• Tidak ada hasil yang ditemukan

Validasi metode dan penetapan kadar kuersetin total dalam daun teh segar (Camellia sinensis O.K.), teh hijau dan teh hitam menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Validasi metode dan penetapan kadar kuersetin total dalam daun teh segar (Camellia sinensis O.K.), teh hijau dan teh hitam menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik - USD Repository"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

VALIDASI METODE DAN PENETAPAN KADAR KUERSETIN TOTAL DALAM DAUN TEH SEGAR (Camellia sinensis O.K), TEH HIJAU DAN

TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhin Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Anastasia Filipa Veritas da Silva

NIM : 088114060

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

VALIDASI METODE DAN PENETAPAN KADAR KUERSETIN TOTAL DALAM DAUN TEH SEGAR (Camellia sinensis O.K), TEH HIJAU DAN

TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhin Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Anastasia Filipa Veritas da Silva

NIM : 088114060

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (Matius 6:25)

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:34)

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. (I Petrus 5:7)

“Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (Yos 1:5b)

K upersembahkan karyaku ini untuk :

Papa mama tersayang

K akakku tersayang Advent dan Viany

Adikku tersayang Vano

Sahabat dan teman-temanku

K amu, dia dan mereka

(6)
(7)
(8)

vii

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan

karunianya sehingga penelitian yang berjudul “Validasi Metode dan Penetapan

Kadar Kuersetin Total dalam Daun Teh Segar (Camellia sinensis O.K.), Teh

Hijau, dan Teh Hitam dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Fase Terbalik” dapat terlaksana dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu pelaksanaan penelitian ini:

1. Ipang Djunarko, M. Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanata

Dharma, Yogyakarta.

2. C. M. Ratna Rini Nastiti, M. Pharm., Apt. selaku Kepala Program Studi

Fakutas Farmasi Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penelitian di

dalam lingkungan fakultas farmasi.

3. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan informasi, bimbingan, pengarahan, saran, dan koreksi selama

pelaksanaan penelitian.

4. Dr. Ir. Ngadiman, M. Si selaku dosen pembimbing lapangan atas bimbingan,

saran, dan koreksi selama proses pengambilan sampel.

5. Yohanes Dwiatmaka, M Si dan Dra. M.M. Yetty Tjandrawati, M.Si selaku

dosen penguji atas pengarahan, informasi, saran, dan koreksi selama

pelaksanaan penelitian ini.

6. Mas Bimo, Pak Parlan dan Pak Kethul yang telah banyak membantu selama

(9)

viii

7. Semua pihak di PT Pagilaran atas bantuannya dalam proses pengambilan

sampel.

8. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan ilmu selama masa kuliah.

9. Bapak Sanjaya dan Angelia Puspita, S.Farm, Apt. yang telah banyak

membantu dalam penyusunan skripsi dan sumbangan ilmu yang telah

diberikan selama penulis melakukan penelitian.

10.Gregorius da Silva, Maria Anastasia Iing Susilowati, orang tua yang selalu

memahami dan memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan sampai menjadi seorang sarjana dengan pribadi yang kuat dan

tegar.

11.Fransiskus Borgias Adventus da Silva, Maria Stella Viany da Silva, dan

Silvester Rosario Valentino da Silva yang selalu memberikan dorongan

semangat dan doa terutama saat kejenuhan datang.

12.Teman seperjuangan Alfonsus Heppy Rosario Dwiyoga, Adi Wirasaputra,

dan Paulus Setya Dharma atas suka duka, bantuan, serta dukungannya selama

ini.

13.Sahabat-sahabat penulis Ayen, Gina, Tia, Paulina, Tiwi, Putri, Arni, Betty ,

Efa, Ida, Vita atas bantuan, semangat, dukungan, dan doanya.

14.Arni, Putri, Betty, Shafiera, Wilda untuk warna-warni pengalaman yang kita

buat dari masa SMF.

15.Teman-teman kelompok antistress Vica, Seco, Dimbek, Usy, Sasa, Ike, Yuni,

(10)

ix

16.Teman-teman kost Alma mbak Nia, Tika, Winda, dan Venti atas

keceriaannya dan yang diberikan selama ini.

17.Teman-teman KKN kelompok 19 Anggit, Mas Kresna, Cik Lita, Fany, Sari,

Blesta, Ayu, Gita untuk keceriaan, semangat dan dukungan selama ini.

18.Teman-teman angkatan 2008 khususnya FST A terima kasih atas bantuan,

kenangan, dukungan, dan semua kebersamaan saat kuliah.

19.Kamu, dia, dan mereka yang telah memberikan doa, semangat dan warna

dalam kehidupan penulis.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penelitian ini. Oleh

karena itu Penulis sangat mengharapkan kritik, saran, dan pendapat dari berbagai

pihak guna penyempurnaan penelitian ini di masa datang. Akhir kata semoga

penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak. Atas perhatiannya

penulis ucapkan terima kasih.

(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... vi

PRAKATA... vii

C. Keaslian Penelitian... 3

D. Tujuan... 4

E. Manfaat... 4

1. Manfaat Teoritis... 4

2. Manfaat Praktis... 4

(12)

xi

A. Kuersetin... 5

B. Teh... 6

1. Keterangan Botani... 6

2. Deskripsi Tanaman... 6

3. Kandungan Kimia... 6

D. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi... 17

1. Definisi dan Instrumentasi... 17

2. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif... 19

E. Landasan Teori... 19

F. Hipotesis... 21

BAB III METODE PENELITIAN... 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 22

B. Variabel Penelitian... 22

C. Definisi Operasional... 22

D. Bahan-bahan Penelitian... 23

(13)

xii

F. Tata Cara Penelitian... 23

1. Pengambilan dan Pembuatan Sampel...

2. Penetapan Kadar Air dan Kadar Abu... 24

5. Pembuatan Fase Gerak... 26

6. Pembuatan Larutan Baku Kuersetin... 26

7. Pembuatan Kurva Baku Kuersetin...

8. Penetapan nilai % recovery... 27

27

9. Penetapan Kadar Kuersetin dalam Sampel... 28

G. Analisis Hasil...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...

A. Pengambilan dan Pembuatan Sampel...

B. Penetapan Kadar Air dan Kadar Abu...

C. Ekstraksi dan Hidrolisis...

2. Linearitas dan Limit of Quantitation...

H. Penetapan Kadar Kuersetin dalam Daun Teh Segar, Teh Hijau, dan

(14)

xiii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...

A. Kesimpulan...

B. Saran...

48

48

48

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN...

BIOGRAFI PENULIS...

49

52

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Jumlah flavonol teh... 7

Tabel II. Hasil penetapan kadar abu... 32

Tabel III. Hasil penetapan kadar air... 32

Tabel IV. Data peningkatan tinggi peak pada tR Kuersetin... 41

Tabel V. Rata-rata %recovery... 43

Tabel VI. Nilai Koefisien Korelasi... 44

Tabel VII. Nilai Limit of Quantitation (LOQ)... 45

Tabel VIII. Kadar kuersetin dalam daun teh segar, teh hijau dan teh hitam... 46

Tabel IX. Kesalahan random... 47

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur kuersetin... 5

Gambar 2. Struktur flavonol... 7

Gambar 3. Proses pelayuan... 9

Gambar 4. Proses penggulungan... 9

Gambar 5. Proses pengeringan... 10

Gambar 6. Skematik prosedur SPE... 16

Gambar 7. Peralatan KCKT... 18

Gambar 8. Reaksi hidrolisis dengan HCL... 35

Gambar 9. Kromatogram baku kuersetin dan sampel... 38

Gambar 10. Kromatogram sampel yang telah dispiking... 40

Gambar 11. Gugus polar dan nonpolar kuersetin... 41

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sertifikat analisis kuersetin... 53

Lampiran 2. Surat Determinasi... 54

Lampiran 3. Penimbangan sampel teh segar... 55

Lampiran 4. Penimbangan sampel teh hijau... 56

Lampiran 5. Penimbangan sampel teh hitam... 57

Lampiran 6. Penimbangan kuersetin yang ditambahkan kedalam sampel teh segar dari awal proses... 58

Lampiran 7. Penimbangan kuersetin yang ditambahkan kedalam sampel teh hijau dari awal proses... 58

