DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Perumusan Masalah ... 11
C.Tujuan Penelitian ... 12
D.Manfaat Penelitian ... 12
BAB II. KAJIAN TEORI A.Pembelajaran berbasis masalah ... 15
B.Literasi Sains ... 26
C.Kreativitas ... 34
D.Pencemaran Lingkungan ... 42
E. Penelitian yang Relevan ... 54
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A.Metode dan Desain Penelitian ... 55
B.Populasi dan Sampel Penelitian ... 56
C.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56
D.Definisi Operasional ... 57
E. Instrumen Penelitian ... 59
F. Teknik Pengumpulan Data ... 67
G.Pengolahan dan Analisis Data ... 68
H.Prosedur Penelitian ... 73
I. Alur Penelitian ... 76
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 77
1. Hasil Studi Pendahuluan ... 77
3. Peningkatan Literasi Sains Per Aspek ... 83
4. Pengaruh PBL terhadap Berpikir Kreatif ... 89
5. Peningkatan Berpikir Kreatif pada setiap Indikator ... 91
6. Hasil Tes Kreativitas Merancang & Membuat Produk ... 94
7. Respon terhadap PBL, Literasi Sains dan Kreativitas ... 106
B.Pembahasan ... 112
1. Literasi Sains dan Kreativitas masyarakat ... 112
2. Pengaruh PBL terhadap Literasi Sains ... 114
3. Pengaruh PBL terhadap Berpikir Kreatif ... 119
4. Hasil Tes Merancang & Membuat Produk... 122
5. Respon Siswa Terhadap PBL ... 124
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 126
B.Saran ... 127
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah dan konvensional .. 23
Tabel 2.2 Tingkatan Literasi Sains dalam Mencari Informasi dalam Teks ... 29
Tabel 2.3 Konteks Aplikasi Sains PISA ... 33
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 55
Tabel 3.2 Skor Penilaian Literasi Sains Siswa ... 60
Tabel 3.3 Skor Penilaian Berpikir Kreatif Siswa ... 61
Tabel 3.4 Skor Penilaian Kreativitas Membuat Rancangan Produk ... 64
Tabel 3.5 Teknik Pengumpulan Data Pembelajaran PBL ... 67
Tabel 3.6 Rekapitulasi Uji Coba Instrumen Essay ... 69
Tabel 3.7 Klasifikasi gain ... 72
Tabel 4.1 Hasil Wawancara Masyarakat ... 79
Tabel 4.2 Nilai Literasi Sains Kelas Ekperimen dan Kontrol ... 81
Tabel 4.3 Nilai Berpikir Kreatif Kelas Ekperimen dan Kontrol ... 89
Tabel 4.4 Jawaban Hasil Rancangan Produk Siswa ... 100
Tabel 4.5 Penilaian Perilaku Berpikir Kreatif Siswa ... 102
Tabel 4.6 Hasil Peningkatan Merancang Produk ... 103
Tabel 4.7 Self Assesment dan Peer Assesment ... 104
Tabel 4.8 Penilaian Presentasi Kelas Eksperimen ... 105
Tabel 4.9 Respon Siswa Terhadap PBL ... 107
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Potensi Tandan Kosong Kelapa Sawit ... 2
Gambar 1.2 Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit ... 3
Gambar 2.1 Efek Hujan Asam yang Merusak Patung ... 46
Gambar 2.2 Limbah Kelapa Sawit penyebab Pencemaran ... 48
Gambar 2.3 Skema Pengolahan Limbah Minyak Kelapa Sawit ... 54
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian ... 76
Gambar 4.1 Diagram Skor Rata-rata pretes, postes, N Gain Literasi Sains Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 83
Gambar 4.2 Peningkatan Literasi Sains Pada Aspek Konten ... 84
Gambar 4.3 Peningkatan N Gain Literasi Sains pada Aspek Konten ... 85
Gambar 4.4 Persentase Peningkatan Aspek Proses Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 86
Gambar 4.5 Persentase Perbandingan N Gain Literasi Sains pada Aspek Proses ... 87
Gambar 4.6 Literasi Sains Pada Aspek Konteks ... 89
Gambar 4.7 Diagram Skor Rata-rata Pretes, Postes dan N Gain Berpikir Kreatif Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 91
Gambar 4.8 Skor Rata-rata Peningkatan Berpikir Kreatif setiap Indikator pada Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 92
Gambar 4.9 Skor Rata-rata Peningkatan Berpikir Kreatif setiap Indikator Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 93
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A: Perangkat Pembelajaran
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 134
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 139
3. Lembar Kerja Siswa ... 143
Lampiran B: Instrumen Penelitian 1. Kisi-kisi Soal Keterampilan Berpikir Kreatif ... 145
2. Kisi-kisi Soal Literasi Sains ... 149
3. Kisi-kisi Angket dan Tanggapan Pertanyaan Siswa ... 155
4. Pertanyaan Tanggapan Siswa ... 155
5. Lembar Penilaian Presentasi ... 157
6. Lembar Self dan Peer Assesment ... 158
7. Kriteria Penilaian Produk ... 158
Lampiran C: Hasil Rekapitulasi Instrumen 1. Reabilitas Instrumen ... 159
2. Uji Normalitas, Homogenitas, dan non Parametrik pretest literasi sains ... 160
3. Uji Normalitas, Homogenitas, dan non Parametrik postest literasi sains ... 160
4. Uji Normalitas, Homogenitas, dan non Parametrik N-gain literasi sains ... 161
5. Uji Normalitas, Homogenitas, dan Independent Sample t Test Pretest Berpikir Kreatif ... 162
6. Uji Normalitas, Homogenitas, dan Independent Sample t Test Posttest Berpikir Kreatif ... 163
7. Uji Normalitas, Homogenitas, dan dan Independent Sample t Test N-gain Berpikir Kreatif ... 164
8. Nilai Pretest dan Posttest Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen ... 165
9. Nilai Pretest dan Posttest Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen ... 166
10. Perbandingan N-gain Berpikir Kreatif ... 167
11. Nilai Pretest, Postest, Literasi Sains Kelas Eksperimen ... 168
12. Nilai Pretest, Postest, Literasi Sains Kelas Kontrol ... 169
13. Perbandingan N-gain Literasi Sains ... 170
14. Perbandingan N-gain Berpikir Kreatif Setiap Soal ... 171
Lampiran D: Dokumuentasi Penelitian
1. Uji instrumen ... 173
2. Wawancara Masyarakat ... 173
3. Pretest dan Postest ... 173
4. Pembelajaran Pada Kelas Eksperimen ... 174
5. Pembelajaran Pada Kelas Kontrol ... 174
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu dihadapkan dengan berbagai macam masalah yang bisa datang dari dalam maupun dari luar individu itu sendiri. Masalah adalah suatu kondisi yang terjadi dan berbeda dengan hal yang diinginkan atau yang dituju atau yang distandarkan (Hendra, 2012). Masalah yang datang dari dalam maupun dari luar tersebut membutuhkan suatu penyelesaian masalah agar tidak menghambat perkembangan psikologi dan kehidupan nantinya. Oleh karena itu penting untuk melatih dan membiasakan seseorang untuk menyelesaikan masalah melalui kemampuan berpikir yang dimilikinya hingga menghasilkan suatu keputusan yang tepat dari masalah yang dihadapinya. Salah satu masalah yang masih sering dirasakan dan memerlukan penyelesaian masalah adalah masalah lingkungan seperti global warming, timbunan sampah, banjir dan kekeringan, yang mengganggu berbagai
aspek kehidupan.
