Gustam Sunardi, 2013
PENGGUNAAN REPRESENTASI DIAGRAM
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMK
TENTANG MATERI MOMENTUM IMPULS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Fisika
Oleh:
GUSTAM SUNARDI NIM. 045200
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGGUNAAN REPRESENTASI DIAGRAM UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMK
TENTANG MATERI MOMENTUM IMPULS
Oleh :
GUSTAM SUNARDI NIM. 045200
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I
Drs. Hikmat, M.Si NIP. 196204061989031001
Pembimbing II,
Judhistira Aria Utama, M.Si NIP. 197703312008121001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Gustam Sunardi, 2013
PENGGUNAAN REPRESENTASI MOMENTUM IMPULS MELALUI DIAGRAM UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMK
Gustam Sunardi NIM. 045200
Pembimbing I : Hikmat, M.Si.
Pembimbing II : Judhistira Aria Utama, M.Si. Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA-UPI
ABSTRAK
Berdasarkan hasil studi literatur dari suatu sumber didapatkan bahwa sejumlah pembelajaran IPA baik tingkat dasar maupun menengah, baik dalam kegiatan lesson study atau forum ujian praktek mengajar di PGSD, salah satu faktor penyebab kesulitan siswa dalam memahami konsep adalah lemahnya kemampuan representasi para guru. Penelitian ini difokuskan pada upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa pada aspek translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi melalui penerapan pembelajaran representasi melalui diagram yang dikhususkan pada konsep momentum dan impuls. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen semu dengan desain penelitian one group pretest-posttest design. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI Multimedia-1 di salah satu SMK Negeri di Kota Bandung dengan jumlah 31 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui lembar tes, dan lembar observasi. Berdasarkan hasil penelitian, secara umum diperoleh bahwa pembelajaran representasi melalui diagram dapat meningkatkan pemahaman siswa pada setiap aspek pemahaman. Rata-rata keterlaksanaan pembelajarannya adalah 91,67%. Skor gain ternormalisasi untuk pemahaman konsep siswa adalah 0,68 dengan kategori peningkatan sedang. Sedangkan skor gain ternormalisasi untuk masing-masing aspek pemahaman adalah 0,62 pada aspek translasi dengan kategori sedang, 0,61 pada aspek interpretasi dengan kategori sedang, dan 0,89 pada aspek ekstrapolasi dengan kategori tinggi.
DAFTAR ISI
G. Definisi Operasional... 5
H. Hipotesis ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Representasi ... 7
B. Representasi Diagram pada Materi Momentum Impuls ... 8
C. Pemahaman Konsep ... 13
D. Tes Pemahaman ... 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18
A. Metode dan Desain Penelitian ... 18
Gustam Sunardi, 2013
D. Instrumen Penelitian... 22
E. Prosedur Penelitian... 24
F. Teknik Analisis Instrumen ... 26
G. Hasil Uji Coba Tes ... 29
H. Teknik Pengumpulan Data ... 31
I. Teknik Pengolahan Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Pelaksanaan penelititan ... 39
B. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran ... 40
C. Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran ... 41
D. Analisis Peningkatan Pemahaman Konsep ... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53
A. Kesimpulan ... 53
B. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 55
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Diagram Gerak ... 8
2.2. Diagram Momentum ... 9
2.3. Diagram Impuls ... 10
2.4. Contoh Kasus Tumbukan ... 11
2.5. Contoh Kasus Tumbukan Keadaan Akhir ... 12
3.1. Desain Penelitian ... 18
3.2. Alur Penelitian ... 21
4.1. Diagram Rata-Rata Peningkatan Pemahaman Konsep ... 43
4.2. Diagram Rata-Rata Peningkatan Pemahaman Konsep Aspek Translasi ... 45
4.3. Diagram Rata-Rata Peningkatan Pemahaman Konsep Aspek Interpretasi .. 45
Gustam Sunardi, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Kriteria Validitas Soal ... 26
3.2 Kriteria Reliabilitas Tes ... 27
3.3 Klasifikasi Tingkat Kemudahan ... 28
3.4. Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Soal... 29
3.5 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Materi Momentum Impuls ... 30
3.6 Rata-rata tanggapan siswa ... 34
3.7. Kriteria Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 35
3.8. Kategori Skor Gain yang Dinormalisasi ... 37
3.9. Kategori Poin Tanggapan Siswa ... 38
4.1 Pelaksanaan Penelitian ... 39
4.2 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 40
4.3 Rata-rata tanggapan siswa ... 41
4.4 Peningkatan Pemahaman Konsep ... 42
4.5 Peningkatan tiap AspekPemahaman Konsep ... 44
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Gustam Sunardi, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki kemampuan guna menghadapi masalah dalam kehidupannya. Pendidikan pada era industrialisasi dan globalisasi saat ini, dituntut agar menghasilkan sumber daya manusia yang cepat tanggap dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Tuntutan ini berlaku untuk setiap disiplin ilmu yang berkembang termasuk dalam ilmu fisika.
