• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMENPEMBERIAN PAKAN BUATAN PADA PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK SEMI INTENSIF PT. MINA REJEKI JEMBER, JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MANAJEMENPEMBERIAN PAKAN BUATAN PADA PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK SEMI INTENSIF PT. MINA REJEKI JEMBER, JAWA TIMUR"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMENPEMBERIAN PAKAN BUATAN PADA PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK SEMI INTENSIF PT. MINA REJEKI JEMBER ,

JAWA TIMUR

TUGAS AKHIR

MASWALIADI 1622010037

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN

PANGKEP

2019

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan di sebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, 2019 Yang menyatakan,

Maswaliadi

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis masih diberi kesehatan, kesempatan dan setitik ilmu untuk menyelesaikan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) serta menyusun Tugas Akhir dengan judul “Manajemen Pemberian Pakan Buatan Pada Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) di Tambak Semi Intensif Pt. Mina Rejeki Jember, Jawa Timur” sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, Nabi pembawa rahmat bagi segenap alam dan sebagai contoh suri teladan bagi umat manusia..

Dalam penyusunan Tugas Akhirini, Penulis telah banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, olehnya itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1) Bapak Rusli, S.Pi., M.Si selaku pembimbing pertama dan Ir. Alimuddin, M.Si selaku anggota pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi dan memberi arahan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

2) Maslan Selaku Pembimbing Lapangan atas bantuan berupa pengetahuan kepada penulis selama praktek.

3) Bapak Ardiansyah, S.Pi., M.Biotech. ST.,Ph.D selaku ketua jurusan Budidaya Perikanan

(6)

4) Bapak Dr. Ir. Darmawan, MP. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

5) Seluruh staf pengajar baik Dosen, Pegawai dan Teknisi Jurusan Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep yang telah membekali ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan di jurusan Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

6) Terkhusus kepada kedua Orang Tua penulis ayahanda dan ibunda tercinta atas segala dukungan, motivasi, bimbingan dan pengorbanan serta doa yang tiada hentinya untuk keberhasilan dan kesuksesan penulis dalam menempuh dunia pendidikan.

7) Rekan-rekan seperjuangan di Lembaga Kemahasiswaan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

8) Rekan-rekan angkatan XXIX jurusanBudidaya Perikanan yang telah berjuang bersama dalam meraih cita-cita.

9) Serta semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu dibutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dimasa mendatang.Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terima kasih.

Pangkep, 2019

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN ...ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...iii

HALAMAN PERNYATAAN ...iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ...xi

ABSTRAK ...xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Tujuan dan Kegunaan ...2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Aspek Biologi ...3

2.1.1 Klasifikasi ...3

2.1.2 Morfologi ...3

2.1.3 Moulting ...4

2.1.4 Habitat dan Daur Hidup ...5

2.1.5Penyebaran ...6

2.1.6 Makan dan Kebiasaan Makan...6

2.2 Kualitas Benur ...7

2.3 Pakan Buatan ...7

2.4 Sifat Fisik Pakan Buatan ...8

2.4.1 Water Stability Pakan ...8

2.4.2 Aroma dan Rasa Pakan ...8

2.5 Kandungan Gizi Pakan Buatan ...9

2.5.1 Protein ...9

2.5.2 Lemak ...9

2.5.3 Karbohidrat ...10

(8)

2.5.4 Vitamin ...10

2.5.5 Mineral ...10

2.6 Manajemen Pemberian Pakan...11

2.6.1 Ukuran dan Jumlah Pakan ...11

2.6.2 Frekuensi Pemberian Pakan ...12

2.6.3 Waktu Pemberian Pakan ...13

2.6.4 Cara Pemberian Pakan ...14

2.7 Feed Convertion Ratio (FCR)...14

BAB III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ...15

3.2 Metode Pengumpulan Data...15

3.2.1 Metode Observasi ...15

3.2.2 Metode Partisipasi Aktif ...15

3.2.3 Metode Wawanca ...15

3.2.4 Studi Literatur ...15

3.3 Alat dan Bahan ...16

3.3.1 Alat ...16

3.3.2 Bahan ...16

3.4 Metode Pelaksanaan ...16

3.4.1 Pengkayaan Pakan ...16

3.4.2 Pemberian Pakan ...17

3.4.3 Pengontrolan Anco ...17

3.4.4 Sampling Pertumbuhan...17

3.4.5 Panen Parsial ...18

3.4.6 Panen Total ...18

3.5 Parameter yang Diamati dan Analisis Data ...19

3.5.1 Parameter yang Diamati ...19

3.5.2 Analisis data ...19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemberian Pakan ...22

4.2 Pertumbuhan ...23

(9)

4.3 Panen...25 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ...28 5.2 Saran ...28 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel.3.1Alat yang Digunakan Selama Pemeliharaan Udang Vaname

pada tambak Semi Intensif... ... 16 Tabel.3.2Bahan yang Digunakan Selama PemeliharaanUdang Vaname

pada Tambak Semi Intensif... ... 16 Tabel.4.1. Program Pemberian Pakan Udang Vaname Metode Blind

