• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SERTA HABIT OF TAKING RESPONSIBLE RISKMATEMATIKA SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SERTA HABIT OF TAKING RESPONSIBLE RISKMATEMATIKA SISWA."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SERTA

HABIT OF TAKING RESPONSIBLE RISKMATEMATIKA SISWA

(StudiKuasiEksperimenterhadapSiswaKelas Xpada Salah Satu SMA di Kota Cimahi)

TESIS

DiajukanuntukMemenuhiSebagiandariPersyaratanuntuk MemperolehGelarMagisterPendidikan

Program StudiPendidikanMatematika

Oleh

ArsinahRokhaeni

NIM. 1201357

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SERTA HABIT OF TAKING RESPONSIBLE RISK MATEMATIKA SISWA

Oleh ArsinahRokhaeni

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Fakultas SekolahPascasarjana

© ArsinahRokhaeni Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN TesisdenganJudul

PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SERTA

HABIT OF TAKING RESPONSIBLE RISK MATEMATIKA SISWA

(StudiKuasiEksperimenterhadapSiswaKelas X pada Salah Satu SMA di Kota Cimahi)

Oleh

Arsinah Rokhaeni NIM. 1201357

Telah Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I

Dr. JarnawiAfganiDahlan, M.Kes. NIP. 196805111991011001

Pembimbing II

Dr. ElahNurlaelah, M.Si. NIP. 196411231991032002

Mengetahui,

Ketua Program StudiPendidikanMatematika SPs UPI

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. RumusanMasalah ... 10

C. TujuanPenelitian ... 11

D. ManfaatPenelitian ... 12

E. PentingnyaMasalah ... 12

F. DefinisiOperasional ... 13

BAB IIKAJIAN PUSTAKA ... 15

A. KemampuanBerpikirKritisMatematisSiswa ... 15

B. KemampuanBerpikirKreatifMatematisSiswa ... 19

C. Habit of Taking Responsible RiskMatematikaSiswa ... 24

D. Pendekatan M-APOS ... 29

E. KerangkaBerpikir ... 31

F. TeoriBelajar yang Mendukung ... 32

G. Penelitian yang Relevan ... 37

H. HipotesisPenelitian ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

(5)

ix

B. VariabelPenelitian ... 40

C. PopulasidanSampelPenelitian ... 41

D. PengembanganInstrumenPenelitian ... 42

E. Bahan Ajar ... 55

F. ProsedurPenelitian ... 56

G. TeknikPengumpulan Data ... 58

H. TeknikAnalisis Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. HasilPenelitian ... 65

1. Analisis Data KemampuanBerpikirKritisMatematisSiswa... 65

a. AnalisisStatistikDeskriptifKemampuanBerpikirKritis ... 65

b. AnalisisStatistikInferensialKemampuanBerpikirKritis... 67

1) UjiNormalitas Data Pretes, Postes, dan N-Gain KemampuanBerpikirKritis ... 68

2) UjiHomogenitas Data Pretes, Postes, dan N-Gain KemampuanBerpikirKritis ... 70

3) UjiPerbedaanDuaRerataPretesKemampuanBerpikirKritis ... 71

4) UjiPerbedaanDuaRerataPostesKemampuanBerpikirKritis ... 72

5) UjiPerbedaanDuaRerata N-Gain KemampuanBerpikirKritis SecaraKeseluruhan ... 73

6) UjiPerbedaanDuaRerata N-Gain KemampuanBerpikir KritisBerdasarkanKategori KAM Siswa ... 75

2. Analisis Data KemampuanBerpikirKreatifMatematisSiswa ... 80

a. AnalisisStatistikDeskriptifKemampuanBerpikirKreatif ... 80

b. AnalisisStatistikInferensialKemampuanBerpikirKreatif ... 82

1) UjiNormalitas Data Pretes, Postes, dan N-Gain KemampuanBerpikirKreatif ... 82

(6)

x

3) UjiPerbedaanDuaRerataPretesKemampuanBerpikirKreatif ... 86

4) UjiPerbedaanDuaRerataPostesKemampuanBerpikirKreatif ... 87

5) UjiPerbedaanDuaRerata N-Gain KemampuanBerpikirKreatif SecaraKeseluruhan ... 88

6) UjiPerbedaanDuaRerata N-Gain KemampuanBerpikirKreatif BerdasarkanKategori KAM Siswa ... 90

3. Analisis Data SkalaHabit of Taking Responsible RiskSiswa... 94

a. AnalisisStatistikDeskriptifHoTRRMatematikaSiswa ... 95

b. AnalisisStatistikInferensialHoTRRMatematikaSiswa ... 95

1) UjiNormalitas Data PencapaianHoTRRMatematikaSiswa ... 95

2) UjiDuaRerataPencapaianHoTRRMatematikaSiswa ... 97

c. Analisis Data PencapaianHoTRRMatematikaSiswa BerdasarkanIndikator ... 98

4. AnalisisLembarObservasiAktivitas Guru danSiswaPada PembelajarandenganPendekatan M-APOS ... 99

B. Pembahasan ... 107

1. PendekatanPembelajaran ... 108

2. KemampuanBerpikirKritisMatematisSiswa ... 113

3. KemampuanBerpikirKreatifMatematisSiswa ... 121

4. Habit of Taking Responsible RiskMatematikaSiswa ... 127

5. Aktivitas Guru danSiswadalamPembelajaran M-APOS ... 130

6. KeterbatasanPenelitian ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 133

A. Kesimpulan ... 133

B. Saran ... 134

DAFTAR PUSTAKA ... 135

(7)

xi

DAFTAR TABEL

2.1 HubunganantaraBanyaknyaTitikdenganBanyaknyaGaris

yangTerbentuk ... 18

3.1 Kisi-Kisi KemampuanBerpikirKritisMatematisSiswa SMA... 43

3.2 Kisi-Kisi KemampuanBerpikirKreatifMatematisSiswa SMA ... 43

3.3 PedomanPenskoranTesKemampuanBerpikirKritisMatematis ... 44

3.4PedomanPenskoranTesKemampuanBerpikirKreatifMatematis ... 46

3.5 KlasifikasiKoefisienValiditas ... 48

3.6 Data UjiValiditasTiapButirSoalTesKemampuanBerpikirKritis ... 49

3.7 Data UjiValiditasTiapButirSoalTesKemampuanBerpikirKreatif ... 49

3.8 KlasifikasiKoefisienReliabilitas……. ... ……… 50

3.9 KlasifikasiKoefisienIndeksKesukaran ... 51

3.10 IndeksKesukaranTiapButirSoalTesKemampuanBerpikirKritis ... 51

3.11 IndeksKesukaranTiapButirSoalTesKemampuanBerpikirKreatif ... 52

3.12 KlasifikasiKoefisienDayaPembeda ... 52

3.13 KlasifikasiKoefisienDayaPembedaTesKemampuanBerpikirKritis MatematisSiswa ... 53

3.14 KlasifikasiKoefisienDayaPembedaTesKemampuanBerpikir KreatifMatematisSiswa ... 53

3.!5 Data UjiValiditasTiapButirPernyataanSkalaHoTRR MatematisSiswa ... 54

3.16 TeknikPengumpulan Data ... 59

3.17 SebaranSubjekTerteliti (Sampel) ... 60

4.1 StatistikDeskriptifKemampuanBerpikirKritisMatematis... 66

4.2 Data UjiNormalitasPretesdanPostesKemampuanBerpikirKritis ... 68

4.3 Data UjiNormalitas N-Gain KemampuanBerpikirKritisMatematis ... 69

4.4 Data UjiHomogenitasKemampuanBerpikirKritisMatematis ... 70

(8)