Lampiran 8. Penimbangan kuersetin yang ditambahkan kedalam sampel teh hitam dari awal proses... 59

Lampiran 9. Penimbangan kuersetin yang ditambahkan kedalam sampel teh segar dari proses clean-up... 60

Lampiran 10. Penimbangan kuersetin yang ditambahkan kedalam sampel teh hijau dari proses clean-up... 61

Lampiran 11. Penimbangan kuersetin yang ditambahkan kedalam sampel teh hitam dari proses clean-up... 61

Lampiran 12. Data kadar air... 62

Lampiran 13. Data kadar abu teh segar... 62

Lampiran 14. Data kadar abu teh hijau... 63

(18)

xvii

Lampiran 16. Kromatogram sampel teh segar tanpa adisi... 64

Lampiran 17. Kromatogram sampel teh segar dengan adisi kuersetin

dari awal proses... 67

Lampiran 18. Kromatogram sampel teh segar dengan adisi kuersetin

dari proses clean-up... 71

Lampiran 19. Kromatogram sampel teh hijau tanpa

adisi... 75

Lampiran 20. Kromatogram sampel teh hijau dengan adisi kuersetin

dari awal proses... 78

Lampiran 21. Kromatogram sampel teh hijau dengan adisi kuersetin

dari proses clean-up... 82

Lampiran 22. Kromatogram sampel teh hitam tanpa adisi... 86

Lampiran 23. Kromatogram sampel teh hitam dengan adisi kuersetin

dari awal proses... 88

Lampiran 24. Kromatogram sampel teh hitam dengan adisi kuersetin

dari proses clean-up... 92

Lampiran 25. Data kadar kuersetin teh segar dan contoh perhitungan

kadar kuersetin... 96

Lampiran 26. Data kadar kuersetin teh hijau dan contoh perhitungan

kadar kuersetin... 97

Lampiran 27. Data kadar kuersetin teh hitam dan contoh perhitungan

kadar kuersetin... 99

(19)

xviii

kadar kuersetin dalam teh segar... 100

Lampiran 29. Data recovery untuk keseluruhan proses penetapan

kadar kuesetin dalam teh hijau... 101

Lampiran 30. Data recovery untuk keseluruhan proses penetapan

kadar kuesetin dalam teh hitam... 102

Lampiran 31. Data recovery untuk proses clean-up sampel teh

Lampiran 35. Kurva hubungan konsentrasi vs AUC teh hijau untuk

keseluruhan proses... 106

Lampiran 36. Kurva hubungan konsentrasi vs AUC teh hitam untuk

keseluruhan proses... 107

Lampiran 37. Kurva hubungan konsentrasi vs AUC teh segar untuk

proses clean-up... 108

Lampiran 38. Kurva hubungan konsentrasi vs AUC teh hijau untuk

proses clean-up... 108

Lampiran 39. Kurva hubungan konsentrasi vs AUC teh hitam untuk

(20)

xix

Lampiran 40. Random error... 109

Lampiran 41. Systematic error... 110

(21)

xx

INTISARI

Telah dilakukan penelitian tentang validasi metode dan penetapan kadar kuersetin total dalam daun teh segar, teh hijau dan teh hitam untuk mengetahui kadar kuersetin dalam daun teh segar, teh hijau dn teh hitam.

Ekstraksi dilakukan dengan soxhletasi dilanjutkan proses clean-up yang dilakukan dengan solid phase extraction. Kemudian kuersetin dianalisis dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Fase Terbalik. Validasi metode dilihat dari parameter % recovery dan penetapan kadar kuersetin total dilakukan berdasarkan analisis data AUC sampel dan kurva baku kuersetin.

Dari penelitian ini diketahui kadar kuersetin dalam teh hijau dan te hitam berturut-turut yakni 1431,8863 µg/g dan 2201,1904 µg/g. Nilai % recovery

keseluruhan proses untuk daun teh segar, teh hijau dan teh hitam berturut-turut yakni 119,79%, 98,57% dan 102,40% dan nilai %recovery untuk proses clean-up

berturut-turut yakni 141,55%, 108,92% dan 135,78%. Berdasarkan hasil tersebut proses clean-up pada daun teh segar dan teh hitam tidak memiliki akurasi yang baik.

(22)

xxi

ABSTRACT

Has been done research on validation of analytical procedure and determination of total quercetin in fresh tea leaves, green tea and black tea to determine quercetin in the fresh tea leaves, green tea and black.

Extraction is done by soxhletasi and clean-up process is done by solid phase extraction method. Then analyzed by of High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Reversed phase. Seen from the parameter validation method is % recovery and the determination of total quercetin based on AUC data analysis of samples and standard curve of quercetin.

Of this study green tea and black tea containing quercetin total

1431,8863 µg/g and 2201,1904 µg/g. Overall recovery process for fresh tea

leaves, green tea and black tea respectively are 119,79%, 98,57% and 102,40% and recovery for clean-up respectvely are 141,55%, 108,92% and 135,78%. Based on these results the clean-up process for fresh tea leaves and black tea does not have good accuray.

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teh merupakan salah satu minuman yang dekat dengan kehidupan kita

sehari-hari, yang sering dikonsumsi sebagai minuman penyegaran. Tidak hanya

sebagai minuman kesegaran tetapi teh telah lama diyakini khasiatnya bagi

kesehatan tubuh karena kandungan antioksidan di dalamnya. Ada banyak jenis teh

yang diperdagangkan seperti teh wangi, teh hitam dan teh hijau.

Berdasarkan pengolahannya, teh dibedakan menjadi teh hijau dan teh

hitam. Teh hijau dibuat dengan cara non-fermentasi. Pada proses pengolahan

tersebut terjadi inaktivasi enzim oksidase atau fenolase yang ada dalam pucuk

daun teh segar, sehingga oksidasi enzimatik terhadap kandungan fenol dapat

dicegah. Sebaliknya teh hitam dibuat dengan cara fermentasi dengan

memanfaatkan terjadinya oksidasi enzimatik terhadap kandungan polifenol teh.

Di dalam teh terdapat banyak kandungan senyawa aktif yang memiliki

manfaat positif bagi masyarakat. Zat bioaktif yang utama terdapat dalam teh,

adalahgolongan flavonoid. Berdasarkan struktur dan konformasi cincin C molekul

dasarnya, flavonoid dapat digolongkan menjadi 6 kelas, yaitu flavon, flavanon,

isoflavon, flavonol, flavanol dan antosianin. Adapun jenis flavonoid utamayang

ditemukan pada teh adalah flavanol dan flavonol. (Hartoyo, 2003). Flavonol

dalam daun teh terutama kuersetin. Kuersetin dalam tanaman terdapat dalam

(24)

Kuersetin memiliki banyak manfaat bagi kesehatan antara lain sebagai

antioksidan, antikanker, antiinflamasi, antiplatelet, dan antihistamin. Menurut

Hartoyo (cit., Septianingrum, dkk 2009) terdapat perbedaan kadar fenol pada teh

hijau dengan teh hitam. Perbedaan ini disebabkan karena terdapat perbedaan

dalam proses pengolahannya. Karena perbedaan inilah maka dilakukan penetapan

kadar kuersetin dalam teh hijau, dan teh hitam untuk mengetahui kadar kuersetin

dalam daun teh segar, teh hijau dan teh hitam serta untuk mengetahui apakah

proses pengeringan memiliki pengaruh terhadap kadar kuersetin.

Saat ini, KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas

untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel (Gandjar dan

Rohman, 2007). KCKT memiliki kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa

tekanan tinggi, dan detektor yang sensitif sehingga KCKT menjadi suatu sistem

pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi (Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Metode KCKT bersifat selektif dan

sensitif sehingga cocok digunakan dalam analisis kuantitatif beberapa senyawa

secara simultan (Khopkar, 1990). Kelebihan metode KCKT inilah yang

dimanfaatkan oleh peneliti untuk memisahkan kuersetin dari senyawa-senyawa

yang memiliki kepolaran yang mirip dengan kuersetin di dalam daun teh, teh hijau

(25)

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang tersebut

yakni berapakah kadar kuersetin dalam daun teh segar, teh hijau dan teh hitam?

