• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMANDIRIAN BERWIRAUSAHA ALUMNI PESERTA PROGRAM KECAKAPAN HIDUP : Studi Kasus pada Alumni LKP Tisaga Caterias Kota Cimahi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMANDIRIAN BERWIRAUSAHA ALUMNI PESERTA PROGRAM KECAKAPAN HIDUP : Studi Kasus pada Alumni LKP Tisaga Caterias Kota Cimahi."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KEMANDIRIAN BERWIRAUSAHA ALUMNI

PESERTA PROGRAM KECAKAPAN HIDUP

(Studi Kasus pada Alumni LKP Tisaga Caterias Kota Cimahi)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Disusun oleh :

Lusi Anzarsari

NIM 1003208

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

KEMANDIRIAN BERWIRAUSAHA ALUMNI

PESERTA PROGRAM KECAKAPAN HIDUP

Oleh

Lusi Anzarsari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Lusi Anzarsari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

KEMANDIRIAN BERWIRAUSAHA ALUMNI

PESERTA PROGRAM KECAKAPAN HIDUP

(Studi Kasus pada Alumni LKP TisagaCaterias Kota Cimahi)

Oleh :

Lusi Anzarsari

1003208

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Achmad Hufad, M.Ed NIP. 19550101 198101 1 001

Pembimbing II

Dr. Sardin, M.Si NIP. 19710817 199802 1 002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih banyaknya masyarakat di Kota Cimahi yang memiliki masalah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satu program yang dikembangkan untuk membebaskan masyarakat dari keterbatasan ekonomi adalah melalui pendidikan non formal berupa penyelenggaraan program kecakapan hidup (life skills) oleh Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP).

Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup (life skills) yang dilakukan di LKP Tisaga Caterias, didasarkan pada identifikasi dari peserta didik pelatihan di antaranya: peserta didik berasal dari masyarakat menengah ke bawah, dengan keragaman tingkat pendidikan serta karakteristik perilaku alumni berbeda-beda sehingga berpengaruh terhadap kemandirian berwirausaha; kurangnya dukungan LKP melalui pendampingan usaha. Penelitian ini bermaksud mendeskripsikan mengenai persepsi alumni terhadap pelaksanaan program kecakapan hidup pada bidang tata rias pengantin dan tata boga, perilaku alumni dalam berwirausaha serta faktor pendorong dan penghambat kemandirian berwirausaha, melalui pendekatan kualitatif.

Penelitian dilakukan di LKP Tisaga Caterias dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Informan kunci adalah empat orang alumni program kecakapan hidup yang sudah berhasil berwirausaha, dan dua orang alumni yang belum berhasil berwirausaha. Informan triangulasi adalah pengelola lembaga dan sumber belajar. Hasil penelitian menjelaskan bahwa: 1) Persepsi alumni terhadap program kecakapan hidup pada bidang tata rias pengantin dan tata boga menyatakan bahwa alumni telah memiliki pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru, serta mampu menguasai keterampilan; 2) Alumni yang berhasil berwirausaha memiliki karakteristik seorang wirausaha mandiri sedangkan alumni yang tidak berhasil berwirausaha belum tampak perubahan perilaku; 3) Mentalitas alumni, dukungan keluarga, sikap kritis, kemitraan menjadi faktor pendukung kemandirian berwirausaha. Sedangkan keterbatasan modal, sikap mental, minat dan bakat, tidak adanya upaya pendampingan usaha oleh pihak LKP menjadi faktor penghambat berwirausaha.

(5)

DAFTAR ISI

MOTTO

LEMBAR PERNYATAAN

UCAPAN TERIMAKASIH

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR……… ii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN……….. iii

DAFTAR ISI……….. iv

DAFTAR TABEL………... vi

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah………... 5

C. Tujuan Penelitian……….. 6

D. Manfaat Peneliian……….. 7

E. Metodologi Penelitian………... 7

F. Sistematika Penelitian………... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 9

A. Program Kecakapan Hidup……… 9

B. Kewirausahaan……….. 12

C. Kemandirian……….. 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 21

A. Pendekatan dan Metode Penelitian……….. 21

B. Subjek Penelitan……… 23

C. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data……… 24

(6)

E. Kredibilitas Data……… 31

F. Definisi Operasional……….. 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 34

A. Gambaran Subjek Penelitian……… 34

B. Hasil Penelitian ……… 43

C. Pembahasan Hasil Penelitian……….……….. 50

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……… 58

A. Kesimpulan……… 58

B. Rekomendasi………. 60

DAFTAR PUSTAKA………. 62

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keterkaitan antara komponen life skill dalam

pembelajaran masyarakat pada satuan pendidikan non formal.. 3

Tabel 2.1Karakteristik Kewirausahaan ……… 15

Tabel 2.2 Elemen Kemandirian………. 20

Tabel 3.1 Responden Penelitian……… 24

Tabel 3.2 Instrumen Wawancara……… 26

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pengembangan sistem pendidikan merupakah salah satu bidang yang sangat vital bagi keseluruhan pembangunan suatu bangsa dan negara. Pengembangan pendidikan menjadi amat penting karena dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki serta dapat meningkatkan daya saing suatu bangsa dalam percaturan masyarakat dunia.Sumbangan dari pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi semakin kuat setelah memperhitungkan efek dari interaksi antara pendidikan dan bentuk investasi lainnya.

