• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINSIP KETERBUKAAN INFORMASI (FULL DISCLOSURE) DALAM PROSES IPO PADA MASA PANDEMI COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PRINSIP KETERBUKAAN INFORMASI (FULL DISCLOSURE) DALAM PROSES IPO PADA MASA PANDEMI COVID-19"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

NANDA VITA REKA AMIRUDDIN NIM: 11170480000042

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442H/2021M

(2)

i

PRINSIP KETERBUKAAN INFORMASI (FULL DISCLOSURE) DALAM PROSES IPO PADA

MASA PANDEMI COVID-19

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

NANDA VITA REKA AMIRUDDIN NIM: 11170480000042

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442H/2021M

(3)

ii

PRINSIP KETERBUKAAN INFORMASI (FULL DISCLOSURE) DALAM PROSES IPO PADA

MASA PANDEMI COVID-19

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh:

NANDA VITA REKA AMIRUDDIN NIM: 11170480000042

Di bawah bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Soefyanto, S.H., M.H., M.M. Irfan Khairul Umam, S.H.I., L.L.M.

NIDN. 9903019057 NIDN. 2123098401

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442H/2021M

(4)

iii

(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Nanda Vita Reka Amiruddin

NIM : 11170480000042

Program Studi : Ilmu Hukum

Alamat : Jl. Saban, No. 150, Cilodong, Depok, Jawa Barat Nomor Kontak : 085156109398

Email : [email protected] Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti hasil karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Maret 2021

Nanda Vita Reka Amiruddin

(6)

v

ABSTRAK

Nanda Vita Reka Amiruddin, NIM 11170480000042, “Prinsip Keterbukaan Informasi (Full Disclosure) Dalam Proses IPO Pada Masa Pandemi Covid-19”, Strata Satu (S1), Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442 H/2021 M.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah urgensi dari penerapan prinsip keterbukaan informasi pada perusahaan yang melakukan penawaran umum dalam pasar modal sebagai penentu bagi investor untuk membuat keputusan karena pandemi Covid-19 merupakan salah satu kejadian luar biasa yang sangat mempengaruhi beberapa sektor salah satunya pada pasar modal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab apa yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini yaitu, untuk mengkaji dan membahas urgensi dari prinsip keterbukaan (full disclosure) saat perusahaan melakukan IPO serta mengkaji pemenuhan prinsip keterbukaan dalam proses IPO pada masa pandemi Covid-19.

Penelitian ini bersifat library research, mengkaji momentum yang terjadi pada saat ini dan mengaitkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk mendukung penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach), serta pendekatan konseptual (conceptual approach).

Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini salah satunya yakni Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Hasil penelitian menunjukan bahwa OJK mengeluarkan beberapa peraturan untuk sektor pasar modal dikarenakan kejadian pandemi Covid-19 ini memberikan dampak bagi perusahaan dan investor, akan tetapi OJK belum mengeluarkan regulasi khusus bagi penerapan prinsip keterbukaan informasi dalam proses IPO pada masa pandemi sehingga masih digunakannya peraturan yang telah ada sebelumnya yang berkaitan.

Kata Kunci: Pasar Modal, Keterbukaan Informasi, IPO, Pandemi Covid-19.

Pembimbing Skripsi: Dr. Soefyanto, S.H., M. H., M.M.

Irfan Khairul Umam, S.H.I., L.L.M.

Daftar Pustaka: Tahun 1994 sampai Tahun 2021.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia yang tidak terhingga banyaknya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dengan mengucap Alhamdullilahi Robbil ‘alamin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PRINSIP KETERBUKAAN INFORMASI (FULL DISCLOSURE) DALAM PROSES IPO PADA MASA PANDEMI COVID-19”. Skripsi ini disusun guna melengkapi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana strata satu Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, motivasi, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini, penulis mengungkapkan rasa terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Khalie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan jajarannya.

2. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan Abu Tamrin S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Soefyanto, S.H., M.H., M.M. dan Irfan Khairul Umam, S.H.I., L.L.M. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran dan masukan terhadap proses penyusunan skripsi ini.

(8)

vii

4. Kedua orang tua tercinta, yang selalu memberikan doa, dukungan moral, fasilitas dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan doa, dukungan, masukan, dan motivasi kepada penulis.

Semoga Allah SWT selalu memberikan sebaik-baiknya balasan kepada semua dan semoga kita selalu dalam perlindungan Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, baik dalam penyusunan atau penyajian. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi ini, serta semoga skripsi ini berguna dan memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, Maret 2021

Nanda Vita Reka Amiruddin

(9)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metode Penelitian ... 6

E. Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II KEDUDUKAN PASAR MODAL ... 10

A. Kerangka Konseptual... 10

B. Kerangka Teori ... 17

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ... 18

BAB III PRINSIP KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PROSES INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) ... 20

A. Pengaturan Prinsip Full Disclosure yang Berlaku di Indonesia ... 20

1. Tahap Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan ... 21

2. Pihak Yang Menjadi Target Keterbukaan Informasi ... 22

3. Hal Yang Dilarang Dalam Prinsip Keterbukaan ... 23

B. Pengaturan tentang Initial Public Offering (IPO) ... 23

1. Prosedur Initial Public Offering (IPO) ... 25

(10)

ix

2. Tahapan Initial Public Offering (IPO) ... 28

BAB IV PEMENUHAN PRINSIP FULL DISCLOSURE DALAM PROSES IPO PADA MASA PANDEMI COVID-19 ... 30

A. Urgensi Penerapan Prinsip Keterbukaan Informasi (Full Disclosure) Saat Perusahaan Melakukan IPO (Initial Public Offering) ... 30

B. Pemenuhan Prinsip Full Disclosure Perusahaan yang Berhasil IPO Pada Masa Pandemi ... 35

C. Perusahaan-Perusahaan yang Berhasil IPO Pada Masa Pandemi ... 42

BAB V PENUTUP ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu penunjang perekonomian di Indonesia yaitu melalui pasar modal. Pasar modal dalam ekonomi suatu negara adalah suatu kebutuhan guna mewujudkan pembangunan ekonomi nasional. Pasar modal yang berwujud dengan adanya bursa efek, memainkan peran penting dan telah menjadi suatu kebutuhan karena di sanalah ekonomi menunjukkan aktivitasnya.1 Pasar modal merupakan indikasi bagaimana pengusaha dan investor berinteraksi dalam kegiatan ekonomi. Pasar modal juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur perkembangan ekonomi negara, dan mencerminkan tingkat kepercayaan investor dalam dan luar negeri terhadap perangkat hukum dan kinerja pemerintah dalam dunia ekonomi.

Pasar modal menjadi pilar penting untuk masyarakat berinvestasi serta sumber pendanaan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia sebagai instrumen ekonomi.2 Dapat dikatakan, pasar modal merupakan sarana moneter penghubung antara pemilik modal yakni investor atau masyarakat dengan peminjam dana yakni emiten atau pengusaha.3

Eksistensi pasar modal diharapkan agar aktivitas perekonomian meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas.

Mengingat pentingnya peran pasar modal dalam perekonomian

1 Hamud M.Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Tatanusa, 2006), h. 23.

2 Indra Safitri, Peranan Hukum Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia, http://www.legalitas.org, diakses pada tanggal 16 Oktober 2020 pukul 22:43 BBWI.

