• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN PENUGASAN E-LEARNING MENGGUNAKAN MOODLE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI SUHU DAN KALOR SISWA KELAS X SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN PENUGASAN E-LEARNING MENGGUNAKAN MOODLE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI SUHU DAN KALOR SISWA KELAS X SMA."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR HAK CIPTA... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN... v

KATA PENGANTAR... vi

UCAPAN TERIMA KASIH... vii

ABSTRAK... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Variabel Penelitian... 10

F. Definisi Operasional... 10

G. Hipotesis... 12

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 14

(2)

C. Tutor Sebaya... 18

D. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing denganPenugasan E-learning Menggunakan Aplikasi Moodle... 20

E. Penguasaan Konsep... 21

F. Berpikir Kritis... 26

G. Konsep Suhu dan Kalor... 31

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian... 42

B. Subjek Penelitian... 44

C. Prosedur Penelitian... 44

D. Instrumen Penelitian... 44

E. Analisis Tes... 46

F. Tehnik Pengolahan Data... 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA A. Hasil Penelitian... 54

1. Pelaksanaan Penelitian... 54

2. Keterlaksanaan Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan E-learning Menggunakan Aplikasi Moodle... 55

3. Penguasaan Konsep Siswa... 57

4. Keterampilan Berpikir Kritis... 63

(3)

B. Temuan dan Pembahasan... 68

1. Pelaksanaan Penelitian………. .. 68

2. Penguasaan Konsep... 69

3. Keterampilan Berpikir Kritis... 71

4. Tanggapan Siswa Terhadap Penerapana Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan E-learning Menggunakan Moodle... 73

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 75

B. Saran... 76

(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Hasil-hasil Penelitian Relevan ……….. 4

Tabel 2.1 Aspek Kognitif Bloom Yang Direvisi (Anderson & Krathwool , 2001)……… 23

Tabel 2.2 Analisis Keterkaitan Antara Sintaks Dalam Pembelajaran Inkuiri Tembimbing Dan Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis……….. 28

Tabel 3.1 Kategori Validitas Butir Soal……….. 47

Tabel 3.2 Kategori Reliabilitas Butir Soal……….. 48

Tabel 3.3 Kategori Tingkat Kesukaran……… 49

Tabel 3.4 Kategori Daya Pembeda……….. 49

Tabel 3.5 Kategori Tingkat N Gain……… 50

Tabel 4.1 Keterlaksanaan Aktivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan E-Learning Menggunakan Aplikasi Moodle……….. 56

Tabel 4.2 Data Distribusi Normal Penguasaan Konsep……….. 62

Tabel 4.3 Data Distribusi Normal Keterampilan Berpikir Kritis……. 66

Tabel 4.4 Rekapitulasi tanggapan siswa terhadap pembelajaran

(5)

menggunakan aplikasi moodle………... 67

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Grafik kalor terhadap massa... 31

Gambar 2.2 Alur proses perubahan wujud zat……..………... 32

Gambar 2.3 Alur Perubahan wujud es menjadi uap air……....………... 40

Gambar 3.1 Desain Penelitian………... 42

Gambar 3.2 Alur Proses Penelitian………... 43

Gambar 4.1. Diagram Batang Rata-rata Nilai Tes Awal, Rata-rata Nilai Tes Akhir, dan Rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> Hasil Penguasaan Konsep Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen………... 58

Gambar 4.2 Diagram Batang Rata-rata Skor Gain <g> pada Setiap Aspek Penguasaan Konsep pada Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen………... 60

Gambar 4.3 Diagram Batang Rata-rata Tes Awal, rata-rata Tes Akhir, dan Rata-rata Skor Gain yang dinormalisasi <g> Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen………... 63

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Perangkat Pembelajaran

A. 1. RPP Pertemuan 1... 80

A.2. RPP Pertemuan 2 ... 97

A.3. RPP Pertemuan 3... 111

A.4. RPP Pertemuan 4 ... 129

Lampiran B Instumen Penelitian B.1. Kisi-kisi Soal Penguasaan Konsep... 140

B.2. Kisi Kisi Soal Keterampilan Berpikir Kritis... 160

B.3.Soal tes awal- tes akhir... 175

B.3 Hasil Judgemen soal oleh Pakar... 181

Lampiran C Lembar Pengamatan dan Angket C.1. Lembar Pengamatan Pembelajaran... 189

C.2. Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran... 191

Lampiran D Analisis Uji Coba Instrumen D. 1 . Hasil Analisis Penguasaan Konsep... 194

D.2. Hasil Analisis Keterampilan Berpikir Kritis... 203

D.3. Rekap Soal... 212

(7)

E.1. Analisis Penguasaan Konsep... 214

E.2. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis... 236

E.3.Hasil Uji Normalitas dan Homognitas ... 256

E.4. Analisis Pengamatan Pembelajaran... 262

E.5. Analisis Angket Siswa... 270

Lampiran F F.1. Jadual Penelitian... 275

F.2. Foto Pelaksanaan Pembelajaran... 276

F.3. Tampilan Moodle ... 279

F.4. Surat Izin Penelitian dari UPI... 283

F.5. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian... 284

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan berperan sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia (SDM) dalam kelangsungan pembangunan bangsa. Pendidikan

merupakan salah satu instrumen utama pengembangan SDM. Pengembangan

SDM yang mampu mengembangkan sains sesuai karakternya. Sains sebagai

proses merujuk langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan

penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam.