xii

4.6 Data UjiPerbedaanDuaRerataSkorPostesKemampuanBerpikir

KritisMatematis ... 73

4.7 ReratadanKlasifikasi N-Gain KemampuanBerpikirKritisMatematis ... 74

4.8 Data UjiPerbedaanDuaRerata N-Gain KemampuanBerpikir

KritisMatematisSecaraKeseluruhan ... 75

4.9 Data Uji ANOVA SatuJalurRerata N-Gain KemampuanBerpikir

KritisMatematisBerdasarkanKategori KAM... 76

4.10 HasilUjiScheffeRerata N-Gain KemampuanBerpikirKritis

MatematisBerdasarkanKategori KAM Siswa ... 77

4.11 Data UjiPerbedaanDuaRerata N-Gain KemampuanBerpikirKritis

MatematisBerdasarkanKategori KAM ... 79

4.12 StatistikDeskriptifKemampuanBerpikirKreatifMatematis

SecaraKeseluruhan ... 80

4.13 StatistikDeskriptifKemampuanBerpikirKreatifMatematis

BerdasarkanKategori KAM... 81

4.14 Data UjiNormalitasPretes, Postes, dan N-Gain Kemampuan

BerpikirKreatifMatematis ... 83

4.15 Data UjiHomogenitasKemampuanBerpikirKreatifMatematis ... 85

4.16 Data UjiPerbedaanDuaRerataSkorPretesKemampuanBerpikir

KreatifMatematis ... 86

4.17 Data UjiPerbedaanDuaRerataSkorPostesKemampuanBerpikir

KreatifMatematis ... 88

4.18 ReratadanKlasifikasi N-Gain KemampuanBerpikirKreatif

Matematis ... 88

4.19 Data UjiPerbedaanDuaRerata N-Gain KemampuanBerpikir

KreatifMatematisSecaraKeseluruhan ... 89

4.20 Data Uji ANOVA SatuJalur N-Gain KemampuanBerpikirKreatif

MatematisBerdasarkanKategori KAM ... 91

4.21 HasilUjiScheffePerbedaanRerata N-Gain KemampuanBerpikir

(9)

xiii

4.22 Data UjiPerbedaanDuaRerata N-Gain KemampuanBerpikir

KreatifMatematisBerdasarkanKategori KAM ... 94

4.23 StatistikDeskriptifSkalaHoTRRSiswa ... 95

4.24 Data UjiNormalitasPencapaianHoTRRSiswa ... 96

4.25 Data UjiPerbedaanDuaRerataPencapaianHoTRRSiswa ... 97

4.26 KlasifikasiSkorRerataHoTRRSiswaBerdasarkanIndikator ... 98

4.27 Aktivitas Guru danSiswapadaTahapPendahuluan ... 102

4.28 Aktivitas Guru danSiswapadaFaseAktivitas ... 103

4.29 Aktivitas Guru danSiswapadaFaseDiskusiKelompok ... 104

4.30 Aktivitas Guru danSiswapadaFaseDiskusiKelas ... 105

4.31 Aktivitas Guru danSiswapadaFaseLatihanSoal ... 106

(10)

xiv

DAFTAR GAMBAR

2.1 KedudukanTitik A, Garisg, m, s, dankpadaBidang P ... 17

2.2 BanyaknyaGaris yang DapatDibuatBerdasarkanTitik-Titik yang Diketahui ... 18

2.3 Balok KLMN.OPQR ... 22

2.4 Fase-FaseSiklus ADL ... 29

2.5 Paradigm: General Research Programme ... 33

2.6 Diagram Konstruksi Mental APOS ... 34

3.1 BaganAlurPenelitian ... 58

4.1 Diagram PerbandinganRerataHoTRRBerdasarkanIndikator... 99

4.2 Diagram RerataSkorAktivitas Guru ... 100

4.3 Diagram RerataSkorAktivitasSiswa... 101

4.4 KerangkaBangunRuangHasilKreativitasSiswa ... 111

4.5 AktivitasSiswaKelas PM-APOS padaFaseDiskusiKelompok ... 112

4.6 AktivitasSiswaKelas PM-APOS padaFaseDiskusiKelas ... 112

4.7 AktivitasSiswaKelas PK padaFaseDiskusiKelompok ... 112

4.8 AktivitasSiswaKelas PK padaFaseDiskusiKelas ... 112

4.9 JawabanSiswa E7 padaSoalKemampuanBerpikirKritis ... 115

4.10 JawabanSiswa E3 padaSoalKemampuanBerpikirKreatif... 122

4.11 SkemaPembentukanKarakterSiswa... 128

(11)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A BAHAN AJAR ... 140

A.1 RPP KelasEksperimen ... 140

A.2 RPP KelasKontrol ... 179

A.3 LembarKerjaTugas (LKT) Siswa... 208

A.4 LembarKerjaDiskusi (LKD) Siswa ... 240

LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN ... 260

B.1 Kisi-Kisi TesKemampuanBerpikirKritisMatematis... 260

B.2 TesKemampuanBerpikirKritisMatematis ... 261

B.3 AlternatifPenyelesaianTesKemampuanBerpikirKritisMatematis ... 263

B.4 Kisi-Kisi TesKemampuanBerpikirKreatifMatematis ... 267

B.5 TesKemampuanBerpikirKreatifMatematis ... 269

B.6 AlternatifPenyelesaianTesKemampuanBerpikirKreatifMatematis... 271

B.7 Kisi-Kisi TesKemampuanAwalMatematisSiswa ... 277

B.8 Kisi-Kisi SkalaHabit of Taking Responsible RiskSiswa ... 286

B.9 SkalaHabit of Taking Responsible RiskSiswa ... 289

B.10 LembarObservasi ... 291

LAMPIRAN C HASIL UJI INSTRUMEN TES... 294

C.1 SkorTesKemampuanBerpikirKritisMatematis ... 294

C.2 SkorTesKemampuanBerpikirKreatifMatematis ... 296

C.3 SkorPengisianSkalaHoTRRSiswa ... 298

C.4 AnalisisTesKemampuanBerpikirKritisMatematis ... 299

C.5 AnalisisTesKemampuanBerpikirKreatifMatematis ... 303

C.6 AnalisisSkalaHabit of Taking Responsible RiskSiswa ... 307

LAMPIRAN D HASIL PENELITIAN ... 309

D.1 SkorKemampuanAwalMatematisSiswa ... 309

D.2 SkorKemampuanBerpikirKritisMatematisKelas PM-APOS... 312

D.3 SkorKemampuanBerpikirKritisMatematisKelas PK ... 314

(12)

xvi

D.5 SkorKemampuanBerpikirKreatifMatematisKelas PK ... 318

D.6 AnalisisStatistikTesKemampuanAwalMatematisSiswa ... 320

D.7 AnalisisStatistikKemampuanBerpikirKritisMatematisSiswa ... 322

D.8 AnalisisStatistikKemampuanBerpikirKreatifMatematisSiswa ... 334

D.9 AnalisisStatistikPencapaianHoTRRSiswa... 348

LAMPIRAN E ANALISIS LEMBAR OBSERVASI ... 350

E.1 AnalisisSkorAktivitas Guru padaKelas PM-APOS ... 350

E.2 AnalisisSkorAktivitasSiswapadaKelas PM-APOS ... 354

LAMPIRAN F ADMINISTRASI PENELITIAN ... 356

F.1 SuratTugasPembimbing... 356

F.2 SuratIzinPenelitian ... 358

(13)

