmus) di TPI Panarukan Situbondo Jawa Timur.

(17)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Selar (Selar crumenophthalmus)

2.1.1 Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Selar (Selar crumenophthalmus) Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata Class : Actinopterygii Ordo : Perciformes Family : Carangidae Genus : Selar

Spesies : Selar crumenophthalmus

Gambar 1. Ikan selar (Selar crumenophthalmus) (Kimura, 2011).

Menurut Nelson (2006) ikan selar (Gambar 1.) merupakan bagian dari famili Carangidae dimana tubuhnya berbentuk compressed, tipe sisik pada kebanyakan spesies adalah cycloid tetapi ada juga yang ctenoid. Menurut Kimura (2011) rumus sirip ikan selar (Selar crumenophthalmus) yaitu D VIII+I, 24-27; A II+I, 21-23; V 10+14, adiposa selaput mata berkembang dengan baik. Warna tubuh pada bagian dorsal biru kehijauan, pada bagian ventral silver keputihan, dengan garis kuning membujur yang membatasi dari opercle sampai peduncle.

Panjang maksimum sampai 70 cm.

(18)

2.1.2 Habitat Dan Penyebaran Ikan Selar (Selar crumenophthalmus)

Ikan selar (Selar crumenophthalmus) hidup di perairan pantai yang dekat dengan terumbu karang pada kedalaman 0-170 m (White et al., 2013). Ikan selar (Selar crumenophthalmus) merupakan ikan pelagis dan termasuk ikan karnivora.

Ikan ini aktif mencari makan pada malam hari atau nokturnal (Kimura, 2011) makanannya berupa larva ikan Clupeidae, Balistidae, Serranidae, Leptocephal, larva kepiting Megalops, Decapoda, Foraminifera, Cephalopoda yaitu gurita ( Roux and Conand, 2000). Penyebaran ikan ini sangat luas pada daerah beriklim tropis dan sub tropis yaitu di Indonesia, Thailand, India, Karibia, Hawaii (Williams et al., 2006; Nagasawa and Petchsupa, 2009; Neeraja et al., 2014).

2.2 Isopoda

Isopoda adalah salah satu ordo dari sub filum Crustacea yang paling beragam dan hidup di lingkungan yang luas. Habitat Isopoda ada di darat, perairan laut dan air tawar, meskipun yang paling sering ditemukan di perairan laut dangkal (El-shahawy and Desouky, 2010). Parasit Isopoda bersifat ektoparasit habitatnya pada perairan laut yang hangat. Morfologi tubuhnya bermacam- macam, dari yang mudah untuk dikenali sampai yang tak berbentuk seperti Isopoda (Ravichandran et al., 2009).

2.2.1 Morfologi Ordo Isopoda

Menurut Brusca and Iverson (1985) kerangka umum tubuh Isopoda (Gambar 2.) yaitu tubuh terbagi menjadi 3 bagian : cephalon (kepala), pereon (tubuh) dan pleon (abdomen). Cephalon pada Isopoda sebenarnya adalah

(19)

cephalotorax yang bergabung dengan thoracomere pertama. Pada cephalon terdapat dua pasang antena, mata dan mulut.

Gambar 2. Morfologi umum Isopoda (Brusca and Iverson, 1985).

Menurut King (2004) Bagian mulut terdiri sepasang maxilliped, dua pasang maxilla (maxilla 1 dan 2 atau maxillules dan maxillae) dan mandible.

Pereon (tubuh) terdiri tujuh pereonite, berhubungan dengan tujuh pasang pereopods (kaki jalan), tidak ada claw pada pereopods pertama. Bagian abdomen yang pendek tersusun atas pleon (6 somite atau pleonites) dan pleotelson (gabungan pleonite akhir ke telson). Pada abdomen terdapat organ tambahan yaitu uropods.

(20)

2.2.2 Daur Hidup Dan Cara Infestasi Isopoda

Daur hidup Isopoda (Gambar 3.) adalah secara langsung (direct cycle) dan bersifat hermaprodit protandri yaitu berkelamin jantan pada stadia pre-Dewasa, berkelamin betina pada stadia Dewasa (Bharadirajan et al., 2014). Proses reproduksi terjadi ketika Isopoda betina molting, biasanya Isopoda betina dijaga oleh Isopoda jantan sampai molting. Isopoda jantan mentransfer sperma ke betina melalui genital duct. Beberapa spesies Isopoda lain melepaskan telur yang terbuahi kedalam kantung telur (marsupium) dan dilindungi sampai telur tersebut cukup mature untuk dilepas (King, 2004). Telur menetas didalam marsupium dan mengalami moulting pertama kali menjadi tahap pullus. Pullus pertama (pullus I) hanya ditemukan di dalam marsupium kemudian moulting menjadi pullus II yang mempunyai 6 pasang pereopod dan dilengkapi dengan dactyl serta pigmen pada kutikula. Perbedaan kelamin hanya tejadi setelah keluar dari marsupium dan mencari inang baru. Isopoda betina tidak pernah mengeluarkan telur yang terbuahi dalam bentuk larva tetapi dalam bentuk juvenil.

Juvenil ini disebut mancas, pada tahap ini mancas merupakan free swimming dilengkapi dengan setae dan mata yang berkembang dengan baik.

Mancas yang sudah menemukan inang masuk kedalam insang inang, mancas tersebut pada stadia infektif dan berkelamin jantan. Mancas yang sudah menemukan inang kemudian molting diikuti nampaknya tujuh segmen dan tujuh pasang pereopod dan masuk menjadi tahap pra-dewasa (Smit et al., 2014). Pre- Dewasa tersebut tumbuh didalam insang tersebut dan berubah menjadi betina (Parker and Booth. 2013).

(21)

a b c

e d

Gambar 3. Daur Hidup Isopoda (Bruce, 1990; Thatcer et al., 2003; Carefoot, 2010).

Keterangan : a. Dewasa predileksi di insang b. Pullus I berada di marsupium c. Pullus II berada di marsupium d. Mancas predileksi di insang e. Pra-dewasa predileksi di insang

Perubahan dari jantan menjadi betina merupakan proses yang kompleks dan bergantung pada beberapa faktor termasuk adanya individu lain, khususnya betina lain yang mencegah perubahan (Lincoln, 1971 dalam Smit et al., 2014).