Feedingpada Tambak Semi Intesif ... 22 Tabel.4.2. Program Pengaturan Pakan berdasarkan hasil cek anco di

tambak Semi Intensif ... 23 Tabel.4.3. Hasil Sampling Selama Pemeliharaan Udang Pada tamnbak Semi

Intensif. ... 25 Tabel.4.4.Hasil Panen Udang Vaname pada tambak semi intensif... 25

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 2.1. Morfologi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) ...4 Gambar 4.1. Grafik Pertumbuhan Udang Vaname ...24

(12)

DAFTAR LAMPRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1. Perogram Pemberian pakan Udang Vaname. ...31

Lampiran 2. Tabel Pemberian Pakan harian ...32

Lampiran 3. Kandungan nutrisi pakan buatan ...39

Lampiran 4. Hasil panen ...40

Lampiran 5 Bahan Pengkayaan pakan. ...41

Lampiran 6. Manajemen Pemberian Pakan ...42

(13)

ABSTRAK

Maswaliadi, 1622010037. Manajemen Pemberian Pakan Buatan Pada Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeues vanamai) di Tambak Semi Intensif PT.Mina Rejeki Jember, Jawa Timur dibimbing oleh Rusli dan Alimuddin

Budidaya udang vanamei merupakan opsi yang diusulkan pemerintah sebagai komuditas pengganti udang windu (Panaeus monodon ). Alasanya adalah bahawa dalam rangka memperkaya jenis dan variatas udang lokal. Serta meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejatraan petani ikan dipandang perlu mengintroduksi udang vaname (Litopenaeues vanamai) sebagain udang variatas udang unggul.

Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini yaitu untuk mengetahui teknik pembesaran udang vaname dalam tambak budidaya secara semi intensif serta pengelolaan kualitas air dan permasalahan yang rimbul selama kegiatan budidaya berlangsung. Metode kerja yang digunakan dalam peraktek kerja lapang ini adalah metode deskriptif dengan pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder.

Kegiatan manajemen pemberian pakan buatan pada pembesaran udang vaname (Litopenaeues vanamai) di tambak semi intensif PT.Mina Rejeki Jember, Jawa Timur yaitu program pemberian pakan (cara, frekuensi,dosis, pengontrolan anco) sampling pertumbuhan dan panen . Hasil panen yang didapatkan dengan lama pemeliharaan 130 hari yaitu biomassa udang yang dihasilkan sebanyak 1.211 dengan tingkat kelangsungan hidup 98% serta nilai FCR yang di dapat 1,32 Kata kunci : Udang vaname, Pakan.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) adalah udang introduksi Indonesia yang berasal dari Amerika Latin dan mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2001, Petambak Indonesia pada umumnya membudidayakan udang windu namun dengan adanya masalah masalah yang timbul seperti kendala biaya produksi yang tinggi dan rentannya udang ini terhadap penyakit, maka para petambak mencoba untuk membudidayakan udang lain sebagai pengganti udang windu. sehingga saat ini petambak indonesia beralih ke udang vaname (L. vannamei) disamping pertumbuhannya cepat udang vaname (L. vannamei) juga memiliki daya toleransi terhadap perubahan kualitas air yang luas dan tahan terhadap penyakit .

Pemeliharaan secara intensif ini pada prinsipnya menggunakan beberapa input produksi seperti :Kincir sebagai suplai oksigen, pengelolaan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit selama masa pemeliharaan dilaksanakan dalam kurun waktu sekitar 3-4 bulan. Selain itu input produksi yang tidak kalah penting dan merupakan faktor pembatas dalam pemeliharaan adalah pengelolaan pakanyang terdiri dari aplikasi probiotik dan Pemberian Pakan buatan.Pada budidaya intensif dengan padat tebar yang tinggi menuntut jumlah pakan yang besar, pakan buatan merupakan input utama yang diberikan agar pertumbuhan udang optimal. Pemberian pakan yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan udang terganggu, sehingga produksi tidak maksimal. Namun jika terjadi pemberian pakan yang berlebih, pakan yang tidak dikomsumsi oleh udang dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Primavera (1994) dalam Goddard (1996) menyatakan bahwa lebih kurang 15% pakan tambahan yang diberikan kepada

(15)

udang tidak terkomsumsi, selanjutnya 20% dari 85% pakan yang terkomsumsi akan terbuang melalui kotoran, penurunan kualitas air dapat menyebabkan udang menjadi stress dan kematian pada udang.

