• Tidak ada hasil yang ditemukan

*********** P E T U N J U K T E K N I S INVENTARISASI, PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN TELANTAR. Kementerian Agraria dan Tata Ruang / BPN RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "*********** P E T U N J U K T E K N I S INVENTARISASI, PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN TELANTAR. Kementerian Agraria dan Tata Ruang / BPN RI"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

i

***********

P E T U N J U K T E K N I S

INVENTARISASI, PENERTIBAN DAN

PENDAYAGUNAAN KAWASAN TELANTAR

2022

Disusun Oleh : Direktorat Penertiban Penguasaan, Pemilikan dan Penggunaan Tanah

Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang

Kementerian Agraria dan Tata Ruang / BPN RI

(2)
(3)

i KATA PENGANTAR

Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa bumi, air serta kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berkenaan dengan pengelolaannya, sesuai dengan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- pokok Agraria (UUPA), Negara mempunyai kekuasaan untuk mengatur peruntukan, penggunaan, persediaan, pemeliharaan bumi, air, ruang angkasa serta kekayaan yang terkandung di dalamnya.

Dalam upaya pengendalian ruang dan tanah sebagai sumber kesejahteraan negara dan masyarakat, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang dan Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/

Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional diberi tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian pemanfaatan ruang, pengendalian alih fungsi lahan, pengendalian wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu, penertiban pemanfaatan ruang, dan penertiban penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penertiban Kawasan dan Ruang.

Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Direktorat Penertiban Penguasaan, Pemilikan dan Penggunaan Tanah sebagai unit kerja dibawah Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan program, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan

(4)

ii supervisi, serta pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang penertiban penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah.

Untuk pelaksanaan tugas yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional, Direktorat Penertiban Penguasaan, Pemilikan dan Penggunaan Tanah menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a. Penyiapan perumusan kebijakan dan program di bidang penertiban penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah;

b. Pelaksanaan kebijakan dan program di bidang penertiban penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah;

c. Pelaksanaan penertiban penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah;

d. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penertiban penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah;

e. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penertiban penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah;

f. Penyusunan rekomendasi pendayagunaan tanah hasil penertiban penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah;

g. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang penertiban penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah; dan

h. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Tugas dan fungsi Penertiban Penguasaan, Pemilikan dan Penggunaan Tanah tersebut juga dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, sebagaimana telah diatur dalam Pasal 17 dan Pasal 33 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan.

(5)
(6)

iv

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang ... 1

B. Dasar Hukum ... 5

C. Maksud dan Tujuan ... 6

D. Ruang Lingkup ... 6

E. Waktu Kegiatan ... 9

F. Pembiayaan ... 12

BAB II INVENTARISASI KAWASAN TERINDIKASI TELANTAR A. Pelaksana ... 13

B. Pelaksanaan ... 14

C. Tata Cara Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar ... 16

1. Persiapan ... 17

a. Verifikasi Laporan atau Informasi ... 17

b. Pengumpulan Data ... 18

c. Penyusunan Rencana Jadwal ... 18

d. Penyiapan Administrasi dan Sarana Penunjang ... 19

2. Pemantauan ... 20

a. Penguasaan Kawasan ... 20

b. Tanda Batas dan Pengamanan Kawasan ... 21

c. Penggunaan dan Pemanfaatan Kawasan ... 21

3. Pengolahan Data ... 22

a. Pengolahan Data Tekstual ... 22

b. Pengolahan Data Spasial ... 22

D. Pelaporan Data Hasil Inventarisasi ... 23

E. Pengelolaan Data Kawasan Telantar ... 23

BAB III PENERTIBAN KAWASAN TELANTAR A. Objek Penertiban Kawasan Telantar ... 24

1. Objek Penertiban Kawasan Telantar ... 24

2. Objek dikecualikan dalam Penertiban Kawasan Telantar.25 B. Kegiatan Dalam Penertiban Kawasan Telantar ... 25

C. Tata Cara Pendayagunaan Kawasan Telantar ... 26

1. Tahapan Evaluasi Kawasan Telantar ... 26

2. Tahapan Masa Pemberitahuan ... 32

3. Tahapan Peringatan Kawasan Telantar ... 34

4. Penetapan Kawasan Telantar ... 38

5. Usulan Penghapusan dari Basis Data Tanah Terindikasi Telantar ... 39

6. Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan Penertiban Kawasan Telantar ... 40

(7)

v

D. Tindak Lanjut Hasil Penertiban Kawasan Telantar ... 41

1. Tindak Lanjut Keputusan Penetapan Kawasan Telantar 41 2. Tindak Lanjut Usulan Penghapusan dari Basis Data Kawasan Terindikasi Telantar ... 42

BAB IV PENDAYAGUNAAN KAWASAN TELANTAR A. Objek Pendayagunaan Kawasan Telantar ... 46

B. Kegiatan Dalam Pendayagunaan Kawasan Telantar ... 46

C. Tata Cara Pendayagunaan Kawasan Telantar ... 47

1. Identifikasi Obyek Kawasan ... 48

2. Pelaksanaan Pengaman Kawasan ... 49

3. Pengusulan Penetapan Peruntukan Pendayagunaan Kawasan ... 50

4. Rapat/Ekspose Pendayagunaan Kawasan ... 52

5. Penyusunan Risalah Pengolahan Data dan Draft Penetapan Peruntukan Pendayagunaan Kawasan ... 54

D. Tata Cara Pelaksanaan Keputusan Penetapan Peruntukan Pendayagunaan Kawasan ... 55

E. Basis Data Pendayagunaan Kawasan ... 56

F. Pengawasan dan Pengendalian Pendayagunaan Kawasan 57 G. Pelaporan Pendayagunaan Kawasan ... 58

BAB V PELAPORAN ... 59

BAB VI PENUTUP ... 60

LAMPIRAN ... 61

DAFTAR GAMBAR ... 117

(8)

vi

Lampiran 1. Tabulasi Data Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar.62 Lampiran 2. Keputusan Penetapan Lokasi Kegiatan Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar ... 63

Lampiran 3. Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Inventarisasi Kawasan Telantar kepada Pemegang Izin/Konsesi/ Perizinan Berusaha ... 65

Lampiran 4. Peta Kerja Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar ... 66

Lampiran 5. Daftar Isian Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar .. 69

Lampiran 6. Pengelompokan Data Tekstual/Basis Data Kawasan Terindikasi Telantar ... 70

Lampiran 7. Peta Penguasaan Kawasan Hasil Inventarisasi ... 71

Lampiran 8. Peta Penguasaan Kesesuaian Peruntukan Kawasan Hasil Inventarisasi ... 74

Lampiran 9. Peta Penguasaan Kesesuaian Pemanfaatan Kawasan Hasil Inventarisasi ... 77

Lampiran 10. Keputusan Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) ... 80

Lampiran 11. Keputusan Penetapan Lokasi Kegiatan Penertiban Kawasan Terindikasi Telantar ... 82

Lampiran 12. Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Evaluasi Kawasan Telantar Kepada Pemegang Izin/Konsesi/ Perizinan Berusaha ... 84

Lampiran 13. Laporan Kemajuan Pengusahaan, Penggunaan, dan/atau Pemanfaatan Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha Dalam Masa Evaluasi ... 85

Lampiran 14. Berita Acara Sidang Pokja Evaluasi Kawasan Telantar ... 86

Lampiran 15. Laporan Hasil Evaluasi Kawasan Telantar ... 88

Lampiran 16. Surat Pemberitahuan Hasil Evaluasi Kepada Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha ... 89

Lampiran 17. Laporan Kemajuan Pengusahaan, Penggunaan, dan/atau Pemanfaatan Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha Dalam Masa Pemberitahuan ... 90