3 Elfira Taufani, Penegakan Hukum Di Bidang Pasar Modal, Simbur Cahaya No. 27, 2005 ISSN o. 14110-0614, h. 2.

(12)

2

Indonesia dan permasalahan hukum yang mungkin terjadi di pasar modal, diperlukan perangkat hukum yang tegas dan jelas sebagai aturan. Saat ini Indonesia memiliki undang-undang khusus yang mengatur tentang pasar modal yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut UU Pasar Modal). Dengan berkembangnya perekonomian Indonesia, banyak perusahaan yang mengembangkan usahanya. Untuk itu perusahaan membutuhkan modal yang relatif besar.

Pemenuhan kebutuhan pendanaan tersebut dapat dicapai melalui pinjaman dalam bentuk hutang, mencari partner untuk merger bisnis atau mencari pihak lain yang mau berinvestasi di perusahaan. Hal ini dapat dicapai dengan menjual sebagian saham perusahaan yang diterbitkan dalam bentuk sekuritas kepada masyarakat umum sebagai investor atau pemodal. Akan tetapi, sebelum perusahaan menjual sahamnya kepada masyarakat, perusahaan ini harus go public terlebih dahulu.

Go public atau Initial Public Offering (IPO) merupakan modal alternatif yang dapat digunakan perusahaan dengan menerbitkan saham baru untuk dijual kepada publik. Dalam proses penawaran umum, saham perusahaan akan diterbitkan terlebih dahulu di pasar perdana sebelum saham perusahaan diperdagangkan di pasar sekunder (Bursa Efek). Pelaksanaan penawaran umum perdana harus sesuai dengan UU Pasar Modal dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) atau sekarang diganti menjadi Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut OJK) untuk merumuskan aturan pelaksanaan.

Hal penting yang perlu diingat bahwa konsekuensi utama yang harus dihadapi oleh perusahaan yang melakukan IPO adalah keterbukaan informasi kepada publik sepenuhnya (full disclosure). Setiap perusahaan yang melakukan IPO atau emiten wajib mengungkapkan seluruh informasi mengenai kegiatan usaha, kondisi keuangan, manajemen maupun masalah hukum yang dihadapi perusahaan. Hal ini dikarenakan

(13)

informasi sangat penting bagi investor, dan merupakan bahan atau dasar yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan investasi.

Keterbukaan ini diwajibkan sebab pada dasarnya calon investor memiliki hak untuk mengetahui segala informasi mengenai sesuatu hal tentang bisnis perusahaan. Hal ini terkait dengan pertimbangan investor yang akan menempatkan uangnya, untuk itu harus dapat dimengerti pula bahwa prinsip keterbukaan informasi juga merupakan suatu tahap peralihan dari perusahaan privat menjadi perusahaan publik. Aspek yang sangat penting dalam proses penawaran umum ini adalah pengertian mengenai informasi apa yang diperlukan dan kemudian menyediakannya dalam yang jelas dan terbuka dan benar.4

Alasan utama mengapa suatu disclosure diperlukan adalah agar pihak investor dapat melakukan suatu informed decision untuk membeli atau tidak membeli suatu efek. Suatu informed decision merupakan landasan bagi terbentuknya suatu harga pasar yang wajar. Dalam hal ini, suatu harga akan wajar apabila dapat merefleksi intrinsic value dari efek, dimana intrinsic value tersebut sangat bergantung pada seberapa besar efisien tersedianya informasi tentang perusahaan yang bersangkutan.5 Jika ada perusahaan yang tidak melaksanakan atau bahkan melakukan pelanggaran atas prinsip keterbukaan informasi maka sesuai dengan UU Pasar Modal perusahaan tersebut akan dikenakan sanksi dari peringatan sampai pencabutan dari Bursa.

Pada akhir Maret 2020, pemerintah Indonesia mulai memberlakukan kebijakan bekerja dan beraktifitas dari rumah (work from home) kepada warga negaranya. Kebijakan tersebut berimbas terhadap industri.

Sebagian besar masyarakat yang bekerja di kantor mulai bekerja dari

4 Asril Sitompul, Pasar Modal: Penawaran dan Permasalahannya, (Bandung: PT Citra Aditya Bhakti, 1996), h. 62.

5“Munir Fuady, Pasar Modal Modern, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1996), h.

79.”

(14)

4

rumah, walaupun karyawan di bidang tertentu, sebagian tetap melakukan aktivitas seperti biasa. Banyak perusahaan-perusahaan yang meliburkan ataupun merumahkan bahkan memberhentikan karyawan. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan menurunkan jumlah produksi ataupun menghentikan produksi sementara dan pada akhirnya memengaruhi penjualan. Hal ini juga berlaku sebaliknya, permintaan yang menurun dari pembeli dapat menyebabkan perusahaan mengurangi jumlah produksi.

Pada akhirnya hal ini akan menurunkan omset dan secara umum memengaruhi keuangan dan kinerja sebuah perusahaan. Penurunan kinerja perusahaan dapat menurunkan harga saham di bursa. Di lain sisi, pengurangan jumlah karyawan oleh perusahaan menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran dan memengaruhi kondisi ekonomi makro.

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam skripsi dengan judul

“PRINSIP KETERBUKAAN INFORMASI (FULL DISCLOSURE) DALAM PROSES IPO PADA MASA PANDEMI COVID-19”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

a. Pemenuhan prinsip keterbukaan (full disclosure) saat perusahaan melakukan penawaran umum atau IPO (Initial Public Offering) pada masa pandemi Covid-19.

b. Pengaruh Covid-19 pada proses IPO (Initial Public Offering).

c. Urgensi penerapan prinsip full disclosure dalam proses IPO.

d. Perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada pihak ketiga yang dirugikan akibat misleading information dalam prospektus dihubungkan dengan prinsip keterbukaan.

e. Pengaturan full disclosure didalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

(15)

2. Pembatasan Masalah

Agar penelitian tidak melebar, tepat sasaran dan menjadi efektif maka peneliti membatasi penelitian peneliti hanya pada masa pandemi Covid-19 terhadap proses IPO (Initial Public Offering).

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, terdapat perumusan masalah mengenai urgensi dari penerapan prinsip keterbukaan (full disclosure) dalam proses IPO (Initial Public Offering). Berdasarkan pembahasan dari masalah utama yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana urgensi dari prinsip keterbukaan (full disclosure) saat perusahaan melakukan IPO (Initial Public Offering)?

b. Bagaimana pemenuhan prinsip keterbukaan dalam proses IPO (Initial Public Offering) pada masa pandemi Covid-19?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang peneliti telai uraikan, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengkaji dan membahas urgensi dari prinsip keterbukaan (full disclosure) saat perusahaan melakukan IPO (Initial Public Offering).

2. Untuk mengkaji pemenuhan prinsip keterbukaan dalam proses IPO (Initial Public Offering) pada masa pandemi Covid-19.

D. Manfaat Penelitian 1. Akademik

Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan penelitian dalam kajian mengenai keilmuan hukum khususnya hukum bisnis. Penelitian ini juga dapat diperuntukkan kepada seluruh kalangan untuk dijadikan bahan untuk penelitian

(16)

6

selanjutnya bagi akademisi dan mahasiswa terhadap persoalan yang sama.