Manajemen Pemberian pakan pada pembesaran udang vaname meliputi:

pemilihan jenis pakan, program pemberian pakan, pemberian pakan, waktu pemberian pakan, kontrol anco, dan penyimpanan pakan dimaksudkan untuk mempercepat laju pertumbuhan dan mempertahan tingkat kelangsungan hidup pada Pembesaran udang vaname sehingga didapatkan pemberian pakan yang sesuai dengan dosis dan jenis pakan yang berkualitas baik. Manajemen dilaksanakan agar waktu yang dibutuhkan untuk panen udang vaname ukuran konsumsi dari waktu penebaran benih di awal pemeliharaan berada dalam kurun waktu yang tidak lama sehingga menghasilkan keuntungan yang memadai.

Berdasarkan uraiantersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) di PT Mina Rejeki Jember, Jawa Timur dengan judul Tugas Akhir “Manajemen pemberian pakan buatan pada pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei)

1.2Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penulisan Tugas Akhir adalah memperkuat penguasaan teknik, tentang manajemen pemberian pemberian pakan udang vaname (Litopenaeus vannamei).

Kegunaan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memperluas wawasan, kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarya di masyarakat kelak khususnya mengenai manajemen manajemen pemberian pemberian pakan udang vaname (Litopenaeus vannamei)

(16)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aspek Biologi 2.1.1 Klasifikasi

Menurut Holthuis (1980), pemberian nama ilmiah udang vaname pertama kali dilakukan oleh Boone pada tahun 1931 dengan klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metazoa

Filum : Arthropoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Malacostraca

Subkelas : Eumalacostraca

Subordo : Eucarida

Ordo : Decapoda

Subordo : Dendrobrachiata

Famili : Penaeidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vanameBoone 1931 2.1.2 Morfologi

Menurut Wyban dan Sweeny (1991), vanamei secara morfologis dapat dibedakan dalam dua bagian yaitu bagian kepala yang menyatu dengan dada disebut chepalotorax dan bagian belakang bagian perut disebut abdomen. Pada bagian kepala terdapat mata majemuk yang bertangkai, rostrum, dimana gerigi rostrum pada bagian atas biasanya terdiri dari sembilan buah dan bagian bawah terdiri dari tiga buah dan dilengkapi pula dengan sepasang antena yang panjang.

(17)

Pada bagian perut terdapat lima pasang kaki renang (pleopoda) yang terletak di masing-masing ruas, sedangkan pada ruas keenam terdapat kaki renang yang telah berubah bentuk menjadi kipas (uropoda) yang ujungnya membentuk ujung ekor yang disebut dengan telson dan di bawahnya terdapat lubang dubur (anus). Alat kelamin jantan disebut petasma, yang terletak di antara kaki renang pertama, sedangkan alat kelamin udang betina disebut thelicum yang terletak antara kaki jalan dan kaki renang. Morfologi udang vanname serta bagian organ tubuhnya dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Morfologi Udang Vaname (Litopenaeusvannamei) 2.1.3 Moulting

Genus pannaeid mengalami pergantian kulit (moulting) secara periodik untuk tumbuh termasuk udang vaname. Proses moulting bergantung dari jenis dan umur udang. Saat udang masih kecil (fase tebar atau PL 12), proses moulting terjadi setiap hari dengan bertambahnya umur, siklus moulting semakin lama antara 7-20 hari. Umumnya moulting terjadi pada malam hari, bila akan moulting udang vaname sering muncul ke permukaan sambil meloncat-loncat. Gerakan ini bertujuan untung membantu melonggarkan kulit luar udang dari tubuhnya, pada saat moulting berlangsung otot perut melentur, kepala membengkak dan kulit luar

(18)

bagian perut melunak, dengan sekali hentakan kulit luar udang terlepas (Haliman dan Adiwijaya, 2005).

2.1.4 Habitat dan Daur Hidup

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) adalah jenis udang laut yang habitat aslinya di daerah dasar dengan kedalaman 72 meter. Udang vaname (Litopenaeus vannamei) ini dapat ditemukan di perairan atau lautan pasifik mulai dari Mexico, Amerika Tengah dan Selatan. Habitat udang berbeda-beda tergantung dari jenis dan persyaratan hidup dari tingkatan-tingkatan dalam daur hidupnya. Pada umumnya udang bersifat bentis dan hidup pada permukaan dasar laut. Adapun habitat yang disukai oleh udang adalah dasar laut yang lumer (soft) yang biasanya campuran lumpur dan pasir (Haliman dan Adiwijaya, 2005).

Udang ini menyukai daerah yang dasar perairannya berlumpur. Sifat hidup dari udang vaname adalah catadromous atau dua lingkungan, dimana udang dewasa akan memijah di laut terbuka. Setelah menetas, larva dan yuwana udang vaname akan bermigrasi kedaerah pesisir pantai atau mangrove yang biasa disebut daerah estuarine tempat nurseri groundnya, dan setelah dewasa akan bermigrasi kembali ke laut untuk melakukan kegiatan pemijahan seperti pematangan gonad (maturasi) dan perkawinan (Wyban dan Sweeney 1991).

