• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH AKTIVITAS QUICK ON THE DRAW DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA : Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi pada Pokok Bahasan Dinamika Perubahan Hidrosfer Kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH AKTIVITAS QUICK ON THE DRAW DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA : Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi pada Pokok Bahasan Dinamika Perubahan Hidrosfer Kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH AKTIVITAS QUICK ON THE DRAW DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI SISWA

(Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi pada Pokok Bahasan Dinamika Perubahan Hidrosfer Kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh

REIZA KUSUMOWARDHANY 0901597

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013

(2)

PENGARUH AKTIVITAS QUICK ON THE DRAW DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI SISWA

(Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi pada Pokok Bahasan Dinamika Perubahan Hidrosfer Kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor)

Oleh

Reiza Kusumowardhany

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Reiza Kusumowardhany 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

REIZA KUSUMOWARDHANY

0901597

PENGARUH AKTIVITAS QUICK ON THE DRAW DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI SISWA

(Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi pada Pokok Bahasan Dinamika Perubahan Hidrosfer Kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001

Dosen Pembimbing I

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001

Dosen Pembimbing II

(4)

ABSTRACT

Influence Activity Quick On The Draw In Model Of Cooperative Learning Against The Ability To Communication Skills Of Students

( Study Experiment Subjects Geography On The Subjects Of Dynamics Change The Hydrosphere Class X In Public SMAN 1 Caringin Bogor

Regency )

By: Reiza Kusumowardhany ( 0901597 )

Communication skills of students in particular communication paper is one of the skills that are important in the process of learning activities in school. With this writing communication skills students can explain and reveal the return an idea, situations and geographical descriptions by using the paper based on the results of his own language use and learning activities in schools should ideally be able to stimulate the students communication skills, especially communication skills handwriting. But in fact not the case, the learning activities that do still make teachers as student information and Science Center. The holding of underlying this research aims to test the influence of activity of quick on the draw in the cooperative learning model of communication skills of students in the class of conventional experiments and learning on the class of the control. The subject in this study is the whole grade X in SMA Negeri 1 Bogor Regency and Caringin to sample on this research, namely X-grade 5 (grade experiment) and X-6 (grade control). The selection of samples using a purposive sampling technique and the method used is the method of experimentation with Posttest Only Design. The instruments used are a matter of communication skills handwriting, observation sheets, card sets of questions. Data analysis using SPSS program help 16 and the results showed that (1) there is an influence, on the activities of the lesson that students use activity quick on the draw in the cooperative learning model of communication skills of students, (2) there is an influence, on the activities of the lesson that students using conventional learning model (method of speaking engagements) on the communication skills of the students, (3) there are differences in the ability of students in writing group communication experiments using activities quick on the draw in the model of cooperative learning on learning the lesson activities with conventional models (methods the lecture). It can be seen from the average procurement value the ability to communicate accrued for three meetings as that of 80,77 class experimentation and 67,23 to the control group. Third the result is strengthened with results test a hypothesis that has been done.

(5)

ABSTRAK

PENGARUH AKTIVITAS QUICK ON THE DRAW DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI SISWA

(Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi pada Pokok Bahasan Dinamika Perubahan Hidrosfer Kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor)

Oleh:

Reiza Kusumowardhany (0901597)

Kemampuan komunikasi siswa khususnya komunikasi tulisan merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Dengan kemampuan komunikasi tulisan ini siswa dapat menjelaskan dan mengungkapkan kembali suatu ide, situasi dan uraian geografi dengan menggunakan tulisan berdasarkan hasil pemikirannya menggunakan bahasa sendiri dan idealnya kegiatan pembelajaran di sekolah dapat merangsang kemampuan komunikasi siswa tersebut khususnya kemampuan komunikasi tulisan. Akan tetapi pada kenyataannya tidak demikian, kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih menjadikan guru sebagai pusat ilmu dan informasi siswa.. Hal tersebut yang mendasari diadakannya penelitian ini yang bertujuan untuk menguji pengaruh aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan komunikasi siswa pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor dan untuk sampel pada penelitian ini yaitu kelas X-5 (kelas eksperimen) dan X-6 (kelas kontrol). Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan Posttest Only Design. Instrumen yang digunakan yaitu soal kemampuan komunikasi tulisan, lembar observasi, set kartu pertanyaan. Analisis data menggunakan bantuan program SPSS 16 dan hasilnya menunjukan bahwa (1) Terdapat pengaruh, pada siswa yang kegiatan pembelajarannya menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan komunikasi siswa, (2) Terdapat pengaruh, pada siswa yang kegiatan pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan komunikasi siswa, (3) Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi tulisan siswa pada kelompok eksperimen dengan menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif pada kegiatan pembelajarannya dengan model pembelajaran konvensional (metode ceramah). Hal tersebut dapat dilihat dari hasil rata- rata nilai perolehan kemampuan komunikasi yang diakumulasikan selama tiga kali pertemuan yaitu sebesar 80,77 kelas eksperimen dan 67,23 untuk kelompok kontrol. Ketiga hasil tersebut diperkuat dengan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan.

Kata kunci: Pembelajaran aktivitas quick on the draw, pembelajaran kooperatif,

(6)

DAFTAR ISI

A. Aktivitas Quick On The Draw dalam Model Pembelajaran Kooperatif . 9

1. Keunggulan Aktivitas Quick On The Draw dan Model Pembelajaran Kooperatif ... 9

2. Langkah - Langkah Aktivitas Quick On The Draw ... 12

3. Kombinasi Aktivitas Quick On The Draw dan Model Pembelajaran Kooperatif ... 13

4. Variansi Aktifitas Quick On The Draw ... 15

5. Aktifitas Quick On The Draw dan Tipe-Tipe Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

B. Model Pembelajaran Konvensional ... 20

C. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dalam Pembelajaran ... 21

1. Pengertian Kemampuan Komunikasi dalam Pembelajaran... 21

2. Unsur – Unsur Keberhasilan Komunikasi dalam Pembelajaran ... 21

3. Kegiatan Komunikasi dalam Pembelajaran ... 23

4. Indikator Kemampuan Komunikasi dalam Pembelajaran ... 23

(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Lokasi, Subjek dan Sampel Penelitian ... 26

