• Tidak ada hasil yang ditemukan

setiap orang, sehingga usaha bidang kuliner memiliki pangsa pasar yang cukup semakin ketat tentunya. Enterpreneur dibidang kuliner berlomba-lomba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "setiap orang, sehingga usaha bidang kuliner memiliki pangsa pasar yang cukup semakin ketat tentunya. Enterpreneur dibidang kuliner berlomba-lomba"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENDAHULUAN

Salah satu usaha yang sedang mengalami perkembangan dan menjadi tren saat ini adalah usaha di bidang usaha kuliner. Usaha dibidang kuliner merupakan usaha yang cukup menjanjikan dikarenakan makan merupakan kebutuhan pokok setiap orang, sehingga usaha bidang kuliner memiliki pangsa pasar yang cukup luas. Semakin menjanjikannya usaha dibidang kuliner membuat persaingan juga semakin ketat tentunya. Enterpreneur dibidang kuliner berlomba-lomba mendapatkan omzet dan laba yang tinggi terbukti dengan selalu munculnya produk-produk baru, inovasi bisnis serta banyaknya iklan-iklan produk yang tersebar dimana-mana. Dengan perhitungan yang cermat di padu dengan ilmu serta analisis yang tepat bukan tidak mungkin keuntungan yang akan didapat akan semakin berlipat. Maka dari itu para enterpreneur harus jeli memanfaatkan peluang yang ada dan berani berinovasi agar tidak tergerus oleh maraknya perusahaan yang gulung tikar. Manajemen dalam sebuah perusahaan memiliki peranan yang cukup vital dalam menentukan kebijakan perusahaan. Seperti pengalokasian modal, pengelolaan karyawan, penentuan biaya dan harus memiliki strategi yang jitu dan akurat untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi.

Salah satu informasi yang diperlukan manajemen sebagai dasar perencanaan dalam pengambilan keputusan membeli atau memproduksi sendiri (make-or-buy decision) adalah informasi akuntansi diferensial (differensial accounting information). Informasi akuntansi diferensial merupakan informasi mengenai taksiran pendapatan, biaya dan atau aktiva yang berbeda jika suatu

(2)

2 tindakan tertentu dipilih, dibandingkan dengan alternatif tindakan yang lain (Supomo 2012:11). Penyajian informasi yang akurat merupakan syarat utama dari informasi akuntansi diferensial untuk membantu manajemen dalam pembuatan keputusan dan pemilihan alternatif tindakan terbaik diantara alternatif yang ada. Informasi disini sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan dan pelaporan keuangan agar lebih akurat. Biaya diferensial sendiri adalah biaya yang timbul akibat adanya keputusan tertentu.

Penelitian mengenai analisis biaya diferensial dalam pengambilan keputusan jangka pendek sebelumnya telah dilakukan oleh Hariawan (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Biaya Diferensial Dan Biaya Peluang Dalam Pengambilan Keputusan Membeli Atau Memproduksi Sendiri Pada RM. Pondok Teterusan”. Penelitian serupa dilakukan oleh Antou, et al., (2015) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Penerapan Biaya Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Membeli Atau Memproduksi Sendiri Ikan Mujair Pada UD. Sederhana Decky”. Rantung (2014) melakukan penelitian dengan judul

“Penerapan Biaya Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Membeli Atau Memproduksi Sendiri Pada RM. Pangsit Tompaso“.

Di dalam kasus ini, RM. Banyu Bening yang berlokasi di kota Salatiga menjual olahan makanan dari ikan air tawar yang dibeli dari luar seperti gurame, nila dan lele. Alasan RM. Banyu Bening selama ini membeli ikan dari supplier karena lebih murah dari pasar dan lebih segar akan tetapi pada kenyataannya ikan yang dikirimkan oleh supplier sering mati dalam perjalanan terutama ikan nila dan juga terjadi penyusutan timbangan ikan sebanyak 10%. Disitulah diperlukannya

(3)

3 perhitungan biaya diferensial untuk mengetahui apakah keputusan yang diambil selama ini untuk memilih membeli bahan baku dari luar itu tepat. Analisis biaya diferensial dalam perusahaan berfungsi efektif dalam pengambilan keputusan membeli atau memproduksi sendiri untuk memenuhi pesanan yang berperan meningkatkan laba. Dalam setiap aktivitas usahanya, perusahaan memerlukan bahan baku yang diperoleh sendiri atau diperoleh dari luar perusahaan sehingga dapat dilihat dari kelancaran proses produksi dalam perusahaan, maka perusahaan harus berusaha menyediakan sesuai dengan kebutuhan, dan pengawasan bahan baku maka perusahaan dapat mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu atau dinilai cukup mahal tetapi tidak efisien dan menghitung biaya diferensial yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dalam upaya meningkatkan laba perusahaan. Arifin (2007:48) mengatakan bahwa laba yang diperoleh perusahaan dapat juga dipengaruhi oleh volume serta biaya, dimana volume produk yang dijual akan mempengaruhi volume produksi dan biaya produksi akan mempengaruhi harga jual dari produk. Untuk itu keputusan manajemen antara memproduksi sendiri atau lebih baik membeli bahan baku dari supplier harus tepat atau terkait dengan biaya diferensial perusahaan. Lebih menguntungkan yang mana antara memproduksi sendiri atau membeli harus menjadi pertimbangan.