Perubahan kelamin pada jantan terjadi pada saat mengecilnya organ reproduksi jantan dan organ kelamin betina berkembang menjadi lebih dominan.

(22)

Perkembangan kelamin betina yang dominan diketahui sebagai stadia Dewasa (Smit et al., 2014).

2.2.3 Dampak Isopoda Pada Ikan

Isopoda dihubungkan dengan beberapa komoditas ikan penting di dunia dan menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan di sektor perikanan dengan cara menghambat pertumbuhan dan melukai ikan tersebut sehingga tidak dapat bertahan hidup (Williams et al., 2006). Isopoda dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada populasi ikan tangkapan. Infestasi Isopoda dapat menyebabkan lesi dan stres pada ikan dan mempengaruhi munculnya pathogen opportunistic seperti jamur dan bakteri. Pada prinsipnya Isopoda memakan darah dari inangnya, selain itu juga memakan mucus, epithelium dan jaringan subcutaneous (Bharadirejan et al., 2014). Infestasi Isopoda pada insang menyebabkan lesi dan atropi pada gill filament dan gill rakers sehingga regenerasi gill filament menjadi lambat (Lester and Hayward, 2006; Rameshkumar and Ravichandran, 2014).

2.3 Infestasi Isopoda Pada Ikan 2.3.1 Genus Gnathia

A. Klasifikasi Dan Morfologi Genus Gnathia Klasifikasi Gnathia berdasarkan Myer et al. (2014) : Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda Sub Phylum : Crustacea Class : Malacostraca Ordo : Isopoda Famili : Gnathiidae Genus : Gnathia

Spesies : Gnathia puertoricensis

(23)

Gnathia (Gambar 4.) merupakan Isopoda kecil yang berbeda, memiliki karakteristrik berbentuk segitiga atau T-shape pleotelson. Pleon lebih sempit dari pada pereon. Pereonite terlihat sangat kecil dan hampir sama dengan pleonite.

Pleonite terlihat lebih mengecil dari pada pereon. Gnathia mempunyai 6 pereonite dan 5 pasang pereopod (Brusca and Iverson, 1985). Bagian mulut pada chepalothorax disebut pylopod. Article pertama operculated, berukuran besar, bagian luar lurus dan lebih panjang dari pada article kedua. Jika ada article ketiga, ukurannya lebih kecil dari pada article kedua. Mandible termodifikasi sebagai penjepit dari bagian depan kepala. Bagian tepi mandible dilengkapi tonjolan kecil yang bentuknya sama. Abdomen atau pleon mempunyai 7 segmen dan segmen terakhir bergabung dengan telson (Menzies and Glynn, 1968).

Gambar 4. Gnathia puertoricensis

(24)

2.3.2 Genus Rocinela

A. Klasifikasi Dan Morfologi Genus Rocinela

Rocinela merupakan predator aktif pada ikan dan diklasifikasikan sebagai mikropredator (Brusca and Iverson, 1985). Klasifikasi Rocinela berdasarkan Myer et al. (2014) :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Sub Phylum : Crustacea Class : Malacostraca Ordo : Isopoda Famili : Aegidae Genus : Rocinela

Spesies : Rocinela signata

a b

Gambar 5. Rocinela signata (de Lima et al., 2005).

Keterangan : a. Rocinela signata bagian dorsal b. Rocinela signata bagian ventral

Bentuk tubuh Rocinela (Gambar 5.) depressed, mata berkembang dengan baik. Bagian pleotelson dilengkapi dengan plumose setae (Menzies and Glynn, 1968). Antena 1 lebih pendek dari antena 2, article basal dari antena 1 tidak berkembang. Maxilliped dilengkapi dengan 2 atau 3 palp yang tersambung.

(25)

Pereon II-VII dilengkapi dengan coxal plate. Pereopods I-III dilengkapi propi yang berkembang menjadi bantalan lobus. Pereopods IV-VII berukuran kecil, dactyls tidak lebih panjang dari propi. Coxae tipis khususnya pada pereopod II- III. Pleon tidak lebih cekung dari pereon (Brusca and Iverson, 1985).

2.3.3 Genus Anilocra

A. Klasifikasi Dan Morfologi Genus Anilocra

Klasifikasi Anilocra berdasarkan Myer et al. (2014) : Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda Sub Phylum : Crustacea Class : Malacostraca Ordo : Isopoda Famili : Cymothoidae Genus : Anilocra

Spesies : Anilocra meridionalis

Anilocra (Gambar 6.) merupakan genus dari famili Cymothoidae yang mempunyai bentuk tubuh compressed dan bagian dorsal lebih cembung dibandingkan dengan Nerocila. Chepalon tidak bergabung ke pereonal somite pertama. Pereonit berbatasan langsung dengan posterior chepalon. Sudut posterolateral pereonite I tidak menonjol, begitu juga pereonite II-VI tidak menonjol, pada pereonite VII sedikit menonjol. Lapisan coxal kecil dan padat, pereopod berangsur-angsur memanjang, yang ke tujuh lebih panjang dari pada yang ke enam. Tidak semua ada pleon atau hanya sedikit yang bergabung di pereonit VII (Brusca and Iverson, 1985).

(26)

Gambar 6. Anilocra meridionalis (Bruce and Nelson, 1988).

2.3.4 Genus Nerocila

A. Klasifikasi Dan Morfologi Genus Nerocila

Klasifikasi Nerocila berdasarkan Myer et al. (2014) : Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda Sub Phylum : Crustacea Class : Malacostraca Ordo : Isopoda Famili : Cymothoidae Genus : Nerocila

Spesies : Nerocila acuminata

(27)

Gambar 7. Nerocila acuminata (Bruce and Nelson, 1988).

Pada umumnya tubuh Nerocila (Gambar 7.) lebih depressed dibandingkan dengan genus dari famili Cymothoidae. Dorsal chromatophores biasanya membujur 3 baris. Bagian anterior chepalon cembung, batas anterior pereonite I trisinuate, berbatasan dengan posterior chepalon. Lapisan coxal berkembang dengan baik dan menonjol melebihi batas tengah pereonite. Tidak semua pleon bergabung ke pereon, panjang pleonite sama. Ciri-ciri pleopod dilengkapi dengan lamela insang yang kecil dan pleopod 3-5 terlipat. Hampir semua spesies pada juvenil dan jantan dilengkapi dengan duri pereopoda, pada betina tidak dilengkapi dengan pereopodal spine (Brusca and Iverson, 1985).