B. Metode Penelitian ... 27

C. Definisi Operasional ... 28

D. Variabel Penelitian ... 29

E. Langkah – Langkah Aktivitas Quick On The Draw dalam Penelitian ... 30

F. Instrumen Penelitian ... 31

G. Bahan Ajar ... 32

H. Analisis Data ... 33

I. Prosedur Penelitian ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 38

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 40

1. Kemampuan Komunikasi Kelas Eksperimen ... 40

2. Kemampuan Komunikasi Kelas Kontrol ... 52

C. Analisis Data ... 59

1. Uji Normalitas ... 59

2. Uji Homogenitas ... 60

3. Pengujian Hipotesis Kemampuan Komunikasi Tulisan Siswa ... 61

D. Pembahasan ... 65

1. Pengaruh Aktivitas Quick On The Draw dalam Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Komunikasi Siswa Kelas Eksperimen ... 67

2. Pengaruh Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Kemampuan Komunikasi Siswa Kelas Kontrol ... 70

3. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 71

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Langkah – Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 12

Tabel 2.2 Aktivitas Quick On The Draw dalam Tatanan Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

Tabel 3.1 Daftar Nilai UTS Semester Ganjil ... 27

Tabel 3.2 Posttest-Only Control Design ... 28

Tabel 3.3 Variabel Penelitian ... 30

Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi ... 32

Tabel 4.1 Daftar Perolehan Skor Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Komunikasi Kelompok Eksperimen Treatment Pertama ... 42

Tabel 4.2 Daftar Perolehan Skor Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Komunikasi Treatment Kedua Kelompok Eksperimen ... 45

Tabel 4.3 Daftar Perolehan Skor Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Komunikasi Treatmen Ketiga Kelompok Eksperimen ... 47

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran dengan Aktivitas Quick On The Draw dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... 49

Tabel 4.5 Daftar Perolehan Nilai Kemampuan Komunikasi Kelas Eksperimen ... 50

Tabel 4.6 Daftar Perolehan Nilai Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Komunikasi Kelompok Kontrol Pada Treatment Pertama ... 53

(9)

Tabel 4.8 Daftar Perolehan Nilai Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Komunikasi Kelompok Kontrol Pada

Treatment Ketiga ... 57

Tabel 4.9 Daftar Perolehan Nilai Kemampuan Komunikasi Kelas Kontrol ... 58

Tabel 4.10 Uji Normalitas Perbedaan Nilai Kemampuan Komunikasi

Tulisan Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 60

Tabel 4.11 Uji Homogenitas Varians Nilai Kemampuan Komunikasi Siswa ... 61

Tabel 4.12 Uji Hipotesis Kemampuan Komunikasi Siswa Kelas Eksperimen ... 62

Tabel 4.13 Uji Hipotesis Kemampuan Komunikasi Siswa Kelompok Kontrol .. 63

Tabel 4.14 Uji Hipotesis Perbedaan Kemampuan Komunikasi Siswa

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor ... 39

Gambar 4.2 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Terhadap

Kemampuan Komunikasi Siswa Pertemuan 1 ... 72

Gambar 4.3 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Terhadap

Kemampuan Komunikasi Siswa Pertemuan 3 ... 73

Gambar 4.4 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Terhadap

Kemampuan Komunikasi Siswa Treatment 1 ... 74

Gambar 4.5 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Terhadap

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A ... 82

Lampiran A.1 Kisi – Kisi Instrumen Penelitian ... 83

Lampiran A.2 Silabus... 85

Lampiran A.3 RPP Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 88

Lampiran A.4 Bahan Ajar ... 110

Lampiran A.5 Kartu Pertanyaan ... 129

Lampiran A.6 Lembar Jawaban ... 136

Lampiran A.7 Soal Posttest... 137

Lampiran A.8 Jawaban Kartu Pertanyaan ... 139

Lampiran A.9 Jawaban Soal Posttest ... 146

LAMPIRAN B ... 150

Lampiran B.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 151

Lampiran B.2 Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 153

Lampiran B.3 Foto – Foto Kegiatan Penelitian ... 155

LAMPIRAN C ... 158

Lampiran C.1 Output Analisis Uji Normalitas ... 159

Lampiran C.2 Output Analisis Uji Homogenitas ... 162

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang didalamnya

terjadi interaksi antara guru dan siswa atau antar siswa yang memiliki suatu tujuan

tertentu. Menurut Isjoni (2007:11) “pembelajaran merupakan sesuatu yang

dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa”. Pembelajaran pada dasarnya

merupakan upaya guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Hal

ini senada dengan yang diungkapkan Ruhimat (2010:5) “pembelajaran merupakan

upaya membelajarkan siswa melalui suatu proses (belajar) yang efektif untuk

mencapai perkembangan optimal dan seimbang antara aspek kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam pembelajaran posisi siswa harus

ditempatkan sebagai objek sekaligus subjek belajar, sehingga siswa tidak hanya

menerima informasi akan tetapi siswa harus mampu mencari dan menerapkan

informasi tersebut. Hal ini berarti bahwa siswa dalam belajar selalu dituntut untuk

mengembangkan semua kemampuan dan potensinya secara maksimal”.

Selain itu, pembelajaran yang efektif tersebut harus dapat merangsang

kemampuan komunikasi siswa, karena sejatinya kegiatan pembelajaran tidak akan

pernah terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Kemampuan komunikasi merupakan

salah satu hal yang terpenting dalam proses pembelajaran, dengan kemampuan

komunikasi siswa dapat mengkomunikasikan kembali seluruh potensi atau ide

yang siswa tersebut miliki secara terbuka di kelas. Hal tersebut akan membantu

siswa dalam proses pembelajaran dengan saling mengkomunikasikan informasi

atau ide satu sama lain, sehingga siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran

dan dapat mencapai tujuan dari pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, kegiatan pembelajaran efektif di sekolah

seharusnya menjadikan guru sebagai fasilitator yang bersifat membimbing dan

mengarahkan kegiatan pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil observasi awal

yang dilakukan oleh peneliti, dalam setiap kegiatan pembelajaran guru belum

(13)

2

siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat

mentransfer ilmu atau informasi yang guru miliki kepada siswa dengan

menggunakan model pembelajaran konvensional (metode ceramah). Pembelajaran

konvensional tidaklah buruk untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan

penggunaan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah memang

sesuai digunakan dalam beberapa materi dalam pembelajaran pada mata pelajaran

geografi, namun jika model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah

tersebut digunakan dalam setiap kali kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu

yang panjang bisa jadi siswa akan merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran. Hal ini tentu akan berdampak buruk pada partisipasi dan

kontribusi siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran yang akan dilalui, dan pada

akhirnya kan berdampak pada kemampuan komunikasi siswa yang pada akhirnya

berpengaruh pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Akan tetapi hal tersebut

tidak akan terjadi jika dalam kegiatan pembelajaran siswa mendapatkan sesuatu

yang baru atau pembelajaran tersebut dilakukan dengan hal yang menyenangkan,

sehingga diduga siswa tersebut akan lebih bersemangat dan berkontribusi secara

aktif dalam proses kegiatan pembelajarannya.