2. Praktis

Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi Emiten dan masyarakat mengenai proses penawaran umum untuk menjadi perusahaan go public.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan peneliti yakni Pendekatan Perundang-undangan (statue approach) pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi, dan pendekatan konsep (conceptual approach) yang merujuk pada doktrin-doktrin hukum yang ada.6

Pada dasarnya penelitian yang peneliti angkat ini berupaya untuk menggambarkan permasalahan terkait penerapan prinsip keterbukaan (full disclosure) dalam proses IPO (Initial Public Offering) pada masa pandemi Covid-19 melalui peraturan perundang- undangan yang ada di Indonesia.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif.yuridis Jenis penelitian ini mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat.7

3. Sumber Bahan Hukum a. Bahan Hukum Primer

1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

6 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Ed.Revisi, (Jakarta: Kencana Prenadamedia, 2005), h. 178.

7 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2010), h. 10.

(17)

2) Peraturan Bapepam Nomor IX.A.2 tentang Tata Cara Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum.

3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 41/POJK.04/2020 tentang Pelaksanaan Kegiatan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas, Efek Bersifat Utang, dan/atau Sukuk secara Elektronik.

b. Bahan Hukum Sekunder

Dalam hal ini berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum dalam bidang bisnis meliputi buku-buku teks, kamus hukum, jurnal hukum, dan komentar-komentar atas norma hukum dan lain-lain. Sumber bahan sekunder diperoleh dari hasil studi kepustakaan dari berbagai sumber yang telah terverifikasi.

c. Bahan Hukum Tertier

Berupa sumber-sumber yang digunakan sebagai pelengkap dari bahan sekunder dan bahan primer seperti kamus, ensiklopedi, dan sumber-sumber sejenis yang diakses melalui internet.

4. Metode dan Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan studi kepustakaan dengan mencari referensi untuk mendukung materi penelitian ini melalui berbagai literatur seperti buku, artikel, jurnal, skripsi, dan peraturan perundang-undangan di perpustakaan umum dan perpustakaan universitas yang digunakan untuk bahan analisa pada penelitian skripsi ini.

5. Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih sistematis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

(18)

8

Cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi. Selanjutnya setelah bahan hukum diolah, dilakukan analisis terhadap bahan hukum tersebut yang akhirnya akan diketahui permasalahan mengenai urgensi penerapan prinsip keterbukaan (full disclosure) dalam proses IPO (Initial Public Offering) pada masa pandemi Covid-19. Melalui teknik pengumpulan data inilah analisis dapat dilakukan.

6. Pedoman Penulisan

Pedoman yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini ialah merujuk pada kaidah-kaidah yang terdapat dalam buku “Pedoman Penelitian Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum 2017”.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan peneliti dalam mengkaji dan menelaah penelitian ini, maka dirasa perlu untuk memaparkan terlebih dahulu sistematika pembahasan sebagai gambaran singkat dari skripi ini. Skripsi ini terbagi atas lima bab dan pada setiap bab terdiri dari sub bab yang digunakan untuk memperjelas ruang lingkup dan permasalahan yang diteliti.

Bab pertama, menyajikan pendahuluan memuat secara keseluruhan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan, dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab kedua, menyajikan kajian pustaka, yakni kerangka konseptual mengenai kata yang sering digunakan dalam tulisan ini, kerangka teori yang digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan data penelitian dan selanjutnya review studi

(19)

terdahulu agar tidak ada persamaan terhadap materi muatan dan pembahasan dalam skripsi ini.

Bab ketiga, menyajikan data penelitian. Sehubungan dengan variabel yang dipelajari secara objektif, data diberikan dalam bentuk deskripsi. Data yang dianalisis oleh peneliti terkait dengan pengaturan penerapan prinsip keterbukaan informasi dan IPO dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Bab keempat, menyajikan tentang Analisis dan Interpretasi Temuan. Analisis data penelitian mencakup empat aspek, yaitu:

mendeskripsikan, mengelompokan atau mengkategorisasi, menghubungkan bagian tertentu dari data dengan data lainnya.

Bab kelima, menyajikan penutup berisikan kesimpulan yang diambil dari uraian/deskripsi yang menjawab masalah berdasarkan data yang diperoleh, serta saran peneliti.

(20)

10

BAB II

KEDUDUKAN PASAR MODAL

A. Kerangka Konseptual 1. Pasar Modal

a. Pengertian Pasar Modal

Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stocks) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh perusahaan swasta (private sectors).

Pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market), karena pasar keuangan memperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri, baik dana jangka pendek maupun jangka panjang, baik yang bersifat dapat dinegosiasikan (negotiable) maupun yang tidak dapat dinegosiasikan (nonnegotiable).1 Sementara Black Law Dictionary memberikan definisi yang lebih sempit untuk capital market sebagai “securities market in which stocks and bonds with long-term maturities are traded.”2 Dikatakan lebih sempit karena meskipun pasar modal memiliki arti yang lebih luas, namun pasar modal diartikan hanya sebagai pasar Efek tempat saham dan obligasi (dengan jatuh tempo yang lama) diperdagangkan.3 b. Fungsi Pasar Modal

1) Fungsi Likuiditas

Pasar Modal memiliki fungsi likuiditas karena pasar modal

1 Budi Untung, Hukum Bisnis Pasar Modal, (Yogyakarta: ANDI, 2011), h. 7.

2 Bryan A. Garner (ed.), Black Law Dictionary, West Publishing, Co., Thomson Reuters, United State of America, 2009, h. 1056.

3“Mas Rahmah, Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Kencana, 2019), h. 2.”

(21)

menyediakan dana yang dibutuhkan dengan memfasilitasi transfer modal tidak likuid (modal yang belum diinvestasikan) oleh pihak yang memiliki kelebihan modal kepada pihak yang membutuhkan modal.

2) Fungsi Pembiayaan

Pasar Modal menyediakan alternatif pendanaan atau pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan yang membutuhkan dengan cara mengerahkan dana dari masyarakat yang membeli instrumen keuangan di pasar modal.4

3) Fungsi Alternatif Investasi

Pasar modal menyediakan wahana untuk alternatif investasi bagi masyarakat selain di bidang properti, emas, valuta asing, dan sebagainya. Alternatif investasi yang ditawarkan pasar modal memungkinkan investor memperoleh potensi keuntungan dengan risiko yang dapat diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan divesifikasi investasi.5

4) Fungsi Tabungan Publik (Public Saving)

Pasar modal memobilitasi tabungan jangka panjang dan menyediakan tempat bagi masyarakat yang ingin menabung dengan risiko yang sedikit. Apabila dibandingkan dengan tabungan di dunia perbankan, fungsi tabungan di pasar modal ini lebih mengarah pada tabungan investasi yang memberikan keuntungan lebih. Melalui public saving tersebut, masyarakat membantu menyediakan dana likuid yang dapat diakses oleh pihak/perusahaan yang membutuhkan dana. Dana yang dihimpun dari masyarakat

4“Mas Rahmah, Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Kencana, 2019), h. 15.”

5 Tjiptono Darmaji, Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab, (Jakarta:

Salemba Empat, 2001), h. 3.

(22)

12

tersebut kemudian digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan yang sifatnya produktif.

5) Fungsi Distribusi/Pemerataan Pendapatan

Dengan membeli instrumen di pasar modal seperti saham atau obligasi, investor dapat memperoleh pendapatan berupa dividen (untuk saham) dan pendapatan tetap atau bunga (untuk obligasi) karena pasar modal memungkinkan investor untuk menyimpan dan memelihara unit/aset dengan deprisiasi dan risiko yang lebih rendah.