perkebunan kelapa sawit yang terjadi di Propinsi Bangka Belitung yang bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat di Propinsi Bangka Belitung.
Bangka Belitung merupakan salah satu propinsi penghasil kelapa sawit dari propinsi lainnya. Kondisi tanah yang cocok dan lahan yang luas menjadikan Propinsi ini dapat mengembangkan perluasan lahannya untuk ditanami kelapa sawit (Widya, 2009).
Gambar 1.1 Potensi Lahan di Propinsi Bangka Belitung (Sumber: LPSE; 2012).
Kelapa sawit merupakan mata pencarian utama selain menjadi nelayan dan mencari timah, akan tetapi ketidakpahaman dan kebutuhan akan lapangan pekerjaan sebagian masyarakat menganggap hal ini menjadi masalah yang biasa. Padahal sebenarnya masalah ini akan berdampak pada kesehatan dan kerusakan lingkungan. Walaupun selama ini pemerintah sudah menetapkan peraturan mengenai tata cara mengatasi limbah kelapa sawit seperti adanya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), akan tetapi hal ini belum 100% dirasakan oleh masyarakat. Hal itu terbukti dari masih berserakannya tandan kosong di lingkungan, bau limbah cair yang menyebar pada saat pagi dan sore hari dengan BOD 240 mg/L dan COD 270 mg/L yang terindikasi tercemar, serta asap yang masih terlihat menggepul dari pabrik dan demo masyarakat di Belitung Timur mengenai tidak setujunya perluasan lahan oleh pabrik kelapa sawit merupakan bukti nyata terganggunya masyarakat (Sumber: Bangka Pos, 15 September 2011).
menjadi salah satu penyebab utama terjadinya pencemaran lingkungan. Sisa limbah tandan kosong tersebut menyebabkan bau yang menyengat serta menghambat pertumbuhan tanaman di sekitarnya diakibatkan dari lamanya penguraian limbah tersebut. Kurangnya kesadaran tersebut dapat diidentifikasi bahwa masyarakat termasuk siswa masih kurang literasi sains atau masih belum melek sains.
National Science Teacher Assosiation (Poedjiadi, 2005) mengemukakan
karena itu pentingnya bagi seorang guru untuk bisa menumbuhkan literasi sains siswa terhadap lingkungan yang nantinya siswa akan terjun ke masyarakat.
Literasi sains sangat penting untuk ditumbuhkan dalam diri siswa, ketika seseorang yang “literate” terhadap sains (melek sains) maka dia akan
menggunakan proses sains dalam pemecahan masalah, pembuatan keputusan-keputusan, dan pemahaman lebih lanjut tentang kemasyarakatan dan lingkungan. Kemampuan siswa yang masih rendah dalam bidang sains khususnya terbukti dari hasil penelitian tentang asesmen hasil belajar sains pada level internasional seperti yang diselenggarakan oleh Organizasion for Economic Co-Operation and Development (OECD) melalui Programme for International Student Assessment
(PISA). Studi ini melibatkan siswa berumur 15 tahun, dimana Indonesia pada tahun 2000 berada pada urutan 38 dari 41 negara pada kemampuan sains. Kedua, tahun 2003 Indonesia juga berada pada urutan ke 38 dari 40 negara pada kemampuan sains, dan ketiga pada tahun 2006 Indonesia berada pada urutan ke 50 pada kemampuan sains (Firman, 2007). Untuk tahun 2009 skor literasi mengalami penurunan. Jika dilihat dari skor perbandingan literasi sains, siswa Indonesia pada PISA tahun 2000, 2003, 2006, dan 2009 berturut-turut adalah 393, 395, 393 dan 383. Rerata skor dari semua negara peserta adalah 500 dengan simpangan baku 100, terlihat bahwa perolehan skor literasi sains siswa Indonesia tergolong rendah.
berkualitas yang mampu mengantar Indonesia ke posisi terkemuka, paling tidak sejajar dengan negara-negara lain baik dalam pembangunan dalam bidang ekonomi, politik, maupun sosial-budaya pada hakikatnya menuntut pengembangan kreativitas yang perlu dikenali dan dirangsang sejak dini. Jadi, didukung oleh sumber daya alam yang berlimpah seharusnya menjadikan Indonesia sebagai produsen yang tinggi dari berbagai bidang, sehingga menuntut suatu kreativitas untuk menghasilkan ide-ide yang kreatif, rancangan, atau produk agar menjadi produsen yang bisa terus bersaing dengan negara lainnya.