Salah satu keputusan yang perlu diambil dalam perencanaan pada setiap alternatif adalah memproduksi sendiri suatu komponen bahan baku. Keputusan membuat atau memproduksi sendiri adalah keputusan manajemen menyangkut apakah suatu komponen harus diproduksi sendiri atau membeli dari pemasok lain.

(4)

4 Keputusan membeli atau membuat sendiri dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:

yang pertama keputusan membeli atau membuat sendiri yang dihadapi oleh perusahaan yang sebelumnya memproduksi sendiri produknya, kemudian mempertimbangkan akan membeli produk tersebut dari pemasok luar.

Selanjutnya, keputusan membeli atau membuat sendiri yang dihadapi oleh perusahaan yang sebelumnya membeli produk tertentu dari pemasok luar, kemudian mempertimbangkan akan memproduksi sendiri produk tersebut.

Masalah yang sering kali muncul dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan ini adalah kemungkinan adanya penggunaan peralatan yang menganggur, adanya ruang yang tak terpakai, dan bahkan tenaga kerja yang menganggur. Untuk mengantisipasi masalah-masalah yang muncul, pihak manajemen perusahaan cenderung untuk mempertimbangkan pembuatan unit-unit tertentu ketimbang membelinya dengan maksud untuk memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada dan untuk mempertahankan angkatan kerja yang stabil.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis fungsi biaya diferensial pada RM. Banyu Bening dalam membantu manajemen untuk memilih alternatif terbaik anatara memproduksi sendiri atau membeli bahan baku.

Sehingga diharapkan bisa memberikan keputusan untuk memperoleh laba usaha bisa semakin tinggi.

(5)

5 KAJIAN PUSTAKA

Konsep Akuntansi

Arfan (2009:2) mengemukakan bahwa akuntansi dapat dipandang sebagai suatu proses atau kegiatan yang meliputi proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, pengklasifikasian, penguraian, penggabungan, pengiktisaran dan penyajian data keuangan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan operasi suatu unit organisasi. Pernyataan tersebut sependapat dengan yang dikemukakan oleh Horngren (2009:4) yaitu Akuntansi adalah sistem akuntansi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan. Berdasarkan definisi – definisi akuntansi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah proses pengolahan data keuangan untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan untuk memungkinkan pengambilan keputusan melakukan pertimbangan berdasarkan informasi dalam pengambilan keputusan.

Akuntansi Manajemen

Simamora (2012:13) Akuntansi manajemen adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, penghimpunan, penganalisisan, penyusunan, penafsiran, dan pengkomunikasian informasi keuangan yang digunakan oleh manajemen untuk merencanakan, mengevaluasi, dan mengendalikan kegiatan usaha di dalam sebuah organisasi, serta untuk memastikan penggunaan dan akuntabilitas sumber daya yang tepat. Krismiaji ( 2011:1) mengatakan akuntansi manajemen adalah salah satu cabang ilmu akuntansi yang menghasilkan informasi

(6)

6 untuk manajemen atau pihak intern perusahaan. Pengguna utama informasi akuntansi manajemen adalah para manajer, yang bertugas merencanakan kegiatan, menerapkan rencana, dan mengarahkan serta mengendalikan kegiatan organisasi tersebut atau berjalan sesuai rencana. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi manajemen adalah proses memasok informasi yang relevan kepada manajer dan tenaga kerja, baik informasi keuangan maupun non keuangan, untuk pengambilan keputusan, pengalokasian sumber daya, dan pemonitoran, pengevaluasian, dan pemberian imbalan terhadap kinerja.

Biaya

Biaya (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan (dibayarkan) untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat (pendapatan) pada saat ini atau di masa depan bagi perusahaan (Simamora, 2012:40). Pengertian biaya yang lain juga dikemukakan oleh Prawironegoro dan Purwati (2009: 19) bahwa Biaya merupakan pengorbanan untuk memperoleh harta, sedangkan beban merupakan pengorbanan untuk memperoleh pendapatan.

Kedua merupakan pengorbanan, namun tujuan berbeda. Witjaksono (2013:12) mengemukakan pendapat bahwa “biaya (cost) adalah pengorbanan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Biaya diukur dalam unit uang yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa. Pemahaman tentang perubahan biaya berdasarkan perubahan aktivitas sangat bermanfaat bagi manajer.

Manajer perusahaan harus mengetahui jenis biaya yang terlibat dan bagaimana biaya tersebut berperilaku jika aktivitas berubah.

(7)

7 Biaya Diferensial

Biaya Diferensial menurut Supomo (2012:103) adalah biaya yang berbeda dalam suatu kondisi, dibandingkan dengan kondisi – kondisi yang lain.

