• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahasiswa UNAIR Kembangkan Program Penyadap Sinyal Otak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Mahasiswa UNAIR Kembangkan Program Penyadap Sinyal Otak"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Mahasiswa UNAIR Kembangkan Program Penyadap Sinyal Otak

UNAIR NEWS – Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan penting manusia yang dibutuhkan dalam menjalani kegiatan sehari-hari.

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat terlepas dari kebutuhan berkomunikasi dengan lingkungannya, dan tentunya komunikasi memerlukan aktifitas bicara. Jika organ yang berfungsi untuk berbicara terganggu,maka akan berakibat pada sulitnya berkomunikasi.

Salah satu contohnya adalah penderita Aphasia. Aphasia merupakan penyakit yang dapat menyebabkan penderitanya mengalami gangguan motorik, terutama berbicara. Kesulitan berbicara akan mengakibatkan penderita susah mengutarakan apa yang ia inginkan. Situasi ini menyebabkan penderita mengalami tekanan dari lingkungannya. Tekanan tersebut dapat membuat penderita stress dan akhirnya memperparah penyakitnya.

Hal inilah yang kemudian mendorong empat mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR untuk membuat sebuah program dengan judul “Aplikasi Brain Computer Interface (BCI) menggunakan Elektro Ensephalo Graf (EEG) Pada Aktifitas Unspoken-Speech Sebagai Alat Bantu Komunikasi Penderita Aphasia”. Keempat mahasiswa tersebut yaitu Zahwa Arsy, Hafizh Fadhlul, Sita Ari, dan Puspita Sari, serta didampingi oleh Endah Purwanti, S.Si., M.T, selaku dosen pembimbing.

Pada dasarnya, Zahwa dan timnya membangun sebuah sistem komunikasi yang menghubungkan otak atau sistem saraf pusat manusia dengan perangkat komputer secara langsung, sehingga BCI memungkinkan terjadinya aktivitas bicara yang tidak menghasilkan suara sama sekali, yang biasanya disebut sebagai unspoken-speech. Sehingga, penderita Aphasia dapat berkomunikasi tanpa harus menggunakan saraf motoriknya, melainkan hanya memanfaatkan sinyal otaknya.

(2)

Proses kerjanya, sinyal otak akan memberikan respon yang berbeda tiap kali seseorang hendak mengatakan sesuatu.

Artinya, ketika seseorang tersebut hendak mengatakan sesuatu, sinyal otak akan disadap.

“Penyadapan sinyal otak tersebut menggunakan sebuah alat, yaitu Elektro Ensephalo Graf (EEG,red),” jelas Zahwa selaku ketua kelompok.

Dikarenakan penderita Aphasia di Indonesia termasuk dalam kategori sangat sedikit, kelompok PKM Karsa Cipta tersebut menggunakan naracoba orang normal dalam pengambilan data sinyal otak. Sementara waktu, kata yang dipilih untuk diklasifikasikan dalam proses uji coba oleh kelompok tersebut adalah kata “Sakit” dan “Tolong”. Pemilihan kata tersebut dalam proses coba karena dianggap sering digunakan oleh manusia dalam pembicaraan sehari-hari.

“Sebelum sinyal otak naracoba disadap, naracoba kita arahkan dulu agar berada dalam posisi yang nyaman, karena kondisi naracoba juga berpengaruh pada sinyal otak yang dihasilkan,”

terang Zahra.

“Setelah didapatkan, hasil sinyal otak akan kita olah sedemikian rupa menggunakan program yang telah kita kembangkan, sehingga dapat menampilkan apa yang ingin dikatakan oleh naracoba,” imbuhnya mengakhiri. (*)

Editor : Dilan Salsabila

Mengangkat Semangat

(3)

Masyarakat dalam Membangun Majapahit

UNAIR NEWS – Partisipasi masyarakat adalah kunci keberhasilan pembangunan, termasuk di bidang pelestarian sejarah dan kepariwisataan. Inilah yang mendorong lima mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, untuk meneliti partisipasi masyarakat dalam pelestarian situs peninggalan Kerajaan Majapahit.

Kelima mahasiswa itu adalah Leny Yulyaningsih (FISIP/2015), Nadiya Firdausi (FISIP/2015), Fazza Baraka (FISIP/2015), Dian Rizkita Puspitasari (FISIP/2015), dan M. Giofani Fahrizal (FISIP/2015). Penelitian tentang partisipasi masyarakat itu mereka tuangkan dalam proposal program kreativitas mahasiswa kategori penelitian sosial humaniora (PKM – PE Soshum) berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Implementasi Perwujudan Program Pembangunan Desa ‘The Spirit of Majapahit’ dalam Konsep Good Governance’. Proposal PKM – PE milik tim yang diketuai Leny itu berhasil lolos pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2016.

Kawasan Trowulan telah menjadi wahana penelitian arkeologi.

Ratusan benda peninggalan Kerajaan Majapahit ditemukan di puluhan situs. Benda peninggalan itu berupa bangunan, arca, gerabah, candi, dan petilasan. Situs Trowulan telah ditetapkan oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai situs warisan dunia. Guna melestarikan peninggalan budaya itu, maka Pemerintah Kabupaten Mojokerto, dan Provinsi Jawa Timur membangun Rumah Majapahit.

