• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE INTERACTIVE-COMPENSATORY MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MEMBACA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA : Studi Pengembangan pada SMP di Kota Palembang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "THE INTERACTIVE-COMPENSATORY MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MEMBACA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA : Studi Pengembangan pada SMP di Kota Palembang."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini masyarakat dunia menghadapi kemajuan teknologi yang tidak dapat dibendung. Hal ini memberikan pengaruh yang tidak sedikit kepada semua bangsa di dunia. Masing-masing negara berusaha untuk dapat mengimbangi arus globalisasi tersebut. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di negara kita juga mengalami perkembangan dan perubahan tersebut secara terus menerus sebagai akumulasi respon terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi selama ini yang diakibatkan pengaruh perubahan global. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia itu sendiri tergantung pada kualitas pendidikannya. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa.

(2)

2 Di era globalisasi ini pendidikan mempunyai peranan yang penting. Pendidikan merupakan kegiatan yang bertujuan agar peserta didik dapat mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Kegiatan pendidikan berintikan interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber-sumber pendidikan lain, dan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan. Kegiatan pendidikan berfungsi membantu mengembangkan potensi, kecakapan dan karakteristik peserta didik agar berkembang sesuai dengan harapan masyarakat (Sukmadinata, 2007: 442). Selain itu pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dan melalui pendidikan akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas dan berkemampuan disegala bidang karena pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan.

Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang satu sama lainnya saling berkaitan dan berlangsung berbarengan. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dan melalui pendidikan akan tercipta SDM yang berkualitas dan berkemampuan disegala bidang.

(3)

3 ekonomi dunia, diperlukan sebuah pedoman atau acuan bagi para pelaksana pendidikan agar proses pendidikan lebih terarah. Kurikulum sebagai rencana merupakan dimensi kurikulum yang akan mengakomodasi keterlaksanaan sebuah rencana pendidikan yang akan mampu membuat arah pendidikan menjadi lebih terarah untuk mencapai tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Dengan kurikulum yang terencana maka peserta didik dapat melakukan berbagai kegiatan pembelajaran sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran (Hamalik, 2001:17). Kurikulum berperan pula dalam mengatur strategi dan penyempurnaan sistem pendidikan, karena kurikulum memiliki keterkaitan secara konseptual dengan pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukmadinata (2002:7) yang mengungkapkan bahwa kurikulum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan teori pendidikan dan kurikulum dapat dipandang sebagai rencana konkrit penerapan dari suatu teori pendidikan. Pikiran-pikiran tentang pendidikan tersebut terangkum dalam kurikulum

(4)

4 dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Standar Nasional Pendidikan meliputi beberapa standar yang terdiri dari standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Begitu pula dengan berbagai Peraturan menteri sebagai turunan dari Peraturan Pemerintah, yang secara umum memberikan aturan-aturan standar minimal yang harus dipenuhi bagi setiap penyelenggara dan pengelola sekolah agar outcome pendidikan Indonesia mempunyai kualitas yang baik dengan daya saing yang kuat ketika dihadapan kepada para kompetitornya. Berdasarkan pernyataaan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi pembangunan negara khususnya dalam peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.

(5)

5 pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Dengan kata lain, strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh guru untuk memilih kegiatan pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangakan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa Asing merupakan salah satu kompetensi atau keterampilan hidup (life skill) yang harus dikuasai dalam menghadapi era globalisasi ini. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan perlunya program pendidikan yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas dan status kehidupan bangsa Indonesia. Salah satu indikator kualitas dan meningkatnya status ini ialah kemampuan bangsa dalam berinteraksi dengan bangsa lain. Tentu saja hal ini menuntut kemahiran berkomunikasi dalam bahasa asing. Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan pesat dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi telah menjadikan penguasaan bahasa Inggris sebagai syarat mutlak mengembangkan diri sehingga mampu bersaing ditengah komunitas global

(6)

6 ataupun secara tulis. Dalam interaksi lokal maupun global bahasa memegang peran yang sangat penting bahkan boleh dikatakan merupakan kunci utama karena bahasa diperlukan dalam berbagai percaturan dunia seperti dalam percaturan politik, ekonomi, sosial, budaya maupun keamanan negara (Lengkanawati, 2007 : 659). Mengingat pentingnya bahasa dan peranannya yang cukup besar dalam berbagai aspek maka pendidikan bahasa di negara manapun menjadi penting terutama pendidikan bahasa Inggris.

(7)

7 Bahasa Inggris di Indonesia dipelajari dari jenjang Sekolah Dasar hingga tingkat Perguruan Tinggi, terutama di tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas) Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan sebagai alat bagi pengembangan diri siswa terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Namun satu hal yang tak dapat dipungkiri adalah terlihatnya kecenderungan bahwa meskipun siswa sudah belajar bahasa Inggris bertahun-tahun di sekolah namun kemampuan untuk menggunakan bahasa Inggris di kalangan lulusan sekolah menengah secara umum masih tergolong sangat rendah. Hanya sedikit di antara mereka yang mampu menggunakan bahasa Inggris sebagai sarana komunikasi lisan maupun tulis.

(8)

8 menengah dapat mendukung suksesnya kehidupan peserta didik. Hal ini tidak terkecuali dengan hasil pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia.

Selama ini mutu pembelajaran bahasa Inggris di sekolah masih dinilai belum dapat memenuhi kebutuhan siswa sebagai salah satu keterampilan yang akan bermanfaat bagi mereka kelak. Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa kemungkinan salah satunya adalah kegiatan pembelajaran bahasa Inggris disekolah cenderung menekankan pada penguasaan struktur tata bahasa dan penghapalan kosa kata yang berlebihan padahal pada kenyataannya pembelajaran bahasa lebih dari sekedar penghapalan kosakata dan aturan tata bahasa akan tapi lebih menekankan pada kemampuan komunikatif. Padahal tujuan pendidikan berbahasa di sekolah menengah menurut PP 19 Tahun 2005 menyebutkan bahwa pendidikan bahasa harus mampu mengembangkan kompetensi bahasa dengan penekanan terhadap kemampuan membaca dan menulis berdasarkan tingkat literasi yang disusun berdasarkan jenjang pendidikan.

(9)

9 bertujuan untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan siswa usia 15 tahun (kelas III SMP dan kelas I SMA) dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematic literacy) dan sains (scientific literacy). Makna literasi membaca dalam PISA didefinisikan sebagai tingkat kemampuan untuk menggunakan informasi tertulis sesuai dengan situasi yang dihadapi dalam kehidupan sehari. Keterampilan membaca mengarah pada pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam menetapkan kemampuan membacanya untuk belajar lebih lanjut, dan bukan hanya keterampilan teknis dalam tingkat belajar membaca. Kemampuan literasi membaca berkenaan dengan keterampilan memahami, menggunakan dan melakukan refleksi terhadap bacaan sesuai dengan tujuan membacanya, yaitu untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan dan potensi diri, serta untuk berperan di masyarakat (OECD, 2003).