Menurut Haliman dan Adiwijaya (2005), perkembangan siklus hidup udang vaname (Litopenaeus vannamei) adalah dari pembuahan telur berkembang menjadi nauplius, mysis, post larva, juvenil dan terakhir berkembang menjadi udang dewasa. Udang dewasa memijah secara aseksual di air laut dalam. Masuk ke stadia larva dari stadia naupli sampai pada stadia juvenil brpindah ke perairan yang lebih dangkal dimana terdapat banyak vegetasi yang dapat berfungsi sebagai

(19)

tmpat pemeliharaan. Setelah menjadi remaja, mereka kembali ke laut lepas menjadi dewasa dan siklus hidup berlanjut kembali.

2.1.5 Penyebaran

Penyebaran dan habitat udang berbeda-beda tergantung dari persyaratan hidup dari tingkatan-tingkatan dalam daur hidupnya.Pada umumnya udang bersifat bentis dan hidup pada permukaan dasar laut. Adapun habitat yang disukai oleh udang adalah dasar laut yang lumer (soft) yang biasanya campuran antara lumpur dan pasir (Haliman dan Adijaya 2005).

Penyebaran udang vaname meliputi wilayah Pasifik Barat, Teluk Meksiko, Panama, Peru, dan Ekuador. Sampai saat ini udang vanamei paling banyak dibudidayakan di negara-negara sekitar Teluk Meksiko, Amerika Serikat bagian Selatan seperti Florida, Texas, Georgia, dan Carolina Selatan. Di Asia jenis udang vaname banyak dibudidayakan di Taiwan, Thailand dan Indonesia.

(Tricahyo 1995).

2.1.6 Makan dan Kebiasaan Makan

Udang termasuk golongan omnivora atau pemakan segala, beberapa sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), phytoplankton, copepoda, polycaeta, larva kerang dan lumut. Pada udang vanamei pakan dicari dan diidentifikasi dengan menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran oleh bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus (setea). Organ sensor ini terpusat pada ujung anterior antenulla, bagian mulut, capit, antena dan maxilliped.

Adanya sinyal kimiawi yang ditangkap, udang akan merspon untuk mendekati atau menjauhi sumber pakan. Bila pakan mengandung senyawa organik (asam

(20)

amino) dan lemak maka udang meresponnya dengan caramendekati sumber pakan tersebut (Soleha, 2006).

2.2 Kualitas Benur

Kualitas benur memang berperan penting dalam keberhasilan budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) karena akan menentukan kualitas setelah dipanen, Bila kualitas bnurnya bagus kemungkinan hasil panennya juga bagus.

Benur yang akan dibudidayakan harus dipilih yang terlihat sehat. Kriteria benur yang sehat dapat diketahui dengan melakukan observasi berdasarkan pengujian mikroskopik dan ketahanan benur,.hal tersebut dapat dilihat dari warna, ukuran, tubuh bersih dari organisme parasit dan patogen, tidak cacat tubuh, tidak pucat, gesit, merespon cahaya, bergerak aktif dan menyebar didalam wadah (Haliman dan Adijaya, 2005).

2.3 Pakan Buatan

Pakan buatan (Artifical feed) adalah pakan yang sengaja dibuat dan disiapkan. Pakan ini terdiri dari ramuan beberapa bahan baku yan kemudian diproses lebih lanjut sehingga bentuknya berubah bentuk aslinya. Bahan baku pakan buatan sebaiknya harus memenuhi beberapa kriteria yaitu; (1) mempunyai nilai gizi yang tinggi terutama protein sesuai kebutuhan, (2) pakan mudah dicerna dan diameter pakan harus lebih kecil dari ukuran mulut ikan, (3) kandungan nutrisi pakan mudah diserap tubuh serta memiliki rasa yang disukai udang yang dibudidayakan dan tingkat efektifitasnya tinggi (Mudjiman dan Suyanto, 2004).

Pada umumnya pakan yang diberikan untuk udang berupa pakan buatan dengan jenis crumble dan pellet dan dapat diberikan jenis pakan tambahan lainnya (pakan segar) (Kordi, 2006)

(21)

2.4 Sifat Fisik Pakan Buatan 2.4.1 Water Stability Pakan

Stabilitas pakan atau ketahanan pakan dalam air mutlak dimiliki oleh suatu pakan mengingat sifat biologis udang yang mengonsumsi makanan secara lambat dan terus menerus.

Stabilitas pakan dalam air merupakan faktor penting dalam menentukan efisiensi pakan secara langsung dapat mempengaruhi tingkat rasio konversi pakan.

Pakan yang tidak stabil dan cepat terurai dalam air merupakan pemborosan dan dapat menimbulkan pencemaran air yang akhirnya menurunkan kualitas air dalam tambak (Harris,1985dalam Naharuddin, 2008).

Sifat pakan udang yang berbeda dari udang menuntut adanya tarik dan kestabilan pakan yang baik agar pakan dapat dimanfaatkan secara baik dan efisien sebelum larut atau terurai dalam air (Mokoginta, 1988dalam Naharuddin, 2008).

