• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi

2.1.1 Bahasa dan Hipotesis Sapir-Whorf

Bahasa selalu dianggap lebih sebagai kekuatan daripada yang lain yang memisahkan manusia dari makhluk lain (Danesi, 2011).

Kami memiliki keyakinan mendalam bahwa jika kami dapat memecahkan misteri asal usul bahasa kami, kami akan mendapatkan petunjuk penting tentang misteri kehidupan itu sendiri.

Bangsa Yunani kuno mengusulkan salah satu teori pertama tentang asal usul bahasa, yang dikenal sebagai gaungan, yang menyatakan bahwa ucapan muncul dari upaya untuk meniru suara atau menanggapi emosi. Selain teori gaungan ada yang dinamakan teori isyarat, juga dikenal sebagai teori La-La (Danesi, 2011). Teori ini mengharuskan bahwa kata isyarat mendahului vokal, dan bahwa vokal secara bertahap muncul dari simulasi antara organ bicara dan bentuk kata isyarat: misalnya, menggoyangkan lidah untuk mengucapkan "selamat tinggal" sebagai simulasi melambaikan tangan. Aposisi isyarat yang berhubungan dengan gerakan imitatif organ vokal akhirnya mengarah pada pergantian isyarat dengan gerakan organ vokal (Danesi, 2011).

Baik teori gaungan maupun teori isyarat tidak menyebutkan kemungkinan bahwa ujaran timbul dari kerja sama sosial. Teori yang membuat klaim ini dikenal sebagai teori Yo-he-ho (Danesi, 2011).

Sederhananya, teori ini menunjukkan bahwa bahasa dimulai dengan irama berulang dan nyayian yang dikerjakan dan dimainkan bersama oleh kelompok hominid awal. Tetapi seperti teori gaungan dan isyarat, skenario ini menghindari pertanyaan mendasar: Sifat mental apa yang mungkin memicu proses di mana irama berulang terkait pekerjaan yang berulang diubah menjadi bahasa yang lengkap? Lebih lanjut, seperti yang disarankan Sebeok, komunikasi ucapan atau vokal

(2)

bukanlah fungsi khusus bahasa karena orang memiliki banyak cara berkomunikasi non vokal (Danesi, 2011).

Sampai sini kita harus membedakan antara bahasa dan ucapan.

Bicara adalah fenomena psikologis dan anatomis (Danesi, 2011).

Ujaran melibatkan penggunaan lidah, gigi, katup laring yang disengaja untuk mengartikulasikan suara dan kata-kata. Bahasa adalah kode mental. Ini merupakan sistem tanda yang biasanya disampaikan sebagai ucapan vokal; tetapi juga dapat diekspresikan melalui cara fisik lain seperti gambar, gerak tubuh, dll. Kita dapat memiliki bahasa tanpa ucapan (karena mereka memiliki cacat organ vokal) karena bahasa ada di dalam pikiran. Tetapi kita tidak dapat berbicara tanpa bahasa, karena ucapan bergantung pada kode bahasa.

Bahasa bisa disebut sebagai kemampuan manusia untuk berbicara dengan menggunakan simbol tertentu yang sudah tersusun di unit dan sistem tertentu. Bahasa dapat diartikan sebagai sistem tanda dengan aturan (Foley, 1997). Prinsip-prinsip aturan untuk menggabungkan lambang yang terbentuk dalam sebuah kalimat disebut tata bahasa. Menurut Kramsch, bahasa adalah alat dasar yang dengannya orang dapat menjalani kehidupan sosial (Kramsch, 2001).

Dalam komunikasi, bahasa berhubungan dengan budaya dengan cara yang kompleks. Bahasa mengatakan bahwa bahasa sebagai fakta budaya, bahasa mewujudkan fakta budaya, dan bahasa mengisyaratkan fakta budaya. Bahasa dan budaya berlangsung secara alami dilihat dari berbagai bentuk sosialisasi atau adaptasi manusia.

Kramsch juga menyarankan agar orang berkomunikasi secara berbeda karena setiap orang pasti memiliki cara berpikir secara berbeda (Kramsch, 2001). Berpikir secara berbeda dikarenakan bahasa mereka menganjurkan cara lain untuk memaknai dunia di sekitar mereka.

