• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PERSIAPAN TAMBAK PADA PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK INTENSIF MITRA CP. PRIMA PASURUAN JAWA TIMUR TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TEKNIK PERSIAPAN TAMBAK PADA PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK INTENSIF MITRA CP. PRIMA PASURUAN JAWA TIMUR TUGAS AKHIR"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PERSIAPAN TAMBAK PADA PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)

DI TAMBAK INTENSIF MITRA CP. PRIMA PASURUAN JAWA TIMUR

TUGAS AKHIR

Oleh :

HERMAYANTI SARI 1622010081

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN

2019

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, 2019 Yang menyatakan

Hermayanti Sari

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis masih diberi kesehatan, kesempatan dan setitik ilmu untuk menyelesaikan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) serta menyusun Tugas Akhir dengan judul “Teknik Persiapan wadah Budidaya Udang Vaname di Tambak Intensif ” sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, Nabi pembawa rahmat bagi segenap alam dan sebagai contoh suri teladan bagi umat manusia.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, Penulis telah banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, olehnya itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1) Ibu Dr. Ir. Irfani Baga, M.P selaku pembimbing pertama dan Bapak Yuliadi, S.Pi., MM selaku anggota pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi dan memberi arahan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

2) Ilman Maulana Selaku Pembimbing Lapangan atas bantuan berupa pengetahuan kepada penulis selama praktek.

3) Bapak Rimal Hamal, M.P selaku Ketua Jurusan Budidaya Perikanan

4) Ibu Dr. Andriani, S.Pi., M.SI selaku Ketua Program Studi Budidaya Perikanan

(6)

5) Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.P selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

6) Seluruh staf pengajar baik Dosen, Pegawai dan Teknisi Jurusan Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep yang telah membekali ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan di jurusan Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

7) Terkhusus kepada kedua Orang Tua penulis ayahanda dan ibunda tercinta atas segala dukungan, motivasi, bimbingan dan pengorbanan serta doa yang tiada hentinya untuk keberhasilan dan kesuksesan penulis dalam menempuh dunia pendidikan.

8) Rekan-rekan seperjuangan di Lembaga Kemahasiswaan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

9) Rekan-rekan angkatan XXIX jurusan Budidaya Perikanan yang telah berjuang bersama dalam meraih cita-cita.

10) Serta semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu dibutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dimasa mendatang.Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terima kasih.

Pangkep, Mei 2019

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Klasifikasi Udang Vaname ... 3

2.2 Morfologi Udang Vaname ... 3

2.3 Habitat dan Penyebaran... 4

2.4 Makanan dan Kebiasaan Makan ... 5 7 2.5 Tingkah Laku Udang Vaname ... ... 6

2.5.1 Pergantian Kulit ... 6

2.5.2 Nokturnal ... 6

2.5.3 Kanibalisme ... 7

2.6 Tambak Budidaya Udang Vaname ... 7

(8)

2.7 Tahap Persiapan Wadah ... 8

2.7.1 Pengeringan Tambak ... 8

2.7.2 Pembersihan Tambak ... 9

2.7.3 Perbaikan Kontruksi Tambak ... 9

2.7.4 Pengisian air dan Pengaturan Kincir ... 9

2.7.5 Sterilisasi Air ... 10

2.8 Parameter Kualitas Air ... 11

2.8.1 Suhu ... 11

2.8.2 Kecerahan ... 11

2.8.3 pH ... 11

2.8.4 Salinitas ... 12

BAB III METODEOLOGI ... 14

3.1 Waktu dan Tempat ... 14

3.2 Alat dan Bahan ... 14

3.2.1 Alat ... 14

3.2.2 Bahan ... 15

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 15

3.4 Metode Pelaksanaan ... 16

3.4.1 Pengeringan Tambak ... 16

3.4.2 Pembersihan Tambak ... 16

3.4.3 Perbaikan Kontruksi Tambak ... 16

3.4.4 Pengisian Air dan Pengaturan Kincir ... 16

3.4.5 Sterilisasi Air ... 17

3.4.6 Pembentukan Plankton ... 17

3.5 Parameter yang Diamati dan Analisis Data ... 20

3.5.1 Parameter yang Diamati ... 20

3.5.2 Analisi Data ... 20

BAB IV KEADAAN LOKASI ... 22

4.1 Lokasi Perusahaan ... 22

4.2 Struktur Organisasi ... 22

(9)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

5.1 Hasil Pengukuran Kualitas Air ... 24

5.1.1 Suhu ... 24

5.1.2 Kecerahan ... 25

5.1.3 pH (Derajat Keasaman) ... 25

5.1.4 Salinitas ... 25

5.2 Hasil Panen Total ... 26

5.3 Feed Convertion Rasio (FCR) ... 26

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 28

6.1 Kesimpulan ... 28

6.2 Saran ... 28 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Jenis alat, spesifikasi dan kegunaan alat yang digunakan

di Tambak Intensif ... 13

Tabel 3.2 Jenis bahan, spesfikasi dan kegunaan bahan yang digunakan di Tambak Intensif ... 14

Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Kualitas Air ... 24

Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Kualitas Air ... 24

Tabel 5.3 Hasil Panen ... 26

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Morfologi Udang Vaname ... 4 Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 20

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 4. Bahan yang Digunakan ... 31 Lampiran 5. Proses Persiapan Tambak ... 32

(13)

RINGKASAN

Hermayanti sari. 1622010081. Teknik persiapan wadah pada pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei) di Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Dibimbing oleh Irfani Baga dan Yuliadi

Pada budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) ada beberapa proses produksi yang perlu diperhatikan salah satunya adalah Teknik persiapan wadah.