(10)

10 Tabel 1.1 Pencapaian Tingkat Literasi Membaca Siswa Indonesia (sumber: PISA

2003) Keterangan: T = Tingkat Literasi

T1 = Tingkat literasi nilai 335-407 T2 = Tingkat literasi nilai 408-480 T3 = Tingkat literasi nilai 481-552 T4 = Tingkat literasi nilai 553-625 T5 = Tingkat literasi nilai 625 atau lebih

Berdasarkan tabel di atas tingkat literasi membaca siswa Indonesia yang berada pada tingkat literasi T1 sebanyak 37.2 % siswa Indonesia memperoleh nilai dibawah 335 yaitu dibawah Tingkat literasi T1 yang berarti tidak dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh PISA. Tetapi tentu tidak berarti bahwa mereka tidak memiliki keterampilan membaca. Mereka hanya akan mampu mengerjakan setengah dari seluruh soal yang diberikan dalam menggunakan kemampuan membacanya yang terbatas sebagai alat belajar, untuk menambah dan memperluas pengetahuan dan keterampilan dalam bidang studi yang mereka minati sendiri. Dengan pencapaian keterampilan dibawah tingkat literasi T1 ini, mereka diperkirakan akan mengalami kesulitan dalam persiapan mereka melanjutkan atau memasuki dunia kerja dan lebih jauh lagi mereka tidak akan mampu memanfaatkan kemampuan membacanya untuk meneruskan belajar sepanjang hayat. Sebanyak 27.3% siswa Indonesia berada pada tingkat literasi T2 yang bermakna bahwa siswa yang mencapai tingkat literasi ini umumnya mampu

(11)
(12)

12 Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh OECD dapat ditarik simpulan bahwa kemampuan literasi siswa Indonesia masih sangat rendah. Rendahnya tingkat literasi itu dapat dipahami karena beberapa aspek yang diujikan pada studi internasional itu tidak menjadi kompetensi siswa kita karena siswa kita tidak diberi ruang dalam memproses masukan-masukan selama proses pembelajaran dalam sistem pendidikan kita. Hal ini dapat dilihat dari penerapan ujian nasional yang lebih banyak menguji kompetensi konten dibandingkan kompetensi proses. Hal ini didukung oleh pendapat Kirsch dkk (1993:2) yang berpendapat bahwa literasi pada dasarnya adalah kemampuan “…using printed and written information to function in society, to achieve one’s goals, and to develop one’s knowlwdge and potential.” Definisi ini merupakan pengembangan dari definisi The National Literacy Act di Amerika Serikat tahun 1991 yang mendefinisikan literasi sebagai “…an individual’s ability to read, write, and speak (in English) and compute and solve problem at level of proficiency necessary to function on the job and in society, to achieve one’s goal, and to develop one’s knowledge and potential”. Masih menurut OECD (2008) yang menegaskan bahwa standar literasi individu berhubungan dengan kualitas hidup seseorang, pekerjaan dan penghasilan seseorang. Sekolah-sekolah mempunyai tugas untuk menjamin standar literasi tersebut dan oleh sebab itu perlu sebuah metode dan materi pembelajaran yang sesuai untuk dipergunakan dalam proses pembelajaran.

(13)
(14)

14 kesadaran pembelajar bahasa terhadap perilaku berbahasa pada dirinya dan pada orang lain.

Tujuan pembelajaran bahasa Inggris di SMP yang berbasis literasi ini bertujuan agar siswa memiliki kompetensi wacana. Kemampuan berwacana, yaitu kemampuan seseorang dalam pemahaman dan penciptaan wacana. Wacana secara sederhana diartikan sebagai teks, baik tulis maupun lisan, dalam konteks bermakna yang dipengaruhi situasi dan budaya. Oleh karena itu, pendekatan, metode, serta teknik-teknik pengajarannya diserahkan kepada guru sesuai dengan kapasitas dan sumber-sumber yang ada dengan syarat kompetensi yang telah ditetapkan dapat dicapai. Dalam hal ini guru bisa menggunakan model pembelajaran apapun yang telah dipelajari dan dimiliki guru selama dalam hal ini diperlukan kejelian guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Keterampilan berbahasa (language skills) dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi, yaitu sebagai berikut: (1) keterampilan menyimak/ mendengarkan (listening skills), (2) keterampilan berbicara (speaking skills), (3) keterampilan membaca (reading skills) dan (4) keterampilan menulis (writing skill). Setiap keterampilan tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat terhadap tiga keterampilan lainnya. Setiap keterampilan erat sekali berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa.

(15)

15 mensintesis dan mengevaluasi terhadap informasi yang tercetak sebelum mengambil keputusan menurut kemampuan nalar dan intuisinya. Terbentuknya masyarakat yang literat akan mampu menghadapi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain, kemampuan membaca tidak hanya akan membuat orang tersebut menjadi pintar dan produktif tapi juga dengan membaca seseorang akan mampu bersikap secara baik efektif dan efisien.

Belajar bahasa atau mata pelajaran apapun tidak terlepas dari kegiatan membaca. Membaca merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari yang sangat penting bagi kehidupan akademik, personal dan sosial seseorang. Pernyataan tersebut di perkuat oleh Bernhart dikutip dari Ediger (1991:154) yang memandang membaca sebagai sebuah proses interaksi dan sosiokognitif yang melibatkan teks, pembaca dan konteks sosial di mana kegiatan membaca itu terjadi. Mengingat pentingnya kegiatan membaca bagi kehidupan manusia, maka tidak mengherankan jika banyak pihak yang peduli terhadap upaya peningkatan kemampuan membaca ini. Kegiatan membaca merupakan sine quo non dalam semua proses pendidikan. Pendapat tersebut didukung oleh Wilson dan Trainin (2007) yang dikutip dari Westwood (2008:257) yang menyatakan bahwa “The cornerstone of academic achievement and the foundation for success across the curriculum is learning to read and write proficiently”.

(16)

16 seperti Amerika, Kanada, Jerman dan Negara-negara berkembang, seperti Trinidad dan Venezuela. Kondisi demikian mencerminkan bahwa standar membaca di sekolah-sekolah Indonesia masih rendah. Sebagian besar siswa yang diteliti memperoleh skor tes membaca pemahaman (bacaan naratif, ekspositorik dan dokumen) berada pada kategori rendah, dengan menjawab secara benar antara 35% sampai 40 %. Para siswa Indonesia yang memperoleh skor tertinggi secara signifikan masih berada jauh di bawah para siswa yang berskor tertinggi di semua negara lain. Sementara itu, siswa Indonesia yang bernilai terendah merupakan salah satu diantara tiga sampel negara yang berskor rendah.

Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca dianggap pula sebagai kemampuan yang paling vital dalam pemerolehan bahasa asing dalam hal ini bahasa Inggris. Sedangkan keterampilan lainnya seperti menulis, mendengar dan berbicara diintegrasikan kedalam pembelajaran membaca (Murcia, 2001:153). Kemampuan siswa dalam pemahaman membaca (reading comprehension) dapat dijadikan sebagai salah satu elemen penting untuk menilai kompetensi kebahasaan siswa.

(17)

17 melaksanakan penelitian tentang peningkatan kinerja membaca setelah siswa menerima penjelasan tentang kosakata selama kegiatan inti membaca (during reading) bukan pada kegiatan awal membaca (before reading).

Penguasaan kosakata memang bisa menjadi salah satu modal yang cukup untuk memahami sebuah teks dan siswa yang lemah penguasaan kosakatanya akan menghadapi permasalah yang serius terhadap pemahaman membaca. Tetapi penguasaan kosakata saja tidak dapat mampu membantu siswa untuk memahami sebuah teks selain siswa harus diajarkan tentang bagaimana menguasai kosakata siswa juga harus diajarkan keterampilan dan strategi dalam memahami sebuah teks (Rapp dkk, 2007).

(18)

18 Dalam mengajar guru tidak hanya berhubungan dengan peningkatan kosakata dan wilayah pengajaran teks, namun para guru juga harus mengisi kebutuhan siswa yang tidak memiliki kemampuan membaca.

Selain itu untuk mengembangkan pemahaman membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris, guru melaksanakan proses pembelajaran pemahaman membaca secara konvensional. Guru hanya membaca teks dan menjawab pertanyaan berdasarkan teks dengan tidak memperhatikan bagaimana mengembangkan kemampuan membaca pemahaman bagi siswa. Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat yang diungkapakan oleh Winograd dan Greenlee (1986) mengatakan bahwa:

“Teachers are spending too much time managing children through materials by assigning them activities and asking questions and too little time engaged in the kind of teaching that will help children into independent readers”.