C. Keaslian Penelitian

Berbagai penelitian terhadap kuersetin telah banyak dilakukan, mulai dari

proses ekstraksi, isolasi, aktivitas farmakologisnya. Penelitian dengan judul

HPLC–UV And GC–MS Characterization Of The Flavonol Aglycons Quercetin,

Kaempferol, And Myricetin In Tomato Pastes And Other Tomato-Based Products

pernah dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi lima flavonoid

dalam tomat (Tokusoglu, 2003). Penetapan kadar flavonoid total terhitung sebagai

kuersetin pernah dilakukan dengan menggunakan metode kolometri dalam teh

hijau dan teh hitam [merk X] (Pertiwi, 2006). Namun penetapan kadar kuersetin

aglikon dalam daun teh segar, teh hijau, dan teh hitam dengan menggunakan

metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) fase terbalik belum pernah

(26)

D. Tujuan

Mengetahui kadar kuersetin dalam daun teh segar, teh hijau, dan teh hitam.

E. Manfaat 1. Manfaat teoritis

Memberikan informasi mengenai kandungan kuersetin yang memiliki

banyak khasiat dalam tanaman yang telah mengalami pengolahan seperti

proses pengeringan, proses fermentasi.

2. Manfaat praktis

Memberikan informasi mengenai proses penetapan kadar kuersetin

(27)

5

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Kuersetin

Gambar 1. Struktur kuersetin

Kuersetin merupakan senyawa berwarna kuning dan menjadi anhydrat

pada suhu 95 - 97° C. Kuersetin larut dalam asam asetat glasial, dalam larutan

aqueous alkaline dan praktis tidak larut dalam air (The Merck Index, 1989).

Kuersetin memiliki gugus fungsi karbonil dan hidroksil sehingga dapat

membentuk kompleks dengan beberapa ion logam (Makasheva, 2005).Kuersetin

memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia antara lain antioksidan,

antiinflamasi, antiplatelet, antikanker, antivirus, dan antihistamin (Paulsen, 2003).

Banyak tanaman yang mengandung kuersetin antara lain brokoli, wortel,

bawang merah, bawang putih, paprika, buncis, bunga kol, dan teh (Miean dan

Mohamed, 2000). Kuersetin dalam tanaman terdapat dalam berbagai bentuk

glikosida dan dapat pula bentuk aglikonya (Erlund, 2002). Flavonoid yang secara

umum terdapat sebagai glikosida, jika dihidrolisis dengan asam dalam suasana

(28)

B. Teh 1. Keterangan Botani

Menurut Steenis (2002), tanaman teh termasuk dalam famili theaceae dengan

spesies Camellia sinensis O.K.

2. DeskripsiTanaman :

Tanaman teh berbentuk pohon. Tingginya biasanya mencapai belasan

meter. Namun, tanaman teh diperkebunan selalu dipangkas untuk memudahkan

pemetikan sehingga tingginya 70 cm. Mahkota tanaman teh berbentuk jorong atau

agak bulat telur terbalik. Tepi daun bergerigi, daun tunggal dan letaknya hampir

berseling. Tulang daun menyirip, permukaan atas daun muda berbulu halus

sedangkan permukaan bawahnya bulunya hanya sedikit. Permukaan daun tua

halus dan tidak berbulu lagi. Bunga teh berwarna putih dengan serbuk sari

berwarna kuning. Tanaman teh mengalami pertumbuhan tunas yang silih berganti.

Tunas tumbuh pada ketiak atau bekas ketiak daun. Tunas yang tumbuh kemudian

diikuti dengan pembentukan daun. Tunas baru pada teh memiliki daun kuncup

(Nazaruddin dan paimin, 1993).

3. Kandungan Kimia

Daun teh memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang merupakan zat

bioaktif. Zat bioaktif yang ada dalam teh, terutama merupakan golongan

flavonoid. Adapun flavonoid yang ditemukan pada teh terutama berupa flavanol

dan flavonol (Hartoyo, 2003). Flavonol utama yang ada di dalam daun teh adalah

(29)

bentuk glikosidanya (berikatan dengan molekul gula) dan sedikit dalam bentuk

aglikonnya.

Tabel I. Jumlah Flavonol Teh (Hartoyo, 2003)

Jenis Flavonol Jumlah (g/kg)

Teh Hijau Teh Hitam Myricetin 0,83 – 1,59 0,24 – 0,52 Quercetin 1,79 – 4,05 1,04 – 3,03 Kaempferol 1,56 – 3,31 1,72 – 2,31

Gambar 2. Gambar struktur flavonol

Selain flavonoid, daun teh juga mengandung alkaloid purin (metil

santin): kafein, teobromin, teofilin; katekin : epikatekin, epigaloketekin,

epigalokatekin galat, teaflavin, tearubigen; derivat asam kafeat: asam klorogenat

dan teogalin; minyak atsiri : linalool (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

Makanan, 2010).

4. Jenis teh

Ada tiga tipe utama pengolahan teh, yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh

hitam. Secara umum teh hijau merupakan teh yang tidak difermentasi, teh oolong

merupakan teh yang mengalami fermentasi sebagian dan teh hitam merupakan teh

(30)

a. Teh Hijau.Daun teh di dikeringkan dari daun Camellia sinensis. Teh hijau

dibuat dengan cara menginaktivasi enzim oksidase atau fenolase yang ada dalam

pucuk daun teh segar, dengan cara pemanasan atau penguapan menggunakan uap

panas, sehingga oksidasi enzimatik dapat dicegah. Aktivitas antioksidan teh hijau

enam kali lebih besar dibanding teh hitam (Gruenwald dkk, 2007).

Proses pengolahan teh hijau di kebun PT. PAGILARAN, Samigaluh,

Kulonprogo terdiri dari proses pemetikan, pelayuan, penggulungan, pengeringan,

sortasi dan pengepakan.

1. Pemetikan

Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi

syarat-syarat pengolahan.Pengambilan pucuk dilakukan dengan sistem p+2

yakni tumbuhnya dua helai daun setelah peko. Proses pemetikan ini

dilakukan jika tanaman sudah berumur 18 bulan karena pada umur ini

dianggap kandungan dalam daun teh sudah optimal.

2. Pelayuan

Pucuk teh yang telah dipetik selanjutnya dilakukan proses pelayuan. Daun teh

yang telah dipetik dilayukan dengan melewatkan daun tersebut pada silinder

panas sekitar 5-8 menit dengan suhu 90-100° C. Tujuan dilakukannya proses

pelayuan yakni untuk menginaktivasi enzim polifenol oksidase yang ada

dalam daun teh itu sendiri, sehingga dapat dicegah terjadinya proses oksidasi

(31)

Gambar 3. Proses pelayuan

3. Penggulungan

Pucuk teh yang telah melalui proses pelayuan selanjutnya dilakukan

penggulungan dengan mesin roller press selama 10-14 menit. Lamanya

proses penggulungan ini tergantung dari jenis pucuknya. Proses

penggulungan ini dilakukan untuk memecah sel-sel daun sehingga cairan di

dalam sel keluar di permukaan daun sehingga seduhan teh yang dihasilkan

memiliki rasa yang lebih sepet (Syah, 2006).

(32)

4. Pengeringan

Proses ini dilakukan dengan menggunakan alat repeat roll dengan suhu

70-80° C selama 2,5 – 3 jam. Proses pengeringan dilakukan untuk mengurangi

kadar air dalam pucuk teh yang sudah digulung hingga kadar air tersisa

kurang lebih 2%. Selain itu proses pengeringan juga dilakukan untuk

memperkuat bentuk dan aroma dari teh hijau.

Gambar 5. Proses pengeringan

5. Sortasi

Teh yang berasal dari proses pengeringan masih bercampur baik bentuk

maupun ukurannya. Selain itu teh juga masih mengandung debu, tangkai

daun, dan kotoran lain yang akan sangat berpengaruh pada mutu teh nantinya,

sehingga diperlukan proses sortasi. Proses sortasi dilakukan secara manual.

Proses ini dilakukan dengan memisahkan daun teh yang rusak dan tangkai

daunnya.

