• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BAHAN DAN JUMLAH AIR PADA ALAT PENYULINGAN TIPE UAP DAN AIR TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI TANAMAN SEREH DAPUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH UKURAN PARTIKEL BAHAN DAN JUMLAH AIR PADA ALAT PENYULINGAN TIPE UAP DAN AIR TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI TANAMAN SEREH DAPUR"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BAHAN DAN JUMLAH AIR PADA ALAT PENYULINGAN TIPE UAP DAN AIR TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI TANAMAN SEREH DAPUR (Cymbopogon citratus)

SKRIPSI

OLEH :

NIA RESHA SIREGAR

130308023/KETEKNIKAN PERTANIAN

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BAHAN DAN JUMLAH AIR PADA ALAT PENYULINGAN TIPE UAP DAN AIR TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI TANAMAN SEREH DAPUR (Cymbopogon citratus)

SKRIPSI

OLEH :

NIA RESHA SIREGAR

130308023/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

(Achwil Putra Munir, STP, M.Si) (Delima Lailan Sari Nasution, STP, M.Si ) Ketua Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

NIA RESHA SIREGAR : Pengaruh Ukuran Partikel Bahan dan Jumlah Air Pada Alat Penyulingan Tipe Uap dan Air Terhadap Rendemen Minyak Atsiri Tanaman Sereh Dapur (Cymbopogon citratus), dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan DELIMA LAILAN SARI NASUTION.

Minyak atsiri diperoleh dari bagian tanaman akar, kulit, batang, daun, buah, biji, maupun dari bunga dengan cara penyulingan,. Minyak serai dapur belum banyak diproduksi secara komersial di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel bahan yang digunakan pada alat penyulingan tipe uap dan air dan jumlah air yang digunakan pada penyulingan terhadap rendemen minyak atsiri sereh dapur yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium biosistem dan Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dari bulan Januari sampai Februari 2018 dengan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial, terdiri dari 2 perlakuan yaitu 3 taraf dan 3 kali ulangan, yaitu: faktor pertama ialah ukuran partikel sereh yang terdiri dari 3 taraf: (ukuran 1 cm, ukuran 2 cm, ukuran 3 cm) dan faktor kedua ialah jumlah air yang terdiri dari 3 taraf: (30 liter, 35 liter, 40 liter).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri terbaik terdapat pada kombinasi ukuran bahan 1 cm dan jumlah air 40 liter dengan nilai rendemen minyak sereh dan kelarutan alkohol tertinggi yaitu 0,2%, dan 1 : 2. Nilai terendah rendemen minyak sereh dan kelarutan alkohol terdapat pada kombinasi ukuran bahan 3 cm dan jumlah air 30 liter yaitu 0,05% dan 1 : 5,3. Warna minyak atsiri sereh adalah kuning hingga kuning-merah dengan kisaran hue 47,02732-59,18429.

Kata Kunci: Minyak atsiri, rendemen, sereh dapur cymbopogon citratus, penyulingan tipe uap dan air

ABSTRAK

NIA RESHA SIREGAR: The effect of Particle Size of Materials and Amount of Water in Steam and Water Distillation Equipment to lemongrass (Cymbopogon citratus), supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and DELIMA LAILAN SARI NASUTION.

Essential oils are obtained from parts of roots, skins, stems, leaves, fruits, seeds, or from flowers by means of distillation. Lemongrass oil has not been commercially produced in Indonesia. This study was aimed to determine the effect of particle size of materials used in steam and water type distillate’s and the amount of water used in the distillation on the yield of essential oils produced by lemon grass. This research was conducted at Laboratory of Biosystem and Food Technology Laboratory of Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara from January to February 2018 by using factorial completely randomized design consisting of 2 treatments ie 3 levels and 3 replications, namely: first factor was the size of lemongrass particles consisting of 3 levels: (1 cm particle size, 2 cm particle size, 3 cm particle size) and the second factor was the amount of water consisting of 3 levels: (30 liter,35 liter, 40 liter).

The results showed that the best essential oil was found in the combination of 1 cm particle size and 40 liters of water with the highest yield of lemongrass oil and the highest alcohol solubility of 0.2%, and 1: 2. The lowest value of lemongrass oil yield and the solubility of alcohol was found in combination size of material 3 cm and amount water of 30 liters i.e 0,05% and 1: 5,3. The color of lemongrass oil yellow to yellow-red with hue range 47,02732-59,18429.

Keywords: Essential oils, yield, lemongrass cymbopogon citratus , steam and water type

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lima puluh pada tanggal 19 Desember 1995 dari Ayah pangihutan siregar dan Ibu ostarita hutabarat. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Tahun 2013 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Simpang Empat dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan lulus pada pilihan pertama Program Studi Keteknikan Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Swasta Anugerah Langkat Makmur, Desa Kampung Lama Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 18 Juli - 18 Agustus 2016.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Ukuran Partikel Bahan Dan Jumlah Air Pada Alat Penyulingan Tipe Uap Dan Air Terhadap Rendemen Minyak Atsiri Tanaman Sereh Dapur (Cymbopogon Citratus)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing serta Ibu Delima Lailan Sari Nasution, STP, M.Si, selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan, saran, dan kritik berharga kepada penulis sehingga draft ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk kesempurnaan skripsi ini, maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Medan, Juni 2018

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis ... 4

Manfaat penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Serai... 6

Komposisi dan Manfaat Serai ... 7

Minyak Atsiri serai ... 8

Metode Penyulingan Minyak Atsiri ... 12

Kandungan Kimia Minyak Atsiri... 14

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

Bahan dan Alat ... 20

Metode Penelitian ... 20

Prosedur Penelitian ... 21

Parameter Penelitian ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Rendemen minyak atsiri sereh dapur (cymbopogon citratus) ... 26

Kelarutan Alkohol ... 29

Warna ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35

Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

LAMPIRAN ... 40

(7)

DAFTAR TABEL

No Hal.

1. Komponen dan persentase minyak atsiri batang C. Citratus... 9

2. Sifat fisiko kimia minyak sereh dapur menurut standar mutu EOA... 9

3. sifat fisiko kimia minyak sereh dapur menurut SNI ... 9

4. Pembobotan karakteristik warna ... 25

5. Data pengamatan hasil penelitian ... 26

6. Uji DMRT pengaruh ukuran partikel bahan dan jumlah air terhadap rendemen minyak sereh yang dihasilkan... 27

7. Hasil analisa kelarutan minyak atsiri dalam alkohol ... 29

8. Data pengamatan hasil penelitian organoleptik warna ... 31

9. Uji DMRT pengaruh interaksi antara ukuran partikel bahan dan jumlah air terhadap nilai organoleptik warna ... 32

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Tanaman sereh ... 6 2. Hubungan ukuran partikel dan jumlah air penyulingan terhadap rendemen minyak sereh... 29 3. Hubungan antara ukuran partikel bahan dan jumlah air penyulingan terhadap organoleptik warna ... 34

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Flowchart pelaksanaan penelitian ... 40

2. Perhitungan Rendemen Minyak Sereh ... 42

3. Oraganoleptik Warna Minyak Sereh ... 50

4. Analisa Sidik Ragam Rendemen ... 51

5. Analisa Sidik Ragam Organoleptik Warna ... 52

6. Hasil Analisa Laboratorium Minyak Sereh... 53

7. Dokumentasi Penelitian ... 54

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Minyak atsiri dikenal dengan istilah minyak mudah menguap atau minyak terbang, merupakan senyawa yang umumnya berwujud cairan, diperoleh dari bagian tanaman akar, kulit, batang, daun, buah, biji, maupun dari bunga dengan cara penyulingan. Minyak atsiri diperoleh secara ekstraksi menggunakan pelarut organik maupun dengan cara dipress atau dikempa dan secara enzimatik. Minyak atsiri dibagi menjadi dua kelompok yaitu minyak atsiri yang mudah dipisahkan menjadi komponen atau penyusun murninya (contohnya minyak sereh, daun cengkeh,minyak permen, dan minyak terpentin), dan minyak atsiri yang sukar dipisahkan menjadi komponen murninya (contoh minyak nilam dan kenanga).

Minyak sereh dapur (Lemongrass oil) di Indonesia yang di perdagangkan di pasar dunia, berasal dari varietas Cymbopogon citratus karena jenis serai dapur inilah yang biasa ditanam di negara kita. Tanaman ini mudah tumbuh dan banyak dijumpai di negara kita, namun kebanyakan oleh masyarakat kita hanya dimanfaatkan sebagai bumbu masak saja. Bahkan sampai sekarang minyak serai dapur ini belum banyak di usahakan dan diproduksi secara komersial di negara kita.