Dimana dalam Teknik persiapan wadah ada beberapa yang harus dilakukann yaitu Pengeringan, Pembersihan tambak, Perbaikan konstruksi, Pengisian air dan pengaturan kincir, Sterilisasi air, dan Pembentukan warna air.

Tugas akhir disusun berdasarkan hasil Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM). Tugas Akhir ini adalah untuk memperkuat penguasaan Teknik Persiapan Wadah pada Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Intensif Mitra CP Prima Pasuruan Jawa Timur. dan Manfaat tugas akhir ini yaitu untuk memperluas wawasan dan mengembangkan kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarya di masyarakat kelak khususnya mengenai Persiapan wadah pada pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak intensif Mitra CP Prima Pasuruan Jawa Timur.

Hasil yang di dapatkan dari Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM).

Persiapan tambak dilakukan selama 32 hari yang meliputi pengeringan tambak, pembersihan tambak, perbaikan konstruksi tambak, pengisian air, pengaturan kincir, Sterilisasi air, pembentukan plankton. Adapun hasil pengukuran kualitas air yang didapatkan , suhu pada pagi hari yaitu berkisar 28oC-30 oC dan pada sore hari suhu berkisar 29oC-31 oC , hasil Kecerahan yang didapatkan masih tembus dasar , sedangkan pH pada pagi hari berkisaran 7,5-7,8 dan pada sore hari berkisar 7,5-7,7, Untuk hasil pengukuran salinitas pada pagi hari berkisar 19 ppt-24 ppt, sedangkan pada sore hari 17 ppt-24 ppt. Berdasarkan SOP CP Prima bahwa hasil dari pengukuran dapat dikatakan normal dan layak digunakan untuk budidaya. Panen merupakan hasil akhir untuk menentukan keberhasilan dalam melakukan persiapan tambak. Adapun hasil yang didapatkan yaitu bobot udang rata-rata 13,6 g/ekor (DOC 70), biomassa 1.001,85 kg, FCR sebesar 1,1, total pakan sebesar 1184,3 kg, dan SR 86%.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli perairan Amerika Latin. Udang ini dibudidayakan mulai dari pantai barat Meksiko ke arah selatan hingga daerah Peru. Beberapa petambak di Indonesia mulai mencoba membudidayakan udang vaname, karenahasil yang dicapai sangat luar biasa.

Apalagi produksi udang windu yang saat ini sedangmengalami penurunan karena serangan penyakit, terutama penyakit bercak putih (white spot syndrome virus) (Haliman dan Adijaya ,2005).

Menurut Ditjen Perikanan Budidaya (2014), produksi perikanan budidaya ke depan meningkat dengan kenaikan pencapaian target produksi sebesar 353%.

Pemanfaatan lahan budidaya untuk tambak masih sangat luas dengan potensi wilayah sebesar 2.963.717 ha yang baru dimanfaatkan sekitar 22,18% atau sekitar 657.436 ha.

Menurut Argina (2013), produksi udang nasional sebagian besar merupakan udang vaname yang mencapai 85%. Dijelaskan oleh Direktorat Jendral Perikanan Budidaya pada tahun 2013, perikanan budidaya baru memproduksi udang vaname sebesar 500.000 ton/tahun, hasil tersebut belum mencukupi semua kebutuhan pasar dunia, maka pada tahun 2014 target produksi udang vaname ditingkatkan menjadi 699.000 ton/tahun agar dapat memenuhi kebutuhan pasar dunia walau tidak semua terpenuhi.

Keunggulan udang vaname yaitu pertumbuhan lebih cepat dan kelangsungan hidup tinggi. Budidaya udang vaname dengan penerapan pola

(15)

budidaya intensif sangat menguntungkankarena dapat menggunakan padat tebar yang tinggi (Arifin, 2008). Dalam sistem budidaya ini diperlukan pengetahuan tentang teknik persiapan tambak yang baik.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tugas Akhir ini adalah untuk memperoleh pengetahuan teknik Persiapan Tambak pada pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Intensif Mitra CP Prima Pasuruan Jawa Timur.

Manfaat tugas akhir ini yaitu untuk memperluas wawasan dan mengembangkan kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarya di masyarakat kelak khususnya mengenai persiapan tambak pada pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Intensif Mitra CP Prima Pasuruan Jawa Timur.