6. Pengemasan dan pengepakan

Teh Hijau yang telah mengalami sortasi selanjutnya di lakukan proses

(33)

b. Teh Hitam. Teh hitam merupakan teh yang berasal dari pucuk daun teh segar

yang dibiarkan sebelum digulung, kemudian daun-daun tersebut dibiarkan selama

beberapa jam sebelum dipanaskan dan dikeringkan. Selama itu, enzim yang

terdapat pada daun-daun teh akan mengkatalisis reaksi oksidasi senyawa-senyawa

yang ada dalam teh sehingga menghasilkan warna, rasa, dan aroma (Hartoyo,

2003).Selama proses oksidasi, adanya enzim pada teh mengubah beberapa

polifenol yang memiliki aktivitas terapetik menjadi senyawa yang kurang aktif

(Gruenwald, 2007).

Proses pengolahan teh hitam di kebun PT. PAGILARAN, Batang terdiri

dari proses pemetikan, pelayuan, penggulungan atau penggilingan , fermentasi,

pengeringan, sortasi dan pengepakan.

1. Pemetikan

Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi

syarat-syarat pengolahan (Arifin, 2009).

2. Pelayuan

Daun-daun teh yang telah dipetik dari kebun segera dibawa ke pabrik dan

kemudian dimulai proses pelayuan yang dilakukan dalam withering truck

selama 10 – 18 jam. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar air dari daun

teh serta untuk membantu proses pengeringan agar lebih cepat, serta membuat

daun teh agar lebih lentur dan mudah digulung, sehingga memudahkan proses

penggulungan. Pada proses pelayuan, selama 1 – 2 jam pertama daun teh

yang telah dihamparkan dalam withering truck dialiri dengan udara dingin

(34)

(suhu 28° C). Setiap 2 – 3 jam sekali tumpukan daun teh diaduk agar

pelayuan berlangsung sempurna pada setiap petikan daun teh (Haryanto,

2012).

3. Penggulungan dan penggilingan

Proses penggulungan dilakukan dengan menggunakan mesin open top roller

selama ± 40 menit. Tujuan proses penggulungan ini adalah untuk meremas,

menggulung dan merobek sel sehingga cairan didalam sel keluar ke

permukaan daun sehingga air menempel di permukaan. Daun teh yang telah

mengalami tahap sampai tahap penggulungan berwarna hitam

kecoklatan.Kelembapan di ruangan penggulungan ini harus diatur dengan

menggunakan humidifier untuk menghambat proses oksidasi, sehingga proses

oksidasi terjadi dalam waktu yang tepat. Kelembapan diatur sebesar 90 - 95°

dan suhu ruangan 20 - 22° C.Dari hasil penggulungan, selanjutnya

dimasukkan kedalam rotary roll breaker untuk proses pengayakan. Dari

proses ini dihasilkan teh hitam dengan kualitas no. 1. Serbuk yang masih

kasar dimasukkan kembali ke dalam rotorvane untuk dipotong dengan

menggunakan pisau tumpul sehingga cairan yang masih ada dalam sel keluar

ke permukaan.

4. Fermentasi

Proses fermentasi terjadi di ruang oksidasi.Tujuan proses oksidasi ini yakni

untuk menjaga kestabilan dan membentuk rasa asli dari teh hitam. Warna

(35)

Ruang oksidasi diatur sedemikian karena pada tahap ini merupakan tahap

pengendali mutu teh hitam yang dihasilkan. Teh hitam didiamkan dalam

ruangan oksidasi selama minimal 2 jam, maksimal 3 jam. Dilakukan selama

2-3 jam karena jika kurang dari 2 jam ataupun lebih dari 3 jam dapat terjadi

kerusakan pada teh hitam.

5. Pengeringan

Tujuan dari proses pengeringan ini adalah untuk mengurangi kadar air hingga

kadar air dalam teh hitam kurang lebih 3%. Proses pengeringan ini dilakukan

selama 22 – 23 menit. Suhu selama proses pengeringan yakni 100 °C pada

waktu dimasukkan ke dalam mesin pengering dan 50 °C pada waktu keluar

dari mesin pengering. Penurunan suhu ini dilakukan agar teh hitam yang

dihasilkan tidak gosong, sehingga hasilnya menjadi tidak baik.

6. Sortasi kering

Proses sortasi ini dilakukan berdasarkan warna, kasar halusnya serbuk teh

hitam yang dihasilkan, berat jenis.

7. Pengepakan

Setelah selesai proses sortasi, dilanjutkan ke tahap pengepakan.

Pada proses pembuatan teh hitam, glikosida kuersetin tidak mengalami

oksidasi, hal ini terjadi karena ketidakmampuan kuersetin untuk mengalami

oksidasi yang mungkin disebabkan karena kelarutan bentuk aglikonnya yang

(36)

C. Ekstraksi 1. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).

2. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu

campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating agent

(Harborne, 1987).Pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat dapat

dipermudah dengan mengetahui terlebih dahulu zat aktif yang dikandung

simplisia (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1986).

3. Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Penyarian dengan

soxhletasi menggunakan larutan yang dipanaskan terus menerus sehingga zat aktif

yang tidak tahan pemanasan kurang cocok (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat

(37)

4. Cairan Penyari

Senyawa fenolik umumnya diekstraksi menggunakan air, metanol, etanol

aseton, etil asetat maupun kombinasi dari pelarut-pelarut tersebut. Keberadaannya

yang tertempel dengan gula cenderung untuk menyebabkan senyawa fenolik lebih

larut dalam air, dan dengan demikian kombinasi pelarut diatas dengan air cocok

untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon,

flavanon, dan flavonol cenderung untuk lebih larut dalam pelarut non-aquaeous

(Escribano dan Santos, 2010).

5. Solid-Phase Extraction

Solid Phase Extraction merupakan alternatif metode yang cepat, mudah,

dan ekonomis karena secara signifikan mngurangi volume pelarut organik yang

dibutuhkan. SPE digunakan untuk mengekstrak senyawa dari cairan matriks dan

dapat juga digunakan sebagai metode pemurnian / fraksinasi(Escribano dan

Santos, 2010).

Keunggulan SPE dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair adalah:

a. Proses ekstraksi lebih sempurna

b. Pemisahan analit dari pengganggu yang mungkin ada menjadi lebih efisien

c. Mengurangi pelarut organik yang digunakan

d. Fraksi analit yang diperoleh lebih mudah dikumpulkan (Gandjar dan

Rohman, 2009).

Ada 4 tahap dalam prosedur SPE, yaitu:

a. Pengkondisian. Cartridge (Penjerap) dialiri dengan pelarut sampel untuk

(38)

sehingga perubahan-perubahan kimia yang tidak diharapkan ketika sampel

dimasukkan dapat dihindari.

b. Retensi (tertahannya) sampel.Larutan sampel yang dilewatkan ke cartridge

baik untuk menahan analit yang dituju, sementara komponen lain terelusi atau

untuk menahan komponen yang tidak diharapkan sementara analit yang dituju

terelusi.

c. Pembilasan. Tahap ini penting untuk menghilangkan seluruh komponen yang

tidak tertahan oleh penjerap selama tahap retensi.

d. Elusi. Tahap ini merupakan tahap akhir untuk mengambil analit yang dituju

jika analit tersebut tertahan pada penjerap (Rohman, 2009).

Gambar 6. Skematik prosedur SPE

D. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi 1. Definisi dan Instrumentasi

Menurut Hendayana (2006), Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

(39)

diam di bawah aliran fase gerak, dimana fase gerak dialirkan dengan bantuan

tekanan menuju kolom secara cepat dan dideteksi dengan detektor yang sesuai.

Ada dua fase dalam kromatografi yaitu fase normal dan fase terbalik.

Fase normal apabila fase diam lebih polar dari fase gerak, sedangkan fase terbalik

yaitu apabila fase diam lebih non polar dari fase geraknya (Munson, 1991).

Menurut Harris (2011), komposisi pokok dari instrumentasi KCKT yakni

kolom, sistem penghantar pelarut, katup penginjeksian sampel, detektor, dan

perekam atau komputer untuk menampilkan hasil pemisahan.

a. Kolom.Kolom merupakan bagian KCKT yangmana terdapat fase diam untuk

berlangsungnya proses pemisahan solut/analit (Rohman, 2009).

Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling

banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan

kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih

pendek lagi lebih sesuai untuk solut yang polar (Rohman, 2009).

Kolom kromatografi dapat dipanaskan untuk mengurangi kekentalan dari

pelarut. Kekentalan pelarut yang berkurang ini mengakibatkan tekanan menurun

atau mempercepat aliran (Harris, 2011).

b. Wadah fase gerak. Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Fase

gerak sebelum digunakan harus dilakukan degassing (penghilangan gas) yang ada

pada fase gerak, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain

terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis. Adanya

pengotor dalam reagen dapat menyebabkan gangguan pada sistem kromatografi.