Lampiran 18. Laporan Hasil Evaluasi Setelah Masa Pemberitahuan ... 91

Lampiran 19. Surat Peringatan Pertama ... 92

Lampiran 20. Surat Peringatan Kedua ... 93

(9)

vii Lampiran 21. Surat Peringatan Ketiga ... 94 Lampiran 22. Laporan Kemajuan Pengusahaan, Penggunaan, dan/atau

Pemanfaatan Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha

Dalam Masa Peringatan ... 95 Lampiran 23. Laporan Hasil Evaluasi Pada Akhir Masa

Peringatan 1, 2 dan 3 ... 96 Lampiran 24. Penetapan Kawasan Telantar oleh Pimpinan Instansi ... 99 Lampiran 25. Penetapan Kawasan Telantar oleh Menteri ... 101 Lampiran 26. Usulan Penghapusan dari Basis Data

Kawasan Terindikasi Telantar ... 103 Lampiran 27. Pengumuman di Surat Kabar mengenai Pencabutan

Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha ... 105 Lampiran 28. Papan Pengumuman mengenai Pencabutan

Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha ... 106 Lampiran 29. Surat Pernyataan Penggarap ... 107 Lampiran 30. Berita Acara Penelitian/Peninjauan Lapang

Objek Kawasan ... 108 Lampiran 31. Keputusan Penetapan Peruntukan Pendayagunaan

Kawasan Telantar Oleh Pimpinan Instansi ... 112 Lampiran 32. Basis Data Pendayagunaan Kawasan ... 114 Lampiran 33. Sistematika Pelaporan Calon Objek Penetapan

Peruntukan Pendayagunaan Kawasan ... 115 Lampiran 34. Sistematika Pelaporan Pelaksanaan Pendayagunaan

Kawasan ... 116

(10)

viii

DAFTAR TABEL Tabel 1. Tahapan Inventarisasi Kawasan Telantar (Tahun Kesatu) ... 9

Tabel 2. Tahapan Evaluasi (Tahun Kesatu) ... 10

Tabel 3. Tahapan Pemberitahuan (Tahun Kedua) ... 10

Tabel 4. Tahapan Peringatan I (Tahun Kedua) ... 10

Tabel 5. Tahapan Peringatan II dan Peringatan III (Tahun Ketiga) ... 11

Tabel 6. Usulan Penetapan Kawasan Telantar atau Penghapusan dari Basisdata Kawasan (Tahun Ketiga) ... 11

Tabel 7. Tahapan Pendayagunaan Kawasan Telantar (Tahun Keempat) ... 12

(11)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Alir Proses Inventarisasi Kawasan

Terindikasi Telantar ... 118 Gambar 2. Diagram Alir Proses Penertiban dan Pendayagunaan

Kawasan Telantar ... 119 Gambar 3. Diagram Alir Proses Pendayagunaan Kawasan Telantar... 120

(12)
(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi rakyat, bangsa dan Negara Indonesia, yang harus diusahakan, dimanfaatkan, dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan tidak boleh ditelantarkan. Penelantaran terhadap tanah merupakan tindakan yang tidak bijaksana, tidak ekonomis dan tidak berkeadilan, serta juga merupakan pelanggaran terhadap kewajiban yang harus dijalankan para Pemegang Hak atau pihak yang telah memperoleh dasar penguasaan tanah. Penelantaran tanah juga berdampak pada terhambatnya pencapaian berbagai tujuan program pembangunan, rentannya ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi nasional, tertutupnya akses sosial-ekonomi masyarakat khususnya petani pada tanah, serta terusiknya rasa keadilan dan harmoni sosial.

Saat ini penelantaran tanah semakin menimbulkan kesenjangan sosial, ekonomi, dan kesejahteraan rakyat serta menurunkan kualitas lingkungan. Oleh sebab itu, penelantaran tanah harus dicegah dan ditertibkan untuk mengurangi atau menghapus dampak negatifnya.

Dengan demikian pencegahan, penertiban, dan pendayagunaan kawasan telantar merupakan langkah dan prasyarat penting untuk menjalankan program-program pembangunan nasional, terutama di bidang agraria yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, serta Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJM).

Seiring dengan dinamika pembangunan nasional, selain kawasan telantar, saat ini berdasarkan fakta di lapangan juga terdapat cukup banyak kawasan telantar. Apabila tidak segera ditangani, penelantaran kawasan dapat mengakibatkan semakin tingginya kesenjangan sosial dan ekonomi serta semakin menurunnya kualitas lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu pengaturan untuk mengantisipasi atau meminimalisasi dampak negatif dari penelantaran kawasan.

(14)

2 Kawasan telantar adalah kawasan non kawasan hutan yang belum dilekati Hak Atas Tanah yang telah memiliki Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha, yang sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan, dan/atau tidak dimanfaatkan. Yang dimaksud dengan “Izin" dapat berupa lzin Usaha Pertambangan (IUP), Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), Izin Usaha Kawasan Industri (IUKI), Izin Tanda Daftar Usaha Pariwisata (Izin TDUP), dan sebagainya. Yang dimaksud dengan

"Konsesi" dapat berupa Konsesi pembukaan tambang, Konsesi perkebunan sawit, Konsesi jalan tol, Konsesi pelabuhan, dan sebagainya. Yang dimaksud dengan "Perizinan Berusaha" dapat berupa kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, persetujuan lingkungan, persetujuan bangunan gedung, sertifikat laik fungsi, dan sebagainya.

Selain didasarkan pada kondisi sebagaimana dijelaskan di atas, pengaturan terhadap kawasan telantar dimaksudkan pula untuk melaksanakan amanat dari Pasal 180 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Sebagai pelaksanaan amanat dari Pasal 180 Undang Undang Cipta Kerja tersebut saat ini sudah ada Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan dan Tanah Telantar jo. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 20 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penertiban dan Pendayagunaan Kawasan dan Tanah Telantar. Peraturan Pemerintah tersebut setidaknya menyiratkan dua hal yaitu: Pertama, Pencegahan terjadinya penelantaran kawasan dan tanah. Rancangan Peraturan Pemerintah tersebut lebih menekankan terhadap aspek pencegahan agar kawasan dan tanah yang sudah diberikan Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan oleh Negara tidak ditelantarkan. Aspek pencegahan ini tercermin pada pasal-pasal yang mengatur mengenai prosedur penertiban kawasan telantar, mulai dari inventarisasi, evaluasi serta peringatan-peringatan kepada Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha. Melalui prosedur penertiban tersebut diharapkan Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha akan memanfaatkan kembali tanahnya. Kedua, Sanksi terhadap penelantaran kawasan dan tanah. Apabila setelah dilakukan

(15)

3 penertiban, Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha tetap tidak memanfaatkan kawasannya maka diberikan sanksi dengan menetapkan kawasan sebagai kawasan telantar. Dengan demikian untuk melaksanakan penertiban kawasan telantar sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 180 Undang Undang Cipta Kerja perlu dilakukan inventarisasi terhadap kawasan terindikasi telantar yang pelaksanaannya melibatkan instansi terkait yang menerbitkan Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa penertiban kawasan telantar merupakan “upaya pencegahan (optimalisasi penggunaan dan pemanfaatan kawasan sesuai dengan peruntukannya oleh Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha)” serta “upaya penindakan (penetapan kawasan telantar terhadap obyek kawasan yang tidak digunakan, dimanfaatkan dan diusahakan sesuai dengan Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha).

Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 20 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penertiban dan Pendayagunaan Kawasan dan Tanah Telantar (sebagai peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan dan Tanah Telantar, dalam Pasal 6, diatur jenis-jenis Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha yang menjadi objek penertiban kawasan telantar, sebagai berikut :

1. kawasan pertambangan;

2. kawasan perkebunan;

3. kawasan industri;

4. kawasan pariwisata;

5. kawasan perumahan/permukiman skala besar/terpadu; atau 6. kawasan lain yang penguasahaan, penggunaan dan/atau

pemanfaatannya didasarkan pada Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha yang terkait dengan pemanfaatan tanah dan ruang.

Terhadap Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha yang ditetapkan sebagai kawasan telantar, izinnya dicabut oleh Instansi yang berwenang, dan ditegaskan sebagai kawasan yang dikuasai langsung

(16)

4 oleh Negara. Kawasan yang sudah ditetapkan sebagai Kawasan Telantar tersebut akan dilakukan pendayagunaan. Pendayagunaan adalah pengusahaan dan penataan kembali agar dapat mendatangkan hasil dan manfaat untuk kepentingan pihak lain dan negara. Sehingga dalam rangka pendayagunaan Kawasan, dimaksudkan dalam rangka pengusahaan dan penataan kembali Kawasan agar dapat mendatangkan hasil dan manfaat untuk kepentingan pihak lain dan negara.

Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 20 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Telantar, peruntukan penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan Kawasan didayagunakan untuk kepentingan pihak lain dan negara melalui:

1. Pihak Lain;

Pihak lain yang memiliki kemampuan dan sumber daya yang memadai paling sedikit mencakup aspek ekonomi dan sumber daya manusia melalui mekanisme yang transparan dan kompetitif dapat berupa proses lelang secara terbuka sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

2. Bank Tanah;

Badan Bank Tanah yang selanjutnya disebut Bank Tanah adalah badan khusus (sui generis) yang merupakan badan hukum Indonesia yang dibentuk oleh pemerintah pusat yang diberi kewenangan khusus untuk mengelola tanah.

Untuk melaksanakan kegiatan penertiban dan pendayagunaan kawasan telantar sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan dan Tanah Telantar dan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 20 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penertiban Kawasan dan Tanah Telantar, maka dibutuhkan Petunjuk Teknis Inventarisasi, Penertiban dan Pendayagunaan Kawasan Telantar sebagai acuan dalam penganggaran dan petunjuk bagi pelaksana untuk melaksanakan penertiban kawasan telantar sesuai

(17)

5 dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penertiban kawasan telantar tersebut berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan dan Tanah Telantar jo. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 20 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penertiban dan Pendayagunaan Kawasan Telantar.

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan dan Tanah Telantar;

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara;

4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang;

5. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan Pertanahan Nasional;

6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 113/P Tahun 2019 tentang Pembentukan Kementerian Negara dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju Periode Tahun 2019-2024;

7. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;

8. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan;

9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penertiban dan Pendayagunaan Kawasan dan Tanah Telantar.

(18)

6 C. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Maksud diterbitkannya petunjuk teknis inventarisasi, penertiban dan pendayagunaan kawasan telantar adalah sebagai pedoman operasional bagi petugas pelaksana kegiatan inventarisasi, penertiban dan pendayagunaan kawasan telantar yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan dan Tanah Telantar jo Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penertiban dan Pendayagunaan Kawasan dan Tanah Telantar.

2. Tujuan

Tujuan diterbitkannya petunjuk teknis inventarisasi, penertiban dan pendayagunaan kawasan telantar adalah terwujudnya pemahaman secara substansial dan kesamaan persepsi terhadap ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan dan Tanah Telantar jo. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penertiban dan Pendayagunaan Kawasan dan Tanah Telantar.

D. Ruang Lingkup

Secara umum, kegiatan inventarisasi, penertiban dan pendayagunaan kawasan telantar dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut :

1. Tahapan Inventarisasi, dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data awal baik data administrasi maupun data spasial yang meliputi setidaknya luasan penguasaan kawasan, luasan penggunaan kawasan dan luasan terindikasi terlantar sebagai dasar penertiban kawasan terlantar. Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar tidak dilaksanakan oleh Pimpinan Instansi dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kalender

(19)

7 terhitung sejak diterimanya laporan atau informasi maka inventarisasi dilakukan oleh Menteri.

2. Tahapan Evaluasi, berdasarkan hasil inventarisasi kawasan telantar dalam jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender, dilaksanakan oleh Pokja yang dibentuk dan ditetapkan oleh Pimpinan Instansi yang keanggotaannya terdiri dari unsur instansi dan kementerian;

3. Tahapan Pemberitahuan, ditujukan kepada Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha untuk mengusahakan, mempergunakan dan/atau memanfaatkan Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha, dengan jangka waktu paling lama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender sejak tanggal diterbitkannya pemberitahuan.

Pemberitahuan dilakukan oleh Pimpinan Instansi berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha sengaja tidak mengusahakan, tidak mempergunakan, dan/atau tidak memanfaatkan Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha.

4. Tahapan Peringatan :

a. Peringatan Pertama, diberikan oleh Pimpinan Instansi kepada Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan pihak lain yang berkepentingan agar mengusahakan, mempergunakan, dan/atau memanfaatkan Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dalam jangka waktu paling lama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender sejak tanggal diterimanya surat peringatan pertama, dalam hal berdasarkan hasil evaluasi setelah masa Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada angka 2 masih terdapat Kawasan Telantar.

b. Peringatan Kedua, diberikan oleh Pimpinan Instansi kepada Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha agar mengusahakan, mempergunakan, dan/atau memanfaatkan Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh lima) hari kalender sejak tanggal diterimanya surat peringatan kedua, dalam hal peringatan tertulis pertama tidak dilaksanakan.

(20)

8 c. Peringatan Ketiga, diberikan oleh Pimpinan Instansi kepada

Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha agar mengusahakan, mempergunakan, dan/atau memanfaatkan Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dalam jangka waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari kalender sejak tanggal diterimanya surat peringatan kedua, dalam hal peringatan tertulis kedua tidak dilaksanakan.

5. Tahapan Penetapan, yang dilakukan oleh Pimpinan Instansi.

Apabila 30 hari kalender sejak berakhirnya waktu peringatan tertulis III, pimpinan instansi tidak melakukan penetapan kawasan telantar maka penetapan Kawasan Telantar dilakukan oleh Menteri.

Kawasan yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Telantar dapat ditetapkan sebagai Aset Bank Tanah atau dialihkan kepada pihak lain dengan mekanisme yang transparan dan kompetitif (lelang secara terbuka)

6. Tahapan Pengusulan Tindak Lanjut Hasil Penertiban kawasan Terindikasi Telantar:

a. Usulan Penghapusan dari Basis Data Kawasan Terindikasi Telantar dilakukan dari Pokja yang mengusulkan kepada Instansi berdasarkan hasil Evaluasi, atau hasil setelah masa Pemberitahuan, atau hasil setelah masa Peringatan I, atau hasil setelah masa Peringatan II, atau hasil setelah masa Peringatan III, diketahui bahwa Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha telah mengusahakan, mempergunakan,dan/atau memanfaatkan Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha.

b. Penetapan Kawasan Telantar oleh Pimpinan Instansi dilakukan dalam hal Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha tidak melaksanakan Peringatan III.

7. Tahapan Pendayagunaan, dari hasil penetapan kawasan telantar dilaksanakan dengan cara mencabut Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha yang dilakukan oleh Pimpinan Instansi kemudian dialihkan/diberikan kepada pihak lain melalui mekanisme yang transparan dan kompetitif sesuai dengan ketentuan peraturan

(21)

9 perundang-undangan dan/atau kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan telantar dapat ditetapkan sebagai Aset Bank Tanah. Apabila Pimpinan Instansi tidak melakukan pengalihan/pemberian Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau penetapan Kawasan Telantar sebagai Aset Bank Tanah dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak penetapan Kawasan Telantar, Menteri melaporkan kepada Presiden.

