PENGARUH AKTIVITAS QUICK ON THE DRAW DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI SISWA
(Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi pada Pokok Bahasan Dinamika Perubahan Hidrosfer Kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Geografi
Oleh
REIZA KUSUMOWARDHANY 0901597
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2013
PENGARUH AKTIVITAS QUICK ON THE DRAW DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI SISWA
(Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi pada Pokok Bahasan Dinamika Perubahan Hidrosfer Kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor)
Oleh
Reiza Kusumowardhany
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Reiza Kusumowardhany 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
REIZA KUSUMOWARDHANY
0901597
PENGARUH AKTIVITAS QUICK ON THE DRAW DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI SISWA
(Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi pada Pokok Bahasan Dinamika Perubahan Hidrosfer Kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Geografi
Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001
Dosen Pembimbing I
Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001
Dosen Pembimbing II
ABSTRACT
Influence Activity Quick On The Draw In Model Of Cooperative Learning Against The Ability To Communication Skills Of Students
( Study Experiment Subjects Geography On The Subjects Of Dynamics Change The Hydrosphere Class X In Public SMAN 1 Caringin Bogor
Regency )
By: Reiza Kusumowardhany ( 0901597 )
Communication skills of students in particular communication paper is one of the skills that are important in the process of learning activities in school. With this writing communication skills students can explain and reveal the return an idea, situations and geographical descriptions by using the paper based on the results of his own language use and learning activities in schools should ideally be able to stimulate the students communication skills, especially communication skills handwriting. But in fact not the case, the learning activities that do still make teachers as student information and Science Center. The holding of underlying this research aims to test the influence of activity of quick on the draw in the cooperative learning model of communication skills of students in the class of conventional experiments and learning on the class of the control. The subject in this study is the whole grade X in SMA Negeri 1 Bogor Regency and Caringin to sample on this research, namely X-grade 5 (grade experiment) and X-6 (grade control). The selection of samples using a purposive sampling technique and the method used is the method of experimentation with Posttest Only Design. The instruments used are a matter of communication skills handwriting, observation sheets, card sets of questions. Data analysis using SPSS program help 16 and the results showed that (1) there is an influence, on the activities of the lesson that students use activity quick on the draw in the cooperative learning model of communication skills of students, (2) there is an influence, on the activities of the lesson that students using conventional learning model (method of speaking engagements) on the communication skills of the students, (3) there are differences in the ability of students in writing group communication experiments using activities quick on the draw in the model of cooperative learning on learning the lesson activities with conventional models (methods the lecture). It can be seen from the average procurement value the ability to communicate accrued for three meetings as that of 80,77 class experimentation and 67,23 to the control group. Third the result is strengthened with results test a hypothesis that has been done.
ABSTRAK
PENGARUH AKTIVITAS QUICK ON THE DRAW DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI SISWA
(Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi pada Pokok Bahasan Dinamika Perubahan Hidrosfer Kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor)
Oleh:
Reiza Kusumowardhany (0901597)
Kemampuan komunikasi siswa khususnya komunikasi tulisan merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Dengan kemampuan komunikasi tulisan ini siswa dapat menjelaskan dan mengungkapkan kembali suatu ide, situasi dan uraian geografi dengan menggunakan tulisan berdasarkan hasil pemikirannya menggunakan bahasa sendiri dan idealnya kegiatan pembelajaran di sekolah dapat merangsang kemampuan komunikasi siswa tersebut khususnya kemampuan komunikasi tulisan. Akan tetapi pada kenyataannya tidak demikian, kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih menjadikan guru sebagai pusat ilmu dan informasi siswa.. Hal tersebut yang mendasari diadakannya penelitian ini yang bertujuan untuk menguji pengaruh aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan komunikasi siswa pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor dan untuk sampel pada penelitian ini yaitu kelas X-5 (kelas eksperimen) dan X-6 (kelas kontrol). Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan Posttest Only Design. Instrumen yang digunakan yaitu soal kemampuan komunikasi tulisan, lembar observasi, set kartu pertanyaan. Analisis data menggunakan bantuan program SPSS 16 dan hasilnya menunjukan bahwa (1) Terdapat pengaruh, pada siswa yang kegiatan pembelajarannya menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan komunikasi siswa, (2) Terdapat pengaruh, pada siswa yang kegiatan pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan komunikasi siswa, (3) Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi tulisan siswa pada kelompok eksperimen dengan menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif pada kegiatan pembelajarannya dengan model pembelajaran konvensional (metode ceramah). Hal tersebut dapat dilihat dari hasil rata- rata nilai perolehan kemampuan komunikasi yang diakumulasikan selama tiga kali pertemuan yaitu sebesar 80,77 kelas eksperimen dan 67,23 untuk kelompok kontrol. Ketiga hasil tersebut diperkuat dengan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan.