Prawironegoro (2009 : 259) memberikan pengertian biaya diferensial adalah sebagai berikut biaya diferensial yaitu biaya yang berbeda – beda akibat adanya tingkat produksi yang berbeda yang mengakibatkan perbedaan biaya tetap. Jadi, dapat disimpulkan bahwa biaya diferensial didefinisikan sebagai perbedaan biaya yang timbul akibat adanya keputusan tertentu. Misalnya manajemen melakukan penambahan volume produksi manajemen memilih alternatif proses produksi. Jika biaya diferensial itu disebabkan karena adanya penambahan volume produksi maka perbedaan itu dapat disebut dengan biaya incremental (Incremental Cost) atau biaya marginal (Marginal Cost).

Akuntansi Diferensial

Halim et al., (2013:102) Informasi Akuntansi Diferensial adalah informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan baik yang bersifat kuantitatif maupun non kuantitatif. Informasi akuntansi diferensial diperlukan oleh pihak manajemen untuk pengambilan keputusan mengenai pemilihan alternatif tindakan yang terbaik diantara beberapa alternatif keputusan yang tersedia. Halim et al., (2013 : 103) juga mengungkapkan informasi akuntansi diferensial terdiri dari pendapatan diferensial, aktiva diferensial, biaya diferensial, laba diferensial.

Simamora (2012:234) menyatakan ketika para manajer berupaya memangkas biaya dan meningkatkan daya saing produknya, mereka menghadapi

(8)

8 keputusan-keputusan perihal apakah perusahaan harus memproduksi sendiri beberapa komponen dalam perusahaan ataukah membeli pada perusahaan lain memasok suku cadang atau komponen tadi.

Menurut Mulyadi (2011:127) keputusan membuat sendiri atau membeli dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:

1. Penawaran harga dari pemasok luar.

2. Taksiran penghematan biaya.

3. Penggunaan fasilitas perusahaan. Praktik membeli barang atau jasa dari perusahaan lain biasanya disebut pengadaan dari luar (outsourcing).

Menyangkut membuat atau membeli, ketentuan keputusannya adalah membeli mana kala biaya tunai pembelian produk atau jasa lebih rendah dari pada biaya tunai pembuatan produk atau jasa tersebut; jikalau tidak, dibuat sendiri.

Penelitian Terdahulu

Hariawan (2014) melakukan penelitian berjudul analisis biaya diferensial dan biaya peluang dalam pengambilan keputusan membeli atau memproduksi sendiri pada RM. Pondok Teterusan, menemukan sebuah kesimpulan bahwa analisis biaya diferensial dan biaya peluang sangat bermanfaat bagi RM. Pondok Teterusan dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang lebih baik diambil oleh pihak RM. Pondok Teterusan adalah memproduksi sendiri karena biaya yang dikeluarkan lebih hemat jika dibandingkan dengan membeli ikan dari luar.

(9)

9 Antou et al., (2015) melakukan penelitian yang berjudul analisis penerapan biaya diferensial dalam pengambilan keputusan membeli atau memproduksi sendiri ikan mujair pada UD. Sederhana Decky. Dari penelitian tersebut ditemukan kesimpulan bahwa analisis biaya diferensial sangat bermanfaat bagi UD. Sederhana Decky dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang lebih baik diambil oleh pihak UD. Sederhana Decky adalah memproduksi sendiri ikan mujair karena biaya yang dikeluarkan lebih hemat jika dibandingkan dengan membeli ikan dari luar sehingga UD. Sederhana Decky dapat memperoleh laba yang lebih besar.

Rantung (2014) melakukan penelitian dengan judul penerapan biaya diferensial dalam pengambilan keputusan membeli atau memproduksi sendiri pada RM. Pangsit Tompaso. Kesimpulan yang dihasilkan adalah penggunaan informasi akuntansi diferensial sangat bermanfaat terhadap manajemen Mie Pangsit Tompaso. Perbandingan penghitungan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh kedua alternatif menunjukan bahwa memproduksi sendiri adalah keputusan yang lebih tepat karena mendapatkan laba diferensial yang lebih besar dari pada membeli dari luar.

(10)

10 METODA PENELITIAN

Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah analisis biaya diferensial dalam pengambilan keputusan membeli atau memproduksi sendiri ikan air tawar pada RM. Banyu Bening yang berada di Jl.Patimura Salatiga. Rumah makan milik Ibu Kotik Siti Zubaedah ini dibangun pada tahun 2006.

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif pengambilan keputusan taktis, yaitu metode pemilihan diantara berbagai alternatif dengan hasil yang langsung atau terbatas yang dapat dilihat.

Jenis Data Dan Sumber Data

Adapun jenis data yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Data kuantitatif, berupa data yang berhubungan dengan penerapan biaya diferensial dalam pengambilan keputusan membuat sendiri atau membeli produk dari luar seperti harga jual, jumlah produksi, pendapatan perusahaan serta data lainnya yang dapat menunjang pokok pembahasan.