Sereh dapur (Cymbopogon citratus) termasuk dalam 5 tanaman utama diantara bermacam-macam tanaman di daerah tropis selain kunyit, temulawak, kencur, akar wangi, lengkuas, dll. Sereh dapur merupakan salah satu komoditi yang mempunyai potensi untuk dikembangkan penggunaannya, baik sebagai

(11)

sereh dapur banyak digunakan sebagai bumbu dalam beberapa makanan olahan.

Sedangkan sebagai bahan baku industri sereh dapur dapat diolah menjadi minyak sereh dapur maupun menjadi sitral.

Sereh dapur (Cymbopogon Citratus) memiliki banyak manfaat yang dipercaya dapat mengobati berbagai keluhan sekitar pencernaan seperti sakit perut, masuk angin, mengurangi gas di dalam usus, infeksi pada saluran pencernaan dan juga diare. Zat antimikrobanya mampu mengurangi mikroba jahat di dalam tubuh dan memperbaiki sel-sel pencernaan yang rusak. Infeksi pada saluran kemih biasa ditimbulkan oleh bakteri ataupun mikroba jahat lainnya, zat antimikroba yang terkandung pada sereh dapat mengatasinya. Antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat mengganggu pertumbuhan dan aktivitas mikroba, khususnya mikroba perusak dan pembusuk makanan. Sereh juga dapat membantu meningkatkan atau memperlancar buang air kecil sehingga dapat membantu kinerja pankreas, ginjal dan kandung kemih (Kurniawati, 2010).

Industri pengolahan minyak atsri di Indonesia sebenarnya telah mulai didirikan sejak jaman penjajahan. Akan tetapi, perkembangannya sampai sekarang belum banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan beberapa negara lain yang relatif muda usianya dalam hal usaha minyak atsiri. Hampir seluruh tanaman penghasil minyak atsiri yang saat ini tumbuh di wilayah Indonesia sudah dikenal oleh sebagian masyarakat. Bahkan beberapa jenis tanaman minyak atsiri menjadi bahan yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar, batang, kulit, daun, bunga, buah, atau biji (Lutony dan Rahmawati, 2002).

(12)

Murahnya harga sereh dan jarang dimanfaatkan membuat tanaman ini seakan tidak berguna. Aroma sereh yang khas dapat dijadikan suatu produk yang menarik perhatian konsumen. Penggunaan sereh menjadi suatu produk baru merupakan hal penting sebagai diversifikasi pangan. Sereh memiliki kandungan zat anti-mikroba. Kandungan tersebut berguna khususnya dalam mengobati infeksi pada lambung, usus, saluran kemih, dan luka. Belakangan ini sereh juga banyak dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti infeksi kulit, tipus, keracunan makanan, dan dapat juga meredakan bau badan.

Masalah utama yang dihadapi komoditas minyak atsiri Indonesia di pasaran internasional adalah tidak stabilnya mutu maupun supply. Hal ini terutama karena sebagian besar usaha produksi minyak atsiri masih dilakukan secara sangat sederhana, baik dalam budidaya tanamannya maupun pengolahan hasilnya. Disamping itu efisiensi dan efektivitas usaha agribisnis minyak atsiri selama ini masih relatif rendah. Indonesia sebagai negara pengekspor minyak atsiri yang penting di dunia harus mengupayakan pengembangan produksi, kualitas dan nilai tambah minyak atsiri serta produk turunannya agar daya saingnya senantiasa menguat dan memberikan devisa yang semakin besar (DAI, 2010).

Minyak atsiri dapat diperoleh melalui metode penyulingan yang dikenal juga dengan hidrodestilasi. Penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan dengan proses penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap dan penyulingan dengan uap dan air. Dari segi komersial, penyulingan dengan air dan uap memang cukup ekonomis sehingga model penyulingan ini paling banyak digunakan di berbagai

(13)

diperlukan relatif murah, rendemen minyak atsiri yang dihasilkan juga cukup memadai mutunya pun dapat diterima dengan baik oleh konsumen

(Lutony dan Rahmayati, 2002).

Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh ukuran partikel bahan yang digunakan pada alat penyulingan tipe uap dan air dan jumlah air yang digunakan pada penyulingan terhadap rendemen minyak atsiri sereh dapur yang dihasilkan.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh ukuran partikel bahan dan jumlah air pada alat penyuligan tipe uap dan air terhadap rendemen minyak atsiri tanaman sereh dapur (cymbopogon citratus).

Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Pengaruh Ukuran Partikel Bahan dan Jumlah Air Terhadap Rendemen minyak atsiri Tanaman sereh (Cymbopogon Citratus).

3. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan dan untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan potensi minyak atsiri di Indonesia.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Sereh (Cymbopogon Citratus )

Menurut Muhlisah (1999), Cymbopogon citratus diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio : Magnoliophyta Sub devisio : Spermatophyta Class : Liliopsida Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Cymbopogon

Jenis : Cymbopogon citratus (DC.) Stapf

Gambar 1 : tanaman sereh

Sereh atau Cymbopogon citratus merupakan tumbuhan yang masuk ke dalam famili rumput-rumputan atau Poaceae. Dikenal juga dengan nama sereh

dapur (Indonesia), sereh (sunda), bubu (Halmahera). Tanaman ini dikenal dengan istilah Lemongrass karena memiliki bau yang kuat seperti lemon, sering ditemukan tumbuh alami di negara-negara tropis (Oyen dan Dung, 1999).

Di Indonesia, terdapat dua jenis tanaman sereh, yaitu sereh dapur

(15)

tanaman ini tumbuh alami, tetapi dapat ditanam dalam berbagai kondisi tanah di daerah tropis yang lembab, cukup matahari, dan memiliki curah hujan relatif tinggi. Di indonesia, tanaman sereh banyak ditemui di daerah Jawa dan dikenal dengan nama „sere‟ (Armando, 2009).

Pengaruh bagian dari serai wangi yang menghasilkan persen rendemen yang tinggi adalah pada bagian daun sedangkan kualitas Citronella oil yang tinggi adalah pada bagian batang (Feriyanto et al., 2013).

Komposisi dan Manfaat Sereh

Menurut Harris (1990) tanaman sereh termasuk suku rumput rumputan, dibudidayakan diambil daunnya sebagai bumbu masak,atau disuling di ambil minyaknya. Menurut Agusta (2000) khasiat dari sereh bambu (cymbopogon citratus) yaitu sebagai antiseptik, analgesik, antidepresi, antipiretik, insektisida,

nervina, tonik, anti radang, fungisida, dan anti parasit.

Masyarakat telah sejak lama menggunakan tanaman sereh (C. citratus) sebagai bahan makanan ataupun obat tradisional. Sereh digunakan sebagai obat tradisional untuk batuk, elephantiasis, flu, gingivitis, sakit kepala, lepra, malaria, sakit mata, pneumonia, dan gangguan vaskuler. Jika dicampur dengan lada, sereh bisa dijadikan terapi rumahan untuk gangguan menstruasi dan nausea. Selain itu, tumbuhan ini juga dapat menjadi pembersih yang baik untuk mendetoks liver, pankreas, ginjal, kandung kemih dan traktus digestivus. Sereh juga dapat mengatasi asam urat, kolesterol, lemak berlebih, dan toksin lain di dalam tubuh saat stimulasi pencernaan, sirkulasi darah, laktasi, meredakan gangguan pencernaan, gastroenteritis dan menurunkan tekanan darah. Reset terbaru dari Food and Nutrition Research Institute of the department of Science and

(16)

technology menunjukkan bahwa sereh dapat membantu mencegah kanker

(Manvitha dan Bidya, 2014).

Minyak atsiri sereh

Minyak atsiri dikenal dengan nama lain volatile oil atau essential oil, merupakan istilah yang digunakan untuk minyak yang mudah menguap yang diperoleh dari bagian tanaman. Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri sebagai bahan pewangi atau penyedap sejak berabad-abad lalu, selain itu minyak atsiri juga digunakan dalam bidang kesehatan. Minyak atsiri merupakan salah satu hasil proses metabolisme dalam tanaman, terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan air (Shinta, 2010).