6) Fungsi Kesejahteraan

Pasar modal menyediakan sumber pembiayaan bagi peningkatan kinerja dan pengembangan dunia usaha sehingga meningkatkan produktivitas dalam skala yang lebih besar. Selain itu, karena pasar modal menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang yang dialokasikan dalam bentuk modal untuk menciptakan/ memperluas lapangan kerja, meningkatkan volume aktivitas perekonomian yang sehat, serta memberikan distribusi pendapatan kepada masyarakat.6 7) Fungsi Indikator Ekonomi Pasar modal menjadi indikator

tren ekonomi suatu negara. Indikator perekonomian suatu negara antara lain diukur dari produk domestik bruto.7 8) Fungsi Kontrol Sosial

Pasar modal memberikan akses kontrol sosial melalui prinsip transparansi/keterbukaan informasi (disclosure principle) yang menjadi napas dari pasar modal. Keterbukaan informasi ini tidak hanya berpengaruh pada pengelolaan perusahaan,

6“Mas Rahmah, Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Kencana, 2019), h. 15-17.”

7 Ovodio Stoica, “The Role of Capital Market in Economic Development”, Makalah, 2002, h. 23.

(23)

melainkan juga pada profesionalisme dan persaingan usaha yang sehat.

9) Fungsi Public Participation/Ownership

Dengan membeli saham perusahaan yang go public, masyarakat diberi kesempatan untuk memiliki perusahaan sehingga pasar modal memungkinkan penyebaran pemilikan perusahaan pada lapisan masyarakat tertentu.8

c. Lembaga Pengawas Pasar Modal

Sebelumnya pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan pasar modal dilakukan oleh Bapepam-LK yang struktur organisasinya berada di lingkungan dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan. Berdasarkan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, pengawasan kegiatan pasar modal diserahkan kepada OJK. Menurut Pasal 6 Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:9

1) Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan.

2) Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal.

3) Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.

2. Penawaran Umum (Initial Public Offering) a. Pengertian dan Hakikat Penawaran Umum

Menurut Black Law Dictionary, IPO (Initial Public Offering) adalah “a company’s first public sale of stocks; a first offering of an issuer equity securities to public through a

8“Mas Rahmah, Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Kencana, 2019), h. 17.”

9 Mas Rahmah, Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Kencana, 2019), h. 47.”

(24)

14

registration statement.”10 Dari definisi ini dapat dikatakan bahwa pada prinsipnya IPO merupakan penjualan saham oleh suatu perusahaan untuk pertama kalinya ke masyarakat/investor.

Selanjutnya, Giuliano Iannotta memberiksn definisi IPO sebagai berikut: “an IPO is the first sale of a company’sshares to the public and the listing of the shares on a stock exchange.”11 Berdasarkan definisi ini, IPO meliputi proses penjualan saham pertama kali ke publik atau masyarakat dan proses pencatatan saham tersebut di Bursa Efek.12

b. Tujuan atau Motivasi IPO

B. Espen Eckbo, Ronald W. Masulis, Oyvind Norli mengemukakan bahwa motivasi untuk melakukan penawaran umum sangat beragam. Tujuan yang paling utama atau yang paling umum dilakukan IPO yakni memperoleh dana yang digunakan untuk biaya modal atau biaya proyek investasi. Selain dari itu, IPO juga dilakukan sebagai pembiayaan kembali (refinance); atau mengganti efek ada atau yang sudah jatuh tempo; memodifikasi struktur modal perusahaan; meningkatkan nilai intrinsik efek; untuk membiayai merger dan akuisisi;

memfasilitasi restrukturisasi aset seperti pemisahan/pemecahan perusahaan (spin off and carve out); meningkatkan likuiditas efek yang ada; mengubah risiko yang terdapat pada efek menjadi keuntungan; menyebarkan kepemilikan dan hak suara (untuk

10 Bryan Garner A, (ed). Black Law Dictionary. )United State of America: West Publishing Co, Thomson Reuters, 2009), h. 1189.

11 Gualiano Iannotta, Investment Banking: A Guide to Underwritting and Advisory Services, (Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg, 2010), h.45.

12“Mas Rahmah, Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Kencana, 2019), h. 141.”

(25)

saham); memperkuat perusahaan dari pengambilalihan;

memfasilitasi privatisasi, demutualisasi dan reorganisasi.13 Seth C. Anderson, T. Randolph Beard dan Jeffrey A. Born menyatakan sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa

“perusahaan melakukan IPO karena ingin memperoleh modal melalui penjualan Efek, sehingga tujuan utama IPO adalah untuk mendapatkan dana tunai daripada bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Motivasi lain untuk melakukan IPO adalah untuk mendapatkan status sebagai perusahaan publik yang prestisius, atau karena adanya keinginan dari pemegang saham utama yang ingin keluar dari perusahaan sehingga perlu dicarikan pengganti yang akan memasukkan modal.”14

3. Prinsip Keterbukaan Informasi (Full Disclosure)

a. Pengertian dan Hakikat Prinsip Keterbukaan Informasi Keterbukaan informasi memiliki beberapa terminologi dengan beragam makna. Ada yang menyebut prinsip keterbukaan informasi dengan istilah transparency atau full diclosure principle. Berdasarkan definisi yang luas, tranparansi adalah keterbukaan atas segala informasi yang akan berimplikasi pada perubahan harga dan transaksi di pasar modal.15 Sementara Black Law Dictionary mendefinisikan full disclosure sebagai pengungkapan semua fakta material secara lengkap (complete revelation of all material facts).16

13 B. Espen Eckbo et al., “Security Offerings”, Makalah, 2007, h.1.

14“Seth C. Anderson et al., Initial Public Offerings: Findings and Theories, (New York: Kluwer Academic Publishers, 1995), h. 1.”

15 Jesper Ulrisken Thuesen, Transparency in Capital Markets, Monetary Review, 1 Desember 2004, h. 66.

16 Bryan Garner A, (ed).”Black Law Dictionary. (United State of America: West Publishing”Co, Thomson Reuters, 2009), h.531.

(26)

16

Prinsip keterbukaan informasi merupakan syarat mutlak yang bersifat universal dalam bisnis pasar modal demi terciptanya suatu pasar modal yang wajar, teratur, dan efisien. Para pelaku pasar modal dituntut untuk menerapkan prinsip keterbukaan informasi, sehingga kepada para pemodal dapat diberikan perlindungan optimal terhadap praktik yang merugikan. Atas trasparansi ini mengacu pada prinsip-prinsip universal yang berlaku pada praktik pasar modal internasional.17

Keterbukaan informasi bersifat terus-menerus (continuous), saat ini (on going/currently) atau secara periodik (periodicly) dalam bentuk yang ditetapkan oleh standar akuntansi, regulasi atau hukum pasar modal dengan mendasar pada principles of fair presentation. Keterbukaan yang bersifat terus-menerus (continuous disclosure) merupakan keterbukaan yang diberikan berdasarkan prinsip umum materialitas (principle of materiality) tanpa ada batasan waktu secara spesifik, sedangkan keterbukaan saat ini (ongoing or current disclosure) umumnya berkaitan dengan keterbukaan yang diharuskan untuk disampaikan pada saat ini. Sementara keterbukaan secara periodik adalah keterbukaan yang harus disampaikan pada interval waktu atau tanggal tertentu sebagaimana diharuskan.18

Prinsip keterbukaan informasi di dalam pasar modal berkaitan dengan masa sebelum listing dan masa sesudah listing.