Bahasa dan komunikasi adalah hasil dari komunikasi sekelompok manusia, maka setiap kelompok mempunyai komunikasi

(3)

yang tidak sama dengan kelompok lainnya. Hal ini sudah dihipotesiskan oleh ahli bahasa yaitu Sapir dan Whorf dalam teori relativitas linguistik bahwa "struktur linguistik suatu budaya menentukan perilaku dan pemikiran dari budaya itu” (Sendjaja, 1994).

Hipotesis yang dilihat dari pandangan Etnografi yaitu menyatakan bahwa bahasa adalah unsur awal dari budaya, sebab bahasa memastikan bagaimana masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut masuk dalam kategori pengalaman mereka. Bahasa juga memastikan konsep dan makna yang dipahami oleh masyarakat, untuk memberi pemahaman tentang sikap masyarakat itu sendiri terhadap kehidupannya. Maka arti budaya yang menjadi dasar kehidupan masyarakat dibentuk oleh hubungan antara simbol atau bahasa (Sukidin & Basrowi, 2002).

Dalam komunikasi yang berada di kehidupan suatu masyarakat tutur atau masyarakat di mana aturan komunikasi yang sama berlaku, memahami komunikasi yang hidup memberikan wawasan tentang perilaku komunikasi masyarakat. Komunikasi ini menunjukkan bagaimana unit-unit komunikatif dalam suatu masyarakat tutur diorganisasikan, secara luas dianggap sebagai cara berkomunikasi, dan memperoleh arti, serta makna dari aspek-aspek budaya lainnya (Ibrahim, 1992).

Seperti halnya dalam bahasa Jawa, perbedaan bahasa dalam komunikasi dengan sendirinya menyebabkan perbedaan perilaku komunikasi. Hal ini dikarenakan setiap budaya memiliki praktik komunikasi yang berbeda karena pesan atau simbol yang digunakan berbeda (Sendjaja, 1994).

Hubungan antara bahasa, budaya dan pemikiran sudah digambarkan di teori relativitas linguistik dan hipotesis Sapir-Whorf.

Menurut (Wardhaugh, 2006), keyakinan saat ini tentang hubungan jangka panjang antara bahasa dan budaya meliputi:

(4)

1. Struktur bahasa memastikan cara pengguna bahasa tersebut melihat dunia mereka.

2. Budaya masyarakat digambarkan di sebuah bahasa yang mereka pakai karena mereka mempunyai segalanya dan melakukannya dengan cara menggambarkan apa yang mereka nilai dan apa yang mereka lakukan. Menurut pandangan ini, budaya tidak menentukan struktur bahasa, namun mereka mempengaruhi bagaimana bahasa itu dipakai, dan dapat menentukan mengapa objek budaya disebut sebagai cara berbahasa.

3. Struktur bahasa mempengaruhi cara penutur melihat dunia sebenarnya diusulkan oleh Humbolt pada abad XIX, tetapi sekarang pernyataan ini dikenal sebagai hipotesis Sapir-Whorf.

2.1.2 Bahasa Jawa

Bahasa Jawa yaitu salah satu bahasa daerah yang dipakai masyarakat Jawa sebagai media komunikasi antar masyarakat di kehidupan sehari-hari (Mulyana, 2008).

Menurut pendapat diatas disimpulkan bahwa bahasa Jawa yaitu salah satu bahasa daerah yang digunakan sebagai sarana komunikasi dengan jumlah pemakai terbesar jika dibandingkan dengan bahasa daerah lainnya.

a. Unggah-ungguh basa

Bahasa Jawa mempunyai tingkat tutur pada saat digunakan untuk berkomunikasi. Tingkat tutur kata di bahasa Jawa memperlihatkan kesantunan orang Jawa dalam bermasyarakat.

Mengenai tingkat tutur bahasa Jawa, banyak para ahli bahasa yang membuat secara detail tingkat tutur tersebut. Bahasa Jawa memiliki arti sebagai kaidah oleh pengguna bahasa Jawa untuk menjaga sikap saling menghormati atau menghargai orang, bertindak dan berperilaku dalam pemilihan kata dan pembentukan kalimat dan lagu pada saat bertutur atau berkomunikasi (Andayani, 2011).

(5)

Ragam Unggah-unguh basa ada banyak sekali, namun yang sering digunakan adalah ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu dan krama alus. Menurut Sasangka pada dasarnya, bahasa Jawa secara emik dibedakan menjadi 2, yaitu ngoko dan krama.

Sedangkan secara etik unggah-ungguh basa dibedakan menjadi 4 yaitu: ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu dan krama alus (Sasangka, 2009).

1) Ragam ngoko

Ragam ngoko adalah bentuk unggah-ungguh basa dengan kosakata inti ngoko dan tidak menggunakan kosakata lainnya. Dalam ragam ini, semua imbuhan yang ada di ngoko, seperti di-, -e dan –ake. Variasi dari ragam ngoko yaitu ngoko lugu dan ngoko alus.

a) Ngoko lugu

Ngoko lugu yaitu bentuk unggah-ungguh basa yang semua kosakatanya berbentuk ngoko, tidak ada kosakata krama, krama inggil, atau krama andhap. Variasi ini menggunakan imbuhan di-, -e dan -ake.

b) Ngoko alus

Ngoko alus adalah bentuk unggah-ungguh basa yang terdapat bukan hanya kosakata ngoko saja, namun ada kosakata krama inggil, krama andhap, dan krama. Imbuhan yang digunakan ngoko alus adalah di-, -e, dan –ne.

2) Ragam krama

Ragam krama merupakan bentuk unggah-ungguh basa dari kosakata krama, atau yang menjadikan unsur inti ragam krama adalah kosakata krama bukan kosakata lainnya. Imbuhan di ragam ini semuanya berbentuk krama (seperti imbuhan dipun-, -ipun, dan -aken). Ragam krama ini dipakai oleh mereka yang belum akrab. Ragam krama mempunyai tiga jenis variasi, yaitu krama lugu, krama andhap, dan krama alus.

(6)

Variasi dari ragam krama ini adalah krama lugu dan krama alus.

a) Krama lugu

Krama lugu yaitu bentuk ragam krama yang tingkat kehalusannya rendah. Jika dibandingkan dengan bentuk ngoko alus, ragam krama lugu masih menunjukkan kehalusannya dalam berbahasa. Masyarakat yang belum tahu masih menyebutnya dengan krama madya. Ragam krama lugu ini sering muncul imbuhan ngoko di-, -e, dan -ake dari pada imbuhan dipun-, -ipun, dan –aken.

b) Krama alus

Krama alus merupakan bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang terdiri dari semua kosakatanya krama dan bisa ditambahkan dengan kosakata krama inggil atau krama andhap. Inti kosakata di ragam ini hanyalah kosakata yang bentuknya krama. Dalam tingkatan ini kosakata krama madya dan ngoko tidak pernah ada. Pemakaian kosakata krama inggil dan krama andhap yaitu untuk menghormati lawan bicara. Dalam tingkat tutur ini imbuhan dipun-, - ipun, dan –aken cenderung lebih sering muncul daripada imbuhan di-, -e, dan -ake (Arafik, 2013).

Jadi, unggah-ungguh basa sangat penting untuk komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain untuk menjaga kelestarian budaya daerah, unggah-ungguh basa juga berfungsi untuk menerapkan tata krama yang baik.

2.1.3 Budaya

2.1.3.1 Pengertian Budaya

Menurut bahasa kebudayaan berasal dari kata Sansekerta yaitu dari kata “Bodha”, yang memiliki arti pikiran akal budi. Menurut istilah kebudayaan yaitu sebagai keseluruhan lambang, makna, gambaran, struktur, aturan, adat,

(7)

nilai, pengolahan informasi dan perpindahan model kesepakatan pikiran, perkataan dan perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam kelompok masyarakat. Budaya yaitu suatu konsep yang meningkatkan keinginan mereka. Budaya secara formal diartikan sebagai urutan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hierarki, agama, waktu, hubungan, ruang, konsep, lingkungan hidup, objek-objek material, dan kepemilikan yang diperoleh oleh sejumlah besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok (Mulyana, Deddy, 2006).

2.1.3.2 Unsur-Unsur Kebudayaan

Prespektif budaya juga memastikan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial budaya sudah menyebar dan mencakup berbagai fungsi sosial masyarakat. Menurut Rakhmat ada 3 unsur sosial budaya yang berdampak besar terhadap arti yang diciptakan melalui pengamatan. Unsur-unsur ini termasuk sistem kepercayaan, nilai, sikap, pandangan dunia, dan organisasi sosial. Semua itu dapat kita lihat dalam objek sosial yang serupa dan menyepakatinya secara sosial dengan istilah- istilah yang rasional, namun makna objek ini bagi individu bisa sangat berbeda (Rumondor, 1995).

Persepsi merupakan proses internal yang digunakan untuk memutuskan, menilai, dan mengatur lingkungan luar yang disimulasikan. Ini didefinisikan sebagai proses internal di mana daya fisik lingkungan diubah menjadi pengalaman bermakna yang membentuk tingkah laku tertentu. Keberhasilan dan cara memandang tingkah laku dunia yaitu berupa hasil dari pengalaman budaya (Mulyana, Deddy, 2006).

2.1.3.3 Komunikasi Verbal dalam Budaya

Taylor mendeskripsikan budaya sebagai sesuatu yang rumit dari keseluruhan pengaturan, kepercayaan, seni, hukum,

(8)

adat istiadat, semua keterampilan serta praktik lain yang dimiliki orang sebagai anggota masyarakat. Budaya dipengaruhi oleh adanya norma, dan norma juga mempengaruhi perilaku sosial masyarakat, ini masuk dalam perilaku komunikasi (Liliweri, 2007).

Komunikasi berbahasa bisa mempengaruhi pemahaman seseorang, karena bahasa merupakan dasar dari komunikasi.

Manusia mempunyai naluri untuk hidup bersama dan berkomunikasi, tidak adanya bahasa tidak akan ada komunikasi.

Dedy Mulyana berpendapat bahwa bahasa verbal merupakan cara terpenting untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan maksud kita (Mulyana, 2013).

Komunikasi verbal yaitu keunikan tersendiri dari manusia, sebab tidak ada makhluk lain yang bisa memberikan makna yang berbeda melalui perkataan. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang memakai tanda-tanda atau kalimat baik dalam bentuk lisan maupun tulisan (Arni, 2001).

Fungsi bahasa yaitu sebagai sarana komunikasi sosial.

Pada saat berkomunikasi, bahasa adalah kunci untuk memulai interaksi sosial, misalnya masyarakat Indonesia yang berada di negara lain, pasti mereka tahu bahwa bahasa itu penting untuk digunakan dalam berkomunikasi. Indonesia merupakan negara besar dengan banyak bahasa daerah. Setiap kali kita berada di suatu daerah yang ada di Indonesia, tentu saja harus menyesuaikan bahasa kita dengan bahasa daerah yang kita datangi, meskipun kita bisa menggunakan bahasa Indonesia (Mulyana, 2013).

Fungsi utama bahasa yaitu untuk menamai orang, objek, dan peristiwa. Pelabelan atau penamaan merupakan tahap awal berbahasa dan dasar bahasa. Dengan bantuan bahasa kita bisa mempelajari segala sesuatu yang menarik keinginan kita.

(9)

Bahasa bisa dipakai sebagai pengenal. Contohnya, ketika kita mengucapkan "piye kabare", kita tahu bahwa bahasanya adalah bahasa Jawa. Ini didasarkan pada pengalaman kita mengenal bahasa tersebut (Mulyana, 2013).

Bahasa erat kaitannya dengan budaya dan bisa dilihat sebagai perluasan budaya. Setiap bahasa memperlihatkan suatu simbol yang khas, mencerminkan kenyataan pikiran, pengalaman batin, dan kebutuhan pemakaiannya (Mulyana, 2013). Bahasa yang berbeda mendorong pemakainya untuk berfikir dan melihat lingkungan sekitar secara berbeda. Bahasa daerah yang berbeda memaksa pemakainya untuk melihat orang-orang di depan mereka dalam kategori tertentu. Seperti orang Jawa memiliki tingkat komunikasi tertentu berdasarkan status sosial mereka. Bagaimana berkomunikasi dengan orang yang usianya lebih tua, usianya lebih muda atau seumuran.

Warga pondok pesantren Lirboyo sangat menghargai dan menghormati bahasa daerahnya, yaitu bahasa Jawa. Semua yang berada di pondok pesantren Lirboyo harus menggunakan bahasa Jawa, walaupun ada yang paham bahasa Jawa sedikit, tetapi mereka juga menggunakan bahasa Indonesia. Mereka beranggapan bahwa kalau berada di lingkungan Jawa maka mereka harus berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa, karena bahasa Jawa merupakan bahasa peninggalan.

Pola pikir yang berbeda mempengaruhi setiap orang pada saat berkomunikasi, ketika kita membicarakan tentang komunikasi verbal yang kaitannya dengan budaya. Kita perlu mengetahui juga dialek dan aksen yang terjadi selama proses tersebut.

Dialek adalah ragam umum suatu daerah dengan kosakata yang khas. Meskipun aksen adalah penekanan pada pengucapan. Selain itu, ada ungkapan lain yaitu jargon dan

(10)

argot. Jargon merupakan kumpulan kata yang diberikan kepada mereka yang berbagi profesi atau pengalaman. Meskipun argot adalah bahasa khusus yang dipakai oleh sekelompok luas dalam suatu budaya untuk menentukan batas-batas kelompoknya atau menunjukkan posisinya dalam masyarakat (Liliweri, 2007).

2.1.4 Pesantren

Pesantren yaitu lembaga pendidikan Islam tradisional yang memiliki misi untuk menafsirkan dan menyumbangkan ajaran Islam, pesantren yang peranannya sangat penting dalam moralitas Islam di kehidupan sehari-hari dalam masyarakat (Mastuhu, 1994). Pesantren yang merupakan komunitas yang berdiri sendiri di bawah pimpinan kyai, difasilitasi oleh sejumlah ulama atau ustadz yang hidup bersama di kalangan santri.

Ciri khas pesantren adalah berorientasi pada pendalaman dan pengamalan ilmu keislaman sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari, menekankan pentingnya moralitas dalam kehidupan bermasyarakat (Mastuhu, 1994).

Salaf berawal dari bahasa Arab yang berarti dahulu atau klasik (Hielmy, 1999). Pesantren masih mengajar menggunakan kitab-kitab klasik dan tidak ada pengajaran tentang pengetahuan umum. Model pengajaran yang digunakan di pesantren salaf adalah metode sorogan, wetonan dan bandongan.

Berdasarkan kutipan di atas, bisa dikatakan bahwa pesantren salaf yaitu lembaga pendidikan Islam yang menggunakan pengajaran kitab-kitab klasik sebagai inti dari pendidikannya. Dalam sistem madrasah diputuskan untuk memakai sistem sorogan yang digunakan di lembaga pengajian lama, tidak menggunakan pengajaran pengetahuan umum. Model sorogan dan wetonan lebih sering digunakan dalam sistem pendidikan pesantren salafi. Weton yaitu dari bahasa Jawa yang artinya waktu. Oleh karena itu, model ini

(11)

dilangsungkan pada waktu-waktu tertentu, biasanya setelah sholat wajib.

2.1.5 Sosiolinguistik

2.1.5.1 Pengertian Sosiolinguistik

Sosiolinguistik adalah gabungan dari dua ilmu yaitu sosiologi dan linguistik (Putra, Teguh Yuliandri, Nouval Rumaf, 2016). Keduanya yaitu dua cabang ilmu empiris yang berkaitan. Untuk memahami sosiolinguistik, pertama-tama pahami sosiologi dan linguistik.

Sosiologi merupakan studi objektif tentang orang-orang di suatu masyarakat dan proses sosial yang terjadi di dalamnya.

Namun, linguistik merupakan disiplin ilmu yang membahas bahasa sebagai bidang kajiannya. Sosiolinguistik merupakan bidang ilmu antar disiplin ilmu yang membahas tentang bahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu di suatu masyarakat (Putra, Teguh Yuliandri, Nouval Rumaf, 2016).

Sosiolinguistik yaitu cabang linguistik yang membahas hubungan antara bahasa dan masyarakat penuturnya (Putra, Teguh Yuliandri, Nouval Rumaf, 2016). Ilmu ini mengkaji latar belakang terhadap perbedaan pemakaian bahasa di masyarakat pada sebuah komunikasi yang alami. Sosiolinguistik berkembang kearah studi yang melihat bahwa bahasa tidak bisa dideskripsikan secara rinci tanpa adanya aspek-aspek sosial yang mencirikan masyarakat.

2.1.5.2 Kegunaan Sosiolinguistik

Kegunaan sosiolinguistik dalam kehidupan realistis sangat besar, karena bahasa sebagai sarana komunikasi verbal untuk manusia secara alamiah memiliki aturan-aturan tertentu.

Sosiolinguistik memberikan informasi tentang penggunaan bahasa. Sosiolinguistik juga mendeskripsikan bagaimana bahasa digunakan di aspek atau perspektif sosial tertentu.

(12)

Sosiolinguistik membimbing kita pada saat berbicara dengan menggunakan bahasa dan pilihan bahasa mana yang harus kita pakai ketika berkomunikasi dengan orang-orang tertentu (Putra, Teguh Yuliandri, Nouval Rumaf, 2016). Selain itu sosiolinguistik menunjukkan bagaimana kita harus berkomunikasi dalam rumah ibadah, lingkungan akademik, pasar, atau tempat umum lainnya.

2.1.6 Komunikasi

2.1.6.1 Pengertian Komunikasi

Kegiatan komunikasi tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Semua suasana di kehidupan masyarakat yang berjalan pasti berkaitan dengan komunikasi, sehingga komunikasi bisa terjadi karena interaksi komunikasi antar manusia. Manusia yaitu makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain, karena ini berhubungan dengan komunikasi, sehingga komunikasi memegang peran penting di kehidupan manusia.

Komunikasi berasal dari bahasa latin communication, yang bersumber dari kata komunis yang artinya sama, sama yang dimaksud yaitu sama makna. Maka, komunikasi berlangsung selama apa yang dikatakan memiliki kesamaan makna, dan kesamaan bahasa yang dipercakapkan belum tentu memiliki makna yang sama (Uchjana, 2005).

Beberapa ahli telah memberikan pendapatnya mengenai definisi komunikasi diantaranya Laswell (1960), komunikasi adalah proses “siapa” mengatakan “apa” melalui saluran “apa”

menjadi “siapa” dan akibatnya “apa”. Carl I. Hovland, proses dimana seorang komunikator mengirimkan pesan atau simbol yang berupa kata-kata untuk mengubah tingkah laku komunikan (Roudhonah, 2013).

(13)

Dilihat dari pengertian dari para ahli yang berbeda, maka dapat diketahui bahwa fungsi dan manfaat dalam komunikasi sama. Dari pengertian dari para ahli, disimpulkan bahwa komunikasi yaitu informasi yang bisa mengubah tingkah laku seseorang.

Komunikasi artinya menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan. Komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan dan komunikan yaitu orang yang menerima pesan. Komunikasi sebagai suatu proses, sebab komunikasi adalah suatu aktivitas yang diberi tanda dengan tindakan, perubahan, pertukaran serta transisi. Komunikasi merupakan proses pribadi karena arti atau pengertian yang diterima pada dasarnya bersifat pribadi. Oleh sebab itu, komunikasi diperlukan di berbagai bidang kehidupan, termasuk kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya (Mulyana, 2013).

2.1.6.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Komunikasi yaitu suatu proses dimana seseorang mengkomunikasikan pikiran atau perasaan mereka kepada orang lain dengan memakai simbol-simbol. Pikiran dapat berupa gagasan, informasi, opini, ide, peristiwa dan lainnya.

Simbol dapat berupa bahasa lisan, tanda, isyarat, gambar, warna dan lainnya (Roudhonah, 2013).

Proses komunikasi ada tiga unsur utama sebagai berikut:

a. Komunikator.

b. Komunikan.

c. Pesan.

(14)

2.1.7 Etnografi Komunikasi 2.1.7.1 Pengertian Etnografi

Etnografi adalah kegiatan yang secara sistematis mengumpulkan informasi tentang cara hidup suatu masyarakat dan berbagai kegiatan sosial serta berbagai benda budaya.