Kata kunci: Pembelajaran aktivitas quick on the draw, pembelajaran kooperatif,
DAFTAR ISI
A. Aktivitas Quick On The Draw dalam Model Pembelajaran Kooperatif . 9
1. Keunggulan Aktivitas Quick On The Draw dan Model Pembelajaran Kooperatif ... 9
2. Langkah - Langkah Aktivitas Quick On The Draw ... 12
3. Kombinasi Aktivitas Quick On The Draw dan Model Pembelajaran Kooperatif ... 13
4. Variansi Aktifitas Quick On The Draw ... 15
5. Aktifitas Quick On The Draw dan Tipe-Tipe Model Pembelajaran Kooperatif ... 15
B. Model Pembelajaran Konvensional ... 20
C. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dalam Pembelajaran ... 21
1. Pengertian Kemampuan Komunikasi dalam Pembelajaran... 21
2. Unsur – Unsur Keberhasilan Komunikasi dalam Pembelajaran ... 21
3. Kegiatan Komunikasi dalam Pembelajaran ... 23
4. Indikator Kemampuan Komunikasi dalam Pembelajaran ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. Lokasi, Subjek dan Sampel Penelitian ... 26
B. Metode Penelitian ... 27
C. Definisi Operasional ... 28
D. Variabel Penelitian ... 29
E. Langkah – Langkah Aktivitas Quick On The Draw dalam Penelitian ... 30
F. Instrumen Penelitian ... 31
G. Bahan Ajar ... 32
H. Analisis Data ... 33
I. Prosedur Penelitian ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 38
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 40
1. Kemampuan Komunikasi Kelas Eksperimen ... 40
2. Kemampuan Komunikasi Kelas Kontrol ... 52
C. Analisis Data ... 59
1. Uji Normalitas ... 59
2. Uji Homogenitas ... 60
3. Pengujian Hipotesis Kemampuan Komunikasi Tulisan Siswa ... 61
D. Pembahasan ... 65
1. Pengaruh Aktivitas Quick On The Draw dalam Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Komunikasi Siswa Kelas Eksperimen ... 67
2. Pengaruh Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Kemampuan Komunikasi Siswa Kelas Kontrol ... 70
3. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 71
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Langkah – Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 12
Tabel 2.2 Aktivitas Quick On The Draw dalam Tatanan Model Pembelajaran Kooperatif ... 14
Tabel 3.1 Daftar Nilai UTS Semester Ganjil ... 27
Tabel 3.2 Posttest-Only Control Design ... 28
Tabel 3.3 Variabel Penelitian ... 30
Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi ... 32
Tabel 4.1 Daftar Perolehan Skor Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Komunikasi Kelompok Eksperimen Treatment Pertama ... 42
Tabel 4.2 Daftar Perolehan Skor Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Komunikasi Treatment Kedua Kelompok Eksperimen ... 45
Tabel 4.3 Daftar Perolehan Skor Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Komunikasi Treatmen Ketiga Kelompok Eksperimen ... 47
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran dengan Aktivitas Quick On The Draw dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... 49
Tabel 4.5 Daftar Perolehan Nilai Kemampuan Komunikasi Kelas Eksperimen ... 50
Tabel 4.6 Daftar Perolehan Nilai Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Komunikasi Kelompok Kontrol Pada Treatment Pertama ... 53
Tabel 4.8 Daftar Perolehan Nilai Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Komunikasi Kelompok Kontrol Pada
Treatment Ketiga ... 57
Tabel 4.9 Daftar Perolehan Nilai Kemampuan Komunikasi Kelas Kontrol ... 58
Tabel 4.10 Uji Normalitas Perbedaan Nilai Kemampuan Komunikasi
Tulisan Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 60
Tabel 4.11 Uji Homogenitas Varians Nilai Kemampuan Komunikasi Siswa ... 61
Tabel 4.12 Uji Hipotesis Kemampuan Komunikasi Siswa Kelas Eksperimen ... 62
Tabel 4.13 Uji Hipotesis Kemampuan Komunikasi Siswa Kelompok Kontrol .. 63
Tabel 4.14 Uji Hipotesis Perbedaan Kemampuan Komunikasi Siswa
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor ... 39
Gambar 4.2 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Terhadap
Kemampuan Komunikasi Siswa Pertemuan 1 ... 72
Gambar 4.3 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Terhadap
Kemampuan Komunikasi Siswa Pertemuan 3 ... 73
Gambar 4.4 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Terhadap
Kemampuan Komunikasi Siswa Treatment 1 ... 74
Gambar 4.5 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Terhadap
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A ... 82
Lampiran A.1 Kisi – Kisi Instrumen Penelitian ... 83
Lampiran A.2 Silabus... 85
Lampiran A.3 RPP Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 88
Lampiran A.4 Bahan Ajar ... 110
Lampiran A.5 Kartu Pertanyaan ... 129
Lampiran A.6 Lembar Jawaban ... 136
Lampiran A.7 Soal Posttest... 137
Lampiran A.8 Jawaban Kartu Pertanyaan ... 139
Lampiran A.9 Jawaban Soal Posttest ... 146
LAMPIRAN B ... 150
Lampiran B.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 151
Lampiran B.2 Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 153
Lampiran B.3 Foto – Foto Kegiatan Penelitian ... 155
LAMPIRAN C ... 158
Lampiran C.1 Output Analisis Uji Normalitas ... 159
Lampiran C.2 Output Analisis Uji Homogenitas ... 162
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang didalamnya
terjadi interaksi antara guru dan siswa atau antar siswa yang memiliki suatu tujuan
tertentu. Menurut Isjoni (2007:11) “pembelajaran merupakan sesuatu yang
dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa”. Pembelajaran pada dasarnya
merupakan upaya guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Hal
ini senada dengan yang diungkapkan Ruhimat (2010:5) “pembelajaran merupakan
upaya membelajarkan siswa melalui suatu proses (belajar) yang efektif untuk
mencapai perkembangan optimal dan seimbang antara aspek kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam pembelajaran posisi siswa harus
ditempatkan sebagai objek sekaligus subjek belajar, sehingga siswa tidak hanya
menerima informasi akan tetapi siswa harus mampu mencari dan menerapkan
informasi tersebut. Hal ini berarti bahwa siswa dalam belajar selalu dituntut untuk
mengembangkan semua kemampuan dan potensinya secara maksimal”.