2. Data kualitatif, berupa sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, proses produksi dan informasi lainnya yang relevan dengan penulisan ini. Selanjutnya sumber data yang digunakan adalah data primer. Data primer diperoleh dengan cara observasi dimana penulis mengamati langsung RM. Banyu Bening Salatiga

(11)

11 mengenai luas kolam atau area penangkaran ikan. Kemudian metode wawancara juga dilakukan oleh penulis kepada pemilik mengenai data yang dibutuhkan penulis diantaranya:

1. Harga beli ikan air tawar selama bulan Januari 2015-Desember 2016 2. Biaya perawatan ikan selama Januari 2015-Desember 2016

3. Jumlah penjualan ikan selama Januari 2015-Desember 2016

Data lain yang dibutuhkan diperoleh dengan melakukan wawancara mengenai produksi peternakan ikan air tawar yang baik dan benar kepada peternak ikan.

Metoda Analisis Data

Metoda analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metoda analisis deskriptif. Metoda ini merupakan suatu metoda yang bertujuan menguraikan, membandingkan, memberikan gambaran perusahaan, dan menerangkan suatu data kemudian dianalisis sehingga dapat membuat kesimpulan sesuai dengan informasi dan data yang telah ada. Penelitian ini juga menggunakan analisis kuantitatif, dan analisis kuantitatif yang digunakan yaitu informasi akuntansi diferensial karena menghitung biaya produksi perusahaan, dengan cara membandingkan biaya produksi pada saat memproduksi sendiri ikan tersebut dengan harga ikan yang ditawarkan oleh pemasok.

Teknik Analisis Data

Penulis menggunakan beberapa teknik analisis data sebagai berikut :

Langkah 1: Definisikan masalah

Adalah mengenali dan mendifinisikan masalah yang spesifik.

(12)

12 Langkah 2: Identifikasi beberapa alternatif

Adalah membuat daftar dan mempertimbangkan berbagai alternatif solusi yang layak atas masalah tersebut: eliminasi alternatif yang secara nyata tidak layak

Langkah 3: Identifikasi biaya dan manfaat yang berkaitan dengan setiap alternatif yang layak. Biaya dan manfaat yang terkait dengan setiap alternatif yang layak, telah diidentifikasi. Berbagai biaya yang benar-benar tidak relevan dapat dieliminasi dari pertimbangan.

Langkah 4: Hitung total biaya dan manfaat yang relevan untuk setiap alternatif yang layak

Langkah 5: Nilai faktor-faktor kualitatif

Faktor-faktor kualitatif dapat mempengaruhi keputusan manajer secara nyata. Faktor-faktor kualitatif merupakan faktor yang sulit dinyatakan dalam angka.

Langkah 6: Membuat Keputusan

Keputusan dapat dibuat setelah semua biaya dan manfaat yang relevan untuk setiap alternatif selesai dinilai, dan faktor-faktor kualitatif dipertimbangkan.

(13)

13 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Perusahaan

RM. Banyu Bening merupakan suatu usaha yang bergerak di bidang penjualan ikan lele, nila, dan gurame didirikan sejak tahun 2006 di Jl.Patimura – Domas, Salatiga oleh Ibu Kotik Siti Zubaidah. RM. Banyu Bening memiliki 18 orang karyawan diantaranya 3 karyawan dibagian ikan, 4 karyawan dibagian memasak, 1 karyawan dibagian minum, 1 karyawan dibagian mencuci piring, 1 supir, 4 orang karyawan dibagian pramusaji, 2 orang dibagian kebersihan, 1 orang penjaga malam dan 1 lainnya dibagian kasir. RM. Banyu Bening memiliki luas area usaha ± 3.200 M3 dengan luas kolam ikan 10x10 M3 dibagian depan dan beberapa kolam dibagian samping dan belakang sehingga sangat memungkinkan apabila RM. Banyu Bening berternak ikan sendiri. Dalam tahun 2016 RM. Banyu Bening membeli setidaknya 5 ton lebih (5000kg) ikan dari supplier untuk dijual.

Alasan RM. Banyu Bening selama ini membeli ikan dari supplier karena dirasa harganya lebih murah dari pasar dan lebih segar.

(14)

14 Membeli Ikan dari Supplier

Tabel 1. merupakan informasi jumlah pembelian ikan setiap bulannya selama tahun 2016 yang dibutuhkan RM. Banyu Bening apabila membeli ikan dari supplier.

Tabel 1.

Pembelian Ikan dari Supplier di RM. Banyu Bening Selama Tahun 2016

Bulan

Jumlah Ikan Nila (Kg)

Jumlah Ikan Lele (Kg)

Jumlah Ikan Gurame (Kg)

Januari 200 15 150

Februari 150 15 125

Maret 200 15 150

April 250 20 150

Mei 200 25 175

Juni 400 35 200

Juli 450 40 225

Agustus 200 30 150

September 200 25 150

Oktober 200 25 175

November 250 25 150

Desember 300 30 200

Total 3000 300 2000

Sumber: R.M Banyu Bening

Pada tahun 2016 RM. Banyu Bening membeli 3 jenis ikan air tawar dari supplier antara lain ikan nila, lele dan gurame. Dimana jumlah pembelian ikan

(15)

15 setiap bulannya tidaklah selalu sama karena disesuaikan dengan kebutuhan. Pada bulan Juni dan Juli terjadi peningkatan jumlah pembelian ikan dari supplier.