Fisika memiliki tradisi panjang sebagai mata pelajaran sekolah yang dianggap sulit (Angell et all., 2004). Hal ini terjadi karena materi fisika memiliki banyak rumus-rumus matematika, soal-soal fisika juga banyak yang tergolong rumit. Pendekatan dan metode yang digunakan guru dalam mengajarkan konsep-konsep fisika seolah menegaskan bahwa konsep-konsep-konsep-konsep fisika adalah kumpulan rumus yang harus dihafalkan.
besaran menuntut terepresentasikan selain besar atau nilainya (value), juga arah seperti pada konsep momentum, kecepatan, perpindahan dan lainnya. Untuk menjelaskan peristiwa tumbukan sering diperlukan representasi yang cocok untuk bisa menyajikan konsep perubahan momentum dan impuls yang terjadi.
Representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara (Goldin, 2002). Representasi juga merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan atau menyimbolkan obyek atau proses (Ulvarina, 2010). Paul Hewit dalam bukunya Conceptual Physics sengaja menyajikan tuntunan melatih para guru untuk membuat gambar atau ilustrasi di awal bukunya untuk memudahkan para siswa dalam mempelajari konsep-konsep fisika (Hikmat, 2011). Pembelajaran representasi ini memungkinkan dapat membantu siswa dalam memahami sebuah konsep fisika, karena siswa telah disuguhkan sebuah simbol/gambar yang mewakili konsep fisika, sehingga siswa dapat mengetahui hubungan dari besaran-besaran fisika tertentu tanpa harus kesulitan untuk menghafal rumus fisika, melainkan siswa mengetahui konsep yang hendak diukur tersebut dengan cara menyajikan hubungan besaran-besaran fisika melalui diagram.
3
Gustam Sunardi, 2013
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diberi judul ”Penggunaan Representasi Diagram untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SMK
tentang Materi Momentum dan Impuls.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa setelah digunakan pembelajaran representasi melalui
diagram?”
Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah keterlaksanaan pembelajaran representasi diagram pada materi momentum dan impuls?
2. Berapakah persentase peningkatan pemahaman konsep siswa setelah digunakan representasi diagram pada materi momentum dan impuls?
3. Berapakah persentase peningkatan tiap-tiap aspek pemahaman siswa setelah digunakan representasi diagram pada meteri momentum dan impuls?
4. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penggunaan representasi diagram pada materi momentum dan impuls?
C. Batasan Masalah
1. Keterlaksanaan pembelajaran yang dimaksud adalah terlaksananya seluruh kegiatan pembelajaran representasi diagram pada meteri momentum dan impuls sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
2. Peningkatan pemahaman yang dimaksud pada penelitian ini dibatasi pada aspek translasi (menerjemahkan), interpretasi (menafsirkan), dan eksplorasi (mengeksplorasi).
3. Peningkatan aspek pemahaman yang dimaksud adalah meningkatnya presentase skor siswa dari pre-test ke post-test pada masing-masing aspek pemahaman.
4. Tanggapan siswa yang dimaksud adalah respon siswa terhadap pembelajaran representasi diagram pada materi momentum dan impuls melalui angket yang diberikan dengan kategori tanggapan siswa yaitu sangat jelek, jelek, baik, dan baik sekali.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui keterlaksanaan pembelajaran representasi diagram pada materi momentum dan impuls
2. Mengetahui persentase peningkatan pemahaman konsep siswa setelah digunakan representasi diagram pada materi momentum dan impuls.
5
Gustam Sunardi, 2013
4. Mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan representasi diagram pada materi momentum dan impuls.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, melalui penelitian ini diharapkan meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa.
3. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan masukan kepada peneliti lain mengenai pemahaman siswa yang dapat ditingkatkan melalui penggunaan representasi momentum dan impuls melalui diagram.
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian sangat bergantung pada masalah penelitian yang diajukan. Sesuai dengan masalah yang diajukan, maka variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas
2. Variabel terikat :
:
Penggunaan representasi momentum impuls melalui diagram
Pemahaman siswa
G. Definisi Operasional
garis yang mewakili massa, sedangkan arah panah menunjukkan arah momentum. Impuls sendiri didefinisikan sebagai perubahan momentum, sehingga merupakan besaran vektor juga. Impuls dapat diperoleh dari perkalian resultan gaya yang bekerja pada objek (vektor) dan lama interaksi gaya tersebut pada objek (skalar). Mirip dengan proses sebelumnya maka gaya bisa digambarkan sebagai panah dan lama interaksi oleh tebal garis. Tujuan representasi ini agar siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih konkrit situasi besaran-besaran tersebut.
2. Pemahaman konsep adalah pemahaman konsep siswa yang diukur melalui pre-test dan post-test berbentuk pilihan ganda terhadap pokok bahasan yang dipelajari, yang kemudian dilihat presentase gain ternormalisasi untuk mengetahui peningkatannya. Pemahaman tersebut meliputi kemampuan menterjemahkan (translasi), kemampuan menafsirkan (interpretasi), dan kemampuan mengeksplorasi (ekstrapolasi).
H. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
“Penggunaan representasi diagram pada materi momentum impuls dapat
Gustam Sunardi, 2013
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan metodologi penelitian mencakup metode, desain, populasi, sampel, instrumen, prosedur, teknik analisis instrumen, hasil uji coba instrumen, teknik pengumpulan dan pengolahan data.
A. Metode dan Desain Penelitian
Instrumen yang digunakan sebagai pre-testt dan post-test merupakan instrumen untuk mengukur pemahaman konsep siswa melalui tes tertulis.
Desain penelitian One Group Pre-test and Post-test dipilih dengan keperluan penelitian yang ingin mengetahui rata-rata peningkatan pemahaman konsep siswa serta peningkatan pemahaman konsep siswa pada setiap aspek pemahaman. Sehingga, penulis dapat mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa dari perbandingan pre-test dan post-test (gain) serta mengetahui aspek pemahaman mana yang mengalami peningkatan yang relatif lebih besar daripada aspek pemahaman lainnya.
B. Populasi dan Sampel
20
Gustam Sunardi, 2013
C. Prosedur dan Tahap Penelitian
Penelitian ini meliputi tiga tahap besar, yaitu, tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Rincian kegiatan yang dilaksanakan pada tiap tahap adalah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
1. Studi pendahuluan dan mengidentifikasi permasalahan pendidikan 2. Menentukan variabel penelitian
3. Pemilihan konsep fisika yang akan diajarkan 4. Menyusun proposal penelitian
5. Seminar proposal
6. Menyusun perangkat pembelajaran (LKS, Intrumen dan RPP)
7. Bimbingan instrumen penelitian pada pembimbing serta mengkonsultasikan dan judgement instrumen kepada dua dosen dan guru mata pelajaran fisika yang berada di sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan.
8. Mengujicobakan instrumen evaluasi yang telah di judgement
9. Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian, kemudian menentukan soal yang layak untuk dijadikan instrumen penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan
1. Memberikan tes awal (pre-test) kepada sampel penelitian untuk mengukur pemahaman konsep siswa sebelum diberi perlakuan.
2. Memberikan perlakuan kepada sampel (treatment) berupa penggunaan representasi pada materi impuls dan momentum melalui diagram.
3. Memberikan tes akhir (post-test) untuk mengukur pemahaman konsep siswa setelah diberi perlakuan.
c. Tahap Akhir
1. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian
2. Menarik kesimpulan berdasarkan analisis data hasil penelitian
3. Memberikan saran-saran/rekomendasi terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang memadai.
Skemanya dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Tahap Persiapan
Judgment dan Uji coba instrumen
Tahap Pelaksanaan Tahap Akhir
22
Gustam Sunardi, 2013 D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pemahaman, LKS, angket, dan lembar observasi.
1. Tes Pemahaman Konsep
Tes pemahaman konsep adalah instrumen untuk mengumpulkan data mengenai pemahaman konsep siswa setelah sebelum pembelajaran. Instrumen untuk tes pemahaman konsep ini mencakup ranah kognitif pada aspek pemahaman (C2). Aspek pemahaman terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pemahaman translasi (menterjemahkan), pemahaman interpretasi (menafsirkan), dan pemahaman ekstrapolasi (mengekstrapolasi). Tes pemahaman konsep ini berupa tes pilihan ganda tentang materi Momentum dan Impuls. Tes ini digunakan pada pre-test dan post-test untuk melihat peningkatan pemahaman konsep siswa.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
a. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan KTSP mata pelajaran fisika SMA kelas XI tentang materi momentum dan impuls.
b. Membuat soal dan kunci jawaban berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat.
d. Meminta pertimbangan kepada satu orang dosen yang direkomendasikan oleh dosen pembimbing dan satu orang guru mata pelajaran fisika di SMA kemudian melakukan revisi soal berdasarkan saran dari penimbang instrumen.
e. Melakukan uji instrumen berupa soal tes pemahaman konsep.
f. Menganalisis hasil uji instrumen yang meliputi tingkat kesukaran butir soal, daya pembeda butir soal, uji validitas tes dan reliabilitas tes.
g. Melakukan revisi ulang melalui konsultasi dengan dosen pembimbing.
2. LKS
LKS digunakan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar baik sebagai media penanaman konsep maupun sebagai alat untuk memonitor pencapaian hasil belajar terutama yang berkaitan dengan penanaman konsep.
3. Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan representasi impuls momentum melalui diagram dalam pembelajaran.
4. Lembar Observasi
24
Gustam Sunardi, 2013 E. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini dibagi kedalam tiga tahapan yaitu:
a. Tahap Persiapan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan penelitian adalah sebagai berikut: 1) Melakukan studi literatur untuk memperoleh teori yang akurat mengenai
permasalahan yang akan dikaji.
2) Melakukan telaah kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian untuk mengetahui tujuan, standar kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai.
3) Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian. 4) Menghubungi pihak sekolah dan menghubungi guru mata pelajaran fisika 5) Menentukan sampel penelitian.
6) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan skenario pembelajaran berdasarkan pendekatan pembelajaran konseptual interaktif yang digunakan dan juga menyesuaikan media simulasi virtual yang akan digunakan kemudian mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran fisika untuk mendapatkan masukan sehingga dapat mengimplementasikan pembelajaran dengan baik di kelas.
b. Tahap Pelaksanan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
1) Memberikan pre-test pada kelas eksperimen. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep sebelum pembelajaran.
2) Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen yaitu dengan menggunakan representasi melalui diagram pada pembelajaran momentum impuls
3) Selama proses pembelajaran berlangsung, observer melakukan observasi tentang keterlaksanaan pembelajaran.
4) Melakukan pemantauan terhadap pemahaman konsep siswa melalui LKS. 5) Memberikan post-test pada kelas eksperimen untuk mengetahui pemahaman
konsep siswa setelah pembelajaran.
c. Tahap Akhir
Kegiatan pada tahap akhir adalah sebagai berikut:
1) Mengolah dan menganalisis data hasil pre-test dan post-test. 2) Menganalisis hasil penelitian.
3) Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data untuk menjawab permasalahan penelitian.
4) Memberikan saran-saran terhadap kekurangan yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran.
26
Gustam Sunardi, 2013
F. Teknik Analisis Instrumen
1. Validitas Tes
Validitas merupakan ukuran kemampuan suatu instrumen untuk mengukur apa yang hendak diukur (Anderson dalam Arikunto, 1999:65). Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien produk momen. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan perumusan :
√
Interpretasi koefisien korelasi yang menunjukan nilai validitas ditunjukan oleh Tabel 3.3 (Arikunto, 2005 :75).
Tabel 3.1
Kriteria Validitas Soal
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
2. Reliabilitas Tes
Reliabilitas suatu perangkat tes berhubungan dengan masalah ketetapan perangkat tes tersebut. Reliabilitas merupakan salah satu syarat yang penting bagi suatu perangkat tes. Reliabilitas menunjukan kestabilan skor yang diperoleh ketika perangkat tes diujikan secara berulang kepada seseorang dalam waktu yang berbeda. Nilai reliabilitas perangkat tes ditunjukan oleh koefisien reliabilitas yang diperoleh dengan rumus K-R 20.
∑
= koefisien reliabilitas = banyaknya butir soal
= proporsi subjek yang menjawab benar = proporsi subjek yang menjawab salah = standar deviasi
Interpretasi Reliabilitas Instrumen ditunjukan dalam Tabel 3.4 (Arikunto, 2005 : 75).
Tabel 3.2
Kriteria Reliabilitas Tes
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
28
Gustam Sunardi, 2013
3. Tingkat Kemudahan Butir Soal
Analisis tingkat kemudahan dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukan mudah atau sukarnya suatu soal. (Arikunto, 1999: 207).
Untuk menghitung tingkat kemudahan tiap butir soal digunakan persamaan:
Keterangan :
Indeks Kemudahan
Banyaknya Siswa yang menjawab benar
Jumlah seluruh siswa peserta tes
Tingkat kemudahan dapat diklasifikasikan seperti Tabel 3.5 (Arikunto, 1999: 210).
Tabel 3.3
Klasifikasi Tingkat Kemudahan
Indeks Kemudahan Klasifikasi
0,00 – 0,29
4. Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah (Arikunto, 1999 : 211). Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Keterangan :
Indeks Daya Pembeda
Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar Banyaknya peserta tes kelompok atas
Banyaknya peserta tes kelompok bawah
Kriteria indeks daya pembeda ditunjukan oleh Tabel 3.4 (Arikunto, 1999: 213).
Tabel 3.4
Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Soal
Indeks Daya Pembeda Kualifikasi
0,00 – 0,19
Tidak baik, harus dibuang
5. Hasil Uji Coba Instrumen
Pada penelitian ini uji coba soal dilakukan di kelas XII IPA yang telah terlebih dahulu mempelajari materi Momentum Impuls di sekolah yang sama dengan tempat penelitian dilakukan. Data hasil uji coba kemudian dianalisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya agar diperoleh
30
Gustam Sunardi, 2013
untuk ujicoba adalah soal hasil judgement sebanyak 23 soal.. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan, didapatkan data pada tabel 3.6 sebagai berikut.
Tabel 3.5
Hasil Uji Coba Instrumen Tes Materi Momentum Impuls
No
Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat kesukaran Keterangan
Nilai Interpr. Nilai Interpr. Nilai Interpr.
1 0,39 Rendah 0,50 Baik 0,45 Sedang Digunakan
0,66 Sedang Digunakan
13 0,04 Sangat rendah 0,13 Jelek 0,24 Sukar Tidak digunakan
0,52 Sedang Digunakan
21 0,46 Cukup 0,50 Baik 0,48 Sedang Digunakan
22 0,31 Rendah 0,25 Cukup 0,14 Sukar Digunakan
23 0,25 Rendah 0,25 Cukup 0,45 Sedang Digunakan
Reliabilitas 0,74
Dari tabel tersebut kita dapat mengetahui bahwa reliabilitasnya adalah 0,74. Kategori nilai ini tinggi, artinya secara keseluruhan untuk soal ini tingkat keajegannya (ketepatan hasil pengukuran) tinggi. Namun dari 23 butir soal tersebut hanya 17 soal yang digunakan dan yang lainnya dibuang. Kita dapat melihat dari tabel bahwa yang dibuang adalah soal yang tingkat kesukaran mudah dengan nilai 1,0 dan sukar sekaligus validitasnya sangat rendah, namun ada beberapa soal yang sukar dan mudah serta soal yang validitasnya yang relative rendah tetap digunakan, hal ini dikarenakan penulis juga mempertimbangkan keterwakilan indikator pembelajaran dan keterwakilan aspek pemahaman.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk memperoleh data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan ialah tes, dan lembar observasi.
a. Tes
Menurut Arikunto (2006: 30), “tes adalah penilaian yang komprehensif
terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program”. Dalam
32
Gustam Sunardi, 2013 b. Lembar Observasi
Observasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara langsung aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.
1.) Observasi Aktivitas Guru
Lembar observasi ini dibuat dalam bentuk isian yang harus dijawab “ya”
yang disimbolkan () atau “tidak” yang disimbolkan (X), dengan nilai satu untuk
jawaban “ya” dan nilai nol untuk jawaban “tidak” serta ada kolom isian mengenai
temuan-temuan pada proses pembelajaran yang bertujuan untuk mencatat hal-hal baru yang tidak dituliskan dalam lembar observasi. Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui terlaksana atau tidaknya pembelajaran representasi melalui diagram pada konsep impuls dan momentum. Lembar observasi ini diberikan kepada observer penelitian dan diisi ketika pembelajaran di dalam kelas sedang berlangsung oleh observer.
2.) Observasi aktivitas siswa
Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Lembar observasi ini dibuat dalam bentuk isian yang harus dijawab
“ya” yang disimbolkan () atau “tidak” yang disimbolkan (X), dengan nilai satu
untuk jawaban “ya” dan nilai nol untuk jawaban “tidak” serta ada kolom isian
momentum. Lembar observasi ini diberikan kepada observer penelitian dan ini diisi ketika pembelajaran di dalam kelas sedang berlangsung oleh observer.
Instrumen observasi yang telah disusun tidak diuji cobakan, tetapi dikoordinasikan kepada observer yang akan mengikuti dalam proses penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap format observasi tersebut.
c. Angket Tanggapan Siswa
Dibuatnya lembar angket dimaksudkan untuk mengetahui respon/tanggapan siswa tentang pembelajaran representasi melalui diagram dalam hal ini pada konsep impuls dan momentum, dari tanggapan siswa tersebut bisa dijadikan perbaikan untuk pembelajaran representasi kedepannya. Angket respon siswa dibagikan setelah pembelajaran selesai pada pertemuan 3. Berikut tabel angket respon siswa:
Tabel 3.6
Rata-rata tanggapan siswa
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS 1
Secara keseluruhan, pembelajaran yang diterapkan pada materi Momentum dan Impuls menggunakan representasi diagram adalah pembelajaran baru.
2
Permasalahan sehari-hari tentang Momentum dan Impuls yang disajikan di awal pembelajaran membuat saya lebih termotivasi untuk lebih aktif dalam pembelajaran.
3 Saya merasa pembelajaran Momentum dan Impuls menyenangkan.
4 Pembuatan diagram yang dilakukan membuat saya termotivasi untuk belajar.
5
Penyajian fenomena di awal pembelajaran sangat
34
Gustam Sunardi, 2013
7. Teknik Pengolahan Data
a. Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Keterlaksanaan model yang dikembangkan dari hasil lembar observasi yang telah diisi oleh observer. Setiap indikator pada fase pembelajaran yang terlaksana/muncul diberikan skor satu, dan jika tidak muncul diberikan skor nol. Data yang diperoleh dari lembar observasi diolah dari banyaknya skor dari masing-masing observer dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk persentase. Adapun persentase data lembar observasi tersebut dihitung dengan menggunakan rumus:
∑ ∑
Setelah data dari lembar observasi tersebut diolah, kemudian dinterpretasikan dengan mengadopsi kriteria persentase angket seperti pada Tabel 3.7
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS 7 Pembuatan diagram dalam pembelajaran membuat
pembelajaran menjadi lebih menarik.
8 Lembar Kerja yang diberikan sangat membantu saya dalam pembelajaran.
9 Lembar Kerja yang diberikan membuat saya termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran.
10 Penguatan yang diberikan guru membantu meyakinkan saya tentang konsep Momentum dan Impuls.
Tabel 3.7
Kriteria Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran
KM (%) Kriteria
KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KM ≤ 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana
KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana 50 < KM ≤ 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana
KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana
(Budiarti dalam Elfa, 2011) Keterangan:
KM = persentase keterlaksanaan model
b. Pemahaman Konsep
1.) Penskoran
Skor yang diberikan untuk jawaban benar adalah 1, sedangkan untuk jawaban salah adalah 0. Skor total dihitung dari banyaknya jawaban yang cocok dengan kunci jawaban.
2.) Menghitung rata-rata (mean) skor pre-test dan post-test
Nilai rata-rata (mean) dari skor tes baik pre-test maupun post-test dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
36
Gustam Sunardi, 2013
Dengan :
̅ = nilai rata-rata skor pre-test maupun post-test
X = skor tes yang diperoleh setiap siswa
N = banyaknya data
3.) Menghitung rerata skor gain yang dinormalisasi.
Setelah data pre-test dan post-test diperoleh, data tersebut diolah untuk menentukan rerata skor gain yang dinormalisasi. Besarnya skor gain yang dinormalisasi ditentukan dengan rumus (Richard R. Hake dalam Iqbal 2011) sebagai berikut:
Dengan:
<g> = Rerata skor gain yang dinormalisasi Sf = Skor post-test
Si = Skor pre-test
Skor gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan kategori peningkatan pemahaman konsep siswa.
Tabel 3.8
Kategori Skor Gain yang Dinormalisasi
Rentang <g> Kategori
0.7 < (<g>)≤1,0 Tinggi 0.3 < (<g>) ≤0.7 Sedang (<g>) ≤ 0.3 Rendah
(Hake dalam Iqbal, 2011).
Persentase yang didapat kemudian dijadikan sebagai acuan terhadap kelebihan dan kekurangan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Juga merupakan nilai efektivitas terhadap penguasaan konsep fisika siswa.
c. Tanggapan
Setiap pertanyaan pada angket respon siswa diberikan pilihan sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju dan setiap pilihan diberikan poin dengan rentang 1 sampai 4. Berikut keterangannya:
Sangat setuju : 4 poin
Setuju : 3 poin
Tidak setuju : 2 poin Sangat tidak setuju : 1 poin
Data diperoleh dari jumlah poin dari satu pertanyaan yang dijawab siswa dibagi jumlah siswa sehingga diketahui rata-rata poin dari setiap pertanyaan.
38
Gustam Sunardi, 2013
Dengan:
P : rata-rata poin tiap pertanyaan
Σ p : jumlah poin dari satu pertanyaan yang dijawab siswa Σ s : Jumlah siswa
Kemudian rata-rata tanggapan siswa yang diperoleh dari jumlah rata-rata poin tiap pertanyaan dibagi jumlah pertanyaan.