Untuk membangun Rumah Majapahit, diperlukan keamanan yang kondusif di desa-desa sasaran. Ada tiga desa yang terkena dampak yaitu Desa Bejijong, Desa Jatipasar, dan Desa Sentonorejo. Awal pembangunan Rumah Majapahit sempat menuai pro dan kontra dari warga. Akibat ketidaksejalanan itu,

(4)

pembangunan Rumah Majapahit sempat stagnan.

“Ada isu-isu yang beredar di masyarakat, yaitu rumah yang dibangun menjadi milik pemerintah, keharusan penduduk yang bersangkutan memeluk agama tertentu, pembangunan Rumah Majapahit didanai pihak asing, dan alokasi bantuan keuangan tunai pemeliharaan Rumah Majapahit mencapai Rp 7 – 10 juta per tahun,” tutur Nadiya selaku anggota tim.

Singkat cerita, masyarakat akhirnya bersedia berpartisipasi dalam pembangunan Rumah Majapahit setelah mendapatkan penjelasan dari pihak Pemprov Jatim dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan.

Berdasarkan penelitian tim, pembangunan Rumah Majapahit di kawasan Trowulan ternyata bermanfaat bagi pembangunan rumah, pagar, gapura, pertokoan yang bernuansa arsitektur Majapahit.

“Kondisi ini cukup menggembirakan dan membanggakan karena arsitektur Majapahit masih disukai masyarakat. Itu berarti gaung dan langkah pelestarian budaya Majapahit di bidang arsitektur dan bangunan mendapatkan jalan untuk terus dilakukan dan ditingkatkan,” tutur Leny.

Saat ini, perkembangan pembangunan yang bernuansa Majapahit di Trowulan semakin terlihat. Tiga desa sasaran, khususnya Desa Bejijong, banyak mendapatkan kunjungan wisatawan baik hanya sekadar melihat bagaimana wujud Rumah Majapahit. Masyarakat pemilik Rumah Majapahit sebagian mengembangkan rumahnya untuk berjualan souvenir atau oleh-oleh dan hasil kerajinan.

Beberapa rumah diantaranya digunakan sebagai warung dengan nuansa Majapahit dan sebagian kecil yang digunakan sebagai homestay.

Penulis: Defrina Sukma S.

(5)

Atasi Pencemaran, Beli Sayuran Cukup dengan Sampah Popok Bayi

UNAIR NEWS – Berawal dari keprihatinan terhadap kondisi pencemaran sungai yang terjadi di Kota Surabaya, empat mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) menggagas metode baru dalam mencegah pencemaran pada salah satu sungai di kawasan Gunung Anyar Tengah, Surabaya. Metode baru yang dimaksud adalah membeli sayur memakai popok bayi (diaper) yang disingkat LISA KEPO.

Keempat mahasiswa FKM UNAIR penggagas ide tersebut adalah Anca Laika (FKM/2015), Musyayadah (FKM/2015), Elsya Vira Putri (FKM/2014), dan Ahmad Habibullah (FKM/2014). Ide tersebut kemudian mereka tuangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa – Pengabdian Masyarakat (PKM-M) dan berhasil lolos seleksi pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) tahun 2016.

Mengapa menggunakan popok bayi? “Metode ini berawal dari keprihatinan kami terhadap kondisi Sungai Kali Mas Surabaya yang tercemar akibat melimpahnya limbah popok bayi. Sedangkan di wilayah Gunung Anyar Tengah terletak di lokasi yang diapit dua sungai, sehingga berpotensi untuk dicemari oleh limbah yang berasal dari popok bayi bekas,” ungkap Anca Laika, Ketua Tim PKM-M ini.

Sesuai dengan ilmu kesehatan lingkungan yang mereka dapatkan di bangku kuliah, popok bayi itu mengandung zat bernama Gel Sodium Polyacrylate, sehingga dapat dimanfaatkan menjadi media tanam sayuran, atau sering disebut sebagai METAPOK (MEdia TAnam POpok). Bahkan gagasan mereka ini mendapat apresiasi dari Dinas Pertanian Pemerintah Kota Surabaya dengan membantu

(6)

memberi bibit sayuran agar bisa ditanam menggunakan METAPOK tersebut.

Dalam proses implementasi gagasan, tim PKM-M LISA KEPO memberdayakan para ibu anggota Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) setempat. Tim PKM mengajak para ibu PKK untuk membuat bank sampah yang cukup besar, tujuannya untuk menampung popok bayi bekas.

Setiap warga yang menyetorkan sampah popok bayi juga dianjurkan untuk membawa buku tabungan popoknya. Di buku itu kemudian dicatatkan jumlah popok yang di kumpulka setiap hari ke pengurus bank sampah. Semakin banyak sampah popok bekas yang dikumpulkan di bank sampah, semakin banyak pula sayuran hasil tanam yang dihasilkan. Metode inilah yang diberi nama LISA KEPO (beLI SAyur paKEk POpok).