2.3.5 Genus Cymothoa

A. Klasifikasi Dan Morfologi Genus Cymothoa

Klasifikasi Cymothoa berdasarkan Myer et al. (2014) : Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda Sub Phylum : Crustacea Class : Malacostraca Ordo : Isopoda Famili : Cymothoidae Genus : Cymothoa

Spesies : Cymothoa oestrum

Cymothoa (Gambar 8.) merupakan ektoparasit pada ikan laut dan ikan air tawar. Bentuk tubuh cirolanid like. Dactyl pada pereopod lebih panjang dibandingkan dengan propi. Maxilliped menyusut menjadi palp kecil pada article ke 2. Maxilla 1 dan 2 kuat dan membengkok. Chepalon bergabung ke pereonite I, basal article tidak lebar. Lapisan coxal anterior tidak mencapai batas masing- masing pereonite. Pleon lebih sempit dan bergabung ke pereon. Pleonite

(28)

memanjang dan melebar pada bagian posterior. Pleonites 1-5 dilengkapi dengan medial elevation, pleonites 4-5 paling lebar dan 5 terpanjang. Pleotelson lebih lebar, dan pada bagian posterior cekung. Uropod kecil dan panjang tapi tidak melebihi bagian pleotelson (Brusca and Iverson, 1985).

Gambar 8. Cymothoa oestrum (Thatcher et al., 2003).

2.3.6 Genus Norileca

A. Klasifikasi Dan Morfologi Norileca

Klasifikasi Norileca berdasarkan Myer et al. (2014) : Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda Sub Phylum : Crustacea Class : Malacostraca Ordo : Isopoda Famili : Cymothoidae Genus : Norileca Spesies : Norileca indica

Genus Norileca (Gambar 9.) ini hampir mirip dengan Livoneca, hal ini ditinjau dari morfologi pereopod, chepalon, dan pleon. Tubuh dari Norileca memutar ke satu sisi, chepalon tidak trilobed, bagian coxae pada pereonite 2 sama

(29)

panjang dengan segmennya dan pereonite 3-7 segmennya sama panjang. Ukuran pleon 0,66-0,74 lebar pereonite 4 dan semua segmen lebarnya sama dengan pereonite 7. Pleonite 5 lebarnya sama dengan pleonite 1, bentuk pleotelson triangular. Antennule memanjang sampai pereonites 1 dan teridiri dari 8 article.

Antena lebih panjang dari antennule dan terdiri 9 article. Ukuran mata 0,47-0,52 dari lebar chepalon. Ukuran uropods 0,55-0,60 dari panjang pleotelson (Bruce, 1990).

Gambar 9. Norileca indica (Nagasawa and Petchsupa, 2009).

(30)

III KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Pada sistem akuatik, parasit berperan penting dalam ekologi kawasan pantai dan ekosistem laut seperti halnya dalam marikultur (El-shahawy and Desouky, 2010). Dua puluh lima persen parasit ikan laut adalah Crustacea yaitu Copepoda, Branchiura dan Isopoda (Bharadhirejan et al., 2014). Isopoda adalah salah satu ordo dari sub filum Crustacea yang paling beragam dan hidup di lingkungan yang luas, dari habitat darat sampai perairan laut dan air tawar, meskipun yang paling sering ditemukan di perairan laut dangkal (El-shahawy and Desouky, 2010).

Infestasi Isopoda pada inang dapat menyebabkan lesi dan atropi pada gill filament, gangguan pada rongga mulut karena terhalang oleh Isopoda (Carvalho-Souza et al., 2009).

Pada daerah beriklim tropis spesies dari ordo Isopoda bermacam-macam spesiesnya. Isopoda menginfestasi ikan yang berada di perairan dangkal, perairan dalam dan ikan-ikan pelagis (Hoffman, 1999). Ikan selar (Selar crumenophthalmus) merupakan ikan pelagis dan salah satu komoditas ikan tangkapan ekonomis penting, mempunyai nilai pasar yang terjangkau, daya produksi yang tinggi dan luas (Genisa, 1999). Ikan selar (Selar crumenophthalmus) dapat diolah menjadi ikan kering atau dipasarkan dalam bentuk segar. Berdasarkan survei dilapangan Ikan selar (Selar crumenophthalmus) yang dipasarkan di TPI Panarukan Situbondo, terinfestasi oleh Isopoda tetapi pengetahuan tentang Isopoda yang menginfestasi ikan tersebut masih kurang.

Maka dari itu perlu dilakukan perhitungan prevalensi ikan yang terinfestasi dan

(31)

identifikasi terhadap Isopoda. Secara skematis kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada (Gambar 10.)

Keterangan :

: Aspek yang diteliti : Aspek yang tidak diteliti

Gambar 10. Kerangka konseptual penelitian Dampak :Lesi dan Atropi

pada insang Isopoda ditemukan pada

ikan selar (Selar crumenophthalmus) Komoditas

Ikan tangkapan

Dipasarkan kering dan

segar

Perhitungan Prevalensi

Copepoda Branchiura Ikan selar

Identifikasi Isopoda

25 % Crustacea Parasit ikan laut

Isopoda

Isopoda ditemukan pada ikan selar (Selar crumenophthalmus) Komoditas

Ikan tangkapan

Dipasarkan kering dan

segar

Copepoda Branchiura Ikan selar

Identifikasi Isopoda

25 % Crustacea Parasit ikan laut

Isopoda

(32)

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Lingkungan BBAP Situbondo dan Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, Surabaya pada Mei – Juni 2014.

4.2 Materi Penelitian 4.2.1 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ikan selar (Selar crumenophthalmus) ukuran 17-24 cm yang diperoleh dari TPI Panarukan Situbondo , Jawa Timur, tisu, ethanol 70 %.

4.2.2 Alat Penelitian

Styrofom digunakan untuk wadah ikan. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan dan identifikasi parasit adalah gunting, pinset, scalpel, petri dish, pipet tetes, nampan, object glass, cover glass, pot plastik tempat untuk mengawetkan sampel parasit, mikroskop stereo dan mikroskop dengan kamera lusida.

(33)

4.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual (Nazir, 2011).