Djamrah (2006:3) menyatakan bahwa kemampuan yang dapat dimiliki

siswa, akan ditentukan dengan kerelevansian penggunaan suatu metode yang

sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Hal ini dapat diartikan, dengan

penggunaan metode sesuai atau tepat maka akan sesuai pula dengan standar

keberhasilan yang telah ditetapkan dalam suatu tujuan pembelajaran. Seperti yang

telah diuraikan pada paragraf sebelumnya bahwa komunikasi merupakan salah

satu hal terpenting dalam kegiatan pembelajaran karena jika komunikasi tidak

terjadi dalam kegiatan pembelajaran maka tidak akan tercapainya tujuan

pembelajaran tersebut.

Penggunaan model pembelajaran secara konvensional jika dilakukan secara

terus menerus pada setiap kegiatan pembelajaran, sedikit banyaknya akan

berpengaruh pada rendahnya kontribusi dan partisipasi terhadap mata pelajaran

(14)

3

menyebabakan kurang terasahnya kemampuan komunikasi siswa itu sendiri.

Kurangnya kontribusi dan partisipasi siswa di kelas ketika kegiatan pembelajaran

menyebabkan siswa tersebut enggan untuk mengemukakan, mengajukan dan

menjawab pertanyaan, mengklarifikasi pemahaman siswa mengenai materi yang

kurang dimengerti dan mengajukan gagasan, pendapat atau ide berdasarkan hasil

pemikiran siswa secara umum kepada publik ataupun teman lainnya baik secara

lisan khususnya secara tulisan.

Dalam kegiatan pembelajaran diperlukan untuk saling berinteraksi satu

sama lain untuk bekerja sama dalam suatu kelompok kerja. Sehingga setiap

anggota diharapkan dapat mampu saling berinteraksi dalam mengkomunikasikan

gagasan atau pemikiran yang mereka miliki dan dapat saling melengkapi,

mengklarifikasi ketidakpahaman terhadap suatu materi atau persoalan yang

dihadapi dalam kelompok yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran

seoptimal mungkin. Untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang efektif yaitu

pembelajaran yang dilakukan dan dibuat oleh siswa, maka diperlukan suatu model

pembelajaran yang mendukung siswa berperan aktif didalamnya.

Model pembelajaran kooperatif ini merupakan suatu model pembelajaran

yang berbasis kerja tim atau kerja kelompok yang berpacu untuk menyelesaikan

suatu pekerjaan atau tugas yang setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas

keberhasilan kelompoknya masing-masing sehingga dapat mencapai tujuan

pembelajaran Menurut Lie (2002:12) cooperative learning merupakan sistem

pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan

sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur yang disebut dengan sistem “pembelajaran gotong royong”, dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator. Selain itu menurut Ningrum (2009: 173) pembelajaran kooperatif merupakan

suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku

bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama

yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih. Dari kedua

(15)

4

strategi pembelajaran yang dilakukan agar siswa bekerja bersama-sama pada suatu

kelompok dalam menyelesaikan tugas terstruktur.

Pembelajaran kooperatif learning ini memiliki lima unsur yang harus

diterapkan, seperti yang diungkapkan oleh Lie (2002:31), yaitu: 1. Saling

ketergantungan positif (keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha

setiap anggotanya), 2. Tanggung jawab perseorangan (masing-masing anggota

melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugasnya dalam kelompok bisa

dilaksanakan), 3. Tatap muka (setiap kelompok diberi kesempatan untuk bertemu

muka dan berdiskusi), 4. Komunikasi antar anggota (unsur ini menghendaki agar

siswa dibekali dengan keterampilan berkomunikasi), 5. Evaluasi proses kelompok

(adanya evaluasi untuk mengetahui proses kerja kelompok dan hasil kerja sama

kelompok agar selanjutnya bisa berkerja sama dengan lebih baik lagi).

Aktivitas quick on the draw merupakan aktivitas yang terdiri dari

kelompok-kelompok siswa yang bertugas untuk menyelesaikan

pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan oleh guru. Sesuai dengan apa yang di kemukakan oleh

Ginnis (2008:163-164) quick on the draw merupakan sebuah aktivitas riset dan

kerja tim atau kerja kelompok yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

lisan dan tulisan seperti berbicara (mengungkapkan suatu gagasan, memberikan

pertanyaan dan menyanggah suatu pendapat atau gagasan pada proses

pembelajaran); mendengarkan, membaca (kemampuan siswa dalam membaca soal

secara tepat dan cepat sehingga dapat langsung mengetahui inti dari suatu soal

tersebut), menulis (menuliskan dan melaporkan hasil kegiatan atau aktivitas

pembelajaran dengan laporan kelompok secara tertulis).

Aktivitas ini berpacu kepada kecepatan sebuah tim dalam menyelesaikan

suatu pekerjaan yang dapat mendorong kerja sama berkelompok untuk

menyelesaikan satu set kartu pertanyaan. Menurut Ginnis (2008:163-164) ada

beberapa keunggulan dan manfaat dari aktivitas ini, yaitu: (1) Dapat membantu

membiasakan siswa untuk mendapatkan pengalaman mengenai macam-macam

keterampilan komunikasi seperti membaca, berbicara, menulis yang didorong oleh

(16)

5

siswa belajar kepada sumber lain tidak hanya bersumber kepada guru; (4)

aktivitas ini sesuai untuk siswa berkarakter kinestetik, karena dalam aktivitas ini

siswa akan terus bergerak sehingaa siswa tidak akan duduk diam selama lebih 2

menit.