Langkah tersebut meliputi merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,

merancang eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis dan akhimya

menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains

ialah kuantifikasi, artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata pelajaran

Fisika di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: 1)

Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep, dan

prinsip sains yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;

2) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat; 3) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan

berpikir, bersikap, dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi; 4) Meningkatkan

pengetahuan, konsep, dan keterampilan berpikir kritis sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya (Depdiknas, 2006).

Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang

menjadi dasar perkembangan teknologi dan konsep hidup harmonis dengan alam.

Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini

dipicu oleh temuan di bidang Fisika material melalui penemuan piranti

mikroelektronik memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai

(9)

baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan

sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak

akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang Fisika

(Wiyono, 2009).

Pembelajaran Fisika pada tingkat SMA, dipandang penting untuk

diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan.

Pertama, mata pelajaran Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di

dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran Fisika bertujuan untuk

membekali siswa pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta

mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara

inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap

ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup

(Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006).

Hasil pengamatan di lapangan, banyak ditemukan bahwa pelaksanaan

pembelajaran kurang variatif, memiliki kecenderungan pada metode tertentu dan

kadang-kadang tidak memperhatikan tingkat pemahaman siswa terhadap

informasi yang disampaikan. Siswa kurang aktif dalam proses belajar, siswa lebih

banyak mendengar dan menulis, menyebabkan isi pelajaran sebagai hafalan

sehingga siswa tidak memahami konsep yang sebenarnya dan hal inipun terjadi

pada bidang pelajaran sains. Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh

pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal.

Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan (Depdiknas,

2002).

Pelaksanaan pembelajaran yang terjadi di lapangan sangat berbeda

dengan yang diharapkan dalam KTSP SMA. Berdasarkan data yang diperoleh dari

hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di salah satu SMA di Cianjur

ditemukan kenyataan bahwa:

1. Proses pembelajaran Fisika yang terjadi di kelas secara umum adalah masih

(10)

memberikan materi dengan metode ceramah dan penugasan (latihan soal) serta

textbook oriented. Hal ini kurang melibatkan siswa dalam KBM, akibatnya

Fisika dianggap sulit, menakutkan, membosankan yang akhirnya membuat

siswa sulit memahami dan mudah lupa terhadap konsep yang telah diberikan,

sehingga berimplikasi pada kurangnya penguasaan konsep dan rendahnya

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Hal ini dapat dilihat dari

rata-rata nilai UAS Fisika yang diperoleh siswa pada semester 1 tahun ajaran

2011/2012 hanya mencapai 56. Nilai ini berada di bawah nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh kurikulum yaitu 70.

2. Secara umum, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan cenderung masih

bersifat tradisional dimana siswa hanya berperan sebagai penerima informasi.

Sehingga siswa bersikap pasif selama proses belajar mengajar dan kurangnnya

keberanian siswa untuk bertanya. Sikap siswa yang pasif dan kurangnya

keberanian siswa untuk bertanya menyebabkan siswa tidak bisa

mengungkapkan ide dan gagasannya dalam proses belajar mengajar, hal ini

dapat menghambat perkembangan keterampilan berpikir siswa.

3. Fasilitas Teknologi Informatika dan Telekomunikasi yang dimiliki sekolah

tidak dimanfaatkan secara maksimal baik oleh guru maupun siswa. Hal ini

disebabkan guru merasa perlunya waktu khusus dalam pemanfaatan web

sekolah. Disisi lain guru juga memiliki keterbatasan pengetahuan dalam

Teknologi Informatika dan Komunikasi.

Atas dasar pertimbangan hasil studi pendahuluan tersebut, maka masalah

penelitian ini difokuskan pada penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis

siswa yang masih perlu ditingkatkan. Salah satu cara mengatasi permasalahan

yang terjadi adalah memperbaiki kualitas pembelajaran dengan menetapkan

model pembelajaran serta pemanfaatan fasilitas sekolah dengan lebih baik, yang

efektif dan effisien, sebagai alternatif untuk meningkatkan keterlibatan siswa

dalam KBM sehingga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan

(11)

Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian tentang pembelajaran inkuiri,

pembelajaran mempergunakan e-learning dan pembelajaran dengan aplikasi

moodle:

Tabel 1.1. Hasil-hasil Penelitian Relevan

No Peneliti, Tahun, Judul Hasil Penelitian

1 Capobianco, Lehman, 2005, Integrating technology to Foster Inquiry in an Elementary Science Methods Course : An Action Research study of one Teacher Education Initiatives in a PT3 Project, Journal of

Computers in

Mathematics and Science Teaching 25 (2), 123-146.

Teknologi instruksional memiliki potensi untuk memainkan peran penting sebagai alat pengajaran yang memungkinkan guru ilmu pengetahuan untuk merancang, merencanakan, dan melakukan penyelidikan ilmiah. Selain itu, menyediakan kerangka untuk guru sains mulai berpikir tentang tindakan mereka dapat mengambil tanggapan terhadap kebutuhan yang berkembang untuk mempersiapkan anak-anak muda bersikap ilmiah dan melek teknologi.

2 Lakkala, Lallima, Hakkanrainen, 2005, Teachers pedagogical designs for technology-supported Collective

Beberapa guru bertujuan untuk meningkatkan penyelidikan dalam desain pedagogis mereka, tetapi mereka tidak tahu metode yang baik. Para guru sekolah dasar lebih cerdik mendukung struktur dalam proses penyelidikan siswa, sedangkan guru-guru sekolah menengah mengandalkan kemampuan siswa. Mungkin mereka awalnya percaya bahwa siswa tingkat menengah telah memiliki keterampilan yang diperlukan untuk penyelidikan, dan melihat kebutuhan selama proses tersebut.