Selanjutnya dikatakan, Larutnya pakan dalam air sebelum dimanfaatkan oleh udang akan berakibat terhadap kualitas air namun kehilangan sebagian kecil nutrien dalam waktu perendaman tertentu masih belum dapat mempengaruhi pertumbuhan udang.

2.4.2 Aroma dan Rasa Pakan

Suatu pakan dengan kandungan nutrien yang cukup tinggi dan seimbang akan menjadi tidak berarti apabila tidak dimakan oleh udang. Oleh karena pakan tidak mengalami aroma dan rasa yang disukai oleh udang (Akiyamadalam Heriansyah,1995).

Selanjutnya dikatakan, Bahwa attractan sebagai sumber aroma dapat keluar dari pellet yang kemudian ditangkap melalui Chemoreceptor yang terdapat

(22)

diseluruh bagian tubuh udang. Pakan yang memiliki aroma baik akan menarik udang untuk menghampirinya dan rasa yang disukai oleh udang sehingga akan terus memakannya tanpa rasa terganggu.

2.5 Kandungan Gizi Pakan Buatan

2.5.1 Protein

Protein penting untuk memfungsikan jaringan secara normal, untuk memelihara dan memperbaiki protein tubuh serta untuk pertumbuhan udang.

Kebutuhan protein tersebut sekitar 2-3 kali lebih tinggi daripada kandungan nutrisi dari mamalia (Mudjiman dan Suyanto, 2004).

Selanjutnya dikatakan, kebutuhan protein udang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu air, tingkat pemberian pakan, keberadaan dan kualitas pakan alami serta kandungan energi yang dapat dicerna pada pakan terutama protein yang lebih rendah (25-30%) dari udang yang dibudidayakan di sub tropis (30-40%).

Selanjutnya dikatakan,Udang membutuhkan makanan yang mengandung protein dalam kisaran yang berbeda-beda, biasanya antara 20-60% sedangkan kebutuhan optimum berkisar antara 30-60%. Dimana protein tersebut didasarkan dari tumbuhan (protein nabati) dan protein hewani.

2.5.2 Lemak

Lemak adalah gugus ester pada gliserol dan merupakan energi yang disimpan oleh hewan. Lemak mempunyai fungsi utama, yakni sebagai sumber energi dan asam lemak selain itu juga sebagai pelarut beberapa vitamin.

Kandungan lemak pada pakan udang berkisar antara 4-18%. Kadar lemak

(23)

berlebihan dalam pakan dapat berpengaruh buruk terhadap kualitas pakan hal ini disebabkan karena lemak lebih mudah teroksidasi dengan udara (Mudjiman dan Suyanto,2004).

2.5.3 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan energi yang paling murah dalam pakan dibandingkan dengan sumber nutrisi lainnya. Karbohidrat nutrisi yang tahan lama didalam air, kandungan karbohidrat yang diperlukan oleh udang berkisar 10-50%

(Mudjiman dan Suyanto, 2004).

2.5.4 Vitamin

Vitamin secara umum dikenal sebagai senyawa organik yang diperlukan dalam jumlah sedikit, tetapi sangat penting artinya untuk perbaikan, pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan udang. Beberapa jenis vitamin yang dibutuhkan udang antara lain; vitamin A, vitamin D3, vitamin E, vitamin K, vitamin B1, vitamin B12 dan vitamin C (Amri dan Kanna ,2008).

2.5.5 Mineral

Mineral merupakan bahan anorganik yang dibutuhkan udang dalam jumlah yang sedikit, tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting. Berbagai proses didalam tubuh memerlukan zat-zat mineral. Fungsi utama mineral adalah sebagai komponen utama dalam struktur gigi dan tulang eksoskeleton, menjaga keseimbangan asam basa serta menjaga keseimbangan tekanan osmosis dengan lingkungan perairan (Kordi ,2006).

Selanjutnya dikatakan, kebutuhan mineral bagi udang dan ikan sangat tergantung pada konsentrasi air tempat budidaya. Udang memerlukan mineral

(24)

tertentu untuk ganti kulit karena selama ganti kulit, ekseskeleton yang banyak mengandung mineral.

Selanjutnya dikatakan, penambahan mineral dalam pakan yang berlebih justru akan berakibat negatif bagi pertumbuhan udang budidaya karna dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan. Gejala defisiensi mineral pada umumnya tidak disebabkan oleh kadarnya yang rendah tetapi lebih sering terjadi karena ketidakseimbangan antara mineral dan nutrisi lainnya.

2.6 Manajemen Pemberian Pakan

Menurut Kordi (2010),pemberian pakan buatan dapat diberikan mulai sejak benur ditebar hingga udang siap panen. Namun, ukuran dan jumlah pakan yang diberikan harus dilakukan secara cermat dan tepat sehingga udang tidak mengalami kekurangan pakan (under feeding) atau kelebihan pakan (over feeding).

Under feeding bisa menyebabkan pertumbuhan udang menjadi lambat, ukuran udang tidak seragam, tubuh tampak keropos dan timbul kanibalisme.

Sementara over feeding bisa menyebabkan kualitas ait tambak menjadi jelek (Kordi 2010).

2.6.1 Ukuran dan Jumlah Pakan

Menurut Suyanto dan Mujiman (1989), untuk pakan buatan pabrik diberi nomor sesuai dengan ukuran dan besarnya udang yang diberikan pakan.

Pakan No. 1 (Starter I), ukuran panjang 0,8 mm, diameter 0,3 mm diberikan pada saat benur ditebar sampai umur 30 hari di tambak.

Pakan No. 2 (Starter II), ukuran panjang 1,7 mm, diameter 0,5 mm diberikan setelah udang kecil umur 30 hari dengan beratnya 4−9 gram/ekor.

(25)

Pakan No. 3 (Grower I), ukuran panjang 1,5−2,5 mm, diameter 2 mm diberikan untuk udang muda setelah umur 50 hari dengan berat badan udang 9−15 gram/ekor.

Pakan No. 4 (Grower II), ukuran panjang 4−6 mm, diameter 2 mm., untuk udang setelah di tambak 70 hari dengan berat badan 15−20 gram/ekor.

Pakan No. 5 (Finisher), ukuran panjang 8−10 mm, diameter 2,3−2,6 mm, untuk udang dewasa yaitu setelah di tambak 90 hari.

Jumlah pakan adalah porsi atau banyaknya pakan yang dibutuhkan dan harus diberikan pada udang budidaya. Biasanya dihitung dalam persen (%) per hari berat (bobot) keseluruhan jumlah udang dalam wadah budidaya (tambak, keramba, KJA dan lain-lain). Persentase pakan untuk udang harus benar-benar diperhatikan, jangan hanya terpaku pada satu patokan saja. Patokan yang ada kadang tidak terlalu tepat, karena setiap jenis udang pada umur atau ukuran tertentu membutuhkan jumlah atau porsi pakan berbeda-beda (Suyanto dan Mujiman 1989).

2.6.2 Frekuensi Pemberian Pakan

Pakan yang dikonsumsi udang secara normal akan diproses selama 3-4 jam setelah pakan tersebut dikonsumsi, kemudian sisanya dikeluarkan sebagai kotoran. Dengan pertimbangan waktu biologis tersebut, pemberian pakan dapat dilakukan pada interval tertentu. Frekuensi pemberian pakan pada udang kecil cukup 2−3 kali sehari karena masih mengandalkan pakan alami. Setelah terbiasa dengan pakan buatan berbentuk pelet, frekuensi pemberian pakan dapat ditambahkan menjadi 4−6 kali sehari pada pukul 04.00, 08.00, 12.00, 16.00, 20.00 dan 24.00 dengan interval waktu tersebut dilakukan atas pertimbangan kondisi

(26)

oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO) di tambak yang masih bagus. Hal ini akan berpengaruh terhadap proses metabolisme di dalam tubuh udang (Haliman dan Adijaya 2005).

Saat pemberian pakan, sebaiknya kincir air dimatikan untuk menghindari terbawanya pakan oleh arus air. Namun demikian, oleh karena kincir air berfungsi membantu ketersediaan oksigen terlarut maka saat mematikannya perlu mempertimbangkan waktu. Sebaiknya, tidak terlalu pagi karena oksigen terlarut di dalam tambak saat itu berada dalam kondisi sedikit. Hal ini dikarenakan proses fotosintesis yang dihasilkan oleh fitoplankton yang menghasilkan oksigen belum berlangsung. Bila kincir air dimatikan, dimungkinkan udang tidak mau memakan pakan karena udang kesulitan bernafas. Pakan yang diberikan pada feeding area supaya udang mudah menemukan pakan yang disebar (Haliman dan Adijaya 2005).

2.6.3 Waktu Pemberian Pakan

Menurut Kordi (2010), waktu atau saat pemberian pakan dapat dilakukan pada pagi, siang, sore dan malam hari. Hanya saja, biasanya frekuensinya yang berbeda. Pemberian pakan yang teratur dimaksudkan untuk mendisiplinkanwaktu makan udang. Namun demikian, perlu diperhatikan kebiasaan makan udang.

Karena udang adalah hewan nocturnal yakni aktif pada malam hari sehingga persentase pemberian pakan pada malam hari lebih besar dari pada siang hari.

Waktu pemberian pakan udang muda dan udang dewasa juga berbeda.

Udang dewasa mempunyai kecepatan makan yang lebih dari pada udang muda, sehingga jumlah pakan yang dibutuhkan untuk setiap stadia perkembangan udangberbeda. Oleh karena itu, dengan cara pemberian pakan yang cukup baik

(27)

kuantitas maupun kualitas serta tepat waktu, udang dapat hidup dengan baik sehingga target produksi dapat dicapai (Kordi 2010).

2.6.4 Cara Pemberian Pakan

Menurut Kordi (2010), cara pemberian pakan perlu dilakukan dengan benar agar makanan tersebut berdayaguna. Syarat terpenuhinya pemberian pakan yang baik adalah merata, yaitu diusahakan agar satu individu udang memperoleh bagian yang sama dengan individu lainnya, sehingga diharapkan pertumbuhan udang budidaya akan seragam. Untuk itu pemberian pakan harus disesuaikan dengan sifat biologis udang.

Jumlah pakan yang diberikan dilakukan dengan dua cara yaitu penebaran langsung disekeliling area tambak dan pemberian pakan yang diletakkan di dalam anco pakan (Kordi 2010).

2.7 Feed Conversion Ratio ( FCR )

FCR merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan dan jumlah daging yang dihasilkan selama budidaya.

Huet (1971) menyatakan bahwa konversi pakan dipengaruhi oleh sintasan, kepadatan, bobot individu, perbedaan persentase makanan harian, waktu dan lokasi. Semakin rendah nilai konversi pakan maka semakin baik karena sedikit jumlah makanan yang dimanfaatkan untuk meningkatkan bobot udang.

(28)

BAB III METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang telah dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari bulan Januari sampai Maret 2019 di PT. Mina Rejeki Jember, Jawa Timur.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

3.2.1 Metode Observasi

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan terhadap berbagai kegiatan operasional tentang manajemen pemberian pakan pada udang vaname

3.2.2 Metode Parsitipasi Aktif

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara mengikuti secara aktif kegiatan operasional manajemen pemberian pakan pada pembesaran udang vaname

3.2.3 Metode Wawancara

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya jawab dengan pembimbing lapangan atau teknisi mengenai kegiatan manajemen pemberian pakan pada uadang vaname

3.2.4 Studi Literatur

Cara mengumpulkan data dengan cara melakukan penulusuran melalui literatur yanng adahubungannya dengan manajemen pemberian pakan pada udang vaname.

(29)

3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat

Alat selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Alat yang Digunakan Selama Pemeliharaan Udang Vaname pada Tambak Semi Intensif.

No Alat Spesifikasi Kegunaan

1 Anco 80x80 cm Mengontrol pakan

dan kesehatan

2 Baskom Diameter 20 cm Tempat pakan

3 Jala Lempar 2 meter Memanen udang

4 Keranjang /Basket

Diameter 30, tinggi 1 meter Tempat udang 5 Timbangan

Digital

Ketelitian 0,001 kg Untukmenimbang pakan

6 Timbangan

Digital Ketelitian 0,001 g Untuk menimbang udang

7 Keranjang Tinggi 30 cm, diameter 20 Tempat sampel udang

3.3.2 Bahan

Bahan selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Bahan yang Digunakan Selama Pemeliharaan Udang Vaname pada Tambak Semi Intensif

No. Bahan Spesifikasi Kegunaan

1 Bi-klin Cair Probiotik pada pencernaan 2 Omega Protein Cair Penambah nafsu makan 3 Pakan Buatan Crumble,

pellet Sebagai pakan udang dalam proses pemeliharaan

4 Vitamin C Bubuk Meningkatkan sistem imun

3.4 Metode Pelaksanaan

3.4.1 Pengkayaan Pakan

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Pakan buatan ditimbang menggunakan timbangan digital dengan dosis tertentu.

(30)

3. Pakan buatan dicampur dengan Vitamin C, Probiotik, Omega protein dan air dengan dosis tertentu dan dihomogenkan

3.4.2 Pemberian Pakan

1. Pakan buatan ditimbang dan disimpan ke kantong plastik dengan dosis tertentu

2. Pakan buatan ditebar kepetakan di feeding area tambak dengan menggunakan serok pakan

3. Pakan buatan yang ada dikantong plastik di tebar ke anco dengan cara : a. Pakan dimasukkan ke anco.

b. Anco diturunkan secara perlahan-lahan ke petak pemeliharaan.

3.4.3.Pengontrolan Anco

1. Anco diangkat secara perlahan-lahan

2. Anco di amati untuk melihat sisa pakan dan kondisi udang.

3. Pakan buatan yang habis di anco selanjutntya diangkat dan disimpan kejembatan anco sedangkan pakan yang tidak habis diturunkan kembali secara perlahan

4. Hasil pengamatan anco dicatat ke buku monitoring

3.4.4 Sampling Pertumbuhan 1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Baskom diisi air pada petakan secukupnya

3. Udang diambil dengan menggunakan anco atau jala lempar 4. Udang disimpan ke baskom yang berisi air.

(31)

5. Timbangan analitik dihidupkan dengan cara menekan tombol ‘ON’ dan bakul plastik ditimbang lalu ditekan tombol ‘zero, sampai hasil menunjukkan angka 0

6. Udang yang ada dalam baskom dimasukkan kedalam bakul plastik lalu ditimbang dan dicatat hasilnya

7. Baskom kembali diisi air pada petakan dan udang yang ada pada bakul plastik dimasukkan kedalam baskom yang berisi air

8. Udang dihitung dan dimasukkan ke petakan tambak,

3.4.5 Panen Parsial

3. Menyiapkan alat dan bahan.

4. Pakan buatan (Pellet) ditebar kepetakan tambak

5. Udang ditangkap dengan menggunakan jala lempar dan disimpan ke keranjang bambu sampai penuh

6. Keranjang bambu yang telah penuh diangkat dan disimpan ditempat penanganan hasil panen.

3.4.6 Paanen Total

1. Alat dan bahan disiapkan,

2. Kincir dimatikan sebelum melakukan panen,

3. Udang dijala sambil pintu pengeluaran di buka dan pada pintu pengeluaran di pasangkan jaring,

4. Udang yang tertangkap pada jala dan jaring dimasukkan kedalam keranjang panen sampai terisi penuh, dan Udang dibawa ketempat penyortiran

(32)

3.5 Parameter yang Diamati dan Analisis Data 3.5.1 Parameter yang Diamati

1. Petumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran panjang dan berat udang.

2. Survival Rate (SR)

SR biasa juga disebut tingkat kelangsungan hidup merupakan persentase udang yang hidup selama kegiatan pemeliharaan.

3. Mean Body Weight (MBW)

MBW yaitu berat rata-rata udang dalam satu populasi yang terdapat dalam satu petakan.

4. Biomassa Udang

Biomassa yaitu jumlah berat total dalam satu populasi yang terdapat dalam satu petakan dinyatakan dalam satuan kg.

5. Size Udang

Size udang adalah jumlah udang yang terdapat dalam 1 kg berat udang.

6. Average Daily Growt (ADG)

Average Daily Growt(ADG) atau laju pertumbuhan harian adalah penambahan berat udang setiap harinya.

7. Feed Convertion Ratio (FCR)

Feed Convertion Ratio(FCR) adalah jumlah pakan yang dihabiskan udang untuk meningkatkan bobot tubuh .

3.5.2 Analisis Data

Data di analisis secara deskriptif. Data dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(33)

3.5.2.1 Mean Body Weight (MBW)

Menurut Haliman dan Adijaya (2005),berat rata-rata udang/ekor dapat dihitung dengan rumus :

3.5.2.2 Average Daily Growt (ADG)

Menurut Kordi (2010),ADG adalah pertambahan berat harian dalam satu periode dapat dihitung denganrumus :

ADG = MBW Sampling II (gram) – MBW Sampling I (gram) Periode Sampling (Hari)

3.5.2.3 Biomassa

Berdasarkan SOP PT. Central Proteina Prima (2016), Biomassa dapat dihitung dengan rumus :

3.5.2.4 Populasi

Berdasarkan SOP PT. Central Proteina Prima (2016), Populasi dihitung denganrumus :

3.5.2.5 Size

Berdasarkan SOP PT. Central Proteina Prima (2016), size udang per kg dihitung dengan rumus :

Size = 1000 (Gram) MBW (gram/ekor)

MBW = Berat sampel udang (gram) Jumlah sampel udang (ekor)

Biomassa = Jumlah pakan hari terakhir

%FR

Populasi = Biomassa (kg) x 1000 MBW (gram/ekor)

(34)

3.5.2.6 Feed Convertion Ratio (FCR)

Menururt Kordi (2010), FCR udang yang dihasilkan dihitung dengan rumus :

3.5.2.7 F/D (Feed / Day)

Berdasarkan SOP PT. Central Proteina Prima (2016), F/D dapat dihitung dengan rumus :

F/D

=

MBW Sampling + Target ADG X Populasi X %FR – jumlah Pakan hari terakhir

3.5.2.8 Survival Rate (SR)

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), tingkat kelangsungan hidup dapat dihitung dengan rumus :

SR = Jumlah udang yang hidup (ekor) X 100%

Jumlah Tebar (ekor) FCR = Pakan yang digunakan (kg)

Biomassa udang (kg)

Gambar

Gambar 2.1. Morfologi Udang Vaname (Litopenaeusvannamei)  2.1.3  Moulting
Tabel  3.1.  Alat  yang  Digunakan  Selama  Pemeliharaan  Udang  Vaname  pada   Tambak Semi Intensif

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan kasih, nikmat, rahmat dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan Judul

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan anugerah serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiyah berupa

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua limpahan rahmat, hidayah, dan taufiknya sehingga penulis diberi kesempatan untuk dapat

Salah satu cara untuk menekan biaya pakan adalah dengan penggunaan pakan secara efisien baik dalam pemilihan jenis, jumlah, jadwal dan cara pemberian pakan yang

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas berkat limpahan rahmat, hidayah, kesempatan serta kemudahan dalam menjalankan

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rakhmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapang yang berjudul Manajemen Kualitas Air pada

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga laporan Praktek Kerja Lapang tentang Teknik Pemeliharaan Induk