Anca dan kawan-kawan berharap, dengan adanya penemuan ini maka intensitas pembuangan popok bayi bekas bisa berkurang, kemudian gagasan ini juga bisa menyebar ke daerah lain.

Sebetulnya tujuan dari ide ini hanya ingin agar masyarakat tidak membuang sampah diaper ke sungai, sebab dampak dari pembuangan popok bayi bekas ini, menurut penelitian ecoton pimpinan Prigi Arisandi, membuat 85% ikan di Kali Surabaya berkelamin betina.

“Kondisi ini bisa menyebabkan kepunahan ikan yang hidup di Sungai-sungai di Surabaya,” tutur Anca Laika, ketua pelaksanaan dalam program PKM ini.

Disinyalir, pembuangan sampah popok bayi di sungai yang dilakukan masyarakat Surabaya ini merupakan perkembangan budaya bahwa popok bayi tidak boleh dibakar. Ada kepercayaan di masyarakat jika membuang popok bayi ke tempat sampah, mereka meyakini nantinya sampah popok itu akan dibakar ketika di TPA (Tempat Pembuangan Akhir sampah), dan itu dipercaya dapat membuat bayi mereka terserang ”Suleten” (iritasi kulit pada area sekitar kelamin). (*)

(7)

Editor : Bambang Bes

Mengatasi Trauma Kepala dengan Lapisan Otak Buatan dari Nata De Coco

UNAIR NEWS – Air kelapa bisa sebagai bahan dasar pembuatan Lapisan otak buatan? Kedengarannya ganjil, aneh, tetapi nyata.

Itulah hasil inovasi mahasiswa Universitas Airlangga yang berhasil membuat duramater (lapisan otak) buatan untuk menangani cedera kepala yang berbahan dasar air kelapa.

Kelima mahasiswa UNAIR tersebut adalah Inas Fatimah (21, ketua tim), Fadila Nashiri (22), Karina Dwi Saraswati (22), Andini Isfandiary (22) dan Fathania Nabilla (20). Semuanya dari prodi Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Univesitas Airlangga.

Dijelaskan oleh Inas, sejumlah 60% kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dimulai dengan terjadinya cedera kepala. Dari cedera kepala inilah membuat duramater robek, sehingga terjadi akumulasi darah antara duramater dan permukaan dalam tengkorak (inner surface). Untuk itulah dibutuhkan pembedahan dengan penggantian lapisan otak berupa duramater artificial.

Sedangkan duramater yang selama ini digunakan adalah duramater yang terbuat dari silikon. Padahal duramater yang terbuat dari silikon ini bersifat toksik, sehingga tidak aman apabila diaplikasikan ke dalam tubuh.

Oleh karena itu dengan arahan dosen pembimbing Dr. Prihartini

(8)

Widiyanti, drg., M.Kes., kelima mahasiswa tersebut mencoba membuat duramater artficial yang bersifat biokompatible, sehingga dapat diterima oleh tubuh.

“Kami mencoba memanfaatkan limbah yang selama ini dibuang yaitu air kelapa, sehingga dengan biaya yang terjangkau bagi masyarakat untuk digunakan sebagai lapisan otak buatan,” ujar Inas Fatimah, ketua kelompok.

Prosesnya, air kelapa itu difermentasikan dengan Acetobacter xylinum sehingga menjadi selulosa bakteri, yang kemudian ditambahkan kolagen untuk meningkatkan biokompabilitas, dan memicu pertumbuhan sel serta mengontrol kuat tariknya.

Durameter buatan itu yang menyerupai kertas tisu. (Foto:Dok Tim), FST

Penelitian yang dikemas dalam judul “Inovasi Duramater Artifisial Selulosa Bakteri – Kolagen Dengan Plasticizer Pada Kasus Trauma Kepala” ini berhasil menarik perhatian Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemenristek Dikti, yang kemudian memberi dana pengembangan penelitian melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE).

Diterangkan oleh Inas, hasil temuan ini telah diuji menggunakan uji FTIR (Fourier Transform Infra Red) dengan ditemukannya gugus C-O stretching yang merupakan penyusun

(9)

kolagen. Hasil kekuatan tarik tersebut 12,942 Mpa, jadi sesuai dengan nilai tarik standar duramater artificial yaitu pada rentang 0,6 – 16 Mpa.

Hasil Uji Sitotoksisitas Selulosa Bakteri – Kolagen – Gliserol menunjukkan persentase batas minimal sel hidup yaitu lebih dari 60%. Hal ini menandakan bahwa duramater artificial ini tidak bersifat toksik.