Selain itu, pembelajaran yang efektif tersebut harus dapat merangsang
kemampuan komunikasi siswa, karena sejatinya kegiatan pembelajaran tidak akan
pernah terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Kemampuan komunikasi merupakan
salah satu hal yang terpenting dalam proses pembelajaran, dengan kemampuan
komunikasi siswa dapat mengkomunikasikan kembali seluruh potensi atau ide
yang siswa tersebut miliki secara terbuka di kelas. Hal tersebut akan membantu
siswa dalam proses pembelajaran dengan saling mengkomunikasikan informasi
atau ide satu sama lain, sehingga siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran
dan dapat mencapai tujuan dari pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, kegiatan pembelajaran efektif di sekolah
seharusnya menjadikan guru sebagai fasilitator yang bersifat membimbing dan
mengarahkan kegiatan pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil observasi awal
yang dilakukan oleh peneliti, dalam setiap kegiatan pembelajaran guru belum
2
siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat
mentransfer ilmu atau informasi yang guru miliki kepada siswa dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional (metode ceramah). Pembelajaran
konvensional tidaklah buruk untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan
penggunaan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah memang
sesuai digunakan dalam beberapa materi dalam pembelajaran pada mata pelajaran
geografi, namun jika model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah
tersebut digunakan dalam setiap kali kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu
yang panjang bisa jadi siswa akan merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Hal ini tentu akan berdampak buruk pada partisipasi dan
kontribusi siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran yang akan dilalui, dan pada
akhirnya kan berdampak pada kemampuan komunikasi siswa yang pada akhirnya
berpengaruh pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Akan tetapi hal tersebut
tidak akan terjadi jika dalam kegiatan pembelajaran siswa mendapatkan sesuatu
yang baru atau pembelajaran tersebut dilakukan dengan hal yang menyenangkan,
sehingga diduga siswa tersebut akan lebih bersemangat dan berkontribusi secara
aktif dalam proses kegiatan pembelajarannya.
Djamrah (2006:3) menyatakan bahwa kemampuan yang dapat dimiliki
siswa, akan ditentukan dengan kerelevansian penggunaan suatu metode yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Hal ini dapat diartikan, dengan
penggunaan metode sesuai atau tepat maka akan sesuai pula dengan standar
keberhasilan yang telah ditetapkan dalam suatu tujuan pembelajaran. Seperti yang
telah diuraikan pada paragraf sebelumnya bahwa komunikasi merupakan salah
satu hal terpenting dalam kegiatan pembelajaran karena jika komunikasi tidak
terjadi dalam kegiatan pembelajaran maka tidak akan tercapainya tujuan
pembelajaran tersebut.
Penggunaan model pembelajaran secara konvensional jika dilakukan secara
terus menerus pada setiap kegiatan pembelajaran, sedikit banyaknya akan
berpengaruh pada rendahnya kontribusi dan partisipasi terhadap mata pelajaran
3
menyebabakan kurang terasahnya kemampuan komunikasi siswa itu sendiri.
Kurangnya kontribusi dan partisipasi siswa di kelas ketika kegiatan pembelajaran
menyebabkan siswa tersebut enggan untuk mengemukakan, mengajukan dan
menjawab pertanyaan, mengklarifikasi pemahaman siswa mengenai materi yang
kurang dimengerti dan mengajukan gagasan, pendapat atau ide berdasarkan hasil
pemikiran siswa secara umum kepada publik ataupun teman lainnya baik secara
lisan khususnya secara tulisan.
Dalam kegiatan pembelajaran diperlukan untuk saling berinteraksi satu
sama lain untuk bekerja sama dalam suatu kelompok kerja. Sehingga setiap
anggota diharapkan dapat mampu saling berinteraksi dalam mengkomunikasikan
gagasan atau pemikiran yang mereka miliki dan dapat saling melengkapi,
mengklarifikasi ketidakpahaman terhadap suatu materi atau persoalan yang
dihadapi dalam kelompok yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran
seoptimal mungkin. Untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang efektif yaitu
pembelajaran yang dilakukan dan dibuat oleh siswa, maka diperlukan suatu model
pembelajaran yang mendukung siswa berperan aktif didalamnya.
Model pembelajaran kooperatif ini merupakan suatu model pembelajaran
yang berbasis kerja tim atau kerja kelompok yang berpacu untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan atau tugas yang setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas
keberhasilan kelompoknya masing-masing sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran Menurut Lie (2002:12) cooperative learning merupakan sistem
pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan
sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur yang disebut dengan sistem “pembelajaran gotong royong”, dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator. Selain itu menurut Ningrum (2009: 173) pembelajaran kooperatif merupakan
suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku
bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama
yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih. Dari kedua
4
strategi pembelajaran yang dilakukan agar siswa bekerja bersama-sama pada suatu
kelompok dalam menyelesaikan tugas terstruktur.
Pembelajaran kooperatif learning ini memiliki lima unsur yang harus
diterapkan, seperti yang diungkapkan oleh Lie (2002:31), yaitu: 1. Saling
ketergantungan positif (keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha
setiap anggotanya), 2. Tanggung jawab perseorangan (masing-masing anggota
melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugasnya dalam kelompok bisa
dilaksanakan), 3. Tatap muka (setiap kelompok diberi kesempatan untuk bertemu
muka dan berdiskusi), 4. Komunikasi antar anggota (unsur ini menghendaki agar
siswa dibekali dengan keterampilan berkomunikasi), 5. Evaluasi proses kelompok
(adanya evaluasi untuk mengetahui proses kerja kelompok dan hasil kerja sama
kelompok agar selanjutnya bisa berkerja sama dengan lebih baik lagi).
Aktivitas quick on the draw merupakan aktivitas yang terdiri dari
kelompok-kelompok siswa yang bertugas untuk menyelesaikan
pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan oleh guru. Sesuai dengan apa yang di kemukakan oleh
Ginnis (2008:163-164) quick on the draw merupakan sebuah aktivitas riset dan
kerja tim atau kerja kelompok yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
lisan dan tulisan seperti berbicara (mengungkapkan suatu gagasan, memberikan
pertanyaan dan menyanggah suatu pendapat atau gagasan pada proses
pembelajaran); mendengarkan, membaca (kemampuan siswa dalam membaca soal
secara tepat dan cepat sehingga dapat langsung mengetahui inti dari suatu soal
tersebut), menulis (menuliskan dan melaporkan hasil kegiatan atau aktivitas
pembelajaran dengan laporan kelompok secara tertulis).
Aktivitas ini berpacu kepada kecepatan sebuah tim dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan yang dapat mendorong kerja sama berkelompok untuk
menyelesaikan satu set kartu pertanyaan. Menurut Ginnis (2008:163-164) ada
beberapa keunggulan dan manfaat dari aktivitas ini, yaitu: (1) Dapat membantu
membiasakan siswa untuk mendapatkan pengalaman mengenai macam-macam
keterampilan komunikasi seperti membaca, berbicara, menulis yang didorong oleh
5
siswa belajar kepada sumber lain tidak hanya bersumber kepada guru; (4)
aktivitas ini sesuai untuk siswa berkarakter kinestetik, karena dalam aktivitas ini
siswa akan terus bergerak sehingaa siswa tidak akan duduk diam selama lebih 2
menit.
Model pembelajaran kooperatif ini sesuai jika dikombinasikan dengan
aktivitas quick on the draw dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini
dikarenakan model pembelajaran kooperatif learning dengan kelima unsurnya
yang juga terdapat dalam aktivitas quick on the draw dan keunggulan-keunggulan
dalam aktivitas tersebut memiliki kesesuaian jika dikombinasikan dalam suatu
kegiatan pembelajaran. Selain itu siswa akan memperoleh kesempatan berkerja
sama dalam suatu kelompok yang heterogen dalam model pembelajaran
kooperatif dan selain bekerjasama dalam suatu kelompok, siswa pun dapat
melakukan kegiatan kerjasama tersebut dalam suatu aktivitas pembelajaran yang
menyenangkan. Sehingga akan lebih pembelajaran akan lebih optimal jika pada
saat menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran
kooperatif dengan komposisi siswa yang heterogen.
Pembelajaran dikelas akan lebih menarik atau hidup jika didalam kelas
siswa turut ikut berperan dalam proses pembelajaran tersebut. Aktivitas quick on
the draw dalam model pembelajaran kooperatif ini dapat membantu guru untuk
melibatkan siswa berperan aktif didalamnya, sehingga guru tidak hanya menjadi
satu-satunya sumber informasi yang hanya melakukan interaksi dan komunikasi
yang sifatnya hanya satu arah saja dan siswa pun tidak hanya menerima informasi
tersebut tanpa adanya interaksi dan komunikasi dalam pembelajaran tersebut.
Aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu cara yang diduga dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi siswa pada mata pelajaran geografi. Keberhasilan model
pembelajaran kooperatif quick on the draw ini dalam meningkatkan kemampuan
komunikasi siswa sebelumnya sudah diterapkan pada beberapa Sekolah
Menengah Pertama di Pekanbaru dalam tesis Pascasarjana UPI tahun 2012 yang
6
Kooperatif untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi
Matematis Siswa” oleh Hayatun Nufus. Berdasarkan hasil penelitian kemampuan
komunikasi matematis siswa mengalami peningkatan. Aktivitas quick on the draw
dalam model pembelajaran kooperatif ini belum pernah diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran di kelas, selain itu setiap pembelajaran dirasa perlu untuk
meningkatkan baik kemampuan komunikasi, khususnya kemampuan komunikas
tulisan siswa tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian pada program studi geografi dengan judul “Pengaruh Aktivitas Quick On The Draw dalam Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Komunikasi Siswa (Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X di SMAN Caringin Kabupaten Bogor)’’.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: "Apakah aktivitas quick on the
draw dalam model pembelajaran kooperatif berpengaruh dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi siswa di Sekolah Menengah Atas?"
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan kedalam beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran
kooperatif terhadap kemampuan komunikasi siswa kelas eksperimen pada
mata pelajaran geografi di SMAN Caringin Kabupaten Bogor?
2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran konvensional (metode ceramah)
terhadap kemampuan komunikasi siswa kelas kontrol pada mata pelajaran
geografi di SMAN Caringin Kabupaten Bogor?
3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi siswa antara kelas
eksperimen yang menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model
pembelajaran kooperatif dengan kemampuan komunikasi kelas kontrol yang
7
C. Tujuan
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasi pengaruh aktivitas quick on the draw dalam model
pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan komunikasi siswa kelas
eksperimen pada mata pelajaran geografi di SMAN I Caringin Kabupaten
Bogor
2. Untuk mengidentifikasi pengaruh model pembelajaran konvensional (metode
ceramah) terhadap kemampuan komunikasi siswa kelas kontrol pada mata
pelajaran geografi di SMAN I Caringin Kabupaten Bogor
3. Mengidentifikasi perbedaan kemampuan komunikasi siswa antara kelas
eksperimen yang menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model
pembelajaran kooperatif dengan kelas kontrol yang menggunakan
pembelajaran konvensional (metode ceramah)
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian eksperimen ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat praktis, diharapkan dapat memberikan alternatif lain dalam
pemilihan model pembelajaran yang berpusat pada siswa melalui aktifitas
quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi siswa
2. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah
satu referensi yang diharapkan dapat membantu penelitian sejenis yang ruang
lingkupnya lebih luas mengenai pengaruh kemampuan komunikasi dengan
aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif.
8
Menurut Sudjana, N. (1993:215) hipotesis merupakan suatu jawaban
sementara yang perlu diuju kebenarannya. Berdasarkan pemasalahannya sebelum
penelitian ini dilakukan, maka hipotesis yang akan diuji yaitu:
1. Hipotesis Nol (Ho): Aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran
kooperatif tidak berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi tulisan siswa
kelas eksperimen pada mata pelajaran geografi di SMAN Caringin Kabupaten
Bogor
Hipotesis Alternatif (H1): Aktivitas quick on the draw dalam model
pembelajaran kooperatif berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi
tulisan siswa kelas eksperimen pada mata pelajaran geografi di SMAN
Caringin Kabupaten Bogor
2. Hipotesis Nol (Ho): Tidak adanya pengaruh penggunaan model
pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan
komunikasi tulisan siswa pada kelas kontrol
Hipotesis Alternatif (H1): Adanya pengaruh penggunaan model
pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan
komunikasi tulisan siswa pada kelas kontrol
3. Hipotesis Nol (Ho): Tidak adanya perbedaan kemampuan komunikasi tulisan
siswa yang mendapatkan pembelajaran aktivitas quick on the draw dalam
model pembelajaran kooperatif kelas eksperimen dengan kegiatan
pembelajaran yang menggunakan metode konvensional (ceramah) kelas
kontrol
Hipotesis Alternatif (H1): Adanya perbedaan kemampuan komunikasi
tulisan siswa yang mendapatkan pembelajaran aktivitas quick on the draw
dalam model pembelajaran kooperatif kelas eksperimen dengan kegiatan
pembelajaran yang menggunakan metode konvensional (ceramah) kelas
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Lokasi, Subjek dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN Caringin Bogor yang beralamat di Jl.
Mayjen H. E Sukma Km 16 Caringin Kabupaten Bogor. Menurut Ningrum (2010:
375) ”Subjek penelitian adalah sumber data (berupa orang, instansi atau benda)
yang memiliki data atau informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian”. Selain itu menurut Suryabrata (1992: 43) “Sekelompok subjek yang diambil dari
populasi tertentu dikelompokan secara rambang menjadi dua kelompok yaitu
kelompok atau kelas eksperimen dan kontrol”. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor tahun pelajaran
2012/2013 yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa 213 orang. Dari subjek
tersebut akan diambil sampel berdasarkan design penelitan yaitu kelas eksperimen
dan kelas kontrol yang akan dijadikan sebagai subjek.
Purposive Sampling merupakan teknik yang digunakan untuk menentukan
sampel pada penelitian ini. Teknik ini tidak dilakukan pada seluruh populasi, tapi
terfokus pada target. Menurut Arikunto (2010: 183) “Purposive Sampling, merupakan penentuan sampel yang berdasarkan pertimbangan kriteria-kriteria
tertentu yang telah dibuat terhadap suatu objek yang sesuai dengan tujuan
penelitian”. Penelitian ini menggunakan 2 sampel yaitu kelas X-5 dan X-6.
Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa tabel tersebut merupakan hasil
nilai rata – rata UTS dari seluruh kelas x. Untuk kelas X-5 dan X-6 dapat dilihat hasil perolehan nilai UTS kedua kelas tersebut relatif sama, hal tersebut dapat
dijadikan sebagai salah satu pertimbangan kriteria pada penentuan sampel.
Adapun alasan dari pemilihan sampel berdasarkan beberapa pertimbangan
sebagai berikut:
1. Guru mata pelajaran geografi yang mengajar di kedua kelas tersebut
merupakan guru yang sama
2. Siswa memiliki rata-rata nilai UTS yang relatif sama yaitu 67 untuk kelas X-5
27
3. Siswa yang mencapai standar KKM (70) hanya 7,4% untuk kelas eksperimen
dan 7,5% untuk kelas kontrol
4. Nila tertinggi pada kelas X-5 78 dan 83 untuk kelas X-6
5. Nilai terendah pada kelas X-5 51 dan 49 untuk kelas X-6
6. Kedua kelas tersebut belum memperoleh materi hidrosfer
7. Siswa belum pernah belajar dengan menggunakan aktivitas quick on the draw
dalam model pembelajaran kooperatif
Sumber: File Guru Mata Pelajaran Geografi
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk
mengetahui atau memperoleh data dengan tujuan tertentu. Menurut Hariyanto
(2012), metode penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi
prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber
data, serta dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah atau dianalisis
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan design Posttest-Only Control Design, menurut Sugiyono
(2008: 112). Dalam design ini terdapat dua kelompok (dua kelas) yang dipilih
28
atau treatmen dan kelompok yang lain (kelas kontrol) tidak diberi perlakuan.
Dalam penelitian ini menggunakan aktivitas quick on the draw yang diterapkan di
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang tidak diberikan perlakuan khusus.
Menurut Sugiyono (2008: 112) “Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh
secara signifikan”. Pola yang terdapat pada Posttest-Only Control Design adalah sebagai berikut (lihat tabel 3.2).
Tabel 3.2
Posttest-Only Control Design
X Ta O1
Y - O2
Keterangan:
X : Kelas Eksperimen Y : Kelas Kontrol
Ta : Treatmen (perlakuan) atau pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif quick on the draw. O2 : Posttest
Sumber: Sugiyono (2008)
C. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan, agar tidak
terjadi kesalahpahaman dalam penelitian ini.
1. Aktivitas quick on the draw merupakan suatu aktivitas pembelajaran yang
dapat memacu kemampuan komunikasi siswa baik lisan maupun tulisan.
Aktivitas ini dikerjakan dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4-6
orang yang mendorong pembelajaran kerja kelompok sehingga siswa dapat
belajar mengenai pembagian tugas, dapat belajar mandiri yang tidak hanya
tergantung pada guru dan dapat melatih keterampilan komunikasi siswa.
Aktifitas ini menuntut setiap kelompok dapat menyelesaikan satu set kartu
29
2. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berpusat
pada kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan bekerja sama untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran.
3. Kemampuan komunikasi siswa adalah kemampuan siswa dalam
menyampaikan suatu gagasan atau ide dalam pembelajaran. Kemampuan
komunikasi yang akan diteliti pada penelitian ini adalah kemampuan
komunikasi tulisan, seperti: (1) menjelaskan suatu situasi dengan
menggunakan tulisan, baik secara konkret maupun gambar; (2) menjelaskan
suatu ide atau situasi geografi secara tertulis, dan (3) mengungkapkan
kembali suatu uraian geografi dalam bahasa sendiri.
4. Kelas Eksperimen merupakan kelas yang pada kegiatan pembelajarannya
menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran
kooperatif
5. Kelas kontrol merupakan kelas yang pada kegiatan pembelajarannya tidak
menggunakan aktivitas atau treatment. Kegiatan pembelajaran tersebut sesuai
dengan yang biasa dilakukan oleh guru selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
D. Variabel Penelitian
Menurut Amiran Yousda (1993: 14), variabel dapat diartikan sebagai ciri
individu, objek, gejala dan pertistiwa yang dapat diukur secara kuntitatif dan
kualitatif. Sedangkan menurut Sugiyono (2008: 60), variabel adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Berdasarkan pada tabel dibawah variabel penelitian ini terdiri dari
variabel bebas atau Independen (X) dan variabel terikat atau Dependen (Y).
Menurut Sugiyono (2008: 61), variabel bebas atau Independen (X) yaitu
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel terikat, sedangkan variabel terikat atau Dependen (Y)
30
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada latar belakang
masalah, maka variabel penelitian pada penelitian ini dapat diketahui pada tabel
3.3.
Tabel 3.3 Variabel Penelitian
Variabel bebas/ Independen (X)
Variabel terikat/ Dependen (Y)
Aktivitas quick on the draw : Belajar berkelompok
Kemampuan komunikasi tulisan siswa
E. Langkah – Langkah Aktivitas Quick On The Draw dalam Penelitian
Untuk melakukan aktivitas ini ada beberapa langkah-langkah yang harus
dijalani oleh yaitu sebagai berikut:
a. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kecil, satu kelompok
terdiri dari 4-6 orang siswa
b. Setiap kelompok siswa diberi bahan ajar untuk dibaca oleh siswa untuk
pengetahuan awal yang memuat mengenai konsep materi pembelajaran
c. Guru menyiapkan satu set kartu pertanyaan mengenai materi yang akan
dibahas dengan warna kartu yang berbeda untuk setiap kelompoknya
d. Setelah semua perangkat tersedia, guru memberi aba-aba untuk memulai
pembelajaran dengan aktivitas quick on the draw. Satu orang dari setiap
kelompok berlari ke meja guru untuk mengambil pertanyaan pertama sesuai
dengan warna mereka dan membawanya kembali ke kelompok
masing-masing.
e. Kelompok tersebut berdiskusi untuk mencari jawaban pertanyaan yang
bersumber pada bahan ajar, kemudian jawaban ditulis di lembar kertas
31
f. Setelah kelompok mendiskusikan dan mendapatkan jawaban, lembar jawaban
tersebut diberikan kepada guru oleh orang kedua. Guru memeriksa jawaban.
Jika jawaban akurat dan lengkap, pertanyaan kedua dapat diambil. Begitu
seterusnya. Jika ada jawaban yang tidak akurat atau tidak lengkap, guru
menyuruh siswa tersebut kembali ke kelompok dan mencoba lagi. Siswa yang
menulis, mengambil pertanyaan, dan mengembalikan jawaban harus
bergantian.
g. Kelompok yang menang adalah yang pertama menjawab semua pertanyaan
dengan waktu yang paling cepat.
h. Guru bersama siswa membahas semua pertanyaan dan siswa membuat catatan
tertulis dengan merangkum materi dan hasil jawaban kartu pertanyaan dari
aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan.
F. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2002: 136) Instrumen penelitian merupakan alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Maka jenis instrumen dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lembar Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti
dalam mengamati keadaan atau kondisi guru dan peserta didik, pada
observasi ini akan dilakukan pencatatan segala aktivitas atau tidakan pada
objek penelitian (guru dan peserta didik) selama proses pembelajaran yang
diisi oleh peneliti.
2. Tes
Tes kemampuan komunikasi siswa dalam penelitian ini digunakan
untuk memperoleh data kuantitatif mengenai kemampuan siswa dalam
32
soal tersebut merupakan soal tes dalam bentuk uraian. Dengan menggunakan
pedoman penskoran pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi
Respon Siswa Terhadap Soal Skor
Siswa tidak memberikan jawaban atau jawaban tidak terbaca 0
Ada jawaban namun respon salah 1
Penjelasan yang ada menggunakan bahasa yang sistematis dalam mendeskripsikan konsep, dan prosedur, namun hanya sedikit yang benar.
2
Siswa memberikan penjelasan yang lengkap dengan menggunakan bahasa yang sistematis namun terdapat sedikit kesalahan pada tingkat keakuratan dan ketelitiannya dalam mendeskripsikan konsep dan prosedur.
3
Semua penjelasan lengkap menggunakan bahasa yang sistematis dan tingkat keakuratan dan ketelitiannya sangat tinggi dalam mendeskripsikan konsep dan prosedur.
4
Sumber: Modifikasi dari Maryland Math Communication Rubric dalam Nufus (2012:259)
G. Bahan Ajar
Bahan ajar ini digunakan untuk menyampaikan konsep materi pembelajaran
yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini tidak dinilai melainkan guru
memberi bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dan memberikan
penguatan materi bagi siswa. Guru harus memastikan seluruh siswa mempelajari
33
mempelajari bahan ajar akan menentukan keberhasilan peserta didik dalam
menyelesaikan soal-soal dalam kartu pertanyaan.
a. Satu Set Kartu Pertanyaan
Kartu pertanyaan merupakan kartu yang memuat mengenai
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik dalam kelompoknya
masing-masing. Selain itu hal ini digunakan untuk mengetahui pemahaman
peserta didik pada materi yang telah diperoleh peserta didik ketika
mengerjakan lembar kerja peserta didik. Pertanyaan – pertanyaan dalam kartu ini dibuat dengan memperhatikan indikator – indikator kemampuan komunikasi yang ingin ditingkatkan.
b. Lembar Jawaban Kartu Pertanyaan
Lembar jawaban ini disediakan sebagai tempat untuk menuliskan
jawaban dari kartu pertanyaan tersebut. Lembar ini disesuaikan dengan
banyaknya pertanyaan dalam satu set kartu pertanyaan tersebut.
H. Analisis Data
Setelah terkumpulnya data dari hasil penelitian, maka selanjutnya
dilakukan analisis yang bertujuan untuk menjawab hipotesis. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Sudjana (1993: 111) analisis data merupakan suatu proses
penyusunan, pengaturan dan pengolahan data agar dapat digunakan untuk
membenarkan atau menyalahkan hipotesis. Data yang diperoleh dari hasil postest
dianalisis dengan statistik yang hasilnya akan dianalisis secara deskriptif. Data
yang nanti akan diambil adalah data kuantitatif yang merupakan hasil dari tes
kemampuan komunikasi siswa (Postest), selain itu data kualitatif dari lembar
observasi untuk siswa menggunakan bantuan program SPSS dan Ms.Excel.
Berikut ini langkah – langkah yang digunakan untuk mengolah data hasil dari penelitian sebagai berikut:
1. Data Tes Kemampuan Komunikasi Siswa
Dalam penelitian ini selain untuk menganalisis rataan peningkatan
34
peningkatan kemampuan komunikasi tersebut, baik yang menggunakan
aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif maupun
yang menggunakan model pembelajaran konvensional
Sebelum mengolah data, peneliti akan melakukan perhitungan skor
hasil dari postest siswa untuk kedua kelas yaitu kelas kontrol dan eksperimen
dengan menggunakan tabel skor, dan menetapkan tingkat signifikansi yaitu 1
% (α = 0,05). Menghitung peningkatan kemampuan komunikasi siswa dari hasil postest dengan menggunakan gain ternormalisasi, hal tersebut sesuai
dengan yang dikemukakan Hake dalam Meltzer (2002:3) sebagai berikut:
Gain ternormalisasi (N-Gain) =
Sebelum melakukan uji hipotesis, harus dilakukan uji normalitas
distribusi data dan homogenitas dilakukan terlebih dahulu sebagai berikut:
a. Uji normalitas
Uji ini dimaksudkan untuk menguji sampel dan untuk
memperlihatkan bahwa sampel ini berasal dari distribusi yang normal.
Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto,S (2009) Uji normalitas sampel
atau menguji normal tidaknya sampel tidak lain adalah mengadakan
pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis.
Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik
Shapiro-Wilk, dengan kriteria pengujian: terima H0 jika nilai
35
(Arikunto.S, 2009)
Keterangan:
(x)2 = Chi-Square yang dicari fo = Frekuensi yang diamati
k = Banyaknya kelas fe = Frekuensi yang diharapkan
i = Panjang kelas
b.Uji homogenitas Sampel dengan Uji F
Uji homogenitas dimaksudkan untuk menunjukan bahwa
kelompok-kelompok sampel dari populasi yang sama atau homogen.
Pada penelitian ini uji homogentas menggunakan Uji F. Uji F ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh antar variabel yaitu variabel bebas
dan variabel terikat dengan hipotesa sebagai berikut:
H0 : b1 = b2 = b3 = 0
Secara bersama – sama tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat
H1 : b1≠ b2 ≠ b3≠ 0
Secara bersama – sama adanya pengaruh varibel bebas terhadap variabel terikat.
Langkah-langkah menguji homogenitas varians dengan
membandingkan nila F hitung dengan F tabel sebagai berikut:
Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga
dapat diartikan bahwa semua variabel bebas secara bersama -
samamerupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat dan
bergitu pula sebaliknya.
Uji F ini menggunakan rumus:
36
(Sd2)2 varians 2
df1= n1– 1, df2 = n2– 1
Keterangan:
Variansi atau Sd yang lebih besar sebagai (Numerator) pembilang, dan yang lebih kecil sebagai (denominator) penyebut
P < 0,05 : varians berbeda
P > 0,05 : varians sama
c. Uji Hipotesis (Uji t)
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan pada
rumusan masalah dalam penelitian. Rumus yang digunakan untuk
mengukur hipotesis parametrik (berdistribusi normal) adalah sebagai
berikut:
Keterangan:
x1 = rata-rata skor kelas eksperimen x2 = rata-rata skor kelas kontrol s12 = varians kelompok eksperimen s22 = varians kelompok kontrol
n12 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen n22 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol
Sebelum data dianalisis, data tersebut terlebih dahulu akan diuji
dengan uji normalitas dan dilanjutkan dengan uji homogenitas apabila
data tersebut terbukti normal, maka uji kesamaan rataan menggunakan
Uji-t, sedangkan jika data tersebut normal tapi tidak homogen maka akan
menggunakan Uji-t ׳(t-aksen), dan untuk data yang memenuhi syarat
normalitas menggunakan Uji Mann-Whitney U dengan bantuan program
SPSS 16.
37
Kegiatan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama yaitu tahapan
persiapan penelitian, tahapan penelitian atau pelaksanaan dan tahapan analisis
data. Prosedur ini dibuat untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, yaitu
sebagai berikut:
1. Tahap persiapan diantaranya sebagai berikut
Mempersiapkan instrumen penelitian seperti RPP, silabus, set kartu
pertanyaan dengan berbagai warna, lembar jawaban untuk kartu pertanyaan,
soal tes komunikasi siswa, papan nama kelompok, lembar observasi. Semua
instrumen ini dinilai terlebih dahulu oleh dosen ahli.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
a. Melakukan observasi terhadap kegiatan pada proses pembelajaran.
b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif quick on the draw untuk kelas eksperimen dan model
pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dibentuk menjadi
kelompok – kelompok kecil dalam kegiatan pembelajarannya. Kelompok siswa duduk berdasarkan no kelompok yang sudah disepakati bersama dan
kelompok tersebut ditugaskan untuk menyelesaikan satu set kartu
pertanyaan. Kelompok yang dapat menyelesaikan kartu tercepat akan
memenangkan tugas ini. Apabila kelompok tersebut kurang tepat dalam
menjawab soal yang terdapat pada kartu maka kelompok tersebut belum
diperbolehkan untuk mengambil kartu selanjutnya. Kartu pertanyaan
tersebut diletakan di depan kelas, sehingga untuk mencapainya siswa
dituntut untuk bergerak cepat. Untuk siswa kelas kontrol, kegiatan
pembelajaran dilakukan seperti biasanya.
38
komunikasi siswa setelah diberikan tretment atau perlakuan.