E. Waktu Kegiatan

Kegiatan Inventarisasi, Penertiban Penetapan dan Pendayagunaan Kawasan Telantar dibiayai dengan APBN atau APBD atau sumber pembiayaan lain yang sah, maka dibutuhkan waktu pelaksanaan oleh Pimpinan Instansi/Menteri paling cepat 3 (tiga) tahun anggaran. Waktu pelaksanaan masing-masing tahapan kegiatan tersebut sebagai berikut :

1. Tahapan Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar

Tabel 1. Tahapan Inventarisasi Kawasan Telantar (Tahun Kesatu)

No Kegiatan Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

1 Inventarisasi Oleh Pimpinan

Instansi 90 hari kalender

2 Inventarisasi Oleh Menteri 90 hari kalender

Verifikasi Laporan/Informasi Pengumpulan Data

Penyusunan Rencana Jadwal Penyiapan Administrasi dan Sarana Penunjang

Pemantauan Lapang Pengolahan Data

Laporan Hasil Inventarisasi

(22)

10 2. Tahapan Penertiban Kawasan Terindikasi Telantar

Tabel 2. Tahapan Evaluasi (Tahun Kesatu)

No Kegiatan Bulan

Jul Aug Sep Okt Nov Des

1 Tahapan Evaluasi 180 hari kalender

2 Membentuk Kelompok Kerja (Pokja)

3 Penetapan Lokasi Obyek Penertiban Kawasan

4 Pemberitahuan ke Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha 5 Rapat Persiapan Awal Evaluasi 6 Evaluasi Peninjauan Lapang 7 Laporan Kemajuan Evaluasi

Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha

8 Rapat Hasil Evaluasi 9 Laporan Hasil Evaluasi

Tabel 3. Tahapan Pemberitahuan (Tahun Kedua)

No Kegiatan Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

1 Tahapan Pemberitahuan Paling lama 180 hari kalender 2 Pemberitahuan ke Pemegang

Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha

3 Laporan Kemajuan Evaluasi Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha Masa Pemberitahuan 4 Evaluasi Peninjauan Lapang

Masa Pemberitahuan

5 Rapat Hasil Evaluasi Masa Pemberitahuan

6 Laporan Hasil Evaluasi Masa Pemberitahuan

Tabel 4. Tahapan Peringatan I (Tahun Kedua)

No Kegiatan Bulan

Jul Aug Sep Okt Nov Des

1 Peringatan I Paling lama 180 hari kalender

2 Surat Peringatan I

3 Evaluasi terhadap laporan Pemegang I/K/PB akhir Peringatan I

4 Pemantauan dan evaluasi setelah akhir Peringatan I

(23)

11 Tabel 5. Tahapan Peringatan II dan Peringatan III

(Tahun Ketiga)

No Kegiatan Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei

1 Peringatan II Paling lama 90 hari kalender 2 Surat Peringatan II

3 Evaluasi terhadap laporan Pemegang I/K/PB akhir Peringatan II

4 Pemantauan dan evaluasi setelah akhir Peringatan II

5 Peringatan III Paling lama 45 hari

kalender 6 Surat Peringatan III

7 Evaluasi terhadap laporan Pemegang I/K/PB akhir Peringatan III

8 Pemantauan dan evaluasi setelah akhir Peringatan III

Tabel 6. Usulan Penetapan Kawasan Telantar atau Penghapusan dari Basisdata Kawasan (Tahun Ketiga)

No Kegiatan Bulan

Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des 1 Penyiapan administrasi dan sarana

penunjang kegiatan

2 Penyiapan bahan usulan penetapan kawasan telantar atau penghapusan

3 Penyusunan laporan dan Usulan Tindak Lanjut Hasil Penertiban kawasan telantar

4 Penetapan Kawasan Telantar

5 Penghapusan dari Basisdata Kawasan Telantar

(24)

12 3. Tahapan Pendayagunaan Kawasan Telantar

Tabel 7. Tahapan Pendayagunaan Kawasan Telantar (Tahun Keempat)

F. Pembiayaan

Kegiatan Inventarisasi, Penertiban, Penetapan dan Pendayagunaan Kawasan Telantar dibiayai dengan APBN atau APBD atau sumber pembiayaan lain yang sah.

No Kegiatan Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

1 Pendayagunaan Oleh Pimpinan Instansi

30 hari kalender 2 Pencabutan dan Pengalihan

Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha

3 Aset Bank Tanah

4 Pendayagunaan Oleh Menteri

5 Laporan ke Presiden untuk keputusan pendayagunaan kawasan

6 Tahap Pendayagunaan Kawasan Telantar

7 Identifikasi Objek Kawasan 8 Pelaksanaan Pengamanan

Kawasan

9 Pengusulan Penetapan Peruntukan Pendayagunaan Kawasan

Kegiatan Bulan

Jul Aug Sep Okt Nov Des

Tahap Pendayagunaan Kawasan Telantar

10 Rapat/Ekspose

Pendayagunaan Kawasan

11

Penyusunan Risalah Pengolahan Data dan Draft Penetapan Peruntukan Pendayagunaan Kawasan.

12 Pelaksanaan Keputusan Penetapan Peruntukan Pendayagunaan Kawasan 13 Basis Data Pendayagunaan

Kawasan

14 Pengawasan dan

Pengendalian Pendayagunaan Kawasan

15 Pelaporan Pendayagunaan Kawasan

(25)

13 BAB II

INVENTARISASI KAWASAN TERINDIKASI TELANTAR A. Pelaksana

Pelaksana inventarisasi kawasan terindikasi telantar dilakukan oleh:

1. Pimpinan Instansi.

a. Pimpinan Instansi bertanggung jawab melaksanakan kegiatan inventarisasi kawasan terindikasi telantar di lingkungan wilayah kerjanya;

b. Pimpinan Instansi membentuk Tim Inventarisasi yang terdiri dari unsur instansi terkait.

2. Menteri.

Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar tidak dilaksanakan oleh Pimpinan Instansi dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kalender terhitung sejak diterimanya laporan atau informasi maka inventarisasi dilakukan oleh Menteri. Menteri dapat berkoordinasi dengan Pimpinan Instansi, menteri atau pimpinan lembaga terkait sesuai dengan kewenangannya. Pelaksanaan inventarisasi tersebut dilakukan oleh :

a. Kantor Pertanahan, untuk inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar yang lokasinya berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota;

b. Kantor Wilayah, untuk inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar yang lokasinya lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu) wilayah provinsi; atau

c. Direktorat Jenderal, untuk inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar yang lokasinya lintas provinsi atau di perbatasan negara.