Inas menambahkan, kedepannya duramater ini akan dikembangkan untuk uji coba aplikasi pada hewan. “Tetapi berdasarkan hasil uji secara in-vitro, membran Selulosa bakteri – kolagen – gliserol memiliki potensi sebagai kandidat duramater artificial yang baik,” kata Inas yakin. (*)

Editor : Bambang Bes

Cegah Perlekatan Organ Pascaoperasi, Mahasiswa UNAIR Ciptakan Agen Antiadhesi

UNAIR NEWS – Pasca operasi bedah terbuka pada rongga perut, organ-organ dan daerah sekitarnya berpotensi mengalami perlekatan atau adhesi peritoneal. Padahal adhesi tersebut dapat membelit dan menarik organ dari tempatnya sekaligus merupakan penyebab utama penyumbatan saluran usus (obstruksi usus). Sehingga jika obstruksi usus ini tidak ditangani dengan benar maka akan sangat berbahaya, sebab isi usus tidak akan dapat melewati usus, lalu menyebabkan kram perut, mual, dan muntah, hingga kematian usus.

Guna mencegah risiko terjadinya perlekatan tersebut, lima

(10)

mahasiswa prodi Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga, berhasil membuat cairan antiadhesi yang diberi nama injectable hydrogel antiadhesi.

Mahasiswa tersebut adalah Retno Witantri, Hervina Zaprilla, Agrippina Waya Rahmaning Gusti, Aisyah Ayu Rahmawati, dan Wilda Kholida Annaqiyah.

Mereka kemudian mengajukan penelitian ini dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKMPE) dan berhasil meraih hibah dana penelitian dari Kemenristek Dikti. Dibawah bimbingan Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes., mereka menyusun proposal bertajuk ”Paduan Kitosan-hyaluronic Acid Sebagai Injectable Hydrogel untuk Agen Antiadhesi Peritoneal Pasca Operasi Terbuka”.

”Dalam aplikasinya, cairan antiadhesi akan disuntikkan tepat sebelum sayatan pada perut ditutup. Yang awalnya injectable hydrogel itu berbentuk cair, namun setelah disuntikkan akan memadat menjadi gel. Jadi gel itu berfungsi sebagai penghalang fisik sementara pada dua permukaan organ yang luka, saat fase penyembuhan berlangsung,” kata Retno, Ketua Tim PKMPE kepada wartawan.

(11)

Sampel hidrogel yang dihasilkan.

(Foto: Dok Tim)

Injectable hydrogel tersebut dibuat dari hyaluronic acid (HA) dan kitosan. HA dipilih karena merupakan komponen utama dari e k s t r a s e l u l a r m a t r i k s ( E C M ) . S e l a i n i t u H A j u g a biokompatibel, biodegradabel, dan mampu mempengaruhi proses penyembuhan peritoneal (remesothelialisasi), dan pembentuk gel yang baik. Sedangkan kitosan, selain biokompatibel, juga diketahui sebagai material antibakteri, mudah dimodifikasi secara kimiawi dan bersifat hemostatik (menghentikan pendarahan).

Hasil uji swelling menunjukkan hidrogel memiliki nilai rasio swelling 172-214% yang memenuhi standar rasio swelling untuk aplikasi pencegahan adhesi, yakni sebesar 123-225%. Kemudian dari uji degradasi, hidrogel mampu terdegradasi mencapai 85%

pada hari ke-9 dinilai cukup baik ketika dihubungkan dengan waktu penyembuhan membran rongga perut (peritonium) yang berlangsung antara 5-8 hari. Melalui uji sitotoksisitas, hidrogel tersebut juga terbukti tidak toksik dan aman disuntikkan dalam tubuh.

“Melalui testimoninya kepada tim kami, dr. Herry Wibowo, Sp.B, M.Kes menuturkan meski setiap kali selesai operasi dan organ dalam perut dibersihkan, tetap saja risiko adhesi peritonial itu masih ada. Ini yang membuat kami semakin yakin bahwa Indonesia sangat membutuhkan antiadhesi ini,” kata Retno Witantri mengutip dokter ahli bedah tersebut. (*)

Editor : Bambang Bes

(12)

Bawang Merah Jadi Bahan Dasar Obat Pembasmi Kutu

UNAIR NEWS – Rambut adalah mahkota bagi setiap orang. Oleh karenanya, perlu menjaga kesehatan kepala sehingga bersih dari kutu rambut. Kutu rambut atau Pediculus humanus capitis adalah ektoparasit bagi manusia. Kutu rambut biasanya bersarang di bagian belakang kepala dan bagian leher sebelah belakang.

Gigitannya dapat menyebabkan iritasi pada kulit yang disebabkan oleh air liur yang dikeluarkan saat menghisap darah si penderita.

Kasus penyakit gatal kutu atau Pediculosis capitis banyak terjadi di seluruh dunia dan tidak hanya menjadi masalah kesehatan di negara-negara miskin, namun juga terjadi di negara berkembang dan negara maju. Di Amerika, sekitar 10 hingga 12 juta anak terjangkiti penyakit gatal kutu setiap tahunnya. Usia penderitanya rata-rata berada pada kisaran 5 hingga 13 tahun, namun tidak menutup kemungkinan bagi orang dewasa juga dapat terjangkit parasit ini.

Dewasa ini, obat gatal kutu yang populer di kalangan masyarakat umumnya mengandung permethrin yang merupakan salah satu produk dari paduan senyawa kimia. Permethrin ini dianggap dapat menyebabkan iritasi pada kulit manusia, sehingga diperlukan adanya alternatif lain yang berbahan alami dan lebih ramah lingkungan.