Pendidikan juga ikut berperan dalam melatih dan menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pendidikan diharapkan menghasilkan seorang lulusan yang tidak hanya pintar dalam kognitifnya saja, karena menurut Depdiknas (2003) pendidikan berbasis standar kompetensi yang dirumuskan menekankan kreativitas sebagai salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan. Selain itu tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat menggunakan kemampuan sainsnya berdasarkan fakta-fakta yang terjadi sampai pada penyelesaian suatu masalah. Pendidikan di sekolah lebih berorientasi pada pengembangan intelektual dibandingkan kreativitas, padahal kedua-duanya sama-sama penting.
dan produk. Dari segi pribadi diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif, disini hendaknya pendidik dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat siswanya yang berbeda-beda. Segi pendorong diharapkan bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari lingkungannya, dan dorongan kuat dalam dirinya sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu dari masalah yang ditemukan. Dari segi proses diharapkan siswa dapat melatih kreativitasnya mulai dari menemukan masalah sampai menyampaikan hasil, sedangkan dari segi produk siswa dapat menghasilkan produk dari ide-ide yang sudah dibuatnya.
masalah yang mereka temukan, literasi sains, berpikir kritis, berpikir kreatif, sampai menemukan suatu konsep agar pembelajaran bisa dirasakan lebih bermakna. Salah satu pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru untuk memperbaiki sistem pembelajaran tersebut adalah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang dimulai dengan suatu masalah, kemudian menghasilkan suatu pemecahannya. Melalui pembelajaran ini siswa secara aktif dilibatkan untuk menyelesaikan masalah yang diangkat. Hasil penelitian Jacobsen (2009) menunjukkan bahwa keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan pemahaman dan motivasi mereka dan siswa juga belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat sebagai dampak perkembangan sains dan teknologi. Selain itu aspek sains yang diajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah dalam rangka memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta menggunakan pengetahuannya untuk memahami berbagai fenomena alam dan perubahan yang terjadi pada kehidupan lingkungan.
membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, mempelajari peranan orang dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri (Arends, 2007). Masalah juga dijadikan sebagai langkah awal seseorang untuk lebih berpikir kreatif, karena siswa tidak hanya sekedar mendengarkan, mencatat, menghafal materi tetapi siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencatat, mengolah data, dan membuat kesimpulan dari masalah yang ditemukannya. Pembelajaran berbasis masalah yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan kreativitas menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata ataupun hasil pemikiran yang menjelaskan bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan, sehingga nantinya siswa dapat memberikan konstribusi kepada lingkungan masyarakatnya dan sebagai langkah awal mengembangkan bakatnya agar siap bersaing nanti dalam kehidupan bermasyarakat.
situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, membuat judgment secara objektif) untuk menemukan solusi-solusi dari permasalahan yang ditemukan (Dahar, 2005). Berdasarkan uraian di atas, penting untuk mengkaji lebih mendalam lagi mengenai literasi sains dan kreativitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang mengangkat masalah di lingkungan sekitar sekolah ataupun dimasyarakat seperti limbah kelapa sawit di pulau Belitung.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Peningkatan Literasi Sains dan Kreativitas siswa SMA menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada materi Pencemaran Lingkungan?”.
Selanjutnya identifikasi masalah di atas dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana kemampuan Literasi Sains siswa sebelum dan setelah pembelajaran berbasis masalah pada materi Pencemaran Lingkungan? 2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum dan setelah
pembelajaran berbasis masalah pada materi Pencemaran Lingkungan? 3. Bagaimana kreativitas siswa setelah pembelajaran berbasis masalah pada
4. Bagaimana tanggapan siswa dan guru mengenai pembelajaran berbasis masalah pada materi Pencemaran Lingkungan?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai ada tidaknya peningkatan literasi sains dan kreativitas siswa SMA dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah pada materi pencemaran lingkungan. Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memberi informasi mengenai pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap literasi sains siswa SMA pada materi Pencemaran Lingkungan.
2. Memberi informasi mengenai pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif dan kreativitas siswa SMA pada materi Pencemaran Lingkungan.
3. Mengidentifikasi tanggapan siswa dan guru mengenai model pembelajaran berbasis masalah.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi guru, siswa dan pihak sekolah, masyarakat, peneliti lain dan pihak pemerintah,
memberikan informasi bahwa kreativitas siswa dapat dikembangkan melalui pembelajaran berbasis masalah.
2. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat melatih siswa untuk lebih terlibat aktif dalam menemukan suatu penyelesaian masalah sehingga menjadi pembelajaran yang bermakna (a); melatih dan mengembangkan potensi-potensi kreativitas yang sudah dimiliki siswa (b); membekali siswa agar bisa berwirausaha melalui kreativitas yang sudah dilakukannya (c), . 3. Bagi pihak sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
mengenai potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa dengan melihat hasil kreativitas siswa sehingga pihak sekolah dapat memfasilitasi pengembangan kreativitas siswa (a); serta dapat dijadikan salah satu rujukan pembelajaran agar bisa dikembangkan nantinya (b).
4. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada sebagian masyarakat mengenai produk-produk yang dapat dibuat dari kelapa sawit (a); memberikan wawasan pada masyarakat mengenai manfaat kreativitas yang dapat bernilai ekonomi dan estetika (b); memberikan masukan sebagai pertimbangan untuk membuka lahan pekerjaan yang bernilai ekonomi nantinya (c).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode Dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperiment dengan desain penelitian The Static Group Pretest – Posttest Design, metode tersebut dipilih untuk mengetahui pengaruh dari suatu perlakuan terhadap subjek penelitian (Frankel, 2006). Quasi eksperimen bukan merupakan eksperimen murni akan tetapi seperti murni, metode ini menggunakan kelompok kontrol, dan pengambilan kelompoknya tidak dilakukan secara acak. Desain rancangan The Matching Only Group Pretest – Posttest Design digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya peningkatan literasi sains dan kreativitas siswa pada dua kelas (kelas X1 dan kelas X3) yang digunakan sebagai kelompok sampel. Adapun rancangan desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 : Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2
Keterangan:
O1 : Pretest untuk melihat kemampuan literasi sains dan kreativitas siswa O2 : Posttest untuk melihat kemampuan literasi sains dan kreativitas siswa
X1 : Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian yaitu kemampuan literasi sains dan kreativitas seluruh siswa kelas X di SMAN 1 Belitung Timur yang terdapat di Propinsi Bangka Belitung (terdapat 4 kelas yaitu kelas X1, kelas X2, kelas X3 dan kelas X4).