4.4 Prosedur Kerja

4.4.1 Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan yang dilakukan adalah mempersiapkan stirofom sebagai tempat untuk transportasi sampel dari TPI ke Laboratorium Kesehatan Lingkungan BBAP Situbondo. Mempersiapkan gunting, pinset, pisau bedah dan nampan yang akan digunakan untuk scraping, dan mikroskop dengan kamera lusida untuk identifikasi Isopoda secara morfologi, selanjutnya mempersiapkan ikan sampel yaitu Ikan selar (Selar crumenophthalmus) yang akan diamati dengan mengambil secara acak.

4.4.2 Pengambilan Sampel

Lokasi pengambilan sampel pada 3 gudang distributor di TPI Panarukan.

Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 10% dari populasi. Hal ini sesuai dengan Barreiro and Albando (2001) pengambilan sampel sebanyak 10%. Purposive sampling yaitu memilih subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan (Silalahi, 2010). Populasi tangkapan ikan bisa mencapai rata-rata 800 ekor per hari, jadi untuk mewakili total tangkapan tersebut diambil 10% sebagai sampel yaitu berjumlah 80 ekor

(34)

/gudang. Menurut Rameshkumar and Ravicandran (2013) sampel ikan yang didapat dilakukan pencatatan data mengenai panjang total, berat dan jenis kelamin pada ikan (inang). Transportasi sampel ikan dari gudang TPI Panarukan Situbondo disimpan dalam styrofom yang berisi es.

4.4.3 Identifikasi Isopoda

Isopoda diidentifikasi berdasarkan morfologi dengan cara memotong bagian-bagian tubuh (El-shahawy and Desauky, 2010). Bagian-bagian tubuh tersebut meliputi, mulut, pereopod, pleopods dan uropod (Thatcher et al., 2007).

Identifikasi menggunakan mikroskop stereo dan mikroskop dengan kamera lusida perbesaran 40x dan 100x. Hasil gambar yang didapatkan dibandingkan dengan kunci identifikasi menurut Menzies and Glynn (1968), Brusca and Iverson (1985), Bruce (1990).

4.4.4 Perhitungan Prevalensi Isopoda

Sampel Ikan selar (Selar crumenophthalmus) diperiksa bagian insang, mulut dan permukaan tubuh untuk mengetahui keberadaan parasit Isopoda. Hal ini sesuai dengan pernyataan El-shahawy and Desouky (2010) bahwa inang parasit Isopoda diperiksa pada bagian mulut dan insang. Pemeriksaan ikan dilakukan di Laboratorium Kesehatan Lingkungan Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo. Isopoda yang ditemukan diambil menggunakan pinset.

Isopoda diawetkan pada pot plastik berisi ethanol 70 % yang telah diberi label untuk diidentifikasi. Berdasarkan hasil pemeriksaan ikan selanjutnya dilakukan perhitungan prevalensi untuk mengetahui jumlah ikan yang terinfestasi oleh

(35)

Isopoda. Menurut Alifuddin dkk. (2002) perhitungan prevalensi menggunakan rumus sebagai berikut :

Prevalensi = Jumlah ikan yang terserang X 100%

Jumlah sampel ikan yang diperiksa

4.5 Parameter Penelitian

Parameter utama yang diamati adalah spesies Isopoda apa yang menginfestasi Ikan selar (Selar crumenophthalmus) dan prevalensi Ikan selar (Selar crumenophthalmus) yang terinfestasi. Parameter penunjang berupa data mengenai ukuran panjang dan berat ikan serta jenis kelamin Ikan selar (Selar crumenophthalmus). Pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada diagram alir pada (Gambar 11.)

Gambar 11. Diagram Alir Penelitian Pleopoda

Uropoda Pereopoda Persiapan alat dan bahan

Pengambilan Sampel di gudang TPI Panarukan Situbondo

Pemeriksaan parasit pada insang, mulut dan permukaan tubuh inang

Perhitungan prevalensi Identifikasi Isopoda

Analisis Data

Pengukuran panjang, berat dan jenis kelamin

Mulut

(36)

4.6 Analisis Data

Data hasil identifikasi Isopoda pada ikan selar (Selar crumenophthalmus) dianalisis secara deskripsi dan disajikan dalam bentuk gambar dan tabel. Nilai prevalensi dihitung untuk setiap gudang yang ada di TPI dan Panarukan.

(37)

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Identifikasi Isopoda Pada Ikan Selar (Selar crumenophthalmus)

Berdasarkan pemeriksaan 240 sampel ikan selar yang diambil dari 3 gudang TPI Panarukan Situbondo, telah ditemukan 1 spesies dari ordo Isopoda yang menginfestasi ikan selar. Berdasarkan kunci identifikasi Bruce (1990) ditemukan Norileca indica. Norileca indica merupakan dari famili Cymothoidae yang ditemukan mulai stadia mancas, pra-dewasa (Gambar 12.) dan dewasa (Gambar 13.). Morfologi betina (Lampiran 1.) Norileca indica yaitu bentuk badannya yang membengkok ke salah satu sisi, bagian chepalon tidak terlalu masuk ke pereonite 1. Antena terdiri dari 9 ruas dan antennule terdiri 8 ruas.

Pereon terdiri dari 7 pereonite, pada bagian pleon terdiri dari 5 pleonite, pleotelson berbentuk segitiga (triangular), pada kedua samping pleotelson terdapat uropod. Morfologi jantan (Lampiran 2.) tubuh tidak membengkok ke salah satu sisi. Warna pada jantan tidak seluruhnya berwarna coklat, tetapi pada bagian pereonit 5 sampai pleotelson berwarna coklat, pereonite 4 sampai chepalon berwarna putih. Hal ini sesuai dengan Bruce (1990) bahwa tubuh betina dari Norileca memutar ke satu sisi, bagian coxae pada pereonite 2 panjangnya sama dengan segmennya dan pereonite 3-7 segmennya sama panjang. Ukuran pleon 0,66-0,74 dari lebar pereonite 4 dan semua segmen pleonite lebarnya sama dengan pereonite 7. Pleonite 5 lebarnya sama dengan pleonite 1, bentuk pleotelson triangular. Antennule memanjang sampai pereonites 1 dan teridiri dari

(38)

8 ruas. Antena lebih panjang dari antennule dan terdiri 9 ruas. Ukuran mata 0,47- 0,52 dari lebar chepalon. Ukuran uropods 0,55-0,60 dari panjang pleotelson.