Minyak atsiri adalah zat beraroma yang terkandung dalam tanaman.

Minyak ini disebut minyak menguap, minyak eteris atau minyak essensial (essential oil, volatile oil) karena pada suhu kamar mudah menguap di udara terbuka, mempunyai rasa getir (pungent taste). Istilah essensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Minyak ini umumnya larut dalam pelarut organik, tidak larut dalam air dan minyak atsiri dalam keadaan segar dan murni umumnya tidak berwarna (Gunawan dan Mulyani, 2010).

Menurut Bassolé et al., (2011), komponen terbesar minyak atsiri C.citratus berupa sitral (siklik monoterpena) yang merupakan campuran dari dua stereoisomer aldehida monoterpena, yaitu trans isomer geranial (alpha-citral) dan cis isomer neral (beta-citral) yang terletak pada bagian batang dari tanaman sereh.

(17)

Tabel 1. Komponen dan persentase minyak atsiri batang C. Citratus

Komponen Presentase

Geranial 48,1%

Neral 34,6%

Myrcene 11,0%

Lainnya 6,3%

Sumber: (Bassoléet al., 2011).

Adapun sifat fisikokimia minyak serai dapur dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Sifat fisikokimia minyak sereh dapur menurut standar mutu EOA

Sifat fisik kimia Keterangan

Penampilan Cair

Warna Kuning tua sampai merah

Aroma Lemon tajam

Rendemen Berat jenis

0,2-0,4 0,8-0,9 Sumber: (EOA, 1975).

Tabel 3. Sifat fisikokimia minyak serai dapur menurut SNI No. 06-3953-1995

Sifat fisik kimia Keterangan

Penampilan Cair

Warna Kuning tua sampai merah

Aroma Lemon

Rendemen Berat jenis

0,2 0,87 Sumber : (SNI, 1995).

Minyak sereh dapur harus disimpan dalam wadah yang terlindung dari udara, cahaya, dan bebas dari air sebelum dimasukkan ke dalam wadah penyimpanan. Media simpan yang paling baik adalah botol-botol tertutup berwarna gelap sehingga tidak tembus cahaya. Penyimpanan minyak sereh perlu diperhatikan dengan baik karena sangat berpengaruh terhadap kualitas minyak, terutama kadar sitralnya. Apalagi untuk penyimpanan dalam jangka waktu lama yang memungkinkan terjadinya degradasi kualitas minyak, seperti terjadinya oksidasi aldehid, hidrolisa ester, polimerisasi, dan resinifikasi (Pramani, 2010).

(18)

Ditinjau dari sumber alami minyak atsiri, subsistensi mudah menguap ini dapat dijadikan sebagai ciri khas dari suatu jenis tumbuhan karena setiap tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma berbeda. Dengan kata lain, setiap jenis minyak atsiri memiliki aroma yang spesifik. Hanya tumbuhan yang memiliki sel glandula saja yang bisa menghasilkan minyak atsiri (Agusta, 2000).

Minyak atsiri tersusun dari banyak komponen senyawa kimia yang berwujud cairan atau padatan dengan komposisi yang beragam. Senyawa ini memiliki peranan yang cukup besar dalam masyarakat, karena dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang misalnya dalam bidang pangan sebagai flavor, dalam

bidang kosmetik sebagai bahan dasar perfume dan oil bath (Soetjiptoet al., 2014).

Secara umum kita mengenal ada tiga sistem penyulingan untuk minyak atsiri yaitu, penyulingan dengan rebus dimana bahan yang akan di ambil minyak atsirinya berhubungan langsung dengan air mendidih, selanjutnya penyulingan uap dan air. Dalam sistem penyulingan ini tanaman yang akan diproses ditempatkan dalam satu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan, bagian bawah alat penyulingan diisi air sedikit di bawah dimana bahan ditempatkan, dan yang terakhir adalah penyulingan dengan sistem uap langsung, dimana sumber penghasilnya uap ditempatkan pada ruang yang berbeda pada sistem ini (Sastrohamidjojo, 2004).

Penggunaan minyak atsiri dapat melalui berbagai cara:

1. Melalui mulut antara lain berupa jamu yang mengandung minyak atsiri atau bahan penyedap makanan (bumbu).

(19)

2. Pemakaian (external use) antara lain pemijatan lulur, obat luka / memar, parfum.

3. Pernapasan (inhalasi atau aromatik).

4. Pestisida nabati, antara lain sebagai bahan pengendali hamalalat buah, pengusir nyamuk dan anti jamur (Kardinan,2005).

Warna merupakan salah satu parameter mutu yang penting dalam perdagangan minyak atsiri. Minyak yang berwarna gelap cenderung kurang di sukai oleh konsumen. Minyak atsiri biasanya minyak yang berupa cairan jernih, tidak berwarna, tetapi selama penyimpanan akan mengental dan berwarna kekuningan atau kecoklatan dan berbau sesuai dengan tanaman penghasilnya (Supriono dan Susanti, 2014).

Pengujian warna pada minyak atsiri dapat dilakukan dengan menggunakan kromameter minolta (tipe CR 200, jepang). Dimana rentang warna yang dihasilkan dari nilai (*Hue) adalah sebagai berikut:

18° - 54° maka produk berwarna red (R)

54° - 90° maka produk berwarna yellow red (YR) 90° - 126° maka produk berwarna yellow (Y)

126° - 162° maka produk berwarna yellow green (YG) 162° - 198° maka produk berwarna green (G)

198° - 234° maka produk berwarna blue green (BG) 234° - 270° maka produk berwaran blue (B)

270° - 306° maka produk berwarna blue purple (BP) 306° - 342° maka produk berwarna purple (P)

342° - 18° maka peroduk berwarna red purple (RP). (Hutchings,1999).

(20)

Rendemen adalah perbandingan antara minyak yang dihasilkan dengan bahan tumbuhan yang diolah. Perhitungan rendemen dilakukan untuk mengetahui seberapa besar rendemen yang dihasilkan oleh suatu alat dalam memproduksi minyak kencur tiap satuan banyak bahan yang diolah (Novalny, 2006).

Faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya rendemen minyak yang dihasilkan di tingkat petani dan pengrajin minyak atsiri yaitu :

a. Bahan Konstruksi Alat Penyuling

Bahan tangki/ketel penyuling di tingkat pengrajin/petani, pada umumnya terbuat dari plat besi, bahkan masih ada yang dibuat dari besi bekas drum.

Selain mempengaruhi rendemen yang dihasilkan, juga mempengaruhi mutu minyak yang dihasilkan.

b. Penyiapan Bahan Baku

Penyiapan bahan baku yang kurang baik/tepat juga akan mempengaruhi rendemen minyak yang dihasilkan. Para pengrajin pada umumnya belum mengetahui cara penanganan bahan baku yang tepat. Seperti contoh pada penyiapan bahan baku nilam yang baik adalah pengeringan ternanya melalui penjemuran dan pelayuan (kering angin), sedangkan petani/pengrajin hanya melakukan penjemuran selama 1-2 hari (tergantung cuaca) kemudian langsung disuling.

c. Proses Penyulingan

Didalam proses penyulingan, faktor yang mempengaruhi rendemen adalah lama penyulingan dan volume/kepadatan bahan baku dengan kapasitas ketel. Pada umumnya para pengrajin tidak memperhatikan kedua faktor

(21)

tersebut, sehingga rendemen minyak yang diperolehnya masih rendah (Yuhono dan Suhirman, 2006).

Pengaruh volume air terhadap hasil minyak atsiri dengan semakin banyaknya air penyulingan yang digunakan maka minyak atsiri yang diperoleh semakin banyak, hal ini disebabkan karena semakin banyak pula volume uap air yang menyangkut minyak atsiri dari kenanga. Pada penyulingan volume air 300 ml, hasil penyulingan minyak atsiri yang diperoleh cenderung menurun karena disebabkan kandungan minyak atsiri dalam bahan sudah habis terbawa uap air dan minyak atsiri banyak hilang karena menguap maupun hilang pada saat pemisahan dari campuran air (Sumarniet al., 2008).

Metode Penyulingan Minyak Atsiri

Minyak atsiri, minyak yang mudah menguap, atau minyak terbang merupakan campuran dari senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki komposisi maupun titik didih yang beragam. Penyulingan dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan komponen-komponen suatu campuran yang terdiri dari dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap atau berdasarkan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut

(Sastrohamidjojo, 2014).