Hal inilah yang kemudian mendorong lima mahasiswa program studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Universitas Airlangga, untuk mencari solusi bahan alami yang berpotensi sebagai bahan pembuatan obat pembasmi kutu. Lima anggota yang termasuk dalam tim PKM-Penelitian Eksakta tersebut, yaitu Jefpry Supryanto Sianturi, Novia Faridatus Sholilah, Dina Lutfiana, Arini Sabil Haque, dan Hady Palgunadi.

(13)

Program penelitian mereka berjudul “Optimalisasi Penggunaan Allium Ascolonicum dengan Konsep Liquid Pembasmi Kutu sebagai Solusi Penderita Gatal Kutu”. Program tersebut telah disetujui dan didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Proses pembuatan

Bahan utama yang mereka gunakan adalah bawang merah. Bahan yang biasa digunakan masyarakat sebagai bahan penyedap makanan tersebut, ternyata memiliki kandungan senyawa yang dapat digunakan sebagai bahan untuk membunuh serangga. Kandungan senyawa yang disebut flavonoid tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk ekstrak (sari) dengan metode maserasi (pelunakan suatu benda karena suatu cairan). Pada akhirnya, didapatlah ekstrak yang kemudian dikarakterisasi untuk membuktikan kandungan flavonoid.

“Allium ascolonicum (bawang merah, red) direndam dengan metanol 99 persen selama 24 jam, nah, setelah itu masuk ke proses penyaringan. Hasil penyaringan kemudian dievaporasi (perubahan molekul zat, red) menggunakan penyaring Buchner.

Dan akhirnya, didapatlah ekstrak dari bawang merah,” terang Jefpry.

Hasil ekstrak kemudian memasuki proses uji coba dengan kutu sebagai kontrol ujinya. Proses uji coba dibagi menjadi dua tahap, yaitu uji kontrol positif dan uji kontrol negatif. Uji kontrol positif adalah perbandingan antara keadaan kutu saat diberikan ekstrak, dengan keadaan kutu saat diberikan peditox (obat kutu pada umumnya). Sedangkan uji kontrol negatif, membandingkan antara keadaan kutu saat diberikan ekstrak, dengan keadaan kutu saat normal (tanpa diberikan obat kutu).

Jefpry dan kawan-kawan melakukan pengamatan selama 24 jam dalam uji coba ini.

“Hasil uji menunjukkan bahwa waktu rata-rata yang dibutuhkan peditox untuk membunuh kutu sekitar 22 menit, dan esktrak bawang merah membutuhkan waktu sekitar 64 menit. Sedangkan

(14)

jika kutu dibiarkan di udara terbuka, kutu akan mati dalam waktu kurang lebih 24 jam,” jelas Jefpry.

“Hal ini membuktikan dengan jelas, bahwa pemberian ekstrak dapat mempengaruhi kutu dan berpotensi sebagai bahan pembasmi kutu rambut,” imbuhnya optimis.

Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S.

Kembangkan Minat dan Bakat Anak, Mahasiswa UNAIR Gagas Program Gubuk Panti

UNAIR NEWS – Mengasah minat dan bakat anak selayaknya dilakukan di usia sedini mungkin. Hal tersebut guna menunjang sang anak untuk menguasai bakat dan minat yang mereka inginkan. Pasalnya, seringkali kita melihat anak-anak disekeliling kita yang tidak percaya diri dalam menunjukan minat dan bakat mereka, hal tersebut dipicu oleh kurangnya pengembangan minat dan bakat anak sejak dini.

Berangkat dari hal tersebut, kelima mahasiswa Universitas Airlangga melakukan sebuah Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) yaitu GUBUK PANTI (Gerakan Usaha Bersama Untuk Kesejahteraan Anak Panti). Kelima mahasiswa tersebut yaitu Rusyidina Firdausi (Fakultas Sains dan Teknologi / 2013), Muhammad Fahmi Abdillah (Fakultas Hukum/2013), Mohammad Thoha (Fakultas Ekonomi dan Bisnis/2013 ), Yuhanna Duhanita F (Fakultas Kesehatan Masyarakat/2014),

(15)

dan Luthfiana Nur (Fakultas Kesehatan Masyarakat/2014).

Program GUBUK PANTI ini merupakan salah satu program PKM yang telah disetujui dan didanai oleh Dikti.

Tujuan utama kelompok PKM tersebut adalah meningkatkan kemandirian serta mengembangkan minat dan bakat anak panti.

Alasan pemilihan anak panti sebagai objek, karena adanya anggapan bahwa anak panti seringkali kurang percaya diri dalam memperlihatkan minat dan bakat mereka yang disebabkan oleh latar belakang keluarga.

Kegiatan GUBUK PANTI ini dilakukan di Panti Asuhan Nurul Huda Bangkalan, Madura. Mereka memiliki empat bidang yang diimplementasikan dalam program kerja mereka di GUBUK PANTI ini, meliputi Budaya, Kesehatan, Pendidikan dan Kewirausahaan.