Tubuh jantan tidak membengkok ke salah satu sisi, coxae lebih panjang dibandingkan betina. Lebar pleon 0,73 dari pereon, panjang uropod 0,8 dari pleotelson. Pereopod 1 dilengkapi 5 spine kecil di propodal palm. Peduncle pleopods 1 dilengkapi dengan lateral lobe, pleopods 2-5 dilengkapi dengan peduncle lateral lobe yang melebar. Warna Norileca indica coklat pucat, pigmen hitam menutupi bagian dorsal, tertutama pada pleon dan pleotelson. Predileksi (Gambar 14.) dari Norileca indica di permukaan tubuh, mata, rongga mulut dan insang. Data identifikasi Isopoda pada ikan selar dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Spesies Dari Ordo Isopoda yang Ditemukan pada Ikan Selar (Selar crumenophthalmus) di TPI Panarukan Situbondo Jawa Timur.

Spesies Stadia

Predileksi

TOTAL (ekor) Mata

(ekor)

Permukaan Tubuh (ekor)

Insang (ekor)

Rongga Mulut (ekor) Norileca

indica

Mancas - - 56 16 72

Pra-dewasa 2 2 62 - 66

Dewasa - 3 188 - 191

JUMLAH 2 5 306 16 329

5.1.2 Prevalensi Norileca indica.

Berdasarkan data perhitungan prevalensi (Lampiran 4.), dari 240 ekor ikan yang terinfestasi oleh Norileca indica yaitu 199 ekor (87,70 %). Data prevalensi Norileca indica pada ikan selar (Selar crumenophthalmus) dapat dilihat pada Tabel 5.2. Berdasarkan data pemeriksaan (Lampiran 3.) Norileca indica yang ditemukan terdapat stadia mancas, pra-dewasa, dan dewasa. Prosentase

(39)

keberadaan stadia Norileca indica pada ikan selar dapat dilihat pada (Gambar 15.).

Tablel 5.2. Prevalensi Norileca indica yang menginfestasi ikan selar (Selar crumenophthalmus)

Spesies Total Sampel ikan

(ekor)

Sampel ikan Terinfestasi

(ekor)

Prevalensi (%)

Intensitas ( /ekor ikan) Norileca

indica

240 199 87,70% 1,60

a b

Gambar 12. Stadia Pra-dewasa Norileca indica (jantan) Keterangan : a. N.indica bagian dorsal

b. N.indica bagian ventral

a b

Gambar 13. Stadia Dewasa Norileca indica (betina) Keterangan : a. N.indica bagian dorsal

b. N.indica bagian ventral

(40)

a b

c d

Gambar 14. Predileksi Norileca indica ditunjukkan pada panah merah Keterangan : a. di insang

b. di mata

c. di rongga mulut d. di permukaan tubuh

Gambar 15. Stadia Norileca indica pada ikan selar (Selar crumenophthalmus)(%) Keterangan : Mancas Pra-dewasa Dewasa

(41)

5.2 Pembahasan

Famili Cymothoidae merupakan ektoparasit pada ikan tropis dan termasuk parasit obligat (Rameshkumar et al., 2013 dan Smit et al., 2014). Famili Cymothoidae banyak ditemukan menginfestasi ikan laut teleostei (Smit et al., 2014). Norileca indica merupakan salah satu spesies dari famili Cymothoidae yang menginfestasi ikan teleostei yaitu ikan selar (Selar crumenophthalmus).

Berdasarkan data penelitian yang sudah dilakukan menurut Bruce (1990) dan Nagasawa and Petchsupa (2009) bahwa Norileca indica pada umumnya memang banyak ditemukan di ikan selar (Selar crumenophthalmus). Menurut Neeraja et al.

(2014) hal ini ditinjau dari tingginya derajad spesifisitas terhadap inang.

Rameshkumar and Ravichandran (2013) menjelaskan bahwa famili Cymothoidae mempunyai inang spesifik dan spesifikasi inang tersebut berdasarkan dua faktor yang digabungkan yaitu darah atau epitelium dan kesesuaian bagian dari epitelium dan sisik. Menurut Nagasawa and Petchsupa (2009) bahwa disamping prevalensi tinggi dan infeksi yang disebabkan Norileca indica, masih belum diketahui tentang daur hidup dan hubungan dengan inang.

Menurut Myer et al. (2014) Norileca indica merupakan spesies dari filum Arthropoda, class Malacostraca, ordo Isopoda, famili Cymothoidae. Menurut Nagasawa and Petchsupa (2009) Norileca indica sebelumnya dilaporkan sebagai Livoneca atau Lironeca indica Milne-Edwards, 1840 atau Livoneca ornata Heller, 1868 kemudian diganti menjadi genus baru oleh Bruce (1990) menjadi Norileca.

Berdasarkan data perhitungan prevalensi Norileca indica (Lampiran 4) banyak ditemukan di ikan selar. Dilihat dari prevalensi, 240 ekor sampel ikan yang terinfestasi sebanyak 199 ekor atau 87,70 %. Menurut Williams and

(42)

Williams (1996) prevalensi 70-89 % termasuk dalam kategori usually yang menggambarkan bahwa parasit biasanya menginfestasi ikan. Parasit dalam kategori ini diistilahkan sebagai “primary parasite”. Mengetahui tentang primary parasite merupakan hal penting karena dapat digunakan sebagai indikator dalam hubungan evolusioner (phylogeny) dan parameter populasi (biological tags) terhadap inang. Primary parasite biasanya spesifik pada satu spesies, genus atau famili dari inang. Menurut Neeraja et al. (2014) bahwa Norileca indica tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi inang karena intensitas Norileca indica yang berjumlah 1 atau 2 /ekor ikan. Berdasarkan data penelitian intensitas dari Norileca indica 1,60 /ekor ikan, menurut Williams and Williams (1996) infestasi 1-5 /ekor ikan termasuk dalam infestasi ringan.