Penyulingan Air

Bila Cara ini digunakan maka bahan yang akan disuling berhubungan langsung dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan mengambang/mengapung di atas air atau terendam seluruhnya, tergantung berat jenis dan kuantitas bahan yang akan di proses. Air dapat mendidih dengan api secara langsung. Sejumlah bahan tanaman adakalanya harus di proses dengan

(22)

penyulingan air (contoh bungan mawar, bunga-bunga jeruk) sewaktu terendam dan bergerak bebas dalam air mendidih. Sedangkan bila bahan tersebut diproses dengan penyulingan uap maka akan menyebabkan terjadinya pengumpulan hingga uap tidak dapat menembusnya. Penyulingan uap ini tidak ubahnya bahan tanaman direbus secara langsung (Sastrohamidjojo, 2014).

Penyulingan Uap

Cara ini dikenal sebagai penyulingan uap atau penyulingan uap langsung dan perangkapnya mirip dengan kedua alat penyuling sebelumnya hanya saja tidak ada air di bagian bawah alat. Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar daripada tekanan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit air uap. Uap air yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam penyulingan (Sastrohamidjojo, 2014).

Penyulingan Uap dan Air

Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi dengan air sedikit di bawah dimana bahan ditempatkan. Air dipanaskan dengan api seperti pada penyulingan air (Sastrohamidjojo, 2014).

Kandungan Kimia Minyak Atsiri

Ditinjau dari segi kimia fisika, minyak atsiri hanya mengandung dua golongan senyawa, yaitu oleoptena dan stearoptena. Oleoptena adalah bagian hidrokarbon didalam minyak atsiri dan berwujud cairan. Umumnya senyawa golongan oleoptena ini terdiri atas senyawa monoterpena, sedangkan stearoptena

(23)

Stearopena ini umumnya terdiri atas senyawa turunan oksigen dan terpena. Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran senyawa kimia dan biasanya campuran tersebut sangat kompleks. Beberapa tipe senyawa organik mungkin terkandung dalam minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alkohol, oksida, ester, aldehida, dan eter (Agusta, 2000).

Uji kelarutan dalam alkohol memberi gambaran apakah suatu minyak mudah larut atau tidak. Semakin mudah larut minyak dalam alkohol maka semakin banyak kandungan senyawa polar dalam minyak. Kelarutan alkohol merupakan faktor penting dalam pengujian minyak atsiri karena dapat menentukan kualitas minyak atsiri tersebut (Khasanahet al., 2015).

Tidak satupun minyak atsiri tersusun dari senyawa tunggal, tetapi merupakan campuran komponen yang terdiri dari tipe-tipe berbeda. Berdasarkan cara isolasinya, komponen penyusun minyak atsiri dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :

1. Kelompok yang mengkristal pada suhu rendah, misalnya stearoptena.

2. Kelompok senyawa yang dapat dipisahkan melalui proses destilasi bertingkat.

3. Kelompok senyawa yang dipisahkan melalui proses kristalisasi bertingkat.

4. Kelompok senyawa yang pemisahannya dilakukan melalui kromatografi.

5. Kelompok senyawa yang diisolasi melalui proses-proses kimia (Gunawan dan Mulyani, 2010).

Komponen minyak atsiri adalah senyawa yang bertanggung jawab atas bau dan aroma yang karakteristik serta sifat kimia dan fisika minyak. Demikian pula peranannya sangat besar dalam menentukan khasiat suatu minyak atsiri

(24)

sebagai obat. Atas dasar perbedaan komponen penyusun tersebut maka minyak atsiri dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut :

1. Minyak atsiri hidrokarbon

Minyak atsiri kelompok ini komponen penyusunnya sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa hidrokarbon, misalnya: Minyak terpentin diperoleh dari tanaman-tanaman bermarga pinus (famili Pinaceae). Terpentin larut dalam alkohol, eter, kloroform, dan asam asetat glasial dan bersifat optis aktif.

Kegunaannya dalam farmasi adalah sebagai obat luar, melebarkan pembuluh darah kapiler, dan merangsang keluarnya keringat. Terpentin jarang digunakan sebagai obat dalam (Gunawan dan Mulyani, 2010).

2. Minyak atsiri alkohol

Minyak pepermin merupakan minyak atsiri alkohol yang penting daripada minyak atsiri alkohol yang lain. Minyak ini dihasilkan oleh daun tanaman Mentha piperita Linn. (nama daerah: poko, famili Labiatae). Daun poko segar mengandung minyak atsiri sekitar 1%, juga mengandung resin dan tanin.

Sementara daun yang telah dikeringkan mengandung 2% minyak permen. Sebagai penyusun utamanya adalah mentol. Pada bidang farmasi digunakan sebagai anti gatal, bahan pewangi dan pelega hidung tersumbat. Sementara pada industri digunakan sebagai pewangi pasta gigi (Gunawan dan Mulyani, 2010).

3. Minyak atsiri fenol

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Minyak ini diperoleh dari tanaman Eugenia caryophyllata atau Syzigium caryophyllum (famili Myrtaceae).

Bagian yang dimanfaatkan adalah bunga dan daun. Namun demikian bunga lebih

(25)

cengkeh, terutama tersusun oleh eugenol, yaitu sampai 95% dari jumlah minyak atsiri keseluruhan. Kegunaan minyak cengkeh antara lain obat mulas, menghilangkan rasa mual dan muntah (Gunawan dan Mulyani, 2010).

4. Minyak atsiri eter fenol

Minyak adas merupakan minyak atsiri eter fenol. Minyak adas berasal dari hasil penyulingan buah Pimpinella anisum atau dari Foeniculum vulgare (famili Apiaceae atau Umbelliferae). Minyak adas digunakan dalam pelengkap sediaan obat batuk, sebagai korigensia odoris untuk menutup bau tidak enak pada sediaan farmasi dan bahan parfum (Gunawan dan Mulyani, 2010).

5. Minyak atsiri oksida

Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi daun Melaleuca leucadendon L (famili Myrtaceae).Komponen penyusun minyak atsiri kayu putih paling utama adalah sineol (85%) (Gunawan dan Mulyani, 2010).

6. Minyak atsiri ester

Minyak gandapura merupakan atsiri ester. Minyak atsiri ini diperoleh dari isolasi daun dan batang Gaultheria procumbens L (famili Erycaceae). Komponen penyusun minyak ini adalah metil salisilat yang merupakan bentuk ester. Minyak ini digunakan sebagai korigen odoris, bahan parfum, dalam industri permen, dan minuman sebagai tidak beralkohol (Gunawan dan Mulyani, 2010).

Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran senyawa kimia dan biasanya campuran tersebut sangat kompleks. Beberapa tipe senyawa organik mungkin terkandung dalam minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alkohol, oksida, ester, aldehida, dan eter. Jika minyak atsiri memiliki kandungan hidrokarbon tidak beroksigen dalam jumlah besar dan stearoptena dalam porsi kecil, maka

(26)

kegunaannya lebih diutamakan sebagai pemberi bau yang spesifik atau perancah (flavoring), sedangkan jika minyak atsiri mengandung lebih banyak senyawa dari golongan hidrokarbon, alkohol, keton, fenol, ester dari fenol, oksida dan ester, lebih memungkinkan untuk digunakan sebagai obat, karena secara teori diketahui bahwa semua senyawa itu memiliki gugus aktif yang berfungsi melawan suatu jenis penyakit (Agusta, 2000).

Alkohol merupakan gugus hidroksil (OH), karena itu alkohol dapat larut dengan minyak atsiri, oleh sebab itu pada komposisi minyak atsiri yang dihasilkan tersebut terdapat komponen-komponen terpen teroksigenasi. Kelarutan minyak dalam alkohol ditentukan oleh komponen kimia yang terkandung didalam minyak.

Pada umumnya minyak atsiri yang mengandung senyawa terpen teroksigenasi lebih mudah larut dalam alkohol daripada yang mengandung terpen tak teroksigenasi. Semakin tinggi kandungan terpen tak teroksigenasi maka semakin rendah daya larutnya atau makin sukar larut dalam alkohol (pelarut polar), karena senyawa terpen tak teroksigenasi merupakan senyawa non-polar yang tidak mempunyai gugus fungsional. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar kelarutan minyak atsiri dalam alkohol (biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak atsiri nya semakin baik (Guenther, 1987).