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu dua kelas dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam purposive sampling pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dari peneliti atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu (Riduwan, 2010). Sampel diambil tidak secara acak, tetapi berdasarkan pertimbangan dari guru yang mengajar dengan melihat karakteristik siswa, melihat hasil N-gain pembelajaran Biologi dan jadwal pembelajaran yang sama. Sampel yang diambil dari empat kelas yaitu kelas X1 dan kelas X3.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
2. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada semester kedua, yang dilakukan selama 4 minggu. Adapun penelitian dilakukan sebanyak 3 pertemuan, dengan waktu 2 x 45 menit untuk masing-masing pertemuan.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mendefinisikan pengertian dari beberapa istilah yang digunakan pada penelitian ini, oleh karena itu peneliti memberikan beberapa batasan-batasan pengertian sebagai berikut:
a. Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran yang dimulai dengan memberikan masalah kepada siswa, kemudian masalah tersebut digunakan untuk meneliti permasalah, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) siswa menemukan atau menyadari adanya suatu masalah, (2) siswa menganalisis masalah dan mempelajari isu yang di angkat, (3) siswa menemukan pemecahan masalah yang ditemukan dan melaporkannya baik dalam bentuk produk ataupun berupa laporan, (4) siswa mempresentasikan dan merefleksi solusi, dan (5) siswa meninjau, mengintegrasi dan mengevaluasi.
menerapkan dalam menyelesaikan suatu masalah. Kemampuan literasi sains pada setiap aspek di jaring dengan menggunakan soal essay.
c. Kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara baru maupun tidak dan tak biasa baik itu berupa ide-ide, rancangan maupun produk sehingga menghasilkan solusi yang unik atas suatu masalah yang ditemukan. Aspek kreativitas siswa yang dinilai berupa keterampilan berpikir lancar (fluency), keterampilan berpikir luwes (Fleksibility), keterampilan berpikir orisinil (Originality), keterampilan mengelaborasi (Elaboration), dan keterampilan kepekaan (Sensitivity). Keterampilan berpikir kreatif di jaring dengan menggunakan soal essay dengan aspek Indikator berpikir kreatif berupa kemampuan siswa dalam bertanya, meramalkan, memperbaiki hasil keluaran, dan mengungkapkan kegunaan objek.
d. Peningkatan literasi sains dan kreativitas yang dimaksud pada penelitian ini adalah peningkatan yang dilihat dari nilai N-gain dan kemudian dibandingkan dengan kelas kontrol sebagai kelas pembanding untuk melihat sejauh mana peningkatan dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah pada kelas eksperimen.
(limbah padat), sisa-sisa hasil pengolahan pembuatan minyak (limbah cair) dan pembakaran tidak sempurnah dari pabrik kelapa sawit (limbah gas).
E. Instrumen Penelitian
Instrumen digunakan untuk membantu penelitian dalam mengumpulkan data yang diinginkan. Instrumen yang digunakan antara lain : tes tertulis, rublik penilaian LKS, lembar observasi, angket, dan kuesioner tanggapan siswa dan guru.
1. Tes Tertulis
Tabel 3.2. Skor penilaian Literasi Sains Siswa Nomor
Soal
Skor/kriteria Penilaian Level yang
diharapkan 8 Skor 4 : Siswa mengembangkan pemahaman konsep-konsep
pokok pada disiplin ilmu secara jelas dan dihubungkan dengan pemahaman umum mereka pada sains.
Skor 3: Siswa mendeskripsikan konsep dengan benar, tapi pemahamannya mengenai konsep tersebut terbatas Skor 2: Siswa mengenali konsep yang ada hubungan dengan
sains, tapi pemahamannya mengidentifikasi miskonsepsi Skor 1: Siswa tidak bisa menalar antara pertanyaan dengan
jawaban dan hanya bisa membuat hubungan yang sederhana antar informasi dalam teks
4
9 Skor 4 : Siswa mengevaluasi teks dengan kritis, menemukan atau mengabungkan berbagai pilihan informasi dengan menyebutkan sumber-sumbernya
Skor 3: Siswa menghubungkan informasi dalam teks dengan konteks dan pengetahuan umum yang dikenal oleh siswa sehari-hari
Skor 2: Siswa menghubungkan teks dan pengetahuan luar yang didasarkan pada pengetahuan yang terlalu umum. Skor 1: Siswa tidak bisa menalar antara pertanyaan dengan
jawaban dan hanya bisa membuat hubungan yang sederhana antar informasi dalam teks
4
10 Skor 4: Siswa mengembangkan pemahaman konsep-konsep pokok pada disiplin ilmu dan dihubungkan dengan pemahaman umum mereka pada sains dan disertai contoh nyata.
Skor 3: Siswa mendeskripsikan konsep dengan benar, tapi pemahamannya mengenai konsep tersebut terbatas Skor 2: Siswa mengenali konsep yang menghubungkan ke sains,
tapi pemahaman mengidentifikasi miskonsepsi Skor 1: Siswa tidak bisa menalar antara pertanyaan dengan
jawaban dan hanya bisa membuat hubungan yang sederhana antar informasi dalam teks
4
11 Skor 4: Siswa mengevaluasi teks dengan kritis, menemukan atau mengabungkan berbagai pilihan informasi dengan menyebutkan cara meminimalisasi limbah
Skor 3: Siswa mendeskripsikan cara meminimalisasi limbah dengan benar, tapi pemahamannya mengenai konsep tersebut terbatas
Skor 2: Siswa mengenali konsep yang menghubungkan ke sains, tapi pemahaman mengidentifikasi miskonsepsi
Skor 1: Siswa tidak bisa menalar antara pertanyaan dengan jawaban dan hanya bisa membuat hubungan yang sederhana antar informasi dalam teks
Nomor Soal
Skor/kriteria Penilaian Level yang
diharapkan 12 Skor 4 : Siswa mengevaluasi teks dengan kritis, menemukan atau
mengabungkan berbagai pilihan informasi yang di antaranya dengan beragam kriteria
Skor 3: Siswa menghubungkan informasi dalam teks dengan konteks dan pengetahuan umum yang dikenal oleh siswa sehari-hari
Skor 2: Siswa membandingkan atau menghubungkan teks, dan pengetahuan luar atau didasarkan pada pengetahuan yang terlalu umum.