Berdasarkan data pemeriksaan ikan selar (lampiran 3.) prosentase Infestasi stadia Norileca indica yaitu 52 % stadia dewasa, 22 % stadia mancas dan 20 % stadia pra-dewasa. Stadia pra-dewasa dan Dewasa ditemukan pada sebagian besar ikan berbeda dengan stadia mancas hanya di temukan pada 3 ekor ikan dengan prosentase yaitu 22 %. Tiga ekor ikan selar tersebut selain terinfestasi oleh stadia mancas juga terinfestasi stadia dewasa. Pada saat pemeriksaan, diduga bahwa parasit dewasa telah mengeluarkan mancas dari marsupiumnya sehingga terdapat banyak mancas pada ke-3 ikan selar tersebut. Proses parasit dewasa mengeluarkan mancas dari marsupium diduga berhubungan dengan siklus hidup dari Isopoda.

Menurut Bharadirajan et al. (2014) bahwa daur hidup Isopoda adalah secara langsung (direct cycle) dan bersifat hermaprodit protandri. King (2004) menjelaskan proses reproduksi terjadi ketika Isopoda betina molting, biasanya Isopoda betina dijaga oleh Isopoda jantan sampai molting. Isopoda jantan

(43)

mentransfer sperma ke betina melalui genital duct. Induk betina melepaskan telur yang terbuahi kedalam kantung telur (marsupium) dan dilindungi sampai telur tersebut cukup mature untuk dilepas. Smit et al. (2014) menjelaskan telur menetas didalam marsupium dan mengalami moulting pertama kali menjadi tahap pullus.

Pullus pertama (pullus I) hanya ditemukan di dalam marsupium kemudian moulting menjadi pullus II yang mempunyai 6 pasang pereopod dan dilengkapi dengan dactyl serta pigmen pada kutikula. Perbedaan kelamin hanya tejadi setelah keluar dari marsupium dan mencari inang baru.

Juvenil ini disebut mancas, pada tahap ini mancas merupakan free swimming dilengkapi dengan setae dan mata yang berkembang dengan baik.

Mancas akan mencari inang yang tepat untuk ditempeli, kemudian akan moulting dan melepaskan swimming setae dan menjadi immotile. Mancas yang sudah menemukan inang kemudian molting diikuti nampaknya tujuh segmen dan tujuh pasang pereopod dan masuk menjadi tahap pra-dewasa. Mancas tersebut menjadi pra-dewasa yang berkelamin jantan. Parker and Booth (2013) pra-dewasa tersebut pada stadia infektif kemudian pra-dewasa tersebut tumbuh didalam insang dan berubah menjadi betina. Perubahan dari jantan menjadi betina merupakan proses yang kompleks dan bergantung pada beberapa faktor termasuk adanya individu lain, khususnya betina lain yang mencegah perubahan (Lincoln, 1971 dalam Smit et al., 2014). Perubahan kelamin pada jantan terjadi pada saat mengecilnya organ reproduksi jantan dan organ kelamin betina berkembang menjadi lebih dominan.

Perkembangan kelamin betina yang dominan diketahui sebagai stadia dewasa (Smit et al., 2014; Neeraja et al., 2014).

(44)

Menurut Nagasawa and Petchsupa (2009) dan Rameshkumar and Ravichandran (2013) bahwa Norileca indica yang menginfestasi ikan selar (Selar crumenophthalmus) predileksinya ada di insang. Berdasarkan hasil penelitian, Norileca indica banyak ditemukan di insang tetapi juga ditemukan di rongga mulut, mata dan permukaan tubuh. Posisi Norileca indica pada insang yaitu bagian dorsal menghadap ke gill chamber kemudian bagian dorsal menghadap ke bagian operculum. Tiga pasang pereopod mempunyai dactylus yang berfungsi untuk menempel pada bagian operculum (Bruce, 1990; Neeraja et al., 2014).

(45)

VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

3. Spesies dari ordo Isopoda yang menginfestasi ikan selar (Selar crumenophthalmus) di TPI Panarukan Situbondo Jawa Timur yaitu Norileca indica

4. Nilai Prevalensi Norileca indica yang menginfestasi ikan selar (Selar crumenophthalmus) di TPI Panarukan Situbondo Jawa Timur yaitu 87,70 % termasuk kategori usually karena diantara 70-89 %. Intensitas Norileca indica pada ikan selar (Selar crumenophthalmus) yaitu 1,60 /ekor ikan, dimana intensitas tersebut masuk dalam kategori ringan.

6.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai data histopatologi bagian tubuh yang terinfestasi oleh Norileca indica, penyebaran dan siklus hidup Norileca indica di Indonesia.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Alifuddin, M., A. Priyono dan A. Nurfatimah. 2002. Inventarisasi Parasit Pada Ikan Hias Yang Dilalulintaskan Di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta. Jurnal Akuakultur Indonesia 1 (3) : 124.

Akbar, J. 2011. Identifikasi Parasit Pada Ikan Betok (Anabas testudieus).

Bioscientiae 8 (2) : 36

Barraeiro, P. L. and J. P. Albandoz. 2001. Population and Sample. Sampling Techniques. Management Mathematics For Eurpean Schools. University of Seville. pp. 5.

Bharadhirajan, P., S. Murugan, A. Sakthivel, P. Sevakumar. 2014. Isopods parasites infection on commercial fishes of Parangipettai waters, southeast coast of indian. Asian Pac J Trop Dis 4 (1) : 269.

Brusca, R. C and E. W. Iverson. 1985. A Guide to Marine Isopoda Crustacea of Pacific Costa Rica. Rev. Biol. Trop. 33 (1) : 6-7; 39-42; 44-50; 66-67.

Bruce, N. L and E. B. H. Nelson. 1988. New Records of Fish Parasitic Marine Isopod Crustaceans (Cymothoidae, Subfamily Anilocrinae From The Indo- West Pacific. Proc. Biol. Soc. Was 101 (3) : 587; 592.

Bruce, N. L. 1990. The Genera Catoessa, Elthusa, Enispa, Ichtyoxenus, Idusa, Livoneca and Norileca n. Gen. (Isopoda, Cymothoidae), Crustacean Parasites of Marine Fishes with Description of Eastern Australian Species.

Australian Museum. Sydney. pp.289-291.

Carvalho-Souza, G. F. D., J. R. D. S. Neto, F. T. Aleluia, I. A. Nascimento. 2009.

Occurance of isopodas ectoparasites in marine fish on the cotegipe bay, north-eastern Brazil. Marine Biodiversity Records, 2 : 1.