Kelarutan minyak atsiri dalam alkohol konsentrasi tertentu dipengaruhi oleh jenis dan komponen kimia minyak tersebut. Minyak yang mengandung senyawa terpen teroksigenasi lebih mudah larut dalam alkohol dibandingkan minyak yang hanya mengandung senyawa terpen. Kelarutan dalam alkohol menunjukkan kepolaran minyak tersebut (Novalny, 2006).

(27)

Terpen yang paling sering terdapat sebagai komponen penyusun minyak atsiri adalah monoterpen. Monoterpen banyak ditemui dalam bentuk asiklis, monosiklis, serta bisiklis sebagai hidrokarbon dan keturunan yang teroksidasi seperti alkohol, aldehid, keton, fenol, oksidasi, dan ester. Terpen lain di bawah monoterpen yang berperan penting sebagai penyusun minyak atsiri adalah seskuiterpen dan diterpen. Kelompok besar lain dari komponen penyusun minyak atsiri adalah senyawa golongan fenil propan. Senyawa ini mengandung cincin

fenil C6 dengan rantai samping berupa propana C3 (Gunawan dan Mulyani, 2010).

Flavor didefinisikan sebagai sensasi yang ditimbulkan oleh senyawa volatil dan non volatil sehingga memberikan sensasi rasa, aroma, dari makanan, minuman dan bumbu-bumbuan, yang merangsang keseluruhan indera ketika memakannya melalui saluran makanan dan pernapasan, terutama rasa dan aroma.

Komponen volatil adalah komponen yang memberikan sensasi aroma, memberikan kesan awal, dan menguap dengan cepat. Komponen non volatil memberikan sensasi pada rasa, yaitu manis, pahit, asam, dan asin, tidak memberikan sensasi aroma. (Fitriana et al., 2014).

Umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur pemanenan, metode ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan minyak atsiri. Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu: (i) hidrokarbon, yang terutama terdiri dari persenyawaan terpen dan (ii) hidrokarbon teroksigenasi.

(28)

Golongan hidrokarbon: Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Terpen mengandung ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua. Senyawa terpen memiliki aroma kurang wangi, sukar larut dalam alkohol dan jika disimpan dalam waktu lama akan membentuk resin. Golongan hidrokarbon teroksigenasi merupakan senyawa yang penting dalam minyak atsiri karena umumnya aroma yang lebih wangi (Ketaren, 1985).

(29)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bulan Januari–Februari Tahun 2018 di Laboratorium Biosistem dan Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera utara, Medan.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sereh dapur, air, alkohol, dan gas.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat penyuling minyak atsiri tipe uap dan air, pisau, timbangan, gelas ukur 10 ml, gelas ukur 100 ml, kompor gas, pipet tetes, tabung reaksi, kamera, komputer dan alat tulis.

Metodologi penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen di laboratorium biosistem dan dilakukan analisa di Laboratorium biosistem dan Laboratorium Teknologi Pangan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap faktorial, terdiri dari 2 perlakuan yang masing-masing terdiri dari 3 taraf .

Adapun faktor yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu : 1. Ukuran partikel sereh (A) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu

a. Ukuran 1 cm (A1).

b. Ukuran 2 cm (A2).

c. Ukuran 3 cm (A3).

(30)

2. Jumlah air (B) yang terdiri dari tiga taraf, yaitu:

a. 30 liter (B1).

b. 35 liter (B2).

c. 40 liter (B3).

Jumlah kombinasi perlakuan sebayak (Tc) = 9 x 1 = 9, dengan jumlah minimum ulangan percobaan (n) sehingga banyak ulangan percobaan dapat dihitung dengan:

Tc ( n - 1 ) ≤ 15 9 (n – 1) ≤ 15 9n – 9 ≤ 15 9n ≤ 26 n = 3

Dengan kombinasi :

A1B1 : Ukuran partikel bahan 1 cm dan air 30 liter.

A2B1 : Ukuran partikel bahan 2 cm dan air 30 liter.

A3B1 : Ukuran partikel bahan 3 cm dan air 30 liter.

A1B2 : Ukuran partikel bahan 1 cm dan air 35 liter.

A2B2 : Ukuran partikel bahan 2 cm dan air 35 liter.

A3B2 : Ukuran partikel bahan 3 cm dan air 35 liter.

A1B3 : Ukuran partikel bahan 1 cm dan air 40liter.

A2B3 : Ukuran partikel bahan 2 cm dan air 40 liter.

A3B3 : Ukuran partikel bahan 3 cm dan air 40 liter.

Model matematis rancangan percobaan tersebut adalah :

(31)

Keterangan:

Yijk : Nilai pengamatan untuk perlakuan ukuran partikel dan jumlah air pada masing – masing taraf ke-i dan ke-j dan ulangan ke-k

µ : Rataan

αi : Pukuran partikel bahan pada taraf ke-j, j=1,2,3

βj : Pengaruh interaksi antara faktor ukuran partikel dan jumlah air Taraf ke-i, dan ke-j, ulangan ke-k

εijk : Galat (kesalahan percobaan) Prosedur Penelitian

Persiapan Bahan:

- Disortasi sereh utuh dengan ciri yang masih segar.

- Dilakukan pembersihan dengan proses pencucian, kemudian dikering anginkan.

- Dipotong sereh utuh dengan ukuran 1cm, 2 cm dan 3 cm.

- Disiapkan air dengan ukuran 30 liter, 35 liter dan 40 liter.

Pembuatan Minyak Atsiri :

Potongan Sereh Ukuran 1 cm, 2 cm, 3 cmdengan Jumlah Air 30 liter , 35 liter dan 40 liter

- Ditimbang potongan sereh yang berukuran 1 cm, 2 cm, ±3 cm sebanyak 3 kg.

- Disiapkan alat penyuling minyak tipe uap dan air.

- Diisi ketel dengan air bersih sebanyak 30 liter, 35 liter, dan 40 liter.

- Dimasukkan saringan kedalam ketel.

- Diisi ketel saringan dengan bahan yaitu potongan sereh segar.

(32)

- Ditutup ketel dengan rapat.

- Dipanaskan ketel uap dengan kompor gas.

- Ditampung hasil penyulingan dengan menggunakan gelas ukur 100 ml.

- Dilakukan pemisahan minyak dan air dari hasil penyulingan dengan - Mengunakan pipet tetes dan dimasukkan kedalam gelas ukur 10 ml.

- Dilakukan pengamatan parameter.

- Diulangi dari prosedur 1-10 untuk seluruh perlakuan ukuran bahan dan air.

Pengujian Minyak Atsiri :

- Ditimbang berat minyak yang dihasilkan dari penyulingan pada setiap perlakuan.

- Dilakukan pengamatan parameter.

- Dilakukan pengujian DMRT terhadap pengaruh ukuran partikel bahan dan jumlah air.

Parameter Penelitian 1. Rendemen

Perhitungan rendemen minyak atsiri dapat dituliskan dengan rumus :

Rend= 100%... (2) dimana :

Rend = Rendemen (%)

BN = Berat minyak serai (gram) BB = Berat bahan olahan (gram)

(33)

2. Kelarutan Dalam Alkohol

Sampel diambil 1 ml lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi. Sampel ditambahkan alkohol 90% sebanyak 1 ml setiap penambahan sampai minyak larut dan jernih.

3. Warna

Pengujian warna dilakukan dengan menggunakan kromameter Minolta (tipe CR 200, Jepang). Sejumlah sampel ditempatkan pada wadah yang datar.

Pengukuran menghasilkan nilai L, a, b dan ºH (ºHue). Nilai L menyatakan tingkat kecerahan. Warna kromatik campuran merah menunjukkan hijau ditunjukkan oleh nilai a. warna kromatik campuran biru kuning ditunjukkan oleh nilai b. Menurut Wagiyono (2003) untuk mendukung data warna yang didapatkan dari Laboratorium Teknologi Pangan dilakukan Uji kesukaan atau disebut juga Uji hedonik. Panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Uji hedonik banyak digunakan untuk menilai produk akhir.