Skor 1: Siswa tidak bisa menalar antara pertanyaan dengan jawaban dan hanya bisa membuat hubungan yang sederhana antar informasi dalam teks
4
13 Skor 4: Siswa mengembangkan pemahaman konsep-konsep pokok pada disiplin ilmu dan dihubungkan dengan pemahaman umum mereka pada sains
Skor 3: Siswa mendeskripsikan konsep dengan benar, tapi pemahamannya mengenai konsep tersebut terbatas Skor 2: Siswa mengenali konsep yang menghubungkan ke sains,
tapi pemahaman mengidentifikasi miskonsepsi Skor 1:Siswa tidak bisa menalar antara pertanyaan dengan
jawaban dan hanya bisa membuat hubungan yang sederhana antar informasi dalam teks
4
Bybee & BSCS (Shwatz, 2006) Tabel 3.3 : Skor penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa
Nomor Soal
Kemampuan kreatif
Kriteria penilaian Keterangan
1 (Flexibility) Skor 3: Siswa menuliskan pertanyaan yang
bervariasi yang lebih dari dan sama dengan tiga dan dapat diterima kebenarannya
Skor 2: Siswa menuliskan pertanyaan yang bervariasi yang kurang dari tiga dan dapat diterima kebenarannya Skor 1: Siswa menuliskan pertanyaan yang
kurang bervariasi yang kurang dari tiga dan dapat diterima kebenarannya
Skor 0 : Siswa tidak menuliskan pertanyaan
Nomor Soal
Kemampuan kreatif
Kriteria penilaian Keterangan
2 (Flexibility) Skor 3: Siswa mencantumkan terlebih
dahulu masalah dari sudut pandang yang berbeda kemudian
menuliskan dampak limbah tandan kelapa sawit dengan menuliskan > tiga jawaban dan dapat diterima kebenarannya
2 (Flexibility) Skor 2: Siswa mencantumkan terlebih
dahulu masalah dari sudut pandang yang berbeda kemudian menuliskan dampak limbah tandan kelapa sawit dengan menuliskan ≤ tiga jawaban dan dapat diterima kebenarannya Skor1:Siswa tidak mencantumkan masalah
terlebih dahulu, akan tetapi langsung menuliskan dampak limbah ≤ tiga jawaban dan dapat diterima kebenarannya
Skor 0: Siswa menuliskan masalah dan dampak yang tidak sesuai dan tidak dapat diterima
kebenarannya
Sudut pandang masalah yang dikaitkan dengan masalah pencemaran air, pencemaran tanah, dan pencemaran udara
3 (Fluency) Skor 3: Siswa menuliskan cara mengatasi
limbah tandan kosong kelapa sawit dan kegunaannya > tiga jawaban yang dapat diterima kebenarannya Skor 2: Siswa menuliskan cara mengatasi
limbah tandan kosong kelapa sawit dan kegunaannya ≤ tiga jawaban dan dapat diterima kebenarannya Skor 1: Siswa menuliskan cara mengatasi
limbah tandan kosong kelapa sawit dan tidak menuliskan kegunaannya Skor 0: Siswa tidak menuliskan cara
mengatasi limbah tandan kosong kelapa sawit
4 (Elaboration) Skor 3: Siswa membuat
diagram/grafik/tabel lebih dari satu jawaban, menambahkan bagian-bagian lain seperti garis putus-putus, garis lurus dan memperinci detail-detail dari suatu objek secara benar dengan memberikan
Nomor Soal
Kemampuan kreatif
Kriteria penilaian Keterangan
4 (Elaboration) Skor 2: Siswa membuat
diagram/grafik/tabel dengan menambahkan bagian-bagian lain seperti garis putus-putus, garis lurus dan memperinci detail-detail dari suatu objek dengan
memberikan keterangan, gagasan sehingga menjadi lebih menarik dan dapat diterima kebenarannya Skor 1: Siswa membuat
diagram/grafik/tabel dengan menambahkan bagian-bagian lain seperti garis putus-putus, garis lurus dan tidak memberikan keterangan pada gambar Skor 0 : Siswa tidak membuat
diagram/grafik/tabel
5 (Flexibility) Skor 3: Siswa mencantumkan terlebih
dahulu masalah dari sudut pandang yang berbeda kemudian
menuliskan dampak bau dari pabrik kelapa sawit dengan jawaban yang bervariasi dan dapat diterima kebenarannya
Skor 2 Siswa mencantumkan terlebih dahulu masalah dari sudut pandang yang berbeda kemudian
menuliskan dampak bau dari pabrik kelapa sawit dengan jawaban yang kurang bervariasi dan dapat diterima kebenarannya Skor 1: Siswa tidak mencantumkan masalah
terlebih dahulu, dan langsung menuliskan dampak bau dari pabrik kelapa sawit dan dapat diterima kebenaranya
Skor 0: Siswa tidak menuliskan masalah dan dampak dari pabrik
Sudut pandang masalah yang dikaitkan dengan aktivitas manusia dan proses pengolahan dari pabrik yang kemudian menimbulkan pencemaran
6 (Sensitivity) Skor 3: Siswa menuliskan keputusan
dengan bijaksana, lebih dari tiga jawaban dan dapat diterima kebenarannya
Nomor Soal
Kemampuan kreatif
Kriteria penilaian Keterangan
6 (Sensitivity) Skor 1: Siswa menuliskan keputusan
dengan bijaksana yang kurang dari tiga jawaban dan dapat diterima kebenarannya
Skor 0: Siswa menuliskan keputusan yang tidak dapat diterima kebenarannya
7 (Originality) Skor 3: Siswa mengungkapkan cara yang
baru dan unik dengan membuat kombinasi yang tidak lazim dan dapat diterima kebenarannya Skor 2: Siswa mengungkapkan cara yang
sudah umum tapi unik, disertai dengan kombinasi-kombinasi yang lain dan dapat diterima
kebenarannya
Skor 1: Siswa mengungkapkan cara yang sudah umum tanpa disertai dengan kombinasi-kombinasi yang lain dan dapat diterima kebenarannya Skor 0: Siswa mengungkapkan cara yang
baru dan unik dengan membuat kombinasi yang tidak lazim dan dapat tidak dapat diterima kebenarannya
Cara yang baru: siswa membuat sesuatu yang belum atau terdapat di buku pelajaran. Cara yang unik: siswa membuat sesuatu yang jarang disadari dan dilakukan sebelumnya dan melakukan kombinasi-kombinasi.