Peningkatan tersebut disebabkan adanya puasa dan hari raya. Ada pun kerugian yang dirasakan RM. Banyu Bening apabila membeli ikan dari supplier adalah seringnya ikan yang mati dalam perjalanan terutama ikan nila dan terjadi penyusutan berat ikan sebesar 10%.

Jumlah biaya yang harus dikeluarkan RM. Banyu Bening apabila membeli ikan selama tahun 2016 dari supplier disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2.

Biaya Membeli Ikan dari Supplier Tahun 2016

Jenis Ikan Jumlah Ikan

Harga Rata-rata per Kg

Biaya Pembelian Ikan Dalam 1 Tahun

Nila 3 Ton (6000 ekor) Rp30.000 Rp90.000.000

Lele 300 Kg (1200 ekor) Rp20.000 Rp6.000.000 Gurame 2 Ton (2000 ekor) Rp40.000 Rp80.000.000

Total Rp176.000.000

Sumber : Data olahan RM. Banyu Bening (2016)

Pada tahun 2016 RM. Banyu Bening membeli sekitar 5,3 Ton ikan.

Dimana 3 Ton ikan nila, 300 Kg ikan lele dan 2 Ton ikan gurame. Berat rata-rata untuk ikan nila adalah untuk setiap 1 kg ikan nila berisi 2 ekor ikan nila atau berat setiap ikan nila sekitar 400-600 gram. Kemudian dalam tahun 2016 rata-rata harga

(16)

16 beli ikan nila adalah Rp30.000 per Kg. Jadi pada tahun 2016 RM. Banyu Bening mengeluarkan biaya sebesar Rp90.000.000 untuk membeli ikan nila.

Untuk pembelian ikan lele pada tahun 2016 adalah sebanyak 300 Kg, dimana berat rata-rata ikan lele adalah 250-350 gram. Harga beli ikan lele pada tahun 2016 rata-rata adalah Rp20.000 per Kg. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membeli ikan lele pada tahun 2016 adalah sebanyak Rp6.000.000.

Pembelian ikan gurame pada tahun 2016 adalah sebanyak 2 Ton, dimana berat rata-rata ikan gurame tersebut adalah 1 kg untuk dijual. Harga beli ikan gurame pada tahun 2016 adalah Rp40.000 per Kg. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli ikan gurame pada tahun 2016 adalah Rp80.000.000.

Memproduksi Sendiri Ikan Air Tawar

Pembibitan Ikan Nila

Ikan nila yang dibeli oleh RM. Banyu Bening pada tahun 2016 adalah sebanyak 3000 Kg (Lihat Lampiran 1). Maka dari itu disini penulis melakukan perhitungan secara teknis berternak ikan menurut petani ikan. Berat rata-rata untuk ikan nila adalah untuk setiap 1 kg ikan nila berisi 2 ekor ikan nila atau berat setiap ikan nila sekitar 400-600 gram. Sehingga dari 3000 Kg ikan tersebut akan menghasilkan 6000 ekor ikan nila. Lamanya waktu untuk membesarkan ikan nila dari bibitnya adalah 4 bulan sebelum siap untuk dikonsumsi. Dari tabel timeline bibit ikan nila sudah diketahui pembelian ikan yang dilakukan oleh RM. Banyu Bening selama tahun 2016 sehingga lalu disesuaikan bagaimana pada bulan tersebut ikan yang diternak sudah siap konsumsi. Pada Januari 2016 RM. Banyu

(17)

17 Bening membeli dari supplier sebanyak 200 Kg atau sekitar 400 ekor ikan. Maka dari itu jika berternak sendiri bibit yang diternak harus mulai dipersiapkan dari bulan september 2015 sebanyak 400 ikan ditambah 15% tingkat risiko kematian jadi 460 bibit ikan nila. Pada bulan Februari 2016 RM. Banyu Bening membeli dari supplier 150 Kg ikan nila atau sekitar 300 ekor ikan nila. Maka yang perlu dipersiapkan apabila berternak sendiri adalah adalah 345 ekor ikan nila pada bulan Oktober 2015. Pada bulan Maret 2016 RM. Banyu Bening membeli 400 ekor ikan nila dari supplier. Bila berternak sendiri maka bibit yang dipersiapkan adalah 460 bibit ikan pada bulan November 2015.

Pembibitan Ikan Lele

Ikan lele yang dibeli oleh RM. Banyu Bening pada tahun 2016 adalah sebanyak 300 Kg (Lihat Lampiran 1). Maka dari itu penulis melakukan perhitungan secara teknis berternak ikan menurut petani ikan. Berat rata-rata untuk ikan lele adalah untuk setiap 1 kg ikan lele berisi 4 ekor ikan lele atau berat setiap ikan lele sekitar 250-350 gram. Sehingga dari 300 Kg ikan tersebut akan menghasilkan 1200 ekor ikan lele. Lamanya waktu untuk membesarkan ikan lele dari bibitnya adalah 2 bulan sebelum siap untuk dikonsumsi. Dari tabel timeline bibit ikan lele sudah diketahui pembelian ikan yang dilakukan oleh RM. Banyu Bening selama tahun 2016 sehingga tinggal disesuaikan bagaimana pada bulan tersebut ikan yang kita ternak sudah siap konsumsi. Pada Januari 2016 RM.