Tabel 4. Pembobotan karakteristik warna

Nilai Pembobotan Keterangan

5 Sangat Menarik

4 Menarik

3 Cukup Menarik

2 Kurang Menarik

1 Tidak Menarik

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rendemen minyak atsiri sereh dapur (cymbopogon citratus)

Dari hasil penelitian pengaruh ukuran partikel bahan dan jumlah air pada alat penyuling tipe uap dan air terhadap rendemen minyak atsiri tanaman sereh dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data pengamatan hasil penelitian

Perlakuan Rendemen % A1B1

A2B1 A3B1 A1B2 A2B2 A3B2 A1B3 A2B3 A3B3

0,125 0,083 0,050 0,153 0,125 0,089 0,200 0,151 0,106

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa rendemen tertinggi terdapat dari kombinasi perlakuan ukuran partikel bahan 1 cm dan jumlah air 40 liter yaitu 0,2%, sedangkan rendemen terendah terdapat pada kombinasi perlakuan ukuran partikel bahan 3 cm dan jumlah air 30 liter yaitu 0,05%. Hal ini disebabkan karena alat penyulingan ini menggunakan prinsip kerja penyulingan tipe uap dan air, yaitu dengan memanaskan air di dalam ketel suling hingga suhunya mencapai 102º C. Secara bertahap suhu akan naik hingga mencapai 102º C sehingga menguapkan air sekaligus. Distilat akan keluar melalui keran distilat dan kemudian minyak dengan airnya dipisahkan. Sehingga semakin banyak air dan yang diuap akan menghasilkan rendemen yang akan lebih tinggi.

Memperkecil ukuran partikel bahan akan memperluas permukaan padatan

(35)

memecahkan struktur dinding sel yang menghalang untuk mengeluarkan minyak atsiri. Sehingga pada penelitian ini semakin kecil ukuran partikel bahan dengan jumlah air yang sama menghasilkan nilai rendemen yang semakin tinggi.

Hasil analisis sidik ragam uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) yang menunjukkan pengaruh ukuran partikel dan jumlah air terhadap rendemen minyak sereh yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji DMRT pengaruh ukuran partikel Bahan dan jumlah air terhadap rendemen minyak sereh yang dihasilkan

Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - A1B3 0,200 a A

2 0,094 0,128 A1B2 0,153 ab AB

3 0,099 0,134 A2B3 0,150 ab AB

4 0,101 0,137 A1B1 0,125 b B

5 0,103 0,141 A2B2 0,125 b B

6 0,105 0,143 A3B3 0,119 c C

7 0,106 0,144 A3B2 0,089 bc BC

8 0,107 0,145 A2B1 0,083 bc BC

9 0,108 0,147 A3B1 0,049 c C

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata ada taraf 5%

dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.

Uji DMRT pada Lampiran 4 memperlihatkan bahwa pengaruh ukuran partikel bahan dan jumlah air penyulingan berpengaruh nyata terhadap rendemen minyak atsiri sereh. Bahan dengan jumlah air 40 liter menghasilkan rendemen minyak dengan rata-rata sebesar 0,200. Semakin banyak air pada saat penyulingan akan menghasilkan minyak atsiri semakin banyak demikian juga dengan ukuran partikel semakin kecil ukuran partikel maka minyak yang dihasilkan semakin banyak. Sumarni et al., (2008), menyatakan bahwa dengan semakin banyaknya air penyulingan yang digunakan, maka minyak atsiri yang diperoleh semakin banyak.

Hal ini disebabkan karena semakin banyak volume air penyulingan yang

(36)

digunakan, maka semakin banyak pula volume uap air yang menyangkut minyak atsiri.

Hubungan dari ukuran partikel bahan dan jumlah air terhadap rendemen minyak sereh yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. Hubungan ukuran partikel dan jumlah air penyulingan terhadap rendemen minyak sereh.

Gambar 2. Menunjukan bahawa hubungan antara ukuran partikel bahan dan jumlah air terhadap rendemen minyak sereh. Nilai rendeman minyak sereh terbesar diperoleh dari kombinasi perlakuan ukuran partikel bahan 1 cm dan jumlah air 40 liter yaitu 0,2%, sedangkan rendemen terkecil diperoleh dari perlakuan 3 cm dan jumlah air 30 liter sebesar 0,05 %. Kecilnya rendemen yang didapat dari penyulingan minyak sereh ini dikarenakan kecil pemberian jumlah air pada penyulingan dan ukuran partikel yang terlalu besar, banyaknya minyak yang melayang dalam air yang keluar dari keran distilat dan adanya minyak yang menempel pada wadah penampung.

Pengukuran rendemen bertujuan untuk mengetahui persentase minyak

(37)

Rendemen minyak sereh yang dihasilkan dapat dilihat pada Lampiran (2).

Berdasarkan hasil perhitungan, rendemen rata-rata minyak sereh yang diperoleh berkisar 0 – 0,2% dimana rendemen minyak sereh yang dihasilkan dengan menggunakan metode penyuling uap dan air dan disuling selama 4 jam dengan perlakuan ukuran partikel bahan dan jumlah air. Rendemen minyak sereh sudah sesuai dengan Standar Mutu EOA dan SNI.

Rendemen minyak sereh yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh macam- macam faktor dalam pertumbuhan tanaman seperti iklim, kesuburan tanah, umur tanaman dan pengolahan bahan pascapanen serta proses penyulingan terhadap bahan. Hal ini sesuai pernyataan Ketaren (1985) yang menyatakan bahwa pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panen, metode ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan minyak, sehingga jika ingin mendapatkan rendemen minyak yang tinggi serta pemilihan model penyulingan yang tepat karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap rendemen minyak yang dihasilkan.

Kelarutan dalam Alkohol

Hasil kelarutan minyak atsiri dalam alkohol 90% Hasil analisa kelarutan minyak sereh dalam alkohol dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil analisa kelarutan minyak atsiri dalam alkohol

Kode Minyak (ml) Alkohol 90% (ml) Hasil

A1B1 1 2,3 1 : 2,3

A1B2 1 2,5 1 : 2,5

A1B3 1 2 1 : 2

A2B1 1 3,4 1 : 3,4

A2B2 1 3,5 1 : 3,5

A2B3 1 4 1 : 4

A3B1 1 4,9 1 : 4,9

A3B2 1 5,3 1 : 5,3

A3B3 1 5,1 1 : 5,1

(38)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan kelarutan dalam alkohol 90%

diperoleh berkisar 1:2 sampai 1:5,3. Hasil kelarutan alkohol 90% terendah pada perlakuan A1B3 (ukuran bahan 1 cm dan jumlah air 40 liter) yaitu 1:2 dan tertinggi pada perlakuan A3B2 (ukuran bahan 3 cm dan jumlah air 35 liter) yaitu 1: 5,3. Semakin kecil nilai kelarutan alkohol pada 90 % maka mutu minyak atsiri yang dihasilkan semakin baik hal ini sesuai dengan pernyataan Sebayang (2011) menyatakan bahwa kelarutan minyak dalam alkohol ditentukan oleh jenis komponen yang terkandung di dalamnya. Minyak atsiri yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut dibandingkan minyak atsiri yang mengandung terpen, semakin tinggi kandungan terpen semakin rendah pula daya larutnya atau semakin sukar larut. Semakin kecil larutan minyak atsiri pada alkohol (biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak atsiri semakin baik.

Nilai kelarutan alkohol terendah disebabkan karena ukuran partikel bahan yang semakin kecil. Semakin kecil ukuran partikel maka maka memudahkan proses pengeluaran minyak sereh dalam penyulingan sehingga senyawa bertitik didih tinggi seperti resin, paraffin, lilin dari minyak sereh ikut terdestilasi sehingga menurunkan kelarutan alkohol. Hal ini sesuai dengan pernyataan kawiji dan pramani, (2010) yang menyatakan bahwa pengecilan ukuran dengan perajangan menyebabkan terikutnya sejumlah senyawa-senyawa titik didih tinggi seperti resin, paraffin, lilin (wax) dan lemak dari kelenjar minyak lalu bercampur dan larut bersama minyak atsiri, kemudian ikut terdestilasi, sehingga minyak akan menurunkan kelarutan minyak yang dihasilkan.

Minyak yang mengandung senyawa terpen teroksigenasi memiliki aroma

(39)

senyawa terpen tak teroksigenasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar kelarutan minyak atsiri dalam alkohol (biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak atsirinya semakin baik. Hal ini sesuai pernyataan Khasanah et al., (2015) yang menyatakan bahwa kelarutan alkohol merupakan faktor penting dalam pengujian minyak atsiri karena dapat menentukan kualitas minyak atsiri tersebut.