3. Tahap analisis data
1. Melakukan analisis data dan pengujian hipotesis
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasaan penelitian yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya dengan menerapkan aktivitas quick on the
draw dalam model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran
konvensional (metode ceramah) pada kelas X di SMA Negeri 1 Caringin
Kabupaten Bogor, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan pada siswa yang kegiatan
pembelajarannya menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model
pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan komunikasi siswa. Hal ini
diperkuat dengan uji hipotesis yang telah dilakukan yaitu nilai probabilitas
(sig) yang diperoleh yaitu 0,000 lebih kecil dengan taraf signifikansi yang
telah ditentukan sebesar 0,05. Hal tersebut menyatakan bahwa H0 ditolak
dan H1 diterima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa adanya
pengaruh aktivitas quick on the draw terhadap kemampuan komunikasi
tulisan siswa pada kelas eksperimen.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan pada siswa yang kegiatan
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional
(metode ceramah) terhadap kemampuan komunikasi siswa. Hal ini
diperkuat dengan uji hipotesis yang telah dilakukan yaitu dapat dilihat
bahwa nilai probabilitas (sig) yang dipeoroleh sebesar 0,000 lebih kecil
dari kriteria nilai signifikansi yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,05.
Maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan demikian dapat diketahui bahwa
adanya pengaruh pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap
78
3. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi tulisan siswa pada kelompok
eksperimen dengan menggunakan aktivitas quick on the draw dalam
model pembelajaran kooperatif pada kegiatan pembelajarannya dengan
model pembelajaran konvensional (metode ceramah). Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil rata- rata nilai perolehan kemampuan komunikasi yang
diakumulasikan selama tiga kali pertemuan yaitu sebesar 80,77 dengan
menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran
kooperatif untuk kelas eksperimen dan 67,23 untuk kelas kontrol dengan
model pembelajaran konvensional (metode ceramah). Selain itu hal
tersebut diperkuat oleh hasil uji hipotesis yang menyatakan bahwa nilai
probabilitas (sig) yang diperoleh yaitu sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih
kecil dari 0,05 yang merupakan kriteria ketentuan yang telah ditentukan.
Maka dapat dikatakan bahwa Hipotesis nol atau H0 ditolak dan H1
diterima. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara kemampuan
komunikasi tulisan siswa yang mendapatkan pembelajaran aktivitas quick
on the draw dalam model pembelajaran kooperatif dengan yang
menggunakan pembelajaran konvensional (metode ceramah).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan yang telah diuraikan di
atas. Maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran treatment 1 dengan
menggunakan aktivitas quick on the draw guru masih terlihat kaku ketika
menggunakan aktivitas ini. Berdasarkan hasil penelitian aktivitas quick on
the draw ini berpengaruh dalam peningkatan kemampuan komunikasi
siswa. Untuk itu maka aktivitas ini sesuai untuk mengasah keterampilan
komunikasi siswa yang lebih difokuskan kepada komunikasi tulisan.
Namun aktivitas quick on the draw ini masih perlu dimodifikasi agar lebih
bervariasi pada setiap kegiatan pembelajarannya. Sehingga tujuan
79
2.
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan aktivitas quick on the drawdalam model pembelajaran kooperatif mengalami kendala seperti tidak
sesuainya kegiatan pembelajaran dengan alokasi waktu yang telah
ditentukan dalam skenario pembelajaran. Dalam hal ini guru dituntut untuk
dapat membiasakan diri pada saat melakukan kegiatan pembelajaran
seoptimal mungkin agar tidak ada waktu yang terbuang sia-sia atau lebih
dari alokasi waktu yang ditetapkan sehingga tujuan pembelajaran dapat
berjalan secara optimal.
3. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa secara lebih optimal.
Disarankan penelitian selanjutnya agar dapat mengoptimalkan kesiapan
siswa terhadap langkah-langkah yang harus dilakukan ketika
menggunakan aktivitas quick on the draw pada kegiatan pembelajarannya.
Selain itu aktivitas quick on the draw ini disarankan digunakan pada
materi ataupun mata pelajaran yang lain pada jenjang pendidikan yang
80
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, B.I. (2005). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan KomunikasiMatematik Siswa SMU melalui Strategi Think-Talk-Write.Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ginnis, P. (2008). Trik dan Taktik Mengajar. Jakarta: PT.Indeks.
Ibrahim, M dan Nur, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa.
Isjoni. (2010). Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: PT.Alfabeta
Isjoni. (2007). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. Jakarta: Alfabeta.
Lie, A. (2002). Cooperative Learning: Memperaktikan Cooperative Learning di Ruang – Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Lie, A. (2007). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Munir. (2001). Aplikasi Media dalam Proses Belajar Mengajar.Mimbar Pendidikan XX(3). Bandung: UPI Press.
Ningrum, E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.
Nufus, H. (2012). Penerapan Aktivitas Quick On The Draw dalam Tatanan Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa.Thesis Pascasarjana UPI. Bandung: Tidak diterbikan
Purwanti, S. (2013). Penerapan Aktivitas Scramble Groups Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Siswa MTS (Studi Eksperimen pada Siswa Mts Atta’zhimiyah di Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan.
Sanjaya,W. (2008).Strategi Pembelajaran:Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Perdana Media Grup.
Slavin, R. E. (1995).Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Second Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon.
Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti Depdikbud.
81
Sugiyono. (2008).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning “Teori dan Aplikasi PAIKEM”. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Suryabrata, S. (1992).Metodologi Penelitian. Rajawali: Jakarta
Trianto. (2007). Model – model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Pustaka.
Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cipta Pustaka.
Yousda, A dan Zainal, A. (1993).Penelitian dan Statistik Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.
Yusniati. (2009). Pengaruh Model Penemuan Terbimbing Berbasis Konstektual untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Sumber Internet
Hariyanto,(2012).Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian Pendidikan. [online].Tersedia:http://belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/.[06 Maret 2013]
Meltzer, D.E. (2002). Addendum to: The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physic: a posssible “hidden
variable” in diagnostic pretest score. [online]. Tersedia:
http://www.physics.iastate.edu/per/docs/addendum on normalized gain Pdf. [7 Januari 2013]
Pujiastuti,S.(2012). Pentingnya Pertanyaan dalam Proses Pembelajaran [online].Tersedia:http://www.sdbinatalenta.com/arsipartikel/artikel_tya.pdf. [23 Januari 2013]
Ruhimat,T.(2010).Active_Learning.[online].Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/ FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/195711211985031-TOTO_RUHIMAT/active_learning.pdf. [2013]