Pada saat masa sebelum listing bagi perusahaan go public sebelum melakukan penawaran umum harus mengeluarkan prospektus yang berisi data perusahaan atau jati diri perusahaan

17 Iman Sjahputra, Seluk Beluk Hukum Pasar Modal dan Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Harvarindo, 2011), h. 83.

18 IOSCO, Principles for Ongoing Disclosure and Material Development Reporting by Listed Entities, A Statement of the Technical Committe of IOSCO, 2002, h. 1-3.

(27)

tersebut yang bertujuan untuk menarik minat calon investor dengan catatan bahwa prospektus harus disusun berdasarkan fakta dan bersifat relevan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada masa sesudah listing, perusahaan go public harus membuat laporan keuangan secara berkala yang diberikan kepada Bapepam (saat ini OJK) dan diumumkan kepada investor.19

4. Pandemi Corona Virus Disease Covid-19

Virus corona jenis baru ini muncul di Wuhan, China. Virus ini kemudian menular antar manusia melalui tetesan cairan pernapasan tubuh melalui tangan atau permukaan padat. Kemudian, orang sehat yang tangannya terkontaminasi bisa terinfeksi bila memegang mulut, hidung atau matanya. Sampai akhirnya, virus corona jenis baru ini pun disebut Covid-19. Istilah sederhana, Covid-19 adalah singkatan dari Corona (CO), Virus (VI) Disease (D) dan tahun 2019 (19), yang mana virus corona Covid-19 ini pertama kali muncul di tahun 2019.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya menetapkan Covid-19 untuk menyebut virus corona yang sedang mewabah di seluruh dunia ini.20

B. Kerangka Teori

a. Teori Random Walk

Teori random walk mengatakan harga efek yang terjadi sebelumnya tidak memiliki korelasi atau tidak mempengaruhi harga saat ini maupun yang akan datang.

19 Hilyan Kusliatin, Penerapan Prinsip Keterbukaan Perusahaan Go Public Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Karya Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Mataram 2015, h. 6.-7.

20 M. Hasan Rifa’i dkk, Jurnal Pengaruh Peristiwa Pandemi COVID-19 Terhadap Indeks Saham Gabungan, (Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Malang, 2020), h. 46.

(28)

18

b. Teori Market Hypothesis

Menurut teori ini, harga efek dipengaruhi oleh informasi yang diberikan kepada publik, oleh karena itu informasi publik menentukan apakah seseorang akan membeli atau menjual efek.

c. Teori Capital Pricing

Pada teori capital pricing ini membedakan antara risiko yang sistematis dan risiko yang tidak sistematis. Menurut teori ini, risiko dalam melakukan investasi di pasar modal dapat dieleminasi dengan melakukan diversifikasi. 21

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1. Skripsi ditulis oleh Nikita Dana Iswara22. Fokus dari skripsi ini adalah perlindungan hukum bagi para investor dari prospektus yang menyesatkan dalam kegiatan go public. Persamaan dari skripsi ini dengan penelitian peneliti terletak pada pembahasan prinsip keterbukaan informasi pada perusahaan go public. Perbedaan dari skripsi ini dengan penelitian peneliti terletak pada masalah yang diangkat dalam skripsi ini terfokus pada perlindungan investor dari prospektus yang menyesatkan sedangkan peneliti mengacu pada masa pandemi Covid-19.

2. Skripsi ditulis oleh Nabil Abduh Hilabi23. Fokus dari skripsi ini adalah bagaimana perlindungan hukum bagi para investor dalam kegiatan go public di pasar modal. Persamaan dari penelitian peneliti dengan skripsi ini terletak pada keterbukaan informasi dalam

21 Najib A Gismar, Insider Trading Dalam Transaksi Efek, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti), h. 38.

22 Nikita Dana Iswara, Penerapan Prinsip Keterbukaan Sebagai Upaya Melindungi Investor dari Informasi yang Menyesatkan dalam Prospektus pada Perusahaan Go-Public pada Transaksi Pasar Modal, (Medan: Universitas Sumatera Utara), 2019.

23 Nabil Abduh Hilabi, Keterbukaan Informasi Sebagai Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dalam Transaksi Penawaran Umum di Pasar Modal, (Fakultas Hukum:

Universitas Indonesia), 2012.

(29)

penawaran umum di pasar modal. Perbedaan dari penelitian skripsi ini terletak pada skripsi ini membahas tentang perlindungan hukum terhadap investor dalam transaksi penawaran umum sedangkan peneliti mengangkat momentum pandemi Covid-19 dalam proses IPO.

3. Buku disusun oleh Mas Rahmah yang berjudul Hukum Pasar Modal24. Fokus dari buku ini adalah membahas tentang keseluruhan materi tentang pasar modal. Persamaan dari buku ini dan penelitian peneliti terletak pada adanya pembahasan tentang prinsip keterbukaan informasi dan penawaran umum perdana. Perbedaan dari buku ini dengan penelitian peneliti yaitu peneliti lebih fokus kepada proses dari penawaram umum perdana dalam pasar modal pada kondisi pandemi COVID-19.

4. Artikel Jurnal ditulis oleh Lusitania Eka Ramadhani, Dr. Bambang Winarno, SH. fMS, M. Zairul Alam, SH. MH.25. Fokus dari artikel jurnal ini adalah keterkaitan antara prinsip keterbukaan informasi dengan prinsip pada Good Corporate Governance (GCG).

Persamaan dari penelitian peneliti dengan artikel jurnal ini yaitu meneliti prinsip keterbukaan informasi pada proses IPO. Perbedaan terletak pada momentum yang peneliti pilih yaitu pandemi Covid-19 dan peneliti tidak membahas tentang Good Corporate Governance (GCG).

24 Mas Rahmah, Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Kencana, 2019).

25 Ramadhani, Lusitania Eka dkk, Analisis Yuridis Prinsip Keterbukaan Informasi (Full Disclosure) Pada Proses Initial Public Offering (IPO) Terkait Prinsip Good Corporate Governance (GCG), (Jurnal, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya).

(30)

20

BAB III

PRINSIP KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PROSES INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)

A. Pengaturan Prinsip Full Disclosure yang Berlaku di Indonesia Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 butir 25 UU Pasar Modal, yang dimaksud dengan “prinsip keterbukaan” adalah “Pedoman umum yang mensyaratkan emiten/perusahaan publik dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini, untuk menginformasikan seluruh informasi material kepada masyarakat dalam waktu yang tepat mengenai usahanya atau efeknya, yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal atau harga efek tersebut.”

Di Indonesia, informasi atau fakta materil didefinisikan sebagai informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat memengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan/atau keputusan pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut (Pasal 1 Angka 7 UU Pasar Modal).

Mengenai jenisnya, menurut penjelasan Pasal 1 Angka 7 UU Pasar Modal, informasi materil berupa:1

1. Penggabungan usaha (merger), peleburan usaha (consolidation), pengambilan (acquisition) atau pembentukan usaha patungan.

2. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham.

3. Pendapatan dan dividen yang luar biasa sifatnya.

4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting.

5. Produk atau penemuan baru yang berarti.

6. Perubahan tahun buku perusahaan.

7. Perubahan pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen

1“Mas Rahmah, Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Kencana, 2019), h. 328.”