Warna

Tabel 8. Data pengamatan hasil penelitian organoleptik warna

Perlakuan organoleptik warna A1B1

A1B2

A1B3 A2B1

A2B2

A3B3 A3B1 A3B2

A3B3

4,22 4,77 5 3,77 4,33 4,44 3,44 3,99 4,11

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa organoleptik warna tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan A1B3 (ukuran bahan 1 cm dan jumlah air 40 liter) dengan nilai 5 yaitu sangat menarik dan organoleptik terendah terdapat pada kombinasi perlakuan A3B1 dengan nilai 3,44 yaitu karakteria cukup menarik.

Nilai rata-rata organoleptik warna minyak atsiri sereh yang dihasilkan penyulingan tipe uap dan air ini memiliki karakteristik minyak yang menarik.

Nilai organoleptik warna berbanding lurus dengan nilai rendemen. Nilai rendemen yang tinggi akan memberikan warna yang lebih bening karena faktor perlakuan yaitu pemberian jumlah air dan ukuran partikel yang mempengaruhi rendemen dari minyak dan akan menghasilkan nilai organoleptik warna yang tinggi juga.

Nilai organoleptik warna juga dipengaruhi oleh lamanya penyimpanan minyak atsiri sereh dan kondisi lingkungan dan bahan sereh yang digunakan saat

(40)

penyulingan. Warna merupakan standar mutu minyak atsiri sereh sehingga harus sangat diperhatikan.

Hasil pengujian dengan uji lanjut DMRT yang menunjukkan pengaruh interaksi ukuran partikel bahan dan jumlah air terhadap nilai organoleptik dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Uji DMRT pengaruh interaksi antara ukuran bahan dan jumlah air penyulingan terhadap nilai organoleptik warna

Jarak DMRT

Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - A1B3 5,000 a A

2 1,403 1,922 A1B2 4,773 b B

3 1,472 2,005 A2B3 4,440 b B

4 1,516 2,006 A3B3 4,440 bc BC

5 1,546 2,099 A2B2 4,330 bc BC

6 1,568 2,129 A2B1 3,997 bc BC

7 1,584 2,153 A3B2 3,997 c C

8 1,598 2,173 A3B1 3,997 c C

9 1,607 2,188 A3B3 3,440 c C

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata ada taraf 5%

dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Tabel 9. menunjukkan bahwa perlakuan ukuran bahan dan jumlah air yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap organoleptik warna. Organoleptik warna yang tinggi dipengaruhi oleh ukuran bahan dan jumlah air yang dilakukan, semakin kecil ukuran partikel bahan maka hasil nilai organoleptik yang dihasilkan tinggi sedangan semakin sedikit jumlah air yang diberikan maka nilai organoleptik yang rendah. Nilai organoleptik yang tinggi yaitu minyak sereh yang tidak berwarna dan berupa cairan jernih. Hal ini sesuai dengan pernyataan Supriono dan Susanti (2014) yang menyatakan minyak atsiri biasanya berupa cairan jernih, tidak berwarna, tetapi selama penyimpanan akan mengental dan berwarna kekuningan atau kecoklatan dan berbau sesuai dengan tanaman

(41)

Hubungan antara ukuran partikel bahan dan jumlah air penyulingan terhadap organoleptik warna dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Hubungan antara ukuran partikel bahan dan jumlah air penyulingan terhadap organoleptik warna.

Gambar 3. Menunjukan hubungan antara ukuran bahan dan jumlah air terhadap nilai organoleptik warna. Nilai organoleptik tertinggi diperoleh pada perlakuan A1B3 (ukuran bahan 1 cm dengan jumlah air 40 liter) dan nilai terendah organoleptik terendah diperoleh oleh A3B1 (ukuran bahan 3cm dengan jumlah air 30 liter). Organoleptik yang rendah disebabkan hasil minyak sereh yang diperoleh sedikit, sehingga warna minyak kurang baik disebabkan beberapa faktor dari perlakuannya yaitu pemberian jumlah air ukuran partikel yang mempengaruhi rendemen minyak atsiri.

Warna yang didapatkan untuk minyak atsiri sereh adalah yellow hingga yellow-red dengan kisaran hue 47,02732 – 59,18429. Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan kromameter Minolta (tipe CR 200, Jepang) dan dapat dilihat pada Lampiran 6.

(42)

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang baik yaitu A1B3 dengan ukuran bahan 1 cm2 dan jumlah air 40 liter dikarenakan A1B3 memiliki nilai tertinggi pada rendemen minyak atsiri dan memiliki nilai rendemen yang sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI) dan AEO dan A1B3

memiliki nilai organoleptik tertinggi dengan nilai 5 yaitu sangat menarik.

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil rendemen minyak sereh tertinggi terdapat dari kombinasi perlakuan ukuran bahan 1 cm dan jumlah air 40 liter yaitu 0,2%.

2. Hasil rendemen minyak sereh terendah terdapat pada kombinasi perlakuan ukuran bahan 3 cm dan jumlah air 30 liter yaitu 0,05%.

3. Nilai organoleptik tertinggi diperoleh pada perlakuan A1B3 (ukuran bahan 1 cm dengan jumlah air 40 liter) dan nilai terendah organoleptik terendah diperoleh oleh A3B1 (ukuran bahan 3 cm dengan jumlah air 30 liter).

4. Warna yang didapatkan untuk minyak atsiri sereh adalah yellow hingga yellow-red dengan kisaran hue 47,02732 – 59,18429.

5. Uji DMRT memperlihatkan bahwa pengaruh ukuran partikel bahan dan jumlah air penyulingan berpengaruh nyata terhadap rendemen minyak sereh.

6. UJI DMRT memperlihatkan perlakuan ukuran bahan dan jumlah air yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap organoleptik warna.

7. Hasil kelarutan alkohol 90% terendah pada perlakuan A1B3 (ukuran bahan 1 cm dan jumlah air 40 liter) yaitu 1:2.

8. Hasil kelarutan alkohol 90% tertinggi pada perlakuan A3B2 (ukuran bahan 3 cm dan jumlah air 35) yaitu 1: 5,3.

9. Dari penelitian ini hasil minyak terbaik pada pelakuan perlakuan A1B3 (ukuran bahan 1 cm dan jumlah air 40 liter).

(44)

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan minyak atsiri sereh dengan perbandingan banyak bahan sereh yang dimasukkan pada penyulingan.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan minyak atsiri sereh dengan perbandingan bahan sereh dapur dan sereh wangi.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. ITB Press.Bandung.

Armando, Rochim., 2009. Memproduksi 13 Jenis Minyak Atsiri Berkualitas.

Penebar swadaya. Jakarta.

Bassole, I. H., Lamien-Meda, A. Bayala, B. Obame, L.C. Ilboudo, A. J., Franz, C.

Novak, J. Nebie, R.C and Dicko, M.H. 2011. Chemical Composition And Antimicrobial Activity Of Cymbopogon Citratus And Cymbopogon Giganteus Essential Oils Alone And In Combination. Journal of phytomedicine.18:1070-1074

DAI. 2010. Atsiri Indonesia. Kantor Pusat Kementerian Pertanian. Jakarta.

EOA. 1975. Essential oil association of U.S.E. Inc. New York.

Feriyanto, Y.E., P.J. Sipahutar, Mahfud dan P. Prihatini. 2013. Pengaruh Perlakuan Awal Bahan Baku Dan Waktu Destilasi Serai Dapur (Cymbopogon Citratus) Terhadap Karakteristik Fisikokimia Minyak Serai Dapur (Lemongrass Oil) Di UKM Sari Murni. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Diakses dari http://jurnal.uns.ac.id [20 April 2017]

Fitriana, N., N. Rumayati, dan Sumartini. 2014. Formulasi Serbuk Makanan dari Minyak Atsiri Tanaman Kesum Sebagai Penyedap Makanan.

http://journal.IFT.or.id [23 April 2017]

Guenther, E. 1987. Metode Fitokimia. Penerbit ITB. Bandung.

Gunawan, D. Mulyani. 2010. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar Swadaya. Jakarta.

Harris, R. 1990. Tanaman Minyak Atsiri.Penebar Swadaya. Jakarta.

Hutchings, J. B. 1999. Food Color and Appearance Second Editions. Springer.

Maryland.

Kardinan , A. 2005. Kiat Mengatasi Masalah Praktis : Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Komoditas Wangi Penuh Potensi. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Kawiji, L.U. Khasanah dan C. A. Pramani, 2010. Serai Dapur (Cymbopogon citratus) Terhadap Karakteristik Fisiokimia Minyak Serai Dapur.