Tabel 3.4. Skor Penilaian Kreativitas Membuat Rancangan Produk Daur Ulang Limbah Kelapa Sawit pada LKS
Komponen Rancangan
Skor Kriteria Penilaian
(1)
(Fluency, Flexibility)
3 Siswa menuliskan masalah dari sudut pandang yang berbeda, disertai dengan contoh dan menjawab lebih dari tiga masalah yang dapat diterima kebenarannya
2
Siswa menuliskan masalah dari sudut pandang yang berbeda, disertai dengan contoh dan menjawab tiga masalah yang dapat diterima kebenarannya
1
Siswa menuliskan masalah dari sudut pandang yang berbeda, tanpa contoh dan menjawab tiga masalah yang dapat diterima kebenarannya
(2)
(Fluency, Flexibility, Originality)
3 Siswa menuliskan gagasan yang bervariasi, baru dan unik, serta menuliskan > satu jawaban
2 Siswa menuliskan gagasan yang bervariasi, baru, serta menuliskan > satu jawaban
1
[image:30.595.111.534.112.746.2]Komponen Rancangan
Skor Kriteria Penilaian
(3)
(Fluency, Originality)
3 Siswa menuliskan ungkapan baru dan unik, terperinci dan menuliskan > satu jawaban
2 Siswa menuliskan ungkapan baru dan unik dan menuliskan > satu jawaban
1 Siswa menuliskan ungkapan baru dan unik, terperinci dan menuliskan satu jawaban
(4)
(Fluency, Flexibility, Elaboration)
3
Siswa menuliskan alat/bahan secara rinci, dapat memisahkan antara alat/bahan, menambahkan banyak alternatif yang berbeda dan menuliskan > satu jawaban
2
Siswa menuliskan alat/bahan secara rinci, dapat memisahkan antara alat/bahan, dan menuliskan > satu jawaban
1
Siswa menuliskan alat/bahan tidak terperinci, dapat memisahkan antara alat/bahan,menambahkan alternatif yang berbeda dan menuliskan > satu jawaban
(5)
(Flexibility, Originality)
3
Siswa menuliskan cara kerja dalam format yang berbeda (bagan/gambar), sistematis dan terperinci dengan kombinasi-kombinasi yang tidak lazim
2 Siswa menuliskan cara kerja dalam format yang berbeda (bagan/gambar), kurang tterperinci dengan kombinasi-kombinasi yang tidak lazim
1 Siswa menuliskan cara kerja dalam format yang biasa, tidak terperinci dengan kombinasi-kombinasi yang tidak lazim
(6)
(Fluency, Flexibility)
3
Siswa mengembangkan dasar teori dengan mengambil masalah yang umum dari sudut pandang yang berbeda, kemudian dikembangkan dengan banyak gagasan yang dapat diterima kebenarannnya
2
Siswa mengembangkan dasar teori dengan mengambil masalah yang umum, kemudian dikembangkan dengan banyak gagasan yang dapat diterima kebenarannnya
1
Siswa mengembangkan dasar teori dengan mengambil masalah yang umum, kemudian di dikembangkan dengan satu gagasan yang dapat diterima kebenarannya.
(7)
(Fluency, Flexibility, Sensitivity)
3
Siswa menuliskan keputusan yang bijaksana, dengan memberikan banyak cara/saran (> tiga jawaban) dari sudut pandang yang berbeda, dan mencantumkan kelebihan dan kekurangan produk tersebut.
2
Siswa menuliskan keputusan yang bijaksana, dengan memberikan sedikit cara/saran (< tiga jawaban) dari sudut pandang yang berbeda, dan mencantumkan kelebihan dan kekurangan produk tersebut
1
Siswa menuliskan keputusan yang bijaksana, dengan memberikan sedikit cara/saran dari sudut pandang yang berbeda dan tidak mencantumkan kelebihan dan
kekurangan produk tersebut
2. Rubrik Penilaian LKS
Instrumen digunakan untuk mengukur kreativitas siswa tidak hanya dari segi kreativitas dalam menjawab soal, akan tetapi juga dalam membuat rancangan produk sebagai kreativitas dari penyelesaian masalah yang ditemukan. Lembar penilaian LKS ini menggunakan bobot nilai dengan rentang 1-3. Serta hasil produk dengan melihat kesesuaian antara rancangan dan produk yang dihasilkan, kesesuaian antara solusi dan masalah yang diangkat, dan kerapihan. Dimana kebenaran dari jawaban yang dituliskan juga harus dinilai.
3. Lembar observasi ( observation sheet)
Lembar observasi digunakan untuk melihat kreativitas siswa pada saat pembelajaran sedang berlangsung baik saat merumuskan masalah, merancang, diskusi dan presentasi. Lembar observasi yang digunakan disini berupa daftar cek (ceklist) perilaku siswa yang berisi daftar perilaku berpikir kreatif siswa berupa keterampilan berpikir lancar (fluency), keterampilan berpikir luwes (Fleksibility), keterampilan berpikir orisinil (Originality), keterampilan mengelaborasi (Elaboration), dan keterampilan mengevaluasi (Evaluation). Lembar observasi dibantu oleh guru kelas yang sudah mengetahui karateristik siswa pada masing-masing kelas dan observasi dilakukan sebanyak pertemuan saat melakukan penelitian.
4. Angket Self Assesment dan Peer Assesment
memberikan ide, mencari informasi dan menemukan masalah, menyelesaikan masalah, melakukan dan menyiapkan alat dan bahan.
5. Kuesioner Tanggapan siswa dan guru
Angket tanggapan siswa dan guru digunakan untuk memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa dan guru terhadap proses pembelajaran yang diterapkan. Angket tanggapan guru diberikan sebanyak 15 pertanyaan dengan wawancara. Angket tanggapan siswa yang berjumlah 16 pertanyaan digunakan dengan lima pilihan jawaban.