Banyu Bening membeli dari supplier sebanyak 15 Kg atau sekitar 60 ekor ikan lele. Maka dari itu jika berternak sendiri bibit yang diternak harus mulai dipersiapkan dari bulan November 2015 sebanyak 60 ekor ikan lele ditambah

(18)

18 15% tingkat risiko kematian jadi 69 bibit ikan lele. Pada bulan Februari 2016 RM.

Banyu Bening membeli dari supplier 15 Kg ikan lele atau sekitar 60 ekor ikan lele. Maka dari itu yang perlu dipersiapkan apabila berternak sendiri adalah adalah 69 ekor ikan lele pada bulan Desember 2015. Pada bulan Maret 2016 RM. Banyu Bening masih membeli 60 ekor ikan lele dari supplier. Bila berternak sendiri maka bibit yang dipersiapkan adalah 69 bibit ikan pada bulan Januari 2016.

Pembibitan Ikan Gurame

Ikan gurame yang dibeli oleh RM. Banyu Bening pada tahun 2016 adalah sebanyak 2000 Kg (Lihat Lampiran 1). Maka dari itu disini penulis melakukan perhitungan secara teknis berternak ikan menurut petani ikan. Berat rata-rata untuk ikan gurame adalah untuk setiap 1 kg ikan gurame berisi 1 ekor ikan gurame atau berat setiap ikan gurame sekitar 1 kg. Sehingga dari 2000 Kg ikan tersebut akan menghasilkan 2000 ekor ikan gurame. Lamanya waktu untuk membesarkan ikan gurame dari bibitnya adalah 1 tahun sebelum siap untuk dikonsumsi. Dari tabel timeline bibit ikan gurame sudah diketahui pembelian ikan yang dilakukan oleh RM. Banyu Bening selama tahun 2016 sehingga tinggal disesuaikan bagaimana pada bulan tersebut ikan yang diternak sudah siap konsumsi. Pada Januari 2016 RM. Banyu Bening membeli dari supplier sebanyak 150 Kg atau sekitar 150 ekor ikan gurame. Maka jika berternak sendiri bibit yang diternak harus mulai dipersiapkan dari bulan Januari 2015 sebanyak 150 ekor ikan ditambah 15% tingkat risiko kematian jadi 172 bibit ikan gurame. Pada bulan Februari 2016 RM. Banyu bening membeli dari supplier 125 Kg ikan gurame atau sekitar 125 ekor ikan gurame. Maka dari itu yang perlu dipersiapkan apabila

(19)

19 berternak sendiri adalah 144 ekor ikan gurame pada bulan februari 2015. Pada bulan Maret 2016 RM. Banyu Bening membeli 150 ekor ikan gurame dari supplier. Bila berternak sendiri maka bibit yang dipersiapkan adalah 172 bibit ikan pada bulan Maret 2015.

Pada Tabel 3. Mengidentifikasi biaya bahan baku dan bahan pembantu apabila R.M Banyu Bening ingin memproduksi sendiri ikan nila, lele, dan gurame.

Tabel 3.

Biaya Bahan Baku dan Bahan Pembantu

Ikan Nila Ikan Lele Ikan Gurame

Bibit Rp655.500 Rp483.000 Rp3.450.000

Pakan pf.1000 Rp3.000.000 Rp6.000.000

Pakan 781-2 Rp2.400.000 Rp4.800.000

Pelet Rp2.000.000

Obat Rp400.000 Rp400.000 Rp800.000

Rp6.455.500 Rp2.883.000 Rp15.050.000

Total

Rp24.388.50

Sumber : Data Petani Ikan 2016

Jika ingin memproduksi sendiri ikan nila sesuai jumlah pembelian RM.

Banyu Bening pada tahun 2016 yaitu 6000 ekor ikan, maka harus membeli bibit ikan nila seharga Rp95 per ekor. Dengan estimasi tingkat kematian 15% maka

(20)

20 jumlah bibit ikan yang dibeli adalah sebanyak 6900 ekor. Sehingga biaya yang dikeluarkan adalah Rp655.550. Jenis makanan ikan nila yang digunakan adalah jenis Pf.1000 seharga Rp150.000 per karungnya (satu karung sekitar 40Kg).

Dalam 16 bulan kira-kira dibutuhkan 20 sak karung atau sekitar 8.000 Kg makanan ikan sehingga biaya yang dikeluarkan sebesar Rp3.000.000. Selanjutnya makanan lain untuk kualitas ikan yang super diberi makanan jenis 781-2 yang sedikit lebih mahal namun kebutuhannya tidak terlalu banyak. Dalam 16 bulan kira-kira dibutuhkan 10 sak karung atau sekitar 3000 Kg. Setelah itu ditambahkan juga obat dengan biaya Rp400.000.