ABSTRAK

ArsinahRokhaeni (2014). Pendekatan M-APOS

untukMeningkatkanKemampuanBerpikirKritisdanKreatifMatematissertaHabit of Taking Responsible RiskMatematikaSiswa.

Penelitianinidilatarbelakangiolehhasil-hasilpenelitianterdahulu yang

menunjukkanbahwakemampuanberpikirkritisdankreatifmatematissertaberanimeng ambilresikodalamkebiasaanberpikir (habits of mind)

siswabelumsesuaidenganapayang diharapkan. Salah satupendekatanpembelajaran yang

dapatditerapkanuntukmeningkatkankemampuanberpikirkritisdankreatifmatematiss ertahabit of taking responsible risk (HoTRR) matematikasiswaadalahpendekatan

M-APOS.Penelitianinibertujuanuntukmenelaahpeningkatankemampuanberpikirkritis dankreatifmatematissertaHoTRRmatematikasiswamelaluipenerapanpendekatanpe mbelajaran M-APOS (Modifikasi

APOS).Penelitianiniadalahkuasieksperimendenganmenggunakandesainpenelitiank elompokkontrol non ekuivalenuntukaspekkognitif,

sedangkandesainperbandingankelompokstatikuntukaspekafektif.Penelitiandilakuk anterhadap 80 siswakelas X SMA negeri di kotaCimahi. Instrumen yang

digunakanmeliputiteskemampuanawalmatematis (KAM),

teskemampuanberpikirkritismatematis, teskemampuanberpikirkreatifmatematis, skalaHoTRR, danlembarobservasi.Analisis data hasilpenelitianmenggunakanuji-t, uji ANOVA satujalur, danujischeffeuntukujistatistikparametrik,

sedangkanujiMann-Whitneyuntukujistatistiknonparametik.Berdasarkanhasilanalisistersebut,

diperolehkesimpulanbahwapeningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswa yang mendapatpembelajarandenganpendekatan M-APOS (PM-APOS)

lebihbaikdaripadasiswa yang menggunakanpendekatankonvensional (PK) berdasarkankesuluruhanmaupunkategori KAM siswa,

kecualipadakategorirendah,peningkatankemampuanberpikirkreatifmatematissecar akeseluruhanmaupunberdasarkankategori KAM (tinggi, sedang, rendah)

siswapadakelas PM-APOS lebihbaikdaripadasiswakelas

PK,terdapatperbedaanpeningkatankemampuanberpikirkritisdankreatifmatematispa dakelas

(14)

Kata Kunci:Pendekatan M-APOS, Kemampuan BerpikirKritis dan Kreatif Matematis, Habit of Taking Responsible Risk Matematika Siswa.

ABSTRACT

ArsinahRokhaeni (2014). M-APOS Learning Approach to Enhance Students’ Mathematical Critical and Creative Thinking Ability and Mathematic Habit of Taking Responsible Risk.

The research was grounded by the results of previous research which showed that critical and creative thinking ability and students’ habit of taking responsible risk in mathematics habits of mind are not as expected. One of learning approach for enhancing mathematical critical and creative thinking ability and students’ mathematics habit of taking responsible risk (one of habits of mind) is M-APOS learning approach. This study examines the enhancement of students’

mathematical critical and creative thinking ability and students’ mathematic habit of taking responsible risk (HoTRR) through the application of M-APOS learning approach (Modified-APOS). Through a quasi experiment with non-equivalent control group design for the cognitive ability and static group comparison for the affective ability. This study involved 80 ten-grade students from a senior high school in the city of Cimahi. Instrument of the study consist of a set of

mathematical prior ability (MPA) test, a set of mathematical critical thinking ability test, a set of mathematical creative thinking ability test, a set of Mathematic HoTRR scale and observation. Data are analyzed by using t-test, one-way

ANOVA, and Scheffe test for parametric test and Mann-Whitney test for the nonparametric test. The study finds that the enhancement of students’

mathematical critical thinking ability who get PM-APOS is better than those who get conventional learning approach (PK) viewed from the whole students and all MPA group students, except at low MPA group students; the enhancement of students’ mathematical creative thinking ability who get PM-APOS is better than those who get PK viewed from whole students and all MPA (upper, middle, lower levels) group students; there are differences enhancements of students’

mathematical critical and creative thinking ability who get PM-APOS; and there aren’t differences students’ mathematic HoTRR between who get PM-APOS and those who get PK.

Key words : M-APOS Learning Approach, Mathematical Critical and Creative Thinking Ability, Students’ Mathematic Habit of Taking

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, semua pihak memungkinkan

mendapatkan informasi secara melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber

dan dari berbagai penjuru dunia.Oleh karena itu, manusia dituntut memiliki

kemampuan dalam memperoleh, memilih, mengelola, dan menindaklanjuti

informasi untuk dimanfaatkan dalam kehidupan yang dinamis, sarat tantangan,

dan penuh kompetisi.Ini semua menuntut kita memiliki kemampuan berpikir

kritis, kreatif, logis, dan sistematis. Kegiatan ini dapat dikembangkan melalui

kegiatan pembelajaran matematika, karena tujuan pembelajaran matematika di

sekolah menurut Depdiknas (2013) adalah untuk mencapai kemampuan

pemahaman matematis, kemampuan koneksi matematis, kemampuan pemecahan

masalah matematis, kemampuan generalisasi, kemampuan komunikasi

matematis,kemampuan penalaran matematis, kemampuan pembuktian matematis,

kemampuan berpikir, logis, kritis, dan kreatif.

Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah yaitu agar siswa

memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif.Kemampuan ini sangat diperlukan

dalam kehidupan di era globalisasi serta perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir yang menguji,

menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari situasi masalah (Krulik &

Rudnik, 1993).Aspek-aspek yang termasuk ke dalam berpikir kritis adalah

mengelompokkan, mengorganisasikan, mengingat, dan menganalisis

informasi.Berpikir kritis memuat kemampuan membaca dengan pemahaman dan

mengidentifikasi materi yang diperlukan dengan materi yang tidak ada

hubungannya.Sedangkan kemampuan berpikir kreatif itu sendiri adalah

kemampuan berpikir seseorang dalam mengembangkan idea-idea atau gagasan

secara lancar (fluency), fleksibel (flexibility), orisinil (originality), dan elaboratif

(16)

2

dimiliki setiap orang, karena dengan berpikir kreatif seseorang dapat lancar

mengungkapkan gagasan-gagasannya (fluency), memikirkan berbagai macam cara

untuk menyelesaikan suatu masalah (flexibility), menciptakan suatu inovasi yang

tidak terpikirkan orang lain (originality), dan dapat mengembangkan

gagasan-gagasan orang lain (elaborative).