Selain itu, anak- anak panti juga diajarkan tentang seni pencak silat dan tari tradisional. Program GUBUK PANTI ini berjalan mulai bulan Maret.

“Sebelum adanya program ini, komunikasi mereka terlihat pasif, lalu kita mengadakan pendekatan dan pelatihan,”ujar Rusyidina Firdausi, saat diwawancarai Radio Unair.

Sebagai tolak ukur kinerja mereka, Rusyidina dan kawan-kawan mengadakan sebuah pentas seni yang diadakan pada tanggal 22 Mei lalu. Acara ini sekaligus sebagai Closing program kerja mereka di Panti Asuhan Nurul Huda tersebut.

Dalam pementasan tersebut, seluruh anak di panti asuhan diberi kesempatan untuk menampilkan bakat seni mereka, mulai dari tarian – tarian hingga laga pencak silat. Sebelum pementasan digelar, anak anak di Panti Asuhan Nurul Huda ini aktif berlatih kesenian walaupun tanpa bantuan dari kelima mahasiswa anggota PKM GUBUK PANTI. “Hal ini menunjukan bahwa anak – anak panti tersebut antusias dengan adanya program ini,” ujar Rusyidina.

Mengingat program kerja PKM-M ini berakhir pada bulan Juni, mereka memilih kader – kader di setiap bidang, hal tersebut

(16)

berfungsi sebagai leader dalam menjalankan pelatihan- pelatihan yang telah diajarkan kedepannya meskipun tanpa kehadiran kelompok PKM dari UNAIR.

“Kita ingin program ini tetap berjalan untuk meningkatkan kepercayaan diri anak – anak panti,” harap Rusyidina. “Semoga setelah pemberdayaan ini mereka bisa lebih mandiri lagi, lebih percaya diri, mereka tidak merasa sendirian, mereka harus positive thinking, percaya dirinya harus kuat dan bisa menggapai cita – cita,” imbuhnya sembari mengakhiri wawancara.

(*)

Penulis : Faridah Hari Editor : Dilan Salsabila.

Atasi Kanker Payudara, Mahasiswa UNAIR Buat Alat Terapi

UNAIR NEWS – Gabungan mahasiswa Universitas Airlangga berhasil terciptanya alat terapi Lymfipum (Lymphedema Fisiotherapeutic Pump) sebagai solusi atas penderita Limfedema akibat pasca operasi kanker payudara.

Ditanya UNAIR News tentang yang melatari penelitian itu, Ketua Tim PKM-PE Lymfipum gabungan UNAIR ini, Dewa Ayu Githa Maharani Supartha menjelaskan bahwa di negara berkembang seperti Indonesia, dari tahun ke tahun pasien kanker terus meningkat. Sedangkan penyakit kanker yang terbanyak di Indonesia adalah kanker payudara.

Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI

(17)

2015, pada tahun 2013 saja jumlah pasien kanker payudara mencapai 0,5% yaitu sekitar 61.682 pasien. Sekitar 20-53%

kanker payudara merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya limfedema (National Cancer Institute, 2012).

Seperti diketahui, limfedema adalah pembengkakan pada bagian ekstremitas atas maupun bawah yang disebabkan oleh terganggunya aliran limfa. Konon Limfedema tidak dapat disembuhkan (Greene, 2015), padahal limfedema bisa menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi ekstremitas, morbiditas, dan berakibat fatal pada kematian.

Selain itu, jumlah tenaga kerja fisioterapi pada tahun 2014 sekitar 6.813 pekerja. Jumlah tersebut belum memadai dengan kebutuhan secara ideal, yaitu seorang fisioterapis per 1000 penduduk (Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014).

Dari keadaan itulah gabungan mahasiswa Universitas Airlangga yang diprakarsai Dewa Ayu Githa MS., Lucia Pangestika, Ataul Karim, Mokhammad Deny Basri, dan Mokhammad Dedy Bastomi, berhasil merancang alat terapi Lymfipum (Lymphedema Fisiotherapeutic Pump) sebagai solusi penderita Limfedema akibat pasca operasi kanker payudara.

Mereka adalah gabungan dari mahasiswa S1 Teknobiomedik (Fakultas Sains dan Teknologi/FST), dan mahasiswa D3 Otomasi Sistem Instrumentasi (OSI) Fak. Vokasi. Atas bimbingan dosen Drs. Tri Anggono Prijo, mereka berhasil menyusun makalah bertajuk “Lymfipum – Lymphedema Fisiotherapeutic Pump – Solusi Praktis Patient Post Surgery Breast Cancer” dan berhasil memperoleh dana hibah dari Ditjen Dikti Kemenristek Dikti.

Menurut Dewa Ayu Githa, Lymfipum yang dibuat ini memiliki variasi range tekanan dari 20 mmHg – 60 mmHg. Selain itu terdapat LCD yang akan menampilkan keluaran berupa tekanan yang diberikan. Cara kerja dari Lymfipum yaitu dengan memilih nilai tekanan yang diinginkan dengan menggunakan push button.