(31)

Dalam praktik keterbukaan informasi oleh emiten menjelang penawaran umum, terutama dilakukan via dokumen pernyataan pendaftaran berikut lampirannya kepada Bapepam, disamping itu pelbagai laporan berkala dan laporan peristiwa penting lainnya wajib disampaikan sesuai peraturan yang berlaku.2

Prinsip Keterbukaan Informasi dalam UU Pasar Modal pada dasarnya tidak mengenal adanya kerahasiaan perusahaan. Emiten secara hukum wajib menyampaikan informasi/fakta penting secara transparan tentang perusahaannya. Kualitas dan ketepatan suatu informasi yang layak dipercaya sangat tergantung kepada kejujuran, integritas serta profesionalisme pimpinan perusahaan serta lembaga/profesi penunjang terkait. Apabila ada informasi relevan yang tidak diungkapkan kepada umum, emiten wajib bertanggung jawab/dapat digugat terhadap kerugian yang diderita investor.

1. Tahap Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan Informasi

Pada dasarnya pelaksanaan “keterbukaan” di pasar modal dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu:3

a. Tahap keterbukaan pada saat melakukan Penawaran Umum (primary market level).

b. Tahap keterbukaan setelah emiten mencatat dan memperdagangkan sahamnya di Bursa Efek (secondary market level), yaitu emiten wajib menyampaikan secara terus menerus laporan berkala kepada otoritas pasar modal (continuosly disclosure).

c. Tahap keterbukaan karena terjadi peristiwa penting yang

2 Iman Sjahputra, Seluk Beluk Hukum Pasar Modal dan Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Harvarindo, 2011), h. 84.

3 Iman Sjahputra, Seluk Beluk Hukum Pasar Modal dan Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Harvarindo, 2011), h. 85.

(32)

22

laporannya harus disampaikan secara tepat waktu kepada Bapepam dan Bursa Efek (timely disclosure), yakni peristiwa sebagaimana dirinci dalam Keputusan Bapepam No 86 tahun 1996.

Berdasarkan ketentuan dalam pasal 93 UU Pasar Modal, pelanggaran terhadap persyaratan transparansi ini dapat dikenakan sanksi pidana dan perdata.4

2. Pihak yang Menjadi Target Keterbukaan Informasi

Berdasarkan UU Pasar Modal, kewajiban untuk melakukan keterbukaan informasi ditujukan kepada:

a. Emiten

b. Perusahaan Publik c. Pihak Lain

Khusus untuk emiten dan perusahaan publik kewajiban keterbukaan informasi diatur di dalam Pasal 86 ayat (1) UU Pasar Modal yang menyebutkan bahwa emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif atau perusahaan publik wajib:

a. Menyampaikan laporan secara berkala kepada Bapepam dan mengumumkan laporan tersebut kepada masyarakat;

b. Menyampaikan laporan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa material yang dapat memengaruhi harga Efek selambat-lambatnya pada akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya peristiwa tersebut.

Pengumuman informasi atau fakta material bagi emiten atau perusahaan publik yang sahamnya tercatat pada Bursa Efek maupun yang tidak tercatat paling sedikit melalui:

4 Iman Sjahputra, Seluk Beluk Hukum Pasar Modal dan Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Harvarindo, 2011), h. 85.

(33)

a. Situs web emiten atau perusahaan publik, dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing, dengan ketentuan bahasa asing yang digunakan paling sedikit bahasa Inggris.

b. Situs web Bursa Efek atau satu surat kabar harian berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional.

3. Hal Yang Dilarang Dalam Prinsip Keterbukaan Informasi Beberapa hal yang seringkali dilarang dalam hal keterbukaan informasi adalah sebagai berikut: 5

a. Memberikan informasi yang salah sama sekali.

b. Memberikan informasi yang setengah benar.

c. Memberikan informasi yang tidak lengkap.

d. Sama sekali diam terhadap fakta/informasi material.

Keempat model pelanggaran ini dilarang karena oleh hukum dianggap dapat menimbulkan “misleading” bagi investor dalam memberikan judgement untuk membeli atau tidak membeli suatu efek.

Jika hal yang dilarang dalam keterbukaan informasi ini terjadi maka dapat dikenakan sanksi sesuai dengan Pasal 104 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

B. Pengaturan Tentang Penawaran Umum (Initial Public Offering) Adapun menurut Pasal 1 Angka 15 UU Pasar Modal, penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam peraturan pasar modal. Pihak yang melakukan penawaran umum adalah emiten (Pasal 1 Angka 6 UU Pasar Modal). Adapun Efek yang ditawarkan antara lain berupa surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan, unit

5“Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), h. 79.”

(34)

24

penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek (Pasal 1 Angka 5 UU Pasar Modal).

Untuk melakukan penawaran umum, emiten terlebih dahulu harus mendapatkan izin dari OJK dengan menyampaikan pernyataan pendaftaran. Pernyataan pendaftaran adalah dokumen yang wajib disampaikan kepada Bapepam oleh emiten dalam rangka penawaran umum atau perusahaan publik (Pasal 1 Angka 19 UU Pasar Modal). Izin dari OJK diberikan dengan menyatakan efektif pernyataan pendaftaran yang disampaikan oleh calon emiten. Dengan kata lain, penjualan efek melalui penawaran umum hanya dapat dilakukan apabila OJK menyetujui penawaran umum sejak tanggal efektif pernyataan pendaftaran. Kewajiban menyampaikan pernyataan pendaftaran dan pernyataan pendaftaran harus dinyatakan efektif untuk memulai proses penawaran umum diatur di dalam Pasal 70 ayat (1) UU Pasar Modal:6

“Yang dapat melakukan penawaran umum hanyalah emiten yang telah menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam untuk menawarkan atau menjual efek kepada masyarakat dan pernyataan pendaftaran tersebut telah efektif”.

Menurut penjelasan Pasal 70 ayat (1) UU Pasar Modal, kegiatan penawaran umum merupakan salah satu cara untuk menghimpun dana masyarakat. Untuk itu, kepentingan masyarakat yang akan menanamkan dananya pada efek perlu mendapatkan perlindungan. Oleh karena itu, setiap pihak yang bermaksud menghimpun dana melalui penawaran umum diwajibkan terlebih dahulu menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada OJK dan penawaran umum baru dapat dilakukan setelah pernyataan pendaftaran dimaksud efektif. Pernyataan pendaftaran dinyatakan efektif pada hari ke-45 (empat puluh lima) sejak tanggal

6 Mas Rahmah, Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Kencana, 2019), h. 142.

(35)

pernyataan pendaftaran.7 Penawaran umum juga dapat dilakukan oleh pemegang saham dari emiten atau perusahaan publik dalam rangka divestasi saham sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor IX.A.12 (Kep-05/PM/2004) tentang Penawaran Umum oleh Pemegang Saham. 8

Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-25/PM/2003 mengatur tentang Tata Cara Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum (Peraturan IX.A.2). Berdasarkan aturan ini, untuk melaksanakan penawaran umum, emiten harus menyampaikan pernyataan pendaftaran dan dokumen pendukungnya kepada Bapepam sesuai Peraturan Nomor IX.A.1 tentang Ketentuan Umum Pengajuan Pernyataan Pendaftaran.