Model pembelajaran kooperatif ini sesuai jika dikombinasikan dengan

aktivitas quick on the draw dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini

dikarenakan model pembelajaran kooperatif learning dengan kelima unsurnya

yang juga terdapat dalam aktivitas quick on the draw dan keunggulan-keunggulan

dalam aktivitas tersebut memiliki kesesuaian jika dikombinasikan dalam suatu

kegiatan pembelajaran. Selain itu siswa akan memperoleh kesempatan berkerja

sama dalam suatu kelompok yang heterogen dalam model pembelajaran

kooperatif dan selain bekerjasama dalam suatu kelompok, siswa pun dapat

melakukan kegiatan kerjasama tersebut dalam suatu aktivitas pembelajaran yang

menyenangkan. Sehingga akan lebih pembelajaran akan lebih optimal jika pada

saat menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran

kooperatif dengan komposisi siswa yang heterogen.

Pembelajaran dikelas akan lebih menarik atau hidup jika didalam kelas

siswa turut ikut berperan dalam proses pembelajaran tersebut. Aktivitas quick on

the draw dalam model pembelajaran kooperatif ini dapat membantu guru untuk

melibatkan siswa berperan aktif didalamnya, sehingga guru tidak hanya menjadi

satu-satunya sumber informasi yang hanya melakukan interaksi dan komunikasi

yang sifatnya hanya satu arah saja dan siswa pun tidak hanya menerima informasi

tersebut tanpa adanya interaksi dan komunikasi dalam pembelajaran tersebut.

Aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif

merupakan salah satu cara yang diduga dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi siswa pada mata pelajaran geografi. Keberhasilan model

pembelajaran kooperatif quick on the draw ini dalam meningkatkan kemampuan

komunikasi siswa sebelumnya sudah diterapkan pada beberapa Sekolah

Menengah Pertama di Pekanbaru dalam tesis Pascasarjana UPI tahun 2012 yang

(17)

6

Kooperatif untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi

Matematis Siswa” oleh Hayatun Nufus. Berdasarkan hasil penelitian kemampuan

komunikasi matematis siswa mengalami peningkatan. Aktivitas quick on the draw

dalam model pembelajaran kooperatif ini belum pernah diterapkan dalam kegiatan

pembelajaran di kelas, selain itu setiap pembelajaran dirasa perlu untuk

meningkatkan baik kemampuan komunikasi, khususnya kemampuan komunikas

tulisan siswa tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian pada program studi geografi dengan judul “Pengaruh Aktivitas Quick On The Draw dalam Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Komunikasi Siswa (Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X di SMAN Caringin Kabupaten Bogor)’’.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: "Apakah aktivitas quick on the

draw dalam model pembelajaran kooperatif berpengaruh dalam meningkatkan

kemampuan komunikasi siswa di Sekolah Menengah Atas?"

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan kedalam beberapa

pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran

kooperatif terhadap kemampuan komunikasi siswa kelas eksperimen pada

mata pelajaran geografi di SMAN Caringin Kabupaten Bogor?

2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran konvensional (metode ceramah)

terhadap kemampuan komunikasi siswa kelas kontrol pada mata pelajaran

geografi di SMAN Caringin Kabupaten Bogor?

3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi siswa antara kelas

eksperimen yang menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model

pembelajaran kooperatif dengan kemampuan komunikasi kelas kontrol yang

(18)

7

C. Tujuan

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi pengaruh aktivitas quick on the draw dalam model

pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan komunikasi siswa kelas

eksperimen pada mata pelajaran geografi di SMAN I Caringin Kabupaten

Bogor

2. Untuk mengidentifikasi pengaruh model pembelajaran konvensional (metode

ceramah) terhadap kemampuan komunikasi siswa kelas kontrol pada mata

pelajaran geografi di SMAN I Caringin Kabupaten Bogor

3. Mengidentifikasi perbedaan kemampuan komunikasi siswa antara kelas

eksperimen yang menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model

pembelajaran kooperatif dengan kelas kontrol yang menggunakan

pembelajaran konvensional (metode ceramah)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian eksperimen ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat praktis, diharapkan dapat memberikan alternatif lain dalam

pemilihan model pembelajaran yang berpusat pada siswa melalui aktifitas

quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi siswa

2. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah

satu referensi yang diharapkan dapat membantu penelitian sejenis yang ruang

lingkupnya lebih luas mengenai pengaruh kemampuan komunikasi dengan

aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif.

(19)

8

Menurut Sudjana, N. (1993:215) hipotesis merupakan suatu jawaban

sementara yang perlu diuju kebenarannya. Berdasarkan pemasalahannya sebelum

penelitian ini dilakukan, maka hipotesis yang akan diuji yaitu:

1. Hipotesis Nol (Ho): Aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran

kooperatif tidak berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi tulisan siswa

kelas eksperimen pada mata pelajaran geografi di SMAN Caringin Kabupaten

Bogor

Hipotesis Alternatif (H1): Aktivitas quick on the draw dalam model

pembelajaran kooperatif berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi

tulisan siswa kelas eksperimen pada mata pelajaran geografi di SMAN

Caringin Kabupaten Bogor

2. Hipotesis Nol (Ho): Tidak adanya pengaruh penggunaan model

pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan

komunikasi tulisan siswa pada kelas kontrol

Hipotesis Alternatif (H1): Adanya pengaruh penggunaan model

pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan

komunikasi tulisan siswa pada kelas kontrol

3. Hipotesis Nol (Ho): Tidak adanya perbedaan kemampuan komunikasi tulisan

siswa yang mendapatkan pembelajaran aktivitas quick on the draw dalam

model pembelajaran kooperatif kelas eksperimen dengan kegiatan

pembelajaran yang menggunakan metode konvensional (ceramah) kelas

kontrol

Hipotesis Alternatif (H1): Adanya perbedaan kemampuan komunikasi

tulisan siswa yang mendapatkan pembelajaran aktivitas quick on the draw

dalam model pembelajaran kooperatif kelas eksperimen dengan kegiatan

pembelajaran yang menggunakan metode konvensional (ceramah) kelas

(20)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Lokasi, Subjek dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN Caringin Bogor yang beralamat di Jl.