Peristiwa unik dalam komunitas budaya menarik perhatian peneliti etnografi (James, 1997).

Penelitian etnografi menggambarkan suatu budaya yang apa adanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji peristiwa budaya yang membahas pandangan hidup subjek sebagai objek penelitian. Penelitian ini menceritakan bagaimana subjek berpikir, hidup dan berperilaku. Tentu saja, harus memilih peristiwa unik yang jarang diperhatikan kebanyakan orang. Inti dari etnografi yaitu berusaha memperhatikan arti dari tindakan dengan peristiwa yang terjadi pada orang yang ingin kita pahami (James, 1997).

Penelitian etnografi bergantung pada hasil pengamatannya sendiri atau pengamatan secara langsung, informasi yang diperoleh dari orang lain atau pengamatan langsung, dan informasi dari orang atau sumber lain yang wajib bagi peneliti etnografi. Informasi yang diperoleh dari subjek kemudian digabungkan dengan hasil pengamatannya sendiri (James, 1997).

Etnografi juga mempelajari dinamika budaya, perkembangan dan perubahan budaya, pengaruh budaya satu sama lain, termasuk interaksi keyakinan dan praktik yang berbeda dalam suatu budaya dan pengaruhnya terhadap kepribadian. Unsur-unsur kebudayaan bersifat umum, sehingga bisa diduga bahwa kebudayaan adalah suatu bangsa yang harus mencakup unsur adat istiadat, pranata sosial, dan benda-benda budaya. Bahasa yaitu unsur budaya yang paling penting karena,

(15)

bahasa yang digunakan dalam keseharian komunikasi verbal adalah bahasa Jawa.

Etnografi juga mengkaji pola perilaku, misalnya pernikahan, struktur hubungan dalam sistem politik dan ekonomi, agama, cerita rakyat, seni, musik, dan bagaimana perbedaan pola tersebut digali di suatu masyarakat. Penelitian etnografi mengungkapkan perbedaan antara banyak budaya yang ada di Indonesia.

2.1.7.2 Pendekatan Etnografi Komunikasi

Etnografi Komunikasi adalah perluasan dari etnografi berbahasa yang diuraikan oleh Dell Hymes pada tahun 1962.

Etnografi terkait pembahasan mengenai peran bahasa yang ada di perilaku komunikatif masyarakat, yaitu cara bahasa yang digunakan di masyarakat dengan budaya yang berbeda. Menurut Hymes, etnografi linguistik mempelajari situasi dan pemakaian model fungsi “bicara” sebagai fungsi tunggal, seperti tindak tutur yang rutin, khusus, dan sebagainya (Kuswarno, 2008).

Budaya dibicarakan dengan cara yang berbeda, namun semua itu adalah “sharing” mengenai tanda, media, setting, bentuk pesan, dan peristiwa yang dibicarakan melalui pesan.

Budaya mempunyai pengaruh yang kuat dalam kehidupan manusia.

Untuk menggambarkan dan menguraikan komunikasi, maka perlu adanya unit-unit aktivitas komunikasi yang batas- batasnya diketahui secara terpisah. Unit analisis yang diusulkan oleh Dell Hymes adalah (Kuswarno, 2008):

a. Situasi komunikatif adalah latar belakang di mana komunikasi terjadi, seperti upacara, perkelahian, perburuan, pembelajaran di kelas, konferensi, pesta, jamuan, dll.

(16)

Situasinya bisa sama atau berbeda tergantung pada waktu, tempat dan kondisi fisik penutur secara keseluruhan.

b. Peristiwa komunikatif adalah unit dasar dari tujuan deskriptif. Suatu peristiwa tertentu diartikan sebagai seperangkat komponen berdasarkan tujuan komunikasi yang serupa, topik umum yang serupa, dan melibatkan peserta yang serupa, yang biasanya memakai bahasa yang serupa, mempertahankan nada yang serupa dan aturan komunikasi yang serupa. Acara berakhir ketika ada perubahan partisipan utama, seperti posisi duduk atau diam. Analisis peristiwa komunikasi diawali memakai uraian komponen-komponen penting, yaitu:

1) Tipe peristiwa.

2) Topik referensi.

3) Tujuan peristiwa, menurut umum yang membentuk tujuan interaksi peserta secara individu.