F. Teknik Pengumpulan Data
[image:33.595.115.512.525.746.2]Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui observasi pada proses pembelajaran, tes tertulis kemampuan literasi sains dan keterampilan berpikir kreatif, penilaian hasil kreativitas, presentasi, angket dan kuesioner. Data yang diperoleh disajikan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Teknik pengumpulan data pembelajaran berbasis masalah
Kegiatan Instrumen Data yang
diperoleh
Sumber Keterangan waktu Tes literasi Sains Pertanyaan tentang
berpikir kreatif materi pencemaran lingkungan
Skor pre test dan post tes
Siswa Sebelum dan sesudah pembelajaran Tes kemampuan berpikir kreatif Pertanyaan tentang berpikir kreatif pada materi pencemaran lingkungan
Skor pre test dan post tes
Siswa Sebelum dan sesudah pembelajaran Tes kreativitas merancang produk Pertanyaan untuk merancang produk dalam LKS Skor kelompok dalam merancang produk
Kegiatan Instrumen Data yang diperoleh
Sumber Keterangan waktu Presentasi penyelesaian masalah dari produk yang dibuat Lembar penilaian presentasi dan kreativitas produk Skor kelompok dalam presentasi dan skor kreativitas produk dengan skala 1-3
Siswa Akhir
pembelajaran
Self Assessment Angket keaktifan siswa dalam menilai dirinya sendiri
Skor dengan skala 1-4
Siswa Selama diskusi, dan membuat produk
Peer Assessment Angket keaktifan siswa dalam menilai anggota kelompoknya
Skor dengan skala 1-4
Siswa Selama diskusi, dan membuat produk Observasi pembelajaran Lembar observasi perbandingan perilaku kreativitas siswa Data kreativitas siswa selama kegiatan pembelajaran
Siswa Selama proses pembelajaran Menjaring tanggapan pembelajaran berbasis masalah, kreativitas dan literasi sains Kusioner dan wawancara Tanggapan tentang pembelajaran berbasis masalah Tanggapan tentang kreativitas dan literasi sains Siswa dan guru Setelah proses pembelajaran Menjaring informasi mengenai kreativitas dan literasi sains masyarakat
Wawancara Informasi
mengenai kreativitas dan literasi sains Masyara -kat Diluar proses pembelajaran
G. Pengolahan dan Analisis Data
hasil rancangan produk, presentasi, self dan peer assessment siswa. Sedangkan untuk hasil observasi prilaku kreativitas siswa di kelas, wawancara guru dan masyarakat digunakan secara kualitatif.
1. Hasil uji coba instrumen
Hasil ujicoba instrumen dianalisis dengan menggunakan software komputer Anates V4. Kriteria pada masing-masing hasil uji coba instrumen dilihat dari kriteria Validitas uji soal, reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Hasil analisis butir soal tes kemampuan berpikir kreatif dan literasi sains ditampilkan pada Tabel 3.6. Data dari soal kemampuan berpikir kreatif dan literasi sains yang belum valid direvisi sehingga instrumen siap untuk digunakan.
Tabel 3.6. Rekapitulasi Uji coba instrumen Essay berpikir kreatif dan literasi sains siswa No mo r la ma No mo r ba ru Ind ek s Va lid it a s K rit er ia Ind ek s P
embeda (%) Krit
er ia Ind ek s K esu ka ra n (%) K rit er ia K et er a ng a n
1 1 0,224 Rendah 27,78 Cukup 58,33 Sedang direvisi dan
digunakan
2 2 0,649 Sangat
tinggi 61,11 Baik 52,78 Sedang digunakan
3 3 0,36
Rendah 11,11 Jelek 55,56 Sedang
revisi dan digunakan
4 4 0,41 Cukup 27,78 Cukup 75,00 Mudah digunakan
5 5 0,40 Cukup 22,22 Cukup 66,67 Sedang digunakan
6 6 0,74 Sangat
tinggi 55,56 Baik 55,59 Sedang digunakan
7 7 0,48 Cukup 25,00 Cukup 29,17 Sukar digunakan
[image:35.595.117.514.248.733.2]No mo r la ma No mo r ba ru Ind ek s Va lid it a s K rit er ia Ind ek s P
embeda (%) Krit
er ia Ind ek s K esu ka ra n (%) K rit er ia K et er a ng a n
9 9 0,53 Cukup 50,00 Baik 50,00 Sedang digunakan
10 10 0,41 Cukup 29,17 Cukup 59,25 Sedang digunakan
11 11 0,54 Cukup 37,50 Cukup 27,08 Sukar digunakan
12 12 0,17 Sangat
rendah 5,56 Jelek 36,11 Sedang
direvisi dan digunakan
13 13 0,16 Sangat
rendah 5,00 Jelek 37,50 Sedang
direvisi dan digunakan
14 -0,09 Sangat
rendah 4,17 Jelek 47,92 Sedang
Tidak digunakan
Dari hasil Anates V4 untuk analisis tes kemampuan berpikir kreatif dan literasi sains diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,68 (data dapat dilihat pada Lampiran C.1). Nilai tersebut menunjukkan bahwa instrumen tes kemampuan literasi sains dan berpikir kreatif memiliki derajat reliabilitas yang baik dan bisa digunakan kembali untuk dilakukan pada kelas yang berbeda.
homogenitas, uji perbedaan dua rata-rata, dan penghitungan gain ternormalisasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov. Pada beberapa hasil pretest dan posttest hasilnya berdistribusi
normal, jadi statistik yang digunakan adalah statistik parametrik, tetapi beberapa hasilnya tidak berdistribusi normal, kemudian dilanjutkan dengan uji statistik non parametric yaitu uji Mann-Whitney.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Hommogenity of Varians (Levene Statistic).
c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan setelah data berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan independent samples t test dari program SPSS 16.0 for windows.
d. Perhitungan Gain Ternormalisasi
� = − �
� − �
Keterangan: g = skor peningkatan s post = skor tes akhir s pre = skor tes awal s max = skor maksimun
Berdasarkan hasil perhitungan indeks gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan kategori menurut Hake (2002). Tabel 3.7. Klasifikasi Gain (g)
Besarnya Gain (g) Interpretasi
� 0,7 Tinggi
0,3 �< 0,7 Sedang
�< 0,3 Rendah
e. Analisis Data Gain Ternormalisasi
Analisis data gain ternormalisasi dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows pada taraf signifikansi �= 0,05. ujit dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas.