Kemampuan tersebut berpikir kritis dan kreatif merupkan perwujudan dari

berpikir tingkat tinggi (high-order thinking). Hal tersebut karena kemampuan

berpikir kritis dan kreatif merupakan kompetensi kognitif tertinggi yang perlu

dikuasai siswa di kelas. Terdapat dua pandangan mengenai keterkaitan antara

berpikir kritis dan kreatif.Pertama memandang berpikir kitis (analitis) yang

didasarkan pada logika, berbeda dengan berpikir kreatif bersifat

intuitif.Pandangan yang kedua yakni berpikir kreatif merupakan kombinasi

berpikir yang analitis dan intuitif.Berpikir intuitif itu sendiri mengandung makna

berpikir untuk mendapatkan sesuatu dengan menggunakan naluri atau perasaan

tanpa berdasar pada fakta-fakta yang umum.

Pandangan pertama cenderung dipengaruhi oleh pandangan terhadap

dikotomi otak kanan dan kiri yang mempunyai fungsi yang berbeda, sedangkan

pandangan kedua melihat belahan otak berkerja secara sinergis bersama-sama

yang tidak terpisahkan.Johnson (2002) menjelaskan bahwa berpikir kritis

mengorganisasikan proses yang digunakan dalam aktivitas mental, seperti

pemecahan masalah, pengambilan keputusan, meyakinkan, menganalisis

asumsi-asumsi dan penemuan ilmiah. Berpikir kritis adalah suatu kemampuan untuk

bernalar (to reason) dalam suatu cara yang terorganisasi. Berpikir kritis juga

merupakan suatu kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematik kualitas

pemikiran diri sendiri dan orang lain.

Serupa dengan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif merupakan suatu

aktivitas mental yang memperhatikan keaslian dan wawasan (idea).Berpikir

kreatif sebagai lawan dari berpikir destruktif, melibatkan pencarian kesempatan

untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Berpikir kreatif tidak secara tegas

(17)

3

kebiasaan dari pemikiran yang tajam dengan intuisi, menggerakkan imaginasi,

mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka tabir idea-idea yang

menakjubkan dan inspirasi idea-idea yang tidak diharapkan.Pengertian ini yang

membedakan dengan tegas antara berpikir kreatif dan kritis.

Jelasnya perbedaan antara berpikir kritis dengan berpikir kreatif bukan

berarti keduanya untuk tak berjalan beriringan, melainkan keduanya sangat

berperan ketika siswa memecahkan suatu permasalahan.Pada saat siswa

memahami masalah, siswa harus menggunakan kemampuan berpikir kritisnya,

misalnya mengidentifikasi asumsi-asumsi yang diberikan, merumuskan model

matematis dan sebagainya. Selain itu, siswa harus menggunakan kemampuan

berpikir kreatifnya, misalnya merumuskan model matematik dalam beberapa cara.

Selanjutnya, siswa kembali menggunakan kemampuan berpikir kritisnya, yaitu

memilih model matematik yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah.

Pada saat siswa menyusun penyelesaian, siswa harus menggunakan

kemampuan berpikir kritisnya. Misalnya menganalisis suatu masalahdengan

caramengidentifikasi asumsi yang diberikan serta memberikan alasan terhadap

penggunaan konsep tersebut. Selain itu siswa menggunakan kemampuan berpikir

kreatifnya, misalnya menemukan gagasan penyelesaian masalah dalam beberapa

cara. Selanjutnya siswa menggunakan kemampuan berpikir kritisnya yaitu

memilih gagasan penyelesaian masalah yang paling efektif dan efisien yakni

dengan menggeneralisasi suatu konsep berdasarkan data yang teramati.Kegiatan

ini terus berlangsung sampai saat siswa melihat kembali penyelesaian masalah

yang telah dilakukan.Hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang

telah diuraikan, sejalan dengan Sabandar (2007) yaitu ketika siswa berpikir kreatif

untuk mengahasilkan gagasan dalam upaya menyelesaikan permasalahan, ia juga

harus menggunakan kemampuan berpikir kritisnya dalam memilih strategi

penyelesaian maupun mengontrol pemikirannya.

Selanjutnya, Supardi (2012) menambahkan bahwa kemampuan berpikir kreatif

(18)

4

Mengingat peranannya yang sangat penting dalam proses peningkatan

kualitas SDM dan berimplikasi pada peningkatan kualitas pembelajaran

matematika, hal ini memerlukan perhatian yang serius. Upaya ini menjadi sangat

penting, mengingat beberapa penelitian yang menerangkan bahwa hasil

pembe-lajaran matematika di sekolah belum menunjukkan hasil yang memuaskan,

sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Djazuli (Herman, 2007).Penelitian

Lambertus (2010) menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengemukakan

idea penyelesaian soal masih rendah.Selanjutnya, penelitian Risnanosanti (2010)

yang mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sekolah

menengah atas masih rendah.Demikian pula hal nya dengan hasil penelitian

Kartini (2011) yang menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis dan kreatif

siswa sekolah menengah masih rendah.

Menurut Wahyudin, penyebab rendahnya pemahaman siswa dalam

pembelajaran matematika diantaranya karena proses pembelajaran yang belum

optimal (Rahman, 2010). Proses pembelajaran matematika di kelas umumnya para

guru matematika masih cenderung berkonsentrasi pada latihan penyelesaian soal

yang bersifat prosedural dan mengakomodasi pengembangan kemampuan berpikir

tingkat rendah dan kurang dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat

tinggi. Akibatnya, siswa hanya mengerjakan apa yang dicontohkan guru, tanpa

tahu makna dan pengertian apa yang ia kerjakan. Hal tersebut menyebabkan siswa

kurang memiliki kemampuan menjastifikasi suatu konsep dengan memberikan

alasan yang sesuai dan berimplikasipada ketidakmampuan dalam menganalisis

suatu permasalahan maupun memecahkan permasalahan tersebut. Selanjutnya

siswa kurang memiliki kemampuan dalam mengutarakan idea

sertamengemukakan gagasan yang bervariasi dan bermakna dalam menyelesaikan

masalah (fluency), menghasilkan gagasan yang tidak lazim dalam menyelesaikan

masalah (flexibility), menghasilkan suatu gagasan matematika yang bersifat baru

dan inovatif dalam menyelesaikan suatu masalah (originality),

danmengembangkan serta memperluas suatu ideadalam menyelesaikan suatu

(19)

5

(elaboration). Keempat keterampilan tersebut merupakan indikator kemampuan

berpikir kritis dan kreatif.Dengan demikian, kemampuan berpikir kritis dan kreatif

siswa harus dikembangkan.

