• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENETAPAN KADAR KUERSETIN TOTAL DALAM EKSTRAK METANOL DAUN PEPAYA DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DENSITOMETRI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENETAPAN KADAR KUERSETIN TOTAL DALAM EKSTRAK METANOL DAUN PEPAYA DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DENSITOMETRI SKRIPSI"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENETAPAN KADAR KUERSETIN TOTAL DALAM EKSTRAK METANOL DAUN PEPAYA DENGAN METODE KROMATOGRAFI

LAPIS TIPIS (KLT)–DENSITOMETRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Stellamaris Aprilia Sota Nanga NIM : 178114154

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(2)

ii

PENETAPAN KADAR KUERSETIN TOTAL DALAM EKSTRAK METANOL DAUN PEPAYA DENGAN METODE KROMATOGRAFI

LAPIS TIPIS (KLT)–DENSITOMETRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Stellamaris Aprilia Sota Nanga NIM : 178114154

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(3)

iii

Persetujuan Pembimbing

PENETAPAN KADAR KUERSETIN TOTAL DALAM EKSTRAK METANOL DAUN PEPAYA DENGAN METODE KROMATOGRAFI

LAPIS TIPIS (KLT)–DENSITOMETRI

Skripsi yang diajukan oleh:

Stellamaris Aprilia Sota Nanga NIM : 178114154

telah disetujui oleh

Pembimbing

apt. Michael Raharja Gani, M.Farm.

tanggal 22 Juni 2021

(4)

iv

Pengesahan Skripsi Berjudul

PENETAPAN KADAR KUERSETIN TOTAL DALAM EKSTRAK METANOL DAUN PEPAYA DENGAN METODE KROMATOGRAFI

LAPIS TIPIS (KLT)–DENSITOMETRI

Oleh :

Stellamaris Aprilia Sota Nanga NIM : 178114154

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma pada tanggal: 28 Juli 2021

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

Dr. apt. Yustina Sri Hartini

Panitia Penguji : Tanda tangan

1. apt. Michael Raharja Gani, M.Farm.

2. Dr. apt. Christine Patramurti

3. Dr. apt. Erna Tri Wulandari

...

...

...

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.

Yogyakarta, 22 Juni 2021 Penulis,

Stellamaris Aprilia Sota Nanga

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Stellamaris Aprilia Sota Nanga

Nomor Mahasiswa : 178114154

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Penetapan Kadar Kuersetin Total Dalam Ekstrak Metanol Daun Pepaya Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)–Densitometri. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Atas kemajuan teknologi informasi, saya tidak berkeberatan jika nama, tanda tangan, gambar atau image yang ada di dalam karya ilmiah saya terindeks oleh mesin pencari (search engine), misalnya google.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 18 Agustus 2021 Yang menyatakan

Stellamaris Aprilia Sota Nanga

(7)

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Percaya kepada proses, tetap setia kepada Tuhan dan tetaplah berdoa dalam kondisi apapun itu sebab Firman Tuhan berkata “ Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya” .

Pengkhotbah 3:1

Setiap perjuangan dalam naskah ini, saya persembahkan bagi:

Allah Bapa Yang Maha Kuasa dan Bunda Perawan Maria atas segala rahmat, berkat, dan perlindungan dimana dan kapan pun saya berada

Kedua orang tua dan ketiga adik yang selalu memberikan cinta, motivasi dan perhatian

Setiap guru dan dosen, yang dengan sabar mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang luar biasa

Teman-teman yang selalu mendukung, memberikan hiburan, serta memori indah setiap harinya

Almamater Universitas Sanata Dharma yang telah menjadi tempat saya mengenyam pendidikan dan memberikan saya pengalaman berharga

(8)

viii PRAKATA

Puji dan Syukur pada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan atas rahmat, berkat dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penetapan Kadar Kuersetin Total dalam Ekstrak Metanol Daun Pepaya dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-Densitometri” sebagai salah satu syarat yang perlu dipenuhi agar memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan naskah skripsi, penulis yakin bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya masukkan, kritikan, arahan, diskusi, saran dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. apt. Yustina Sri Hartini, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Dr. apt. Christine Patramurti, selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dan dosen penguji yang telah berperan seperti orang tua dan selalu memberikan masukan, arahan, waktu untuk berdiskusi serta pendampingan selama proses penyusunan skripsi.

3. Bapak apt. Michael Raharja Gani, M.Farm, selaku dosen pembimbing dan dosen penguji yang senantiasa menyediakan waktu untuk berdiskusi, memberikan masukkan, pendampingan, kritik dan saran yang membangun.

4. Ibu Dr. apt. Erna Tri Wulandari, selaku dosen penguji untuk segala masukkan, bimbingan, dukungan, dan saran hingga skripsi ini tersusun.

5. Ibu apt. Aris Widayati, M.Si., Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akademik atas pendampingannya selama ini.

6. Laboran Laboratorium Kimia Instrumentasi (Mas Bimo), Kimia Organik (Pak Parlan), Kimia Analisis (Mas Kunto), Analisis Pusat (Pak Bimo) dan Farmakognosi Fitokimia (Pak Wagiran) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang dengan sabar telah membantu, menemani, dan mendukung proses penelitian di laboratorium.

(9)

ix

7. Pak Yohanes, selaku dosen yang sudah bersedia meluangkan waktu menjadi deteminator untuk proses determinasi sampel.

8. Kedua orang tua Bapak Stefanus Nanga dan Ibu Petronela Tiba, dan adik- adik Arnoldus Marianus Deto Nanga, Fransiskus Solanus Bheja Nanga, Nimensya Margareth Loer Nanga, dan Aprianus Dosa yang selalu memberikan segala perhatian, doa, nasihat, dukungan dan semangat.

9. Rekan seperjuangan selama proses penelitian ini, Rafaela Anggraeni Puspita Sakti, Nely Agustina Marlen Bulu dan Maria Lusia Kristiana Anu untuk bantuan dan kerjasamanya sehingga mampu melewati suka duka proses penelitian.

10. Teman-teman Wisma gorethi (Peco, Elen, Angel, Tessa, Titin, dan Elis) beserta semua teman dan sahabat yang selalu memberikan motivasi dan perhatian.

Selama proses penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka terhadap masukkan, kritik dan saran agar naskah skripsi ini dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat. Akhir kata, semoga naskah skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 22 Juni 2021

Stellamaris Aprilia Sota Nanga

(10)

x ABSTRAK

Pepaya merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat. Bagian dari pepaya yaitu daun dapat digunakan dalam pengobatan, meningkatkan nafsu makan, dan meningkatkan produksi ASI. Pada daun pepaya telah diidentifikasi adanya kandungan flavonoid seperti kuersetin. Kuersetin merupakan senyawa yang dapat digunakan sebagai antioksidan. Berdasarkan keputusan Badan Pengawasan Obat dan Makanan, batas maksimum konsumsi bioflavonoid adalah 200 mg/hari.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar senyawa kuersetin total pada ekstrak metanol daun pepaya (Carica papaya L.) yang ditetapkan dengan metode KLT-densitometri. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental semu. Sistem KLT-densitometri yang dipakai adalah fase diam silika gel 60 F254, dengan komposisi fase gerak yang digunakan adalah asam format, etil asetat, dan toluen (0,1:4,4:5,5 v/v) dan panjang elusi 5 cm. Pembacaan dilakukan pada panjang gelombang 377 nm.

Analisis hasil yang dilakukan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.