3 Zhank, Zhou, Briggs, Nunamker Jr, Inctructional video in e-learning : Asessing the impact o inteactive video on learning effectiveness, 2006, Information and Management, 43, 15-27, www.elsevier.com/locate /dsw

Adanya perbedaan hasil belajar yang signifikan antara pelajar dengan mempergunakan e-learning video instruksional interaktif dibandingkan dengan tiga kelompok lainnya.

(12)

No Peneliti, Tahun, Judul Hasil Penelitian

4 Caslte, McGuire, 2010. An analysis of student self-assesment of online, blended and face to face learning environtmet : Implication for

Sarjana maupun mahasiswa pascasarjana di berbagai disiplin ilmu umumnya lebih suka belajar mengajar onsite dari pada campuran atau online. Namun, data menunjukkan bahwa siswa sarjana cenderung memilih campuran daripada secara online, sementara mahasiswa pascasarjana umumnya lebih suka online dari pada campuran. Selain itu, ada kecenderungan mahasiswa sarjana maupun pascasarjana umumnya nilai penyampaian dengan onsite adalah yang tertinggi.

5 Suparnaphet, - , The Comparison of Student Expectations on e-Learning Courseware

Nilai keseluruhan dari e-learning MPEX kelompok siswa (43,3%) kurang dari kelompok siswa tatap muka (46,4%), namun hasil menunjukkan bahwa Courseware e-learning instruksi tidak berbeda dari tatap muka dalam mempengaruhi harapan siswa dan keyakinan tentang fisika dan pembelajaran di Universitas Silpakorn.

6 Kocakaya, 2010, The Effects Of Computer-Assisted Instruction Designed According To

7eModel Of

Constructivist

Learning On Physics

Student Teachers„

Achievement,

Concept Learning, Self-Efficacy Perceptions And Attitudes, TOJDE, Volume 11 : 3

Instruksi bantuan komputer yang dirancang sesuai dengan 7E model pembelajaran konstruktivis telah membantu dalam meningkatkan tingkat pemahaman konsep yang berhubungan dengan elektrostatik. Hal ini menunjukkan bahwa komputer membantu pengajaran dirancang sesuai dengan 7E lebih efektif di bawah domain kognitif siswa. Efek Komputer membantu pengajaran positif pada tingkat keberhasilan di semua tingkat pendidikan.

(13)

No Peneliti, Tahun, Judul Hasil Penelitian

Instruksi termasuk simulasi virtual memberikan arti kepada siswa tentang hubungan antara fisika dan kehidupan sehari-hari.

Setting atau pengaturan pertanyaan dari metode ini dapat mengurangi masalah.

7 Marzani, 2011, Penerapan e-learning Berbasis moodle Untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Cahaya Di SMP. Tesis UPI Bandung, tidak di terbitkan

Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan e-learning berbasis moodle tidak berbeda secara berarti dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Siswa memberikan tanggapan perasaan senang dengan pembelajaran fisika yang menggunakan e-learning berbasis moodle (84%), tertarik dengan tampilan moodle dan fasilitas dalam website (86%), kesungguhan mempelajari materi fisika menggunaka e-learning berbasis moodle (84 %).

Pembelajaran berbasis web yang populer dengan sebutan Web-Based

Education (WEB) atau kadang disebut e-learning (electronic learning) dapat

didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk

sebuah proses pendidikan. Pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan

teknologi internet dan selama proses belajar yang dirasakan terjadi oleh yang

mengikutinya, maka kegiataan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis

web atau e- learning (Rusman, 2010).

Konten materi dalam e-learning memungkinkan adanya animasi-animasi

yang menarik dan dapat menujukkan konsep-konsep Fisika yang abstrak,

sehingga konsep Fisika dapat difahami dengan lebih mudah. Akibatnya minat

siswa untuk belajar Fisika akan meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Paul. G. Paris (2004) yang menyatakan bahwa siswa lebih

berminat melakukan pembelajaran Online Web Assisted Learning (OWAL)

dibandingkan dengan Paper Assisted Learning. Disamping itu, harus diperhatikan

pula multimedia seperti animasi, film, grafis dan sinkron suara dalam pemilihan

(14)

Salah satu aplikasi yang dapat digunakan dalam e-learning adalah moodle.

Dengan menggunakan aplikasi moodle memungkinkan terjadinya kegiatan belajar

di luar kelas, terjadi komunikasi antara siswa dan guru kapanpun. Guru dapat

memberikan materi pelajaran, latihan soal, tugas, dan tes secara online. Siswa

dapat kapan saja mengakses moodle, sehingga hal ini memudahkan kedua belah

fihak. Siswa dapat kapan saja mengakses materi pelajaran dan lain sebagainya

yang disediakan oleh guru di dalam aplikasi moodle, sehingga hal ini memberi

kesempatan siswa untuk belajar mandiri. Akibatnya siswa dapat memahami

konsep lebih baik karena dapat melakukannya secara berulang. Hal ini sesuai

dengan pendapat Marzani (2011), siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle menunjukkan peningkatan

penguasaan konsep lebih tinggi dibanding siswa yang mengikuti pembelajaran

Fisika secara konvensional, sedangkan keterampilan berpikir kritis antara siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan penugasan e-learning menggunakan

aplikasi moodle tidak berbeda secara berarti dibandingkan dengan siswa yan

mengikuti pembelajaran Fisika secara konvensional.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian

dengan judul: “Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan

E-Learning Menggunakan Aplikasi moodle Untuk Meningkatkan Penguasaan

Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Konsep Suhu dan Kalor Siswa

Kelas X SMA”.