Kemampuan berpikir kritis dan kreatif merupakan salah satu hasil dari

proses belajar. Karena belajar itu sendiri menurut Bloom (Sagala, 2010)bukan

semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang terjadi dalam

bentuk informasi atau materi pelajaran, namun belajar adalah suatu proses yang

ditandai dengan adanya perubahan aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif)

dan tingkah laku (psikomotor).Di mana ranah kognitif meliputi pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.Ranah afektif meliputi

penerimaan, sambutan, penghargaan, pendalaman, dan penghayatan.Ranah

psikomotor meliputi persepsi, kesiapan, respons terbimbing, adaptasi, dan

organisasi. Sebagai ilustrasi, ketika belajar siswa bersikap mau menerima materi

pelajaran dan termotivasi (ranah afektif) untuk mendapatkan pengetahuan (ranah

kognitif) kemudian mengusahakannya dengan jalan mengorganisasikan

pengetahuan-pengetahuan yang telah dimilikinya (ranah afektif). Kadangkala

untuk membantu memahami suatu konsep dibutuhkan suatu alat peraga

matematis.Keterampilan siswa ketika menggunakan alat peraga termasuk ke

dalam ranah psikomotor.Uraian tersebut menggambarkan bahwa dalam

pembelajaran matematika, kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa sangat

berkaitan dan saling mempengaruhi.

Serangkaian pembelajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor tersebut akan membentuk pola berpikir siswa. Selanjutnya pola

berpikir tersebut jika dilatih terus menerus akan menjadi sebuah kebiasaan

berpikir siswa. Namun, adakalanya siswa menemui masalah, baik ketika belajar di

kelas maupun di luar kelas.Sebagai contoh, siswa tidak memahami materi yang

disampaikan maupun tidak mengetahui jawaban atas soal yang diberikan. Pada

saat itu pula siswa akan memberikan respons yang berbeda antara satu siswa

dengan siswa lainnya. Kebiasaan-kebiasaan berpikir siswa tersebut dinamakan

(20)

6

berperilaku cerdas (to behave intelligently) ketika menghadapi masalah, atau

jawaban yang tidak segera diketahui (Costa dan Kallick, 2000a; Costa dan

Kallick, 2000b)

Habits of mind siswa dipengarui oleh pola pikir siswa itu sendiri dan bagaimana pembelajaran yang diterapkan guru di kelas.Pemikiran yang mengakar pada diri siswa saat ini ialah “jika kamu mencoba suatu hal dan kamu salah, maka kamu akan terlihat bodoh” (Costa, 2000a).Hal ini seringkali menyebabkan siswa

enggan merespons dan mencari solusi masalah terutama masalah yang

kompleks.Selain itu, ketika pembelajaran di kelas, seringkali guru hanya

menekankan pada hasil, bukan proses. Atau dengan kata lain guru kurang

menekankan pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

Ini bertentangan dengan pendapatSumarmo (2011) yang mengungkapkan

bahwa pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir (habits of mind)

dan disposisi matematik dapat mendukung tumbuhnya budaya karakter siswa

yang bersikap kritis, kreatif, cermat, objektif, terbuka, percaya diri, fleksibel,

tekun, menunjukkan minat belajar, menilai diri sendiri, berapresiasi terhadap

kultur, nilai, maupun keindahan matematika, berpikir metakognitif, berani

mengambil resiko, gigih, bergairah dalam belajar, dan berbagi pendapat dengan

orang lain. Berdasarkan pendapat Sumarmo tersebut, maka pembelajaran yang

menekankan pada kemampuan berpikir perlu dikembangkan. Salah satu kebiasaan

berpikir yang dapat dikembangkan ialah keberanian siswa untuk mengambil

resiko dan bertanggung jawab atas apa yang sedang dihadapi. Dalam habits of

mind, kebiasaan berpikir ini dinamakan habit of taking responsible risk(HoTRR). Marzano (1992) mengemukakan bahwa habit of taking responsible

risk(HoTRR)memuat karakter sebagai berikut: (1) siap menjadi sukarelawan; (2)

melakukan kegiatan-kegiatan yang baru; (3) berusaha mengerjakan tugas di luar

kemampuan yang dimiliki; (4) menggunakan semua kemampuan dan pengalaman

ketika mengerjakan sesuatu; dan (5) percaya diri untuk tampil di depan umum.

Sedangkan menurut Costa dan Kallick (2000a), orang-orang dengan habit of

(21)

7

1. Menganggap hal baru sebagai tantangan dan berani untuk membuat

kesalahan.

2. Mencoba strategi, teknik, dan idea yang baru dalam menyelesaikan sesuatu.

3. Mengeksplorasi berbagai media baru.

4. Berani bereksperimen.

Mengingat banyak hal yang akan didapat oleh siswa jika seorang guru

memperhatikan HOTRR siswa, maka pembelajaran yang mengupayakan

peningkatan HoTRR siswa perlu diterapkan. Selain itu, banyak faktor lain yang

mempengaruhi keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran diantaranya teknik

pembelajaran yang diterapkan guru di kelas. Hal ini membuat para praktisi dan

peneliti pendidikan selalu berusaha untuk mengembangkan teknik

pembelajaran.Teknik pembelajaran yang menekankan pembelajaran yang berpusat

pada siswa dan antarsiswa saling berinteraksi sangat dianjurkan.Keaktifan siswa

dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan daya ingat siswa terhadap

materi yang disampaikan.

Berdasarkan hasil penelitian, diungkapkan bahwa pada umumnya manusia

mampu mengingat 20 % dari apa yang dibaca, 30 % dari apa yang didengar, 40 %

dari apa yang dilihat, 50 % dari apa yang dikatakan, 60 % dari apa yang

dikerjakan dan 90 % dari apa yang dilihat, didengar, dikatakan dan dikerjakan

(Rose dan Nicholl, 2009). Hasil penelitian tersebut menyiratkan bahwa

pembelajaran yang berpusat pada siswa akan memberikan hasil yang lebih baik.

Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa, bekerja dalam

kelompok kecil, melatih untuk menganalisis suatu permasalahan

denganmenjastifikasi suatu konsep maupun mengkontruksi dan menyambungkan

idea-idea matematisnya melalui tindakan, proses, serta objek matematika yang

kemudian diorganisasikan dalam suatu skema untuk dapat dimanfaatkannya

dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi ialah pembelajaran M-APOS

(Dubinsky dan McDonald, 2001). Sedangkan pengertian pembelajaran M-APOS

menurut Nurlaelah (2009) adalah model pembelajaran yang berdasarkan teori

(22)

8

tugas resitasi sebagai pengganti aktivitas siswa dalam kerangka model

pembelajaran APOS.

Teori APOS merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang

memiliki karakteristik pembelajaran berdasarkan kontruktivisme, pengkontruksian

mental dalam memahami suatu konsep, pemberian tugas sebelum pembelajaran

mendorong pengetahuan awal, pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan

dalam kelompok kecil, dan pembelajaran menggunakan siklus ADL (Aktivitas,

Diskusi kelas, dan Latihan soal). Pembelajaran dengan menggunakan siklus ini

memungkinkan siswa dapat mengkontruksi dan merekonstruksi pengetahuan

secara mandiri dengan mengandalkan pengetahuan yang telah dimiliki

sebelumnya serta pengalaman untuk merumuskan gagasan, pemikiran yang baru

dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya atau dengan kata lain

dapatmemfasilitasi kemampuan berpikir kreatif siswa.

Pembelajaran M-APOS merupakan modifikasi dari model pembelajaran

APOS. Modifikasi yang dilakukan pada proses pemberian tugas sebelum

dimulainya pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Nurlaelah (2009), pada model APOS, pemberian tugas dilakukan pada fase

aktivitas dengan bantuan komputer yaitu program ISETL. Kegiatan tersebut

bertujuan untuk mengkontruksi pengetahuan baru, namun dalam pelaksanaannya

timbul masalah baru, yakni masalah yang berkaitan dengan algoritma

pemrograman dalam pengoperasian komputer. Selain itu, banyak mahasiswa

yang tidak mengetahui program ISETL. Akibatnya pada fase diskusi kelas,

mahasiswa lebih tertarik untuk membahas dan mendiskusikan bagaimana

menyusun program komputer yang benar, dibandingkan mendiskusikan konsep

yang termuat dalam program ISETL. Oleh karena itu, aktivitas tersebut

dimodifikasimenjadi mahasiswa diberikan tugas mandiri yang kemudian model

pembelajaran ini disebut sebagai M-APOS atau Modifikasi-APOS.

Peran dari pemberian tugas resitasiadalah untuk memandu siswa dalam

mempelajari materi, mengerjakan soal-soal mengenai materi yang akan dipelajari

(23)

9

mempunyai keberanian dalam mengambil resiko.Soal-soal yang diberikan pada

tugas resitasi merupakan soal-soal pada materi yang belum dipelajari oleh

siswa.Siswa harus mengambil resiko memperlajari terlebih dahulu materi tersebut,

kemudian mengerjakan tugas yang diberikan. Selanjutnya siswa akan

mempertanggungjawabkan pemahaman materinya pada fase diskusi di

kelas.Selain itu, pemberian tugas akan memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menemukan sendiri segala informasi yang diperlukan. Hal tersebut sejalan

dengan hasil penelitian Semiawan (1985) yang menyatakan bahwa guru tidak

perlu menjejalkan seluruh informasi ke dalam benak siswa karena pada mereka

sendiri hakekatnya telah memiliki kemampuan dalam dirinya untuk mencari

informasi selanjutnya.

Kemampuan siswa dalam memahami matematika menurut Galton

(Ruseffendi, 2006) ialah berbeda-beda.Perbedaan tersebut telihat ketika kita

memilih sekelompok siswa secara acak, akan selalu dijumpai siswa yang memiliki

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, hal ini disebabkan karena kemampuan

siswa yang menyebar secara distribusi normal. Menurut Ruseffendi, perbedaan

kemampuan semata-mata bukan bawaan sejak lahir, tetapi dapat juga dipengaruhi

oleh lingkungan, khususnya lingkungan belajar.

Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami

matematika.Kemampuan awal matematis siswa dikelompokkan menjadi kategori

tinggi, sedang, dan rendah.Kemampuan siswa tersebut berpengaruh pada prestasi

belajar yang dicapai siswa (Somakim, 2010). Pada umumnya, prestasi yang

dicapai akan sesuai dengan peringkat pada kelompok masing-masing. Namun,

kenyataan di lapangan dapat saja terjadi hal yang berlawanan.Siswa pada

kelompok rendah bisa saja memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari

kelompok sedang maupun tinggi, dikarenakan pembelajaran yang diterapkan di

kelas sesuai untuk mengakomodasi kemampuan siswa pada kelompok rendah

tersebut.Dengan demikian, pemilihan pendekatan pembelajaran harus diarahkan

agar dapat mengakomodasi kemampuan siswa yang pada umumnya

(24)

10

Risnanosanti (2010) yang menyebutkan bahwa model pembelajaran dan

kemampuan awal mahasiswa secara bersama dapat mengembangkan kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa.Hal itu mendorong penulis untuk melakukan

sebuah penelitian yang meneliti kemampuan siswa berdasarkan kategori tinggi,

sedang, dan rendah, sehingga diperoleh gambaran mengenai efektifitas

pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada kelompok siswa berdasarkan

kemampuan awal matematis.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, pendekatan pembelajaran M-APOS

dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat

menjembatani kemampuan siswa yang heterogen untuk mengkontruksi dan

merekonstruksi pengetahuan secara mandiri dengan mengandalkan pengetahuan

yang telah dimiliki sebelumnya serta pengalaman untuk merumuskan idea,

gagasan, pemikiran yang baru dan menyelesaikan permasalahan yang

dihadapinya, sehingga dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis dan kreatif

matematis siswa. Selain itu, tugas resitasi yang diberikan serta membentuk siswa

dengan kemampuan kognitif yang heterogen, namun mempunyai karakter yang

berani mengambil resiko dan bertanggung jawab atau habit of taking responsible

risk(HoTRR) matematika siswa. Oleh karena itu, penulis tertarik melaksanakan suatu penelitian yang meninjau kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis

secara keseluruhan maupun berdasarkan kemampuan awal matematis siswa yakni dengan judul “Pendekatan M-APOS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis sertaHabit of Taking Responsible RiskMatematika

Siswa.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini difokuskan

dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

(25)

11

akan disingkat dengan PM-APOS) lebih baik daripada siswa yang mendapat

pembelajaran konvensional (untuk selanjutnya akan disingkat dengan PK)?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematis siswa dengan kategori kemampuan awal matematis (untuk

selanjutnya akan disingkat dengan KAM) tinggi, sedang, dan rendah yang

mendapatkan pembelajaran PM-APOS ?

3. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada

satukelompok kategori KAM yang mendapatkan PM-APOS lebih baik

daripada satu kelompok kategori KAM siswa yang mendapatkan

pembelajaran PK?

4. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang

mendapat pembelajaran PM-APOS lebih baik daripada siswa yang

mendapat pembelajaran PK?

5. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa dengan kategori kemampuan awal matematis tinggi,

sedang, dan rendah yang mendapatkan pembelajaran PM-APOS ?

6. Apakahpeningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada satu

kelompok kategori KAM yang mendapatkan PM-APOS lebih baik daripada

satu kelompok kategori KAM siswa yang mendapatkan pembelajaran PK?

7. Apakah pencapaianhabit of taking responsible risk(untuk selanjutnya

disingkat menjadi HoTRR) matematika siswa yang mendapat pembelajaran

PM-APOS lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran PK?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Menelaah tentang perbedaan peningkatan kemampuan berpikir

kritismatematis siswa yang mendapat PM-APOSdengan siswa yang

(26)

12

2. Menelaah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

mendapat pembelajaran PM-APOS berdasarkan kemampuan awal

matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah).

3. Menelaah ada tidaknya perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematis pada masing-masing kategori KAMsiswa (tinggi, sedang, rendah)

antara siswa yang mendapat PM-APOS dengan siswa yang mendapat

pembelajaran PK.

4. Menelaah tentang perbedaan peningkatan kemampuan berpikir

kreatifmatematis siswa yang mendapat pembelajaran PM-APOSdengan

siswa yang mendapat pembelajaran PK.

5. Menelaahtentang peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

yang mendapat pembelajaran PM-APOS dengan siswa yang mendapat

pembelajaran PK berdasarkan kemampuan awal matematis siswa (tinggi,

sedang, dan rendah).

6. Menelaah ada tidaknya perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif

matematis pada masing-masing kategori KAM siswa (tinggi, sedang,

rendah) antara siswa yang mendapat PM-APOS dengan siswa yang

mendapat pembelajaran PK.

7. Menelaah tentang ada tidaknya perbedaan pencapaianHoTRR matematika

siswa yang mendapat pembelajaran PM-APOS dengan siswa yang

mendapat pembelajaran PK.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah

sebagai berikut:

1. Bagi siswa, diharapkan melalui pembelajaran PM-APOS dapat membantu

siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatifmatematis

sertaHoTRR matematika siswa.

2. Bagi guru, diharapkan penelitian ini menjadi bahan masukan dalam rangka

memilih pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis

(27)

13

3. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan

untuk berkembang ke ruang lingkup yang lebih luas.

E. Pentingnya Masalah

Masalah yang menyangkut kemampuan berpikir kritis dan kreatif karena

kemampuan tersebut sangat penting untuk menghadapi persoalan-persoalan di

masa depan, di mana setiap orang dituntut untuk kritis dan kreatif dalam

kehidupan sehari-hari untuk menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang telah berkembang pesat. Selain itu, dalam proses pembelajaran di

kelas maupun dalam kehidupan bermasyarakat, siswa dituntut untuk dapat berani

mengambil resiko dan bertanggung jawab atau dikenal dengan istilah habit of

taking responsible risk(HoTRR) matematika siswa. Orang yang memilikiHoTRR matematikayang baik artinya orang tersebut berani mengambil resiko, suka akan

tantangan, percaya diri, dan berusaha keras ketika mengerjakan sesuatu dengan

menggunakan segenap kemampuannya.Kebiasaan berpikir tersebut dapat

mendukung keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dan dalam kehidupan

bermasyarakat. Jika masalah yang menyangkut kemampuan berpikir kritis dan

kreatif serta HoTRR matematika siswa tidak segera dipecahkan, mungkin para

guru akan terjebak dengan pendekatan rutin yang kurang memberikan

pengembangan pada kemampuan berpikir kreatif dan HoTRR matematika siswa.

Selain itu, keberagaman kemampuan siswa dalam memahami matematika

berbeda-beda.Perbedaan kemampuan yang dimiliki siswa tersebut bukan

semata-mata merupakan bawan dari lahir, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan

belajar siswa.Oleh karena itu, pemilihan lingkugan belajar, khususnya pendekatan

pembelajaran menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan, artinya pemilihan

pendekatan pembelajaran harus dapat mengakomodasi kemampuan matematika

siswa yang heterogen, sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar

siswa.Selanjutnya, penelitian ini diharapkan juga dapat dijadikan masukan bagi

guru-guru dalam rangka mengkaji, menganalisis, dan meneliti masalah yang

berkaitan dengan pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan

(28)

14

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan interpretasi dalam menerjemahkan

istilah-istilah pada penelitian ini, maka istilah-istilah-istilah-istilah tersebut didefinisikan terlebih

dahulu sebagai berikut:

1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Kemampuan berpikir kritis matematis siswa adalah kemampuan matematis

siswa yang ditandai dengan (1) kemampuan mengidentifikasi asumsi yang

diberikan serta memberikan alasan terhadap penggunaan konsep tersebut; (2)

kemampuan menggeneralisasi suatu konsep berdasarkan data yang teramati;

(3)kemampuan pemecahan masalah;dan (4) menganalisis suatu masalah.

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ialah kemampuan matematis

siswa yang memiliki ciri-ciri kelancaran (fluency), keluwesan(flexibility),

keaslian(originality), dan keterincian(elaboration).

a. Kelancaran (fluency) adalah kemampuan mengemukakan gagasan yang

bervariasi dan bermakna dalam menyelesaikan masalah.

b. Keluwesan (flexibility) adalah kemampuan menghasilkan gagasan yang

tidak lazim dalam menyelesaikan masalah.

c. Keaslian (originality) adalah kemampuan menghasilkan suatu gagasan

matematika yang bersifat baru dan inovatif dalam menyelesaikan suatu

masalah.

d. Keterincian (elaboration) adalah kemampuan mengembangkan dan

memperluas suatu idea dalam menyelesaikan suatu masalah serta

menguraikan suatu idea matematis ke dalam sub-subnya.

3. Habit of Taking Responsible RiskMatematika Siswa

Dalam penelitian ini, orang-orang dengan HoTRR matematika (kebiasaan

berpikir dengan berani mengambil resiko dan bertanggung jawab) memiliki

karakteristik sebagai berikut: (1) berani mencoba mengerjakan soal matematika

yang materinya belum dikuasai, (2) menggunakan seluruh kemampuan dan

(29)

15

sikap kebingungan, ketidakpastian, dan kegagalan sebagai suatu tantangan; (4)

lebih menghargai proses, dibandingkan hasil ketika memecahkan soal

matematika; (5) mempertimbangkan segala konseksuensi atas jawaban

soal yang telah dikerjakan; (6) mampu bertanggung jawab atas jawaban

soal-soal yang telah dikerjakan; dan (7) ketika berhasil memecahkan soal-soal

matematika yang dianggap sulit, akan lebih percaya diri untuk memecahkan

soal matematika selanjutnya.

4. Pendekatan M-APOS

Pendekatan M-APOS adalah suatu pendekatan pembelajaran berdasarkan teori

APOS (Aksi, Proses, Objek, dan Skema) yang dimodifikasi.Sedangkan untuk

implementasi pelaksanaan pembelajaran denganpendekatan M-APOS melalui

siklus ADL (Aktivitas, Diskusi, dan Latihan).Modifikasi yang dilakukan pada

fase aktivitas, di mana kegiatan laboratorium komputer pada pembelajaran

APOS diganti dengan aktivitas tugas resitasi yang diberikan sebelum

pembelajaran dilaksanakan.Aktivitas tersebut dipandu melalui Lembar Kerja

Tugas (LKT).Pada fase diskusi kelas, siswa bekerja dalam kelompok.Fase

ketiga adalah fase latihan soal yaknisiswa mendapat tugas untuk

mengembangkan konsep berupa latihan soal atau proyek yang dikerjakan di

(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian kuasi-eksperimen,

karena peneliti tidak mungkin membentuk kelas baru yang akan mengganggu

kegiatan pembelajaran di kelas asal siswa.Dua kelas yang digunakan penelitian

merupakan kelas yang sudah ada (tidak membentuk kelas baru), namunpenentuan

kelas yang menjadi kelas eksperimen maupun kontrol ditentukan secara

acak.Sehingga, penelitian iniakan dilakukan dengan menerima keadaan subjek apa

adanya. Dalam penelitian yang akan dilakukan ini diambil dua kelas sebagai

sampel, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diterapkan

pembelajaran dengan pendekatan M-APOS, sedangkan kelas kontrol diterapkan

pembelajaran dengan pendekatan konvensional.