Carefoot, T. 2010. Learn About Isopods. http://asnailsodyssey.com. 01 Oktober 2014. pp. 1.

de Lima, J. T. A. X., S. Chellappa and V. E. Thatcher. 2005. Livoneca redmani (Isopoa, Cymothoidae) e Rocinela signata Schloedte & Meinert (Isopoda, Aegidae), Ectoparasite de Scomberomorus brasiliensis Collette, Ruso &

Zavala-Camin (Ostheichthyes, Scombridae) no Rio Grande do Norte, Brasil. Revista Braslleira de Zoologia 22 (4) : 1106.

El-Shahawy, I. And A.Y. Desouky. 2010. Myripristis murdjan (Beryciformes : Holocentridae) a new host record for Cymothoa indica (Crustacea, Isopoda, Cymothoidae). Acta Adriat 51 (1) : 107.

(47)

Genisa, A. S. 1999. Pengenalan Jenis-Jenis Ikan Laut Ekonomi Penting di Indonesia. Oseana XXIV (1) : 31.

Hoffman, G. L. 1999. Parasites of North American Freshwaters Fishes second edition. Cornell University Press. pp. 320.

Irawan, B. 2013. Karsinilogi. Airlangga university press (AUP). Surabaya. Hal.

473.

King, R. 2004. Isopods. Southeastern Regional Taxonomic Center. South Carolina. pp. 2.

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012. Direktorat Jendral Perikanan Tangkap.

Jakarta. Hal. 104.

Kimura, S. 2011. Fishes of Terengganu. Proceeding of Carangidae Jacks (Scads, Trevallies). National Museum of Nature and sciece. Malaysia. pp. 98.

Lester, R. J. G and C. J. Hayward. 2006. Phylum Arthropoda. Proceeding of Fish and Disorders Volume 1: Protozoan and Metazoan Infection 2nd edition.

CABI Publishing. UK. pp. 524.

Menzies, R. J. and P. W. Glynn. 1968. The Common Marine Isopoda Crustacea of Puerto Rico, A Handbook for Marine Biologist. The Hague Martinus Nijhoff. pp. 22-23; 44-45; 45-46.

Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, and T. A. Dewey.

2014. http://animaldiversity.org. 01 Maret 2014. pp. 1.

Nazir, M. 2011 Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor. Hal. 56 Nelson, J. S. 2006. Fishes of The World. Acid free paper. Canada. pp. 362.

Nagasawa, K and N. Petchsupa. 2009. Norileca indica ( Isopoda, Cymothoidae) Parasitic on Bigeye scad Selar crumenophthalmus in Thailand.

Biogeography 11 : 131-132.

Neeraja, T., G. Tripathi and U. Shameem. 2014. Occurance of The Isopod, Norileca indica (Isopoda: Cymothoidae) on Bigeye scad, Selar crumenophthalmus (Bloch) off Mumbai Coast, India. Indian J Fish 61 (1) : 49.

Parker, D and A. J. Booth. 2013. The Tounge Replacing Isopod Cymothoa borbonica Reduces The Growth of Large Spot Pompano Trachinotus botla. Mar Biol 160 : 2943.

(48)

Raja, K., R. Vijayakumar, V. Karthikeyan, A. Saravanakumar, K. Sindhuja, A.

Gopalakrishna. 2012. Occurrence of Isopod Nerocila phaiopleura Infestation on Whitefin Wolf-Herring (Chirocentrus nudus) From Southeast Coast of India. J Parasit Dis : 1

Ravichandran, S., G. Rameshkumar and K. Kumaravel. 2009. Variation in The Morphological Features of Isopod Fish Parasites. World J. Fish &

Marine sci 1 (2) : 137.

Rameshkumar, G., S. Ravicandran and K. Sivasubramanian. 2013. Invasion of Parasitic Isopods in Marine Fishes. Journal of Coastal Life Medicine 1 (2) : 88

Rameshkumar, G. And S. Ravicandran. 2013. First Occurance of Norileca triangulata (Crustacea: Isopodaa: Cymothoidae) From Indiam Marine Fishes. J. Parasit. Dis : 2

Rameshkumar, G and S. Ravichandran. 2014. Problem Caused by Isopod Parasites in Comercial Fishes. J Parasit Dis 38 (1) : 138.

Roux, O and F. Conand. 2000. Feeding Habits of The Bigeye Scad Selar crumenophthalmus (Carangindae), in LA Reunion Island Waters (South-Western Indian Ocean). Cybium 24 (2) : 176-177.

Silalahi, U. 2010. Metode Penelitian Sosial. PT. Refika Aditama. Bandung. Hal.

90.

Smit, N. J., N. L. Bruce, K. A. Hadfield. 2014. Global Diversity of Fish Parasitic Isopod Crustaceans of The Family Cymothoidae. International Journal for Parasitology: Parasites and Wildlife 3: 189; 193; 194.

Thatcher, V. E., J. L. Silva, G. F. Jost and J. M. Souza-Concelcao. 2003.

Comparative morphology of Cymothoa spp. (Isopoda, Cymothoidae) from Brazillian fishes, with the description of Cynmothoa catarinensis sp. nov.

And redescription of C. Excisa and C. Oestrum (Linnaeus). Revista Brasileira de Zoologia 20 (3). pp. 546-551.

Thatcher, V. E., G. S. De Araujo, J. T. A. de Lima and S. Chellappa. 2007.

Cymothoa spinipalpa sp. nov. (Isopodaa, Cymothoidae) buccal Cavity parasite of the marine fish, Oligoplites saurus (Bloch and Scheider) (Osteichthyes, Carangidae) of Rio Grande do Norte state, Brazil. Revista Braslleira de Zoologia 24 (1) : 238-239.

(49)

White, W. T., P.R. Last. Dharmadi, R. Faizah, U. Chodrijah, B. I. Prisantoso, J. J.

Pogonoski, M. Puckridge, S. J. M. Blaber. 2013. Market Fishes Indonesia Jenis-jenis Ikan Indonesia. CanPrint Communications. Canberra. pp. 172.

Williams, E. H. and I. B. Williams. 1996. Parasites of Offshore Big Game Fishes of Puerto Rico and The Western Atlantic. Puerto Rico. Departement of Natural and Environtmental Resources. pp. 382.