(16)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi

Klasifikasi udang vaname adalah sebagai berikut Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda Class : Malacostraca Ordo : Decapoda Superfamily : Penaeoidea Family : Penaeidae Genus : Litopenaeus

Species : Litopenaeus vannamei (Boone 1931)

2. 2 Morfologi

Menurut Wyban dan Sweeny (1991), vaname secara morfologis dapat dibedakan dalam dua bagian yaitu bagian kepala yang menyatu dengan dada disebut chepalotorax dan bagian belakang bagian perut disebut abdomen. Pada bagian kepala terdapat mata majemuk yang bertangkai, rostrum, dimana gerigi rostrum pada bagian atas biasanya terdiri dari sembilan buah dan bagian bawah terdiri dari tiga buah dan dilengkapi pula dengan sepasang antena yang panjang.

Pada bagian perut terdapat lima pasang kaki renang (pleopoda) yang terletak di masing-masing ruas, sedangkan pada ruas ke enam terdapat kaki renang yang telah berubah bentuk menjadi kipas (uropoda) yang ujungnya membentuk ujung ekor yang disebut dengan telson dan di bawahnya terdapat lubang dubur (anus).

(17)

Alat kelamin jantan disebut petasma, yang terletak di antara kaki renang pertama, sedangkan alat kelamin udang betina disebut thelicum yang terletak antara kaki jalan dan kaki renang. Morfologi udang vaname serta bagian organ tubuhnya dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Morfologi udang vaname (Data PKPM)

2.3 Habitat dan Siklus Hidup

Menurut Briggs (2004), udang vaname hidup di habitat laut tropis dimana suhu air biasanya lebih dari 20°C sepanjang tahun. Udang vaname dewasa dan bertelur di laut terbuka, sedangkan pada stadia post larva udang vaname akan bermigrasi ke pantai sampai pada stadia juvenil. Udang vaname merupakan bagian dari organisme laut. Beberapa udang laut menghabiskan siklus hidupnya di muara air payau. Perkembangan siklus hidup larva udang vaname adalah dari pembuahan telur berkembang menjadi naupli, mysis, post larva, juvenil, dan terakhir berkembang menjadi udang dewasa. Masuk ke stadia larva, dari stadia

(18)

naupli sampai pada stadia juvenil berpindah ke perairan yang lebih dangkal dimana terdapat banyak vegetasi yang dapat berfungsi sebagai tempat pemeliharaan. Setelah mencapai remaja, mereka kembali ke laut lepas menjadi dewasa dan siklus hidup berlanjut kembali.

Siklus hidup udang vaname sebelum ditebar di tambak yaitu stadia naupli, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia post larva. Pada stadia naupli larva berukuran 0,32-0,59 mm, sistem pencernaanya belum sempurna dan masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur. Stadia zoea terjadi setelah larva ditebar pada bak pemeliharaan sekitar 15-24 jam. Larva sudah berukuran 1,05-3,30 mm dan pada stadia ini benih mengalami 3 kali moulting. Pada stadia ini pula benih sudah bisa diberi makan yang berupa artemia. Pada stadia mysis, benih udang sudah menyerupai bentuk udang. Yang dicirikan dengan sudah terluhatnya ekor kipas (uropoda) dan ekor (telson). Selanjutnya udang mencapai stadia post larva, dimana udang sudah menyerupai udang dewasa. Hitungan stadianya sudah menggunakan hitungan hari. Misalnya, PL1 berarti post larva berumur satu hari.

Pada stadia ini udang sudah mulai bergerak aktif.

2.4 Makan dan Kebiasaan Makan Udang Vaname

Udang termasuk golongan omnivora atau pemakan segala, beberapa sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), phytoplankton, copepoda, polycaeta, larva kerang dan lumut. Pada udang vanamei pakan dicari dan diidentifikasi dengan menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran oleh bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus (setea). Organ sensor ini terpusat pada ujung anterior antenulla, bagian mulut, capit, antena dan maxilliped. Adanya sinyal kimiawi yang ditangkap, udang akan merspon untuk mendekati atau menjauhi

(19)

sumber pakan. Bila pakan mengandung senyawa organik (asam amino) dan lemak maka udang meresponnya dengan cara mendekati sumber pakan tersebut (Soleha, 2006).

2.5 Tingkah laku Udang Vaname 2.5.1 Pergantian Kulit (Moulting)

Khairuman (2004), menyatakan moulting merupakan proses biologis yang dipengaruhi oleh umur, jumlah dan kualitas pakan serta lingkungan hidup udang.

Kulit udang terdiri dari chitin yang tidak elastis, sehinga merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan udang. Mekanisme pergantian kulit ini diatur oleh hormon yang dihasilkan oleh salah satu kelenjar yang terdapat pada pangkal tangkai mata. Sebelum berganti kulit biasanya nafsu makan udang berkurang, tidak banyak bergerak dan mata terlihat suram. Proses pelepasan kulit lama digantikan dengan kulit baru disebut ecdysis. Pada udang muda pergantian kulit lebih cepat daripada udang dewasa (Haliman dan Adijaya 2005).

2.5.2 Nokturnal

Menurut Powers dan Bliss (1983), udang memiliki mata yang besar dan bersifat seperti lapisan pemantul cahaya, fakta yang menguatkan dugaan bahwa udang bersifat nokturnal dimana udang lebih suka muncul pada malam hari. Jika terganggu udang dapat melompat sejauh 20-30 cm menghindar dari gangguan.

Udang vaname memiliki sifat nocturnal, yaitu aktif mencari makan pada malam hari. Pada waktu siang hari lebih suka beristirahat, baik membenamkan diri dalam lumpur maupun menempel pada suatu benda yang terbenam dalam air (Nurdjana 1989). Makanannya berupa jenis crustacea kecil, dan cacing laut.

(20)

Udang vaname di alam bersifat omnivora dan pemakan bangkai, tetapi secara umum merupakan predator bagi invertebrata yang pergerakannya lambat (Felix & Perez 2002). Lebih lanjut Wyban & Sweeny (1991), menyatakan bahwa pakan yang diberikan untuk induk berupa cumi 16% total berat tubuh dan 10%

berupa cacing laut serta pemberian pakan enam kali sehari.

2.5.3 Kanibalisme

Udang vaname mempunyai sifat kanibal. Kanibal adalah sifat suka memangsa jenisnya sendiri. Sifat ini sering muncul pada udang yang sehat, yang sedang tidak ganti kulit. Mangsanya adalah udang-udang yang sedang ganti kulit (moulting). Keadaan kekurangan makanan, sifat kanibal akan tampak pada waktu udang tingkatan mysis (Mudjiman dan Suyanto 1989).

2.6 Tambak budidaya udang vaname

Tambak intensif mempunyai luas petakan lebih kecil dari tambak ekstensif dan semi-intensif yaitu sekitar 0,4-0,5 Ha, dengan tujuan adalah untuk mempermudah kontrol pergantian air, pemberian pakan, pembersihan kotoran dan sebagainya. Pemasukan air dan pembuangan air melewati saluran dan pintu air yang terpisah. Pada petakan tambak intensif seluas 0,5 Ha, pintu pembuangan air dan kotoran pada umumnya diletakkan di tengah-tengah petakan tambak.

Sehingga kotoran udang dapat dibuang ke luar tambak lewat pintu tengah, karena putaran arus yang ditumbulkan oleh kincir, air mengalirkan kotoran ke bagian tengah petakan tambak (Poernomo 2003).

Amri dan Kanna (2008), menyatakan konstruksi tambak untuk budidaya udang vaname sama dengan konstruksi tambak untuk budidaya udang windu.

Namun, disarankan petakan tambak berbentuk bujur sangkar dengan kedalaman

(21)

150-180 cm. Saluran air tambak (inlet) dibuat terpisah dengan saluran pembuangan (outlet). Kemiringan dasar tambak dirancang 0,5% kearah saluran pembuangan. Penempatan kincir atau aerator diatur sedemikian rupa sehingga kotoran dan sisa pakan terkumpul di saluran pembuangan. Idealnya, untuk tambak udang vaname seluas 0,25 ha dipasang kincir air sebanyak 4 – 6 unit (Amri dan Kanna 2008).

2.7 Tahap persiapan tambak

Persiapan tambak adalah salah satu rantai pengoprasian tambak, sebelum melakukan penebaran benur terlebih dahulu lahan dipersiapkan, persiapan tambak yang layak merupakan awal untuk budidaya udang vaname. Persiapan tambak meliputi konstruksi tambak, sarana dan prasarana. Tujuan dari persiapan tambak adalah untuk menyediakan tempat atau media benur sehingga tumbuh dengan baik (Lim dalam Ahmad Yakin, 1999).

2.7.1 Pengeringan tambak

Persiapan tambak dimulai dengan pengeringan dasar tambak selama satu minggu. Pengeringan bertujuan untuk membunuh bibit penyakit, memberantas hama dan mempermudah dalam perbaikan pematang, kamalir, dan pintu air (Khairuman dan Khairul Amri, 2004).

Pengeringan pada tambak plastik untuk membunuh tritip yang melekat pada dinding dan dasar tambak serta mengoksidasi bahan organik sedangkan pengeringan pada tambak dasar tanah dilakukan sampai tanah dasar retak-retak (Harianto, 1998).

(22)

2.7.2 Pembersihan tambak

Pembersihan tambak yaitu dibersihkan dari segala kotoran yang tidak dimanfaatkan oleh tambak atau kotoran tersebut yang dapat menyebabkan terganggunya kehidupan udang selama pemeliharaan (Harianto, 1998).

2.7.3 Perbaikan kontruksi

Supono menjelaskan, budidaya udang ramah lingkungan dilakukan sejak pembuatan konstruksi kolam. Konstruksi tambak luasnya sekitar 1.000-5.000 m2 dengan kedalaman 1,5-2 m. Tambak dilapisi plastik terutama di daerah pemberian pakan. Lining atau pemasangan plastik dasar tambak bisa menggunakan plastik mulsa, HDPE, atau LDPE. Tujuannya, menjaga kebersihan daerah pakan dan mengurangi padatan tersuspensi.

2.7.4 Pengisian air dan Setting Kincir

Pengisian air dilakukan setelah seluruh persiapan dasar tambak telah rampung dan air dimasukkan ke dalam tambak secara bertahap. Ketinggian air tersebut dibiarkan dalam tambak selama 2-3 minggu sampai ditebari benih udang.

Tinggi air di petak pembesaran diupayakan lebih dari 1,0 m. Kondisi air betul- betul siap. Sebelum tambak diisi air sarana pendukung tambak seperti saringan, outlet/inlet, pemberat kincir, stik level, hurus diadakan pengecekan dan dipasang

terlebih dahulu, selanjutnya pengisian air hingga mencapai ketinggian 30-50 cm (Harianto,1998).

Kincir air tambak merupakan alat penyuplai oksigen terbaik di dalam tambak. Kincir air tambak juga memiliki berbagai fungsi lainnya, yakni membersihkan area permukaan dan dasar air kolam tambak sehingga menciptakan

(23)

kestabilan arus yang baik untuk pertumbuhan dan kesehatan udang. Jumlah kincir yang digunakan pada tambak benur udang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kincir di tambak udang ukuran besar. Jumlah kincir air tambak ditambah lebih banyak jika kepadatan tebar udang tinggi. Tata letak kincir air tambak udang yang baik tergantung dari jumlah dan posisi arah kincir, juga tergantung luas tambak udang. Hal paling dasar yang wajib diketahui adalah putaran-putaran kipas pada kincir bisa menghasilkan pusaran arus air yang dapat memberi perbedaan karakteristik kualitas air tambak secara vertikal ataupun horizontal.

Kombinasi arah dan posisi kincir harus searah jarum jam agar menghasilkan kondisi pusaran air yang mampu mengarahkan kotoran di dasar tambak ke arah pembuangan air tambak. Kincir air harus ditempatkan minimal satu meter dari daratan, impeller harus tenggelam dalam air dengan kedalaman 7-9 cm (Yos Mo 2017).

2.7.5 Sterilisasi Air

Dalalm melakukan Sterilisasi air dilakukan 3 tahap yaitu, pemberian Cuprisulfat, Crustacid, dan Kaporit. Cuprisulfat merupakan bahan ssterilisasi

berupa tepung atau bubuk berwarna biru, bertujuan untuk membunuh atau mematikan lumut. Menurut Boyd (2016) Cuprisulfat digunakan secara luas sebagai algisida di tambak dan sistem perairan lainnya. Meskipun Cuprisulfat cepat hilang dalam air tambak, ion-ion kupri dapat berbahaya bagi hewan air.

Ketika terikat dengan berbagai senyawa organik, sifat racun ion-ion kupri terhadap hewan air menjadi berkurang dan pemecahan konsentrasi kupri dapat dijaga dengan aman untuk beberapa hari. Crustacid merupakan bahan sterilisasi berupa cairan bening kekuning kuningan yang bertujuan untuk membunuh hewan

(24)

Crustasea yang dapat mengganggu organisme yang dibudidayakan. Kaporit

bertujuan untuk membunuh bakteri dan mengendapkan residu residu dari bahan sterilisasi sebelumnya.

2.8 Parameter kualitas air 2.8.1 Suhu

Menurut Sulistinarto (2008), sama halnya dengan pH air, suhu air juga berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya reaksi kimiawi air. Suhu optimum bagi udang adalah 26-32 oC. Suhu air diukur dengan menggunakan termometer air raksa dan diukur 2 kali sehari bersamaan dengan pengukuran oksigen. Suhu air tambak tergantung cuaca dan berpengaruh langsung terhadap nafsu makan. Pada suhu 26 oC nafsu makan turun hingga 50%. Suhu air terutama pada bagian dasar juga dipengaruhi oleh kepadatan partikel yang dapat diukur dari tingkat kecerahan air dengan alat secchi disk. Kepadatan partikel dalam air termasuk plankton akan menghalangi penetrasi cahaya masuk ke dalam air.

Suhu air pada bagian dasar dipengaruhi oleh kepadatan partikel yang dapat menghalangi penetrasi cahaya masuk kedalam air sehingga dalam proses budidaya perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dengan melakukan pengukuran yang menggunakan thermometer serta dapat dilakukan pada pagi dan sore hari (Amri dan Kanna 2008).

2.8.2 Kecerahan

Kecerahan indentik dengan kepadatan plankton dan warna air. Kecerahan yang baik pada tambak udang berkisar 30-40 cm. Sedangkan warna air untuk budidaya udang adalah hijau muda dan coklat muda karena mengandung banyak diatomae dan clorophyta (Effendi, 2003).