Rumus uji-t yang digunakan adalah:
= −
� − 2 1 + 1
Keterangan :
: Nilai t hitung
: Rata-rata kelompok 1 : Rata-rata kelompok 2
� − 2: Variansi populasi kedua kelompok
Setelah didapat nilai t hitung pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil kemudian dianalisis apakah kelas eksperimen lebih baik kemampuan berpikir kreatif dan literasi sainsnya dibanding dengan kelas kontrol.
H.Prosedur Penelitian
Penelitian ini di laksanakan dalam beberapa tahap, yaitu melakukan studi pendahuluan, studi literatur, tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir, dengan rincian sebagai berikut:
1. Melakukan Studi Pendahuluan
Studi Pendahuluan dilakukan dengan wawancara kepada masyarakat yang bertujuan untuk mengkaji beberapa permasalahan dan temuan-temuan penelitian mengenai permasalahan-permasalahan yang disebabkan oleh limbah kelapa sawit, sejauh mana literasi sains, dan kreativitas di Bangka Belitung.
2. Studi Literatur
penilaian. Hasil studi literatur digunakan sebagai landasan penerapan pembelajaran berbasis masalah.
3. Tahap Persiapan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan antara lain: a. Membuat proposal dan merevisi proposal.
b. Membuat instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian. c. Melakukan Judgment instrumen pada dosen ahli pada bidangnya.
d. Melakukan revisi instrumen yang sudah di judgment.
e. Membuat RPP dan lembar kerja siswa, dan membuat revisinya. f. Membuat surat dan mengurus surat izin.
g. Melakukan observasi tempat penelitian.
h. Bertemu dengan pihak sekolah untuk membicarakan mengenai teknis pelaksanaan penelitian dan penentuan subjek penelitian (kelas eksperimen dan kelas kontrol).
i. Instrumen yang telah dibuat selanjutnya diuji coba untuk mengetahui validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal tes.
J.Merevisi instrumen yang belum valid sehingga siap digunakan
4. Tahap Pelaksanaan
b. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran berbasis masalah pada sampel kelas eksperimen dan pembelajaran dengan praktikum terbimbing pada kelas kontrol.
c. Pemberian posttest pada sampel kelas eksperimen dan kelas kontrol.
d. Pemberian angket kepada siswa mengenai tanggapan siswa menggenai tanggapan pembelajaran.
e. Melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran Biologi.
5. Tahap Akhir
I. Alur Penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada materi pencemaran lingkungan bisa meningkatkan kemampuan literasi sains dan kreativitas siswa SMA.
Kemampuan literasi sains kelas eksperimen setelah menggunakan pembelajaran berbasis masalah meningkat pada setiap aspek (konten, proses, konteks). Jika dilihat dari rata-rata N-gain dengan kriteria sedang (0,39), kemudian diperkuat dengan perbandingan terhadap kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dengan praktikum terbimbing, kelas eksperimen lebih meningkat.
Kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen setelah menggunakan pembelajaran berbasis masalah meningkat jika dilihat dari rata-rata N-gain dengan kriteria sedang (0,41) terutama yang ditunjukkan dari segi Flexibility pada indikator bertanya dan meramalkan dan Sensitivity pada indikator memperbaiki hasil keluaran kemudian diperkuat dengan membandingkannya pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dengan praktikum terbimbing, kelas eksperimen lebih meningkat.
menghasilkan produk yang bernilai estetika dan ekonomi sebagai bentuk penyelesaian masalah.
Tanggapan siswa dan guru mengenai pembelajaran berbasis masalah pada materi pencemaran lingkungan menunjukan respon yang positif. Siswa lebih termotivasi untuk belajar Biologi karena siswa dilibatkan secara penuh selama pembelajaran. Guru menyadari pentingnya mengajarkan ilmu sains bukan hanya sekedar mengetahui konsep, tapi bagaimana guru bisa mengajarkan siswa sehingga menghasilkan lulusan yang nantinya sudah siap dengan masalah yang dihadapi di kehidupannya sehari-hari, dan dengan menggunakan ilmu sains yang dimilikinya.
B.Saran
Pada pelaksanaannya penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan baik dari segi pelaksaanaan pembelajaran, efisiensi waktu dan lain sebagainya. Oleh karena itu peneliti menguraikan beberapa saran yang harus diperhatikan apabila menggunakan pembelajaran berbasis masalah, antaralain:
1. Pilih masalah utama yang dijadikan sebagai awal dimulainya pembelajaran berbasis masalah, yang nantinya tidak membuat banyak bermunculan masalah-masalah lain sehingga nanti tidak fokus ke masalah utama, agar siswa lebih mudah menganalisis dan membuat pemecahan masalahnya. 2. Guru harus melatih siswa membuat pertanyaan ilmiah yang bersifat mengali
fakta-fakta yang ditemukan, hal ini akan memudahkan siswa mengambil keputusan yang sesuai dengan perubahan yang terjadi.
3. Pada pelaksanaannya pembelajaran ini memerlukan waktu yang lama, efektifitas waktu sangat diperlukan, mulai dari memberikan masalah sampai menganalisis dan menyelesaikan masalah, salah satunya dengan melihat kondisi awal siswa seperti masalah bisa datang dari guru apabila siswa tidak terbiasa menentukan masalah karena akan memakan waktu yang lama, dan masalah bisa datang dari siswa apabila siswa sudah terbiasa dengan menganalisis dan pemecahkan suatu masalah pada pembelajaran yang diberikan oleh guru.
4. Pilih waktu yang tepat untuk mengajar dengan menggunakan model pembelajaran masalah. Jangan sampai pada waktu akhir semester yang penuh dengan tugas dan ulangan harian. Apalagi jika ada tuntutan membuat suatu produk sehingga tugas-tugas mata pelajaran lain tidak menjadi penghambat kreativitas siswa.
5. Ada kerja sama dengan pihak terkait yang menjadi awal mula diangkatnya suatu permasalahan. Contoh masalah kelapa sawit sebagai langkah awal memulai pembelajaran, yang kemudian melakukan kerja sama dengan pihak PT. Kelapa sawit untuk mengembangkan kreativitas siswa serta masyarakat, sehingga kreativitas tidak hanya sebatas memenuhi pembelajaran saja, akan tetapi juga bisa berlanjut hingga menjadi suatu yang bernilai guna nantinya. 6. Pembelajaran berbasis masalah dengan studi kasus pada penanganan masalah