̅
∑ ∑Dengan:
̅ : rata-rata tanggapan siswa
Σ P : jumlah rata-rata poin tiap pertanyaan
Σ Pr : jumlah pertanyaan
Nilai yang diperoleh merupakan tanggapan siswa terhadap pembelajaran representasi melalui diagram. Nilai ini berkisar antara 1 sampai 4. Adapun kategori dari masing-masing poin sebagai berikut:
Tabel 3.9
Kategori Poin Tanggapan Siswa
Rata-rata poin Kategori
1,00-1,50 Sangat jelek
1,51-2,50 Jelek
2,51-3,50 Baik
3,51-4,00 Baik sekali
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa kelas XI
Multimedia di salah satu SMK Negeri di Kota Bandung. Setelah diolah dan
dianalisis datanya, penulis mengambil kesimpulan bahwa:
1. Pembelajaran representasi konsep impuls dan momentum melalui diagram
hampir terlaksana. Adapun keterlaksanaan pembelajarannya adalah 91,67%.
2. Pemahaman konsep siswa setelah diterapkan pembelajaran representasi
konsep impuls dan momentum melalui diagram yang dilihat dari gain
ternormalisasi antara pre-test dan post-test yang telah dilakukan diperoleh
persentase rata-rata 68,00% dengan kategori sedang, sehingga dapat
dikatakan bahwa terjadi peningkatan pemahaman konsep.
3. Adapun untuk masing-masing aspek pemahaman diperoleh persentase gain
ternormalisasi yakni aspek translasi sebesar 62,00% dengan kategori sedang,
aspek interpretasi sebesar 61,00% dengan kategori sedang dan aspek
ekstrapolasi sebesar 89,00% dengan kategori tinggi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada peningkatan pemahaman konsep pada setiap aspek
pemahaman.
4. Siswa memberikan tanggapan yang baik terhadap penggunaan representasi
54
Gustam Sunardi, 2013
representasi momentum impuls melalui diagram dapat membantu
menguatkan pemahaman konsep momentum impuls.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penggunaan
representasi momentum impuls melalui diagram, peneliti memberikan saran
sebagai berikut:
1. Penggunaan representasi yang tepat sasaran perlu dikembangkan lagi sesuai
dengan topik, objek, sarana pembelajaran dan waktu yang ada sehingga lebih
berpotensi lagi dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa.
2. Mengingat desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelas eksperimen,
maka perlu dilakukan desain penelitian yang menggunakan kelas eksperimen
dan kelas kontrol untuk mengetahui perbandingan peningkatan konsep antara
penggunaan representasi momentum impuls melalui diagram di kelas
eksperimen dengan peningkatan konsep dengan pembelajaran biasa di kelas
DAFTAR PUSTAKA
Ainsworth, S. (n.d.). The Educational Value of Multiple-Representations when Learning Complex Scientific Concepts. Theory and Practice in Science Education.
Angell, C, O. Guttersrud, dan E.K. Henriksen. (2007) ”Multiple representations as a framework for a modelling approach to physics education”
Arikunto. (1999). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Bloom,B.S. (1978). Taxonomy Of Educational Objectives, The Classification Of Educational Goals. Handbook I: Cognitive Domain. New York : David
McKay Company, Inc
Dahar, R.W. (1996). Teori – Teori Belajar. Jakarta:Erlangga
Goldin, G.A. (2002). “Representation in Mathematical Learning and Problem Solving.” Dalam L.D English (Ed). Handbook of International research in Mathematics Education (IRME). New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Hikmat. (2011). Representasi Momentum dan Impuls melalui Diagram. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Lovizo. (2010). Penggunaan Pendekatan Multi Refresentasi pada Pembelajaran Konsep Gerak untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Memperkecil Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMP.” Tesis Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
56
Gustam Sunardi, 2013
Penggunaan Representasi Diagram Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMK Tentang Materi Momentum Impuls
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Robiyana. (2011). Pengembangan Sintaks Model Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri pada Konsep Kinematika Gerak Lurus dalam Melatihkan
Kemampuan Ilmiah Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika
FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Rosdiana (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Fisika Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA
UPI Bandung: Tidak diterbitkan