(25)

Kecerahan dipengaruhi oleh populasi plankton dan bahan padatan yang tersuspensi dalam petakan. Tingginya populasi plankton atau konsentrasi padatan tersuspensi dalam air, akan makin rendah kecerahan. Kecerahan yang bagus dalam budidaya udang vaname adalah kecerahan yang diakibatkan oleh plankton, bukan dari padatan tersuspensi. Kecerahan yang diakibatkan oleh padatan tersuspensi terjadi pada budidaya vaname di tambak tanah dengan aerasi 16 Hp per hektar, semakin padat densitas tebar makin cepat terjadi air milky. Densitas fitoplankton pada tambak tanah tidak bisa berkembang dengan baik karena aktifitas fotosintesis terganggu, sinar matahari terhalang oleh partikel-partikel lumpur yang tersuspensi (Edhy et al 2009).

2.8.3 Potensial Hidrogen (pH)

Menurut Mujiman (2000), pH air tambak udang dapat berubah menjadi asam karena meningkatnya benda-benda membusuk dari sisa-sisa pakan atau yang lain. Derajat keasaman (pH) air pada sore hari biasanya lebih tinggi dari pada pagi hari karena kegiatan fotosintesis fitoplankton dalam air yang menyerap CO2

sehingga menjadi sedikit, sedangkan di pagi hari CO2 banyak sebagai hasil dari kegiatan pernapasan binatang maupun fitoplankton dan juga pembusukan di dalam air. Haliman dan Adijaya (2005) menyatakan bahwa kisaran nilai pH yang ideal untuk pertumbuhan udang adalah 7,5 – 8,5 sedangkan berdasarkan SNI 01- 7246 - 2006 adalah 7,5 – 8,5.

2.8.4 Saliniatas

Menurut Boyd (1996), udang sebenarnya termasuk hewan euryhalin yaitu hewan yang menyesuaikan diri terhadap rentang kadar garam yang lebar. Namun karena dibudidayakan secara komersial, rentang kadar garam optimal perlu

(26)

dipertahankan. Pada rentang kadar garam optimal (12–20 ppt) energi yang digunakan untuk mengatur keseimbangan kepekatan cairan tubuh dan air tambak (Osmoregulasi) cukup rendah sehingga sebagian besar energi asal pakan dapat digunakan untuk pertumbuhan.

Menurut Sulistinarto (2008), salinitas merupakan parameter air yang penting bagi udang meskipun pengaruhnya tidak spontan seperti halnya oksigen.

Udang dapat hidup pada salinitas air antara 5-40 ppt. Salinitas yang optimal untuk pertumbuhan udang adalah 15-25 ppt. Meskipun udang merupakan biota euryhaline namun pertumbuhannya akan terlambat apabila dipelihara pada salinitas lebih rendah atau lebih tinggi dari kadar optimal dalam waktu yang lama.

Pengukuran salinitas air dilakukan satu kali sehari yaitu pada siang hari bersamaan dengan pengukuran oksigen (siang hari) dengan menggunakan refraktometer.

(27)

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan pada tanggal 14 Januari - 14 Mei 2019 di Tambak Intensif Mitra CP Prima Pasuruan Jawa Timur..

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan selama pemeliharaan Udang Vaname di Tambak Intensif Mitra CP Prima Pasuruan Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Jenis alat, spesifikasi dan kegunaan alat yang digunakan di Tambak

Intensif

No Alat Spesifik Kegunaan

1 Anco 60 cm x 60 cm Pengontrol pakan dan kesehatan udang

2 Ember 15 Liter Tempat pakan dan pengaporitan

3 Genset 1520 kw Sumber listrik

4 Handrefractometer ketelitian ppt Pengukur salinitas

5 Jala lempar 2,5 meter Pengambil sampel udang

6 Jaring 5 m Memanen udang

7 Keranjang / Basket 25 kg Tempat udang

8 Kincir 0,5 dan 1 HP Penyuplai oksigen

9 Patok, obeng, palu, dankabel 1 set Alat bantu dalam setting kincir

10 pH meter 1 unit Pengukur pH air tambak

11 Pipa Paralon 2 inci Pendistribusi air dari tandon ke petakan

12 Pompa 8 inci Pengisian dan pengeluaran air

13 Botol sampel 200 ml Mengambil sampel air kolam tambak

14 Timbangan digital 1 unit Alat menimbang udang saat sampling

15 Tambak 500 dan 750 m2 Wadah budidaya

16 Gelas ukur plastik 1000 ml Menakar zat dalam bentuk cair

17 Secchi disk Cm Mengukur kecerahan

18 Baskom 7 unit Menebar benur

19 Thermomether ketelitian oc Mengukur suhu

20 Gerobak 1 unit Mengangkut hasil panen

Sumber: Mitra CP Prima Pasuruan Jawa Timur.

(28)

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan selama pemeliharaan udang vaname di tambak semi intensif Mitra CP Prima Pasuruan Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Jenis bahan, spesfikasi dan kegunaan bahan yang digunakan di Tambak Intensif.