Berdasarkan analisis hasil terbukti bahwa pada ekstrak metanol daun pepaya mengandung kuersetin dan rata-rata kadar kuersetin yang terkandung pada ekstrak metanol daun pepaya adalah sebesar 0,39 mg/g ± 0,004 dengan CV sebesar 1,03%.

Nilai CV yang diperoleh menandakan hasil penetapan kadar memiliki keterulangan yang baik.

Kata Kunci : daun pepaya, kuersetin, KLT-Densitometri, penetapan kadar

(11)

xi ABSTRACT

Papaya is a plant that has many benefits. Part of the papaya is the leaves can be used in medicine, increase appetite, and increase milk production. Papaya leaves contain flavonoids such as quercetin. Quercetin is a compound that can be used as an antioxidant. Based on the decision of the Food and Drug Administration, the maximum limit for bioflavonoid consumption is 200 mg/day.

This research aim to determine the total quercetin content in methanol extract of papaya leaves (Carica papaya L.) determined by the TLC-densitometry method. This research is a quasi-experimental. The TLC-densitometry system used is silica gel 60 F254 stationary phase, with the composition of the mobile phase is formic acid, ethyl acetate, and toluene (0,1:4,4:5,5 v/v) and an elution length of 5 cm. The readings were taken at a wavelength of 377 nm.

The results is analyzed qualitatively and quantitatively. Based on the results of the analysis, it is proven that in methanol extract of papaya leaves contains quercetin and the average content of quercetin contained in the extract is 0,39 mg/g

± 0,004 with a CV of 1,03%. The CV value that obtained the grading results had good repeatability.

Keywords: papaya leaves, quercetin, TLC-densitometry, assay

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

PENDAHULUAN ... 1

METODE PENELITIAN ... 2

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 7

KESIMPULAN DAN SARAN ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 18

LAMPIRAN ... 21

BIOGRAFI PENULIS ... 46

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Data kurva baku ... 12 Tabel II. Hasil penetapan kadar dalam ekstrak metanol daun pepaya ... 16

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gugus silanol terikat air (a), Gugus silanol bebas (b) ... 8

Gambar 2. Reaksi hidrolisis rutin dengan katalis HCl ... 10

Gambar 3. Gugus kromofor dan ausokrom pada kuersetin... 10

Gambar 4. Spektrum serapan maksimum baku kuersetin ... 11

Gambar 5. Kurva hubungan antara konsentrasi baku 15,15; 17,68; 20,20; 22,73; 25,25; 27,78 µg/mL dengan AUC ... 13

Gambar 6. Kromatogram baku 25,25 ppm yang dielusi pada fase gerak asam format, etil asetat, dan toluen (0,1:4,4:5,5 v/v) dengan panjang elusi 5 cm ... 14

Gambar 7. Kromatogram sampel yang dielusi pada fase gerak asam format, etil asetat, dan toluen (0,1:4,4:5,5 v/v) dengan panjang elusi 5 cm ... 14

Gambar 8. Kromatogram sampel dengan adisi baku 25,25 ppm yang dielusi pada fase gerak asam format, etil asetat, dan toluen (0,1:4,4:5,5 v/v) dengan panjang elusi 5 cm ... 15

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Spesifikasi plat KLT ... 22

Lampiran 2. CoA (Certificate of Analysis) baku kuersetin ... 23

Lampiran 3. Bagian pepaya yang dideterminasi ... 24

Lampiran 4. Hasil determinasi ... 25

Lampiran 5. Lembar pengesahan determinasi ... 26

Lampiran 6. Contoh perhitungan larutan stok hingga larutan seri baku kuersetin 27 Lampiran 7. Kromatogram larutan seri baku replikasi 1 ... 28

Lampiran 8. Kromatogram larutan seri baku replikasi 2 ... 31

Lampiran 9. Kromatogram larutan seri baku replikasi 3 ... 34

Lampiran 10. Kromatogram baku pembanding dan sampel replikasi enam kali dengan perlakuan duplo ... 37

Lampiran 11. Hasil penimbangan sampel enam replikasi ... 44

Lampiran 12. Perhitungan kadar kuersetin enam kali replikasi dengan perlakuan duplo ... 45

(16)

1 PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dapat diperoleh dengan memanfaatkan berbagai upaya pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan tradisional. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan menggunakan ramuan obat tradisional yang umumnya berasal dari tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan untuk pengobatan tradisional adalah pepaya.

Pepaya merupakan salah satu tanaman yang paling banyak dibudidayakan di daerah tropis dan memiliki banyak manfaat. Salah satu bagian pepaya yang dapat digunakan sebagai bahan obat herbal adalah daun. Masyarakat India menggunakan daun pepaya untuk mengobati asma, kolik, demam, dan beri-beri. Masyarakat Indonesia memanfaatkan daun pepaya untuk meningkatkan nafsu makan, mengurangi demam, dan meningkatkan produksi ASI. Di Indonesia, daun pepaya dapat dikonsumsi sebagai sayur, teh, dan jamu (Julianti, Oufir and Hamburger, 2014).

Pada daun pepaya telah diidentifikasi adanya kandungan flavonoid seperti kuersetin dan kuersetin 3-rutinosid. Kuersetin 3-rutinosid merupakan kuersetin dalam bentuk glikosida. Oleh karena itu, pada penetapan kadar kuersetin total diperlukan proses hidrolisis untuk memecah ikatan glikosida sehingga menghasilkan kuersetin aglikon. Asam yang dapat digunakan untuk hidrolisis adalah asam klorida, asam sulfat atau asam fosfat (Nugroho et al., 2017).

Senyawa kuersetin dapat digunakan sebagai senyawa penanda dalam analisis ekstrak tumbuhan. Kuersetin menunjukkan aktivitas biologis seperti antioksidan yang mampu mengobati berbagai penyakit seperti tumor, diabetes, dan inflamasi. Kuersetin juga telah terbukti memiliki aktivitas bakteriostatik (Anand David, Arulmoli and Parasuraman, 2016; Wang et al., 2018). Menurut keputusan Badan Pengawasan Obat dan Makanan, batas maksimum konsumsi bioflavonoid adalah 200 mg/hari. Penggunaan dalam dosis berlebih dapat menyebabkan emesis, hipertensi, nefrotoksisitas, dan penurunan serum kalium. Senyawa kuersetin yang

(17)

terkandung dalam ekstrak daun pepaya perlu dilakukan standardisasi kadar untuk menjamin mutu dan keamanan dari ekstrak tersebut. Standardisasi merupakan serangkaian parameter, prosedur, dan cara pengukuran yang menjamin bahwa produk akhir obat, ekstrak, atau produk ekstrak mempunyai derajat kualitas yang sama. Penelitian mengenai penetapan kadar kuersetin dalam ekstrak metanol daun pepaya telah dilakukan oleh Nugroho et al (2017) dengan judul penelitian

“Identification and Quantification of Flavonoids in Carica Papaya Leaf and Peroxynitritescavenging Activity”, menggunakan metode HPLC fase terbalik.

Kadar kuersetin yang diperoleh adalah <0,17 µg/mL.

Pada penelitian ini, penetapan kadar kuersetin pada daun pepaya dilakukan dengan menggunakan metode KLT-densitometri. Metode KLT-densitometri dipilih karena tidak membutuhkan banyak waktu, sederhana, biaya rendah, penggunaan sampel yang sedikit, akurat, cepat dan hemat dalam penggunaan fase gerak (Bele et al., 2011; Najib et al., 2017; Sasidharan et al., 2011).

METODE PENELITIAN

Bahan Penelitian

Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah daun pepaya yang diperoleh dari perkebunan, baku kuersetin (Sigma Aldrich), metanol pro analysis (E. Merck), etil asetat pro analysis (E. Merck), toluene analytical grade (E. Merck), asam format analytical grade (E. Merck), HCl 37% (E. Merck), dan akuades yang diperoleh dari laboratorium Kimia Analisis dan Kimia Organik Universitas Sanata Dharma.

Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat densitometer (CAMAG KLT Scanner 3 CAT.No.0277.6485 SER No.160602), autosampler (CAMAG Linomat 5 CAT. No.027.7808. SER No.170610), seperangkat komputer merek AOC, Oven (POSTBUS 7018-3502), timbangan analitik (Ohaus PA224C) (max=220g, d=0,0001g), timbangan analitik ultramikro

(18)

(RADWAG) seri UYA 2,3 Y (max=2,1g, min=0,01mg, dan d=0,1µg), bejana, linomat syringe ( CAMAG), membrane filter Whatman 0,45 µm, microtube 1.5 mL, mikropipet 10 µl dan 1000 µl (Acura 825), pompa vakum (Gast), corong buchner, waterbath, alat soklet, rotary evaporator, sentrifuge, oven, dan peralatan-peralatan gelas yang umum digunakan di laboratorium analisis (Pyrex).

Tata Cara Penelitian Determinasi sampel

Determinasi tanaman Carica papaya L. dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Bagian tanaman dideterminasi adalah daun dan buah.

Pengumpulan sampel

Sampel uji yang digunakan adalah daun pepaya yang diambil dari perkebunan pepaya pada bulan Juli 2020. Daun yang dipilih adalah daun segar tidak terlalu muda maupun tidak terlalu tua dan tidak berlubang atau rusak. Daun pepaya yang diambil adalah daun pada pangkal keempat dari pucuk daun pepaya.

Pembuatan serbuk daun pepaya

Daun pepaya yang masih segar dicuci dengan air mengalir hingga bersih.

Daun dikeringkan tanpa dirajang terlebih dahulu. Bahan dikeringkan di bawah sinar matahari sesuai prosedur pengeringan yaitu dijemur menggunakan nampan yang ditutupi kain hitam. Daun pepaya dikeringkan hingga daun tersebut mengeluarkan suara gemerisik saat diremas. Kemudian, bahan diserbuk menggunakan mesin penyerbuk. Serbuk diayak menggunakan ayakan nomor mesh 50.

Pembuatan ekstrak daun pepaya

Sebanyak 20 gram serbuk simplisia ditimbang dan disokletasi menggunakan pelarut metanol sebanyak 100 ml. Proses sokletasi dilakukan dengan cara memasukkan sampel ke dalam kertas saring yang telah dijahit menyerupai wadah sampel, kemudian dialirkan pelarut metanol sebanyak 100 mL. Proses sokletasi berlangsung hingga cairan penyari yang melalui pipa sifon menjadi bening Hasil sokletasi dimasukkan ke dalam rotary evaporator pada suhu 65°C untuk menguapkan pelarut metanol yang terdapat pada ekstrak. Kemudian, ekstrak

(19)

diletakkan pada cawan petri dan diuapkan kembali dengan menggunakan waterbath pada suhu 65°C untuk menghilangkan pelarut yang masih terdapat dalam ekstrak.

Pembuatan fase gerak

Fase gerak yang digunakan terdiri dari asam format : etil asetat : toluen dengan perbandingan sesuai hasil optimasi yaitu 0,1: 4,4: 5,5 v/v. Pembuatan fase gerak dilakukan menggunakan labu takar 10 mL. Pengambilan fase gerak dimulai dari larutan dengan volume terkecil yaitu asam format 100 µL, etil asetat 4,4 mL, dan ditambahkan toluen hingga tanda batas pada labu takar.

Penjenuhan bejana

Fase gerak yang akan digunakan dimasukkan ke dalam bejana dengan ukuran 20 x 20 cm. Dicelupkan kertas saring di salah satu bagian dinding bejana.

Bejana kromatografi ditutup dan dibiarkan jenuh yang ditandai dengan kertas saring yang terbasahi seluruhnya.

Aktivasi plat KLT silika gel 60 F254

Plat KLT dipotong sesuai kebutuhan. Plat silika dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 120°C selama 60 menit.

Pembuatan larutan baku kuersetin 1000 µg/mL

Sebanyak lebih kurang 10 mg baku kuersetin ditimbang saksama dan dilarutkan dengan pelarut metanol dalam labu takar 10 ml, sehingga didapatkan larutan baku kuersetin 1000 µg/mL.

Pembuatan larutan intermediet baku kuersetin 100 µg/mL

Diambil sebanyak 1 mL larutan baku kuersetin 1000 µg/mL dan dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, kemudian ditambahkan dengan pelarut metanol hingga tanda batas, sehingga didapatkan larutan intermediet baku 100 µg/mL.

Pembuatan larutan seri baku kuersetin

Larutan baku kuersetin 100 µg/mL diambil sejumlah 150; 175; 200; 225;

250; 275 µL dan masing-masing dimasukkan ke dalam mikrotube, kemudian ditambahkan dengan pelarut metanol sampai volumenya menjadi 1 mL sehingga didapatkan larutan seri baku kuersetin konsentrasi 15; 17,5; 20; 22,5; 25; 27,5 µg/mL.

(20)

Penentuan panjang gelombang maksimum

Larutan baku kuersetin 1000 µg/mL diambil sejumlah 100; 300; 500 µL dan masing-masing dimasukkan ke dalam mikrotube, kemudian ditambahkan dengan pelarut metanol sampai volumenya menjadi 1 mL sehingga didapatkan larutan seri baku konsentrasi 100 µg/mL, 300 µg/mL, dan 500 µg/mL. Larutan seri yang telah diperoleh ditotolkan sebanyak 2 µL menggunakan autosampler pada plat KLT yang telah diaktivasi. Totolan dilakukan pada jarak 1,5 cm dari batas bawah plat, 1,5 cm dari samping kanan dan kiri plat. Jarak antar totolan adalah 1 cm.

Kemudian, plat KLT tersebut dielusi pada bejana yang telah dijenuhkan hingga jarak sesuai hasil optimasi yaitu 5 cm. Bercak dibaca serapannya pada range panjang gelombang 250-450 nm dengan menggunakan densitometer.

Penetapan kurva kalibrasi

Larutan seri baku 15; 17,5; 20; 22,5; 25; 27,5 µg/mL ditotolkan ke plat KLT yang telah diaktivasi sebanyak 2 µL menggunakan autosampler. Totolan dilakukan pada jarak 1,5 cm dari batas bawah plat, 1,5 cm dari samping kanan dan kiri plat. Jarak antar totolan adalah 1 cm. Kemudian, plat KLT tersebut dielusi pada bejana yang telah dijenuhkan hingga jarak sesuai hasil optimasi yaitu 5 cm. Plat diangin-anginkan dan kemudian dideteksi dengan densitometer pada panjang gelombang 377 nm. Nilai AUC pada masing-masing larutan ini kemudian diplotkan terhadap konsentrasi seri baku sehingga diperoleh persamaan regresi linear yang menyatakan hubungan antara konsentrasi kuersetin Vs AUC, kemudian ditentukan persamaan kurva kalibrasi y=bx+a dengan nilai koefisien korelasi r = 0,998.

Preparasi sampel

Ditimbang sampel sebanyak lebih kurang 40 mg secara saksama, dilarutkan dengan 900 µL akuades panas dan ditambahkan 100 µL asam klorida pekat.