Untuk memproduksi sendiri ikan lele sesuai jumlah pembelian RM. Banyu Bening pada tahun 2016 yaitu 1200 ekor ikan, maka harus membeli bibit ikan lele seharga Rp350 per ekor. Dengan estimasi tingkat kematian 15% maka jumlah bibit ikan yang dibeli adalah sebanyak 1380 ekor. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit lele adalah Rp483.000. Jenis makanan ikan lele yang digunakan adalah pelet. Untuk pembelian pelet selama 14 bulan berternak lele dibutuhkan biaya sekitar Rp2.000.000 untuk persediaan selama 14 bulan.

Setelah itu ditambahkan juga obat dengan biaya Rp400.000.

Dalam memproduksi sendiri ikan gurame sesuai jumlah pembelian RM.

Banyu Bening pada tahun 2016 yaitu 2000 ekor ikan, maka harus membeli bibit ikan gurame seharga Rp1.500 per ekor. Dengan estimasi tingkat kematian 15%

maka jumlah bibit ikan yang dibeli adalah sebanyak 2.300 ekor. Sehingga biaya yang dikeluarkan adalah Rp3.450.000. Jenis makanan ikan gurame yang digunakan adalah jenis Pf.1000 seharga Rp150.000 per karungnya (satu karung

(21)

21 sekitar 40Kg). Dalam dua tahun kira-kira dibutuhkan 40 sak karung atau sekitar 16.000 Kg makanan ikan sehingga biaya yang dikeluarkan sebesar Rp6.000.000.

Selanjutnya makanan lain untuk kualitas ikan yang super diberi makanan jenis 781-2 yang sedikit lebih mahal namun kebutuhannya tidak terlalu banyak. Dalam dua tahun kira-kira dibutuhkan 20 sak karung atau sekitar 6.000 Kg. Setelah itu ditambahkan juga obat dengan biaya Rp800.000 untuk pemakaian 2 tahun.

Tabel 4. Menjelaskan total biaya dan manfaat yang relevan untuk setiap alternatif yang layak seperti perawatan kolam dan saluran air, biaya tenaga kerja, tambahan biaya air dan kolam, peralatan beternak dan jaring ikan.

Tabel 4.

Biaya Overhead

Biaya Operasional

Biaya per Tahun

Jangka

Waktu Total

Perawatan Kolam Ikan Rp2.000.000 2 Tahun Rp4.000.000

Perawatan Saluran Air Rp1.000.000 2 Tahun Rp2.000.000

Tambahan 2 Tenaga Kerja Rp24.000.000 2 Tahun Rp48.000.000 Tambahan Biaya Air dan

Listrik Rp15.000.000 2 Tahun Rp30.000.000

Peralatan Berternak Rp1.500.000 2 Tahun Rp3.000.000 Jaring Ikan Rp1.000.000 2 Tahun Rp2.000.000 Total Rp89.000.000

(22)

22 Sumber : Hasil Data olahan 2016

Dalam memproduksi sendiri ikan tentu dibutuhkan pula tambahan peralatan dan juga biaya yang akan dikeluarkan RM. Banyu Bening. Beberapa kebutuhan sudah dimiliki RM. Banyu Bening seperti kolam, mobil transportasi dan lokasi yang baik untuk berternak. Beberapa material yang belum dimiliki dan perlu ditambahkan diantaranya seperti jaring ikan dan peralatan perikanan perlu ditambahkan untuk menunjang operasional. Kemudian tentu untuk menjaga komoditas ikan agar tetap terjaga perlu adanya perawatan kolam ikan berkala seperti membersihkan kolam, air dan saluran airnya. Kemudian mengingat sebelumnya RM. Banyu Bening belum menggunakan sistem berternak sendiri maka perlu ditambahkan 2 orang karyawan untuk mengurus peternakan dengan gaji perbulannya adalah Rp1.000.000. Setelah itu karena dalam operasional peternakan akan memerlukan air dan tenaga listrik yang sebenarnya tidak terlalu banyak, namun diasumsikan bahwa penggunaan air dan listrik akan bertambah 50% dari beban awal.

Total Biaya= Rp24.388.500+Rp89.000.000 = Rp113.388.500

Setelah semua biaya dan manfaat yang relevan untuk setiap alternatif telah selesai dinilai, dan faktor-faktor kualitatif dipertimbangkan barulah keputusan dapat dibuat.

(23)

23 Pada Tabel 5. Menjelaskan perbandingan biaya apabila R.M Banyu Bening memproduksi sendiri dengan membeli dari luar.

Tabel 5.