Penawaran umum baru bisa dilakukan oleh emiten jika pernyataan pendaftaran sudah dinyatakan efektif oleh Bapepam.9

1. Prosedur IPO (Initial Public Offering)

Di Indonesia, calon emiten yang akan melaksanakan penawaran umum wajib memenuhi ketentuan tata cara pendaftaran dalam rangka penawaran umum. Tata cara melakukan penawaran umum tersebut diatur dalam Peraturan No IX.A.2. tentang Tata Cara Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum, sebagai berikut:

a. Emiten harus menyampaikan pernyataan pendaftaran dan dokumen pendukungnya kepada Bapepam.

b. Pernyataan pendaftaran tersebut sudah harus dinyatakan efektif oleh OJK. Pernyataan pendaftaran dapat menjadi efektif atas dasar:

1) Lewatnya waktu, yaitu:

7 Pasal 74 ayat (1) UU”Pasar Modal Jo Angka 4 huruf a Peraturan IX.A.2.”

8 Iswi Hariyani dan Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, (Jakarta:

Visimedia, 2010), h. 287.

9 Iswi Hariyani dan Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, (Jakarta:

Visimedia, 2010), h. 288.

(36)

26

i. 45 (empat puluh lima) hari sejak tanggal pernyataan pendaftaran diterima Bapepam secara lengkap yaitu telah mencangkup seluruh kriteria yang ditetapkan dalam formulir pernyataan pendaftaran.

ii. 45 (empat puluh lima) hari sejak tanggal perubahan yang terakhir yang disampaikan emiten atau yang diminta Bapepam.

2) Atas dasar pernyataan efektif dari Bapepam bahwa tidak ada lagi perubahan dan/atau tambahan informasi lebih lanjut yang diperlukan.

c. Setelah pernyataan pendaftaran disampaikan kepada Bapepam, emiten harus memenuhi kewajiban untuk:

1) Mengumumkan prospektus ringkas yang merupakan bagian dari pernyataan pendaftaran dalam sekurang- kurangnya 1 surat kabar berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional selambat lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah disampaikan pernyataan pendaftaran.

2) Menyampaikan kepada Bapepam bukti pengumuman prospektus ringkas selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah pengumuman tersebut.

d. Apabila emiten akan melakukan penawaran awal (book building), maka penawaran awal tersebut hanya dapat dilaksanakan dengan menggunakan Prospektus Awal dan baru bisa dilaksanakan setelah diumumkan prospektus ringkas.

e. Jangka waktu antara tanggal laporan keuangan terakhir yang diperiksa akuntan dengan efektifnya Pernyataan Pendaftaran tidak lebih dari 6 (enam) bulan.

f. Masa penawaran umum sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari.

(37)

g. Penawaran efek dalam masa penawaran umum dapat dilakukan oleh penjamin emisi Efek dengan bantuan agen penjualan Efek.

h. Jika ada oversucribed (kelebihan permintaan Efek), maka harus dilakukan penjatahan yang dilaksanakan selambat- lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah penawaran umum.

i. Jika Emiten menyatakan dalam prospektus bahwa Efek akan dicatatkan dalam Bursa Efek, tetapi tidak dapat memenuhi persyaratan pencatatan di Bursa Efek, maka penawaran umum harus dibatalkan dan uang pemesanan harus dikembalikan oleh manajaer penjatahan atau agen penjualan kepada pemesan.

j. Uang pemesanan harus dikembalikan, dalam hal: (1) ada penolakan pemesanan sebagian atau seluruhnya; atau (2) pembatalan penawaran umum.

k. Jika ada keterlambatan pengembalian uang pemesanan, harus ditentukan persyaratan dan tata cara penggantian ganti rugi di dalam prospektus.

l. Bukti kepemilikan Efek harus tersedia kepada pembeli Efek selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah tanggal penjatahan baik untuk efek yang dicatatkan maupun yang tidak dicatatkan.

m. Jika Efek yang ditawarkan dalam penawaran umum akan dicatatkan di Bursa Efek, maka pencatatannya wajib dilaksanakan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal penjatahan.

n. Emiten atau penjamin emisi Efek wajib menyerahkan laporan hasil penawaran umum kepada Bapepam selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal penjatahan.

(38)

28

o. Jangka waktu sejak efektifnya pernyataan pendaftaran sampai dengan disampaikan hasil penawaran umum kepada Bapepam selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja.

2. Tahapan IPO (Initial Public Offering)

Tahapan IPO pada dasarnya terbagi atas tahapan pra emisi, emisi dan sesudah emisi, yang dapat dilihat pada skema di bawah ini.10

10 Iman Sjahputra, Seluk Beluk Hukum Pasar Modal dan Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Harvarindo, 2011), h. 85.

(39)

(40)

30

BAB IV

PRINSIP KETERBUKAAN INFORMASI (FULL DISCLOSURE) DALAM PROSES IPO PADA MASA

PANDEMI COVID-19

A. Urgensi Prinsip Keterbukaan Informasi (full disclosure) Saat Perusahaan Melakukan IPO (Initial Public Offering)

Pasar modal memiliki prinsip keterbukaan informasi sebagai jiwa dari pasar modal tersebut yang bertujuan untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar, menciptakan mekanisme pasar yang efisien, dan juga untuk memberi perlindungan terhadap investor.1 Salah satu cara untuk mewujudkan prinsip keterbukaan informasi dalam pasar modal adalah perusahaan publik yang dibantu profesi penunjang harus menyediakan prospektus yang benar yakni informasi tertulis sehubungan dengan penawaran umum.2 Sebenarnya yang diperdagangkan di pasar modal adalah kepercayaan. Kepercayaan masyarakat pada nilai saham, benarnya laporan perusahaan, prospek keuntungan di masa mendatang, kebijaksanaan pemerintah yang mendukung pasar modal sampai kepada jaminan bahwa hukum akan dipatuhi para pihak.3 Pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan informasi ini dapat mengakibatkan penyimpangan pada pasar modal salah satunya praktek Insider Trading (perdagangan orang dalam).

1“Ade Hendra Jaya dan I Nyoman Gatrawan, Akibat Hukum Adanya Misleading Information Pada Prospektus Ditinjau Dari Hukum Pasar Modal, Jurnal 1 Kertha Semaya, 2013, h. 2.”

2“Ni Putu Purwanti, Inocencio Arya Wahyudi Karditha, I Ketut Westra, Tanggung Jawab Akuntan Publik Dalam Pembuatan Prospektus Pada Kegiatan Di Pasar Modal, Jurnal 1 Kertha Semaya, 2013, h. 1.”

3“Pande Putu Mega Rahma Wulandari dan Gede Made Swardhana, Tanggung Jawab Terhadap pelanggaran Prinsip Keterbukaan Dalam Pasar Modal Terkait Perdagangan Saham, Jurnal 5 Kertha Semaya, 2017, h.3.”

(41)

Prinsip keterbukaan informasi adalah ciri khas yang melekat pada pasar modal mana pun di dunia ini. Meskipun harus diakui bahwa keterbukaan informasi ini pula yang membuat banyak perusahaan keluarga yang pada umumnya tertutup menjadi enggan melakukan penawaran umum atau IPO. Bentuk keterbukaan dan perlindungan pemodal untuk transaksi efek baik melalui bursa efek (exchange trades) ataupun transaksi di luar bursa efek (non-Exchange trades atau over the counter) di Indonesia diperoleh melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya.4

Suatu pasar modal dikatakan fair dan efisien apabila semua pemodal memperoleh informasi dalam waktu yang bersamaan disertai kualitas informasi yang sama (equal treatment dalam akses informasi).5 Emiten dituntut untuk mengungkapkan informasi mengenai keadaan bisnisnya, termasuk keadaan keuangan, aspek hukum dari harta kekayaan, persoalan hukum yang dihadapi perusahaan dan manajemen.