(40)

yang sempit, sehingga dapat mengakibatkan suatu kekosongan pada kolom atau

tabung tersebut. Karenanya, fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih

dahulu untuk menghindari partikel-partikel kecil ini (Gandjar dan Rohman, 2007).

c. Tempat penyuntikkan sampel.Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan

secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju

kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat

(Rohman, 2009).

d. Detektor.Idealnya suatu detektor harus mempunyai karakteristik mempunyai

respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel, mempunyai sensitifitas yang

tinggi, stabil dalam pengoperasiannya, signal yang dihasilkan berbanding lurus

dengan konsentrasi solut, tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir

fase gerak (Gandjar dan Rohman, 2007).

Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat

bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya

elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase

diam, dan sifat komponen–komponen sampel (Gandjar dan Rohman, 2007).

(41)

2. Analisis Kualititatif dan Kuantitatif

Analisis kualitatif KCKT berupa pengamatan waktu retensi (tR) senyawa

baku dan senyawa yang tidak diketahui dibandingkan dengan cara kromatografi

(Gandjar dan Rohman, 2007).Masing-masing senyawa memiliki waktu retensi

yang spesifik pada kondisi tertentu seperti kolom, suhu, dan laju sehingga dapat

digunakan sebagai salah satu dasar uji kualitatif (Noergrohati, 1994). Selain itu

analisis kualitatif KCKT juga dilakukan dengan cara spiking. Spiking dilakukan

dengan menambah sampel yang mengandung senyawa tertentu yang akan

diselidiki dengan senyawa baku pada kondisi kromatografi yang sama. Jika pada

puncak tertentu yang diduga mengandung senyawa yang diselidiki terjadi

peningkatan tinggi puncak/luas puncak setelah di-spiking dibandingkan dengan

tinggi puncak /luas puncak yang tidak dilakukan spiking, maka dapat

diidentifikasi bahwa sampel mengandung senyawa yang kita selidiki (Rohman,

2009).

Analisis kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan kepada pengukuran

luas atau area puncak analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas atau

area larutan standar.(Gandjar dan Rohman, 2007).

E. Landasan Teori

Daun teh merupakan salah satu tanaman yang banyak digunakan sebagai

minuman yang dipercaya memiliki banyak khasiat. Berdasarkan proses

pengolahannya teh dibagi menjadi teh hijau dan teh hitam. Teh hijau diproduksi

(42)

sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya proses oksidasi. Teh hitam

diproduksi dengan mengoksidasi bagian daun. Selama proses oksidasi, adanya

enzim pada teh mengubah beberapa polifenol yang memiliki aktivitas terapetik

menjadi senyawa yang kurang aktif tetapi senyawa kuersetin tidak mengalami

proses oksidasi karena sifat kuersetin yang sukar larut dalam air sehingga

kuersetin tidak mampu mengalami proses oksidasi.

Kuersetin merupakan senyawa yang berwarna kuning yang larut dalam

asam asetat glasial, etil asetat, sukar larut dalam alkohol dan praktis tidak larut

dalam air. Kuersetin merupakan salah satu senyawa alam yang terdapat dalam

tanaman teh yang merupakan kelompok flavonoida golongan flavonol. Kuersetin

memiliki banyak manfaat bagi kesehatan antara lain antioksidan, antiinflamasi,

antiplatelet, antikanker, antivirus, dan antihistamin. Kebanyakan flavonoid di

alam terdapat sebagai glikosida. Untuk dapat mengetahui kadar kuersetin total

yang terdapat dalam daun teh maka perlu dilakukan proses hidrolisis untuk

memecah ikatan antara kuersetin aglikon dengan gula yang terikat.

Proses ekstraksi dilakukan menggunakan metode soxhletasi dan proses

fraksinasi menggunakan solid-phase extractiondengan cartridge C18.Selanjutnya

dari hasil fraksinasi dilakukan analisis dengan metode KCKT.

Analisis kuersetin dalam daun teh segar, teh hijau,dan teh hitam dapat

dilakukan dengan metode KCKT karena metode ini selektif dalam memisahkan

senyawa multikomponen dengan waktu yang relatif singkat. Penetapan kadar

(43)

mengetahui apakah proses pengeringan dan proses fermentasi berpengaruh

terhadap kadar kuersetin pada daun teh.

F. Hipotesis

(44)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental deskriptif, karena

terdapat intervensi terhadap subyek uji.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah jenis teh yang digunakan

2. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah kadar kuersetin yang terdapat

dalam daun teh segar, teh hijau, dan teh hitam.

3. Variabel pengacau pada penelitian ini adalah

a. Kemurnian pelarut yang digunakan, sehingga digunakan pelarut pro

analysis yang memiliki kemurnian cukup tinggi.

b. Suhu saat proses ekstraksi, dapat diatasi dengan menentukan suhu yang

akan digunakan dan menjaganya dalam keadaan konstan yakni 90° C.

C. Definisi Operasional

1. Sistem kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan kolom fase diam oktadesil silika (C18) dan

komposisi fase gerak metanol - aqua bidestilata – asam fosfat 5% (54 : 45 :

(45)

2. Teh yang digunakan yakni daun teh segar, teh hijau yang diperoleh dari

perkebunan PT. PAGILARAN, Samigaluh dan teh hitam yang diperoleh dari

perkebunan PT. PAGILARAN, Batang.

D. Bahan-bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yakni baku kuersetin

(Sigma Aldrich), metanol pro analysis (E. Merck), Butyl Hidroksi Toluen (E.

(chasing merek Dell B6RDZ1S Connexant System RD01-D850 A03-0382 JP

France S.A.S, printer HP Deskjet D2566 HP-024-000 625 730), degassing

ultrasonikator (Retsch tipe T460 no V935922013 EY), organic solvent membrane

filter Whatman (0,45m), membran filter Whatman ukuran pori 0,5 µm dan

diameter 47 mm, neraca analitik dengan kepekaan 0,001 (Ohaus Carat Series PAJ

1003), milipore, mikropipet, indikator pH, Moisture Balance, Rotary evaporator,

(46)

F. Tata Cara Penelitian 1. Pengambilan dan pembuatan sampel

Sampel yang digunakan berupa lembaran pucuk daun teh segar, teh hijau,

dan teh hitam. Teknik pengambilan daun teh segar diambil secara acak mewakili

setiap deret tanaman teh di lahan perkebunan teh PT. PAGILARAN. Sampel teh

hijau dan teh hitam diambil secara acak dari hasil produksi di pabrik PT.

PAGILARAN selanjutnya dilakukan proses pencacahan daun teh segar dan proses

penyerbukan teh hijau dan teh hitam.

2. Penetapan Kadar Air dan Kadar Abu

a. Daun Teh Segar:

a.1. Uji Kadar Air. 5 gram teh segar yang telah di blender ditimbang seksama,

masukkan ke dalam krus yang telah ditara sebelumnya, masukkan ke dalam

alat gravimetri, catat kadar air yang terukur pada alat gravimetri.

a.2. Uji Kadar Abu. 3 gram teh segar yang telah di blender ditimbang

seksama, masukkan ke dalam krus platina yang telah dipijarkan dan ditara.

Ratakan. Pijarkan perlahan-lahan hingga aran habis, dinginkan, timbang. Jika

dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring

melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus

yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot

tetap, timbang. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di

(47)

b. Teh Hijau dan teh hitam. Dilakukan dengan cara yang sama seperti penetapan

kadar abu dan kadar air dalam daun teh segar.

3. Pembuatan Larutan Penyari

Larutan penyari yang digunakan untuk proses ekstraksi dan fraksinasi

dalam penelitian ini adalah metanol-air (90-10) yang mengandung 1,85 M HCl.

HCl 1,85 M dibuat dengan mengambil sebanyak 163,40 mL HCl 11,32 M dengan

menggunakan buret kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL,

kemudian ditambahkan dengan metanol-air (90-10) hingga batas tanda, kocok

homogen.