Kemudian, dipanaskan di atas waterbath dengan suhu 900C selama tiga jam.

Setelah tiga jam, larutan dipindahkan ke dalam mikrotube 1,5 mL dan disentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm selama 10 menit. Bagian supernatan diambil untuk proses analisis kualitatif dan kuantitatif (Vetrova et al, 2017).

(21)

Analisis kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan nilai Rf analit dan baku. Selain itu, untuk analisis kualitatif dilakukan dengan menganalisa hasil kromatogram sampel yang diadisi baku. Larutan sampel, baku, dan sampel dengan adisi baku ditotolkan pada plat KLT yang telah diaktivasi menggunakan autosampler. Totolan dilakukan pada jarak 1,5 cm dari batas bawah plat, 1,5 cm dari samping kanan dan kiri plat. Jarak antar totolan adalah 1 cm. Kemudian plat KLT tersebut dielusi pada bejana yang telah dijenuhkan dengan jarak sesuai hasil optimasi yaitu 5 cm. Plat diangin-anginkan dan kemudian dideteksi dengan densitometer pada panjang gelombang 377 nm.

Analisis kuantitatif

Sampel yang telah dibuat, ditotolkan menggunakan autosampler pada plat KLT yang telah diaktivasi dan dilakukan replikasi sebanyak 6 kali dan dibuat duplo pada setiap replikasi. Totolan dilakukan pada jarak 1,5 cm dari batas bawah plat, 1,5 cm dari samping kanan dan kiri plat. Jarak antar totolan adalah 1 cm. Kemudian, plat KLT tersebut dielusi pada bejana yang telah dijenuhkan hingga jarak sesuai hasil optimasi yaitu 5 cm. Plat diangin-anginkan dan kemudian dideteksi dengan densitometer pada panjang 377 nm.

Analisis Hasil

Analisis hasil yang dilakukan adalah penetapan kadar kuersetin total dalam ekstrak metanol daun pepaya yang dapat dihitung dengan cara memasukkan AUC sampel ke dalam persamaan regresi linear y=bx+a yang telah diperoleh. Kadar kuersetin total dalam sampel dapat ditetapkan dengan menggunakan rumus:

% Kadar = Konsentrasi (x) (µg/mL) x volume sampel (mL)x faktor pengencer

𝑤 (𝑔) 𝑥 100

Selanjutnya ditentukan nilai SD (Standar Deviation) dan nilai % CV (coefficient variance). Kadar kuersetin dinyatakan dalam % b/b ± SD dan mg/g ± SD.

(22)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar kuersetin total dalam ekstrak metanol daun pepaya yang dilakukan dengan menggunakan metode analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan sistem fase normal. Sistem fase normal terdiri dari fase diam yang lebih polar dibandingkan fase gerak (Lenehan, 2013).

Pemilihan sistem fase normal didasari oleh adanya interaksi antara fase diam, analit, dan fase gerak. Interaksi analit terhadap fase diam maupun fase gerak memungkinkan analit untuk dapat terelusi dan menghasilkan nilai Rf yang baik atau berada pada range 0,2-0,8. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Nugroho et al (2017), pada daun pepaya terbukti mengandung beberapa senyawa flavonoid seperti kuersetin dan rutin. Rutin merupakan senyawa glikosida yang terbentuk dari ikatan antara kuersetin dan karbohidrat (glukosa dan rhamnosa).

Untuk dapat menghasilkan senyawa kuersetin total, maka rutin perlu untuk dihidrolisis. Pada rangkaian penelitian ini telah dilakukan optimasi fase gerak, panjang elusi dan waktu hidrolisis. Berdasarkan hasil optimasi yang dilakukan oleh Anu (2021), fase gerak yang digunakan adalah asam format, etil asetat, dan toluen (0,1:4,4:5,5 v/v ), panjang elusi 5 cm, dan waktu hidrolisis 3 jam dengan suhu 900C.

Fase diam yang digunakan adalah plat silika gel 60 F254 yang berarti fase diam memiliki ukuran pori 60 A0 dan dapat berfluorosensi di bawah sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm. Selain itu, pada rangkaian penelitian ini telah dilakukan validasi oleh Bulu (2021), hasil yang diperoleh telah memenuhi parameter validasi selektivitas dengan nilai resolusi ≥ 1,5, linearitas (r = 0,998), spesifisitas, akurasi (nilai perolehan kembali berada pada range 85-110% untuk seri konsentrasi 17,68 dan 20,20), dan presisi (CV ≤ 4%) (Gandjar dan Rohman, 2007).

Pada proses penelitian, sebelum dilakukan penotolan sampel maupun baku, plat KLT perlu diaktivasi dengan tujuan untuk menghilangkan kelembapan dan mengaktifkan gugus silanol. Gugus silanol yang sudah teraktivasi dan yang belum teraktivasi ditunjukkan pada gambar 4. Bejana yang digunakan untuk proses elusi perlu dijenuhkan menggunakan fase gerak. Penjenuhan bejana bertujuan

(23)

untuk menyamaratakan tekanan uap dari fase gerak, sehingga pemisahan dapat berjalan dengan baik (Dewi et al., 2018; Cai, 2014).

Gambar 1. Gugus silanol terikat air (a), Gugus silanol bebas (b)

Penyiapan Ekstrak Daun Pepaya

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pepaya. Sampel daun pepaya perlu dideterminasi dengan tujuan untuk mendapatkan kebenaran identitas dari tanaman yang akan diteliti dan menghindari kesalahan dalan pengumpulan bahan utama penelitian. Proses determinasi dilakukan mengunakan buku Flora of Java (Spermatophytes Only). Hasil determinasi tanaman pepaya adalah sebagai berikut, spesies: Carica papaya L dan Nom. Indig: Pepaya.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari proses determinasi dengan nomor surat determinasi 634/LKTO/Far-USD/V/2021, maka dapat dipastikan bahwa tanaman yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah tumbuhan pepaya (Carica papaya L.).

Sampel diekstraksi menggunakan metode sokletasi. Ekstraksi merupakan proses penyarian senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut dan cara yang sesuai (Nasyanka, Na’imah and Aulia, 2020;

BPOM, 2014). Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode sokletasi yang merupakan proses penyarian simplisia secara berkesinambungan, dimana cairan penyari terkondensasi menjadi molekul air oleh kondensor dan turun menyari simplisia dan kembali ke labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Proses sokletasi berlangsung hingga cairan penyari yang melalui pipa sifon menjadi

(24)

bening. Sokletasi memiliki kelebihan yaitu memiliki efisiensi ekstraksi yang tinggi dan membutuhkan lebih sedikit waktu maupun pelarut (USP, 2019; Zhang, Lin and Ye, 2018).

Pada penelitian ini, sampel disoklet menggunakan pelarut metanol. Metanol dipilih sepagai pelarut karena kuersetin sangat mudah larut dalam metanol dan memiliki titik didih yang rendah (650C) sehingga mudah menguap saat dipanaskan (Pubchem, 2020). Pelarut metanol diuapkan menggunakan rotary evaporator. Alat ini memiliki kelebihan yaitu dapat menguapkan pelarut dibawah titik didih sehingga proses penguapan dapat berlangsung lebih cepat (Monk, 2008).