Apabila investor mengalami kerugian karena tidak memperoleh informasi atau memperoleh informasi yang salah, emiten bertanggung jawab untuk itu. Bahkan, jika Direksi atau Komisaris lalai atau sengaja melanggar prinsip keterbukaan informasi, Pasal 97 ayat (3) jo. Pasal 114 ayat (3) Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 memberikan kemungkinan kepada direksi dan komisaris bertanggung jawab secara pribadi atas kelalaian dalam menjalankan tugasnya dengan itikad baik.6

Pasar modal yang terorganisasi dengan baik dan didukung oleh

4 Tim Studi Pengawasan Transaksi di Luar Bursa di Indonesia, Studi tentang Pengawasan Transaksi di Luar Bursa di Pasar Modal Indonesia, Departemen Keuangan Republik Indonesia Bapepam Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal, 2003.

5 M.Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h.227.

6 M.Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h.227.

(42)

32

peraturan perundang-undangan yang baik dan penegakan hukum yang kokoh akan dapat mengundang minat investor dalam dan luar negeri untuk datang.7 Norma-norma yang terdapat dalam UU Pasar Modal menginginkan tegaknya prinsip keterbukaan informasi. Selain itu UU Pasar Modal Pasal 82 ayat 2 jo. Peraturan IX.E.1., UU Pasar Modal Pasal 35 secara tegas menetapkan bahwa perusahaan efek atau penasehat investasi dilarang untuk mengemukakan secara tidak benar atau tidak mengungkapkan fakta material kepada nasabah mengenai kemampuan usaha atau keadaan keuangannya. Sebagai pihak yang memperoleh kepercayaan dari nasabahnya, perusahaan efek wajib secara benar dan jujur mengungkapkan fakta material untuk diketahui oleh nasabah mengenai kemampuan profesional dan keadaan keuangannya.8

Tiga fungsi prinsip keterbukaan informasi dalam pasar modal, yaitu: 9 a. Prinsip keterbukaan informasi berfungsi memelihara kepercayaan

publik terhadap pasar. Keputusan investor untuk melakukan investasi terbentuk oleh penilaian dan pilihan terhadap kelengkapan, kejelasan dan kepastian informasi yang diberikan oleh emiten, sehingga kepercayaan investor terhadap mekanisme pasar ditentukan oleh adanya keterbukaan dalam pasar modal.

b. Prinsip keterbukaan informasi berfungsi utama menciptakan mekanisme pasar yang efisien, baik dalam penciptaan harga, pengalokasian modal maupun perlindungan investor. Berfungsinya keterbukaan menyebabkan pelaku pasar dapat melakukan market discipline, sebab terbukanya arus informasi berperan menciptakan

7 M.Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 233.

8 M.Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 234.

9“Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal , Cetakan Pertama, (Jakarta:

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Program Pascasarjana, 2001), h.”4-9.

(43)

informasi yang benar dan akurat. Harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh informasi yang tersedia, sehingga manajemen perusahaan harus menjaga harga pasar dan peluang penjualan saham dengan mengemukakan informasi yang relevan.

c. Prinsip keterbukaan informasi berperan penting untuk mencegah penipuan (fraud), termasuk mencegah terjadinya penyesatan dan kekeliruan informasi yang diperoleh investor.

Pada dasarnya emiten dibebankan atas suatu keharusan untuk melakukan laporan insidentil perbuatan material. Artinya bahwa, perundang-undangan telah membebankan kewajiban kepada emiten untuk melaporkan kepada Bapepam dan memberitahukan kepada masyarakat secepat mungkin (paling lambat di hari kedua) setelah terjadinya kejadian material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga efek.10

Penerapan prinsip keterbukaan informasi dilakukan untuk mempertahankan potensi pasar modal yang menjadi salah satu sumber pembiayaan kegiatan pembangunan dan menjadi alternatif investasi.

Dengan adanya pengaturan mengenai prinsip keterbukaan informasi ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan investor. Perusahaan secara institusional mempunyai tanggung jawab terhadap setiap informasi yang diberikannya kepada masyarakat sejak memperoleh izin melakukan penawaran umum.11

Penerapan prinsip keterbukaan informasi dalam pasar modal berarti keharusan emiten, perusahaan publik dan pihak lain yang tunduk pada UU Pasar Modal untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya

10“Munir Fuady, Pasar Modal Modern, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), h. 98.”

11“Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan, (Semarang: Mandar Maju, 2000), h. 55.”

(44)

34

atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek yang dimaksud atau harga dari efek tersebut. (Pasal 1 butir 25 UU Pasar Modal).

Setelah perseroan melakukan penawaran umum (go public) dan mencatatkan efeknya di bursa, maka perusahaan publik dan emiten sebagai perseroan terbuka. Perseroan terbuka wajib menyampaikan laporan secara rutin maupun laporan lain jika ada kejadian penting kepada Bapepam-LK dan BEI. Seluruh laporan yang disampaikan oleh emiten dan perusahaan publik kepada Bursa, yaitu laporan adanya kejadian penting, secepatnya akan dipublikasikan oleh Bursa kepada masyarakat investor melalui pengumuman di lantai bursa maupun melalui papan informasi. Masyarakat investor dapat memperoleh informasi tersebut melalui perusahaan pialang.12

Prinsip keterbukaan informasi merupakan asas pokok bahwa suatu pihak yang akan menerbitkan efek harus memberikan informasi mengenai dirinya kepada masyarakat. Konsep ini sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari penawaran umum.13 Dengan penawaran umum, perusahaan mengundang semua lapisan masyarakat untuk membeli berinvestasi.

Secara yuridis, ditinjau dari betapa fundamentalnya prinsip ini maka derajat sanksi hukum dari prinsip keterbukaan informasi sangat berat di mana diatur dalam Pasal 102 ayat (2) UU Pasar Modal yakni OJK dapat mengenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis, denda, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha, pembatalan persetujuan dan pembatalan

12 Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia- Pendekatan Tanya Jawab, Edisi Ketiga, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), h. 82.

13 A. Setiadi, Obligasi dalam Perspektif Hukum Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1996), h. 58.

Referensi

Dokumen terkait

Unsur syarat mengenai pembelaan terpaksa adalah : Pembelaan terpaksa harus dilakukan karena sangat terpaksa, Untuk mengatasi adanya serangan harus dilakukan karena sangat terpaksa

Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan judul

Tugas Akhir ini merancang sistem pemisahan verse dan reff dari file lagu mp3 secara otomatis menggunakan metode Modified Discrete Cosine Transform (MDCT)

Hasil penelitian menunjukkan nilai p=0,011 (p<0,05) sehingga ini menunjukkan bahwa ada hubungan perilaku merokok orangtua dengan kejadian stunting pada balita usia

Berdasarkan hasil analisis datanya menunjukan bahwa tingkat kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan soal berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking

Pertama adalah perkembangan praktik video performans di Indonesia, kedua adalah kecenderungan representasi yang muncul pada karya-karya video performans pada dekade

Terdapat hubungan antara faktor safety leadership dengan safety performance, supervisor yang memperhatikan keselamatan di tempat kerja akan

Nikotin dalam tembakau juga membuat jantung bekerja lebih keras penyempitan pembuluh darah untuk sementara dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah (Sheps,