4) Setting yang digunakan adalah lokasi, waktu, musim dan kondisi fisik.

5) Partisipan, yang dipakai adalah usia, jenis kelamin, etnik, dan status sosial.

6) Bentuk pesan, yang digunakan adalah bahasa vokal, non vokal, dan hakikat kode yang dipakai.

7) Isi pesan, berisi tentang apa yang dibicarakan.

8) Urutan tindakan, yang digunakan adalah pergantian kesempatan dan kejadian tumpang tindih percakapan.

9) Kaidah interaksi, properti apa saja yang harus diamati.

10) Norma interpretasi, masuk dalam kategori pengetahuan umum, preposisi yang relevan secara budaya atau pemahaman umum, memungkinkan untuk memahami, mengabaikan pengetahuan tertentu, dan lain- lain.

(17)

c. Tindakan komunikatif biasanya berkelanjutan dengan kegiatan komunikasi tunggal seperti referensi, permintaan atau perintah dan dapat berupa verbal atau non-verbal.

Urutan tindakan komunikatif, termasuk ajakan, pujian, kerendahan hati, syukur dan perintah, dapat diprediksi.

(Kuswarno, 2008).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang sudah dilakukan sangat relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan (Dwi Wulandari, S.S. &

Wiwiek Sundari, Dra., 2012).

Penelitian mengenai pemakaian bahasa Jawa yang dilakukan oleh Dwi Wulandari dan Wiwiek Sundari dalam penelitiannya yang berjudul Sikap Bahasa Santri pada Konteks Pemertahanan Bahasa Jawa dalam Proses Pengajaran di Pesantren. Dwi Wulandari dan Wiwiek Sundari mendeskripsikan bahwa santri pada umumnya memiliki sikap positif terhadap bahasa Jawa, santri juga menerapkan unggah-ungguh basa dalam berkomunikasi meskipun dengan resiko salah. Dan komunikasi menggunakan bahasa Jawa ini dilakukan pada saat proses belajar di pesantren yang menumbuhkan sikap positif bagi santri.

Berdasarkan penelitian terdahulu di atas terdapat perbedaan dan persamaan. Persamaannya adalah menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi di pondok pesantren. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa di pondok pesantren Lirboyo ini digunakan di semua kegiatan yang ada, kalau di penelitian terdahulu bahasa Jawa hanya digunakan pada saat pembelajaran saja. Penelitian terdahulu memberikan kontribusi dalam penelitian ini adalah untuk melengkapi penelitian sebelumnya.

2.3 Fokus Penelitian

Adapun yang peneliti maksud dengan pemakaian bahasa Jawa sebagai sarana komunikasi di Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri adalah pemakaian bahasa Jawa di pondok pesantren. Bahasa yang dipakai yaitu

(18)

bahasa Jawa. Bahasa Jawa terdapat tingkatan bahasa pada pemakaiannya atau biasa di sebut dengan unggah-ungguh basa. Misalnya ketika santri komunikasi dengan orang yang tingkatannya lebih mulia seperti ustadz mereka akan menggunakan bahasa Jawa krama alus. Sementara untuk berkomunikasi dengan sebaya yang sudah akrab mereka akan berkomunikasi dengan basa ngoko lugu atau karma lugu.

2.4 Asumsi Dasar

Asumsi dasar yang dirumuskan di penelitian ini adalah warga Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri menerapkan unggah-ungguh basa dalam berkomunikasi.

Referensi

Dokumen terkait

Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin yang khusus disediakan dan atau diberikan

Kategorisasi Penyesuaian Diri.. Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009. Gambaran penyesuaian diri dilihat dari karakteristik penyesuaian diri 1)

Hasil penelitian untuk faktor permintaan secara simultan ada pengaruh nyata antara tingkat pendapatan, selera, jumlah tanggungan dan harapan masa yang akan datang

5) Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Dalam rangka menunjang perbaikan regulasi pengusahaan UCG diperlukan litbang UCG di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan mengingat

Menurut Indra Lesmana Karim, upaya penanggulangan terhadap pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak adalah melalui lingkungan yang terkecil

Peran dan Fungsi Tenaga Kesehatan Pada Home Care.. Kondisi