Preparasi Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun pepaya yang telah diidentifikasi melalui proses determinasi. Pada penelitian yang telah dilakukan Nugroho et al (2017) menunjukkan bahwa kuersetin yang terkandung dalam daun pepaya terdapat dalam bentuk aglikon dan glikosida. Oleh karena itu perlu dilakukan hidrolisis yang bertujuan untuk mengubah kuersetin bentuk glikosida menjadi bentuk aglikon. Proses preparasi dilakukan dengan menggunakan akuades panas dan HCl 37%. Ekstrak daun pepaya terlebih dahulu dilarutkan dengan menggunakan akuades panas. Penambahan akuades panas berfungsi untuk hidrolisis. Larutan HCl berfungsi sebagai katalisator yang bertujuan untuk mempercepat reaksi hidrolisis (Vetrova et al., 2017). Reaksi hidrolisis menggunakan katalisator HCl ditunjukkan pada gambar 5. Berdasarkan hasil optimasi, hidrolisis sampel dilakukan selama tiga jam. Menurut Wang et al (2011) penggunaan asam kuat dan suhu tinggi menyebabkan proses hidrolisis berlangsung lebih cepat. Setelah proses pemanasan, sampel disentrifugasi menggunakan sentrifuge. Sentrifugasi merupakan proses untuk memisahkan partikel padat dari cairan dengan menggunakan prinsip gravitasi (Istianah, Wardani dan S, 2018).

Sentrifugasi dilakukan dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit.

(25)

Gambar 2. Reaksi hidrolisis rutin dengan katalis HCl

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Penetapan panjang gelombang maksimum pengamatan dilakukan dengan cara mengukur serapan dari kuersetin. Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang memiliki serapan maksimum saat dideteksi oleh detektor UV yang terdapat pada sistem KLT-Densitometri. Syarat senyawa yang dapat dideteksi oleh detektor UV adalah memiliki gugus kromofor dan ausokrom.

Kromofor merupakan gugus tak jenuh yang dapat menyerap radiasi dalam daerah- daerah ultraviolet dan visibel, sedangkan auksokrom adalah gugus jenuh yang jika terikat pada gugus kromofor dapat mengubah panjang gelombang dan intensitas serapan maksimum (Yadav, 2005). Gugus kromofor dan ausokrom pada kuersetin ditunjukkan pada gambar 6.

Gambar 3. Gugus kromofor dan ausokrom pada kuersetin

(26)

Penentuan panjang gelombang maksimum menggunakan larutan baku dengan tiga konsentrasi 100, 300 dan 500 µg/mL dan diukur pada range panjang gelombang UV yaitu 250-450 nm. Penggunaan tiga konsentrasi bertujuan untuk mengamati bentuk spektra dari kuersetin dan melihat adakah pengaruh perubahan konsentrasi terhadap nilai panjang gelombang maksimum kuersetin yang dihasilkan. Hasil dari pengukuran panjang gelombang maksimum yang telah dilakukan pada bagian optimasi oleh Anu (2021) dapat dilihat pada gambar 7.

Keterangan :

= kuersetin 100 µg/mL = kuersetin 300 µg/mL = kuersetin 500 µg/mL

Gambar 4. Spektrum serapan maksimum baku kuersetin

Berdasarkan hasil di atas, terlihat bahwa panjang gelombang maksimum dari kuersetin adalah 377 nm. Panjang gelombang teoritis kuersetin yang dianalisis menggunakan KLT-Densitometer adalah 380 nm (Gupta et al., 2015). Pada penelitian ini, panjang gelombang yang diperoleh mengalami pergeseran sebesar 3 nm. Pergeseran panjang gelombang dapat diterima jika ≤ 3 nm (Synder et al., 2010).

Oleh karena itu, panjang gelombang 377 nm dapat digunakan untuk penetapan kadar kuersetin pada ekstrak metanol daun pepaya.

(27)

Penetapan Kurva Kalibrasi

Penetapan kurva baku dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan antara respon instrumen berupa nilai Area Under Curve (AUC) dan konsentrasi baku kuersetin. Pembuatan kurva baku menggunakan seri konsentrasi 15,15; 17,68;

20,20; 22,73; 25,25; 27,78 µg/mL dan dilakukan replikasi sebanyak tiga kali untuk mendapatkan nilai koefisien korelasi (r) yang terbaik.

Tabel I. Data kurva baku

Konsentrasi (µg/mL)

AUC

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

15,15 1304,5 1202,6 1117,1

17,68 1692,4 1526 1481,3

20,20 1754,0 1908,2 1841,8

22,73 1843,7 2074,6 2174,8

25,25 2515,6 2455,1 2458,9

27,78 2612,1 2689,3 2754,6

a -255,410 -546,424 -809,955

b 102,911 117,512 129,577

r 0,957 0,991 0,998

Keterangan :

= data kurva baku untuk perhitungan kadar

Proses penetapan kurva baku telah dilakukan pada bagian validasi oleh Bulu (2021) dan dipilih kurva baku yang paling linear yaitu replikasi tiga dengan persamaan kurva baku y= 129,577x-809,955 dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,998. Menurut AOAC (2019), kurva baku dikatakan linear jika memiliki nilai koefisien korelasi lebih dari 0,99, sehingga dapat dikatakan kurva baku replikasi tiga bersifat linear yang berarti semakin tinggi konsentrasi baku kuersetin, maka respon instrumen berupa nilai AUC akan meningkat. Kurva hubungan antara konsentrasi baku dengan AUC dapat dilihat pada gambar 8.

(28)

Gambar 5. Kurva hubungan antara konsentrasi baku 15,15; 17,68; 20,20; 22,73; 25,25; 27,78 µg/mL dengan AUC

Analisis Kualitatif

Pemisahan zat terlarut berkaitan dengan distribusinya dalam fase gerak dan fase diam. Pada pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti akan berpengaruh terhadap nilai Rf. Pada penelitian ini, sistem fase diam yang digunakan memiliki sifat yang lebih polar dibandingkan fase gerak asam format, etil asetat, dan toluen. Sistem ini menyebabkan senyawa yang lebih non polar akan terelusi lebih dulu dibandingkan senyawa yang bersifat lebih polar. Hal ini dikarenakan senyawa yang bersifat lebih polar berinteraksi lebih kuat dengan fase diam. Rf yang baik yaitu antara 0,2-0,8 (Gandjar dan Rohman, 2007; Wulandari, 2011).

Analisis kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan nilai Rf baku dan sampel. Dua senyawa dikatakan identik apabila mempunyai nilai Rf yang sama atau hampir sama jika diukur pada kondisi KLT yang sama. Hasil pengujian KLT menunjukkan hasil Rf baku kuersetin 25,25 ppm sebesar 0,26 dengan AUC 2200,7 dan Rf sampel sebesar 0,25 dengan AUC 308,3. Hasil tersebut dinyatakan positif mengandung kuersetin jika nilai Rf memiliki selisih ≤ 0,05 (Gandjar dan Rohman, 2007; Oktaviantri et al., 2019). Selisih nilai Rf yang diperoleh adalah 0,01. Selain itu, pada analisis kualitatif juga dilakukan analisis terhadap kromatogram sampel dengan adisi baku. Berdasarkan hasil, terjadi peningkatan tinggi puncak dan respon

y = 129,577x - 809,955 r = 0,998

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

0 5 10 15 20 25 30

AUC

Konsentrasi (µg/mL)

Konsentrasi Vs AUC

(29)

AUC pada sampel dengan adisi baku yaitu sebesar 2846,9. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada sampel ekstrak metanol daun pepaya mengandung senyawa aktif kuersetin.

Gambar 6. Kromatogram baku 25,25 ppm yang dielusi pada fase gerak asam format, etil asetat, dan toluen (0,1:4,4:5,5 v/v) dengan panjang elusi 5 cm

Gambar 7. Kromatogram sampel yang dielusi pada fase gerak asam format, etil asetat, dan toluen (0,1:4,4:5,5 v/v) dengan panjang elusi 5 cm

Rf

Rf Tinggi kurva Tinggi kurva

(30)

Gambar 8. Kromatogram sampel dengan adisi baku 25,25 ppm yang dielusi pada fase gerak asam format, etil asetat, dan toluen (0,1:4,4:5,5 v/v) dengan panjang elusi 5 cm

Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif memberikan informasi tentang komposisi dan kadar komponen aktif yang terkandung dalam suatu bahan tanaman. Penetapan kadar kuersetin total pada ekstrak metanol daun pepaya dilakukan dengan menggunakan sistem KLT yang telah dioptimasi dan divalidasi terlebih dahulu. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung kadar berdasarkan persamaan kurva baku yang telah diperoleh. Pada proses penetapan kadar menggunakan baku pembanding 20,20 ppm dan sampel yang direplikasi sebanyak enam kali. Setiap replikasi pada sampel dilakukan duplo yang bertujuan untuk melihat ketepatan pengukuran. Hasil perhitungan kadar dapat dilihat pada pada tabel II.

Rf

Tinggi kurva

(31)

Tabel II. Hasil penetapan kadar dalam ekstrak metanol daun pepaya

Replikasi

Penotolan 1 Penotolan 2 Rata- Rata Kadar (% b/b)

Kadar (mg/g)

AUC X

(µg/mL)

Kadar

(% b/b) AUC X (µg/mL)

Kadar (% b/b)

1 1224,2 15,70 39,34 1266,1 16,02 40,15 39,75 0,3975 2 1229,7 15,74 39,45 1198,9 15,50 38,86 39,15 0,3915 3 1153,2 15,15 37,78 1246,7 15,87 39,58 38,68 0,3868 4 1209,7 15,59 39,06 1176,1 15,33 38,41 38,74 0,3874 5 1139,9 15,05 37,62 1259,0 15,97 39,92 38,77 0,3877 6 1206,4 15,56 39,90 1209,5 15,58 38,96 38,93 0,3893

Rata-rata 39,00 0,3900

SD 0,4032 0,0040

CV (%) 1,03 1,03

Berdasarkan data penetapan kadar yang telah diperoleh, rata-rata kadar kuersetin dalam ekstrak metanol daun pepaya adalah 0,39 mg/g ± 0,004. Menurut Watson et al (2012), kuersetin memberikan efek terapi mengurangi inflamasi dan stress oksidatif dengan dosis 160 mg. Selain itu pengunaan kuersetin dengan dosis 150 mg terbukti dapat mengurangi tekanan darah dan kadar LDL (low-density lipoprotein) dalam darah. Untuk mencapai efek terapi dari kuersetin, perlu ditingkatkan kadar dari ekstrak daun pepaya. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kadar kuersetin adalah waktu atau musim pengambilan sampel, tempat tumbuh atau asal sampel, posisi tumbuh daun, dan varietas pepaya yang digunakan. Berdasarkan hasil penelitian, daun yang lebih tua memiliki kadar flavonoid yang lebih tinggi dibandingkan daun muda, hal ini dikarenakan adanya peningkatan produksi metabolit sekunder. Kriteria daun pepaya tua adalah daun yang berada pada posisi ketujuh atau kedelapan dari pucuk tanaman pepaya (Haytowitz et al., 2013; Nisa et al., 2019; Felicia et al., 2017). Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Cezarotto et al (2017) dan Bautista et al (2016), sampel yang dipanen pada musim panas memiliki kadar flavonoid total yang tinggi, hal ini dapat menjadi pertimbangan saat proses pengumpulan sampel.

(32)

Nilai % coefficient variance (CV) yang diperoleh adalah 1,03%. Nilai CV menggambarkan presisi yang merupakan nilai kedekatan antara data yang satu dengan yang lainnya dalam suatu kondisi analisis yang sama. Penentuan presisi dapat dibagi dalam kategori pengulangan (repeatability) dan ketertiruan (reproducibility). Proses yang dilakukan pada penelitian ini termasuk dalam kategori repeatability yang berarti prosedur analisis dilakukan dalam waktu singkat oleh analis dan menggunakan alat yang sama. Semakin kecil nilai CV menunjukkan nilai presisi yang semakin baik. Menurut AOAC (2019), persyaratan penerimaan CV dengan konsentrasi analit 0,39 mg/g atau 390 µg/g (ppm) adalah ≤ 4%, sehingga dapat disimpulkan hasil penetapan kadar memiliki keterulangan yang baik.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata kadar kuersetin yang terkandung dalam ekstrak metanol daun pepaya adalah 0,39 mg/g ± 0,004 dengan CV sebesar 1,03% yang berarti memiliki keterulangan yang baik.

Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya dapat menetapkan kadar senyawa lain dalam ekstrak metanol daun pepaya menggunakan metode KLT-Densitometri.

2. Pada penelitan berikutnya dapat menetapkan kadar kuersetin menggunakan KLT-Densitometer dengan sampel daun pepaya yang lebih tua atau daun yang berada pada posisi ketujuh atau kedelapan dari pucuk daun pepaya.

(33)

18 DAFTAR PUSTAKA

Ajani, E. O. and Minari, J. B. 2013. Journal of Medicinal Plants Studies Prospects of Ethnobotanical Uses of Papaya ( Carica papaya ) (August), 4 (1), pp.

171–177.

Anand David, A. V., Arulmoli, R. and Parasuraman, S., 2016. Overviews of biological importance of quercetin: A bioactive flavonoid.

Pharmacognosy Reviews, 10(20), pp. 84–89.

Andarwulan, N. et al., 2012. Polyphenols, carotenoids, and ascorbic acid in underutilized medicinal vegetables. Journal of Functional Foods, 4(1), pp.

339–347.

AOAC, 2019. Official Methods of Analysis of AOAC International, Washington DC, pp. 8046-8051.

Backer,C.A., and Van Den Brink Jr.,R.C.B. 1963,Flora OF Java (Spertmatophytes Only), N.V.P. Noordhoff-Groningen-The Netherlands.

Bancirova, M.,2015. Changes Of The Quercetin Absorption Spectra in Dependence on Solvent. Chemistry Journal, 1(2), pp.31-34

Bautista, I. et al. 2016. Environmentally induced changes in antioxidant phenolic compounds levels in wild plants. Acta Physiologiae Plantarum, 38(1), pp.

1–15.

Bele, A. A. et al., 2011. an Overview on Thin Layer Chromatography. Ijpsr, 2(2), pp. 256–267.

BPOM., 2014. Persyaratan Mutu Obat Tradisional, pp. 1–16.

Cai, L. 2014. Thin layer chromatography, Current Protocols in Essential Laboratory Techniques, pp. 1-18.

Cezarotto, V. S., Rog, S. and Vendruscolo, M. H. 2017. Influence of Harvest Season and Cultivar on the Variation of Phenolic Compounds Composition and Antioxidant Properties in Vaccinium ashei Leaves, Acta Physiol Plant ,38(9), pp. 1–11.

Depkes RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.

Dewi et al.,2018. Pemisahan, Isolasi, dan Identifikasi Senyawa Saponin dari Herbs Pegagan (Centella asiatica L. Urban). Jurnal Farmasi Udayana,7 (2), 68- 76.

Felicia et al.,2017. Pengaruh ketuaan daun dan metode pengolahan terhadap aktivitas antioksidan dan karakteristik sensoris teh herbal bubuk daun alpukat.

Hahn-deinstrop, E. 2007. Applied thin-layer chromatography: best practice and avoidance of mistakes, Choice Reviews Online.