Williams, L. B., E.H..Williams, Jr and A. K.M Bashirullah. 2006. Isopodas (Isopodaa: Aegidae, Cymothoidae, Gnathiidae) associated with Venezuelan marine fishes (Elasmobranchii, Actinopterygii). Int. J.

Trop. Biol, 54 (3) : 175.

(50)

Bagian tubuh Norileca indica Betina. A. Chepalon bagian dorsal, B. Chepalo n bagian ventral, C. Antena dan Antenula, D. Maxila, E. Mandible, F. Pleotelson, G. Uropod, H. Pleopod, I-0 : Pereopod ke 1-7. Scale bar A, B, C, G, H, I, J, K, L, M, N, O : 0,05 mm. D, E, F : 0.1 mm

Lampiran 1

A B C

D E

F

H

I G

L

J K

O

M N

(51)

Bagian tubuh Norileca indica jantan. A.Chepalon bagian dorsal, B. Chepalon bagian ventral, C. Pleotelson, D. Mancas, E-K. Pereopod 1-7. Scale bar A, B, C, D, I, J, K : 0,05 mm. E, F, G, H : 0,1 mm.

Lampiran 2

A F

B

G

H C

D I

J

K E

(52)

Bagian tubuh Norileca indica jantan. A.Chepalon bagian dorsal, B. Chepalon bagian ventral, C. Pleotelson, D. Mancas, E-K. Pereopod 1-7.

Scale bar A, B, C, D, I, J, K : 0,05 mm. E, F, G, H : 0,1 mm.

Lampiran 3

Data Pemeriksaan Ikan Selar (Selar crumenophthalmus)

Sampel Ke-

P.ikan (cm)

B.ikan (gr)

Jenis kelamin ikan

Spesies Isopoda

Ukuran Isopoda (cm)

Stadia Betina

(ekor)

Jantan (ekor)

Mancas (ekor)

Pre- adult (ekor)

Adult (ekor)

Total (ekor)

1 19-20 81-172 15 3

Norileca indica

1,2 – 3,6 3 15 18

2 17,8 – 24,2 71-172 14 4 1,2 – 3 16 2 4 22

3 18 – 23 75-188 11 7 1,2 – 3,2 2 10 12

4 18 – 22,5 63-133 12 6 1,4 – 3,3 2 10 12

5 18,3 – 21,8 81-113 12 6 1 – 3,4 7 15 22

6 18,2 – 22,3 64-145 10 8 1 – 3,7 9 15 24

7 18,3 – 22,5 82-154 13 5 1,5 – 3,3 1 18 19

8 18,5 – 22 78-123 15 3 1,3 – 3,3 8 18 26

9 18,7 – 23,8 75-162 11 7 1,3 – 3,3 5 15 20

10 18,5 – 24,3 73-173 11 7 1,5 – 3,5 36 3 18 57

11 18,5 – 23,6 78-157 11 7 1,2 – 3,5 8 14 22

12 18,3 – 24 68-138 11 7 1,4 – 3,6 20 5 17 42

13 17,5 – 21,5 71-133 12 6 1 – 3,5 8 15 23

14 18,7 – 22,3 81-155 3 4 1,6 - 3 3 7 10

JUMLAH 72 66 191

PROSENTASE 22% 20% 58% 329

(53)

Bagian tubuh Norileca indica jantan. A.Chepalon bagian dorsal, B. Chepalon bagian ventral, C. Pleotelson, D. Mancas, E-K. Pereopod 1-7.

Scale bar A, B, C, D, I, J, K : 0,05 mm. E, F, G, H : 0,1 mm.

Lampiran 4

Data Perhitungan Prevalensi Norileca indica yang Menginfestasi Ikan Selar (Selar crumenophthalmus)

Sampel Ke-

Jumlah Sampel ikan

(ekor)

Jumlah Sampel ikan terinfestasi

(ekor)

Jumlah N.indica yang ditemukan

(ekor)

Prevalensi (%)

Intensitas (/ ekor

ikan)

1 18 15 18 83,33 1,20

2 18 13 22 72,22 1,69

3 18 14 12 77,78 0,86

4 18 8 12 44,44 1,50

5 18 17 22 94,44 1,29

6 18 18 24 100,00 1,33

7 18 18 19 100,00 1,06

8 18 18 26 100,00 1,44

9 18 18 20 100,00 1,11

10 18 13 57 72,22 4,38

11 18 16 22 88,89 1,38

12 18 17 42 94,44 2,47

13 18 18 23 100,00 1,28

14 7 7 10 100,00 1,43

RATA-RATA

87,70 1,60

(54)

Bagian tubuh Norileca indica jantan. A.Chepalon bagian dorsal, B. Chepalon bagian ventral, C. Pleotelson, D. Mancas, E-K. Pereopod 1-7.

Scale bar A, B, C, D, I, J, K : 0,05 mm. E, F, G, H : 0,1 mm.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dilihat dari nilai kualitas air sebetulnya masih dalam kisaran yang cukup baik untuk ikan hidup, tetapi ikan pada pengangkutan yang tanpa pemberian bakteri probiotik

Evaluasi dari hasil pengawasan internal yang terjadi selama tahun 2015, selain yang dilakukan oleh Hakim Pengawas Bidang Pengadilan Negeri Sambas, Pengadilan

Hasil dari beberapa penelitian tentang analisis pengaruh persepsi, motivasi, dan kecerdasan adversity terhadap minat mahasiswa menjadi akuntan publik diantaranya adalah

Berdasarkan latar belakanb yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh variabel service quality ( kehandalan, daya

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kompensasi, motivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai bagian protokol Kota Yogyakarta.. Penelitian ini

4 - Mahlas yerlerinde Yunus Emre’nin hiç kullanmadığı “Âşık Yunus, Derviş Yunus, Yunus Dede, Kul Yunus’lara dikkat edilmek gereklidir.. 5- Yunus

Penerapan moral training dalam pembe- lajaran inovatif pada pendidikan berbasis ka- rakter diharapkan dapat: (1) mengembangkan kecerdasan moral secara komprehensif; (2)

Blok V : Keterangan Anggota Rumah Tangga yang Berumur 10 Tahun ke Atas Tujuan dari blok ini adalah untuk mendapatkan keterangan mengenai keadaan ketenagakerjaan yang meliputi