• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENINGKATAN INKLUSIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS V DI SD X KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENINGKATAN INKLUSIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS V DI SD X KOTA BANDUNG."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

UCAPAN TERIMA KASIH...iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GRAFIK...x

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG...1

B.RUMUSAN MASALAH... 9

C.TUJUAN PENELITIAN...9

D.MANFAAT PENELITIAN...10

E. VARIABEL PENELITIAN...11

F. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL...11

BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI KELAS INKLUSI 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif...15

(2)

vii

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Division (STAD)...26

4. Pembelajaran Kooperatif di Kelas Inklusi...28

5. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas Inklusi...33

B. INKLUSIVITAS 1. Indeks Inklusi...39

2. Elemen Indeks...40

C. HASIL BELAJAR...45

D. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN...47

E. KERANGKA BERFIKIR...49

BAB III METODE PENELITIAN A.METODE PENELITIAN...51

B.LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN...52

C.TEKNIK PENGUMPULAN DATA...53

D.TEKNIK ANALISIS DATA...54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN...56

1. INKLUSIVITAS PEMBELAJARAN...56

a. Inklusivitas Sebelum Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD...57

(3)

viii

c. Perbandingan Inklusivitas Sebelum dan Setelah Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD...67

2. HASILBELAJAR...69

a. Hasil Belajar Sebelum Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD...69

b. Hasil Belajar Setelah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD...71

c. Perbandingan Hasil Belajar Sebelum dan Setelah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD...75

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN...78

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Meningkatkan Inklusivitas Pembelajaran Matematika Peserta Didik Kelas V di SD X Kota Bandung...78

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas V di SD X Kota Bandung...83

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN...86

B. REKOMENDASI...88

DAFTAR PUSTAKA...90

(4)

ix

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif...23 2.2. Nilai Peningkatan Hasil belajar...38 3.2. Sampel Penelitian Peserta Didik Berkebutuhan Khusus...52 4.1. Hasil Belajar Peserta Didik Sebelum Pembelajaran

Kooperatif STAD Pertemuan Kesatu...69 4.2. Hasil Belajar Peserta Didik Sebelum Pembelajaran

Kooperatif STAD Pertemuan Kedua...70 4.3. Hasil Belajar Peserta Didik Sebelum Pembelajaran

Kooperatif STAD Pertemuan Ketiga...70 4.4. Hasil Belajar Peserta Didik Setelah Pembelajaran

Kooperatif STAD Pertemuan Kesatu...71 4.5. Hasil Belajar Peserta Didik Sebelum Pembelajaran

Kooperatif STAD Pertemuan Kedua...72 4.6. Hasil Belajar Peserta Didik Sebelum Pembelajaran

Kooperatif STAD Pertemuan Ketiga...74 4.7. Hasil Belajar Peserta Didik Sebelum dan Setelah Pembelajaran

(5)

x

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1. Skor Indikator Indeks Inklusi Pertemuan Kesatu...57

4.2. Skor Indikator Indeks Inklusi Pertemuan Kedua...59

4.3. Skor indikator Indeks Inklusi Pertemuan Ketiga...60

4.4. Rata-rata Skor Indikator Pada Tiga Pertemuan...61

4.5. Skor Indikator Indeks Inklusi Pertemuan Kesatu Setelah Pembelajaran Kooperatif STAD...62

4.6. Skor Indikator Indeks Inklusi Pertemuan Kedua Setelah Pembelajaran Kooperatif STAD...63

4.7. Skor Indikator Indeks Inklusi Pertemuan Ketiga Setelah Pembelajaran Kooperatif STAD...65

4.8. Rata-rata Indeks Inklusi pada Tiga Pertemuan Setelah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD...65

4.9. Perbandingan Inklusivitas Pembelajaran Sebelum dan Setelah Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD...68

(6)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar HALAMAN

(7)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

3.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sebelum Pembelajaran

Kooperatif STAD...93

3.2. Skenario Pembelajaran Kooperatif STAD...99

3.3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif STAD...101

3.4. Instrumen Observasi Indeks Inklusi...113

4.1. Deskripsi Indikator indeks Inklusi...119

4.2. Rekapitulasi Hasil Belajar Sebelum dan Setelah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...128

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan inklusif merujuk pada sistem pendidikan atau lembaga pendidikan yang terbuka bagi semua peserta didik. Memberi peluang dan dorongan bahwa semua anak berkebutuhan khusus diterima untuk belajar pada sekolah yang sama dengan peserta didik pada umumnya. Untuk itu, keberadaan guru dan sekolah membutuhkan suatu perubahan agar peserta didik menjadi lebih baik dalam mengikuti pembelajaran. Demikian pula anak berkebutuhan khusus, tanpa kecuali semuanya terlibat dalam kegiatan di sekolah. Hal ini tentunya sangat membutuhkan perubahan dan perbaikan pola pikir, sikap, prilaku, kurikulum, program perencanaan, pelaksanaan dan penilaiannya.

Dengan perubahan paradigma di atas, perlu dibarengi perbuatan nyata dengan melihat perbedaan sebagai suatu kewajaran, lalu memperlakukan teman yang berbeda dengan sentuhan kasih sayang dan kesabaran. Karena itu pendidikan selain diarahkan pada kecakapan intelektual, juga diarahkan pada pemenuhan tujuan pendidikan sebagaimana dirumuskan oleh UNESCO seperti yang dikutip oleh Wiji Suwarno (2008 : 76-80) yaitu learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together, learning how to learn, dan learning

throughout life.

(9)

Johnson (2003:288) yaitu “Prinsip pendidikan yang disesuaikan dalam sekolah inklusi menyebabkan adanya tuntutan yang besar terhadap guru reguler maupun pendidikan khusus. Ini menuntut pergeseran besar dari tradisi “mengajar materi yang sama kepada semua peserta didik di kelas” menjadi mengajar setiap peserta didik sesuai dengan kebutuhan individualnya”. Dengan demikian dibutuhkan materi yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan setiap peserta didik. Sehingga guru harus mempertimbangkan kebutuhan individu dalam setiap membuat perencanaan pembelajaran, pelaksanan kegiatan belajar mengajar dan evaluasi yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

Pelaksanaan pembelajaran di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif saat ini masih belum optimal. Hal ini nampak dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang masih bersifat penyeragaman. Pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga peserta didik kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Metode yang digunakan masih berpusat pada ceramah dan mengerjakan latihan-latihan yang terdapat dalam buku sumber atau LKS yang sudah jadi. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Sumaryanta (2010) bahwa :

Selama ini pendidikan matematika belum dilaksanakan sesuai prinsip-prinsip inklusivitas. Pembelajaran matematika lebih mengedepankan penyeragaman dari pada penyesuaian keberagaman peserta didik. Pendidikan matematika memerlukan perubahan mendasar agar menjadi lebih inklusif, baik tataran filosofi, sistem, maupun praktek di sekolah. Tanpa perubahan tersebut pendidikan matematika inklusif hanya akan menjadi angan-angan.

(10)

3

berkebutuhan khusus tidak mendapatkan materi yang sesuai dengan kebutuhannya, aktivitas kelas kurang memperhatikan keberagaman sehingga pembelajaran menjadi kurang aktif dan tidak banyak melibatkan peserta didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Proses penilaian lebih mengutamakan hasil dari pada proses sehingga peserta didik dituntut untuk mendapatkan nilai akhir yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Partisipasi aktif peserta didik sangat kurang karena pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru. Demikian pula komunikasi diantara peserta didik sangat kurang karena mereka hanya terpokus pada diri sendiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Dalam kegiatan pembelajaran tidak nampak kegiatan kerja sama antara peserta didik sehingga diantara peserta didik kurang memiliki rasa tanggung jawab untuk membantu temannya yang mengalami kesulitan memahami materi. Peserta didik tidak diarahkan untuk membuat kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari, peserta didik tidak saling memberikan penilaian tentang tugas yang dikerjakan, penilaian hanya diberikan oleh guru sehingga banyak peserta didik yang belum menguasai tidak mendapat kesempatan untuk mendapat bimbingan dari peserta didik yang lebih pintar.

(11)

gurunya sering mengikuti pelatihan penanganan ABK, peserta didik ABK lebih banyak, dan jumlah peserta didik keseluruhan lebih sedikit.

Dari apa yang disampaikan di atas sudah saatnya guru-guru membuka paradigma baru dalam pola pengajaran matematika di kelas. Di mana matematika yang selama ini dikerjakan oleh masing-masing peserta didik berubah dikerjakan dan dipelajari dalam kegiatan berkelompok sehingga akan nampak kerja sama diantara peserta didik dalam mempelajari materi yang mudah maupun materi yang sulit. Matematika yang dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan tidak menarik berubah menjadi sesuatu yang menyenangkan dan mengasyikkan. Kegiatan pembelajaran matematika dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman belajar kelompok yang sangat bermanfaat bagi peserta didik di dalam kehidupannya sehari-hari.

(12)

5

sama dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran. Dengan demikian belajar belum selesai jika salah satu teman belum menguasai bahan pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif memungkinkan meningkatkan gairah belajar sehingga berdampak pada hasil belajar yang lebih meningkat. Sedangkan menurut Slavin yang disampaikan Isjoni (2009: 74) bahwa hasil belajar dalam kelompok dapat memacu perkembangan berfikir dan kemampuan pemecahan masalah serta dapat memenuhi kebutuhan sosial dan prestasi akademik peserta didik jauh lebih meningkat bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

paling sederhana, sehingga bagi guru yang baru pertama kali akan menggunakan model pembelajaran kooperatif hendaknya menggunakan tipe STAD (Slavin, 1995:71). Dalam pelaksanaannya menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 5 orang peserta didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, suku atau ras yang berbeda-beda. Peserta didik menyelesaikan tugas secara bersama-sama di dalam kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompoknya yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.

Hasil penelitian Van Sickle (1983, Etin S, 2009:13) mengenai model cooperative learning dan implikasinya terhadap perolehan belajar peserta didik

(13)

cooperative learning mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial dan individual

peserta didik, berkembangnya sikap ketergantungan yang positif, mendorong peningkatan dan kegairahan belajar peserta didik, serta pengembangan dan ketercapaian kurikulum.

Hal ini diperkuat lagi oleh Stahl tahun 1992 (Etin S:2009) dalam penelitiannya di beberapa sekolah dasar di Amerika menemukan, bahwa penggunaan model cooperative learning mendorong tumbuhnya sikap kesetiakawanan dan keterbukaan diantara peserta didik. Penelitian ini juga menemukan bahwa model pembelajaran kooperatif mendorong ketercapaian tujuan dan nilai-nilai sosial dalam pendidikan social studies. Slavin 1995 (Santrock, 2008:246) menyatakan bahwa “Tutoring teman sebaya dan pembelajaran kooperatif dapat dipakai untuk mendidik anak penderita

ketidakmampuan”, selain itu dari berbagai riset terhadap pembelajaran kooperatif,

para periset menemukan bahwa pembelajaran kooperatif dapat menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan prestasi, terutama jika dua syarat dipenuhi, yaitu disediakan penghargaan kepada kelompok dan individu dimintai pertanggungjawaban (Santrock, 2008:397-398).

(14)

7

yang telah didefinisikan atau problem dengan jawaban atau solusi spesifik. Ini mencakup perhitungan matematika, penggunaan bahasa, keahlian geografi, dan fakta sains (Santrock, 2008:399)

Dari beberapa hasil penelitian tersebut maka penulis tertarik untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di kelas yang terdapat anak berkebutuhan khusus, dengan harapan terjadi perubahan pembelajaran yang semula kurang memperhatikan keberagaman dan masih terpusat pada guru, menjadi pembelajaran yang mengaktifkan semua peserta didik, tidak hanya peserta didik reguler, tetapi juga pembelajaran aktif melibatkan peserta didik berkebutuhan khusus yang ada di kelas tersebut.

Dengan demikian kelas inklusi yang dicita-citakan seperti semua peserta didik menerima perbedaan, semua kebutuhan belajarnya terpenuhi, semua peserta didik aktif dan saling bekerja sama secara efektif dan menyenangkan dapat diwujudkan. Pembelajaran matematika yang selama ini belum dilaksanakan sesuai prinsip-prinsip inklusivitas harus diubah lebih inklusi sehingga mampu memberikan layanan sesuai dengan keberagaman kebutuhan belajar setiap peserta didik serta hasil belajar matematika para peserta didik dapat lebih ditingkatkan.

(15)

untuk saling kompromi dengan teman, mereka juga mulai dapat menjelaskan sesuatu secara logis (Munawir Yusuf, 2005:31).

Mereka tidak seegosentris saat masih balita, mulai peduli terhadap orang lain dan lingkungannya, mulai mengenali perasaan temannya, belajar memberikan simpati atau bantuan kepada orang lain, mampu menjalin hubungan dengan teman sebaya dan pada usia tersebut ikatan sebaya sangat kuat, hal ini sejalan dengan implikasi pembelajaran dalam pandangan Vygotsky bahwa peserta didik dapat menyusun pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Dalam hal ini tugas guru adalah memberi banyak kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dengan guru mereka atau teman yang lebih pintar/ahli (Santrock, 2008:66).

Berdasarkan hal tersebut maka guru harus mempasilitasi peserta didik untuk mengembangkan pembelajaran yang melibatkan kerja sama, sehingga peserta didik akan merasakan betapa kerja sama itu menyenangkan. Materi pelajaran akan mudah dimengerti dan tugas yang diberikan bisa lebih cepat selesai, serta peserta didik sekaligus belajar dan merasakan asyiknya bertukar pikiran dan mengeluarkan pendapat.

(16)

9

kelas inklusi karena mengutamakan kerja sama dan sikap saling membantu serta menghargai perbedaan setiap peserta didik yang berbeda-beda.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti sangat tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Peningkatan Inklusivitas dan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas V di SD X Kota Bandung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) berpengaruh dalam meningkatkan inklusivitas dan hasil belajar

matematika peserta didik Kelas V di SD X Kota Bandung?” Dua masalah utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah inklusivitas pembelajaran matematika lebih meningkat setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas V SD X Kota Bandung?

2. Apakah hasil belajar matematika peserta didik lebih meningkat setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas V SD X Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

(17)

Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan inklusivitas dan hasil belajar

matematika di kelas inklusi. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui peningkatan inklusivitas pembelajaran matematika melalui

penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada peserta didik kelas V di SD X Kota Bandung.

2. Mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada peserta didik kelas V di SD X Kota Bandung.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan inklusivitas dan hasil belajar pada pembelajaran matematika, meningkatkan

keaktipan peserta didik berkebutuhan khusus dan peserta didik regular, mengembangkan jiwa kerja sama saling menguntungkan, menghargai satu sama lain, membangun kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika serta sebagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan inklusivitas serta hasil belajar peserta didik regular dan peserta didik berkebutuhan

khusus.

2. Manfaat Teoritis

(18)

11

berkebutuhan khusus pada pelajaran matematika dan mata pelajaran yang lainnya guna meningkatan hasil belajarnya serta memperluas khasanah pengetahuan tentang pendidikan inklusif.

D. Variabel Penelitian

Yang menjadi variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran matematika dengan pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD). Program kegiatan pembelajaran matematika

dengan menggunakan model kooperatif Student Teams-Achievement Divisions dilaksanakan pada kelompok belajar peserta didik yang terdiri dari 4-5 lima orang. Sedangkan variabel terikat (dependen) adalah inklusivitas dan hasil belajar matematika pada Standar Kompetensi menggunakan Sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun.

E. Definisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas istilah-istilah yang terdapat pada permasalahan ini dan untuk menghindari terjadinya perbedaan penapsiran, maka peneliti mengemukakan beberapa definisi operasional sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif tipe Studen Teams Achievement Division (STAD)

(19)

terdiri dari 4-5 peserta didik dengan kemampuan yang beragam. Di dalam kelompok terdapat peserta didik yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah, (berkebutuhan khusus). Dalam proses pembelajaran menekankan adanya aktivitas dan interaksi antara peserta didik untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Setiap anggota saling bekerja sama dan saling membantu dalam mengatasi kesulitan pelajaran. Salah satu unsur pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan pada kelas yang terdapat peserta didik berkebutuhan khusus adalah peran tutor sebaya dalam membantu peserta didik berkebutuhan khusus memahami materi yang dipelajari di dalam kelompoknya.

2. Inklusivitas

Inklusivitas menggambarkan tentang penerapan nilai-nilai inklusi dalam proses pembelajaran di kelas. Nilai-nilai inklusi terdiri dari 18 indikator indeks inklusi yang merupakan hasil pengembangan oleh Tony Booth, Mel Ainscow dan Denise Kingston pada Centre for Studies on Inclusive Education (CSIE) tahun 2006. Indikator indeks inklusi tersebut adalah sebagai berikut ;

a. Aktivitas kelas direncanakan dengan mempertimbangkan keadaan peserta didik,

b. Aktivitas kelas mendorong peserta didik untuk saling berkomunikasi, c. Aktivitas kelas mendorong pencapaian prestasi belajar peserta didik,

(20)

13

f. Peserta didik secara aktif terlibat dalam pembelajaran, g. Peserta didik bekerja sama dalam kegiatan pembelajaran,

h. Proses penilaian mendorong pencapaian prestasi belajar peserta didik, i. Guru mendorong situasi bersahabat berdasarkan hubungan saling

menghormati,

j. Guru merencanakan, membahas dan mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan kelompok (berpasangan),

k. Bantuan pengajaran mendukung kegiatan belajar dan berpartisifasi semua peserta didik,

l. Semua peserta didik mengambil bagian ketika ada kegiatan khusus,

m. Kelas diatur dengan baik untuk mendorong peserta didik belajar dan berpartisipasi,

n. Sumber-sumber belajar diberikan secara adil,

o. Perbedaan diantara peserta didik digunakan sebagai sumber untuk mendukung kegiatan belajar dan berpartisipasi,

p. Sumber daya ahli yang ada di sekolah digunakan secara penuh,

q. Guru mengembangkan penggunaan sumber yang ada secara bersama-sama untuk mendukung kegiatan dan berpartisipasi,

(21)

3. Hasil Belajar Matematika

Menurut Arief Rachman (2005:5) hasil belajar adalah sebagai keterampilan akademis dan kepribadian untuk mencapai sukses, diantaranya dengan mempunyai harga diri, motivasi, prestasi akademis, hubungan baik, mengenali Tripoli proses pembelajaran, dan bertanggung jawab. Selain itu pandai menentukan tujuan, menyelesaikan masalah, komunikator yang mempunyai keyakinan yang kuat, membongkar tembok pemisah dan menjadi warga dunia yang baik.

(22)

51 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu (Sugiyono, 2008:6). Jenis perlakuan yang diterapkan adalah pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achivement Divisions (STAD).

Desain penelitian yang digunakan adalah Design One Group Pretest Postest Design. Pola penelitiannya adalah sebagai berikut:

Gambar.3.1. Desain Penelitian

O1 = Observasi inklusivitas sebelum pembelajaran kooperatif tipe STAD Pre-test hasil belajar sebelum pelaksanaan pembelajaran kooperatif

Tipe STAD

X = Perlakuan/Pelaksanaan Pembelajaran kooperatif tipe STAD O2 = Observasi inklusivitas setelah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD

Post-test/setelah pembelajaran kooperatif tipe STAD

(23)

B. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA (Abdullah Al Makmun) SD Muhamadiyah VII Kota Bandung yang terletak di Jalan Kadipaten Raya No 4-6 Antapani Kota Bandung. Sesuai dengan misi pendidikan yang berbasis Islam maka sekolah ini merupakan sekolah yang terbuka bagi peserta didik berkebutuhan khusus. Berdasarkan inpormasi dari kepala sekolah diketahui bahwa sebelum gema pendidikan inklusif diluncurkan oleh pemerintah, sekolah Muhamadiyah merupakan sekolah yang sangat terbuka, artinya menerima peserta didik dari berbagai latar belakang, baik sosial, ekonomi, suku, bahasa maupun keragaman kemampuan peserta didik.

Peserta didik yang dijadikan sebagai sampel penelitian adalah seluruh peserta didik yang ada di kelas VA dengan kemampuan yang beragam terdiri dari tiga orang peserta didik berkebutuhan khusus dan 33 orang peserta didik yang tidak berkebutuhan khusus. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011.

Tabel.3.2.

Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

No Nama Keterangan

1 FK Slow Leaner

2 WF Tunadaksa

3 ES Slow Leaner

C. Teknik Pengumpulan Data

(24)

53

Achievement Division (STAD) digunakan teknik observasi. Teknik observasi

dilakukan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun pada situasi buatan (Sudjana dan Ibrahim,1994:109). Instrumen observasi menggunakan instrumen observasi terstruktur terdiri dari 18 indikator indeks inklusi hasil pengembangan Centre for Studies on Inclusive Education (CSIE) dengan kriteria skor sebagai berikut

• skor 3 apabila indikator teridentifikasi dengan jelas,

• skor 2 apabila indikator tampak ragu-ragu

• skor 1 apabila indikator tidak terjadi.

Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar matematika digunakan teknik tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,2006:150). Dalam penelitian ini jenis tes yang digunakan adalah tes hasil belajar, yaitu tes yang diberikan sebelum dan setelah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Validasi terhadap tes hasil belajar dilakukan dengan validasi konstruksi oleh wali kelas. Suatu tes dikatakan memiliki validasi konstruksi jika butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek seperti tercantum pada tujuan pembelajaran (Arikunto, 2007:67).

(25)

mengabadikan momen-momen selama dalam kegiatan pembelajara, daftar nilai mata pelajaran matematika, nilai hasil tes pelajaran matematika dari LBB SSC, dokumen rencana pembelajaran yang dibuat wali kelas, nilai perolehan kuis 1, kuis 2, dan kuis 3.

D. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif yang berupa skor 18 indikator indeks inklusi yang menggambarkan inklusivitas pembelajaran sebelum dan setelah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Data kuantitatif yang lain

adalah skor hasil belajar matematika peserta didik yang diperoleh sebelum dan setelah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Data kualitatif adalah catatan hasil peneliti selama

berlangsungnya kegiatan penelitian yang berguna untuk menjelaskan data kuantitatif yang telah dikumpulkan.

Kedua data kuantitatif tersebut kemudian diolah dengan menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

(26)

55

(27)

90 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan pemaparan, analisis dan deskripsi pada Bab IV, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: Pertama, Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berpengaruh dalam meningkatkan

inklusivitas pada proses pembelajaran di kelas. Hal tersebut terbukti dari

pencapaian indeks inklusi yang mencapai 88,9%.

Sebelum pembelajaran kooperatif skor indeks inklusi yang dicapai pada ketiga pertemuan adalah sebesar 40, yang berarti 74% pembelajaran di kelas telah menerapkan nilai-nilai inklusi. Setelah pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) skor indeks inklusi meningkat menjadi 48

atau 88,9 % pembelajaran telah menerapkan nilai-nilai inklusi. Dengan demikian kenaikan skor indek inklusi sebesar 8 poin atau 14,9%.

Peningkatan skor indeks inklusi ditandai dengan peningkatan beberapa indikator indeks seperti dua indikator yang semula tidak nampak yaitu indikator 7 tentang kerjasama antar peserta didik dan indikator 10 tentang aktifitas kegiatan berpasangan menjadi sangat nampak pada pembelajaran kooperatif. Peningkatan

(28)

91

Nilai-nilai inklusi seperti kerja sama, menghormati dan menghargai perbedaan, komunikasi antar peserta didik, menjadikan teman sebagai tutor, inisiatif tutor sebaya serta partisipasi semua peserta didik yang berkembang dalam pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) mempengaruhi kualitas pembelajaran matematika di kelas V SD X Kota Bandung.

Kedua, pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik baik yang berkebutuhan khusus maupun tidak berkebutuhan khusus. Hal tersebut sangat selaras dengan berbagai hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh para ahli tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap prestasi akademik peserta didik. Penelitian ini pun membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif turut mempengaruhi peningkatan hasil belajar matematika peserta didik kelas V di SD X Kota Bandung. Peningkatan setelah pembelajaran kooperatif pada pertemuan ketiga sebesar 75% peserta didik mendapat nilai dengan kategori A (Baik sekali), 13,8% nilai dengan kategori B (Baik) dan 11,2% mendapat nilai dengan kategori C (cukup).

(29)

kesediaan menerima dan memberi, dan tanggungjawab peserta didik, baik

terhadap dirinya maupun terhadap anggota kelompoknya.

Peningkatan hasil belajar peserta didik juga dipengaruhi adanya aktifitas kerja sama dan saling membantu, hal ini merupakan salah satu aturan penting dalam pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran belum selesai sampai semua anggota dalam kelompok memahami materi yang diajarkan. Adanya aturan pembelajaran kooperatif tersebut menjadikan semua anggota kelompok merasa bertanggung jawab menjadikan semua anggotanya memahami materi. Kerjasama adalah kata kunci yang merupakan kebutuhan penting bagi kehidupan manusia.

B. REKOMENDASI

Penelitian ini menemukan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan inklusivitas

(30)

93

kooperatif dapat meningkatkan inklusivitas pembelajaran di kelas. Guru dapat mempelajari lebih mendalam tentang tipe-tipe lain dari pembelajaran kooperatif sehingga memperkaya penguasaan metode pembelajaran yang sangat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Penelitian ini belum mencapai indeks inklusi yang ideal sehingga bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) yang bertujuan mengoptimalkan

proses pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai inklusi. Bagi peneliti lain dapat melihat efektivitas pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di kelas inklusi pada kelas dan mata pelajaran yang bervariasi

sehingga hasil temuan bisa digeneralisasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

(31)

94

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Zaenal. (2010). Menjangkau Anak-anak Yang Terabaikan Melalui Pendekatan Inklusif Dalam Pendidikan. http://z-alimin.blogspot.com/2010/diakses 2 Maret 2011

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Booth, T, Anscow, M dan Kingston, D. (2006). Indeks lnklusi: mengembangkan bermain, belajar dan partisipasi pada tahun-tahun awal dan pengasuhan anak. CSIE.

Depdiknas (2006). Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas. Jakarta:Depdiknas.

Heruman. (2007), Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Isjoni. (2009), Pembelajaran Kooperatif meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta didik. Jogjakarta: Pustaka pelajar.

Lie, Anita. (2004). Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: Grasindo

Pujiati, Irma. (2008). “Peningkatan Motivasi Dan Ketuntasan Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”.Jurnal Ilmiah Pendidikan I,(1).1-20.

Rachman, Arif. (2005). Hasil belajar Sebagai Keterampilan Akademis dan Kepribadian Untuk Mencapai Sukses. Makalah yang disampaikan pada seminar.

Riyanto,Yatim. ( ). Paradigma Baru Pembelajaran. Surabaya: Kencana Prenada Media Group.

Rofiq, Ahmad. (2008). “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Madrasah Aliyah”.Bandung: Tesis Program Studi Pengembangan Kurikulum. (9 Pebruari 2011).

(32)

95

Setyaningsih, A, dkk. (2006). Aplikasi Pendekatan Model Kooperatif Dalam Pembelajaran Matematika. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.9, (1), 34-38. (10 Januari 2011)

Shodiq, Fajar ( ). Apa dan Mengapa Matematika Begitu Penting?.PPPPTK Matematika. Tersedia pada www.fadjarp3g.wordpress.com.

Slavin, E.Robert. (2008). Success for All! Cara efektif dan menyenangkan pacu prestasi seluruh peserta didik. Cooperative Learning. Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Smith, David. (2006). Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua.Bandung: Nuansa Solihatin, Etin dan Rahardjo. (2009). Cooperative Learning. Jakarta: Bumi

Aksara.

Subrata, Nyoman ( 2007 ). “Pengembangan Model Pembelajaran kooperatif Dan Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Sukasada”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan. 1, (2), 135-147.

Sugiarmin, Muhammad. (2010), Pengembangan Model Pembelajaran dalam Kelas Inklusif Untuk Meningkatkan Kemampuan dan Keterampilan Sosial Anak. Studi Pada Mata Pelajaran IPS di SD Penyelenggara Pendidikan Inklusi. Bandung: SPS UPI.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sumaryanta. (2010). Penelitian Matematika Inklusif: Tantangan baru

Pendidikan Matematika Untuk semua..

http://prijogja.wordpress.com/2010/02/11

Sunanto, Juang. (2008). “Indeks Inklusi Dalam Pembelajaran di Kelas Yang Terdapat ABK di Sekolah Dasar”.Bulletin Pendidikan Inklusif. Bandung: Pusat Kajian Pendidikan Inklusif UPI Bandung.

Supena, Asep (2010). Kurikulum dan Pembelajaran Dalam Seting Inklusif”. Sumedang: Sosialisasi Pendidikan Inklusif.

Sunardi. ( 1996 ). Kecenderungan Dalam Pendidikan Luar Biasa. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik. Susetyo, Budi (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung:

(33)

Suwarno, Wiji (2008). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.Salatiga: Ar-Ruzz Media. Syaodih-Sukmadinata, N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosda Karya.

Syaodih, Erliany. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial. Bandung : Universitas Langlangbuana tersedia dalam http://educare.e-fkipunla. 24 November 2010 18-21. diakses pada 10 Januari 2011

Universitas Pendidikan Indonesia (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung:UPI.

Widaningsih, Hardini, dan Suprihatin. (2008). “Cooperative Learning Sebagai Model Pembelajaran Alternatif Untuk Meningkatkkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika”. Hasil Penelitian, Kurikulum Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan. Semarang: FIP UNS.

Widyantini. (2008), Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Gambar

TABEL
Grafik
Gambar

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan

Adapun Panitia Penilai naskah disertasi yang kami usulkan terdiri dari:. sebagai Ketua merangkap

Dengan ini kami menyatakan bahwa Rancangan Usulan Penelitian Disertasi atas nama :. Nama :

Doing arithmetic operations (addition, subtraction, multiplication, division and.. exponential)

Mahmudi (Pedagang Bandeng), Umi Komsiyah (Pedagang Kios), Setiawan (Pedagang Kelontong), Suroso (Pedagang Sembako), Sri Maryati (Pedagang sembako), Jumiyem

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak

Audiovisual Dalam Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II” adalah proses mental yang berhubungan dengan panca indera yang terjadi pada mahasiswa Program Studi

difasilitasi oleh dua orang instruktur yang memiliki Nomor Induk Asesor yang relevan, termasuk pada saat ujian. Rayon LPTK merancang strategi pelaksanaan PLPG, materi