Mayjen H. E Sukma Km 16 Caringin Kabupaten Bogor. Menurut Ningrum (2010:

375) ”Subjek penelitian adalah sumber data (berupa orang, instansi atau benda)

yang memiliki data atau informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian”. Selain itu menurut Suryabrata (1992: 43) “Sekelompok subjek yang diambil dari

populasi tertentu dikelompokan secara rambang menjadi dua kelompok yaitu

kelompok atau kelas eksperimen dan kontrol”. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor tahun pelajaran

2012/2013 yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa 213 orang. Dari subjek

tersebut akan diambil sampel berdasarkan design penelitan yaitu kelas eksperimen

dan kelas kontrol yang akan dijadikan sebagai subjek.

Purposive Sampling merupakan teknik yang digunakan untuk menentukan

sampel pada penelitian ini. Teknik ini tidak dilakukan pada seluruh populasi, tapi

terfokus pada target. Menurut Arikunto (2010: 183) “Purposive Sampling, merupakan penentuan sampel yang berdasarkan pertimbangan kriteria-kriteria

tertentu yang telah dibuat terhadap suatu objek yang sesuai dengan tujuan

penelitian”. Penelitian ini menggunakan 2 sampel yaitu kelas X-5 dan X-6.

Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa tabel tersebut merupakan hasil

nilai rata – rata UTS dari seluruh kelas x. Untuk kelas X-5 dan X-6 dapat dilihat hasil perolehan nilai UTS kedua kelas tersebut relatif sama, hal tersebut dapat

dijadikan sebagai salah satu pertimbangan kriteria pada penentuan sampel.

Adapun alasan dari pemilihan sampel berdasarkan beberapa pertimbangan

sebagai berikut:

1. Guru mata pelajaran geografi yang mengajar di kedua kelas tersebut

merupakan guru yang sama

2. Siswa memiliki rata-rata nilai UTS yang relatif sama yaitu 67 untuk kelas X-5

(21)

27

3. Siswa yang mencapai standar KKM (70) hanya 7,4% untuk kelas eksperimen

dan 7,5% untuk kelas kontrol

4. Nila tertinggi pada kelas X-5 78 dan 83 untuk kelas X-6

5. Nilai terendah pada kelas X-5 51 dan 49 untuk kelas X-6

6. Kedua kelas tersebut belum memperoleh materi hidrosfer

7. Siswa belum pernah belajar dengan menggunakan aktivitas quick on the draw

dalam model pembelajaran kooperatif

Sumber: File Guru Mata Pelajaran Geografi

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk

mengetahui atau memperoleh data dengan tujuan tertentu. Menurut Hariyanto

(2012), metode penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi

prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber

data, serta dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah atau dianalisis

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen dengan design Posttest-Only Control Design, menurut Sugiyono

(2008: 112). Dalam design ini terdapat dua kelompok (dua kelas) yang dipilih

(22)

28

atau treatmen dan kelompok yang lain (kelas kontrol) tidak diberi perlakuan.

Dalam penelitian ini menggunakan aktivitas quick on the draw yang diterapkan di

kelas eksperimen dan kelas kontrol yang tidak diberikan perlakuan khusus.

Menurut Sugiyono (2008: 112) “Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh

secara signifikan”. Pola yang terdapat pada Posttest-Only Control Design adalah sebagai berikut (lihat tabel 3.2).

Tabel 3.2

Posttest-Only Control Design

X Ta O1

Y - O2

Keterangan:

X : Kelas Eksperimen Y : Kelas Kontrol

Ta : Treatmen (perlakuan) atau pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif quick on the draw. O2 : Posttest

Sumber: Sugiyono (2008)

C. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan, agar tidak

terjadi kesalahpahaman dalam penelitian ini.

1. Aktivitas quick on the draw merupakan suatu aktivitas pembelajaran yang

dapat memacu kemampuan komunikasi siswa baik lisan maupun tulisan.

Aktivitas ini dikerjakan dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4-6

orang yang mendorong pembelajaran kerja kelompok sehingga siswa dapat

belajar mengenai pembagian tugas, dapat belajar mandiri yang tidak hanya

tergantung pada guru dan dapat melatih keterampilan komunikasi siswa.

Aktifitas ini menuntut setiap kelompok dapat menyelesaikan satu set kartu

(23)

29

2. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berpusat

pada kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan bekerja sama untuk

mencapai suatu tujuan pembelajaran.

3. Kemampuan komunikasi siswa adalah kemampuan siswa dalam

menyampaikan suatu gagasan atau ide dalam pembelajaran. Kemampuan

komunikasi yang akan diteliti pada penelitian ini adalah kemampuan

komunikasi tulisan, seperti: (1) menjelaskan suatu situasi dengan

menggunakan tulisan, baik secara konkret maupun gambar; (2) menjelaskan

suatu ide atau situasi geografi secara tertulis, dan (3) mengungkapkan

kembali suatu uraian geografi dalam bahasa sendiri.

4. Kelas Eksperimen merupakan kelas yang pada kegiatan pembelajarannya

menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran

kooperatif

5. Kelas kontrol merupakan kelas yang pada kegiatan pembelajarannya tidak

menggunakan aktivitas atau treatment. Kegiatan pembelajaran tersebut sesuai

dengan yang biasa dilakukan oleh guru selama kegiatan pembelajaran

berlangsung.

D. Variabel Penelitian

Menurut Amiran Yousda (1993: 14), variabel dapat diartikan sebagai ciri

individu, objek, gejala dan pertistiwa yang dapat diukur secara kuntitatif dan

kualitatif. Sedangkan menurut Sugiyono (2008: 60), variabel adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya. Berdasarkan pada tabel dibawah variabel penelitian ini terdiri dari

variabel bebas atau Independen (X) dan variabel terikat atau Dependen (Y).

Menurut Sugiyono (2008: 61), variabel bebas atau Independen (X) yaitu

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel terikat, sedangkan variabel terikat atau Dependen (Y)

(24)

30

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada latar belakang

masalah, maka variabel penelitian pada penelitian ini dapat diketahui pada tabel

3.3.