(19)

19 recognition), ketrampilan menghubungkan informasi-informasi baru dengan pengetahuan latar belakang, pengaplikasian strategi kemampuan membaca pemahaman seperti mencari pikiran utama dari sebuah teks, membangun hubungan, bertanya, membuat simpulan dan memprediksi (meaning and study skills). McCardle dkk. (2002) menyatakan bahwa proses membaca pemahaman membutuhkan keterampilan kognitif dan kebahasaan.

“Comprehension processes draw on many cognitive and linguistic abilities – most notably, vocabulary, recalling background, sentence, sentence processing, verbal reasoning, knowlegde of print conventions and working memory. Weakness in any of these abilities can impair reading and can cause a student to disengage from the task of interpreting text”.

Berdasarkan deskripsi di atas mengenai beberapa kesulitan terhadap kemampuan membaca pemahaman maka diperlukan sebuah strategi yang efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa SMP dalam pembelajaran bahasa Inggris dengan tujuan untuk meningkatkan membaca pemahaman.

(20)

20

Terdapat beberapa landasan teoretis yang berimplikasi praktis terhadap peningkatan mutu pembelajaran bahasa Inggris. Sejumlah teori dapat diadopsi sebagai kerangka berpikir sistematis dalam merumuskan langkah-langkah pembelajaran. Kerangka berpikir tersebut menghadirkan pendekatan pembelajaran membaca yang beragam yang dapat di pergunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya peningkatan kemampuan pemahaman membaca siswa.

B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah

Penelitian ini bertitik tolak dari adanya masalah yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman bahasa Inggris. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran membaca pemahaman bahasa Inggris belum optimal. Pembelajaran membaca pemahaman bahasa Inggris saat ini belum dapat meningkatkan pemahaman membaca siswa.

(21)

21 mempengaruhi keberhasilan belajar, yang berpangkal pada siswa sendiri, diantaranya faktor: kecerdasan, bakat, minat, sikap, motivasi, kebiasaan belajar, fisik, kesehatan, prestasi belajar dan pendidikan sebelumnya.

Pada komponen masukan instrumental, beberapa faktor penting juga melatarbelakangi proses dan keberhasilan pembelajaran, diantaranya: kebijakan-kebijakan, program pendidikan, desain kurikulum, personalia pendidikan yang mencakup unsur pimpinan, guru dan staf, sarana, prasarana pendidikan, media dan sumber belajar serta biaya pendidikan. Pada masukan lingkungan beberapa faktor yang cukup berpengaruh terhadap proses belajar, yaitu: lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat sekitar, lembaga-lembaga sosial, unit-unit kerja dan masyarakat luas.

Proses pembelajaran juga merupakan komponen pendidikan yang cukup luas, meliputi: pembelajaran teori, pembelajaran praktik, pengelolaan kelas, pemberian tugas dan latihan, bimbingan siswa, evaluasi, serta manajemen pembelajaran. Komponen output berkenaan dengan perubahan-perubahan positif atau perkembangan yang dicapai setelah melakukan proses pembelajran. Perkembangan tersebut mencakup aspek pengetahuan, kepribadian dan prilaku atau performansi.

(22)

22 variabel hasil (product variable). Rincian dan keterkaitan antar variabel -variabel tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Bagan 1.1: Komponen-Komponen proses Pembelajaran Sumber: Dunkin dan Biddle (1974:38)

(23)

23 kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru (teacher behavior) dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa (pupils’ behavior). Interaksi belajar mengajar yang berlangsung menimbulkan perubahan-perubahan perilaku atau perkembangan pengetahuan, kemampuan, sikap dan nilai pada siswa, baik yang segera dapat dilihat ataupun yang baru terlihat setelah beberapa lama.

Variabel proses dilatarbelakangi oleh variabel pendahulu (presage variables) baik variabel pendahulu pada guru maupun pada siswa. Variabel pendahulu pada guru, oleh Dunkin dan Biddle dibedakan antara variabel yang langsung berpengaruh terhadap proses pembelajaran (teacher properties) yang meliputi: keterampilan guru dalam mengajar, kecerdasan, motivasi dan ciri-ciri kepribadian, dan yang tidak langsung berpengaruh. Variabel yang tidak langsung berpengaruh ini dipisahkan antara pengalaman pendidikan dan pelatihan dan pengalaman formatif ke dalam pengalaman pendidikan dan pelatihan (teacher training experiences) ini termasuk: pengalaman belajar di perguruan tinggi, pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti serta pengalaman latihan mengajar sebagai calon guru. Pada pengalaman formatif (teachers’s formative experiences) sebagai variabel yang mendahului pendidikan dan latihan termasuk: status sosial-ekonomi, usia dan jenis kelamin.

(24)

24 umum atau yang luas adalah konteks sosial budaya yang meliputi iklim sosial-budaya, komposisi etnis dan besarnya sekolah. Konteks khusus atau sempit adalah konteks lingkungan atau tempat berlangsungnya proses pembelajaran (classroom context) yaitu besarnya kelas, buku-buku sumber serta media yang digunakan terutama media elektronika. Dengan dukungan atau mendapatkan pengaruh dari variabel-variabel pendahulu yang dimiliki guru dan siswa, yang berlangsung dalam konteks lingkungan luas dan spesifik seperti di atas maka interaksi belajar dan mengajar terjadi. Keberhasilan dari kegiatan interaksi tersebut dipengaruhi baik oleh variabel pendahulu pada guru, pada siswa, maupun variabel konteks. Keempat kelompok variabel tersebut, yaitu variabel pendahulu pada guru, pada siswa, variabel konteks dan variabel proses menentukan keberhasilan pembelajaran (product variables).

(25)

25 2. Batasan Masalah

Penelitian ini berkenaan dengan pengembangan model pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran membaca untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa SMP dalam pembelajaran bahasa Inggris. Banyak variabel yang melatarbelakangi atau mempengaruhi proses pembelajaran, mengingat keterbatasan waktu dan tenaga, maka penelitian ini dibatasi pada proses pembelajaran dan kontribusinya terhadap peningkatan kemampuan pemahaman membaca bahasa Inggris di SMP. Pengembangan model pembelajaran membaca berdasarkan proses pembelajaran yang dapat merubah perilaku siswa dalam hal ini kemampuan membaca teks.

(26)

26 Variabel pendahulu pada siswa mencakup minat, motivasi dan sikap siswa terhadap mata pelajaran bahasa Inggris. Minat siswa akan menjadi salah satu variabel yang menentukan keberhasilan pengembangan model pembelajaran dalam proses pembelajaran. Demikian pula dengan motivasi menjadi salah satu faktor yang mendukung siswa dalam meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa. Sikap yang positif terhadap mata pelajaran bahasa Inggris akan membantu siswa untuk lebih bersemangat selama proses pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelak.

Variabel penelitian seperti instrumental input juga menjadi bahan pertimbangan ketika akan mengembangan sebuah model pembelajaran membaca seperti kurikulum, silabus, RPP, metode, media pembelajaran serta pengetahuan tentang konsep-konsep teori membaca. Variabel konteks dalam penelitian ini berupa lingkungan sekolah, lingkungan kelas, sarana dan prasarana pendukung, dukungan kepala sekolah dan staf. Variabel konteks akan sangat mempengaruhi kelancaran pengembangan model pembelajaran karena tanpa dukungan lingkungan yang kondnsif, kepala sekolah serta staf maka proses pengembangan model pembelajaran khususnya pada saat draft model akan diuji cobakan akan menghadapi beberapa kendala di lapangan.

Mengenai variabel hasil meliputi hasil jangka pendek yaitu siswa memiliki kemampuan untuk memahami teks dalam pembelajaran bahasa Inggris. Hasil jangka panjang yang diharapkan siswa memiliki kemampuan untuk memahami teks mata pelajaran lain.

(27)

27 ingin dikaji yaitu “Model pembelajaran yang bagaimanakah yang cocok untuk meningkatkan kemampuan pemahaman membaca dalam pembelajaran Bahasa Inggris siswa SMP di Kota Palembang?”

Model pembelajaran membaca yang dikembangkan pada penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pemahaman membaca siswa yang memadukan konsep-konsep pengembangan keterampilan pemahaman membaca.

(28)

28 pengalaman oleh sebab itu maka semakin banyak anak-anak yang mempunyai banyak pegalaman maka semakin banyak pengetahuan skemata yang mereka miliki.

Berdasarkan kombinasi konsep-konsep proses dan pendekatan pemahaman membaca diyakini akan melahirkan sebuah model pembelajaran pemahaman membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris di SMP. Berdasarkan konsep dan teori yang dideskripsikan diatas apabila dipadukan menjadi sebuah model pembelajaran membaca pemahaman bahasa Inggris akan dapat membantu siswa dalam memahami sebuah bacaan. Dalam memahami sebuah bacaan, penguasaan pengenalan kosakata tidak akan cukup membantu siswa memahahami sebuah bacaan. Pembaca yang baik akan membuat sebuah simpulan dari bacaan menggunakan pengetahuan awal mereka ketika pengetahuan awal tersebut diperlukan untuk memahami sebuah bacaan. Pembaca hanya menghubungkan pengetahuan awal mereka apabila pengetahuan tersebut relevan dengan ide-ide yang dituliskan di dalam bacaan. Walaupun demikian pemahaman membaca tidak hanya membutuhkan skemata saja untuk mengerti sebuah bacaan. Pemahaman sebuah bacaan membutukan pengenalan kata untuk mendukung pemahaman informasi-informasi terbaru dalam bacaan.

(29)
(30)

30 C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang timbul maka pertanyaan penelitian terdiri dari beberapa pertanyaan yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kondisi pelaksanaan pembelajaran membaca untuk meningkatkan kemampuan pemahaman membaca pembelajaran bahasa Inggris SMP saat ini?

2. Model pembelajaran membaca yang bagaimanakah yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa SMP ditinjau dari dari desain, implementasi dan evaluasinya?

3. Apakah model pembelajaran pemahaman membaca yang dikembangkan cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris siswa di SMP?

4. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat implementasi model pembelajaran membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris di SMP?

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini perlu dijelaskan tentang definisi secara operasional tentang beberapa pokok pikiran. Ada dua variabel atau faktor utama yang menjadi inti kajian dalam penelitian ini, yaitu Model Pembelajaran Membaca dan Pemahaman membaca

1. Model Pembelajaran Membaca

(31)

31 prosedur atau langkah-langkah sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa SMP. Dalam hal ini model pembelajaran membaca yang dikembangkan adalah model pengembangan pembelajaran membaca yang berakar dari dua teori utama adalam pembelajaran membaca yaitu konsep pendekatan membaca Bottom-Up Reading Approach dan pendekatan membaca Top-Down Reading Approach. Masing-masing pendekatan menggambarkan perbedaan konsep tentang proses-proses yang terlibat dalam pembelajaran membaca. Model pembelajaran membaca yang dikembangkan merupakan model pembelajaran yang dikembang untuk mengisi kelemahan yang terdapat dari masing-masing teori tersebut ditinjau dari implementasinya.

Dalam penelitian ini, model pengelolaan pembelajaran pemahaman membaca dalam pembelajaran bahasa bahasa Inggris dikembangkan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang menggali kondisi pembelajaran yang ada, teori-teori yang relevan, dan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan selama ini. Hasil studi pendahuluan akan menjadi dasar bagi pengembangan desain model.

2. Kemampuan Pemahaman Membaca

(32)

32 Berangkat dari deskripsi tersebut maka kemampuan pemahaman membaca dalam penelitian ini dapat dilihat dari skor yang akan dicapai oleh siswa yang diukur melalui tes pemahaman membaca setelah mereka diperlakukan dengan menggunakan Pembelajaran TICM. Kemampuan membaca pemahaman diukur pada awal dan akhir pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi kondisi pelaksanaan pembelajaran membaca yang meliputi: kondisi guru, siswa, materi pelajaran, sumber belajar, model pembelajaran, dan sarana prasarana/fasilitas pembelajaran di SMP saat ini 2. Untuk menghasilkan model pembelajaran pemahaman membaca yang dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman membaca ditinjau dari desain, implementasi dan evaluasinya dalam pembelajaran bahasa Inggris siswa SMP. 3. Untuk mengkaji model pembelajaran pemahaman membaca yang

dikembangkan apakah cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris siswa SMP.

(33)

33 F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan suatu model pembelajaran membaca yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa dalam pembelajaan pembelajaran bahasa Inggris. Model pembelajaran dikembangkan dengan berpegang pada landasan-landasan konseptual, dan kenyataan empiris dan pelaksanaan pembelajaran membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris di SMP. Dari studi pengembangan ini diharapkan dapat dipetik dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian pengembangan model pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi:

a. Pengembangan teori pada bidang pembelajaran bahasa Inggris di SMP, berupa prinsip-prinsip dasar atau dalil-dalil mengenai pengembangan pemahaman membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris SMP.

b. Di samping itu hasil penelitian ini dapat pula dimanfaatkan sebagai sumber informasi yang diperlukan oleh peneliti dan pengembang kurikulum untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

(34)
(35)

123

BAB III

METODOLOGI

Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, subyek penelitian, alat pengumpul data, dan analisis data.

A. Metode Penelitian

(36)

124

Operational field testing (pengujian lapangan operasional); (9) Final product revision (revisi produk operasional); dan (10) Dissemination and implementation (diseminasi dan penerapan)

B. Prosedur Penelitian

Implementasi langkah-langkah diatas untuk mengembangkan model yang dikemukan oleh Borg and Gall dimodifikasi melalui beberapa tahapan proses dengan tetap memperhatikan esensi yang harus terpenuhi dalam pelaksanaan penelitian sehingga siklusnya terdiri atas: (1) Studi pendahuluan, mempelajari kondisi yang ada dilapangan, teori-teori yang relevan, dan hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan (research and information collecting); (2) Pengembangkan produk awal berdasarkan hasil penelitian pendahuluan (develop preliminary form of product) dan ujicoba lapangan secara terbatas dan lebih luas dimana nantinya produk akan digunakan (field testing), yang diselingin dengan revisi (revision) terhadap kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam setiap ujicoba lapangan; (3) Validasi model yang dikembangkan divalidasi (operational field testing) sampai memperoleh produk akhir (final product) sebagai sebuah model pembelajaran. Kegiatan pengembangan dan uji validasi produk dilakukan secara siklis, disertai umpan balik, evaluasi, penilaian, perbaikan. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing tahapan pengembangan desain model pembelajaran.

1. Studi Pendahuluan

(37)

125

teoritis mengenai model pembelajaran bahasa Inggris khusus mengenai pembelajaran membaca bahasa Inggris di SMP yang akan dikembangkan dalam sebuah model pembelajaran membaca serta mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan model tersebut. Studi pendahuluan penting dilakukan karena menghasilkan basis konseptual dan atau rasionalisasi yang akan dijadikan tempat berpijak untuk mengembangkan sebuah model pembelajaran membaca yang sesuai. Didalam studi pendahuluan juga dilaksanakan survei pendahuluan yang diarahkan untuk menemukan model-model sejenis atau draft dari model tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris saat ini. Survei lapangan juga ditujukan untuk mengungkapkan kondisi nyata yang merupakan faktor pendukung atau penghambat penerapan model yang akan dikembangkan. Faktor-faktor tersebut meliputi kondisi, kemampuan dan kinerja guru, kondisi siswa serta kuantitas dan juga kualitas sarana dan fasilitas pembelajaran di sekolah.

2. Pengembangan Model Awal

(38)

126

sejawat dan pakar dalam bidang pengembangan kurikulum dan metode pembelajaran.

Pelatihan singkat tentang strategi konseptual yang terkandung dalam desain model yang dikembangkan diberikan kepada guru yang terpilih sebagai penguji coba sehingga hakikat yang dikembangkan diberikan kepada guru yang terpilih sebagai penguji coba sehingga hakikat model dipahami. Kemudian, secara kolaboratif guru dan peneliti menyusun strategi operasional yang dapat dituangkan kedalam rencana pembelajaran (lesson plan). Rencana pembelajaran bersifat sangat fleksibel untuk dikembangkan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.

(39)

127

Pelaksanaan ujicoba terbatas dilakukan secara siklis pada satu sekolah dalam tiga siklus. Hasil ujicoba terbatas digunakan untuk merevisi model yang dikembangkan agar diperoleh desain lebih baik untuk ujicoba lebih luas.

Ujicoba model dalam skala lebih luas dilakukan untuk mendapatkan informasi apakah model yang dikembangkan memenuhi tujuan yang telah ditetapkan, baik melalui penilaian kualitatif maupun kuantitaif. Penilaian kualitatif diperoleh dari hasil observasi. Selain itu digunakan juga rancangan eksperimental yang bertujuan untuk melihat pengaruh dan keefektifan model terhadap kemampuan membaca pemahaman bahasa Inggris dalam pembelajaran bahasa Inggris di SMP. Penelitian eksperimen ini melibatkan tiga SMP dengan kategori baik, sedang dan kurang, dilakukan secara siklis sehingga diperoleh model pembelajaran yang siap untuk di validasi.

Berikut adalah bagan desain pretest-posttest satu kelompok (one group pretest-postets design) untuk melihat hasil yang dicapai melalui penerapan model yang dikembangkan pada kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa inggris.

Pretest Variables bebas Posttest

YI X Y2

(40)

128

3. Validasi Model

(41)

129 Bagan 3.1: Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan Model Menurut

Sukmadinata (2007:189)

(42)

130 Tabel 3.2. Desain Pretest-Posttest Kelompok Kontrol Tampa Acak

Pengujian validasi model dilakukan untuk mengetahui pengaruh atau efektifitas model pembelajaran yang dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. Untuk maksud tersebut dilakukan uji statistik terhadap hasil tes. Pengaruh penerapan model dalam meningkatkan kemampuan pemahaman membaca diketahui melalui uji perbedaan rata-rata hasil pretest-posttest. Adanya perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest menunjukkan adanya pengaruh penggunaan model dalam meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa. Efektifitas model diketahui melalui uji perbedaan rata-rata peningkatan skor tes (gain score) antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Dikemukannya perbedaan peningkatan skor yang signifikan antara kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran membaca pemahaman ini lebih efektif dibandingkan dengan metode konvesional dalam meningkatkan kemampuan pemahaman membaca.

C. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri yang ada di kota Palembang yang tersebar di enam kecamatan dari enam belas kecamatan

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen

Kontrol

YI

YI

X

_

Y2

(43)

131

yaitu, kecamatan Kec. Ilir Timur I, Kec. Ilir Timur II, Kec. Ilir Barat I, Kec. Ilir Barat II, Seberang Ulu I dan Seberang Ulu II. Dari 16 kecamatan yang ada di Kota palembang diambil 6 kecamatan yang masing-masing sekolah di wakili oleh kategori baik, sedang, kurang. Ketiga daerah kecamatan itu menjadi lokasi kegiatan studi pendahuluan, lokasi untuk uji coba terbatas dan lebih luas, serta untuk uji validasi model.

1. Subjek Pada Studi Pendahuluan

(44)

132 Tabel 3.3. Sumber Data Penelitian Pada Studi Pendahuluan

2. Subjek Pada Uji Coba Model Terbatas dan Lebih Luas

Setelah peneliti melakukan studi pendahuluan pada sepuluh sekolah ditetapkan satu sekolah sebagai tempat untuk melaksanakan ujicoba secara terbatas yaitu SMPN 9 Palembang. Guru dan siswa dalam kelas yang dipilih menjadi subjek penelitian. Penentuan SMP sebagai tempat pelaksanaan ujicoba secara terbatas dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik itu digunakan atas pertimbangan bahwa subjek penelitian pada sekolah memiliki karakterisitik yang sama dengan ciri subjek penelitian secara keseluruhan.

(45)

133

pendahuluan. Tiga SMP yang dimaksud adalah SMPN 10 palembang, Palembng SMPN 13 dan SMPN 18 palembang. Jumlah siswa yang menjadi subyek penelitian adalah 126 siswa dengan 3 orang guru bahasa Inggris.

Faktor-faktor yang mendasari pemilihan ketiga sekolah ini adalah (1) memenuhi kriteria sekolah baik, sedang, dan kurang menurut penilaian Depdiknas kota Palembang sehingga menggambarkan karakterisitik subyek secara keseluruhan, (2) kesediaan kepala sekolah dan guru bahasa Inggris untuk memfasilitasi uji coba, dan (3) rasa ingin tahu dan kemampuan guru yang cukup baik untuk menerapkan model pembelajaran yang dikembangkan.

Kategori Sekolah Jumlah

Baik SMP Negeri 10 Palembang 38 orang

Sedang SMP Negeri 13Pelambang 40 orang

Kurang SMP Negeri 18 PAlembang 39 orang

Tabel 3.4. Sumber Data Penelitian Pada Uji Coba lebih Luas

3. Subjek Pada Uji Validasi Model

(46)

134 Tabel 3.5. Sumber data Penelitian Pada Uji Validasi Model

D. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan tahap-tahap pengembangan model pembelajaran bahasa Inggris SMP, (1) studi pendahuluan; (2) Pengembangan model; dan (3) uji validasi model, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: dokumentasi, observasi, kuesioner, wawancara dan tes.

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah kegiatan pengumpulan data melalui analisis dokumen untuk membuktikan bahwa sesuatu benar atau tidak benar adanya. Analisis dokumen bertujuan untuk menjaring data khususnya yang berupa dokumen yang disiapkan guru sebelum memasuki kelas. Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dari guru tentang ketersediaan kelengkapan perangkat belajaran belajar mata pelajaran bahasa Inggris, meliputi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Hasil dokumen dimaksudkan untuk melengkapi hasil observasi pada studi pendahuluan.

Kategori Kelompok Sekolah Jumlah

(47)

135

Analisis dokumen dilakukan dengan cara mencatat dokumen-dokumen apa saja yang telah dan belum dimiliki oleh guru. Mempelajari rencana pembelajaran dan kelengkapan komponennya, serta ketepatan perumusan Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi, tujuan pembelajaran dan indikatornya. Analisis dokumen dilakukan sebelum observasi kelas berlangsung dengan maksud memperoleh informasi perihal kesiapan guru sebelum mengajar.

2. Observasi

Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun oleh peneliti untuk menjaring data yang diperlukan pada studi pendahuluan, ujicoba terbatas, dan ujicoba lebih luas. Pada saat studi pendahuluan pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara melihat dari dekat kondisi pembelajaran bahasa Inggris khususnya dalam pembelajaran membaca yang dilakukan selama ini di sekolah, khususnya bahan ajar dan metode penyampaian, proses dan interaksi belajar mengajar, serta evaluasi proses dan hasil belajar. Pada saat pengembangan model observasi juga dilakukan dengan melihat dengan dekat proses penerapan model pada ujicoba terbatas dan ujicoba lebih luas. Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang penerapan model ujicoba, interaksi belajar mengajar, penguasaan guru dalam penerapan model dan respon siswa terhadap langkah-langkah pembelajaran termasuk perilaku-perilaku yang muncul, serta faktor pendukung dan faktor penghambat ketika model pembelajaran dikembangkan.

(48)

136

membantu peneliti dalam merekam perilaku sebenarnya, dan, (3) teknik observasi membantu peneliti mengumpulkan data secara langsung tampa kontaminasi. Dengan demikian, kekuatan dan kelemahan dapat direkam dinilai dan dievaluasi bagi perbaikan penerapan model dalam siklus berikutnya.

3. Wawancara

Wawancara bertujuan untuk mengungkapkan informasi langsung dari subjek penelitian yaitu guru dan siswa sehubungan dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Disamping itu juga wawancara dilakukan oleh peneliti untuk menggali data dan informasi dari guru tentang hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris selama ini dan kebutuhan akan model pembelajaran membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris yang relevan dengan tuntutan kurikulum. Selain itu juga wawancara juga dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang pandangan guru dan siswa terhadap model pembelajaran yang akan dikembangkan dan model pembelajaran yang sedang diterapkan saat ini, faktor pendukung serta faktor penghambat yang dirasakan guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran yang dikembangkan, serta gagasan-gagasan yang dimiliki guru untuk menyempurnakan model pembelajaran yang sedang dikembangkan.

4. Tes

(49)

137

mengukur ada atau tidaknya pengaruh penggunaan pembelajaran TICM yang sedang dikembangkan terhadap kemampuan pemahaman membaca siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris serta menguji pengaruh dan efektifitas model pembelajaran dengan model pembelajaran yang biasa selama ini digunakan oleh guru mata pelajaran bahasa Inggris.

Tes hasil belajar yang dikembangkan disusun berdasarkan aspek-aspek dari kemampuan pemahaman membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris. Aspek-aspek tersebut mencakup main idea (topic), expression/idioms/phrases in the context, inference, grammatical features, detail, vocabulary in context (Brown, 2004:206). Instrumen tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang dibuat oleh peneliti yang terlebih dahulu dinilai oleh pakar dalam bidangnya. Tes tersebut berupa pilihan ganda akan dipergunakan sebagai sumber data untuk melihat peningkatan pemahaman membaca siswa yang akan dianalisis secara kuantitatif. Instrumen tes digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan awal siswa berupa test awal (pretest) dan test akhir (posttes). Pretest bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Sedangkan posttest bertujuan untuk mendapat informasi tentang kemampuan akhir setelah mereka diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran yang sedang dikembangkan selama proses kegiatan pembelajaran membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris.

(50)

138

masukan-masukan bagi pengembangan draft model pembelajaran yang dikembangkan dalam skala yang lebih luas.

Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas serta penghitungan koefisien realibilitasnya. Ujicoba melibatkan sejumlah siswa untuk memperoleh validasi isi, konstruk dan reabilitasnya. Validitas instrumen diuji untuk mengetahui kesahihan setiap butir soal dalam mengukur hasil belajar siswa berdasarkan aspek-aspek kemampuan pemahaman membaca. Validitas butir diuji dengan menghitung koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total untuk setiap aspek yang diukur menggunakan rumus korelasi point biserial. Butir soal tes dinyatakan valid jika hasil perhitungan koefisien korelasi (rhitung) antara skor butir dengan skor total lebih besar dari nilai kritisnya (rtabel).

Reabilitas instrumen dihitung untuk mengetahui kehandalan instrument tes dalam mengukur kemampuan membaca pemahaman. Tingkat keandalan instrumen dinyatakan dengan koefisien reabilitas yang dihitung menggunakan rumus KR-21. Semakin tinggi koefisien reabilitas (mendekati angka 1.00) maka semakin reliable instrument tersebut dalam mengukur kemampuan membaca pemahaman siswa.

E. Teknik Analisis Data

(51)

139

jenis data tersebut dianalisis secara bertahap sesuai dengan prosedur penelitian yang dilaksanakan.

1. Analisis Data Tahap studi Pendahuluan

Data yang diperoleh pada studi pendahuluan meliputi: (1) Hasil telaah dokumen dan kajian pustaka; (2) Hasil observasi mengenai latar belakang penelitian dan pembelajaran bahasa Inggris yang biasa digunakan serta (3) Hasil wawancara dengan guru mengenai pembelajaran bahasa Inggris dianalisis melalui tahapan berikut:

Pertama, mendeskripsikan aspek-aspek yang terkait dengan pengembangan model pembelajaran membaca dalam pembelajaran bahasa inggris berdasarkan hasil telaah yang dilakukan terhadap kurikulum mata pelajaran bahasa Inggris SMP, buku sumber (bahan ajar) yang digunakan, serta program pengajaran yang dibuat guru. Kedua, mendeskripsikan aspek-aspek pengembangan model secara teoritis berdasarkan hasil kajian terhadap berbagai literatur mengenai model pembelajaran membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris serta hasil penelitian yang relevan. Ketiga, mendeskripsikan hasil observasi dan wawancara mengenai latar belakang penelitian yang meliputi kondisi guru, kondisi siswa, sarana dan fasilitas yang tersedia untuk mendukung pengembangan model, serta proses pembelajaran yang biasanya dilakukan oleh guru bahasa Inggris.

(52)

140

peneliti tidak perlu melakukan pengolahan data melalui perhitungan matematis sebab data telah memiliki makna apa adanya (Nana Sudjana & Ibrahim, 1989:129)

2. Analisis Data Tahap Pengembangan dan Ujicoba Model

Pada tahap pengembangan diperoleh data dari hasil observasi selama guru mengajar, baik pada tahap ujicoba terbatas maupun ujicoba lebih luas. Karena data dari hasil observasi bersifat kasus maka data yang diperoleh dari kegiatan observasi dianalisis secara kualitatif.

(53)

141

meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa sehingga model ini siap untuk divalidasi.

3. Analisis Data tahap Validasi Model

Metode eksperimen dipergunakan maka diperoleh data hasil belajar siswa dalam aspek kemampuan pemahaman membaca berupa pretest dan posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengaruh model pembelajaran terhadap peningkatan pemahaman membaca secara statistik dengan membandingkan rata-rata skor posttest dengan skor postest untuk setiap kelompok. Perbedaan rata-rata antara skor pretest dan skor pretest dapat diketahui melalui Uji-t. Hipotesis statistik yang akan di uji untuk mengetahui perbedaan tersebut dirumuskan sebagai berikut:

H0 : µa = µi

Tidak terdapat perbedaan antara rata-rata skor pretest (µa) dengan skor posttest (µi).

H1 : µa < µi

Terdapat perbedaan antara rata-rata skor pretest (µa) dengan skor posttest(µi); rata- rata skor pretest (µa) lebih kecil dari pada rata-rata skor posttest(µi).

Penolakan H0 dan pernerimaan H1 menunjukkan bahwa model pembelajaran memiliki pengaruh terhadap peningkatan pemahaman membaca. Sebaliknya penerimaan H0 dan penolakan H1 menunjukkan bahwa model pembelajaran tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan pemahaman membaca.

(54)

142

Hipotesis statistik yang akan diuji untuk mengetahui perbedaan tersebut dirumuskan sebagai berikut:

H0 : µE = µk

Tidak terdapat perbedaan antara rata-rata gain skor pada kelompok eksperimen (µE) dengan rata-rata gain skor pada kelompok (µk)

H1 : µE > µK

Terdapat perbedaan antara rata-rata gain skor pada kelompok eksperimen (µE) dengan rata-rata gain skor pada kelompok kontrol (µK); rata-rata gain skor pada kelompok eksperimen (µE) lebih besar dari rata-rata gain skor pada kelompok kontrol (µK)

(55)
(56)

320

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Pada bab lima ini akan dikemukakan tentang simpulan hasil penelitian dan pengembangan model pembelajaran, implikasi atas simpulan yang diajukan, dan rekomendasi yang diajukan sehubungan dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian dijelaskan sebagai berikut:

A. Simpulan

Berdasarkan tujuan penelitian dan kajian terhadap hasil dan pembahasan penelitian mengenai pembelajaran The Interactive-Compensatory Model (TICM) untuk meningkatkan kemampuan pemahaman membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris di SMP, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

1. Kondisi Objektif Pembelajaran Membaca dalam Pembelajaran bahasa Inggris di SMP

Hasil studi pendahuluan tentang keadaan sekolah dan kondisi pembelajaran membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris di SMP di lapangan, yaitu tentang kondisi pembelajaran membaca di SMP dan persepsi guru dan siswa terhadap pembelajaran membaca dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:

a. Kondisi Pelaksanaan Proses Pembelajaran Membaca Dalam Pelajaran Bahasa Inggris di SMP

(57)

321 kualitas pembelajaran melalui sebuah model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa.