Materi Fisika yang ditinjau dalam penelitian ini adalah materi Kalor dan

pengaruhnya terhadap zat. Peneliti memilih materi ini untuk diterapkan dalam

model pembelajaran inkuiri terrbimbing karena materi ini sangat erat kaitannya

dengan kehidupan sehari-hari, namun pada kenyatannya siswa masih banyak

kesulitan dalam memahami konsep dan memecahkan permasalahan yang timbul.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang

(15)

terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle dapat

meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis pada konsep

suhu dan kalor siswa kelas X SMA”.

Rumusan masalah di atas secara spesifik dapat dijabarkan menjadi

pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep untuk kelas yang menggunakan

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan

aplikasi moodle dibandingkan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran

inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya pada konsep suhu dan

kalor siswa kelas X SMA?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis untuk kelas yang

menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning

menggunakan aplikasi moodle dibandingkan dengan kelas yang

menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan tutor sebaya pada

konsep suhu dan kalor siswa kelas X SMA?

3. Bagaimana tanggapan siswa tentang pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang

penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning

menggunakan aplikasi moodle serta pengaruhnya terhadap penguasaan konsep

dan keterampilan berpikir kritis dalam konsep kalor siswa kelas X SMA. Selain

itu juga dapat diketahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran inkuiri

terbimbing bebasis e-learning dengan aplikasi moodle melalui angket yang

(16)

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa

a. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa terhadap pelajaran Fisika.

b. Meningkatkan penguasaan, keterampilan dan kreativitas siswa terhadap

pembelajaran Fisika.

c. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa terhadap masalah Fisika.

2. Bagi guru

a. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan penguasaan konsep

belajar Fisika siswa kelas X SMA khususnya pada konsep suhu dan kalor.

b. Pengembangan kreativitas guru dalam mengembangkan strategi

pembelajaran.

c. Sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan belajar mengajar Fisika

sehingga dapat diketahui kemajuan yang telah dicapai siswa.

3. Bagi Lembaga (sekolah)

a. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Sekolah dalam rangka pembinaan

terhadap guru-guru terutama dalam kegiatan supervisi.

b. Salah satu upaya dalam pengoptimalisasi pemanfaatan sarana dan prasana

yang telah ada.

4. Bagi peneliti

a. Dapat dijadikan landasan berpijak untuk meneliti lebih lanjut tingkat

keberhasilan siswa dengan menggunakan banyak strategi dan media yang

bervariasi.

b. Menjadi bukti empirik tentang pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle pada konsep suhu

dan kalor dalam pengembangan penguasaan konsep dan keterampilan

berpikir kritis yang dapat digunakan oleh pihak lain yang berkepentingan

(17)

E. VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep dan

keterampilan berpikir kritis siswa, yang akan dibandingkan antara siswa yang

mendapat pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning

menggunakan moodle dengan siswa yang mendapat pembelajaran inkuiri

terbimbing dengan penugasan tutor sebaya.

F. DEFINISI OPERASIONAL

Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah dalam

penelitian ini, maka dilakukan pendefinisian secara operasional sebagai berikut :

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan

aplikasi moodle, yaitu proses pembelajaran inkuiri terbimbing di dalam kelas

dan dilakukan penugasan di luar kelas melalui tugas tugas yang diberikan

melalui web sekolah dengan aplikasi moodle. Dalam aplikasi ini siswa

diberikan tugas, setelah menjawab pertanyaan yang diberikan dalam tugas

tersebut siswa dapat mengetahui nilainya dan dapat pula mengetahui jawaban

yang benar dan cara pengerjaannya. Setelah kegiatan tersebut terlaksana,

kembali guru di dalam kelas akan mengulas soal yang dianggap sulit dalam

tugas tersebut.

Ada tiga tahap dalam kegiatan pembelajaran inkuiri dengan penugasan

e-learning menggunakan aplikasi moodle yaitu:

a. Pembelajaran inkuiri terbimbing, dengan langkah-langkah:

 Orientasi

 Merumuskan masalah

 Mengajukan Hipotesis

 Mengumpulkan Data

 Menguji Hipotesis

(18)

b. Penugasan dilakukan di luar jam pelajaran menggunakan web sekolah

dengan aplikasi moodle yang telah diisi materi pelajaran serta

latihan-latihan soal. Siswa diberikan tugas untuk mengerjakan soal soal yang telah

disediakan pada halaman guru, siswa dapat pula melihat langsung benar

atau salah jawaban siswa tersebut. Guru memberikan penjelasan jawaban

di dalam apa bila siswa telah memberikan jawabannya.

c. Pada pertemuan berikutnya guru melakukan refleksi tentang tugas yang

telah diberikan secara online melalui moodle.

Keterlaksanaan pembelajaran diamati melalui lembar observasi.

2. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya adalah proses

pembelajaran inkuiri terbimbing dilakukan di dalam kelas dan dilakukan

penugasan di luar kelas melalui tugas tugas yang diberikan. Tugas ini

dikerjakan siswa dengan cara tugas kelompok, dimana kelompok dibagi secara

heterogen dari sisi kemampuan siswa. Siswa dengan prestasi yang baik

diharapkan untuk membantu siswa dengan prestasi yang kurang.

Ada tiga tahap dalam kegiatan pembelajaran inkuiri dengan penugasan tutor

sebaya yaitu:

a. Pembelajaran inkuiri terbimbing, dengan langkah-langkah:

 Orientasi

 Merumuskan masalah

 Mengajukan Hipotesis

 Mengumpulkan Data

 Menguji Hipotesis

 Merumuskan kesimpulan

b. Penugasan dilakukan dengan memberikan tugas secara kelompok dan

diharapkan terjadi diskusi kelompok dipimpin tutor sebaya. Kelompok

dibagi secara heterogen berdasarkan nilai akademik (prestasi belajar).

c. Pada pertemuan berikutnya guru melakukan reflesi tentang tugas yang

telah diberikan yang dikerjakan secara tutor sebaya.

(19)

3. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami persamaan

dan hukum-hukum dasar secara alamiah dalam hal ini pada materi suhu dan

kalor. Indikator penguasaan konsep dalam penelitian ini terdiri dari empat

jenis yaitu (1) aspek pengetahuan (C1), (2) aspek pemahaman (C2), (3) aspek

penerapan (C3), dan (4) aspek analisis (C4). Pada penelitian ini, aspek

penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran di ukur dengan

tes penguasaan konsep yang berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda.

4. Keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini didefinisikan sebagai

kemampuan berpikir kompleks yang dimilikisiswa meliputi Memberikan

penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan,

memberikan penjelasan lanjut, mengatur strategi dan taktik pada konsep suhu

dan kalor.Pada penelitian ini, aspek keterampilan berpikir kritis siswa sebelum

dan sesudah pembelajaran di ukur dengan tes keterampilan berpikir kritis yang

berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda.

5. Tanggapan siswa dalam penelitian ialah informasi tentang respon siswa

terhadap penerapan Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan

e-learning menggunakan aplikasi moodle. Informasi tentang tanggapan siswa

diukur melalui angket tanggapan siswa.

G. HIPOTESIS

Rumusan hipotesis yang akan diuji dengan uji kesamaan dua rata-rata

adalah sebagai berikut:

1. H0 : µxa = µya

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan penguasaan konsep

suhu dan kalor antara siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri

terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle

dibanding pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya.

2. H1 : µxa> xya

Penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning

(20)

penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan suhu dan kalor dibanding

penggunan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya.

3. H0 : µxb = µyb

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan keterampilan

berpikir kritis pada pokok bahasan suhu dan kalor antara siswa yang

mendapat pembelajran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning

menggunakan aplikasi moodle dengan pembelajaran inkuiri terbimbing

dengan penugasan tutor sebaya.

4. H1 : µxb> xyb

Penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning

menggunakan aplikasi moodle secara signifikan dapat lebih meningkatkan

keterampilan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan suhu dan kalor

dibanding penggunan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan

tutor sebaya

Keterangan :

µxa = rata rata penguasaan konsep siswa yang menggunakan pembelajaran

inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi

moodle

µya = rata rata penguasaan konsep siswa yang menggunakan pembelajaran

inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya.

µxb = rata rata keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning

menggunakan aplikasi moodle

µyb = rata rata keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan

(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

quasi experimen, yakni pretest-posttest non equivalent groups design, dengan

desain penelitian berbentuk:

Kelas Pre-test Perlakuan Pos-test

Eksperimen O X O

Kontrol O Y O

Gambar 3.1. Desain Penelitian

Keterangan:

X :perlakuan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan moodle

Y : perlakuan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya

O : pre-test dan pos-test

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMAN di Cianjur. Secara garis

besar tahap-tahap penelitian dikelompokkan menjadi lima langkah yaitu studi

pendahuluan, memilih masalah yang akan dikaji, studi literatur, penyusunan

instrumen, implementasi pendekatan Strategi Pembelajaran Inkuiri terbimbing

dengan penugasan moodle dan tutor sebaya, terakhir adalah analisis data dan

kesimpulan. Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur

(22)

Gambar 3.2. Alur Proses Penelitian

Observasi Keterlaksanaan Uji Coba, Revisi, Validasi

Tes Awal (pre-test)

Pembelajaran Inkuiri terbimbing dengan penugasan

e-learning menggunakan aplikasi moodle pada kelas eksperimen Pembelajaran Inkuiri

dengan Penugasan tutor sebaya pada

kelas kontrol

Angket Tanggapan Siswa Pengolahan dan

Analisis Data

Temuan dan Pembahasan Penyusunan Instrumen

1. Tes penguasaan konsep 2. Tes berpikir kritis 3. Angket siswa 4. Lembar observasi

Studi Literatur: Pembelajaran inkuiri terbimbing, moodle, Tutor Sebaya, Penguasaan Konsep, Keterampilan berpikir kritis serta konsep suhu dan kalor

Penyusunan Rencana Pembelajaran Inkuiri Perumusan Masalah

Kesimpulan Studi Pendahuluan

(23)

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Cianjur pada siswa kelas X

semester 2 tahun akademik 2011/2012. Teknik sampling yang digunakan adalah

random sampling. Teknik random sampling inimerupakan teknik penyampelan

yang diambil secara acak.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan mengikuti alur yang dapat dilihat

pada Gambar 3.1. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

1. Tahap Perencanaan

a. Studi pendahuluan

b. Merumuskan permasalahan dari hasil studi pendahuluan

c. Studiliteratur

d. Membuat instrument penelitian dan penyusunan rencana pembelajaran

e. Melakukan validasi seluruh instrument, merevisi/memperbaiki

instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi pelaksanaan tes awal, proses

pembelajaran, observasi keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing

dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle, tes akhir dan

pemberian angket.

3. Tahap akhir

a. Mengolah data hasil penelitian.

b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian.

c. Menarik kesimpulan.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan empat jenis instrument pengumpul data

yaitu, tes penguasaan konsep, tes berpikir kritis, lembar observasi dan angket.

(24)

Tes ini kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar, berguna untuk

mengukur hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu (Syaodih,

2005). Tes ini dikonstruksi dalam bentuk tes obyektif model pilihan ganda dengan

jumlah pilihan (option) sebanyak lima pilihan jawaban.

Setiap soal dibuat untuk menguji penguasaan siswa terhadap

konsep-konsep yang tercakup dalam konsep-konsep suhu dan kalor. Dengan demikian tes ini

bersifat konseptual. Indikator penguasaan konsep yang diharapkan tercapai setelah

proses pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning

menggunakan aplikasi moodle.

Penguasaan konsep siswa dalam penelitian ini diukur sebelum dan

sesudah pembelajaran dengan menggunakan tes penguasaan konsep berupa tes

tertulis berbentuk pilihan ganda yang mencakup indikator-indikator penguasaan

konsep. Tes penguasaan konsep yang dilakukan sebelum konsep suhu dan kalor

diajarkan bertujuan untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap konsep suhu

dan kalor, dan tes akhir setelah pembelajaran konsep suhu dan kalor selesai

dilaksanakan bertujuan untuk mengukur penguasaan konsep siswa sebagai hasil

penggunaan model pembelajaran. Dari hasil tes awal dan tes akhir ini selanjutnya

dapat diketahui tingkat gain penguasaan konsep sebagai hasil dari penggunaan

model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning

menggunakan aplikasi moodle.

2. Tes Keterampilan berpikir kritis

Tes keterampilan berpikir kritis dikonstruksi dalam bentuk tes pilihan

ganda yang diadopsi dari indicator keterampilan berpikir kritis menurut Ennis.

Indikator keterampilan berpikir kritis yang diharapkan tercapai setelah proses

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan

aplikasi moodle adalah keterampilan merumuskan masalah, memilih kriteria untuk

mempertimbangkan penyelesaian, keterampilan menerapkan prinsip,

menggunakan strategi logis, dan mengidentifikasi kesimpulan pada konsep suhu

dan kalor serta keterampilan melaporkan hasil. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu

(25)

melihat keterampilan berpikir kritis awal siswa terhadap konsep suhu dan kalor,

dan pada saat pos-test setelah pembelajaran selesai dilaksanakan.

3. Angket

Angket bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap

penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning

menggunakan aplikasi moodle dalam pengajaran suhu dan kalor. Dalam angket

dipertanyakan hal-hal seputar perasaan, pandangan, tanggapan dan harapan siswa

terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning

menggunakan aplikasi moodle, seperti apakah siswa menganggap baru, merasa

senang, merasa tertarik, termotivasi, merasa memudahkan, merasa memfasilitasi

penguasaan dan kerjasama, merasa menambah keberanian dalam mengemukakan

pendapat dan mengharapkan ingin belajar materi lain dengan cara ini. Angket ini

menggunakan skala Likert, setiap siswa diminta untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan

sangat tidak setuju (STS).

4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Guru

Lembar observasi ditujukan sebagai pedoman aktivitas guru dalam

melakukan keterlaksanaan model selama proses pembelajaran inkuiri terbimbing

dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle berlangsung untuk

melihat keterlaksanaannya dalam proses pembelajaran.

E. Analisis Tes

Untuk keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yang baik. Tes

yang baik biasanya memenuhi kriteria validitas tinggi, reliabitas tinggi, daya

pembeda yang baik, dan tingkat kesukaran yang layak. Untuk mengetahui

karakteristik kualitas tes yang digunakan tersebut, maka sebelum dipergunakan

seyogyanya tes tersebut diuji coba untuk mendapatkan gambaran validitas,

reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya.

1. Validitas tes

Validitas tes bertalian dengan tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes

(26)

digunakan untuk menghitung koefisien korelasi adalah rumus korelasi product

r = koefisien korelasi antara dua variabel yaitu X dan Y

X = Skor butir soal Y = Skor total N = jumlah siswa

Interpretasi untuk besarnya koefesien korelasi adalah sebagai berikut;

(Arikunto, 2003)

Tabel 3.1. Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80<rxy≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60<rxy≤ 0,80 tinggi (baik)

0,40<rxy≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20<rxy≤ 0,40 rendah (kurang)

xy

r ≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)

Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan

rumus berikut; (Sudjana, 2002)

2

Reliabilitas adalah tingkat kestabilan skor yang diperoleh ketika

dilakukan ujian ulang dengan menggunakan tes yang sama pada situasi yang

(27)

reliabilitas tes dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut;

r = koefesien reliabilitas yang telah disesuaikan

2 1 2 1

r = koefesien korelasi antara soal ganjil dan genap

Harga dari 2 1 2 1

r dapat ditentukan dengan cara mengkorelasikan skor soal

nomor ganjil dan skor nomor genap, menggunakan rumus korelasi product

moment Pearson. Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurutArikunto (2002)

adalah sebagai berikut;

Tabel 3.2. Kategori Reliabilitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80<r11≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60<r11 ≤ 0,80 tinggi (baik)

0,40<r11≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20<r11≤ 0,40 rendah (kurang)

11

r ≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)

3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau

mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi) yang dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut; (Arikunto, 2002)

N

(28)

Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut; Arikunto,

2003)

Tabel 3.3.Kategori Tingkat Kesukaran

Batasan Kategori

P < 0,30 Soal sukar

0,30 ≤ P < 0,70 Soal sedang

0,70 ≤ P < 1,00 Soal mudah

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

rendah. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi atau Daya Pembeda

adalah sebagai berikut; (Arikunto, 2003)