Tabel 3.3 Variabel Penelitian

Variabel bebas/ Independen (X)

Variabel terikat/ Dependen (Y)

Aktivitas quick on the draw : Belajar berkelompok

Kemampuan komunikasi tulisan siswa

E. Langkah – Langkah Aktivitas Quick On The Draw dalam Penelitian

Untuk melakukan aktivitas ini ada beberapa langkah-langkah yang harus

dijalani oleh yaitu sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kecil, satu kelompok

terdiri dari 4-6 orang siswa

b. Setiap kelompok siswa diberi bahan ajar untuk dibaca oleh siswa untuk

pengetahuan awal yang memuat mengenai konsep materi pembelajaran

c. Guru menyiapkan satu set kartu pertanyaan mengenai materi yang akan

dibahas dengan warna kartu yang berbeda untuk setiap kelompoknya

d. Setelah semua perangkat tersedia, guru memberi aba-aba untuk memulai

pembelajaran dengan aktivitas quick on the draw. Satu orang dari setiap

kelompok berlari ke meja guru untuk mengambil pertanyaan pertama sesuai

dengan warna mereka dan membawanya kembali ke kelompok

masing-masing.

e. Kelompok tersebut berdiskusi untuk mencari jawaban pertanyaan yang

bersumber pada bahan ajar, kemudian jawaban ditulis di lembar kertas

(25)

31

f. Setelah kelompok mendiskusikan dan mendapatkan jawaban, lembar jawaban

tersebut diberikan kepada guru oleh orang kedua. Guru memeriksa jawaban.

Jika jawaban akurat dan lengkap, pertanyaan kedua dapat diambil. Begitu

seterusnya. Jika ada jawaban yang tidak akurat atau tidak lengkap, guru

menyuruh siswa tersebut kembali ke kelompok dan mencoba lagi. Siswa yang

menulis, mengambil pertanyaan, dan mengembalikan jawaban harus

bergantian.

g. Kelompok yang menang adalah yang pertama menjawab semua pertanyaan

dengan waktu yang paling cepat.

h. Guru bersama siswa membahas semua pertanyaan dan siswa membuat catatan

tertulis dengan merangkum materi dan hasil jawaban kartu pertanyaan dari

aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan.

F. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2002: 136) Instrumen penelitian merupakan alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Maka jenis instrumen dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti

dalam mengamati keadaan atau kondisi guru dan peserta didik, pada

observasi ini akan dilakukan pencatatan segala aktivitas atau tidakan pada

objek penelitian (guru dan peserta didik) selama proses pembelajaran yang

diisi oleh peneliti.

2. Tes

Tes kemampuan komunikasi siswa dalam penelitian ini digunakan

untuk memperoleh data kuantitatif mengenai kemampuan siswa dalam

(26)

32

soal tersebut merupakan soal tes dalam bentuk uraian. Dengan menggunakan

pedoman penskoran pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi

Respon Siswa Terhadap Soal Skor

Siswa tidak memberikan jawaban atau jawaban tidak terbaca 0

Ada jawaban namun respon salah 1

Penjelasan yang ada menggunakan bahasa yang sistematis dalam mendeskripsikan konsep, dan prosedur, namun hanya sedikit yang benar.

2

Siswa memberikan penjelasan yang lengkap dengan menggunakan bahasa yang sistematis namun terdapat sedikit kesalahan pada tingkat keakuratan dan ketelitiannya dalam mendeskripsikan konsep dan prosedur.

3

Semua penjelasan lengkap menggunakan bahasa yang sistematis dan tingkat keakuratan dan ketelitiannya sangat tinggi dalam mendeskripsikan konsep dan prosedur.

4

Sumber: Modifikasi dari Maryland Math Communication Rubric dalam Nufus (2012:259)

G. Bahan Ajar

Bahan ajar ini digunakan untuk menyampaikan konsep materi pembelajaran

yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini tidak dinilai melainkan guru

memberi bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dan memberikan

penguatan materi bagi siswa. Guru harus memastikan seluruh siswa mempelajari

(27)

33

mempelajari bahan ajar akan menentukan keberhasilan peserta didik dalam

menyelesaikan soal-soal dalam kartu pertanyaan.

a. Satu Set Kartu Pertanyaan

Kartu pertanyaan merupakan kartu yang memuat mengenai

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik dalam kelompoknya

masing-masing. Selain itu hal ini digunakan untuk mengetahui pemahaman

peserta didik pada materi yang telah diperoleh peserta didik ketika

mengerjakan lembar kerja peserta didik. Pertanyaan – pertanyaan dalam kartu ini dibuat dengan memperhatikan indikator – indikator kemampuan komunikasi yang ingin ditingkatkan.

b. Lembar Jawaban Kartu Pertanyaan

Lembar jawaban ini disediakan sebagai tempat untuk menuliskan

jawaban dari kartu pertanyaan tersebut. Lembar ini disesuaikan dengan

banyaknya pertanyaan dalam satu set kartu pertanyaan tersebut.

H. Analisis Data

Setelah terkumpulnya data dari hasil penelitian, maka selanjutnya

dilakukan analisis yang bertujuan untuk menjawab hipotesis. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Sudjana (1993: 111) analisis data merupakan suatu proses

penyusunan, pengaturan dan pengolahan data agar dapat digunakan untuk

membenarkan atau menyalahkan hipotesis. Data yang diperoleh dari hasil postest

dianalisis dengan statistik yang hasilnya akan dianalisis secara deskriptif. Data

yang nanti akan diambil adalah data kuantitatif yang merupakan hasil dari tes

kemampuan komunikasi siswa (Postest), selain itu data kualitatif dari lembar

observasi untuk siswa menggunakan bantuan program SPSS dan Ms.Excel.

Berikut ini langkah – langkah yang digunakan untuk mengolah data hasil dari penelitian sebagai berikut:

1. Data Tes Kemampuan Komunikasi Siswa

Dalam penelitian ini selain untuk menganalisis rataan peningkatan

(28)

34

peningkatan kemampuan komunikasi tersebut, baik yang menggunakan

aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif maupun

yang menggunakan model pembelajaran konvensional

Sebelum mengolah data, peneliti akan melakukan perhitungan skor

hasil dari postest siswa untuk kedua kelas yaitu kelas kontrol dan eksperimen

dengan menggunakan tabel skor, dan menetapkan tingkat signifikansi yaitu 1

% (α = 0,05). Menghitung peningkatan kemampuan komunikasi siswa dari hasil postest dengan menggunakan gain ternormalisasi, hal tersebut sesuai

dengan yang dikemukakan Hake dalam Meltzer (2002:3) sebagai berikut:

Gain ternormalisasi (N-Gain) =

Sebelum melakukan uji hipotesis, harus dilakukan uji normalitas

distribusi data dan homogenitas dilakukan terlebih dahulu sebagai berikut:

a. Uji normalitas

Uji ini dimaksudkan untuk menguji sampel dan untuk

memperlihatkan bahwa sampel ini berasal dari distribusi yang normal.

Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto,S (2009) Uji normalitas sampel

atau menguji normal tidaknya sampel tidak lain adalah mengadakan

pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis.

Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:

H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik

Shapiro-Wilk, dengan kriteria pengujian: terima H0 jika nilai

(29)

35

(Arikunto.S, 2009)

Keterangan:

(x)2 = Chi-Square yang dicari fo = Frekuensi yang diamati

k = Banyaknya kelas fe = Frekuensi yang diharapkan

i = Panjang kelas

b.Uji homogenitas Sampel dengan Uji F

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menunjukan bahwa

kelompok-kelompok sampel dari populasi yang sama atau homogen.

Pada penelitian ini uji homogentas menggunakan Uji F. Uji F ini

dilakukan untuk mengetahui pengaruh antar variabel yaitu variabel bebas

dan variabel terikat dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 : b1 = b2 = b3 = 0

Secara bersama – sama tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat

H1 : b1≠ b2 ≠ b3≠ 0

Secara bersama – sama adanya pengaruh varibel bebas terhadap variabel terikat.

Langkah-langkah menguji homogenitas varians dengan

membandingkan nila F hitung dengan F tabel sebagai berikut:

Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga

dapat diartikan bahwa semua variabel bebas secara bersama -

samamerupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat dan

bergitu pula sebaliknya.

Uji F ini menggunakan rumus:

(30)

36

(Sd2)2 varians 2

df1= n1– 1, df2 = n2– 1

Keterangan:

 Variansi atau Sd yang lebih besar sebagai (Numerator) pembilang, dan yang lebih kecil sebagai (denominator) penyebut

 P < 0,05 : varians berbeda

 P > 0,05 : varians sama

c. Uji Hipotesis (Uji t)

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan pada

rumusan masalah dalam penelitian. Rumus yang digunakan untuk

mengukur hipotesis parametrik (berdistribusi normal) adalah sebagai

berikut:

Keterangan:

x1 = rata-rata skor kelas eksperimen x2 = rata-rata skor kelas kontrol s12 = varians kelompok eksperimen s22 = varians kelompok kontrol

n12 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen n22 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol

Sebelum data dianalisis, data tersebut terlebih dahulu akan diuji

dengan uji normalitas dan dilanjutkan dengan uji homogenitas apabila

data tersebut terbukti normal, maka uji kesamaan rataan menggunakan

Uji-t, sedangkan jika data tersebut normal tapi tidak homogen maka akan

menggunakan Uji-t ׳(t-aksen), dan untuk data yang memenuhi syarat

normalitas menggunakan Uji Mann-Whitney U dengan bantuan program

SPSS 16.

(31)

37

Kegiatan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama yaitu tahapan

persiapan penelitian, tahapan penelitian atau pelaksanaan dan tahapan analisis

data. Prosedur ini dibuat untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, yaitu

sebagai berikut:

1. Tahap persiapan diantaranya sebagai berikut

Mempersiapkan instrumen penelitian seperti RPP, silabus, set kartu

pertanyaan dengan berbagai warna, lembar jawaban untuk kartu pertanyaan,

soal tes komunikasi siswa, papan nama kelompok, lembar observasi. Semua

instrumen ini dinilai terlebih dahulu oleh dosen ahli.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

a. Melakukan observasi terhadap kegiatan pada proses pembelajaran.

b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif quick on the draw untuk kelas eksperimen dan model

pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dibentuk menjadi

kelompok – kelompok kecil dalam kegiatan pembelajarannya. Kelompok siswa duduk berdasarkan no kelompok yang sudah disepakati bersama dan

kelompok tersebut ditugaskan untuk menyelesaikan satu set kartu

pertanyaan. Kelompok yang dapat menyelesaikan kartu tercepat akan

memenangkan tugas ini. Apabila kelompok tersebut kurang tepat dalam

menjawab soal yang terdapat pada kartu maka kelompok tersebut belum

diperbolehkan untuk mengambil kartu selanjutnya. Kartu pertanyaan

tersebut diletakan di depan kelas, sehingga untuk mencapainya siswa

dituntut untuk bergerak cepat. Untuk siswa kelas kontrol, kegiatan

pembelajaran dilakukan seperti biasanya.

(32)

38

komunikasi siswa setelah diberikan tretment atau perlakuan.

3. Tahap analisis data

1. Melakukan analisis data dan pengujian hipotesis

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasaan penelitian yang telah

diuraikan pada bab sebelumnya dengan menerapkan aktivitas quick on the

draw dalam model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran

konvensional (metode ceramah) pada kelas X di SMA Negeri 1 Caringin

Kabupaten Bogor, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan pada siswa yang kegiatan

pembelajarannya menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model

pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan komunikasi siswa. Hal ini

diperkuat dengan uji hipotesis yang telah dilakukan yaitu nilai probabilitas

(sig) yang diperoleh yaitu 0,000 lebih kecil dengan taraf signifikansi yang

telah ditentukan sebesar 0,05. Hal tersebut menyatakan bahwa H0 ditolak

dan H1 diterima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa adanya

pengaruh aktivitas quick on the draw terhadap kemampuan komunikasi

tulisan siswa pada kelas eksperimen.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan pada siswa yang kegiatan

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional

(metode ceramah) terhadap kemampuan komunikasi siswa. Hal ini

diperkuat dengan uji hipotesis yang telah dilakukan yaitu dapat dilihat

bahwa nilai probabilitas (sig) yang dipeoroleh sebesar 0,000 lebih kecil

dari kriteria nilai signifikansi yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,05.

Maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan demikian dapat diketahui bahwa

adanya pengaruh pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap

(34)

78

3. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi tulisan siswa pada kelompok

eksperimen dengan menggunakan aktivitas quick on the draw dalam

model pembelajaran kooperatif pada kegiatan pembelajarannya dengan

model pembelajaran konvensional (metode ceramah). Hal tersebut dapat

dilihat dari hasil rata- rata nilai perolehan kemampuan komunikasi yang

diakumulasikan selama tiga kali pertemuan yaitu sebesar 80,77 dengan

menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran

kooperatif untuk kelas eksperimen dan 67,23 untuk kelas kontrol dengan

model pembelajaran konvensional (metode ceramah). Selain itu hal

tersebut diperkuat oleh hasil uji hipotesis yang menyatakan bahwa nilai

probabilitas (sig) yang diperoleh yaitu sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih

kecil dari 0,05 yang merupakan kriteria ketentuan yang telah ditentukan.