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Pendidikan harus mampu mengembangkan produktivitas sumberdaya manusia melalui pengembangan kamampuan teknis, seperti peningkatan penguasaan kecakapan, profesi, dan keahlian yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan lapangan kerja yang berubah. Selain itu, pendidikan juga perlu untuk pengembangan watak dan karakter yang mendorong sumber daya manusia untuk menjadi kekuatan penggerak seperti wawasan, penalaran, etos kerja, orientasi ke depan dan kemampuan belajar.

Dalam konteks peningkatan kualitas sumber daya manusia peranan pendidikan non formal dirasakan makin mendapat tempat strategis.Hal itu mengingat masih banyaknya masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan dan terbelakang sebagai akibat rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, minimnya keterampilan yang dimiliki, serta sikap mental yang masih dipengaruhi dogmatisme budaya tradisional.Salah satu program yang dikembangkan untuk membebaskan masyarakat dari keterbelakangan ekonomi melalui pendidikan non formal adalah penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup (life skills).

(9)

”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan kecakapan hidup bukanlah sesuatu yang baru dan karenanya juga bukan topik yang orsinil.Semakin hari semakin dipacu untuk tumbuh dan berkembang, berupaya mengadakan pelatihan-pelatihan di berbagai bidang keterampilan sebagai usaha untuk membuka seluas-luasnya kesempatan belajar bagi masyarakat khususnya bagi mereka yang kurang beruntung.

Peran pelatihan dalam memberikan layanan pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi masyarakat, merupakan salah satu aspek yang sangat strategis dalam mendukung program pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Jumlah lembaga kursus dan pelatihan yang jumlahnya mencapai kurang lebih dari 16.008 di Indonesia LKP di Indonesia, dengan berbagai jenis keterampilan merupakan kekuatan yang sangat besar dalam mendukung pemerintah untuk mewujudkan pengentasan kemiskinan dan pengangguran.

Di Kota Cimahi sampai dengan bulan Agustus 2012 diketahui bahwa jumlah pengangguran sejumlah 21.149 orang dengan pengelompokan golongan umur dan jenis kelamin usia 15 tahun ke atas dengan jenis kelamin perempuan 15.053 orang, dan 6.096 berjenis kelamin laki-laki. Adapun pengangguran menurut tingkat pendidikan, yaitu lulusan SD 3.815 orang, SMTP 3.056 orang, SMTA 6.558 orang, SMK 4.330 orang, Akademi 1.304 orang dan Universitas 2.086 orang. Pada saat ini penduduk kota Cimahi yang sedang mencari kerja sebanyak 16.089 orang, mempersiapkan usaha 613 orang, sedangkan yang tidak mencari pekerjaan sebanyak 4.447 orang (BPS Kota Cimahi).Langkah strategis untuk mengatasi masalah pengangguran yaitu dengan diadakannya program kecakapan hidup (life skills).

(10)

3

kerja/usaha mandiri yang dapat dimanfaatkan untuk bekerja baik di sektor formal maupun informal sesuai dengan peluang kerja (job oppurtunities) atau usaha mandiri. Tujuan dari program pendidikan kecakapan hidup (Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan: 2012:3) adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik sesuai dengan minat dan bakatnya sehingga memiliki bekal kemampuan untuk bekerja dan/atau berusaha mandiri. Dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya.

Program pembelajaran PKH ( life skills ) dapat diterapkan di semua jalur dan jenjang pendidikan, setelah melalui proses penyesuaian kondisi kelompok sasaran dan potensi lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya. Implementasi life skills pada jalur pendidikan nonformal dikemukaan oleh Anwar (2004:58), sebagai berikut :

Table 1.1

Keterkaitan antara komponen life skills dalam pembelajaran masyarakat pada satuan pendidikan non formal

Program PNF Life Skills

Personal Skills Sosial Skills Akademi k Skills Vocational Skills

1. PAUD ** ** *

2. KeaksaraanFungsio nal ** ** ** 3. Pendidikan Kesetaraan ** * *** ***

4. Kursus ** * ** ***

5. Magang ** ** ***

6. Kelompok Belajar Usaha

** ** ***

*** sangat kuat ** kuat * terkait

Sumber: Anwar (2004 : 58)

Berdasarkan Tabel 1.1 tersebut, dapat diketahui bahwa life skills sebagai suatu kegiatan pendidikan dapat diterapkan di semua satuan pendidikan non formal mulai dari program pendidikan anak usia dini sampai dengan program pendidikan yang melibatkan orang dewasa.

(11)

diadopsi/dimodifikasi dari sumber lain sesuai kebutuhan dunia kerja dan/atau usaha mandiri. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan program PKH disesuaikan dengan bidang keterampilan/vokasi dan tingkat kompetensi yang harus dicapai peserta didik.

Keberhasilan dan kegagalan berwirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi wirausaha. Dun Steinhoff & John F. Burgess dalam Small Business Management (1993:38) mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan keberhasilan berwirausaha ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :kemauan dan kemampuan, tekad yang kuat dan kerja keras serta mengenal peluang yang ada dan berusaha meraihnya ketika ada kesempatan.

Menurut Suryana (2006:34) untuk menumbuhkan kemandirian berwirausaha diperlukan tiga jenis modal utama, yaitu sumber daya internal calon wirausaha, sumber daya eksternal, dan faktor X. Sumber daya internal mislnya kepandaian, keterampilan, kemampuan menganlisis dan menghitung risiko, serta keberanian atau visi jauh ke depan. Sumber daya eksternal, misalnya uang yang cukup untuk modal usaha dan modal kerja, jaringan sosial serta jalur permintaan dan penawaran, dan lain sebagainya.sedangkan faktor X seperti kesempatan dan keberuntungan. Seorang calon wirausaha harus menghitung dengan seksama apakah ketiga sumber daya ini dimiliki sebagai modal atau tidak. Jika faktor-faktor tersebut dapat dimiliki, maka ia akan merasa optimis dan boleh berharap bahwa impiannya dapat menjadi kenyataan.

Lembaga Kursus dan Pelatihan adalah salah satu bentuk satuan pendidikan non formal yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. LKP berperan aktif dalam membekali warga belajarnya dengan keterampilan yang bersertifikasi, sehingga mampu memperbaiki kualitas hidup masyarakat agar lebih baik dengan membuka lapangan kerja atau berusaha hidup secara mandiri.

(12)

5

tahun 2003, dipimpin oleh Hj. Tjitjih S. Purwasari, S.Pd. program PKH (life skills) telah dilaksanakan dari tahun 2009 – 2012 dengan bidang keterampilan Rias Pengantin, Tata Boga. Sejauh ini telah menghasilkan lulusan program kecakapan hidup sebanyak 61 orang dengan pembiayaan program dari bantuan pemerintah berupa dana blockgrant ataupun swadaya. Lulusan tata rias pengantin berjumlah 36 orang dan 25 orang lulusan tata boga yang telah mengikuti uji kompetensi. Keberhasilan kemandirian berwirausaha ditentukan oleh bagaimana alumni dapat mengimplementasikan kompetensi yang dimiliki untuk merintis usaha sendiri dan kemampuan pengelola serta tenaga pendidik dalam melaksanakan program PKH.

Berdasarkan hasil identifikasi terhadap beberapa alumni LKP Tisaga Caterias pada bidang tata boga beberapa alumni telah berhasil membuka usaha mandiri. Di antaranya membuka kedai kue-kue basah Sugema,pizza mini, siomay cihuy, lumpia basah dan seblak, membuka kantin di sekolah-sekolah, menerima pemesanan catering. Pada bidang tata rias pengantin, tidak banyak alumni yang bisa mengimplemasikan keilmuannya karena faktor finansial. Sehingga beberapa alumni magang pada perias pengantin professional, menerima panggilan rias pengantin secara perseorangan, hanya beberapa orang yang bisa membuka salon kecantikan dan tata rias pengantin,sebagian alumni tidak bekerja sesuai dengan keterampilan yang diperolehnya (data alumni terlampir).

Keberhasilan dan kegagalan beberapa alumni dalam membangun kemandirian berwirausaha menimbulkan keingintauan penulis untuk meneliti Bagaimana kemandirian berwirausaha alumni peserta program kecakapan hidup (PKH).

B.Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

(13)

2. Setelah mengikuti program kecakapan hidup, beberapa alumni dapat berwirausaha mandiri, ada yang bekerja pada orang lain, serta ada pula yang bekerja di sektor lain tapi tidak sesuai dengan kursus dan pelatihan yang telah dikutinya,

3. Perilaku berwirausaha alumni program kecakapan hidup berbeda-beda, hal tersebut berpengaruh terhadap kemandirian berwirausaha alumni.

4. Kurangnya dukungan LKP kepada alumni peserta pelatihan melalui pendampingan usaha.

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana kemandirian berwirausaha alumni peserta program kecakapan hidup (PKH).

Untuk merinci masalah yang dirumuskan, maka disertakan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi alumni terhadap pelaksanaan program kecakapan hidup pada bidang tata rias pengantin dan tata boga?

2. Bagaimana perilaku berwirausaha alumni program kecakapan hidup?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat kemandirian berwirausaha bagi alumni program kecakapan hidup ?

C.Tujuan Penelitian

Untuk melihat kemandirian berwirausaha alumni peserta program kecakapan hidup (PKH) pada kemandirian berwirausaha alumni program kecakapan hidup (life skills) maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui persepsi alumni terhadap pelaksanaan program kecakapan hidup di LKP Tisaga Caterias.

2. Mengetahui perilaku berwirausaha alumni program kecakapan hidup.

(14)

7

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif sehingga berguna untuk :

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat terhadap pengembangan Ilmu Pendidikan Luar Sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan konsep pelatihan, konsep pembelajaran, dan konsep kewirausahaan.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari peelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti lebih lanjut, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumber inspirasi untuk melakukan penelitian topik sejenis yang lebih mendalam, dengan konsep pendekatan yang berbeda.

2. Instansi terkait pemegang kebijakan ProgramPLS, sebagai masukan dalam konsep, perencanaan, penyelenggaraan dan pengembangan program-program PLS.

3. Pengelola, penyelenggara LKP Tisaga Caterias sebagai masukan pengembangan program keterampilan ke arah yang lebih baik dan bermanfaat. 4. Bagi masyarakat luas, sebagai informasi dan pembuka wawasan bahwa

program kecakapan hidup adalah salah satu upaya alternatif untuk meningkatkan kualitas kehidupan.

E.Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekolompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran yang menekankan pada teknik pengumpulan data, mengolah dan menganalisis untuk kemudian disimpulkan.

2. Obyek Penelitian

(15)

3. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang penulis peroleh dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Dokumentasi, yaitu data yang diambil dari kepustakaan dan dokumen-dokumen administrasi lembaga yang relevan dengan penelitian.

b. Observasi (pengamatan) dilakukan dengan pengamatan kegiatan alumni sesuai dengan masalah yang diteliti.

c. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab kepada alumni PKH.

4. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif, yaitu mendeskripsikan tentang kemandirian berwirausaha alumni peserta program kecakapan hidup (PKH) berikut faktor pendukung dan penghambat kemandirian alumni dalam berwirausaha.

F. Sistematika Penelitian

BAB I PENDAHULUAN, terdiri dari Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Manfaat Penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, terdiri dari Konsep Kecakapan Hidup (Life Skills), Konsep Kewirausahaan, Konsep Kemandirian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN, terdiri dari Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data, Definisi Operasional

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, terdiri dari gambaran subjek penelitian, persepsi alumni terhadap pelaksanaan program, PKH, perilaku alumni dalam berwirausaha, faktor pendukung dan penghambat, pembahasan hasil penelitian, temuan hasil penelitian, keterbatasan hasil penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN yang terdiri dari kesimpulan, saran Daftar Pustaka

(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dimana peneliti bermaksud mendeskripsikan tentang kemandirian berwirausaha alumni program kecakapan hidup, perilaku alumni setelah berwirausaha berikut faktor–faktor pendukung dan penghambatnya dalam menjalankan usaha. Dengan pendekatan kualitatif ini diharapkan dapat menghasilkan suatu gambaran objek yang akan diteliti secara utuh dan menyeluruh. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (1999 : 8) yang menyebutkan: “Apabila metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyektif alamiah, maka penelitian naturalistic merupakan sesuatu yang layak dipilih”.

Pendekatan kualitatif naturalistik ini dipilih dengan beberapa pertimbangan yang mengacu pada pendapat Sudjana N dan Ibrahim (2009: 197-198), yaitu : 1. Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data

langsung.

2. Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh dari penelitian kualitatif seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, cuplikan tertulis dari dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan bilangan statistik. Peneliti segera melakukan analisis komparasi, sepanjang tidak menghilangkan data aslinya. Hasil analisis berupa pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Hakikat pemaparan pada umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, bagaimana suatu fenomena itu terjadi dalam konteks lingkungannya.

(17)

memerlukan pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak bisa dilakukan denga ukuran frekuensi atau perhitungan enumirasi.

4. Penelitian kualitatif sifatnya induktif. Penelitian memulai dari lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang terjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporakan serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut.

5. Penelitan kualitatif mengutamakan makna. Makna yang diungkap berkisar pada asumsi-asumsi apa yang dimiliki orang mengenai hidupnya.

Selanjutnya langkah –langkah penelitian yang ditempuh peneliti mengacu pada pendapat Sudjana dalam Dameira. R (2007: 60-61), yaitu sebagai berikut :

1. Merumuskan masalah penelitian apapun harus dimulai dengan adanya masalah, yakni pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang jawabannya dicari peneliti di lapangan.

2. Menentukan jenis informasi yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti menetapkan informasi apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan masalah yang telah dirumuskan tersebut. Oleh karena itu perlu dikaji lebih lanjut adalah informasi yang berhubungan dengan kondisi, peristiwa dan gejalan yang ada pada saat penelitian dilakukan.

3. Menentukan prosedur pengumpulan data; setelah penentuan informasi yang dibutuhkan, langkah selanjutnya adalah menentukan cara-cara pengumpulan data. Ada dua unsur penelitian yang diperlukan, yaitu instrument atau alat pengumpul data dan sumber data.

4. Menentukan prosedur pengolahan informasi atau data; data dan informasi yang telah diperoleh merupakan informasi atau data kasar. Informasi dan data tersebut diolah agar dapat dijadikan bahan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Prosedur yang dilakukan antara lain: a) pemeriksaaan data; b) klasifikasi data; c) tabulasi data; d) menghitung frekuensi data; e) perhitungan lebih lanjut, f) memisualisasikan data; g) menafsirkan data sesuai dengan pertanyaan penelitian.

(18)

23

mensistensikan semua jawaban dalam satu kesimpulan yang merangkum permasalahan-permasalahan.

B.Subjek Penelitian

Arikunto, S, (1933: 102) mendefinisikan bahwa :”Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang, tempat, dan data untuk variable penelitian yang dipermasalahkan mereka. Agar pengamatan terhadap individu dapat lebih mendalam, maka subjek yang diteliti dibatasi”. Subjek penelitian adalah sangat penting kedudukannya, karena merupakan sumber informasi dalam penelitian, dan dapat dipergunkan sebagai landasan dasar sebuah rancangan dan teori muncul. Subjek yang dipilih sebagai informan didasarkan pada asumsi bahwa mereka memiliki cukup informasi tentang fokus penelitian. Sebagian dari mereka dipilih sebagai informan utama (key informan). Sedangkan dalam penjaringaan responden selanjutnya mempunyai peluang yang sama untuk dipih, sesuai dengan teknik sampling purposif.

Data utama atau data primer dalam penelitian ini, sebagaimanan lazimnya pendekatan kualitatif bersumber pada manusia (human subject), berupa informasi verbal dalam wujud tangggapan, pendapat, maupun pandangan (persepsi) dan tindakan/perilaku subjek sesuai dengan konteksnya. Data lainnya berupa kumpulan fenomena yang dapat memberikan kontribusi pemahaman terhadap penelitian dan informan atau responden. Dalam penelitian ini responden atau informan ditentukan melalui subjek penelitian.

(19)

dua orang alumni tata boga yang sudah berhasil berwirausaha, serta satu orang yang tidak berhasil, seorang sumber belajar. Dengan ini akan mendeskripsikan persepsi alumni terhadap program kecakapan hidup, perilaku alumni dalam berwirausahan, dan faktor pendukung dan penghambat kemandirian berwirasuaha alumni program kecakapan hidup.

Tabel 3.1 Responden Penelitian

No. Responden Inisial Bidang

1. Ariman ARM Tata Boga

2. Dani Daniman DDN Tata Boga

3. Yayah Komariah YKH Tata Boga

4. Jaminyem JYM Tata Rias Pengantin

5. Tia Pratiwi TPW Tata Rias Pengantin

6. Titi Rohamah TRH Tata Rias Pengantin

7. Tjitjih S. Poerwasari TSP Pengelola, sumber belajar

C.Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif memfokuskan perhatian pada upaya untuk memahami perilaku, persepsi, dan sikap dari sasaran penelitian. Dalam penelitian kualitatif atau naturalistik, peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utama yang terjun kelapangan serta berusaha sendiri mengumpulan informasi yang dibutuhkan berkenaan dengan fokus penelitian. Peneliti langsung terjun melakukan observasi dan pengamatan kepada subjek penelitian dan melakukan rangkaian aktivitas untuk mendapatkan kelengkapan data yang dibutuhkan.

(20)

25

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orangt lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan (observasi) pengamatan, interview (wawancara), dokumentasi, dan gabungan (triangulasi) Sugiono, (2005:62-63).

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dalam natural setting (kondisi yang alamiah), yaitu menemui subjek penelitian secara langsung, sumber data primer yaitu alumni program kecakapan hidup, dan didukung oleh sumber data sekunder yaitu melalui data-data yang tersedia di LKP Tisaga Caterias. Teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara mendalam (in-depth interview). Studi dokumentasi, dan gabungan (triangulasi).

Langkah-langkah yang diambil pada saat pengumpulan data kualitatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan

Perencanaan meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada kegiatan pengumpulan data. Kemudian merumuskan situasi penelitian, lokasi yang dipilih serta informan-informan sebagai sumber data.

2. Memulai Pengumpulan Data

Sebelum pengumpulan data dimulai, peneliti berusaha untuk menciptakan hubungan baik, menumbuhkan kepercayaan serta hubungan akrab dengan individu-individu dan kelompok yang menjadi sumber data. Pengumpulan data melalui interview dilengkapi dengan data pengamatan dan data dokumen.

3. Pengumpulan Data Dasar

(21)

4. Pengumpulan Data Penutup

Pengumpulan data berakhir setelah peneliti tidak melakukan pengumpulan data lagi

Adapun teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Observasi

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain untuk memperoleh data tentang kondisi subjek penelitian dan lokasi penelitian.

Observasi dilakukan di LKP Tisaga Caterias dan tempat usaha alumni dengan cara mengamati, mendengarkan atau bahkan merasakan apa yang dirasakan oleh subjek.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan pada penyelenggara, sumber belajar serta alumni pelatihan. Wawancara dipandang sebagai teknik pengumpulan data dengan cara Tanya jawab, dilakukan dengan sistematik berdasarkan tujuan penelitian, dilakukan langsung pada subjek penelitian. Wawancara dilakukan dalam bentuk interview formal dan informal, yang berpedoman pada pedoman wawancara. Wawancara yang dilakukan peneliti adalah dengan berusaha menangkap informasi wawancara secara alamiah, apa adanya tanpa rekayasa dari subjek penelitian.

Tabel 3.2

INSTRUMEN WAWANCARA

RESPONDEN POKOK-POKOK

DATA

PERTANYAAN PENELITIAN

Penyelenggara TSP

1.Kondisi Objektif LKP Tisaga Caterias

1.Apa yang menjadi tujuan umum dan khusus pelaksanaan pelatihan program kecakapan hidup?

2.Bagaimana kemampuan LKP Tisaga Caterias?

(22)

27

2.Pelaksanaan

Program Kecakapan Hidup

4.Bagaimana sarana dan prasarana yang dimiliki LKP Tisaga Caterias? 5.Bagaimana keadaan ruangan yang digunakan dalam kegiatan pelatihan? 6.Bagaiamana media yang digunakan dalam proses pembelajaran?

7.Bagaimana struktur pembelajaran dan manajemen kelas?

1.Bagaimana penyusunan materi program kecakapan hidup?

2.Bagaimana pendekatan yang digunakan dalam pelatihan program kecakapan hidup?

3.Bagaimana metode yang digunakan dalam proses pembelajaran?

4.Bagaimana teknik yang digunakan dalam proses pembelajaran?

8.Apa pendekatan yang digunakan dalam program kecakapan hidup? 9.Bagaimana cara memberikan penilaian pelatihan program kecakapan hidup/

10. Apa saja faktor pendukung dan penghambat berwirausaha alumni? Sumber Belajar Aspek Pelaksanaan 1.Materi penunjang apa yang

(23)

3.Metode apa yang digunakan dalam proses pembelajaran?

4.Teknik apa yang digunakan dalam proses pembelajaran?

5.Sarana apa yang digunakan dalam proses pembelajaran?

6.Bagaimana keadaan sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran?

7.Apa media yang digunakan dalam proses pembelajaran?

8.Bagaimana cara memberikan penilaian terhadap peserta pelatihan/ 9.Aspek-aspek apa saja yang dinilai dalam pelatihan program kecakapan hidup?

10.Apakah keadaan ruangan mendukung kegiatan pembelajaran?

11.Apa faktor pendorong dan penghambat alumni dalam berwirausaha?

Alumni Program 1.Persepsi alumni terhadap pelaksanaan program

1.Bagaimana latar belakang alumni mengikuti program PKH?

2.Bagaimana materi yang diberikan oleh sumber belajar?

3.Metode apa yang digunkan dalam proses pembelajaran?

4.Teknik apa yang digunakan dalam proses pembelajaran?

(24)

29

2.Perilaku alumni dalam berwirausaha

dalam proses pembelajaran?

6.Media apa yang digunakan dalam proses pembelajaran?

7.Bagaiamana hasil dari pelatihan yang dirasakan oleh alumni?

8.Bagaimana manfaat yang bisa diambil dari pelatihan program PKH?

9.Bagaiamana cara sumber belajar menyampaikan materi pelatihan? 10.Bagaimana keadaan sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pembelajaran?

11.Bagaimana keadaan ruangan yang disediakan olehh LKP?

1.Bagaimana keinginan atau motif alumni dalam berprestasi?

2.Bagaimana orientasi ke depa alumni dalam berwirausaha?

3.Bagaiman kemandirian alumni dalam berwirausaha?

4.Bagaimana komitemen alumni terhadap pekerjaan?

5.Bagaimana kepemimpinan alumni dalam berwirausaha?

(25)

9.Bagaimana kemampuan alumni dalam berpikir kritis?

10.Bagaimana kesiapan alumni dalam mengambil resiko dan keputusan usaha?

11.Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat berwirausha?

c. Studi Dokumentasi

Untuk melengkapi kedua teknik yang telah dikemukakan diatas, maka dalam pengumpulan data ini dipergunakan pula teknik studi dokumentasi. Tujuan dari studi dokumentasi yaitu untuk mendapatkan data-data bukti fisik yang berupa informasi tertulis yang berkaitan dengan penelitian ini. Dokumen yang diteliti berupa bahan-bahan tertulis atau laporan-laporan yang menyangkut data peserta dan kondisi secara keseluruhan mengenai pelaksanaan pelatihan dan kegiatan berwirausaha alumni.

D.Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini merupakan riset deskriptif yang bersifat eksploratif, dimana peneliti ingin mencari gambaran keadaan dan status fenomena, dalam hal ini fenomena dampak program life skills tata rias pengantin dan tata boga dalam membangun kemandirian berwirausaha pada alumni program PKH di LKP Tisaga Caterias.

Data dalam penelitian ini umumnya berupa narasi deskripsi kualitatif, karena anlisisnya bersifat naratif kualitatif dengan mencari kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan informasi.

(26)

31

untuk menemukan esensi atau realita mendasar dari kenyataan sebenarnya tentang dampak program life skills tata rias pengantin dan tata boga dalam membangun kemandirian berwirausaha pada alumni program PKH di LKP Tisaga Caterias.

Setelah data terkumpul, maka peneliti segera melakukan pengolahan data, dengan cara sebagai berikut:

1. Dikelompokkan sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan. 2. Disusun secara sistematis sesuai denga rumusan masalah penelitian.

3. Dilakukan triangulasi yaitu pengecekan data hasil wawancara dari informan dicek dengan pengamatan dan dicek lagi dengan data documenter.

4. Apabila data masih belum lengkap, maka pengumpulan data diulang lagi dengan observasi, wawancaran dan studi dokumen lain. Hal ini dalam rangka menemukan kenyataan yang sesunggungnya (validitas).

5. Data dicek dari informan rangking pertama, informan rangking kedua, dan seterusnya, sesuai dengan prosedur yang dilakuakn pada informan rangking pertama (member cek).

6. Kalu diperlukan, maka dilakukan proses cek dan re-cek, analisis dan re-analisis sehingga ditemukan hasil yang akurat.

7. Pembuatan kesimpulan, dilakukan dengan membuat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagaimana diungkapkan pada bagian identifikasi dan perumusan masalah di atas. Dalam pembuatan kesimpulan proses analisis data ini dilanjutnkan dengan mencari hubungan antara apa yang dilakukan (what), bagaimana melakukan (how), dan bagaimana hasilnya (how is the effect) prosedur penelitian.

E.Kredibilitas Data

Kredibilitas data diperlukan untuk mengukur keakuratan data yang diperoleh, maka memerlukan pengamatan dan keikutsertaan peneliti dalam situasi penelitian. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan terhadap data dan informasi yang dikumpulkan.

(27)

sehingga jika perpanjangan waktu pengamatan aka makin nampak keadaan yang sebenarnya tentang keaslian objek penelitan. Maka dalam melaksankan penelitian ini memerlukan ketekunan pengamatan secara langsung pada dampak program life skills dalam membangun kemandirian berwirausaha alumni pada program PKH. Ketekunan pengamatan ini bermaksud untuk menemukan faktor-faktor penunjang dan penghambat kemandirian berwirausaha alumni.

Pengecekan melalui diskusi dengan teman sejawat yang mengetahui keadaan penelitian dan juga narasumber yang berperan dalam kegiatan sehari-hari tentang keadaan penelitian, hal ini bertujuan agar dalam penelitian tetap mempertahankan kejujuran dan sikap terbuka untuk menerima masukan-masukan sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda antara peneliti dengan sumber informasi, selain itu pemeriksaan data melalui diskusi berfungsi untuk memantapkan peneliti dalam mengungkapakan data dan informasi yang berkaitan dengan keadaan penelitian.

Kecukupan referensi, berfungsi sebagai pembanding teoritis terhadap kebenaran data dan informasi yang diperoleh dalam penelitain ini. Hal ini dilakukan melalui penyajian data dan informasi yang dilakukan oleh penyelenggara program untuk memperoleh data kemandirian berwirausaha alumni program PKH.

F. Definisi Operasional

1. Kursus dan pelatihan adalah suatu proses pembelajaran untuk memperoleh dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan sehingga terjadinya perubahan tingkah laku dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari untuk menopang kehidupan ekonominya. Aspek yang terkandung dalam pelatihan meliputi pelatih, peserta pelatihan, adanya proses pembelajaran dan bahan ajar. Sedangkan tujuan dari kursus dan pelatihan yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta pelatihan, menumbuhkan kemauan untuk mengembangkan sikap kreatif, inovatif dalam mengembangkan usahanya. 2. Program kecakapan hidup adalah program kecakapan sehari-hari yang

(28)

33

kecakapan hidup memiliki pengertian yang sama dengan life skills. Tujuan program kecakapan hidup yaitu untuk mengaktualisasikan potensi masyarakat sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah ekonomi yang dihadapi. Kurikulum dan bahan ajar PKH disusun dan dikembangkan oleh lembaga yang bersangkutan disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja dan /atau usaha mandiri. Waktu yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan program PKH disesuaikan dengan bidang keterampilan/vokasi dan tingkat kompetensi yang harus dicapai peserta pelatihan. Sedangkan hasil yang diharapkan dari program PKH yaitu banyaknya masyarakat yang memiliki kompetensi yang dapat digunakan untuk memasuki dunia kerja atau merintis usaha sendiri, dan memiliki kemampuan untuk bersaing di skala nasional dan internasional dalam memperoleh pekerjaan di dunia usaha atau industri.

3. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Baik ide, pemikiran, maupun proses kreatif dan inovatif bertujuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda atau dengan kata lain untuk menciptakan nilai tambah di pasar. Sasaran kewirausahaan meliputi orang, kelompok orang atau kelompok usaha. Seorang wirausaha yang sukses harus memiliki percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil resiko dan menyukai tantangan, kepemimpinan, keorsinilan serta berorientasi pada masa depan. 4. Kemandirian sebagai kepribadian atau sikap mental yang harus dimiliki oleh

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Penelitian ini secara umum telah mencapai tujuannya yaitu memperoleh gambaran mengenai dampak pelatihan bidang tata rias pengantin dan tata boga dalam membangun kemandirian berwirausaha pada alumni program PKH. Program Kecakapan Hidup ditujukan untuk mendidik masyarakat agar mampu mendidik dan membantu diri mereka sendiri dalam rangka menciptakan masyarakat yang mandiri, berswadaya dan berdaya.

Kesimpulan akhir yang merupakan jawaban dari perumusan masalah sebagaimana disebutkan pada awal skripsi ini, dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Persepsi alumni terhadap pelaksanaan program kecakapan hidup pada bidang tata rias pengantin dan tata boga menyatakan bahwa alumni telah memiliki pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru, serta mampu menguasai keterampilan baik dalam bidang tata boga maupun tata rias pengantin. Vocational skills ini diperoleh karena LKP dapat menyelenggarakan kegiatan pelatihan sesuai dengan konsep semestinya dan telah berjalan dengan baik. Pelaksanaan program PKH menyangkut tujuan pembelajaran, materi ajar, metode mengajar, media dan sumber belajar, dan lain-lain. Instruktur/sumber belajar dapat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Diperlukan sumber belajar yang memiliki kualifikasi yang tepat. Evaluasi pelatihan dilakukan oleh sumber belajar, maupun instansi terkait, akan menunjukkan bahwa alumni program memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan minat dan bakat alumni. Dengan keterampilan yang dimilikinya alumni dapat berwirausaha secara mandiri.

2. Perilaku alumni dalam berwirausaha

(30)

59

berhasil merintis usaha mandiri. Hal ini dilihat dari perilaku alumni sebagai berikut :

a. Alumni yang berhasil berwirausaha secara mandiri, memiliki perilaku diantaranya:

1) Memiliki keinginan atau motif berprestasi tinggi. 2) Memiliki perspektif ke depan.

3) Memiliki komitmen terhadap pekerjaan.

4) Memiliki kemandirian atau ketidaktergantungan terhadap orang lain. 5) Memiliki tanggungjawab.

6) Memiliki jiwa kepemimpinan. 7) Memiliki jiwa sosial yang tinggi

b. Perilaku alumni yang tidak berhasil merintis usaha mandiri, memiliki perilaku diantaranya:

1) Tidak memiliki keberanian untuk berwirausaha,

2) Ketakutan dan ketidakpercayaan diri atas kemampuan yang dimiliki alumni menyebabkan tidak munculnya keberanian dalam merintis usaha,

3) Tidak memiliki kesungguhan dalam berwirausaha

4) Sikap yang setengah-setengah dalam diri alumni dalam berwirausaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil bahkan kemungkinan terjadinya gaga lmenjadi lebih besar.

5) Tidak berani mengambil resiko

6) Alumni yang sudah mampu merintis usaha, tidak berani berinvestasi lebih besar pada usahanya. Sehingga usaha hanya stagnasi di zona aman.

7) Kurang memiliki sikap kritis dalam mencari peluang

8) Kurangnya sikap kritis dipengaruhi oleh kurangnya ilmu yang dimiliki alumni, sehingga kemampuan alumni tidak akan berkembang.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat

Faktor pendukung kemandirian berwirausaha alumni program PKH diantaranya:

(31)

2) Pengalaman berusaha,

3) Berfikir kritis sehingga dapat membaca peluang dan lokasi usaha. 4) Keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan dorongan dalam membangun usaha,

5) Kemitraan yang cukup banyak

6) LKP Tisaga Caterias, sebagai lembaga yang menyelenggrakan program pelatihan, telah mampu memberikan ilmu sehingga alumni dapat menguasai kompetensi baik personal, akademik, social dan vokasional

Sedangkan faktor penghambat kemandirian berwirausah alumni diantaranya: 1) Keterbatasan modal,

2) Tidak mengikuti pelatihan lanjutan,

3) Tidak adanya upaya pendampingan usaha oleh pihak LKP,

4) Alumni tidak memiliki minat dan bakat pada keterampilan yang sudah diikutinya,

5) Tidak memiliki motif dalam diri untuk berprestasi

6) Bagi alumni yang telah berhasil berwirausaha, Memiliki karyawan yang tidak bisa menjaga kepercayaan, akan berpengaruh terhadap kemajuan usaha.

B.Rekomendasi

Dalam hal ini rekomendasi diajukan oleh peneliti kepada pihak-pihak terkait, yakni sebagai berikut:

1. Penyelenggara LKP Tisaga Caterias sebagai masukan pengembangan program keterampilan ke arah yang lebih baik dan bermanfaat.

Penyelenggara LKP Tisaga Caterias telah memberikan pelayanan yang baik bagi peserta pelatihannya sehingga mampu menghasilkan alumni yang memiliki kompetensi yang cukup memadai, namun perlu dilakukan pendampingan usaha bagi alumni agar dapat mengapliksikan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki alumni.

2. Bagi alumni LKP Tisaga Caterias

(32)

61

berhenti untuk terus mengaplikasikan keterampilan yang diperolehnya.Selanjutnya, koordinasi dan silahturahmi harus tetap dijalin baik diantara sesama alumni, maupun dengan pihak penyelenggaras ebagai media konsultasi atau pendampingan usaha.Kenyataan menunjukkan, para alumni menganggap segalanya selesai ketika pelatihan berakhir.Seyogyanya semangat yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan harus menjadi motivasi untuk terus mengembangkan diri dan menggali berbagai daya dan upaya yang bermanfaat. 3. Instansi terkait pemegang kebijakan program PLS

Instansi terkait PLS, seperti Subdin PLS sering memberikan perhatian terhadap lembaga-lembaga penyelenggara kursus dan pelatihan yang sifatnya fluktuatif, artinya ada kalanya serius jika banyak program bantuan atau subsidi tetapi dilain waktu sama sekali tidak memberi perhatian. Seyogyanya instansi terkait tetap konsisten memberikan perhatian bukan berbentuk bantuan dana tetapi pembinaan, monitoring dan penyaluran lulusan.

4. Bagi peneliti lain

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna, maka peneliti merekomendasikan kepada peneliti lain:

a. Peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan tema yang sama pada lokasi yang berbeda untuk mengkaji, membandingkan, dan memperkaya kajian penyelenggaraan program kecakapan hidup.

b. Peneliti lain diharapkan dapat mengkaji lebih dalam tentang hasil penelitian ini untuk lebih disempurnakan.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Prabu, M,. (2004), Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education), Bandung, Alfabeta

Ari Kunto, S., (2006), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara Depdiknas RI., (2005), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta Depdiknas RI., (2003), Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Jakarta

Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan, (2012) Petunjuk Teknis Pendidikan Kecakapan Hidup, Jakarta

Geoffrey G. Meretidh et al, (2000), Kewirusahaan Teori dan Praktek, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta

Jim Ife, and Frank Tesoriero., (2006), Community Develompent, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, (2010), Rencana Strategis, Jakarta Peter F Drcuker, (1985), Inovasi dan Kewirasastaan, Erlangga, Jakarta Mustofa Kamil, (2010), Model Pendidikan dan Pelatihan, Alfabeta, Bandung Nasution S., (1996), Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung Sujana, H. D., (2008), Evalausi Program Pendidikan Luar Sekolah, Remaja

Rosda Karya, Bandung

Sujana, H. D., (2001), Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah, Perkembangan Falsafah, Teori Pendukung, Falah Production, Bandung. Sujana, H. D., (2006), Evaluasi Program PLS, Untuk Pendidikan Non Formal dan

Pengembangan Sumber Daya Manusia, Remaja Rosdakarya, Bandung

Sugiono, (2005), Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.

Gambar

Tabel 2.1Karakteristik Kewirausahaan …………………………………
Keterkaitan antara komponen Table 1.1 life skills dalam pembelajaran
Tabel 3.1
Tabel 3.2 INSTRUMEN WAWANCARA

Referensi

Dokumen terkait

Hal-hal inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk mengangkat judul Analisis Musikal dan Makna Tekstual Hoho Dalam Tari Faluaya Pada Masyarakat Nias Di

Dalam pelaksanaan Diklatsar Kewiraan terdapat kendala yang dihadapi baik. dalam kegiatan proses peencanaan, proses pelaksnaan hingga

Penguatan kurikulum denga pendidikan kewirausahaan dalam pembelajaran aktif untuk mengembangkan karakter bangsa.. Dalam jurnal

Secara umum yang dimaksud dengan peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk / jasa dalam periode waktu tertentu

KONTRIBUSI TINGKAT VO 2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS (studi deskriptif pada atlet sekolah bulutangkis kelompok usia 11 – 13 tahun).. Universitas

Dalam hal menghadapi persaingan yang ketat di bidang rental studio musik maka pihak Callista Music Studio harus tanggap terhadap hal apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam

Penelitian ini menyajikan analisis SWOT pada sebuah perusahaan agroindustri kopi yaitu Kadatuan Koffie yang melakukan proses bisnis agroindustri kopi dari hulu hingga

Peta Ancaman Tanah Longsor Metode SNI Dari hasil pemetaan ancaman SNI, diperoleh sebesar 70,495% dari wilayah Kabupaten Banjarnegara memiliki tingkat ancaman tinggi,