4. Ekstraksi dan Clean-up

a. Sampel daun teh segar. Masing-masing ditimbang kurang lebih 8 gram

dengan seksama daun teh segar yang telah di blender, teh hijau dan teh hitam

yang telah dihaluskan. Kemudian dimasukkan kedalam teabag dan

dimasukkan dalam tabung soxhlet dengan 240 mL larutan penyari dalam labu

erlenmeyer. Kedalam larutan penyari ditambahkan Butil Hidroksi Toluen

(BHT) sebanyak 240 mg. Proses ekstraksi ini dilakukan pada suhu 90° C

sebanyak sirkulasi yang telah dioptimasi pada proses optimasi ekstraksi yakni

18 kali sirkulasi. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya dimasukkan kedalam

labu takar 250 mL dan ditambahkan dengan larutan penyari hingga batas

(48)

25 mL ekstrak dipekatkan hingga volume 5 mL. Sebanyak 0,1 mL

dimasukkan kedalam cartridge C-18 yang telah dikondisikan dengan larutan HCl

pH 3. Selanjutnya elusi dengan metanol 6 mL. fraksi yang diperoleh ditampung

dalam flakon.

5. Pembuatan fase gerak

Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metanol-aquabidestilata-asam fosfat(54:45:1). Larutan asam fosfat 5% dibuat dengan

mengambil sebanyak 29,4 mL asam fosfat 85% menggunakan buret 50 mL ke

dalam labu takar 500 mL dan ditambahkan dengan akuabides hingga batas tanda.

Kemudian disaring menggunakan anorganic membran filter (Whatman). Fase

gerak ini selanjutnya didegassing selama 15 menit menggunakan ultrasonicator.

6. Pembuatan larutan baku kuersetin

a. Pembuatan larutan stok. Kuersetin baku ditimbang lebih kurang 25 mg dengan

seksama serbuk kuersetin dan dilarutkan dengan metanol p.a dalam labu takar

25,0 mL hingga batas tanda sehingga diperoleh konsentrasi 1000 ppm.

b. Pembuatan seri larutan baku kuersetin. Lima seri larutan baku kuersetin dibuat

dengan konsentrasi10, 20, 30, 40 dan 50 ppm dengan cara mengambil larutan

intermediet kuersetin dengan mikropipet100, 200, 300, 400 dan 500µL kemudian

diencerkan dengan methanol p.a dalam labu takar 10,0 mL hingga batas tanda.

Larutan disaring dengan millipore dan didegassing selama 15 menit dengan

(49)

7. Pembuatan kurva baku kuersetin

Seri larutan baku dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm,

masing-masing larutan disaring dengan menggunakan millipore kemudian didegassing

dengan ultrasonikator selama 15 menit dan 20 µL dari masing-masing larutan

diinjeksikan pada sistem KCKT fase terbalik dengan fase diam C18 dan fase gerak

metanol-aquabidestilata-asam fosfat (54:45:1) pada kecepatan alir 1,0 mL/menit.

Dari kromatogram diperoleh luas area kuersetin untuk masing-masing

konsentrasi. Luas area ini kemudian diplotkan terhadap konsentrasi kuersetin

untuk memperoleh regresi linier dengan persamaan y = bx + a.

8. Penetuan nilai % recovery

a. % Recovery keseluruhan proses. Kedalam masing-masing sampel

ditambahkan kuersetin baku 5mg, 10mg, 15mg dan 20mg. Masing-masing

sampel yang telah diadisi dengan kuersetin baku kemudian di ekstraksi

dengan metode soxhletasi dan dilakukan proses clean-up dengan

menggunakan SPE cartridge C18. Selanjutnya sampel disaring dengan

milipore dan didegassing selama 15 menit. Sejumlah 20µL diinjeksikan

kedalam sistem KCKT. Nilai AUC yang diperoleh selanjutnya dimasukkan

kedalam persamaan kurva baku sehingga akan diperoleh kadar kuersetin

dalam sampel. Kemudian dihitung nilai % recovery menggunakan rumus

sebagai berikut :

% recovery = x 100%

b. Recovery proses SPE. Kedalam masing-masing ekstrak yang akan dilakukan

(50)

Masing-masing sampel yang telah diadisi dengan kuersetin selanjutnya

disaring dengan milipore dan didegassing selama 15 menit. Sejumlah 20µL

diinjeksikan kedalam sistem KCKT. Nilai AUC yang diperoleh selanjutnya

dimasukkan kedalam persamaan kurva baku sehingga akan diperoleh kadar

kuersetin dalam sampel. Replikasi dilakukan 2 kali.

9. Penetapan kadar kuersetin dalam sampel

Sampel yang digunakan yakni fraksi metanol daun teh segar, fraksi

metanol teh hijau dan fraksi metanol teh hitam. Fraksi metanol kemudian disaring

dengan millipore, kemudian didegassing selama 15 menit dengan ultrasonikator.

Sampel yang telah dipreparasi diinjeksikan sebanyak 20 µL ke dalam sistem

KCKT yang telah dioptimasi sehingga didapatkan kromatogram sampel dan

dibaca AUC dari masing-masing replikasi. Masukkan hasil AUC ke persamaan

kurva baku kuersetin dari hasil validasi sehingga diperoleh kadar kuersetin dalam

sampel. Replikasi dilakukan 5 kali.

G. Analisis Hasil

Metode yang valid yang akan digunakan untuk penetapan kadar kuersetin

dalam daun teh segar, teh hijau dan teh hitam dilihat dari parameter akurasi yang

dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (% recovery) .

Analisis kualitatif dengan membandingkan waktu retensi sampel dengan

baku kuersetin dan dengan cara spiking, kemudian dilihat terjadinya peningkatan

(51)

dengan memasukkan AUC sampel ke dalam persamaan regresi linear yang

diperoleh dari kurva baku kuersetin hasil validasi y = bx + a sehingga di dapat

(52)

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Dharma

(2012) mengenai optimasi proses ekstraksi kuersetin total, Dwiyoga (2012)

mengenai optimasi dan validasi penetapan kadar kuersetin total dalam teh hijau,

Wirasaputra (2012) mengenai optimasi jenis fase diam dan komposisi fase gerak

proses clean-up dengan metode solid phase extraction.

Dari hasil optimasi yang dilakukan oleh Dharma (2012) diperoleh proses

ekstraksi yang optimum yakni menggunakan proses soxhletasi sekaligus dengan

proses hidrolisis dengan menggunakan larutan penyari metanol-air (90-10) yang

mengandung HCl 1,85 M pada suhu 90°C. Proses ekstraksi dengan metode

soxhletasi ini dilakukan hingga tercapai 18 sirkulasi.

Dari hasil optimasi yang dilakukan oleh Wirasaputra (2012) diperoleh

proses clean-up yang optimal yakni tahap conditioning menggunakan air-HCl,

tahap elusi menggunakan metanol 100% sebanyak 6-10 mL

Dari hasil optimasi yang dilakukan oleh Dwiyoga (2012) diperoleh

sistem KCKT yang optimum yakni menggunakan fase diam oktildesilsilan (C-18),

campuran fase gerak metanol:aquabidest:asam fosfat 5% (54:45:1), kecepatan alir

1,0 mL/menit, suhu oven 30° C. Penelitian ini juga didasarkan pada validasi

HPLC yang dilakukan oleh Dwiyoga (2012) yang telah memenuhi persyaratan

(53)

A. Pengambilan dan Pembuatan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian yakni daun teh segar, teh hijau,

dan teh hitam. Teknik pengambilan sampel untuk daun teh segar dilakukan secara

acak mewakili seluruh tanaman teh perkebunan teh, Kulonprogo, hal ini dilakukan

untuk mendapatkan hasil yang representatif. Sampel teh hijau berupa tanaman

kering, teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak mewakili seluruh hasil

produksi teh hijau. Begitu pula pada teknik pengambilan sampel teh hitam. Teh

hijau dan teh hitam diperoleh dari pucuk daun teh segar yang diolah di pabrik PT.

PAGILARAN, selanjutnya diserbukhaluskan dan kemudian diayak untuk

mendapatkan ukuran partikel yang lebih kecil dan seragam.