Kemudian masing-masing pelaksana sebagaimana huruf a, b dan c diatas membentuk Tim Inventarisasi sesuai di lingkungan wilayah kerjanya sebagai berikut:

a. Kepala Kantor Pertanahan membentuk Tim Inventarisasi yang terdiri dari:

1) Kepala Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa pada

(26)

14 Kantor Pertanahan Pertanahan Kabupaten/Kota;

2) Koordinator subtansi pengendalian pertanahan pada Kantor Pertanahan Pertanahan Kabupaten/Kota; dan

3) Petugas pelaksana dari seksi lain pada Kantor Pertanahan Pertanahan Kabupaten/Kota;

b. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional membentuk Tim Inventarisasi yang terdiri dari:

1) Kepala Bidang Pengendalian dan Penanganan Sengketa pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi;

2) Koordinator subtansi pengendalian pertanahan pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi; dan

3) Petugas pelaksana dari seksi lain pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi;

c. Direktur Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang membentuk Tim Inventarisasi yang terdiri dari:

1) Direktur Penguasaan, Pemilikan dan Penggunaan Tanah pada Direktorat Penguasaan, Pemilikan dan Penggunaan Tanah;

2) Kepala Sub Direktorat Potensi Penertiban Tanah pada Direktorat Penguasaan, Pemilikan dan Penggunaan Tanah;

dan

3) Petugas pelaksana dari seksi lain pada Direktorat Penguasaan, Pemilikan dan Penggunaan Tanah;

B. Pelaksanaan

Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar dilaksanakan oleh Tim Inventarisasi berdasarkan laporan atau informasi dengan cara pengumpulan informasi dan pengadministrasian data kawasan terindikasi telantar hasil inventarisasi kawasan terindikasi telantar dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Obyek Inventarisasi:

a. sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai Penertiban Kawasan dan Tanah Telantar, untuk kawasan yang Izin/Konsesi/Perizinan Berusahanya diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah yang

(27)

15 mengatur mengenai Penertiban Kawasan dan Tanah Telantar;

atau

b. 2 (dua) tahun terhitung sejak diterbitkannya Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha untuk kawasan yang Izin/Konsesi/Perizinan Berusahanya diterbitkan setelah berlakunya Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai Penertiban Kawasan dan Tanah Telantar.

2. Sumber Laporan atau Informasi dari:

a. Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha, berupa laporan yang memuat data dan informasi mengenai pengusahaan, penggunaan, dan/atau pemanfaatan kawasan yang dilaporkan secara berkala kepada Pimpinan Instansi;

b. Instansi, berupa hasil pemantauan dan evaluasi terhadap pemenuhan kewajiban Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha yang ditetapkan dalam lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha; dan/atau pelaksanaan rencana pengusahaan atau pemanfaatan kawasan secara faktual. dan/atau;

c. Masyarakat, berupa Laporan atau informasi dapat disampaikan melalui:

1) Instansi:

a) Kotak Pos Instansi terkait;

b) Situs web Instansi terkait;

c) Surat elektronik Instansi terkait;

d) Media sosial Instansi terkait;

2) Kementerian:

a) Kotak Pos

- Kementerian di Kotak Pos 1403

- Kantor Wilayah di Kotak Pos sesuai provinsi setempat - Kantor Pertanahan di Kotak Pos sesuai provinsi

setempat

b) Situs web Kementerian di alamat https://www.atrbpn.go.id

c) Surat elektronik Kementerian di alamat email:

(28)

16 - surat@atrbpn.go.id; dan/atau

- kawasantelantar@atrbpn.go.id d) Media sosial Kementerian:

- https://facebook.com/KementerianATRBPN - https://twitter.com/atr_bpn

- https://instagram.com/kementerian.atrbpn

- https://www.youtube.com/channel/UC29czQyZyoM FNDgXYYWjmkw

e) Surat tertulis; dan/atau

f) Sarana penyampaian laporan atau informasi lainnya yang dikelola oleh Instansi dan Kementerian.

d. Syarat minimal laporan atau informasi dari masyarakat sebagaimana dimaksud huruf c diatas yang bisa diterima paling sedikit memuat:

1) Identitas pelapor/pemberi informasi seperti NIK, nama, alamat;

2) Lokasi kawasan dan;

3) Kondisi pengusahaan, penggunaan, dan/atau pemanfaatan kawasan secara umum.

Terhadap laporan atau informasi dari masyarakat yang tidak memenuhi angka 1 (satu) atau 2 (dua) syarat seperti huruf d diatas maka terhadap laporan atau informasi tersebut ditindak lanjuti dengan pemberitahuan permintaan kelengkapan laporan atau informasi.

C. Tata Cara Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar dilakukan oleh:

1. Pimpinan Instansi.

Apabila Pimpinan Instansi tidak melakukan Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kalender terhitung sejak diterimanya laporan atau informasi maka inventarisasi dilakukan oleh Menteri. Menteri dapat berkoordinasi dengan Pimpinan Instansi, menteri atau pimpinan lembaga terkait sesuai dengan kewenangannya.

(29)

17 2. Menteri.

Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar dilakukan Menteri dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kalender terhitung sejak diterimanya laporan atau informasi yang ditujukan kepada Pimpinan Instansi dengan tembusan Menteri, atau yang ditujukan langsung kepada Menteri yang dilaksanakan dengan atau tanpa berkoordinasi dengan Pimpinan Instansi, menteri atau pimpinan lembaga terkait sesuai dengan kewenangannya.

Adapun proses tahapan kegiatan inventarisasi kawasan terindikasi telantar dari sejak Laporan atau informasi sampai Pengelolaan Data Kawasan Terindikasi Telantar sebagaimana Diagram Alir Gambar 1

Kegiatan inventarisasi kawasan terindikasi telantar dilaksanakan oleh Tim Inventarisasi dari Instansi/Menteri meliputi tahapan sebagai berikut:

1. Persiapan

Kegiatan dalam rangka persiapan meliputi:

a. Verifikasi Laporan atau Informasi.

Terhadap laporan atau informasi yang diterima dan memenuhi syarat sebagaimana sumber laporan dan informasi tersebut diatas maka Tim Inventarisasi melakukan verifikasi data lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha di instansi terkait berupa:

1) Verifikasi data tekstual seperti:

- nama dan alamat Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha;

- nomor dan tanggal keputusan pemberian Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha;

- tanggal berakhirnya Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha;

- letak kawasan;

- luas kawasan secara keseluruhan; dan - luas Kawasan Terindikasi Telantar

2) Verifikasi data spasial dengan cara melihat kondisi pemanfaatan tanah melalui deliniasi peta citra terbaru.

(30)

18 3) Masalah atau penyebab penelantaran Izin/Konsesi/Perizinan

Berusaha dan/atau Kawasan.

b. Pengumpulan Data

Terhadap data Laporan dan informasi kawasan terindikasi telantar yang sudah di verifikasi oleh Tim Inventarisasi tersebut kemudian Tim Inventarisasi melakukan pengumpulan data tekstual dan data spasial mengenai Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau Kawasan terindikasi telantar seperti:

1) Mengumpulkan data pendukung antara lain SK Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha, Peta Citra Satelit yang dilengkapi dengan koordinat posisi bidang Kawasan Terindikasi Telantar;

2) Pemilihan objek inventarisasi yang sudah di verifikasi;

3) Menyiapkan Tabulasi Basis Data Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar sebagaimana Format Lampiran 1.

Kelengkapan data dan berkas salinan Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha sebagaimana huruf b angka 1 (dua) diatas sebagai syarat untuk pelaksanaan kegiatan survey lapang. Apabila berkas tersebut tidak lengkap maka kegiatan survey lapang tidak bisa dilakukan dan kepada Pelapor disampaikan Pemberitahuan permintaan kelengkapan data.

Kegiatan survey lapang bisa dilakukan sepanjang kelengkapan dalam surat Pemberitahuan sudah dipenuhi, apabila tidak dipenuhi Pimpinan Instansi terkait membuat Surat Pernyataan yang menyatakan bahwa salinan Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha tersebut tidak ada.

c. Penyusunan Rencana Jadwal.