Heena, D. and Sunil, T. 2019. Carica papaya: Potential Implications in Human Health. Current Traditional Medicine, 5(4), pp. 321–336.

Istianah, N., Wardani, A. K. and S, F. H. 2018. Teknologi bioproses. Malang:

Universitas Brawijaya Press.

Julianti, T., Oufir, M. and Hamburger, M. 2014. Quantification of the antiplasmodial alkaloid carpaine in papaya (Carica papaya) leaves. Planta Medica, 80(13), pp. 1138–1142.

Juvita, L. et al., 2015. Perspektif Molekular Aktivitas Antiinflamasi Tanaman Kecombrang. Deepublish

(34)

John Joseph, Ravathy Krishna, P. J. V. 2018. Evaluation of Anti-Microbial and Anti-Inflammatory Action of Castor and Papaya Seed Extracts Against Staphylococcus Aureus.

Kemenkes, 2017. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi II, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Kepel, B. J. and Bodhi, W. 2020. Standarisasi Parameter Spesifik dan Non-Spesifik Ekstrak Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K. Schum) sebagai Obat Antibakteri. Jurnal e-Biomedik, 8(1), pp. 63–67

Kovendan, K. et al., 2012. Antimalarial activity of Carica papaya (Family:

Caricaceae) leaf extract against Plasmodium falciparum. Asian Pacific Journal of Tropical Disease, 2(1), pp. 306–311.

Li, Y. et al., 2016. Quercetin, inflammation and immunity. Nutrients, 8(3), pp.1- 14.

Lenehan, C. E. 2013. Chromatography: Basic Principles, Encyclopedia of Forensic Sciences: Second Edition.

Menkes, 2017. Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia. World Agriculture.

Monk, P.M.S. 2008. Physical Chemistry. Inggris;Waley.

Najib, A. et al. 2017. Standarisasi Ekstrak Air Daun Jat.i Belanda Dan Teh Hijau.

Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 4(2), pp. 241–245.

Nasyanka, A. L., Na’imah, J. and Aulia, R. 2020. Pengantar Fitokimia. Jawa Timur:

Penerbit Qiara Media, pp. 22–23.

Navin R Sheth, A. G., Jitendra, S. P. and Yadav, S. 2015. Determination of Quercetin a Biomarker in Hepatoprotective Polyherbal Formulation through High Performance Thin Layer Chromatography. Journal of Chromatography & Separation Techniques, 6 (6),

Nisa, F. Z. et al. 2019. Antioxidant Activity and Total Flavonoid of Carica papaya L. Leaves with Different Varieties, Maturity and Solvent. agriTECH, 39(1), p. 54.

Nugroho, A. et al., 2016. Identification and quantification of flavonoids in Carica papaya leaf and peroxynitrite-scavenging activity. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 7(3), pp. 208–213.

Oktaviantari, D.E., Feladita, N., Agustin, R., 2019. Identifikasi Hidrokuinon Dalam Sabun Pemutih Pembersihwajah Pada Tiga Klinik Kecantikan Di Bandar Lampung dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis Dan Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Analis Farmasi, 4(2), 91–97

Phaisan, S. et al., 2020. A green and effective method using oils to remove chlorophyll from chromolaena odorata (L.). Songklanakarin Journal of Science and Technology, 42(5), pp. 1084–1090.

Pubchem., 2020, Quercetin. NCBI.

https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Quercetin#section=Structur es. Diakses pada 9 Juli 2020.

Rubiyanto, D. 2017. Metode Kromatografi. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Sasidharan, S. et al. 2011. Extraction, Isolation and Characterization of Bioactive Compounds From Plants Extracts. Lecture Notes in Mathematics, 1902, pp. 121–130.

(35)

Synder,L.R.et al., 2010. Introduction to Modern Liquid Chromatography. John Wiley & Sons, New Jersey, pp. 596

Skorek, M. et al. 2016. Thin-layer chromatographic identification of flavonoids and phenolic acids contained in cosmetic raw materials. Journal of Liquid Chromatography and Related Technologies, 39(5–6), pp. 286–291.

Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Gadjah Mada University Press.

USP, 2019. Quercetin. The United States Pharmacopeia, Rockville, MD 20852, pp.

5141-5142.

Vairavasundaram, R. P. and Senthil, K. 2010. Effect of Sample Preparation and Tlc Methods On The, 2(1), pp. 15–19.

Vetrova, E. V. et al. 2017. A simple way for the preparation of natural antioxidant quercetin from rutin by subcritical water’, Journal of Natural Science, Biology and Medicine, 8(2), pp. 213–215.

Wang et al. 2011. A comparison of acidic and enzymatic hydrolysis of rutin. Afr J Biotechnol, 10(8), pp. 1460–1466.

Wang, S. et al. 2018. Bacteriostatic effect of quercetin as an antibiotic alternative in vivo and its antibacterial mechanism in vitro. Journal of Food Protection, 81(1), pp. 68–78.

Watson, R.R., Preedy,V.R., dan Zibadi, S., 2014. Polyphenols in Human Health and Disease.

Wulandari, L. 2011. Kromatografi Lapis Tipis, Taman Kampus Presindo.

Yadav, L. D. S. 2005. Organic Spectroscopy. University of Allahabad, India.

Yogiraj, V. et al. 2014. Carica papaya Linn: an overview. International Journal of Herbal Medicine, 2(5), pp. 1–8.

Zhang, Q. W., Lin, L. G. and Ye, W. C. 2018. Techniques for extraction and isolation of natural products: A comprehensive review’, Chinese Medicine (United Kingdom), 13(1), pp. 1–26.

(36)

LAMPIRAN

(37)

Lampiran 1. Spesifikasi plat KLT

(38)

Lampiran 2. CoA (Certificate of Analysis) baku kuersetin

(39)

Lampiran 3. Bagian pepaya yang dideterminasi

(40)

Lampiran 4. Hasil determinasi

(41)

Lampiran 5. Lembar pengesahan determinasi

(42)

Lampiran 6. Contoh perhitungan larutan stok hingga larutan seri baku kuersetin

a. Perhitungan larutan stok dan intermediet baku kuersetin 10.1 mg baku kuersetin dilarutkan dalam 10 mL pelarut metanol

Konsentrasi larutan stok

= 10.1 mg/10 mL

= 1.01 mg/mL

= 1010 µg/mL atau 1010 ppm Konsentrasi larutan intermediet

Menggunakan rumus pengenceran ( C1 x V1 = C2 x V2 ) 1010 ppm x 1 mL = C2 x 10 mL

V1 = 101 µg/mL b. Contoh perhitungan seri baku

Menggunakan rumus pengenceran ( C1 x V1 = C2 x V2 ) 101 ppm x 0,15 mL = C2 x 1 mL C2 = 15,15 µg/mL No.

seri

Jumlah larutan intermediet yang

diambil (µL)

Jumlah metanol yang ditambahkan (µL)

Konsentrasi seri yang didapat

(µg/mL)

1 150 850 15,15

2 175 825 17,68

3 200 800 20,20

4 225 775 22,73

5 250 750 25,25

6 275 725 27,78

(43)

Lampiran 7. Kromatogram larutan seri baku replikasi 1

1. Konsentrasi 15 ppm

2. Konsentrasi 17,5 ppm

Rf

Tinggi kurva

Rf

Tinggi kurva

(44)

3. Konsentrasi 20 ppm

4. Konsentrasi 22,5 ppm

Tinggi kurva

Rf

Rf

Tinggi kurva

(45)