- Guru tidak melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan silabus dan RPP karena guru lebih bergantung pada buku sumber sebagai acuan dalam mengimplementasikan pembelajaran membaca di dalam kelas.

- Sebagai bahan ajar guru sangat mengandalkan buku sumber dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dimana hampir dalam semua kegiatan pembelajaran membaca hanya diisi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia dalam buku sumber dan LKS tampa adanya kegiatan pengembangan kemampuan pemahaman membaca bagi siswa.

- Pembelajaran yang dilaksanakan di kelas cenderung menggunakan pendekatan pembelajaran yang bersifat konvensional. Dalam kegiatan pembelajaran membaca guru menjelaskan dari hal-hal terkecil dari sebuah teks seperti menjelaskan makna sebuah kata, pengucapan dan menjawab pertanyaan berdasarkan teks tampa mengembangkan kemampuan pemahaman sebuah teks.

- Dalam melakukan evaluasi, sebagian besar guru tidak melakukan evaluasi untuk mengukur pemahaman membaca siswa Tes yang dilakukan guru pada kegiatan pembelajaran membaca hanya berbentuk Short-Answer Task.

b. Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran Membaca

(58)

322 pembelajaran yang akan dicapai harus mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar minimal. Guru cenderung melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan teknik pembelajaran konvesional.

Di sisi lain siswa mempunyai minat yang besar terhadap mata pelajaran bahasa Inggri, dilihat dari motivasi siswa untuk mengikuti kursus bahasa Inggris di luar jam sekolah. Maka oleh karena itu perlu dikembangkan sebuah model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan juga mampu untuk meningkatkan pemahaman membaca siswa dalam membaca teks dalam pembelajaran bahasa Inggris.

2. The Interactive-Compensatory Model (TICM) yang Dikembangkan Untuk

Meningkatkan Pemahaman Membaca Siswa adalah sebagai berikut: Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan suatu model pembelajaran, yakni pembelajaran The Interactive Compensatory Model (TICM). Model TICM secara konseptual dilandasi oleh teori pendekatan membaca dan secara praktisnya merupakan realisasi dari KTSP SMP dengan salah satu Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Inggris yaitu membaca dimana dalam KTSP siswa SMP kelas VIII harus memahami dan mengembangkan beragam jenis teks.

(59)

323 yang paling rendah menuju ke yang tinggi. Menurut teori ini kegiatan membaca di mulai dengan mengidentifikasi huruf-huruf, kata, frasa, kalimat dan terus bergerak ke tataran yang lebih tinggi, sampai akhirnya pembaca memahami teks. mempelajari apa yang dikatakan lambang tercetak merupakan kegiatan satu-satunya dalam teori ini dengan kata lain menurut teori ini pemahaman membaca dibangun berdasarkan data visual yang berasal dari teks melalui tahapan lebih rendah ke tahapan yang lebih tinggi. Sedangkan Menurut Teori Atas-Bawah (Top-Down) kegiatan proses membaca pemahaman dimulai dari tataran yang lebih tinggi. Teori ini dikenal dengan teori psikolinguistik memandang kegiatan membaca sebagai bagian dari proses pegembangan skemata. Pada teori ini informasi grafis hanya digunakan untuk mendukung skemata tentang makna. Pembaca tidak banyak membutuhkan informasi grafis dari bacaan karena pembaca telah memiliki modal bacaan sendiri untuk memahami teks.

a. Desain Perencanaan Pembelajaran TICM

(60)

324 b. Implementasi Pembelajaran TICM

Pembelajaran TICM terdiri dari tiga kegiatan pembelajaran membaca yaitu kegiatan Before-Reading Activity, During-Reading Activity dan After-Reading Activity

1) Before-Reading Activity

Kegiatan awal membaca merupakan tahap pendahuluan dalam proses pembelajaran TICM yang terdiri dari:

a) Kegiatan Membaca Pendahuluan (Before-Reading Activity)

Dalam kegiatan awal membaca (Before-Reading Activity) bertujuan untuk mempersiapkan siswa apabila mereka menghadapi kesulitan dalam hal kebahasaan, budaya dan konsep-konsep membaca, tujuan dari kegiatan awal membaca ini adalah untuk mengaktifkan pengetahuan awal siswa. Dalam hal ini siswa harus memberdayakan pengetahuan awal yang dimiliki sebelum mereka memasuki kegiatan membaca yang terdiri dari:

(1) Activating Prior Knowledge

(61)

325 kegiatan Brainstorming, Semantic Mapping, Vocabulary Analysis.

(a) Braintorming, merupakan teknik pembelajaran yang dipakai untuk menghimpun gagasan dan penapat untuk menjawab pertanyaan tertentu, dengan cara mengajukan pendapat atau gagasan sebanyak-banyaknya.

(b) Semantic Bapping, untuk mengklasifikasikan semua informasi acak yang dari kegiatan Brainstorming.

(c) Analysis Vocabulary, berupa kegiatan dimana guru menjelaskan kepada siswa tentang semua aspek-aspek kebahasaaan yang merupakan hasil dari gagasan siswa seperti, jenis kata kerja, bentuk waktu dan pengucapan.

(2) Setting the Purpose of The Reading

Dalam tahapan bertujuan untuk menginformasikan kepada siswa tentang materi pembelajaran membaca yang akan diperlajari pada hari tersebut.

b) During-Reading Activity

Kegiatan membaca inti (Durin-Reading Activity) merupakan tahapan inti dari kegiatan pembelajaran membaca yaitu yang terdiri dari beberapa kegiatan pembelajaran yaitu sebagai berikut:

(1) Modelled Reading

Modelled Reading merupakan sebuah kegiatan membaca yang bertujuan untuk mendemonstrasikan bagaimana cara membaca secara efisien, lancar yang diikuti oleh jeda dan ungkapan yang benar.

(2) Skimming the Text

(62)

326 dalam hal ini tidak selalu di permukaan (awal), tetapi terkadang di tengah atau di dasar (bagian akhir). Jenis teknik membaca ini termasuk jenis teknik membaca yang sangat cepat.

(3) Scanning the text

Scanning adalah suatu kegiatan membaca dengan cepat. Tujuan membaca cepat adalah untuk informasi penting tampa membaca keseluruhan teks. Sebagai contoh ketika hendak mencari informasi tentang nama seseorang, tanggal atau untuk mencari kunci sebuah konsep kedalam kelompok informasi tertentu. Yang sebelumnya berantakan/kacau. Selain itu juga didalam kegiatan ini guru juga dapat melakukan mengidentifikasi aspek-aspek kebahasaan yang terdapat dalam teks tersebut, misalnya siswa dapat mengidentifikasi kata kerja yang dipergunakan dalam teks, mengidentifikasi kata sifat, benda dan pada akhirnya siswa dapat mengidentifikasi jenis bentuk waktu yang dipergunakan didalam teks.

(4) Identifying the text type

Identifying the text type merupakan kegiatan pengidentifikasian jenis teks.