B

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA= Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar BB= Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar PA= proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB= proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut; (Arikunto, 2003)

Tabel 3.4. Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali

F. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan

(29)

sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (N Gain)

sebagai berikut; (Meltzer, 2002)

pre

Kriteria tingkat N Gain adalah sebagai berikut; (Meltzer, 2002)

Tabel 3.5 Kategori Tingkat N Gain

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 sedang

g< 0,3 rendah

Pengolahan data kemudian dilanjutkan dengan pengujian statistik berupa

uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas varian data sebagaiberikut :

a. Uji normalitas distribusi data dengan menggunakan One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test.

b. Uji homogenitas varian data dengan Levene Test. Uji tersebut didasarkan

pada rumus statistik (Ruseffendi, 1998) yaitu :

2

c. Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan rerata penguasaan konsep dan

berpikir kritis dilakukan dengan analisis secara statistik dengan menggunakan

(30)

berdistribusi normal dan homogen atau menggunakan uji statistik

non-parametrik (uji Wilcoxon) jika sebaran data tidak berdistribusi normal.

Rumusan hipotesis yang akan diuji dengan uji kesamaan dua rata-rata adalah

sebagai berikut:

H0 : µxa = µya

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan penguasaan konsep antara

siswa yang mendapatkan pembelajaran pokok bahasan suhu dan kalor

denganpembelajran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning

menggunakan aplikasi moodle dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

penugasan tutor sebaya.

H1 : µxa> xya

Penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning

menggunakan aplikasi moodle secara signifikan dapat lebih meningkatkan

penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan suhu dan kalor dibanding

penggunan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya

H0 : µxb = µyb

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan keterampilan berpikir kritis

antara siswa yang mendapatkan pembelajaran pokok bahasan suhu dan kalor

dengan pembelajran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning

menggunakan aplikasi moodle dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

penugasan tutor sebaya.

H1 : µxb> xyb

Penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning

menggunakan aplikasi moodle secara signifikan dapat lebih meningkatkan

keterampilan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan suhu dan kalor dibanding

penggunan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya

Keterangan :

µxa = rata rata penguasaan konsep pada kelas eksperimen µya = rata rata penguasaan konsep pada kelas kontrol

(31)

1. Analisis Tanggapan Siswa

Untuk mengetahui respon atau tanggapan siswa terhadap pembelajaran

inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle,

dilakukan dengan memberikan angket skala sikap model Likert kepada siswa.

Setiap jawaban siswa terhadap pernyataan yang ditanyakan, dikelompokkan atas

sikap sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju

(STS). Jawaban yang telah dikelompokkan tersebut dihitung persentasenya

dengan rumus sebagai berikut;

(3.8)

Keterangan:

T = persentase sikap terhadap setiap pernyataan J = jumlah jawaban setiap kelompok sikap. N = jumlah siswa

Kemudian untuk menentukan skor rata-rata jawaban siswa untuk setiap

pernyataan digunakan rumus sebagai berikut;

(3.9)

Keterangan:

R = skor rata-rata jawaban siswa untuk setiap pernyataan S = skor setiap kelompok

N = jumlah siswa

Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif

dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif

kategori SS (sangat setuju) diberi skor tertinggi, makin menuju ke STS (sangat

tidak setuju) skor yang diberikan berangsur-angsur menurun.

2. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran yang dibuat

(32)

oleh guru. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas guru selama

proses pembelajaran. Lembar observasi berupa pertanyaan biner (ya-tidak). Hasil

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan

Moodle untuk meningkatkan penguasaan konsep, dan keterampilan berpikir kritis

siswa SMA pada konsep suhu dan kalor dapat disimpulkan bahwa:

1. Peningkatan penguasaan konsep suhu dan kalor siswa yang menggunakan

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan

Moodle secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional. Rata-rata N-gain penguasaan

konsep kelas eksperimen 0,43 (kriteria sedang) dan kelas kontrol 0,16

(kriteria rendah) menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri

terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle lebih efektif

daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan penguasaan

konsep.

2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menerapkan

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan

Moodle tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional. Rata-rata N-gain keterampilan

berpikir kritis siswa kelas eksperimen 0,17 (kriteria rendah) dan kelas kontrol

0,04 (kriteria rendah) menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing

dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle tidak lebih efektif

daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan keterampilan

berpikir kritis.

3. Siswa memberikan tanggapan baik terhadap pembelajaran pembelajaran

inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle.

Model pembelajaran ini mempermudah siswa dalam memahami konsep suhu

(34)

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan

Moodle untuk meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis

siswa SMA pada konsep suhu dan kalor peneliti menyarankan hal-hal sebagai

berikut:

1. Guru hendaknya meningkatkan kemampuan dasar dalam mengajar, dan

merancang pembelajaran yang telah disusun kemudian diujicobakan sehingga

pada saat pelaksanaannya setiap fase pada model pembelajaran inkuiri

terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle dapat

terlaksana sesuai dengan rencana.

2. Diperlukan waktu yang lebih lama untuk melakukan penelitian tentang

keterampilan berpikir kritis, karena keterampilan berpikir kritis tidak dapat

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W., Krathwohl, D.R., dan Bloom, B.S.(2001). A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing. New York: Longman.

Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta. Bumi Aksara

Capobianco, Lehman, 2005, Integrating technology to Foster Inquiry in an Elementary Science Methods Course : An Action Research study of one Teacher Education Initiatives in a PT3 Project, Journal of Computers in Mathematics and Science Teaching 25 (2), 123-146.