5. Konsentrasi 25 ppm

6. Konsentrasi 27,5 ppm

Tinggi kurva

Rf

Rf

Tinggi kurva

(46)

Lampiran 8. Kromatogram larutan seri baku replikasi 2

1. Konsentrasi 15 ppm

2. Konsentrasi 17,5 ppm

Rf

Tinggi kurva

Rf

Tinggi kurva

(47)

3. Konsentrasi 20 ppm

4. Konsentrasi 22,5 ppm

Tinggi kurva

Rf

Rf

Tinggi kurva

(48)

5. Konsentrasi 25 ppm

6. Konsentrasi 27,5 ppm

Tinggi kurva

Rf

Rf

Tinggi kurva

(49)

Lampiran 9. Kromatogram larutan seri baku replikasi 3

1. Konsentrasi 15 ppm

2. Konsentrasi 17,5 ppm

Tinggi kurva

Rf

Rf

Tinggi kurva

(50)

3. Konsentrasi 20 ppm

4. Konsentrasi 22,5 ppm

Tinggi kurva

Rf

Rf

Tinggi kurva

(51)

5. Konsentrasi 25 ppm

6. Konsentrasi 27,5 ppm

Tinggi kurva

Rf

Rf

Tinggi kurva

(52)

Lampiran 10. Kromatogram baku pembanding dan sampel replikasi enam kali dengan perlakuan duplo

1. Baku pembanding 20,20 ppm

2. Replikasi 1 (penotolan 1)

Tinggi kurva

Rf

Rf

Tinggi kurva

(53)

3. Replikasi 1 (penotolan 2)

4. Replikasi 2 (penotolan 1)

Tinggi kurva

Rf

Rf

Tinggi kurva

(54)

5. Replikasi 2 (penotolan 2)

6. Replikasi 3 (penotolan 1)

Rf

Tinggi kurva Tinggi kurva

Rf

(55)

7. Replikasi 3 (penotolan 2)

8. Replikasi 4 (penotolan 1)

Tinggi kurva

Rf

Rf

Tinggi kurva

(56)

9. Replikasi 4 (penotolan 2)

10. Replikasi 5 (penotolan 1)

Tinggi kurva

Rf

Rf

Tinggi kurva

(57)

11. Replikasi 5 (penotolan 2)

12. Replikasi 6 (penotolan 1)

Tinggi kurva

Rf

Rf

Tinggi kurva

(58)

13. Replikasi 6 (penotolan 2)

Tinggi kurva

Rf

(59)

Lampiran 11. Hasil penimbangan sampel enam replikasi

Replikasi Gram balance Mg balance Bobot Isi

(mg) Bobot

wadah

Bobot wadah + Isi

Bobot wadah + Isi

1 1,1912 1,2311 1231 39,9

2 1,2041 1,2440 1244 39,9

3 1,2160 1,2561 1256 40,1

4 1,2021 1,2420 1242 39,9

5 1,1920 1,2320 1232 40

6 1,1970 1,2370 1237 40

(60)

Lampiran 12. Perhitungan kadar kuersetin enam kali replikasi dengan perlakuan duplo

Persamaan regresi y = 129,577x-809,955

Contoh perhitungan untuk replikasi 1 penotolan 1 Diketahui y = 1224,2

Maka x = 809,955 + 1224,2 129,577

= 15,70 µg/mL

Kadar (mg/g) = Konsentrasi (x) (µg/mL) x volume total sampel (mL)x faktor pengencer

𝑤 (𝑔)

= 15,70 µg/mL 𝑥 1 𝑚𝐿 0,0399 𝑔

= 393,4 µg/g

= 0,3934 mg/g

% Kadar = 0,3934 mg/g x 100

= 39,34 %

Dengan menggunakan perhitungan di atas, maka untuk replikasi sampel 1 sampai 6 diperoleh hasil seperti dalam tabel berikut.

Replikasi

Penotolan 1 Penotolan 2 Rata- Rata Kadar (% b/b)

Kadar (mg/g)

AUC X

(µg/mL)

Kadar

(% b/b) AUC X (µg/mL)

Kadar (% b/b)

1 1224,2 15,70 39,34 1266,1 16,02 40,15 39,75 0,3975 2 1229,7 15,74 39,45 1198,9 15,50 38,86 39,15 0,3915 3 1153,2 15,15 37,78 1246,7 15,87 39,58 38,68 0,3868 4 1209,7 15,59 39,06 1176,1 15,33 38,41 38,74 0,3874 5 1139,9 15,05 37,62 1259,0 15,97 39,92 38,77 0,3877 6 1206,4 15,56 39,90 1209,5 15,58 38,96 38,93 0,3893

Rata-rata 39,00 0,3900

SD 0,4032 0,0040

CV (%) 1,03 1,03

(61)

BIOGRAFI PENULIS

Penulis Skripsi berjudul “Penetapan Kadar Kuersetin dalam Ekstrak Metanol Daun Pepaya Menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)–Densitometri” memiliki nama lengkap Stellamaris Aprilia Sota Nanga, lahir di Bajawa pada tanggal 18 April 1999. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dan anak dari pasangan Stefanus Nanga dan Petronela Tiba.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah menyelesaikan pendidikan TK St. Martinus (2003-2004), SDK Supilape (2004-2010), SMPK St. Ursula Ende (2010-2013), dan SMAK Syuradikara (2013-2016). Penulis melanjutkan pendidikannya di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2017. Selama menempuh pendidikannya di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, penulis bergabung dalam kepanitiaan Pelepasan Wisuda (PW) sebagai sekretaris. Pada bidang akademik penulis pernah menjadi asisten dosen Praktikum Kimia Organik (2018), Biokimia (2019), FTSF (2020), Kimia Analisis (2020), dan Analisis Farmasi (2021).

Gambar

Tabel I. Data kurva baku ......................................................................................
Gambar 1. Gugus silanol terikat air (a), Gugus silanol bebas (b)
Gambar 2. Reaksi hidrolisis rutin dengan katalis HCl
Gambar 4. Spektrum serapan maksimum baku kuersetin
+6

Referensi

Dokumen terkait

PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOL DAUN DUDU (Piper sarmentosum

Telah dilakukan penelitian validasi metode analisis, membandingkan profil KLT- densitometri serta menentukan kadar aukubin dalam ekstrak metanol daun sendok yang diperoleh dari

Telah dilakukan penelitian validasi metode analisis, membandingkan profil KLT densitometri serta menentukan kadar aukubin dalam ekstrak metanol daun sendok yang diperoleh dari

Telah dilakukan penelitian validasi metode analisis, membandingkan profil KLT- densitometri serta menentukan kadar aukubin dalam ekstrak metanol daun sendok yang diperoleh dari

Telah dilakukan penelitian tentang validasi metode dan penetapan kadar kuersetin total dalam daun teh segar, teh hijau dan teh hitam untuk mengetahui kadar

Hasil yang diperoleh pada Tabel IV menunjukkan bahwa rata-rata dari kadar kafein dalam sampel adalah 5,65% sehingga dapat dikatakan bahwa kopi bubuk murni robusta merek “X”

Ekstrak Etanol Daun Piladang, Fraksi n-heksan, Fraksi Etil Asetat dan Fraksi Butanol dengan Eluen n-heksan : Etil Asetat pada Perbandingan 6 : 4 A No Sampel Jumlah dan Harga Rf

Profil Kromatografi Lapis Tipis pada ekstrak etanol 96% dan metanol daun sungkai menunjukkan bahwa daun sungkai yang dimaserasi menggunakan etanol 96% dan metanol mengandung beragam