Berdasarkan KTSP pembelajaran bahasa Inggris SMP tujuan utama mata pelajaran bahasa Inggris adalah untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tersebut baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Kemampuan berkomunikasi ini pada hakekatnya adalah kemampuan berwacana, yaitu kemampuan seseorang dalam pemahaman dan penciptaan wacana.

c) Kegiatan Membaca Akhir (After-Reading activity)

(63)

327

(1) Summarizing

Summarizing adalah kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk mendorong siswa untuk mengidentifikasi poin utama dari teks. Kegiatan Summarizing dapat dimulai dengan meminta siswa untuk mendiskusikan apa yang dapat mereka tebak tentang konten teks yang telah mereka baca dalam sebuah kalimat pernyataaan yang sederhana.

c. Desain Evaluasi TICM

Sesuai dengan karakteristik model, evaluasi pembelajaran dengan TICM terdiri darik evaluasi proses dan evaluasi hasil

1) Evaluasi Proses

Evaluasi proses, adalah evaluasi pembelajaran yang berfungsi untuk mendapatkan informasi tentang peningkatan kemampuan pemahaman membaca siswa. Teknik yang digunakan untuk evaluasi proses diantaranya dengan menggunakan observasi dan tes formatif di akhir kegiatan pembelajaran.

2) Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belaja adalah evaluasi yang berfungsi untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan siswa memahami sebuah teks. Teknik yang dapat digunakan dalam evaluasi ini adalah berupa tes berbentuk pilihan ganda.

3. Dampak Penggunaan Pembelajaran TICM Terhadap Kemampuan Pemahaman Membaca Siswa

(64)

328 proses pembelajaran membaca berlangsung. Dari hasil uji validasi, pembelajaran TICM memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa. Hal ini dapat dilihat dari skor kemampuan membaca pemahaman dari kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran TICM meningkat secara signikan setelah dibandingkan dengan perolehan skor kelas kontrol dimana kelas tersebut menggunakan pembelajaran membaca yang konvensional. Adanya peningkatan yang signifikan dalam kemampuan membaca pemahaman, secara konsisten pula terjadi sesuai dengan kategori sekolah yang dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu sekolah yang mempunyai kategori baik, sedang, dan kurang yang dilihat dari peroleh skor pretest dan posttestnya. Berdasarkan uji validasi terhadap pembelajaran TICM, model pembelajaran ini ternyata lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa dibandingkan dengan model pembelajaran yang konvensional. Dilihat dari rata-rata gain skor yang diperoleh antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang menunjukkan bahwa pembelajaran TICM berdasarkan hasil uji perbedaan rata-rata gain skor pada masing-masing kategori sekolah yaitu baik, sedang, dan kurang terdapat perbedaan antara peningkatan skor tes kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Peningkatan skor tes pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan peningkatan skor tes pada kelompok kontrol.

(65)

329 TICM dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa karena dalam tahapan kegiatan model pembelajaran membaca terjadi interaksi antar pembaca dengan teks.

4.

Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat Implementasi

Pembelajaran TICM di SMP

Implementasi secara sederhana dapat diartikan pelaksanaan sesuatu. Selama penerapan model ini baik dalam ujicoba terbatas dan ujicoba lebih luas terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat implementasi model ini.

a. Faktor-Faktor Pendukung yang Dapat Mempengaruhi Pembelajaran TICM adalah sebagai berikut:

1) Ditinjau dari guru, keberhasilan Pembelajaran TICM sebagai suatu model pembelajaran membaca di SMP ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut: - Kemampuan guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang dapat mengaktifkan pengetahuan awal siswa dalam bentuk pertanyaan yang berhubungan dengan teks. Keterampilan guru dalam bertanya akan memiliki pengaruh yang signifikan karena akan mempengaruhi siswa agar memiliki keberanian dalam mengungkapkan pengetahuan/informasi yang mereka miliki. Kemampuan ini akan sangat menentukan karena dalam konteks pembelajaran membaca dengan menggunakan model ini keterlibatan antara pembaca dan teks akan sangat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap teks yang akan mereka pahami.

- Kreatifitas guru untuk menstimulus pengetahuan awal siswa melalui

(66)

330 pada akhirnya akan merangsang siswa untuk mencurahkan semua ide, informasi yang mereka miliki.

- Kemampuan guru untuk mempersiapkan berbagai materi pembelajaran yang tidak tergantung dengan buku sumber tetapi guru mampu mencari materi yang autentik sesuai dengan tuntutan kurikulum.

- Adanya dukungan kepala sekolah dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang memungkinkan pelaksanaan pembelajaran TCIM di kelas. Sehingga model ini dapat menjadi model alternatif bagi peningkatan pemahaman membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris.

2) Disamping guru, dari segi siswa juga menentukan keberhasilan Pembelajaran TICM sebagai model pembelajaran membaca di SMP yaitu faktor-faktor sebagai berikut:

- Sikap positif siswa terhadap mata pelajaran bahasa Inggris dimana telah tumbuh kesadaran dalam diri siswa tentang penting pelajaran bahasa Inggris yang nanti akan menjadi salah satu keterampilan yang dperlukan dalam kehidupan bermasyarakat kelak.

- Siswa memiliki motivasi yang tinggi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran membaca karena melalui pembelajaran TICM telah tercipta situasi pembelajaran yang kelas yang lebih kondusif dimana siswa sangat terlibat selama proses pembelajaran.

(67)

331 - Sekolah juga merupakan salah satu faktor pendukung terhadap pembelajaran TICM. Semua struktur manajemen sekolah dari tingkat tertinggi dalam hal ini kepala sekolah hingga tingkat terendah dalam hal ini pembantu sekolah sangat membantu selama proses pelaksanaan Pembelajaran TICM ini sehingga tercipta iklim kekeluargaan yang tinggi selama proses penelitian berlangsung.

- Ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan pembelajran TICM ini seperti meja, papan tulis, OHP yang dapat berfungsi dengan baik.

b. Faktor-Faktor Penghambat yang Dapat Mempengaruhi Pembelajaran TICM adalah sebagai berikut:

1) Ditinjau dari segi guru faktor penghambat yang dapat mempengaruhi Pembelajaran TICM adalah sebagai berikut:

- Guru tidak memiliki pemahaman terhadap kurikulum yang sedang berlaku saat ini, sehingga guru tidak mengetahui tujuan pembelajaran membaca apa yang akan dicapai selama kegiatan pembelajaran. Sehingga ketika kegiatan pembelajaran TICM diimplementasikan hanya dianggap seperti model pembelajaran konvesional yang biasa dipakai oleh guru. Padahal model pembelajaran ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan kurikulum mata pelajaran bahasa Inggris di SMP.

Gambar

Tabel 1.1  Pencapaian Tingkat Literasi Membaca Siswa Indonesia (sumber: PISA
Tabel 3.1. Desain Pretes-Posttest Satu Kelompok
Tabel 3.5. Sumber data Penelitian Pada Uji Validasi Model

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dipandang perlu mengingat begitu cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga melalui kerjasama dengan pihak luar negeri diharapkan akan

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Bagian Kesejateraan Rakyat Setda Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran z}fi untuk Kegiatan Seleksi Tilawatil Qudan Tingkat Kabupaten,

Pasal 4 ayat (2) UU nomor 1 Tahun 1974 berbunyi pengadilan hanya akan memberikan ijin kepada suami yang ingin beristri lagi apabila; Istri tidak dapat menjalankan

Prinsip pemodelan sistem tidak terlalu menitik beratkan kepada bentuk model apa untuk merancang sebuah sitem, bentuk model ini bebas, bisa menggunakan bentuk apa saja, sesuai

[r]

Penelitian ini bertujuan pertama Mengetahui Toleransi Antar Umat Beragama Di SMA N 1 Bolangitang Barat kedua Bagaimana Upaya Guru PAI Dalam Menanamkan Nilai-Nilai

Dengan demikian, kemungkinan gagal bayar (probability of default) dari seluruh kelompok konsumen cukup akurat untuk memperhitungkan potensi kerugian yang terjadi dan metode

dustrial processes dependent on photochemical reactions. Carbon and graphite products as structural materials have found new and increasingly extensive applications