No Bahan Spesifikasi Kegunaan

1 Kapur kaptan (CaCO3)

Padat (0,5-2

ppm) Menetralkan pH air

2 Pakan buatan Crumble/pellet Sebagai sumber protein udang 3 Probiotik(Super

NB)

Cair (0,2-1 ppm)

Menguraikan bahan organik pada tambak dan memperbaiki kualitas

air

4

Vit B kompleks dan Vit C, Omega

protein, Natural mikro mineral

Padat (5-10 g) Sebagai suplay nutrisi dan memperbaiki kualitas pakan

5 Udang vaname Pl 9-11 Organisme yang di budidayakan

6 Tissue Lipat Membersihkan peralatan

7 Dedak Padat Sebagai makanan bakteri

8 Ragi tape dan roti Padat Sebagai bahan pembuatan fermentasi dedak Sumber: Mitra CP Prima Pasuruan Jawa Timur.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui metode observasi dan metode wawancara.

Metode observasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data di lapangan secara langsung dan ikut berperan aktif dalam kegiatan budidaya udang vannam, Sedangkan metode wawancara dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan teknisi atau pembimbing lapangan dan studi pustaka yang relevan dengan kegiatan praktek di lapangan khususnya teknik budidaya udang vaname.

(29)

3.4 Metode pelaksanaan

Pengelolaan tambak adalah langkah awal dalam melakukan budidaya udang vaname. Dalam persiapan wadah ada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu pengeringan, permbersihan wadah, perbaikan konstruksi, pengisian air dan pengaturan kincir.

NO KEGIATAN STANDAR

1 Pengeringan Tambak Lumpur Kering

2 Pembersihan Tambak Dasar bersih

3 Perbaikan Konstruksi Selesai

4 Pengisian Air 120 cm

5 Pengaturan Kincir Sesuai kebutuhan

6 Sterilisasi Air

Cupri Sulfat (Alkali total/100) + 0,5

Crustacide 1 - 1,5 ppm

Kaporit 20 ppm

7 Pembentukan Plankto

Fermentasi Dedak 1 ppm

Super NB 0,5 ppm - 1 ppm

Sumber : SOP Central Proteina Prima 3.4.1 Pengeringan tambak

Pengeringan bertujuan untuk memutuskan siklus hidup organisme patogen yang terdapat pada wadah dan mempercepat penguapan zat zat beracun yang terdapat pada tambak. Tambak dikatakan kering apabila kelekap dan lumut mulai terkelupas atau terbuka pada tambak. Adapun tahapan dalam melakukan pengeringan yaitu :

a. Penutup pipa pembuangan dan pipa pengeluaran dibuka b. Air yang ditambak dikeluarkan secara keseluruhan c. Tambak terpal dikeringkan selama 3-5 hari

d. Kotoran yang kering terlebih dahulu dibersihkan menggunakan sapu e. Kotoran dikumpulkan dan dibuang

(30)

3.4.2 Pembersihan tambak

Pembersihan tambak bertujuan untuk menghilangkan kotoran seperti feses, sisa pakan, dan bahan organik lainnya, agar kotoran tersebut tidak menjadi bahan organik yang berbahaya untuk organisme yang akan dibudidayakan. Tahap pembersihan tambak sebagai berikut :

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Pipa dan selang spiral dihubungkan kepompa, dan diikat mengunakan karet c. Pompa dinyalakan

d. Bagian tambak yang akan dibersihkan terlebih dahulu disiram dengan air tawar e. Tambak terpal dibersihkan menggunakan sikat dan potongan waring

f. Tambak terpal dibilas dengan cara menyiram air tawar g. Air yang tergenag disapu menuju sentral drain

3.4.3 Perbaikan kontruksi

Perbaikan konstruksi dilakukan selama satu hari bertujuan untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang terdapat pada tambak, agar layak digunakan sebagai tempat budidaya. Adapun langkah langkah dalam perbaikan konstruksi yaitu :

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Memperbaiki sarana dan prasarana tambak yang rusak

3.4.4 Pengisian air dan pengaturan kincir

Pengisian air bertujuan sebagai media dalam melakukan budidaya.

Pemasukan air dilakukan dengan dua tahap, yakni tahap pertama pemasukan air sebanyak 15% bertujuan untuk menyeleksi tambak, kemudian tahap kedua pengisian air sebanyak 85% bertujuan sebagai media budidaya. Setelah

(31)

melakukan pemasukan air, maka dilakukan pengaturan kincir. Pengaturan kincir bertujuan agar selama pemeliharaan kotoran seperti feses, sisa pakan, dan bahan organik lainnya akan berkumpul disentral drain. Berikut langkah langkah pengisian air dan pengaturan kincir.

a. Pipa pembuangan dan pipa pengeluaran ditutup b. Penutup pipa pemasukan air dibuka

c. Pompa dinyalakan d. Pengisian air dilakukan

e. Letak kincir diatur, tali dibentangkan dan diikat dipohon

3.4.5 Sterilisasi air

Sterilisasi air adalah pemberian suatu bahan tertentu yang bertujuan untuk mensterilisasikan air dari organisme crustasea, lumut, bakteri dan sebagainya.

Dalam melakukan sterilisasi dilakukan tiga tahap yaitu pemberian Cupri Sulfat, Crustacide, dan Kaporit.