Daun teh segar yang diperoleh selanjutnya dilakukan sortasi basah untuk

membuang bahan lain yang tidak diinginkan, selanjutnya dilakukantahapan

pencucian. Daun teh yang sudah disortasi dan dicuci selanjutnya diblender untuk

memperkecil ukuran partikel sehingga luas permukaan kontak dengan larutan

penyari semakin besar dengan demikian jumlah senyawa yang tersari semakin

besar. Kemudian ditimbang kurang lebih 8 gram dengan seksama masing-masing

sampel dan dimasukkan kedalam tea bag.

B. Penetapan Kadar air dan Kadar Abu

Daun teh segar, teh hijau, dan teh hitam yang akan ditetapkan kadarnya

harus memenuhi syarat kadar abu dan kadar air yang telah ditetapkan, oleh

(54)

mengetahui kelayakan dari daun teh segar, teh hijau dan teh hitam yang akan

dianalisis.

Penetapan kadar abu dilakukan untuk mengetahui tingkat pengotoran

oleh logam dan silikat. Tabel II menyajikan data mengenai kadar abu dari daun

teh segar, teh hitam, dan teh hijau. Sebelum digunakan krus platina dipijarkan

terlebih dahulu untuk menghilangkan logam dan silikat yang mungkin masih

terdapat dalam krus platina sehingga dapat meningkatkan kadar abu dari teh yang

ditetapkan kadar abunya.

Tabel II. Hasil penetapan kadar abu

Sampel Kadar abu (%)

Daun teh segar 2,01 Teh hijau 2,95 Teh hitam 0,83

Dari data diatas dapat dikatakan seluruh sampel yang akan digunakan memenuhi

syarat kadar abu yakni kurang dari 4 % (Rahardian, 2011).

Penetapan kadar air dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

kandungan air dalam daun teh segar, teh hijau dan teh hitam. Tabel III menyajikan

data mengenai kadar air dari daun teh segar, teh hijau, dan teh hitam.

Tabel III. Hasil penetapan kadar air

Sampel Kadar air (%)

Daun teh segar 78,04 Teh hijau 6,07 Teh hitam 7,88

Kadar air daun teh segar yakni lebih dari 70%, hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar kandungan dalam daun teh segar yakni air. Hal ini karena

daun teh segar belum mengalami pengolahan apapun seperti proses pengeringan

(55)

air pada teh hijau dan teh hitam, kadar air pada teh hitam yakni 7,88 % dan pada

teh hijau kadar air nya yakni 6,07 %. Menurut Rahardian (2011), jumlah ini masih

memenuhi syarat yakni kurang dari 8,00 %.

Dilihat dari parameter kadar abu dan kadar air, daun teh segar, teh hijau

dan teh hitam memiliki mutu yang baik.

C. Ekstraksi dan Hidrolisis

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat

larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.

Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan

mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Direktorat

Jenderal Pengawasan Obatdan Makanan, 1986). Proses terekstraksinya zat aktif

dari sel tanaman adalah pelarut organik akan berdifusi menembus dinding sel dan

masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam

pelarut organik tersebut sehingga perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif

didalam sel dan pelarut organik diluar sel, maka larutan akan terdisitribusi keluar

sel dan proses ini terulang terus sampai terjadi kesetimbangan antara konsentrasi

cairan zat aktif didalam sel dan diluar sel (List dan Schmidt, 1989).

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sokletasi.

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru umumnya

dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Direktorat Jenderal

(56)

pelarut terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi

sampel dan mengisi bagian tengah alat sokhlet. Tabung sifon juga terisi dengan

larutan penyari dan ketika mencapai bagian atas tabung sifon, larutan tersebut

akan kembali ke dalam labu.

Kebanyakan flavonoid di alam terdapat sebagai glikosida. Flavonoid

glikosida menunjukkan kelarutan yang baik dalam air dibandingkan dengan

aglikonnya. Beberapa senyawa flavonoid seperti flavon dan flavonol, umumnya

tidak tertandai sebagai senyawa utuh, tetapi dalam bentuk aglikonnya. Kuersetin

di dalam daun teh terdapat dalam berbagai bentuk glikosida antara lain

glukosida (isokuersetin), rhamnoside (kuersitrin) dan

kuersetin-3-rutinoside (rutin). Karena alasan tersebut, prosedur hidrolisis diperlukan untuk

memecah ikatan glikosida selama proses ektraksi (Escribano dan Santos, 2010).

Suhu yang digunakan selama proses ekstraksi yakni 90 °C. Dalam proses

sokhletasi dibutuhkan pelarut yang dapat menyari zat yang diinginkan. Dari

proses optimasi ekstraksi yang telah dilakukan sebelumnya, pelarut yang

digunakan selama proses penyarian yakni metanol-air (90-10) yang mengandung

HCL 1,85 M (Dharma, 2012). Menurut Markham (1988), adanya sejumlah gugus

hidroksil atau mempunyai gugus gula, flavonoid juga bersifat polar dan karenanya

cukup larut dalam pelarut polar seperti metanol. Kuersetin memiliki sejumlah

gugus hidroksil, sehingga inilah alasan digunakan metanol sebagai cairan penyari.

Pada suhu 90 °C metanol dalam larutan penyari akan menguap dan

terembunkan kembali membasahi tea bag sehingga dapat menyari daun teh

(57)

tersari dalam metanol akan tertampung dalam labu yang berisi larutan penyari

yang mengandung HCl. Senyawa-senyawa tersebut akan mengalami proses

hidrolisis.

Proses hidrolisis ini dilakukan untuk merubah kuersetin bentuk glikosida

menjadi kuersetin bentuk aglikonnya dalam suasana asam. Larutan HCl berfungsi

sebagai katalisator yang dimaksudkan untuk mempercepat terjadinya reaksi

hidrolisis serta untuk mempertahankan kuersetin tetap dalam bentuk molekulnya.

Menurut Harborne (1987), flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan dalam

beberapa bentuk glikosida dan aglikon flavonoid yang mungkin saja terdapat

dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida, karena alasan

itulah, maka dalam menganalisis flavonoid biasanya lebih baik bila memeriksa

aglikon yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis sebelum

memperhatikan kerumitan glikosida yang mungkin terdapat dalam ekstrak asal.

Dalam daun teh, kuersetin terdapat dalam bentuk glikosida dan aglikonnya, untuk

dapat mengukur kuersetin total maka diperlukan proses hidrolisis untuk

memutuskan ikatan antara glikosida dengan aglikonnya sehingga diperoleh

kuersetin aglikon.

Gambar 8. Reaksi hidrolisis dengan HCl

(58)

Ekstrak yang diperoleh selanjutnya dilakukan proses clean-up untuk

mendapatkan kuersetin dengan jumlah pengotor yang sedikit. Proses clean-up ini

dilakukan dengan menggunakan kolom solid phase extraction cartridge C-18.

Proses ini dimaksudkan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang bersifat

lebih nonpolar dibandingkan dengan kepolaran kuersetin yang dapat mengganggu

analisis dengan metode KCKT.

Proses clean-up dilakukan dengan menggunakan Solid Phase Extraction

(SPE) yang didasarkan pada polaritas dan keasaman. Secara umum SPE

digunakan untuk menghilangkan senyawa phenolic non polar (Mumper dan Dai,

2010). Sebanyak 25 mL ekstrak metanol-air dipekatkan hingga volume 5 mL.

Sebanyak 0,1 mL sampel dimasukkan kedalam cartridge yang telah dikondisikan

terlebih dahulu dengan larutan HCl yang memiliki pH 3. Larutan HCl yang

digunakan memiliki pH 3 dimaksudkan untuk membuat kuersetin berada dalam

bentuk molekul dimana pada kondisi asam kuersetin berada dalam bentuk

molekul utuh. Sifat kuersetin yang bersifat asam ditunjukkan dari adanya gugus –

OH pada struktur kuersetin.

Pengkondisian dengan larutan HCl ini dilakukan untuk memastikan

interaksi yang terjadi antara analit yakni kuersetin dengan fase diam berlangsung

secara konsisten sehingga memberikan hasil pemisahan yang optimal. Selanjutnya

dilakukan proses elusi dengan metanol. Cartridge C-18 bersifat nonpolar sehingga

akan menahan senyawa-senyawa dalam sampel yang cenderung bersifat nonpolar

(59)

akan terelusi keluar dari kolom. Kuersetin merupakan senyawa yang bersifat polar

sehingga akan terelusi dengan metanol.