Kemudian tekan tombol “oke” maka pompa udara akan mengeluarkan

(18)

udara, sehingga udara akan masuk kedalam handcuff. Handcuff itu sendiri tediri dari tiga chamber yang akan mengembang dan mengempis secara bergantian seperti memijat. Mengembang dan mengempisnya chamber inilah yang akan mendesak keluar cairan limfa dari daerah yang mengalami pembengkakan (ekstremitas atas).

“Sehingga dengan diciptakannya Lymfipum ini, diharapkan mampu mengurangi resiko kematian akibat terjadinya limfedema pada pasien pasca operasi kanker payudara,” kata Githa berharap mewakili rekan-rekannya. (*)

Penulis : Nuri Hermawan

Editor : Bambang Edy Santosa

Belajar Ilmu Sosial sambil Bermain Monopoli Nusantara

UNAIR NEWS – Ada banyak cara menyenangkan untuk menambah ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah belajar sambil bermain secara kelompok. Selain agar tidak membosankan, materi pelajaran bisa lebih mudah dicerna sehingga bisa meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif seseorang.

Hal inilah yang coba diterapkan oleh lima mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga. Mereka menawarkan cara belajar sambil bermain yang baru dalam mempelajari materi studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Metode baru itu mereka tuangkan dalam proposal program kreativitas mahasiswa bidang pengabdian masyarakat berjudul

“MONTARA (Monopoli Nusantara): Permainan Edukatif Mengenal Kebudayaan Indonesia pada Siswa Kelas III di SDN Mulyorejo I

(19)

Surabaya”. Proposal tersebut berhasil lolos pendanaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2016.

Kelima mahasiswa yang tergabung dalam tim Montara adalah Faiza Dina Sari (FKM/2014), Febriana Dewi Safitri (FKM/2014), Rachmawati Maulidhina (FKM/2014), Rina Dwi Novita (FKM/2014), dan Nafijah Muliah (FKM/2013).

“Kami ingin memberikan inovasi baru kepada guru-guru dalam memberikan pengetahuan dan pelajaran mengenai wawasan Nusantara dengan cara yang berbeda, menarik, kreatif, serta inovatif. Di samping itu, kebudayaan Indonesia saat ini semakin tenggelam karena masuknya kebudayaan Barat yang lebih diterima dan dijadikan panutan oleh masyarakat,” tutur Faiza selaku ketua tim Montara.

Montara adalah sejenis mainan monopoli. Bedanya, kain alas Montara terbentang cukup besar dengan ukuran 2,5 m x 2,5 m.

Montara memuat gambaran peta pulau-pulau di Indonesia lengkap dengan perairan yang mengelilingi. Selain itu, Montara juga, memberikan pengetahuan tentang keanekaragaman budaya, hasil alam, kondisi geografis 34 provinsi yang didukung dengan media audiovisual.

Montara dimainkan oleh enam kelompok, masing-masing terdiri dari enam anggota. Peralatan yang dibutuhkan untuk bermain Montara diantaranya bidak, dadu bersisi enam, kartu provinsi lengkap dengan harga beli, sewa, dan informasi tentang provinsi tersebut, uang-uangan, dan kartu ‘kesempatan’ dan

‘dana umum’.

Setiap pemain dibekali uang sejumlah 5.000 poin. Permainan dimulai dari petak nomor urut satu. Pemain mengocok dadu secara bergiliran, dan yang memperoleh angka terbanyak diberi kesempatan untuk main terlebih dahulu. Pemain juga boleh membeli petak provinsi tergantung kemampuan uang. Bila suatu petak provinsi sudah ada yang memiliki, dan petak tersebut dihinggapi pemain lain, maka pemilik berhak memberikan

(20)

pertanyaan seputar kekhasan provinsi tersebut. Apabila, pemain tak bisa menjawab, maka pemain akan mendapatkan denda sesuai aturan.

Untuk memonitor efek permainan Montara, maka tim Montara UNAIR mengadakan kegiatan cerdas cermat Montara (CEMON). Dengan adanya CEMON, maka siswa menjadi terpicu untuk lebih giat belajar tentang pengetahuan umum dan wawasan Indonesia.

Kehadiran tim Montara menuai respon positif dari wali kelas SDN Mulyorejo I Surabaya. “Kehadiran MONTARA sangat membantu para siswa kelas III di SDN Mulyorejo I Surabaya. Pengetahuan anak-anak mengenai wawasan Nusantara semakin bertambah.

MONTARA juga telah menanamkan rasa cinta Tanah Air terutama cinta pada budaya indonesia. Saya senang sekali atas peningkatan yang terjadi pada anak didik saya. Terima kasih MONTARA,” tutur Astuti, Wali Kelas III A, SDN Mulyorejo I Surabaya.

Erni, Wali Kelas III B pada sekolah yang sama, juga memberikan respon positif terhadap Montara. Menurut Erni, media pembelajaran Montara cukup inovatif, kreatif, dan menyenangkan. “Selain saya yang senang, siswa siswi di sini juga senang atas kehadiran MONTARA. Semoga MONTARA sukses dalam mencerdaskan bangsa,” tutur Erni.