Pemberian Cuprisulfat

Cuprisulfat adalah suatu bahan untuk mensterilkan air berupa bubuk atau

tepung berwarna biru yang bertujuan untuk membunuh atau mematikan bibit lumut pada media budidaya. Adapun tahapan pemebrian Cuprisulfat :

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Cuprisulfat ditimbang menggunakan timbangan pasar dengan dosis yang ditentukan

c. Cuprisulfat dicampur dengan air

d. Cuprisulfat ditebar di tambak dengan menggunakan timba

(32)

Pemberian Crustacide

Crustacide merupakan cairan bening kekuning kuningan yang bertujuan untuk mensterilkan air dari organisme crustacea dan dapat memutuskan siklus hidup virus penyebab penyakit bercak putih

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Crustacide diukur menggunakan gelas ukur plastik dengan dosis 1-1,5 ppm c. Crustacide ditebar di tambak dengan menggunakan wadah yang disediakan

Pemberian Kaporit

Pemberian kaporit bertujuan untuk membunuh atau mematikan bakteri yang merugikan dan kaporit juga dapat mengendapkan residu dari bahan sterilisasi sebelumnya. Adapun langkah langkah pada proses pemberian kaporit :

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Kaporit dimasukkan kedalam waring yang disediakan degan dosis 1-1,5 ppm c. Waring yang berisi kaporit ditarik mengelilingi tambak

3.4.6 Pembentukan Plankton

Pembentukan plankton bertujuan dalam proses pmbentukan warna air.

Dalam pembentukan plankton digunakan fermentasi dedak dan probiotik.

Pemberian Fermentasi Dedak

Fermentasi dedak bertujuan sebagai sumber nutrisi bagi pertumbuhan plankton dimana nantinya planktonlah yang akan membentuk warna yang akan berpengaruh terhadap kecerahan air. Adapun dosis untuk bahan pembuatan fermentasi dedak yaitu dedak 1kg, ragi tape dan ragi roti 15-20 gram.

(33)

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Dedak, ragi tape, dan ragi roti ditimbang dengan dosis yang ditentukan dan dicampur

c. Fermentasi dedak didiamkann selama 24 jam

d. Fermentasi dedak ditebar di tambak dengan menggunakan timba

Pemberian Probiotik (Super NB)

Probiotik merupakan mikroorganisme berupa bakteri yang menguntungkan.

Probiotik yang digunakan adalah Super NB yang bertujuan memperbaiki dan mempertahankan kualitas air, menguraikan feses, sisa pakan, dan organisme yang mati, serta menekan pertumbuhan bakteri yang merugikan. Langkah langkah pemberian probiotik sebagai berikut :

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Super NB diukur menggunakan gelas ukur plastik

c. Super NB ditebar di tambak menggunakan wadah yang sudah disiapkan.

3.5 Parameter yang Diamati dan Analisis Data 3.5.1 Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dalam budidaya udang vaname di tambak intensif yaitu:

a. Suhu, Kecerahan, pH, Salinitas

b. Feed Convertion Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara total pakan yang telah diberikan dengan biomassa atau berat udang yang dipanen.

c. Survival Rate (SR%) merupakan indeks kelulusan hidupan udang dari mulai awal udang ditebar hingga udang dipanen.

d. Biomassamerupakan berat keseluruhan udang yang dibudidayakan.

(34)

e.

Average Body Weight (ABW)

adalah berat rata-rata udang dalam suatu populasi udang pada periode tertentu.

3.5.2 Analisis Data

a. Feed Convertion Ratio (FCR) (SOP Central Proteina Prima)

𝐹𝐶𝑅 =

total pakan (kg)

total biomassa ... (3.1)

b. Survival Rate (SR%) (SOP Central Proteina Prima)

𝑆𝑅% =

jumlah udang yang dipanen

jumlah udang yang ditebar

x 100 ... (3.2)

c. Biomassa (SOP Central Proteina Prima)

Biomassa (kg) =

ABW (gr)x Populasi (ekor)

1000

... (3.3)

d. Average Body Weight (ABW) (SOP Central Proteina Prima) ABW

=

Berat udang sampling (gr)

jumlah udang

... (3.4)

e. Kualitas Air

Hasil atau data yang diperoleh disusun dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif.

Gambar

Gambar 2.1 Morfologi udang vaname (Data PKPM)
Tabel 3.2  Jenis bahan, spesfikasi dan kegunaan bahan yang digunakan di Tambak  Intensif

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “ Pemberian astaxanthin dan vitamin

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua limpahan rahmat, hidayah, dan taufiknya sehingga penulis diberi kesempatan untuk dapat

Manajemen pakan dalam budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) dilakukan secara intensif merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan baik dari segi penentuan jenis

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi hasil

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas berkat limpahan rahmat, hidayah, kesempatan serta kemudahan dalam menjalankan

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Esa atas limpahan rahmat serta karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapang tentang Teknik Pembsaran Udang

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga laporan Praktek Kerja Lapang tentang Teknik Pemeliharaan Induk

Dalam kegiatan budidaya udang vaname di tambak intensif salah satu hal yang penting diperhatikan yaitu pengelolaan kualitas air, dimana pengelolaan kualitas air