E. Pembuatan Fase Gerak

Pada tahap analisis dengan KCKT digunakan fase diam C-18 dan fase

gerak metanol : akuabides : asam fosfat 5% (45:54:1). Fase gerak bersifat lebih

polar dibandingkan dengan fase diam sehingga pada penelitian ini digunakan

metode KCKT fase terbalik.

Metanol dipilih sebagai salah satu komposisi fase gerak karena metanol

memiliki viskositas yang lebih kecil dibanding dengan etanol karena jika

viskositas terlalu besar dapat meningkatkan tekanan pompa pada KCKT. Dari

hasil optimasi jenis dan komposisi fase gerak digunakan pula akuabides agar

kuersetin dapat terpisah dari senyawa-senyawa yang bersifat lebih polar dibanding

kuersetin sehingga senyawa-senyawa polar dapat terelusi lebih dulu. Penggunaan

asam fosfat pada komposisi fase gerak dimaksudkan untuk mengurangi tailing

pada puncak kuersetin.

Masing-masing komposisi dari fase gerak disaring dengan menggunakan

kertas Whatman untuk mengilangkan partikel-partikel dalam fase gerak yang

mungkin dapat menyumbat kolom. Selanjutnya larutan didegassing dengan

ultrasonikator untuk menghilangkan gelembung udara yang dapat memperngaruhi

(60)

F. Analisis Kualitatif Kuersetin

Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu retensi

kuersetin baku dengan waktu retensi kuersetin dalam sampel. Waktu retensi (tR)

dapat digunakan untuk analisis kualitatif karena masing-masing senyawa memiliki

waktu retensi yang spesifik pada kondisi tertentu (Noegrohati, 2004). Dari hasil

kromatogram menunjukkan tR kuersetin baku, daun teh segar, teh hijau, dan teh

hitam berturut-turut yakni 15,746 ; 15,858 ; 15,775 ; 15,657. Gambar 9.

menunjukkan adanya kemiripan antara waktu retensi kuersetin baku dengan

waktu retensi kuersetin dalam sampel sehingga dapat dikatakan bahwa didalam

sampel daun teh segar, teh hijau dan teh hitam mengandung kuersetin.

(a)

(b)

Gambar 9. (a) kromatogram baku kuersetin 30 ppm, (b) kromatogram sampel teh segar

Kuersetin

(61)

(c)

(d)

Gambar 9. (c) kromatogram sampel teh hijau, (d) kromatogram sampel teh hitam

Analisis kualitatif juga dilakukan dengan menspiking sampel dengan

baku kuersetin sehingga terjadi peningkatan tinggi puncak (Rohman, 2007). Dari

kromatogram yang diperoleh dapat dilihat terjadi peningkatan tinggi puncak pada

tR kuersetin. Tabel IV. menunjukkan peningkatan tinggi puncak pada tR kuersetin

sehingga dapat dikatakan bahwa sampel daun teh segar, teh hijau dan teh hitam

mengandung kuersetin.

Kuersetin

(62)

(a)

(b)

(c)

Gambar 10. (a) Kromatogram Daun teh segar yang telah dispiking (b) Kromatogram teh hijau yang telah dispiking (c) Kromatogram teh hitam yang telah

dispiking

Kuersetin

(63)

Tabel IV. Data peningkatan tinggi peak pada tR kuersetin

Sampel Tinggi puncak sebelum dispiking

Waktu retensi suatu analit dipengaruhi oleh interaksi analit dengan fase

diam dan fase gerak. Pada penelitian ini digunakan fase diam C-18 yang bersifat

non polar dan fase gerak campuran metanol:akuabides:asam fosfat 5% yang

bersifat lebih polar dibandingkan dengan fase diam. Sistem fase gerak bersifat

lebih polar dibanding fase diam maka senyawa-senyawa yang bersifat polar akan

terelusi lebih dulu dibandingkan dengan senyawa yang bersifat lebih non polar

karena senyawa yang bersifat lebih polar akan berinteraksi lebih kuat dengan fase

gerak dibandingkan dengan fase diam, sehingga akan terlelusi lebih dahulu dan

senyawa yang bersifat lebih nonpolar akan terelusi lebih lama. Dilihat dari

kromatogram kuersetin bersifat lebih non polar dibanding dengan

senyawa-senyawa yang bersifat lebih polar sehingga kuersetin lebih lama tertahan di fase

diam dan memiliki tR yang lebih lama dibanding senyawa-senyawa yang bersifat

polar.

(64)

Senyawa yang dapat di baca oleh detektor UV harus memiliki gugus

kromofor dan auksokrom. Kuersetin memiliki gugus kromofor dan auksokrom

sehingga dapat memberikan serapan pada panjang gelombang ultraviolet. Gugus

kromofor merupakan gugus yang bertanggung jawab pada penyerapan ultraviolet,

sedangkan gugus auksokrom merupakan gugus yang bertanggungjawab terhadap

pergeseran panjang gelombang dan intensitas serapan maksimum kuersetin.

Gambar 16. menunjukkan gugus auksokrom dan kromofor yang terdapat pada

kuersetin

Gambar 12. Gugus auksokrom dan kromofor pada kuersetin

G. Validasi Prosedur Analisis 1. Akurasi

Validasi merupakan suatu pembuktian terhadap suatu pearameter

berdasarkan hasil laboratorium bahwa parameter tersebut memenuhi syarat untuk

penggunaannya (Gandjar dan Rohman, 2007). Parameter validasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah ketepaatan (akurasi), linieritas dan LOQ (limit of

Quantitation).

(65)

Akurasi adalah ketepatan prosedur analisis yang menyatakan kedekatan

antara suatu nilai yang sebenarnya. Dalam penelitian ini akurasi ditentukan

dengan metode penambahan baku (standard addition method). Metode

penambahan baku dilakukan dengan menambahkan sejumlah tertentu

baku/standar ke dalam sampel. Akurasi dinyatakan dengan % recovery.

Recovery merupakan presentase analit yang dapat diekstraksi dan

dianalisis dari sampel yang telah ditambahkan analit pada konsentrasi tertentu

(Anonim, 2003). Penetapan % recovery ini dilakukan untuk mengetahui bahwa

keseluruhan metode maupun metode clean-up yang digunakan untuk penetapan

kadar kuersetin dalam daun teh segar, teh hijau dan teh hitam tidak

menghilangkan kuersetin selama proses analisis. Nilai AUC yang diperoleh dari

sampel yang diadisi selanjutnya dimasukkan kedalam persamaan kurva baku

yakni y = 15390.57648 + 49597.53525x untuk kuersetin yang memiliki nilai

AUC antara 48032 – 235472 dan y = -368905.21654 + 61531.85173x untuk

kuersetin yang memiliki nilai AUC antara 255785 – 2705929. Tabel V.

menunjukkan hasil penetapan % recovery kuersetin untuk keseluruhan proses

analisis dan Tabel VI. menunjukkan hasil penetapan % recovery kuersetin untuk

Gambar

Gambar 1. Struktur kuersetin
Gambar 2. Gambar struktur flavonol
Gambar 3.  Proses pelayuan
Gambar 5. Proses pengeringan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, Sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan

Di RSI Kendal TB anak masih masuk dalam 5 penyakit tertinggi di tiwulan kedua, untuk kasus TB pada anak pada di Poli anak RSI Kendal pada bulan april 2017 terdapat 15% pada

 Peserta diperkenankan menggunakan media presentasi apapun sebagai penunjang presentasi.  Peserta mengumpulkan softfile presentasi menggunakan flashdisk.  Flashdisk

Pada analisis proses, merencanakan operasi yang diperlukan untuk proses pengerjaan benda kerja mulai dari bahan baku sampai produk jadi, merupakan tindakan yang penting

Pengguna sistem ini adalah mereka yang memiliki handphone yang dapat menjalankan J2ME, bluetooth, laptop dengan OS Windows yang memiliki Bluetooth serta

Hubungan korelatif anatara seks dan agama memiliki dua sisi yaitu ; Agama memandang bahwa persoalan seksualitas sebagai persoalan yang harus dijauhi, hal ini dikarenakan

Ditawarkan” : berarti saham biasa atas nama yang diterbitkan oleh Perseroan masing-masing dengan nilai nominal Rp100 (seratus Rupiah) untuk ditawarkan dan dijual kepada

Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang karakteristik water heater ,antara lain : (a) merancang dan membuat water heater, (b)