Rencana selanjutnya, tim MONTARA akan melakukan pemantauan terhadap penggunaan media monopoli kepada SDN Mulyorejo I Surabaya. Faiza menambahkan, pihaknya juga berinisiatif untuk menjual produk Montara dalam bentuk mini. (*)

Penulis: Defrina Sukma S

(21)

Mahasiswa UNAIR Berhasil Ciptakan Lapisan Telinga Tiruan

UNAIR NEWS – Pendengaran merupakan salah satu panca indera yang berperan penting bagi manusia, khususnya dalam berkomunikasi. Bila organ pendengaran mengalami masalah, maka seorang manusia akan mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari. Salah satu penyebabnya adalah jika Membran Timpani yang bekerja untuk menyalurkan getaran suara mengalami ruptur (robek),maka suara tidak akan didengar dengan maksimal.

Data World Health Organization (WHO) mengenai angka gangguan pendengaran dan ketulian menunjukkan, pada tahun 2000 terdapat 250 juta atau 4,2% penduduk dunia telah menderita gangguan pendengaran dan kurang dari setengahnya terdapat di Asia Tenggara yang mana 4,6% nya dari Indonesia. Berdasarkan fakta tersebut, lima mahasiswa jurusan Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga terdorong untuk menemukan paduan terbaik dalam pembuatan membran timpani artifisial (lapisan telinga tiruan).

Kelima mahasiswa tersebut ialah Rara Setya Angtika (angkatan 2012), Ditya Hanif Kharisma (angkatan 2012), Brillyana Githanadi (angkatan 2012), Tarikh Omar Asyraf (2014) dan Adita Wardani Rahmania (2014) serta Dr. Prihartini Widiyanti,. Drg,.

Mkes, selaku pembimbing kelompok tersebut. Mereka membuat sebuah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diberi judul

“Sintesis Komposit Kolagen-Kitosan Dengan Penambahan Gliserol Sebagai Membran Timpani Artifisial Pada Kasus Ruptur Organ DalamTelinga”, program tersebut telah disetujui oleh Dirjen Dikti untuk diberikan pendanaan.

Dalam prosesnya, kelompok PKM tersebut memadukan komposit

(22)

kolagen-kitosan dengan menambahkan gliserol sebagai paduan membran timpani artifisial. Penggunaan bahan alami pada membran timpani artificial tersebut, karena dianggap memiliki sifat yang lebih baik dan biokompabilitas.

“Karena kolagen merupakan struktur yang paling penting di lapisan bagian dalam dari membran timpani, hal tersebut dapat membantu regenerasi jaringan, termasuk sel-sel,” jelas Rara selaku Ketua Kelompok PKM tersebut.

Kelompok PKM-P TIMPANI melakukan diskusi didampingi oleh Dr.

Prihartini Widiyanti,. Drg,. Mkes, selaku Dosen Pembimbing.

(Foto: Dok. Tim) Lolos Uji Coba

Untuk memenuhi sifat fisik dan mekanik dari sebuah gendang telinga, proses paduan membran timpani artificial ini melalui berbagai ragam uji coba. Diantaranya yaitu uji FTIR untuk menentukan kualitas sampel, uji kerapatan membran, uji modulus elastisitas guna menguji keelastisitasan sampel, uji MTT assay untuk mengetahui eksistensi sifat toksik dalam sampel, uji

(23)

anti bakteri, serta uji koefisien serap suara.

Rara mengatakan, bahwa sampel membran timpani artificial milik kelompoknya ini telah lolos uji coba dan dapat memenuhi standar fisik dan mekanik dari sebuah gendang telinga.

“ Uji koefisien serap didapati bahwa sampel mampu menyerap suara seperti pada range frekuensi yang bisa didengar oleh manusia yaitu hingga 80 dB, yang artinya sampel mampu dan berpotensi sebagai membran timpani artifisial,” jelas nya.

“ Harapannya hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan membran timpani artificial dalam bidang medis di masa yang akan datang,” pungkasnya.(*)

Penulis : Bambang BES Editor : Dilan Salsabila

Referensi

Dokumen terkait

UNAIR NEWS – Ingin meluangkan waktu senggang untuk kegiatan yang positif, sejumlah mahasiswa dari beberapa program studi di kampus Program Studi Diluar Kampus Utama

Sistem ini sebaiknya tidak digunakan lagi karena banyak memiliki keterbatasan. Tanggung jawab besar dibebankan pada perawat untuk menginterpretasi order dan

Model matematik seringkali digunakan untuk mempelajari fenomena alam nyata yang kompleks dengan cara analisis, serta untuk menyelidiki hubungan antara parameter yang

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Karena dinamika rotasi analog dengan dinamika translasi, maka pada dinamika rotasi berlaku pula hukum II Newton untuk gerak rotasi yang berbunyi: “Percepatan sudut yang dialami suatu

Pada penelitian ini penambahan doping Ag pada lapisan tipis ZnO yang dideposisikan di atas substrat kaca menggunakan metode thermal spray coating memiliki pengaruh terhadap

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “Terdapat perbedaan biomassa perifiton pada substrat keramik antara hulu, tengah, dan hilir Sungai Salo”..