Caslte, McGuire, 2010. An analysis of student self-assesment of online, blended and face to face learning environtmet : Implication for Sustainable Edycation Delivery. International Education Studies. Vol. 3No.3

www.ccsenet.org/ies.

Costa, A.L. (1985). Goal for Critical Thingking Curriculum. In Costa A.L. (ed). Developing Minds : A. Resource Book for Teaching Thingking. Alexandria : ASCD. 54-57.

Dahar, R.W. (1996). Teori – Teori Belajar dan Pembelaran, Jakarta: Erlangga.

Ennis, R.H. (1987). An Elaboration Of A Cardinal Goal Of Science Instruction, Educational Phillosophy and Theory, 23, (1), 31-34

Hamalik, Oemar. 1991. Strategi Belajar Mengajar CBSA. Sinar Baru. Bandung.

Hidayat, (2008) Model Pembelajaran inkuiri pada subtopik pembiasan cahaya oleh lensa untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA, Tesis UPI Bandung : tidak diterbtitkan.

Karim, S., dkk (2007). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Penguasaan konsep Fisika serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Kecakapan Ilmiah. Proposal Hibah Kompetitif UPI 2007. Bandung: Tidak diterbitkan.

(36)

Kocakaya, 2010, The Effects Of Computer-Assisted Instruction Designed According To 7e Model Of Constructivist Learning On Physics Student

Teachers‘ Achievement, Concept Learning, Self-Efficacy Perceptions And

Attitudes, TOJDE, Volume 11 : 3

Lakkala, Lallima, Hakkanrainen, 2005, Teachers pedagogical designs for technology-supported Collective inquiry: a national case study, Computers and Education 45 337-356, www. Elsivier.com/lecate/compedu

Liliasari. (1997). Beberapa Pola Berpikir Dalam Pembentukan Pengetahuan Kimia Oleh Siswa SMA. Disertasi. PPS IKIP Bandung

Marzani, 2011, Penerapan E-Learning Berbasis Moodle Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Cahaya Di SMP. Tesis UPI Bandung, tidak di terbitkan

Meltzer. (2002). The Relationship Between mathematics preparation and

conceptual learning Gain in Physics: ”Hidden Variable in Diagnostic

Pretest Scores”. American Journal Physics. 70(12), 1259-1268.

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : ALFABETA.

Muntasir, Saleh. 1985. Pengajaran Terprogram. Rajawali Pers. Jakarta.

Nursyamsudin, (2008). Panduan Praktikum Terplih. Active Smart. Erlangga. Jakarta.

Paris, G. Paul. 2004. E-Learning: A study on Secondary Students’Attitudes towards Online Web Assisted Learning. International Edication Journal, vol 5, No. 1, 2004

Purwanto, B. (2011). Theory and Aplication of Physics for Grade X of Senior High School 1. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Semarang.

Pullaila, A. (2007). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA pada Materi Suhu dan Kalor. Tesis SPs. UPI : Tidak diterbitkan.

Priyadi.(2005).BerpikirKritis.Wikipedia.

http://Priyadi.net/archives/2005/04/21/berpikir kritis

(37)

Ruggiero dan Ryan V. (2004). Berpikir Kritis. [online]. Tersedia:

http://www.mitra.net.id/cgi-bin/interaktif/listerspons.cgi?idtitle=151 [27

Oktober 2011]

Ruseffendi, H.E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung : IKIP Bandung Press

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Press. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana

Scriven, Michael & Paul, Richard (1987). Defining Critical Thinking, [online].Tersedia:

http://www.criticalthinking.org/aboutCT/define_critical_thinking.cfm [30

Oktober 2011]

Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Syaodih, N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya

Suparnaphet, - , The Comparison of Student Expectations on e-Learning Courseware and face-to-face Instruction in Fundamental Physics, Faculty of Animal Sciences and Agricultural Technology, Silpakorn University, Thailand

Suparno, 2007, Metodologi Pembelajaran FISIKA. Kunstruktivistik dan Menyenangkan.Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Universitas Pendidikan Indonesa. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Wiyono, Ketang. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik Sains Dan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Topik Relativitas Khusus. Tesis SPs. UPI : Tidak diterbitkan.

Gambar

Gambar 4.3    Diagram Batang Rata-rata Tes Awal, rata-rata Tes Akhir,
Gambar 3.1.  Desain Penelitian
Gambar 3.2.  Alur Proses Penelitian
Tabel 3.1. Kategori Validitas Butir Soal
+4

Referensi

Dokumen terkait

Setiap saat saya harus menghadapi pasien dengan berbagai jenis kharakteristik.. KUESIONER

Uzsākot nešķiroto sadzīves atkritumu šķirošanu, šķirošanas līniju apsaimniekotāji nepamatoti iekasē maksu arī par sašķirotajiem un poligonā neapglabātajiem

Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMK pada Konsep Hasil Kali Kelarutan. Penilaian Hasil

Judul Tesis : ANALISIS KUALITATIF FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA DOKTER DALAM KELENGKAPAN PENCATATAN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSU H SAHUDIN KUTACANE ACEH TENGGARA

Jasa Konsultansi Identifikasi Zona dan Blok Sistem Jaringan Air Minum Kota Tebing Tinggi. JB: Barang/jasa JP:

Bekas dengan Teknik Mikrofiltrasi dan Transesterifikasi Sebagai Alternatif. Bahan Bakar Mesin

(3) Rencana Kebutuhan Biaya KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota dan Panwaslu untuk pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah belum sesuai dengan yang tercantum

Bagi peserta pelatihan dapat membagi pengetahuanpengetahuan dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam pelatihan kepada teman-teman remaja puteri yang lain yang belum