Perbandingan Biaya Memproduksi Sendiri atau Membeli dari Luar

Membeli Dari Luar

Memproduksi Sendiri

Biaya Bahan Baku Rp4.588.500

Biaya Pembantu Rp19.800.000

Biaya Overhead Rp89.000.000

Membeli dari Supplier Rp176.000.000

Total Rp176.000.000

Rp113.388.500

Penghematan Biaya

Rp62.611.500

Perbandingan biaya yang dikeluarkan RM. Banyu Bening apabila membeli ikan dari luar dan memproduksi sendiri yang disajikan tabel diatas nampak ada biaya diferensial. Biaya yang dikeluarkan apabila membeli ikan dari supplier dalam 1 tahun adalah Rp 176.000.000. Sedangkan apabila RM. Banyu Bening memproduksi sendiri ikan tersebut hanya akan mengeluarkan biaya Rp 113.388.500 untuk mendapatkan jumlah ikan yang sama dan akan terjadi penghematan biaya sebesar Rp 62.611.500. Tetapi dalam kenyataannya RM.Banyu Bening memilih alternatif membeli dari luar karena dalam

(24)

24 memproduksi tiga jenis ikan tersebut membutuhkan jangka waktu 12 bulan sehingga tidak memungkinkan rumah makan memproduksi ikan untuk kebutuhan sehari.

PEMBAHASAN

Analisis biaya diferensial yang dilakukan pada RM. Banyu Bening yang bertujuan untuk meningkatkan laba harus diambil keputusan antara membeli bahan baku dari luar atau memproduksi sendiri. Adanya biaya diferensial yang muncul saat dilakukan penelitian pada RM. Banyu Bening yaitu memproduksi sendiri ikan nila, gurame dan lele. Biaya yang akan dikeluarkan RM. Banyu Bening dalam 1 tahun akan lebih rendah dibandingkan membeli ikan nila, gurame dan lele dari luar.

Dari data yang diperoleh mengenai biaya yang dikeluarkan RM. Banyu Bening untuk membeli ikan dari supplier selama tahun 2016 dan biaya untuk beternak ikan yang diperoleh dari petani ikan dapat diperoleh hasil bahwa:

1. Biaya untuk menghasilkan 5,3 Ton ikan dalam 1 tahun jika:

- Membeli dari Supplier = Rp 176.000.000 - Berternak Sendiri = Rp 113.388.500

Penghematan apabila berternak sendiri adalah Rp62.611.500. Untuk itu sebaiknya R.M Banyu Bening memproduksi sendiri ikan nila, gurame dan lele

(25)

25 agar pengeluaran biaya lebih rendah dan tentunya laba yang diperoleh juga lebih tinggi.

2. Ikan yang didapatkan akan lebih segar daripada memasok dari supplier dengan menggunakan sistem menambah bibit setiap bulannya. RM. Banyu Bening akan memiliki stok ikan dengan ukuran (Berat) yang lebih banyak.

Tentunya akan lebih memuaskan konsumen untuk memilih ukuran ikan yang diinginkan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Antou (2015), menunujukan bahwa memproduksi sendiri lebih menguntungkan daripada membeli dari luar.

Begitu juga penelitian dari Rantung (2014) dan Hariawan (2014) diperoleh hasil bahwa memproduksi sendiri lebih menguntungkan daripada membeli dari luar.

(26)

26 PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah analisa biaya diferensial pada RM.

Banyu Bening sangat bermanfaat untuk meningkatkan laba. Hasil yang diperoleh sebaiknya RM. Banyu Bening lebih memilih memproduksi sendiri ikan nila, gurame dan lele untuk memperoleh laba yang lebih tinggi.

Saran bagi perusahaan

Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya RM. Banyu Bening memproduksi sendiri ikan nila, gurame dan lele untuk menghemat biaya produksi sehingga diharapkan dapat menambah laba yang didapat. Selain itu juga agar RM.

Banyu Bening bisa lebih memaksimalkan manfaat kolam yang ada.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama telah berjalan sesuai rencana, tetapi hasil evaluasi siklus pertama pada tabel 4.2 bahwa 13,04% siswa yang tuntas dari

Berdasarkan uraian di atas, fenomena initial return merupakan salah satu hal yang menarik untuk dibahas. Penelitian ini merupakan pengembangan dari beberapa penelitian

Selain adanya landasan teoritikal berupa federalisme ideologis yang diserap Indonesia pasca otonomi daerah, alasan lain dari perspektif hukum tata negara yang dapat dijadikan dasar

Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini, hipotesis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran IPA berbasis masalah Problem Based Learning terhadap kemampuan

21 Selain program umum yang meliputi Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq, terdapat beberapa program pokok dalam kebijakan dan konsep Gerakan Pembangunan masyarakat Islami

Setelah itu diadakan kategori yang termasuk data primer dan yang termasuk data sekunder baik itu sumber tulisan ataupun yang lainnya karena tidak semua sumber yang masuk

8QWXN LWX VHWLGDNQ\D SHUOX GLFDWDW GXD DVSHN WHUNDLW GHQJDQ ULVLNR SHQ\DOXUDQ \DLWX GDUL VLVL SHQJHOROD DWDX OHPEDJD ]DNDW LWX VHQGLUL GDQ GDUL VLVL GDPSDN QHJDWLI SHQ\DOXUDQ GDQD

mewajibkanya yakni setara atau lebih dari 85 gram emas maka harta yang wajib dikeluarkan hanya 2,5 % saja. Misalnya: seseorang memiliki harta sebanyak Rp. Para fuqoha