Maka dapat dikatakan bahwa Hipotesis nol atau H0 ditolak dan H1

diterima. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara kemampuan

komunikasi tulisan siswa yang mendapatkan pembelajaran aktivitas quick

on the draw dalam model pembelajaran kooperatif dengan yang

menggunakan pembelajaran konvensional (metode ceramah).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan yang telah diuraikan di

atas. Maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran treatment 1 dengan

menggunakan aktivitas quick on the draw guru masih terlihat kaku ketika

menggunakan aktivitas ini. Berdasarkan hasil penelitian aktivitas quick on

the draw ini berpengaruh dalam peningkatan kemampuan komunikasi

siswa. Untuk itu maka aktivitas ini sesuai untuk mengasah keterampilan

komunikasi siswa yang lebih difokuskan kepada komunikasi tulisan.

Namun aktivitas quick on the draw ini masih perlu dimodifikasi agar lebih

bervariasi pada setiap kegiatan pembelajarannya. Sehingga tujuan

(35)

79

2.

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan aktivitas quick on the draw

dalam model pembelajaran kooperatif mengalami kendala seperti tidak

sesuainya kegiatan pembelajaran dengan alokasi waktu yang telah

ditentukan dalam skenario pembelajaran. Dalam hal ini guru dituntut untuk

dapat membiasakan diri pada saat melakukan kegiatan pembelajaran

seoptimal mungkin agar tidak ada waktu yang terbuang sia-sia atau lebih

dari alokasi waktu yang ditetapkan sehingga tujuan pembelajaran dapat

berjalan secara optimal.

3. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa secara lebih optimal.

Disarankan penelitian selanjutnya agar dapat mengoptimalkan kesiapan

siswa terhadap langkah-langkah yang harus dilakukan ketika

menggunakan aktivitas quick on the draw pada kegiatan pembelajarannya.

Selain itu aktivitas quick on the draw ini disarankan digunakan pada

materi ataupun mata pelajaran yang lain pada jenjang pendidikan yang

(36)

80

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, B.I. (2005). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan KomunikasiMatematik Siswa SMU melalui Strategi Think-Talk-Write.Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ginnis, P. (2008). Trik dan Taktik Mengajar. Jakarta: PT.Indeks.

Ibrahim, M dan Nur, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa.

Isjoni. (2010). Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: PT.Alfabeta

Isjoni. (2007). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. Jakarta: Alfabeta.

Lie, A. (2002). Cooperative Learning: Memperaktikan Cooperative Learning di Ruang – Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Lie, A. (2007). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Munir. (2001). Aplikasi Media dalam Proses Belajar Mengajar.Mimbar Pendidikan XX(3). Bandung: UPI Press.

Ningrum, E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.

Nufus, H. (2012). Penerapan Aktivitas Quick On The Draw dalam Tatanan Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa.Thesis Pascasarjana UPI. Bandung: Tidak diterbikan

Purwanti, S. (2013). Penerapan Aktivitas Scramble Groups Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Siswa MTS (Studi Eksperimen pada Siswa Mts Atta’zhimiyah di Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sanjaya,W. (2008).Strategi Pembelajaran:Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Perdana Media Grup.

Slavin, R. E. (1995).Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Second Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon.

Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti Depdikbud.

(37)

81

Sugiyono. (2008).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning “Teori dan Aplikasi PAIKEM”. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Suryabrata, S. (1992).Metodologi Penelitian. Rajawali: Jakarta

Trianto. (2007). Model – model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Pustaka.

Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cipta Pustaka.

Yousda, A dan Zainal, A. (1993).Penelitian dan Statistik Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

Yusniati. (2009). Pengaruh Model Penemuan Terbimbing Berbasis Konstektual untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Sumber Internet

Hariyanto,(2012).Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian Pendidikan. [online].Tersedia:http://belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/.[06 Maret 2013]

Meltzer, D.E. (2002). Addendum to: The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physic: a posssible “hidden

variable” in diagnostic pretest score. [online]. Tersedia:

http://www.physics.iastate.edu/per/docs/addendum on normalized gain Pdf. [7 Januari 2013]

Pujiastuti,S.(2012). Pentingnya Pertanyaan dalam Proses Pembelajaran [online].Tersedia:http://www.sdbinatalenta.com/arsipartikel/artikel_tya.pdf. [23 Januari 2013]

Ruhimat,T.(2010).Active_Learning.[online].Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/ FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/195711211985031-TOTO_RUHIMAT/active_learning.pdf. [2013]

Gambar

Tabel 4.11  Uji Homogenitas Varians Nilai Kemampuan Komunikasi Siswa ..... 61
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor ........... 39
Tabel 3.1  Daftar Nilai UTS Semester Ganjil
Tabel 3.2 Posttest-Only Control Design
+3

Referensi

Dokumen terkait

Visi UPTD IB Provinsi Bengkulu adalah menjadikan produsen semen cair dan beku yang tersertifikasi pada tahun 2015 untuk memenuhi kebutuhan ternak di Provinsi Bengkulu

Untuk tujuan pengendalian biaya tersebut dilakukan perhitungan selisih atau penyimpangan yang terjadi antara biaya standar dengan biaya yang sesungguhnya terjadi, setelah itu

Sedangkan untuk mengkategorikan hasil indeks kedalam kriteria penilaian baik, penilaian sedang dan penilaian buruk, maka terlebih dahulu dibuat interval penilaian

Investor mengkaji langkah-langkah China untuk memangkas target pertumbuhan ekonomi dan lonjakan sistem perekrutan AS yang mendorong optimisme terhadap prospek ekonomi terbesar

Pengukuran putaran turbin dan beban kerja maksimal berdasarkan variasi kecepatan aliran sungai. Pengukuran beban kerja maksimal untuk mengetahui beban maksimal yang mampu

the broadening parameters and energies of the excitonic features A and B, we can infer that the Nb ions are most likely intercalated between the van der Waals gap and

“ PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA MENYAMPING PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

Koordinator bidang penerimaan PNBP Biaya NR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e dijabat oleh Kepala Bagian Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan