DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
LEMBAR HAK CIPTA... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
PERNYATAAN... v
KATA PENGANTAR... vi
UCAPAN TERIMA KASIH... vii
ABSTRAK... x
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penelitian... 8
D. Manfaat Penelitian... 9
E. Variabel Penelitian... 10
F. Definisi Operasional... 10
G. Hipotesis... 12
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 14
C. Tutor Sebaya... 18
D. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing denganPenugasan E-learning Menggunakan Aplikasi Moodle... 20
E. Penguasaan Konsep... 21
F. Berpikir Kritis... 26
G. Konsep Suhu dan Kalor... 31
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian... 42
B. Subjek Penelitian... 44
C. Prosedur Penelitian... 44
D. Instrumen Penelitian... 44
E. Analisis Tes... 46
F. Tehnik Pengolahan Data... 49
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA A. Hasil Penelitian... 54
1. Pelaksanaan Penelitian... 54
2. Keterlaksanaan Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan E-learning Menggunakan Aplikasi Moodle... 55
3. Penguasaan Konsep Siswa... 57
4. Keterampilan Berpikir Kritis... 63
B. Temuan dan Pembahasan... 68
1. Pelaksanaan Penelitian………. .. 68
2. Penguasaan Konsep... 69
3. Keterampilan Berpikir Kritis... 71
4. Tanggapan Siswa Terhadap Penerapana Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan E-learning Menggunakan Moodle... 73
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 75
B. Saran... 76
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Hasil-hasil Penelitian Relevan ……….. 4
Tabel 2.1 Aspek Kognitif Bloom Yang Direvisi (Anderson & Krathwool , 2001)……… 23
Tabel 2.2 Analisis Keterkaitan Antara Sintaks Dalam Pembelajaran Inkuiri Tembimbing Dan Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis……….. 28
Tabel 3.1 Kategori Validitas Butir Soal……….. 47
Tabel 3.2 Kategori Reliabilitas Butir Soal……….. 48
Tabel 3.3 Kategori Tingkat Kesukaran……… 49
Tabel 3.4 Kategori Daya Pembeda……….. 49
Tabel 3.5 Kategori Tingkat N Gain……… 50
Tabel 4.1 Keterlaksanaan Aktivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan E-Learning Menggunakan Aplikasi Moodle……….. 56
Tabel 4.2 Data Distribusi Normal Penguasaan Konsep……….. 62
Tabel 4.3 Data Distribusi Normal Keterampilan Berpikir Kritis……. 66
Tabel 4.4 Rekapitulasi tanggapan siswa terhadap pembelajaran
menggunakan aplikasi moodle………... 67
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Grafik kalor terhadap massa... 31
Gambar 2.2 Alur proses perubahan wujud zat……..………... 32
Gambar 2.3 Alur Perubahan wujud es menjadi uap air……....………... 40
Gambar 3.1 Desain Penelitian………... 42
Gambar 3.2 Alur Proses Penelitian………... 43
Gambar 4.1. Diagram Batang Rata-rata Nilai Tes Awal, Rata-rata Nilai Tes Akhir, dan Rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> Hasil Penguasaan Konsep Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen………... 58
Gambar 4.2 Diagram Batang Rata-rata Skor Gain <g> pada Setiap Aspek Penguasaan Konsep pada Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen………... 60
Gambar 4.3 Diagram Batang Rata-rata Tes Awal, rata-rata Tes Akhir, dan Rata-rata Skor Gain yang dinormalisasi <g> Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen………... 63
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Perangkat Pembelajaran
A. 1. RPP Pertemuan 1... 80
A.2. RPP Pertemuan 2 ... 97
A.3. RPP Pertemuan 3... 111
A.4. RPP Pertemuan 4 ... 129
Lampiran B Instumen Penelitian B.1. Kisi-kisi Soal Penguasaan Konsep... 140
B.2. Kisi Kisi Soal Keterampilan Berpikir Kritis... 160
B.3.Soal tes awal- tes akhir... 175
B.3 Hasil Judgemen soal oleh Pakar... 181
Lampiran C Lembar Pengamatan dan Angket C.1. Lembar Pengamatan Pembelajaran... 189
C.2. Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran... 191
Lampiran D Analisis Uji Coba Instrumen D. 1 . Hasil Analisis Penguasaan Konsep... 194
D.2. Hasil Analisis Keterampilan Berpikir Kritis... 203
D.3. Rekap Soal... 212
E.1. Analisis Penguasaan Konsep... 214
E.2. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis... 236
E.3.Hasil Uji Normalitas dan Homognitas ... 256
E.4. Analisis Pengamatan Pembelajaran... 262
E.5. Analisis Angket Siswa... 270
Lampiran F F.1. Jadual Penelitian... 275
F.2. Foto Pelaksanaan Pembelajaran... 276
F.3. Tampilan Moodle ... 279
F.4. Surat Izin Penelitian dari UPI... 283
F.5. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian... 284
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan berperan sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia (SDM) dalam kelangsungan pembangunan bangsa. Pendidikan
merupakan salah satu instrumen utama pengembangan SDM. Pengembangan
SDM yang mampu mengembangkan sains sesuai karakternya. Sains sebagai
proses merujuk langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan
penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam.
Langkah tersebut meliputi merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
merancang eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis dan akhimya
menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains
ialah kuantifikasi, artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata pelajaran
Fisika di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: 1)
Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep, dan
prinsip sains yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;
2) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat; 3) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir, bersikap, dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi; 4) Meningkatkan
pengetahuan, konsep, dan keterampilan berpikir kritis sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya (Depdiknas, 2006).
Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang
menjadi dasar perkembangan teknologi dan konsep hidup harmonis dengan alam.
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
dipicu oleh temuan di bidang Fisika material melalui penemuan piranti
mikroelektronik memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai
baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak
akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang Fisika
(Wiyono, 2009).
Pembelajaran Fisika pada tingkat SMA, dipandang penting untuk
diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan.
Pertama, mata pelajaran Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di
dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran Fisika bertujuan untuk
membekali siswa pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang
dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta
mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara
inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap
ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup
(Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006).
Hasil pengamatan di lapangan, banyak ditemukan bahwa pelaksanaan
pembelajaran kurang variatif, memiliki kecenderungan pada metode tertentu dan
kadang-kadang tidak memperhatikan tingkat pemahaman siswa terhadap
informasi yang disampaikan. Siswa kurang aktif dalam proses belajar, siswa lebih
banyak mendengar dan menulis, menyebabkan isi pelajaran sebagai hafalan
sehingga siswa tidak memahami konsep yang sebenarnya dan hal inipun terjadi
pada bidang pelajaran sains. Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh
pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal.
Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan (Depdiknas,
2002).
Pelaksanaan pembelajaran yang terjadi di lapangan sangat berbeda
dengan yang diharapkan dalam KTSP SMA. Berdasarkan data yang diperoleh dari
hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di salah satu SMA di Cianjur
ditemukan kenyataan bahwa:
1. Proses pembelajaran Fisika yang terjadi di kelas secara umum adalah masih
memberikan materi dengan metode ceramah dan penugasan (latihan soal) serta
textbook oriented. Hal ini kurang melibatkan siswa dalam KBM, akibatnya
Fisika dianggap sulit, menakutkan, membosankan yang akhirnya membuat
siswa sulit memahami dan mudah lupa terhadap konsep yang telah diberikan,
sehingga berimplikasi pada kurangnya penguasaan konsep dan rendahnya
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Hal ini dapat dilihat dari
rata-rata nilai UAS Fisika yang diperoleh siswa pada semester 1 tahun ajaran
2011/2012 hanya mencapai 56. Nilai ini berada di bawah nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh kurikulum yaitu 70.
2. Secara umum, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan cenderung masih
bersifat tradisional dimana siswa hanya berperan sebagai penerima informasi.
Sehingga siswa bersikap pasif selama proses belajar mengajar dan kurangnnya
keberanian siswa untuk bertanya. Sikap siswa yang pasif dan kurangnya
keberanian siswa untuk bertanya menyebabkan siswa tidak bisa
mengungkapkan ide dan gagasannya dalam proses belajar mengajar, hal ini
dapat menghambat perkembangan keterampilan berpikir siswa.
3. Fasilitas Teknologi Informatika dan Telekomunikasi yang dimiliki sekolah
tidak dimanfaatkan secara maksimal baik oleh guru maupun siswa. Hal ini
disebabkan guru merasa perlunya waktu khusus dalam pemanfaatan web
sekolah. Disisi lain guru juga memiliki keterbatasan pengetahuan dalam
Teknologi Informatika dan Komunikasi.
Atas dasar pertimbangan hasil studi pendahuluan tersebut, maka masalah
penelitian ini difokuskan pada penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis
siswa yang masih perlu ditingkatkan. Salah satu cara mengatasi permasalahan
yang terjadi adalah memperbaiki kualitas pembelajaran dengan menetapkan
model pembelajaran serta pemanfaatan fasilitas sekolah dengan lebih baik, yang
efektif dan effisien, sebagai alternatif untuk meningkatkan keterlibatan siswa
dalam KBM sehingga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan
Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian tentang pembelajaran inkuiri,
pembelajaran mempergunakan e-learning dan pembelajaran dengan aplikasi
moodle:
Tabel 1.1. Hasil-hasil Penelitian Relevan
No Peneliti, Tahun, Judul Hasil Penelitian
1 Capobianco, Lehman, 2005, Integrating technology to Foster Inquiry in an Elementary Science Methods Course : An Action Research study of one Teacher Education Initiatives in a PT3 Project, Journal of
Computers in
Mathematics and Science Teaching 25 (2), 123-146.
Teknologi instruksional memiliki potensi untuk memainkan peran penting sebagai alat pengajaran yang memungkinkan guru ilmu pengetahuan untuk merancang, merencanakan, dan melakukan penyelidikan ilmiah. Selain itu, menyediakan kerangka untuk guru sains mulai berpikir tentang tindakan mereka dapat mengambil tanggapan terhadap kebutuhan yang berkembang untuk mempersiapkan anak-anak muda bersikap ilmiah dan melek teknologi.
2 Lakkala, Lallima, Hakkanrainen, 2005, Teachers pedagogical designs for technology-supported Collective
Beberapa guru bertujuan untuk meningkatkan penyelidikan dalam desain pedagogis mereka, tetapi mereka tidak tahu metode yang baik. Para guru sekolah dasar lebih cerdik mendukung struktur dalam proses penyelidikan siswa, sedangkan guru-guru sekolah menengah mengandalkan kemampuan siswa. Mungkin mereka awalnya percaya bahwa siswa tingkat menengah telah memiliki keterampilan yang diperlukan untuk penyelidikan, dan melihat kebutuhan selama proses tersebut.
3 Zhank, Zhou, Briggs, Nunamker Jr, Inctructional video in e-learning : Asessing the impact o inteactive video on learning effectiveness, 2006, Information and Management, 43, 15-27, www.elsevier.com/locate /dsw
Adanya perbedaan hasil belajar yang signifikan antara pelajar dengan mempergunakan e-learning video instruksional interaktif dibandingkan dengan tiga kelompok lainnya.
No Peneliti, Tahun, Judul Hasil Penelitian
4 Caslte, McGuire, 2010. An analysis of student self-assesment of online, blended and face to face learning environtmet : Implication for
Sarjana maupun mahasiswa pascasarjana di berbagai disiplin ilmu umumnya lebih suka belajar mengajar onsite dari pada campuran atau online. Namun, data menunjukkan bahwa siswa sarjana cenderung memilih campuran daripada secara online, sementara mahasiswa pascasarjana umumnya lebih suka online dari pada campuran. Selain itu, ada kecenderungan mahasiswa sarjana maupun pascasarjana umumnya nilai penyampaian dengan onsite adalah yang tertinggi.
5 Suparnaphet, - , The Comparison of Student Expectations on e-Learning Courseware
Nilai keseluruhan dari e-learning MPEX kelompok siswa (43,3%) kurang dari kelompok siswa tatap muka (46,4%), namun hasil menunjukkan bahwa Courseware e-learning instruksi tidak berbeda dari tatap muka dalam mempengaruhi harapan siswa dan keyakinan tentang fisika dan pembelajaran di Universitas Silpakorn.
6 Kocakaya, 2010, The Effects Of Computer-Assisted Instruction Designed According To
7eModel Of
Constructivist
Learning On Physics
Student Teachers„
Achievement,
Concept Learning, Self-Efficacy Perceptions And Attitudes, TOJDE, Volume 11 : 3
Instruksi bantuan komputer yang dirancang sesuai dengan 7E model pembelajaran konstruktivis telah membantu dalam meningkatkan tingkat pemahaman konsep yang berhubungan dengan elektrostatik. Hal ini menunjukkan bahwa komputer membantu pengajaran dirancang sesuai dengan 7E lebih efektif di bawah domain kognitif siswa. Efek Komputer membantu pengajaran positif pada tingkat keberhasilan di semua tingkat pendidikan.
No Peneliti, Tahun, Judul Hasil Penelitian
Instruksi termasuk simulasi virtual memberikan arti kepada siswa tentang hubungan antara fisika dan kehidupan sehari-hari.
Setting atau pengaturan pertanyaan dari metode ini dapat mengurangi masalah.
7 Marzani, 2011, Penerapan e-learning Berbasis moodle Untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Cahaya Di SMP. Tesis UPI Bandung, tidak di terbitkan
Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan e-learning berbasis moodle tidak berbeda secara berarti dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Siswa memberikan tanggapan perasaan senang dengan pembelajaran fisika yang menggunakan e-learning berbasis moodle (84%), tertarik dengan tampilan moodle dan fasilitas dalam website (86%), kesungguhan mempelajari materi fisika menggunaka e-learning berbasis moodle (84 %).
Pembelajaran berbasis web yang populer dengan sebutan Web-Based
Education (WEB) atau kadang disebut e-learning (electronic learning) dapat
didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk
sebuah proses pendidikan. Pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan
teknologi internet dan selama proses belajar yang dirasakan terjadi oleh yang
mengikutinya, maka kegiataan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis
web atau e- learning (Rusman, 2010).
Konten materi dalam e-learning memungkinkan adanya animasi-animasi
yang menarik dan dapat menujukkan konsep-konsep Fisika yang abstrak,
sehingga konsep Fisika dapat difahami dengan lebih mudah. Akibatnya minat
siswa untuk belajar Fisika akan meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Paul. G. Paris (2004) yang menyatakan bahwa siswa lebih
berminat melakukan pembelajaran Online Web Assisted Learning (OWAL)
dibandingkan dengan Paper Assisted Learning. Disamping itu, harus diperhatikan
pula multimedia seperti animasi, film, grafis dan sinkron suara dalam pemilihan
Salah satu aplikasi yang dapat digunakan dalam e-learning adalah moodle.
Dengan menggunakan aplikasi moodle memungkinkan terjadinya kegiatan belajar
di luar kelas, terjadi komunikasi antara siswa dan guru kapanpun. Guru dapat
memberikan materi pelajaran, latihan soal, tugas, dan tes secara online. Siswa
dapat kapan saja mengakses moodle, sehingga hal ini memudahkan kedua belah
fihak. Siswa dapat kapan saja mengakses materi pelajaran dan lain sebagainya
yang disediakan oleh guru di dalam aplikasi moodle, sehingga hal ini memberi
kesempatan siswa untuk belajar mandiri. Akibatnya siswa dapat memahami
konsep lebih baik karena dapat melakukannya secara berulang. Hal ini sesuai
dengan pendapat Marzani (2011), siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle menunjukkan peningkatan
penguasaan konsep lebih tinggi dibanding siswa yang mengikuti pembelajaran
Fisika secara konvensional, sedangkan keterampilan berpikir kritis antara siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan penugasan e-learning menggunakan
aplikasi moodle tidak berbeda secara berarti dibandingkan dengan siswa yan
mengikuti pembelajaran Fisika secara konvensional.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian
dengan judul: “Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan
E-Learning Menggunakan Aplikasi moodle Untuk Meningkatkan Penguasaan
Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Konsep Suhu dan Kalor Siswa
Kelas X SMA”.
Materi Fisika yang ditinjau dalam penelitian ini adalah materi Kalor dan
pengaruhnya terhadap zat. Peneliti memilih materi ini untuk diterapkan dalam
model pembelajaran inkuiri terrbimbing karena materi ini sangat erat kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari, namun pada kenyatannya siswa masih banyak
kesulitan dalam memahami konsep dan memecahkan permasalahan yang timbul.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang
terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle dapat
meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis pada konsep
suhu dan kalor siswa kelas X SMA”.
Rumusan masalah di atas secara spesifik dapat dijabarkan menjadi
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep untuk kelas yang menggunakan
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan
aplikasi moodle dibandingkan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran
inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya pada konsep suhu dan
kalor siswa kelas X SMA?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis untuk kelas yang
menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning
menggunakan aplikasi moodle dibandingkan dengan kelas yang
menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan tutor sebaya pada
konsep suhu dan kalor siswa kelas X SMA?
3. Bagaimana tanggapan siswa tentang pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang
penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning
menggunakan aplikasi moodle serta pengaruhnya terhadap penguasaan konsep
dan keterampilan berpikir kritis dalam konsep kalor siswa kelas X SMA. Selain
itu juga dapat diketahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran inkuiri
terbimbing bebasis e-learning dengan aplikasi moodle melalui angket yang
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa terhadap pelajaran Fisika.
b. Meningkatkan penguasaan, keterampilan dan kreativitas siswa terhadap
pembelajaran Fisika.
c. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa terhadap masalah Fisika.
2. Bagi guru
a. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan penguasaan konsep
belajar Fisika siswa kelas X SMA khususnya pada konsep suhu dan kalor.
b. Pengembangan kreativitas guru dalam mengembangkan strategi
pembelajaran.
c. Sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan belajar mengajar Fisika
sehingga dapat diketahui kemajuan yang telah dicapai siswa.
3. Bagi Lembaga (sekolah)
a. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Sekolah dalam rangka pembinaan
terhadap guru-guru terutama dalam kegiatan supervisi.
b. Salah satu upaya dalam pengoptimalisasi pemanfaatan sarana dan prasana
yang telah ada.
4. Bagi peneliti
a. Dapat dijadikan landasan berpijak untuk meneliti lebih lanjut tingkat
keberhasilan siswa dengan menggunakan banyak strategi dan media yang
bervariasi.
b. Menjadi bukti empirik tentang pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle pada konsep suhu
dan kalor dalam pengembangan penguasaan konsep dan keterampilan
berpikir kritis yang dapat digunakan oleh pihak lain yang berkepentingan
E. VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep dan
keterampilan berpikir kritis siswa, yang akan dibandingkan antara siswa yang
mendapat pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning
menggunakan moodle dengan siswa yang mendapat pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan penugasan tutor sebaya.
F. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah dalam
penelitian ini, maka dilakukan pendefinisian secara operasional sebagai berikut :
1. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan
aplikasi moodle, yaitu proses pembelajaran inkuiri terbimbing di dalam kelas
dan dilakukan penugasan di luar kelas melalui tugas tugas yang diberikan
melalui web sekolah dengan aplikasi moodle. Dalam aplikasi ini siswa
diberikan tugas, setelah menjawab pertanyaan yang diberikan dalam tugas
tersebut siswa dapat mengetahui nilainya dan dapat pula mengetahui jawaban
yang benar dan cara pengerjaannya. Setelah kegiatan tersebut terlaksana,
kembali guru di dalam kelas akan mengulas soal yang dianggap sulit dalam
tugas tersebut.
Ada tiga tahap dalam kegiatan pembelajaran inkuiri dengan penugasan
e-learning menggunakan aplikasi moodle yaitu:
a. Pembelajaran inkuiri terbimbing, dengan langkah-langkah:
Orientasi
Merumuskan masalah
Mengajukan Hipotesis
Mengumpulkan Data
Menguji Hipotesis
b. Penugasan dilakukan di luar jam pelajaran menggunakan web sekolah
dengan aplikasi moodle yang telah diisi materi pelajaran serta
latihan-latihan soal. Siswa diberikan tugas untuk mengerjakan soal soal yang telah
disediakan pada halaman guru, siswa dapat pula melihat langsung benar
atau salah jawaban siswa tersebut. Guru memberikan penjelasan jawaban
di dalam apa bila siswa telah memberikan jawabannya.
c. Pada pertemuan berikutnya guru melakukan refleksi tentang tugas yang
telah diberikan secara online melalui moodle.
Keterlaksanaan pembelajaran diamati melalui lembar observasi.
2. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya adalah proses
pembelajaran inkuiri terbimbing dilakukan di dalam kelas dan dilakukan
penugasan di luar kelas melalui tugas tugas yang diberikan. Tugas ini
dikerjakan siswa dengan cara tugas kelompok, dimana kelompok dibagi secara
heterogen dari sisi kemampuan siswa. Siswa dengan prestasi yang baik
diharapkan untuk membantu siswa dengan prestasi yang kurang.
Ada tiga tahap dalam kegiatan pembelajaran inkuiri dengan penugasan tutor
sebaya yaitu:
a. Pembelajaran inkuiri terbimbing, dengan langkah-langkah:
Orientasi
Merumuskan masalah
Mengajukan Hipotesis
Mengumpulkan Data
Menguji Hipotesis
Merumuskan kesimpulan
b. Penugasan dilakukan dengan memberikan tugas secara kelompok dan
diharapkan terjadi diskusi kelompok dipimpin tutor sebaya. Kelompok
dibagi secara heterogen berdasarkan nilai akademik (prestasi belajar).
c. Pada pertemuan berikutnya guru melakukan reflesi tentang tugas yang
telah diberikan yang dikerjakan secara tutor sebaya.
3. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami persamaan
dan hukum-hukum dasar secara alamiah dalam hal ini pada materi suhu dan
kalor. Indikator penguasaan konsep dalam penelitian ini terdiri dari empat
jenis yaitu (1) aspek pengetahuan (C1), (2) aspek pemahaman (C2), (3) aspek
penerapan (C3), dan (4) aspek analisis (C4). Pada penelitian ini, aspek
penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran di ukur dengan
tes penguasaan konsep yang berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda.
4. Keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
kemampuan berpikir kompleks yang dimilikisiswa meliputi Memberikan
penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan,
memberikan penjelasan lanjut, mengatur strategi dan taktik pada konsep suhu
dan kalor.Pada penelitian ini, aspek keterampilan berpikir kritis siswa sebelum
dan sesudah pembelajaran di ukur dengan tes keterampilan berpikir kritis yang
berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda.
5. Tanggapan siswa dalam penelitian ialah informasi tentang respon siswa
terhadap penerapan Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan
e-learning menggunakan aplikasi moodle. Informasi tentang tanggapan siswa
diukur melalui angket tanggapan siswa.
G. HIPOTESIS
Rumusan hipotesis yang akan diuji dengan uji kesamaan dua rata-rata
adalah sebagai berikut:
1. H0 : µxa = µya
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan penguasaan konsep
suhu dan kalor antara siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle
dibanding pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya.
2. H1 : µxa> xya
Penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning
penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan suhu dan kalor dibanding
penggunan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya.
3. H0 : µxb = µyb
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan keterampilan
berpikir kritis pada pokok bahasan suhu dan kalor antara siswa yang
mendapat pembelajran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning
menggunakan aplikasi moodle dengan pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan penugasan tutor sebaya.
4. H1 : µxb> xyb
Penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning
menggunakan aplikasi moodle secara signifikan dapat lebih meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan suhu dan kalor
dibanding penggunan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan
tutor sebaya
Keterangan :
µxa = rata rata penguasaan konsep siswa yang menggunakan pembelajaran
inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi
moodle
µya = rata rata penguasaan konsep siswa yang menggunakan pembelajaran
inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya.
µxb = rata rata keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning
menggunakan aplikasi moodle
µyb = rata rata keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
quasi experimen, yakni pretest-posttest non equivalent groups design, dengan
desain penelitian berbentuk:
Kelas Pre-test Perlakuan Pos-test
Eksperimen O X O
Kontrol O Y O
Gambar 3.1. Desain Penelitian
Keterangan:
X :perlakuan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan moodle
Y : perlakuan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya
O : pre-test dan pos-test
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMAN di Cianjur. Secara garis
besar tahap-tahap penelitian dikelompokkan menjadi lima langkah yaitu studi
pendahuluan, memilih masalah yang akan dikaji, studi literatur, penyusunan
instrumen, implementasi pendekatan Strategi Pembelajaran Inkuiri terbimbing
dengan penugasan moodle dan tutor sebaya, terakhir adalah analisis data dan
kesimpulan. Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur
Gambar 3.2. Alur Proses Penelitian
Observasi Keterlaksanaan Uji Coba, Revisi, Validasi
Tes Awal (pre-test)
Pembelajaran Inkuiri terbimbing dengan penugasan
e-learning menggunakan aplikasi moodle pada kelas eksperimen Pembelajaran Inkuiri
dengan Penugasan tutor sebaya pada
kelas kontrol
Angket Tanggapan Siswa Pengolahan dan
Analisis Data
Temuan dan Pembahasan Penyusunan Instrumen
1. Tes penguasaan konsep 2. Tes berpikir kritis 3. Angket siswa 4. Lembar observasi
Studi Literatur: Pembelajaran inkuiri terbimbing, moodle, Tutor Sebaya, Penguasaan Konsep, Keterampilan berpikir kritis serta konsep suhu dan kalor
Penyusunan Rencana Pembelajaran Inkuiri Perumusan Masalah
Kesimpulan Studi Pendahuluan
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Cianjur pada siswa kelas X
semester 2 tahun akademik 2011/2012. Teknik sampling yang digunakan adalah
random sampling. Teknik random sampling inimerupakan teknik penyampelan
yang diambil secara acak.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan mengikuti alur yang dapat dilihat
pada Gambar 3.1. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.
1. Tahap Perencanaan
a. Studi pendahuluan
b. Merumuskan permasalahan dari hasil studi pendahuluan
c. Studiliteratur
d. Membuat instrument penelitian dan penyusunan rencana pembelajaran
e. Melakukan validasi seluruh instrument, merevisi/memperbaiki
instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi pelaksanaan tes awal, proses
pembelajaran, observasi keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle, tes akhir dan
pemberian angket.
3. Tahap akhir
a. Mengolah data hasil penelitian.
b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian.
c. Menarik kesimpulan.
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan empat jenis instrument pengumpul data
yaitu, tes penguasaan konsep, tes berpikir kritis, lembar observasi dan angket.
Tes ini kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar, berguna untuk
mengukur hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu (Syaodih,
2005). Tes ini dikonstruksi dalam bentuk tes obyektif model pilihan ganda dengan
jumlah pilihan (option) sebanyak lima pilihan jawaban.
Setiap soal dibuat untuk menguji penguasaan siswa terhadap
konsep-konsep yang tercakup dalam konsep-konsep suhu dan kalor. Dengan demikian tes ini
bersifat konseptual. Indikator penguasaan konsep yang diharapkan tercapai setelah
proses pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning
menggunakan aplikasi moodle.
Penguasaan konsep siswa dalam penelitian ini diukur sebelum dan
sesudah pembelajaran dengan menggunakan tes penguasaan konsep berupa tes
tertulis berbentuk pilihan ganda yang mencakup indikator-indikator penguasaan
konsep. Tes penguasaan konsep yang dilakukan sebelum konsep suhu dan kalor
diajarkan bertujuan untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap konsep suhu
dan kalor, dan tes akhir setelah pembelajaran konsep suhu dan kalor selesai
dilaksanakan bertujuan untuk mengukur penguasaan konsep siswa sebagai hasil
penggunaan model pembelajaran. Dari hasil tes awal dan tes akhir ini selanjutnya
dapat diketahui tingkat gain penguasaan konsep sebagai hasil dari penggunaan
model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning
menggunakan aplikasi moodle.
2. Tes Keterampilan berpikir kritis
Tes keterampilan berpikir kritis dikonstruksi dalam bentuk tes pilihan
ganda yang diadopsi dari indicator keterampilan berpikir kritis menurut Ennis.
Indikator keterampilan berpikir kritis yang diharapkan tercapai setelah proses
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan
aplikasi moodle adalah keterampilan merumuskan masalah, memilih kriteria untuk
mempertimbangkan penyelesaian, keterampilan menerapkan prinsip,
menggunakan strategi logis, dan mengidentifikasi kesimpulan pada konsep suhu
dan kalor serta keterampilan melaporkan hasil. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu
melihat keterampilan berpikir kritis awal siswa terhadap konsep suhu dan kalor,
dan pada saat pos-test setelah pembelajaran selesai dilaksanakan.
3. Angket
Angket bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning
menggunakan aplikasi moodle dalam pengajaran suhu dan kalor. Dalam angket
dipertanyakan hal-hal seputar perasaan, pandangan, tanggapan dan harapan siswa
terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning
menggunakan aplikasi moodle, seperti apakah siswa menganggap baru, merasa
senang, merasa tertarik, termotivasi, merasa memudahkan, merasa memfasilitasi
penguasaan dan kerjasama, merasa menambah keberanian dalam mengemukakan
pendapat dan mengharapkan ingin belajar materi lain dengan cara ini. Angket ini
menggunakan skala Likert, setiap siswa diminta untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan
sangat tidak setuju (STS).
4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Guru
Lembar observasi ditujukan sebagai pedoman aktivitas guru dalam
melakukan keterlaksanaan model selama proses pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle berlangsung untuk
melihat keterlaksanaannya dalam proses pembelajaran.
E. Analisis Tes
Untuk keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yang baik. Tes
yang baik biasanya memenuhi kriteria validitas tinggi, reliabitas tinggi, daya
pembeda yang baik, dan tingkat kesukaran yang layak. Untuk mengetahui
karakteristik kualitas tes yang digunakan tersebut, maka sebelum dipergunakan
seyogyanya tes tersebut diuji coba untuk mendapatkan gambaran validitas,
reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya.
1. Validitas tes
Validitas tes bertalian dengan tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes
digunakan untuk menghitung koefisien korelasi adalah rumus korelasi product
r = koefisien korelasi antara dua variabel yaitu X dan Y
X = Skor butir soal Y = Skor total N = jumlah siswa
Interpretasi untuk besarnya koefesien korelasi adalah sebagai berikut;
(Arikunto, 2003)
Tabel 3.1. Kategori Validitas Butir Soal
Batasan Kategori
0,80<rxy≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60<rxy≤ 0,80 tinggi (baik)
0,40<rxy≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20<rxy≤ 0,40 rendah (kurang)
xy
r ≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)
Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan
rumus berikut; (Sudjana, 2002)
2
Reliabilitas adalah tingkat kestabilan skor yang diperoleh ketika
dilakukan ujian ulang dengan menggunakan tes yang sama pada situasi yang
reliabilitas tes dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut;
r = koefesien reliabilitas yang telah disesuaikan
2 1 2 1
r = koefesien korelasi antara soal ganjil dan genap
Harga dari 2 1 2 1
r dapat ditentukan dengan cara mengkorelasikan skor soal
nomor ganjil dan skor nomor genap, menggunakan rumus korelasi product
moment Pearson. Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurutArikunto (2002)
adalah sebagai berikut;
Tabel 3.2. Kategori Reliabilitas Butir Soal
Batasan Kategori
0,80<r11≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60<r11 ≤ 0,80 tinggi (baik)
0,40<r11≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20<r11≤ 0,40 rendah (kurang)
11
r ≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)
3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau
mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi) yang dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut; (Arikunto, 2002)
N
Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut; Arikunto,
2003)
Tabel 3.3.Kategori Tingkat Kesukaran
Batasan Kategori
P < 0,30 Soal sukar
0,30 ≤ P < 0,70 Soal sedang
0,70 ≤ P < 1,00 Soal mudah
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi atau Daya Pembeda
adalah sebagai berikut; (Arikunto, 2003)
B
JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA= Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar BB= Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar PA= proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB= proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut; (Arikunto, 2003)
Tabel 3.4. Kategori Daya Pembeda
Batasan Kategori
D ≤ 0,20 Jelek
0,20 < D ≤ 0,40 Cukup
0,40 < D ≤ 0,70 Baik
0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali
F. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan
sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (N Gain)
sebagai berikut; (Meltzer, 2002)
pre
Kriteria tingkat N Gain adalah sebagai berikut; (Meltzer, 2002)
Tabel 3.5 Kategori Tingkat N Gain
Batasan Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 sedang
g< 0,3 rendah
Pengolahan data kemudian dilanjutkan dengan pengujian statistik berupa
uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas varian data sebagaiberikut :
a. Uji normalitas distribusi data dengan menggunakan One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test.
b. Uji homogenitas varian data dengan Levene Test. Uji tersebut didasarkan
pada rumus statistik (Ruseffendi, 1998) yaitu :
2
c. Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan rerata penguasaan konsep dan
berpikir kritis dilakukan dengan analisis secara statistik dengan menggunakan
berdistribusi normal dan homogen atau menggunakan uji statistik
non-parametrik (uji Wilcoxon) jika sebaran data tidak berdistribusi normal.
Rumusan hipotesis yang akan diuji dengan uji kesamaan dua rata-rata adalah
sebagai berikut:
H0 : µxa = µya
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan penguasaan konsep antara
siswa yang mendapatkan pembelajaran pokok bahasan suhu dan kalor
denganpembelajran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning
menggunakan aplikasi moodle dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
penugasan tutor sebaya.
H1 : µxa> xya
Penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning
menggunakan aplikasi moodle secara signifikan dapat lebih meningkatkan
penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan suhu dan kalor dibanding
penggunan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya
H0 : µxb = µyb
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan keterampilan berpikir kritis
antara siswa yang mendapatkan pembelajaran pokok bahasan suhu dan kalor
dengan pembelajran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning
menggunakan aplikasi moodle dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
penugasan tutor sebaya.
H1 : µxb> xyb
Penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning
menggunakan aplikasi moodle secara signifikan dapat lebih meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan suhu dan kalor dibanding
penggunan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya
Keterangan :
µxa = rata rata penguasaan konsep pada kelas eksperimen µya = rata rata penguasaan konsep pada kelas kontrol
1. Analisis Tanggapan Siswa
Untuk mengetahui respon atau tanggapan siswa terhadap pembelajaran
inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle,
dilakukan dengan memberikan angket skala sikap model Likert kepada siswa.
Setiap jawaban siswa terhadap pernyataan yang ditanyakan, dikelompokkan atas
sikap sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju
(STS). Jawaban yang telah dikelompokkan tersebut dihitung persentasenya
dengan rumus sebagai berikut;
(3.8)
Keterangan:
T = persentase sikap terhadap setiap pernyataan J = jumlah jawaban setiap kelompok sikap. N = jumlah siswa
Kemudian untuk menentukan skor rata-rata jawaban siswa untuk setiap
pernyataan digunakan rumus sebagai berikut;
(3.9)
Keterangan:
R = skor rata-rata jawaban siswa untuk setiap pernyataan S = skor setiap kelompok
N = jumlah siswa
Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif
dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif
kategori SS (sangat setuju) diberi skor tertinggi, makin menuju ke STS (sangat
tidak setuju) skor yang diberikan berangsur-angsur menurun.
2. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran yang dibuat
oleh guru. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas guru selama
proses pembelajaran. Lembar observasi berupa pertanyaan biner (ya-tidak). Hasil
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan
Moodle untuk meningkatkan penguasaan konsep, dan keterampilan berpikir kritis
siswa SMA pada konsep suhu dan kalor dapat disimpulkan bahwa:
1. Peningkatan penguasaan konsep suhu dan kalor siswa yang menggunakan
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan
Moodle secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional. Rata-rata N-gain penguasaan
konsep kelas eksperimen 0,43 (kriteria sedang) dan kelas kontrol 0,16
(kriteria rendah) menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle lebih efektif
daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan penguasaan
konsep.
2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menerapkan
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan
Moodle tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional. Rata-rata N-gain keterampilan
berpikir kritis siswa kelas eksperimen 0,17 (kriteria rendah) dan kelas kontrol
0,04 (kriteria rendah) menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle tidak lebih efektif
daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan keterampilan
berpikir kritis.
3. Siswa memberikan tanggapan baik terhadap pembelajaran pembelajaran
inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle.
Model pembelajaran ini mempermudah siswa dalam memahami konsep suhu
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan
Moodle untuk meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis
siswa SMA pada konsep suhu dan kalor peneliti menyarankan hal-hal sebagai
berikut:
1. Guru hendaknya meningkatkan kemampuan dasar dalam mengajar, dan
merancang pembelajaran yang telah disusun kemudian diujicobakan sehingga
pada saat pelaksanaannya setiap fase pada model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle dapat
terlaksana sesuai dengan rencana.
2. Diperlukan waktu yang lebih lama untuk melakukan penelitian tentang
keterampilan berpikir kritis, karena keterampilan berpikir kritis tidak dapat
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W., Krathwohl, D.R., dan Bloom, B.S.(2001). A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing. New York: Longman.
Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta. Bumi Aksara
Capobianco, Lehman, 2005, Integrating technology to Foster Inquiry in an Elementary Science Methods Course : An Action Research study of one Teacher Education Initiatives in a PT3 Project, Journal of Computers in Mathematics and Science Teaching 25 (2), 123-146.
Caslte, McGuire, 2010. An analysis of student self-assesment of online, blended and face to face learning environtmet : Implication for Sustainable Edycation Delivery. International Education Studies. Vol. 3No.3
www.ccsenet.org/ies.
Costa, A.L. (1985). Goal for Critical Thingking Curriculum. In Costa A.L. (ed). Developing Minds : A. Resource Book for Teaching Thingking. Alexandria : ASCD. 54-57.
Dahar, R.W. (1996). Teori – Teori Belajar dan Pembelaran, Jakarta: Erlangga.
Ennis, R.H. (1987). An Elaboration Of A Cardinal Goal Of Science Instruction, Educational Phillosophy and Theory, 23, (1), 31-34
Hamalik, Oemar. 1991. Strategi Belajar Mengajar CBSA. Sinar Baru. Bandung.
Hidayat, (2008) Model Pembelajaran inkuiri pada subtopik pembiasan cahaya oleh lensa untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA, Tesis UPI Bandung : tidak diterbtitkan.
Karim, S., dkk (2007). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Penguasaan konsep Fisika serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Kecakapan Ilmiah. Proposal Hibah Kompetitif UPI 2007. Bandung: Tidak diterbitkan.
Kocakaya, 2010, The Effects Of Computer-Assisted Instruction Designed According To 7e Model Of Constructivist Learning On Physics Student
Teachers‘ Achievement, Concept Learning, Self-Efficacy Perceptions And
Attitudes, TOJDE, Volume 11 : 3
Lakkala, Lallima, Hakkanrainen, 2005, Teachers pedagogical designs for technology-supported Collective inquiry: a national case study, Computers and Education 45 337-356, www. Elsivier.com/lecate/compedu
Liliasari. (1997). Beberapa Pola Berpikir Dalam Pembentukan Pengetahuan Kimia Oleh Siswa SMA. Disertasi. PPS IKIP Bandung
Marzani, 2011, Penerapan E-Learning Berbasis Moodle Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Cahaya Di SMP. Tesis UPI Bandung, tidak di terbitkan
Meltzer. (2002). The Relationship Between mathematics preparation and
conceptual learning Gain in Physics: ”Hidden Variable in Diagnostic
Pretest Scores”. American Journal Physics. 70(12), 1259-1268.
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : ALFABETA.
Muntasir, Saleh. 1985. Pengajaran Terprogram. Rajawali Pers. Jakarta.
Nursyamsudin, (2008). Panduan Praktikum Terplih. Active Smart. Erlangga. Jakarta.
Paris, G. Paul. 2004. E-Learning: A study on Secondary Students’Attitudes towards Online Web Assisted Learning. International Edication Journal, vol 5, No. 1, 2004
Purwanto, B. (2011). Theory and Aplication of Physics for Grade X of Senior High School 1. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Semarang.
Pullaila, A. (2007). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA pada Materi Suhu dan Kalor. Tesis SPs. UPI : Tidak diterbitkan.
Priyadi.(2005).BerpikirKritis.Wikipedia.
http://Priyadi.net/archives/2005/04/21/berpikir kritis
Ruggiero dan Ryan V. (2004). Berpikir Kritis. [online]. Tersedia:
http://www.mitra.net.id/cgi-bin/interaktif/listerspons.cgi?idtitle=151 [27
Oktober 2011]
Ruseffendi, H.E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung : IKIP Bandung Press
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Press. Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
Scriven, Michael & Paul, Richard (1987). Defining Critical Thinking, [online].Tersedia:
http://www.criticalthinking.org/aboutCT/define_critical_thinking.cfm [30
Oktober 2011]
Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Syaodih, N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Suparnaphet, - , The Comparison of Student Expectations on e-Learning Courseware and face-to-face Instruction in Fundamental Physics, Faculty of Animal Sciences and Agricultural Technology, Silpakorn University, Thailand
Suparno, 2007, Metodologi Pembelajaran FISIKA. Kunstruktivistik dan Menyenangkan.Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Universitas Pendidikan Indonesa. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Wiyono, Ketang. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik Sains Dan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Topik Relativitas Khusus. Tesis SPs. UPI : Tidak diterbitkan.