Penyusunan rencana jadwal pelaksanaan kegiatan inventarisasi kawasan terindikasi telantar dalam 1 tahun anggaran berjalan. Penyusunan rencana jadwal ini dilakukan sebagai salah satu alat kendali bagi pelaksana kegiatan agar realisasi pelaksanaan kegiatan dalam satu tahun anggaran dapat tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

(31)

19 Perubahan jadwal dapat dilakukan sambil berjalannya pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan kondisi dan pertimbangan lainnya, misalnya antara lain terkait ketersediaan SDM, mobilisasi tim, kapasitas kerja.

d. Penyiapan administrasi dan sarana penunjang

a) Penetapan lokasi pelaksanaan kegiatan inventarisasi yang dituangkan dalam Surat Keputusan (SK), dengan format sesuai dengan Format Lampiran 2. Keputusan ini menunjuk pada bidang kawasan terindikasi telantar yang akan dilakukan kegiatan pemantauan lapangan. SK Penetapan Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar ditandatangani oleh Pimpinan Instansi;

b) Penunjukan petugas pelaksana inventarisasi yang dituangkan dalam Surat Tugas. Penunjukan petugas dilakukan oleh Pimpinan Instansi terhadap pegawai di lingkungan unit terkait dan dengan penambahan personil dari unit lain jika diperlukan selama anggaran memungkinkan;

c) Pemberitahuan ke pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha tentang pelaksanaan inventarisasi secara lisan atau surat resmi sebagaimana surat pemberitahuan pada Format Lampiran 3. Apabila alamat pemegang hak tidak diketahui kegiatan inventarisasi tetap dapat dilaksanakan pemberitahuan disampaikan kepada kepala desa/lurah;

d) Penyediaan ATK dan bahan penunjang komputer;

e) Penyiapan administrasi dan keuangan;

f) Peralatan pendukung yang diperlukan, antara lain smartphone yang telah ter-instal aplikasi Avenza Maps/kompas/GPS Handheld/kamera;

g) Pembuatan peta kerja inventarisasi yang berisi informasi spasial bidang kawasan terindikasi telantar, penggunaan tanah (interpretasi citra satelit) dan desain titik sampel cek lapang sebagaimana Format Lampiran 4.

(32)

20 h) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan unit kerja

bidang lain pada instansi terkait dengan penyiapan bahan dan data.

Persiapan dilaksanakan melalui rapat dalam kantor terkait penyusunan jadwal, penetapan lokasi, dan penunjukan pelaksana kegiatan.

2. Pemantauan

Pemantauan dalam rangka inventarisasi kawasan terindikasi telantar dilakukan dengan melakukan survei lapangan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati penguasaan, penggunaan dan/atau pemanfaatan kawasan terindikasi telantar di lokasi objek pemantauan.

Keakuratan data dan informasi yang dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan menjadi sangat penting sebagai dasar dikeluarkannya suatu kebijakan/rekomendasi. Oleh karenanya saat pemantauan, petugas harus mampu memperoleh data dan informasi yang akurat. Adapun aktivitas petugas pemantauan di lapangan adalah:

a. Menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan pemantauan lapangan kepada pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha atau yang mewakilinya atau aparat desa/kelurahan;

b. Mengamati objek pemantauan, mengambil data lapangan, dan mengumpulkan data pendukung serta mendokumentasikan data hasil lapangan;

c. Mengingatkan kembali kepada pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha tentang kewajiban yang harus dipenuhi sesuai SK Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Hal-hal yang diamati dalam pelaksanaan pemantauan antara lain:

a. Penguasaan kawasan

1) Data yang diambil saat mengamati terkait penguasaan kawasan adalah untuk mengetahui penguasaan atas bidang

(33)

21 kawasan sesuai Izin/Konsesi/Perizinan Berusahanya:

seluruhnya, sebagian, atau tidak sama sekali;

2) Jika penguasaan atas bidang kawasan sebagian atau tidak sama sekali, perlu diketahui alasan dan luasan yang dikuasainya, serta penguasaan kawasan di luar Izin/Konsesi/Perizinan Berusahanya: ada tidaknya, luas, dan status perizinannya;

3) Batas penguasaan kawasan oleh pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha, penguasaan pihak lain, dan penguasaan di luar batas Izin/Konsesi/Perizinan Berusahanya dipetakan dengan melakukan:

a) Tracking dengan menggunakan GPS Handheld;

b) Delineasi penguasaan kawasan pada peta kerja saat pemantauan sepanjang dapat terevaluasi pada citra yang ada;

4) Hasil pengamatan dari kegiatan ini dapat berupa:

a) Data tekstual dan spasial penguasaan kawasan;

b) Dokumentasi (foto lapang).

b. Tanda batas dan pengamanan kawasan.

1) Data yang diambil dari kegiatan ini adalah tanda batas berupa jenis, jumlah, telah dipasang/tidak, dipelihara/tidak, dan alasan tidak/belum dipasang atau tidak dipelihara;

2) Bentuk pengamanan kawasan perlu dipantau terkait pembangunan parit keliling, pemagaran keliling, atau gambaran batas alamiah;

3) Sampel tanda batas yang dipantau minimal 3 (tiga) buah dan dokumentasi kondisi tanda batas yang terpasang.

c. Penggunaan dan pemanfaatan kawasan.

Data yang diambil dari kegiatan ini adalah:

1) Data penggunaan dan pemanfaatan kawasan beserta alasannya;

2) Kemajuan/perkembangan pemanfaatan kawasannya;

(34)

22 3) Data lainnya yang menurut petugas pemantauan perlu

dicatat dan didokumentasikan.

Selanjutnya petugas pemantauan melaporkan hasil pemantauan kepada atasan langsung dan menyampaikan berkas pertanggungjawaban pelaksanaan perjalanan dinas dengan melampirkan:

a) Surat Tugas pelaksanaan perjalanan dinas dan SPPD;

b) Laporan perjalanan Dinas.

3. Pengolahan Data.

Pengolahan data hasil pemantauan lapang terdiri dari:

a. Pengolahan Data Tekstual

Kegiatan pengolahan data tekstual yaitu melakukan penyusunan hasil pengamatan, keterangan pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha/masyarakat/pemerintah setempat, dan data pendukung lain yang diperoleh saat pemantauan di lapangan meliputi:

1) Pengisian Daftar Isian Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar sebagaimana Format Lampiran 5.

2) Pengelompokan Data Kawasan Terindikasi Telantar menurut wilayah kabupaten/kota dan jenis Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha sebagaimana Format Lampiran 6.

b. Pengolahan Data Spasial

Kegiatan pengolahan data spasial yaitu melakukan pembuatan peta dari hasil pemantauan di lapangan meliputi:

1) Overlay data spasial dari peta bidang kawasan objek pemantauan dengan data spasial penguasaan kawasan hasil pemantauan. Kegiatan ini untuk mengetahui letak dan batas penguasaan kawasan oleh pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau pihak lain, sengketa/permasalahan. Hasil kegiatannya berupa Peta Penguasaan Kawasan Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar. Contoh dan petunjuk penggambaran sebagaimana Format Lampiran 7;

(35)

23 2) Overlay data spasial dari peta bidang kawasan objek pemantauan dengan data spasial peruntukan tanah saat ini hasil pemantauan. Kegiatan ini untuk mengetahui letak dan batas peruntukan kawasan yang dilaksanakan oleh pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau pihak lain. Hasil kegiatannya berupa Peta Penggunaan Kawasan Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar. Contoh dan petunjuk penggambaran sebagaimana Format Lampiran 8;

3) Overlay data spasial Peta Kesesuaian Pemanfaatan Kawasan hasil Pemantauan dengan Peta Rencana Tata Ruang. Kegiatan ini untuk mengetahui kesesuaian pemanfaatan objek pemantauan dengan Rencana Tata Ruang saat ini. Hasil Kegiatan ini berupa Peta Kesesuaian Penggunaan Kawasan dengan Rencana Tata Ruangnya. Contoh dan petunjuk penggambaran sebagaimana Format Lampiran 9.

D. Pelaporan Data Hasil Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar Pelaporan data hasil inventarisasi kawasan terindikasi telantar, Pimpinan Instansi terkait sesuai kewenangan menyampaikan data hasil inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar dan/atau Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota kepada Kepala Kantor Wilayah Provinsi secara berjenjang kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional melalui Direktur Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang.