Univeritas Sebelas Maret. Surakarta. Diakses dari http://jurnal.uns.ac.id [20 April 2017]

(46)

Khasanah, L.U., Kawij., R. Utami., Y. Meidiantoro. 2015. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Terhadap Karakteristik Mutu Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut. http://ift.or.id [20 April 2017]

Kurniawati, N. 2010. Sehat Dan Cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu Dapur.

Mizan Pustaka. Bandung.

Lutony, T.L., Rahmayati, Y., 2002. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Manvitha, K. dan B. Bidya. 2014. Review on pharmacological activity of Cymbopogon citratus. International journal of herbal medicine.

Muhlisah, F. 1999. Tanaman Obat Keluarga. Penebar Swadaya. Jakarta.

Novalny, D. 2006. Pengaruh Ukuran Rajangan Daun dan Lama Penyulingan Terhadap Rendemen dan Karakteristik Minyak Sirih.

http://repository.ipb.ac.id [23 Februari 2017]

Oyen, L.P.A and N.X. Dung. 1999. Plant Resources Of South East Asia. Essensial Oil Plants, Prosea Foundation, Backhuys Publisher. Leiden 95-96

Pramani, C. A. 2010. Pengaruh Perlakuan Awal Bahan Baku Dan Waktu Destilasi Serai Dapur Terhadap Karakteristik Fisikokimia Minyak Serai Dapur.

Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Rangana, S. 1987. Quality Control Of Fruits and Vegetables Products. Tata Mc.Graw Hill Publishing Company Limited. New Delhi.

Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Sastrohamidjojo, H. 2014. Kimia Minyak Atsiri. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Sebayang, E.P.P. 2011. Pengendalian Mutu Minyak Atsiri Sereh Wangi (Citronella Oil). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Shinta., 2010, Potensi Minyak Atsiri Daun Nilam, Daun Babadotan, Bunga Kenanga, dan Daun Rosemarry Sebagai Repelan Terhadap Nyamuk.

Diakses dari http://balitro.litbang.pertanian.go.id [23 April 2016]

Soetjipto, H., E. Betty., L. Linawati. 2014. Pengaruh Berbagai Metoda Penyulingan Terhadap Komponen Penyusun Minyak Atsiri Tanaman

Baru Cina Serta Efek Antibakterinya. http://journal.uny.ac.id [23 April 2017]

(47)

Supriono dan T. A. Susanti. 2014. Kualitas Minyak Atsiri Dari Metode Pengecilan Ukuran Pada Penyulingan Tanaman Nilam. Diakses dari http://jurnal.kimia.fmipa.unmul.ac.id [4 April 2017]

Wagiyono, 2003. Menguji Kesukaan Secara Organoleptik. Departemen Pendidikan Nasional. http://psbtik.smkn1cms.net.pdf [20 April 2017]

Yuhono, JT., Sintha S., 2006. Status Pengusahaan Minyak Atsiri dan Faktor Teknologi Pascapanen yang Menyebabkan Rendahnya Rendemen Minyak. Diakses dari http://balittro.litbang.pertanian.go.id[20 April 2017]

(48)

Lampiran 1. Flowchart Penelitian

Mulai

Sortasi

Pencucian

Penimbangan (2-3 kg)

Perajangan (1cm2,2cm2, 3cm2)

Pemasukan rajangan ke dalam ketel uap

Rajangan 3cm2 (30L, 35L,40L) Rajangan 2cm2

(30L, 35L,40L)

Penyulingan (4 jam) Rajangan 1cm2

(30L, 35L,40L)

Minyak sereh dan air

a

(49)

Pemisahan

Selesai Minyak sereh

Analisa Parameter:

-Rendemen -Kelarutan Alkohol

-Warna a

(50)

Lampiran 2. Perhitungan Rendemen Minyak Sereh

KODE Ulangan 1 (%) Ulangan 2 (%) Ulangan 3 (%) Rata-rata (%)

A1B1 0,123 0,13 0,122 0,125

A1B2 0,154 0,166 0,139 0,153

A1B3 0,200 0,201 0,190 0,200

A2B1 0,077 0,089 0,083 0,083

A2B2 0,122 0,128 0,125 0,125

A2B3 0,150 0,160 0,140 0,150

A3B1 0,047 0,050 0,053 0,050

A3B2 0,089 0,083 0,095 0,089

A3B3 0,097 0,106 0,115 0,106

Keterangan:

A : ukuran partikel bahan sereh

A1 : ukuran partikel bahan 1cm A2 : ukuran partikel bahan 2cm A3 : ukuran partikel bahan 3cm B : jumlah air

B1 : 30 liter B2 : 35 liter B3 : 40 liter Perhitungan

Ukuran partikel bahan 1cm, jumlah air 30 liter Ulangan 1

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

=0,123%

(51)

Ulangan 2

Rendemen = ×100 %

= ×100 %

= 0,13%

Ulangan 3

Rendemen = ×100 %

= ×100 %

= 0,122%

Ukuran partikel bahan 2cm, jumlah air 30 liter Ulangan 1

Rendemen = ×100 %

= ×100 %

= 0,077%

Ulangan 2

Rendemen = ×100 %

= ×100 %

= 0,089%

(52)

Ulangan 3

Rendemen = ×100 %

= ×100 %

= 0,083%

Ukuran partikel bahan 3cm, jumlah air 30 liter Ulangan 1

Rendemen = ×100 %

= ×100 %

= 0,047%

Ulangan 2

Rendemen = ×100 %

= ×100 %

= 0,050%

Ulangan 3

Rendemen = ×100 %

= ×100 %

= 0,053%

(53)

Ukuran partikel bahan 1cm, jumlah air 35liter Ulangan 1

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

= 0,154%

Ulangan 2

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

= 0,166%

Ulangan 3

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

= 0,139%

Ukuran partikel bahan 2cm, jumlah air 35liter Ulangan 1

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

=0,122%

(54)

Ulangan 2

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

= 0,128%

Ulangan 3

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

= 0,125%

Ukuran partikel bahan 3cm2, jumlah air 35liter

Ulangan 1

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

= 0,089%

Ulangan 2

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

= 0,083%

(55)

Ulangan 3

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

= 0,095%

Ukuran partikel bahan 1cm, jumlah air 40 liter Ulangan 1

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

= 0,2%

Ulangan 2

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

= 0,201%

Ulangan 3

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

=0,19%

(56)

Ukuran partikel bahan 2cm, jumlah air 40 liter Ulangan 1

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

= 0,15%

Ulangan 2

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

= 0,16%

Ulangan 3

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

= 0,14%

Ukuran partikel bahan 3cm, jumlah air 40 liter Ulangan 1

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

=0,097%

(57)

Ulangan 2

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

= 0,106%

Ulangan 3

Rendemen =

×

100 %

=

×

100 %

= 0,115%

Gambar

Gambar 1 : tanaman sereh
Gambar 2. Hubungan ukuran partikel dan jumlah air penyulingan terhadap rendemen  minyak sereh.
Gambar  3.  Hubungan  antara  ukuran  partikel  bahan  dan  jumlah  air  penyulingan  terhadap organoleptik warna

Referensi

Dokumen terkait

Me- mang, dalam hal yang praktis, aturan hukum khususnya hukum pidana harus menyesuai- kan diri dengan perkembangan di masyara- kat sehingga terkadang dibutuhkan suatu

Melihat pemikiran pendidikan pada gerakan Muhammadiyah saat itu memang telah mengadakan integrasi antara ilmu agama dengan ilmu umum, Ahmad Dahlan telah mampu

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi pada penelitian ini adalah: 1) belum ada informasi dan penjelasan mengenai tingkat

Jenis penelitian bersifat deskriptif kualitatif dengan metode Angka Lempeng Total (ALT). Hasil penelitian ini berupa gambaran tentang cemaran angka kapang pada produk

memelihara agama dalam konteks apa pun adalah prioritas utama yang harus dilakukan oleh umat Muslim. Ia merupakan hal pokok yang paling vital karena menyangkut agama yang

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan modul termokimia berbasis daur belajar tiga fase menyebabkan

Dengan cara analisa yang sama, dapat diketahui hubungan laju aliran udara terhadap efisiensi pengeringan, yaitu semakin tinggi laju aliran udara yang digunakan,

This means that, while it’s still possible to develop Android Apps using Java, from now on Kotlin is fully supported and Google will make sure that all new Android features,