Data hasil inventarisasi kawasan terindikasi telantar di administrasikan dalam basis data Kawasan Terindikasi Telantar yang dikelola oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dilakukan secara terkoordinasi dengan Instansi.

E. Pengelolaan Data Kawasan Terindikasi Telantar

Pengelolaan data Kawasan Terindikasi Telantar dilaksanakan dalam Basis Data Kawasan Terindikasi Telantar yang dicatat dan diadministrasikan dalam bentuk Tabulasi Pengelompokan Data Kawasan Terindikasi Telantar sebagaimana Format Lampiran 6

(36)

24 BAB III

PENERTIBAN KAWASAN TELANTAR

A. Objek Penertiban Kawasan Telantar 1. Objek Penertiban Kawasan Telantar

Objek penertiban kawasan telantar sebagaimana Pasal 2 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 20 Tahun 2021, meliputi :

a. Kawasan Pertambangan, merupakan kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan RTR, yang belum dilekati Hak Atas Tanah;

b. Kawasan Perkebunan, merupakan kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan RTR, yang belum dilekati Hak Atas Tanah;

c. Kawasan Industri, merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapidengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri, yang belum dilekati Hak Atas Tanah;

d. Kawasan Pariwisata, merupakan kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pariwisata sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan RTR, yang belum dilekati Hak Atas Tanah;

e. Kawasan Perumahan/permukiman skala besar/terpadu, merupakan kawasan yang digunakan untuk kegiatan perumahan/permukiman skala besar/terpadu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan RTR, yang belum dilekati Hak Atas Tanah.

f. Kawasan lain yang pengusahaan, penggunaan, dan/atau pemanfaatannya didasarkan pada Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha yang terkait dengan pemanfaatan tanah dan ruang, yang belum dilekati Hak Atas Tanah.

(37)

25 2. Objek dikecualikan dalam Penertiban Kawasan Telantar

Objek yang dikecualikan dari Penertiban Kawasan Telantar sebagaimana tersebut dalam Pasal 9 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 20 Tahun 2021, meliputi :

a. Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan menjadi objek perkara di pengadilan;

b. Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan tidak dapat diusahakan, dipergunakan, dan/atau dimanfaatkan karena adanya perubahan RTR;

c. kawasan dinyatakan sebagai kawasan yang diperuntukkan untuk konservasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

d. Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan tidak dapat diusahakan, dipergunakan, atau dimanfaatkan karena adanya keadaan kahar (force majeure) berupapeperangan, kerusuhan, bencana alam,dan bencana lainnya, yang harus dinyatakan oleh pejabat/instansi yang berwenang; dan/atau

e. kawasan telah diusahakan, dipergunakan, atau dimanfaatkan sesuai dengan kewajiban yangditetapkan dalam lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau rencana pengusahaan atau pemanfaatan kawasan.

B. Kegiatan Dalam Penertiban Kawasan Telantar

Penertiban Kawasan Terindikasi Telantar dilaksanakan oleh Kelompok Kerja atau sebut Pokja yang dibentuk dan ditetapkan oleh Pimpinan Instansi. Keanggotaan Pokja paling sedikit meliputi unsur dari Instansi dan Kementerian. Ketentuan mengenai evaluasi, peringatan dan penetapan kawasan telantar berlaku secara mutatis mutandis terhadap evaluasi, peringatan dan penetapan kawasan telantar oleh Menteri. Adapun alur proses tahapan kegiatan penertiban kawasan terindikasi telantar mulai dari tahapan evaluasi sampai dengan tahapan penetapan kawasan telantar sebagaimana Diagram Alir Gambar 2.

(38)

26 C. Tata Cara Penertiban Kawasan Telantar

Kegiatan penertiban kawasan telantar meliputi tahapan sebagai berikut:

1. Tahapan Evaluasi Kawasan Telantar

Evaluasi Kawasan Telantar dilaksanakan berdasarkan hasil inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar dalam jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender. Adapun pelaksanaan Evaluasi Kawasan Telantar tersebut, yaitu:

a. Evaluasi Kawasan Telantar dilaksanakan oleh Pokja yang dibentuk dan ditetapkan oleh Pimpinan Instansi. Adapun susunan keanggotaan Pokja sebagai berikut :

Ketua : Pimpinan Instansi

Sekretaris : Direktur Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang/Kepala Kantor Wilayah/Kepala Kantor Pertanahan.

Anggota : 1. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota;

2. Kepala dinas/instansi kabupaten/kota yang berkaitan dengan perizinan;

3. Direktur Penertiban Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan Tanah/Kepala bidang di lingkungan Kantor Wilayah/Kepala seksi di lingkungan Kantor Pertanahan yang membidangi survei dan pemetaan;

4. Kepala Sub Diektorat/Koordinator Pengendalian/Koordinator Pengendlian/ kepala Seksi PPS; dan

5. Koordinator yang membidangi pengendalian pertanahan di lingkungan Kantor Wilayah.

b. Berdasarkan Keputusan Pimpinan Instansi tentang Penetapan Lokasi Objek Penertiban kawasan Terindikasi Telantar, selanjutnya Pimpinan Instansi dengan memperhatikan dinas/instansi kabupaten/kota yang berkaitan dengan peruntukan kawasan pada objek penertiban kawasan telantar, kemudian menetapkan keputusan mengenai pembentukan Pokja untuk masing-masing objek penertiban kawasan telantar.

(39)

27 Keputusan Pembentukan Pokja tersebut sebagaimana Format Lampiran 10.

c. Berdasarkan hasil Inventarisasi Kawasan Terindikasi Telantar yang telah dicatat dalam Basis Data Kawasan Terindikasi Telantar, Pokja dalam hal ini Kanwil Badan Pertanahan Nasional sebagai salah satu anggota yang menetapkan Keputusan Penetapan Lokasi Kegiatan Penertiban kawasan Terindikasi Telantar berdasarkan target bidang dan kelas luasan pada Tahun Anggaran yang berjalan. Keputusan Penetapan Lokasi Kegiatan Penertiban kawasan Terindikasi Telantar dibuat sebagaimana Format Lampiran 11.

d. Pokja memberitahukan secara tertulis mengenai akan dilaksanakannya evaluasi Kawasan Telantar kepada Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha, pemberitahuan tersebut harus sesuai dengan alamat atau domisili Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha. Format surat pemberitahuan akan dilaksanakannya Evaluasi Kawasan Telantar tersebut sebagaimana Format Lampiran 12.

Apabila alamat atau domisili Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha tidak diketahui atau tidak sesuai, pemberitahuan dilakukan dengan ketentuan :

1) Untuk Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha perorangan, surat pemberitahuan diumumkan di kantor desa/kelurahan setempat dan situs web Kementerian; atau Dalam rangka mengetahui sesuai atau tidaknya alamat atau domisili Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha perorangan, dapat dilakukan koordinasi dalam rangka konfirmasi alamat subjek ke Kantor Kelurahan/Desa setempat.

2) Untuk Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha badan hukum/instansi pemerintah/pemerintah daerah/ badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, surat pemberitahuan disampaikan ke alamat Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha yang terdaftar pada sistem informasi badan hukum yang dikelola oleh kementerian yang

(40)

28 menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia dan/atau situs web Kementerian.

Dalam rangka mengetahui sesuai atau tidaknya alamat atau domisili Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha yang berstatus Badan Usaha/Badan Hukum, dapat dilakukan koordinasi dalam rangka konfirmasi alamat badan hukum ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia atau kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia (dalam hal terjadi perubahan nomenklatur kementerian tersebut).

3) Pemberitahuan melalui situs web sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan 2), disampaikan melalui situs www.atrbpn.go.id. Dalam hal Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional memiliki akses langsung ke situs dimaksud, Kantor Wilayah dapat langsung mengunggah Pemberitahuan tersebut. Dalam hal Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional tidak memiliki akses langsung ke situs dimaksud, dapat disampaikan kepada Biro Hubungan Masyarakat dengan tembusan ke Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang.

e. Apabila sekretaris daerah kabupaten/kota atau kepala dinas/

instansi kabupaten/kota berhalangan hadir, dapat ditugaskan kepada pejabat struktural atau aparatur sipil negara di bawahnya serta yang ditugaskan tersebut memiliki kewenangan untuk menandatangani dokumen dan berita acara yang dihasilkan dari pelaksanaan tugas Pokja. Pejabat struktural atau aparatur sipil negara yang ditugaskan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas/Instansi Kabupaten/Kota, harus disertai dengan Surat Penugasan dengan tetap mencantumkan kewenangan untuk bertindak sebagai Pejabat yang diwakilkan.

f. Untuk membantu pelaksanaan tugas Pokja, kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi membentuk

(41)

29 sekretariat yang membantu menyiapkan data yang diperlukan, membuat resume permasalahan Kawasan Terindikasi Telantar dan menjalankan tugas administrasi kesekretariatan.

Dalam hal diperlukan kegiatan yang bersifat identifikasi dan penelitian ke lokasi objek penertiban kawasan telantar untuk penyiapan data dan resume permasalahan Kawasan Terindikasi Telantar, Pimpinan Instansi Badan Pertanahan Nasional dapat memerintahkan pegawai di lingkungan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional atau Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota untuk melakukan identifikasi dan penelitian tersebut.

g. Sebelum dilakukan tahapan Evaluasi Kawasan Telantar oleh Pokja, dilakukan Rapat Awal Evaluasi di Kementerian, Provinsi atau Kabupaten lokasi objek Penertiban Kawasan Telantar, yang dihadiri oleh Ketua, Sekretaris, Anggota Pokja dan Instansi Teknis Terkait.

Dalam rapat tersebut, Anggota Pokja dapat dibantu oleh Kepala Seksi/Koordinator/Staf yang membidangi tugas dan fungsi pengendalian pertanahan pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan/atau Kepala Seksi/Koordinator/Staf pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota yang membidangi tugas dan fungsi pengendalian pertanahan.

Apabila diperlukan konfirmasi data awal untuk pelaksanaan pemeriksaan data fisik dan data yuridis dalam rangka Evaluasi Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dapat diikutsertakan dalam rapat tersebut.

h. Pokja melakukan Evaluasi Kawasan Telantar meliputi :

1) Pemeriksaan terhadap dokumen lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha seperti:

a) Jenis Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha;

b) status kepemilikan Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha;

c) luas kawasan dalam Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha.

2) Pemeriksaan terhadap rencana pengusahaan, penggunaan, dan/atau pemanfaatan lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan seperti:

(42)

30 a) rencana jangka waktu pengusahaan, penggunaan,

dan/atau pemanfaatan lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan;

b) rencana tahapan perkembangan pengusahaan,

penggunaan, dan/atau pemanfaatan

lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan; dan c) Rencana pemenuhan kewajiban lain yang dipersyaratkan

dalam lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha.

3) Pemeriksaan terhadap pengusahaan, penggunaan, dan/atau pemanfaatan lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan secara faktual seperti:

a) pemeriksaan perkembangan pengusahaan, penggunaan, dan/ataupemanfaatan lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan sesuai tahapan yang direncanakan;

b) pemeriksaan kesesuaian pengusahaan, penggunaan, dan/atau pemanfaatan lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan dengan peruntukan yang diperoleh;

dan

c) pemeriksaan kewajiban lain yang harus dipenuhi sesuai lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha.

i. Waktu pelaksanaan evaluasi terhitung dari saat Pokja melakukan pemeriksaan data fisik pada objek yang dilakukan penertiban kawasan telantar.

j. Dalam masa evaluasi Kawasan Telantar, Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha wajib menyampaikan laporan kemajuan pengusahaan, penggunaan, dan/atau pemanfaatan lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha setiap 30 (tiga puluh) hari kalender disertai dengan data pendukung kepada Pokja, sebagaimana Format Lampiran 13.

k. Pokja melaksanakan rapat paling sedikit 1 (satu) kali untuk membahas hasil evaluasi Kawasan Telantar, pelaksanaan rapat tersebut menghasilkan laporan yang memuat penilaian:

1) Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan tidak sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan, dan/atau

(43)

31 tidak dimanfaatkan oleh Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha;

2) Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan, dan/atau tidak dimanfaatkan oleh Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha.

Kriteria sengaja dinilai terpenuhi dalam hal Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha secara de facto tidak mengusahakan, tidak mempergunakan, dan/atau tidak memanfaatkan lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau kawasan yang dikuasai sesuai dengan kewajiban yang ditetapkan dalam lzin/Konsesi/Perizinan Berusaha dan/atau rencana pengusahaan atau pemanfaatan kawasan.

l. Rapat Pokja menghasilkan saran pertimbangan kepada Pimpinan Instansi dalam bentuk berita acara yang mana dalam hal terdapat anggota Pokja dan/atau Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha atau kuasanya tidak bersedia menandatangani berita acara atau tidak hadir tanpa keterangan, ketua Pokja membuat catatan pada berita acara mengenai alasan penolakan/keberatan atau ketidakhadiran, keabsahan berita acara tidak berkurang bilamana berita acara tersebut tidak ditandatangani. Adapun Berita Acara Rapat Pokja tersebut sebagaimana Format Lampiran 14.

m. Pokja menyampaikan berita acara dan laporan hasil evaluasi kepada Pimpinan Instansi dan ditembuskan kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional dan Direktur Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang sesuai dengan Berita acara dan. Adapun laporan hasil evaluasi tersebut sebagaimana Format Lampiran 15.

n. Berdasarkan hasil evaluasi, disimpulkan tidak terdapat Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha yang dengan sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan, dan/atau tidak dimanfaatkan oleh Pemegang Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha sebagaimana tersebut pada huruf k angka 1) diatas, bahwa Pokja mengusulkan penghapusan dari basis data Kawasan Terindikasi Telantar

Referensi

Dokumen terkait

Sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pelatihan keterampilan dasar yaitu Bapemas KB selaku penanggung jawab dan perencana; PLKB selaku koordinator pelaksana

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa penyakit alergi lain yang pernah dialami anak dengan asma adalah rinitis alergik, dermatitis atopi, urtikaria, dan konjungtivitis..

bahwa dalam rangka mendukung kerjasama ekonomi sebagaimana dimaksud pada huruJ a, perlu menetapkan modalitas penurunan tarif bea masuk dalam rangka persetujuan antara Republik

PERSONALIA KARYAWAN PEMILIK Laporan Jabatan Data Karyawan Laporan Karyawan Laporan Golongan Slip Gaji 0 SISTEM INFORMASI PENGGAJIAN Data Jabatan Data Golongan Laporan Absen

 Percobaan Poisson adalah percobaan yang menghasilkan nilai-nilai bagi suatu peubah acak X, yaitu banyaknya hasil percobaan yang terjadi dalam suatu selang waktu tertentu atau

Contoh situasi yang dibenarkan menggunakan Dewan Kuliah atau Bilik Kuliah: Sekiranya pelajar mempunyai Kelas Amalan Ladang pada jam 8 pagi sehingga 10 pagi dan seterusnya

HARGA REGULER DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat 13.000. Tidak Ada Other

Untuk Pasal 24 ayat (1) dan ayat (3) mengenai mutu layanan dan efektivitas- efisiensi biaya layanan kesehatan ternyata masih belum jelas tata kerjanya, yaitu