Desain penelitian untuk aspek kognitif yaitu kemampuan berpikir kritis dan

kreatif matematis menggunakan desain kelompok kontrol non-ekuivalen

(Ruseffendi, 1998). Disain ini mirip dengan disain pretest-postest dalam true

experiment, tetapi pengambilan sampelnya tidak dilakukan secara acak. Desain kelompok kontrol non-ekuivalen tersebut adalah sebagai berikut.

Keterangan:

X = Pembelajaran denganpendekatan M-APOS

O = Pretes dan Postes (tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif

matematis)

- - - = Pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak

(Ruseffendi, 1998)

Adapun desain penelitian untuk aspek afektif yaitu habit of taking

responsible risk matematika siswa menggunakan desain perbandingan kelompok statik (Ruseffendi, 1998). Desain tersebut adalah sebagai berikut.

O XO

(31)

40

Kelas PM-APOS : X O

Kelas PK : O

Keterangan:

X = Pembelajaran denganpendekatan M-APOS

O = Postes (skala habit of taking responsible risk matematika siswa)

- - - = Pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak

Karena penelitian ini bertujuan untuk melihat secara lebih mendalam

pengaruh pembelajaran yang menggunakan pendekatan M-APOS terhadap

kemampuan berpikir kritis dan kreatifsertaHoTRR matematikasiswa, maka dalam

penelitian inimelibatkan kategori KAMsiswa (tinggi, sedang, rendah).

Selanjutnya, diharapkan dapat diidentifikasi kelompok siswa mana yang

mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta HoTRR

matematika siswa,sehingga dapat mengoptimalkan proses pembelajaran yang

diterapkan. Instrumen tes kemampuan berpikir kritis dan kreatifmatematis yang

digunakan di awal (pretes) dan akhir (postes) sama karena tujuannya adalah untuk

melihat ada tidaknya peningkatan akibat perlakuan dan akan lebih baik jika diukur

dengan alat ukur yang sama.

Selain pengaruh faktor pembelajaran, dalam penelitian ini akan dilibatkan

pula pengaruh faktor kemampuan awal matematis siswa, yaitu kemampuan awal

matematis siswa tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kemampuan awal

matematis siswa pada kategori tinggi, sedang, maupun rendah berdasarkan hasil

tes kemampuan awal matematis siswa yang dilakukan sebelum tes awal

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa.

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang penerapan pendekatan M-APOS terhadap

kemampuan berpikir kritis dan kreatifmatematis sertahabit of taking responsible

(32)

41

berpikir kritis dan kreatifmatematis sertaHoTRR matematika siswa.Selain itu,

terdapat variabel lain yang juga akan berperan penting dalam penelitian ini.

Variabel tersebut adalah level kemampuan awal matematis siswa yang meliputi

tiga level, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini menggunakan tiga variabel,

yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.Variabel bebas, yaitu

pembelajaran yang menggunakan pendekatan M-APOS dan pembelajaran

konvensional. Variabel terikat yaitu kemampuanberpikir kritis dan

kreatifmatematis sertaHoTRRmatematika siswa, sedangkan variabel kontrol yaitu

level kemampuan awal siswa yang meliputi kemampuan siswa tinggi, sedang, dan

rendah.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa salah satuSMA Negeri di

kota Cimahi. SMA tersebut berada di klaster II, di mana sebagian besar siswa

pada sekolah tersebut mempunyai kemampuan kognitif yang sedang, namun

pengelompokkan kelas pada sekolah tersebut tidak berdasarkan kemampuan

kognitif siswa. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan peningkatan kemampuan

berpikir kritis dan kreatifmatematis sertaHoTRR matematika siswa memang

disebabkan karena keberhasilan proses pembelajaran yang diterapkan dengan

pembelajaran M-APOS. Selanjutnya, berdasarkan informasi dari pihak sekolah,

siswa SMAtersebut memiliki kemampuan yang beragam.Atas pertimbangan

tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan berpikir

kritis dan kreatifmatematis sertaHoTRR matematika siswa yang mendapatkan

pembelajaran matematika dengan pendekatan M-APOS di sekolah yang telah

disebutkan sebelumnya.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan ”Purposive Sampling” menurut Sugiyono (2009) yakni penetapan sampel penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: pertama memilih satu sekolah

secara acak dari peringkat sekolah sedang yang ada di kota Cimahi. Kedua

(33)

42

diteliti, yaitu kompetensi berpikir kreatif matematis dan HoTRR matematika

siswa. Materi yang membutuhkan kemampuan berpikir kreatif yang terdapat pada

semester genap ialah dimensi tiga, sehingga peneliti akan menggunakan kelas X

sebagai sampel penelitian. Ketiga, dari kelas X yang ada di salah satu SMAdi kota

Cimahi diambil secara acak dua kelas, kemudian dari dua kelas yang sudah

dipilih, ditentukan juga kelas PM-APOS dan PK secara acak.

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap

mengenai hal-hal yang ingin dikaji dalam penelitian ini, maka dibuat seperangkat

instrumen, meliputi instrumen tes dan instrumen non-tes.Data dalam penelitian ini

akan diperoleh dengan menggunakan 2 jenis instrumen, yaitu tes dan nontes.

Instrumen dalam bentuk tes berupa seperangkat soal tes untuk mengukur

kemampuanberpikir kritis dan kreatif matematis, sedangkan instrumen nontes

berupa skalaHoTRR matematika dengan model skala Likert serta lembar

observasi terhadap pembelajaran model M-APOS.

1. Instrumen Tes Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis

Tes kemampuan berpikir kritis matematis dikembangkan untuk mengukur

kemampuan berpikir kritis yang terdiri atas:(1) kemampuan mengidentifikasi

asumsi yang diberikan serta memberikan alasan terhadap penggunaan konsep

tersebut, (2) kemampuan menggeneralisasi suatu konsep berdasarkan data yang

teramati, (3) menganalisis permasalahan (algoritma) kemudian

menyelesaikannya,dan (4) kemampuan memecahkan masalah. Sementara

kemampuan berpikir kreatif matematis yang diukur dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut: kemampuan matematis siswa yang memiliki ciri-ciri: (1)

kelancaran(fluency) yaitu kemampuan mengemukakan gagasan yang bervariasi

dan bermakna dalam menyelesaikan masalah;(2) keluwesan(flexibility) yaitu

kemampuan menghasilkan gagasan yang tidak lazim dalam menyelesaikan

masalah;(3) keaslian(originality) yaitu kemampuan menghasilkan suatu gagasan

matematika yang bersifat baru dan inovatif dalam menyelesaikan suatu masalah;

(34)

43

memperluas suatu ideadalam menyelesaikan suatu masalah serta menguraikan

suatu idea matematis ke dalam sub-subnya.Selanjutnya, dibuat kisi-kisi tes

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis sebagaimana pada Tabel 3.1 dan

3.2 berikut.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA (Pokok Bahasan Dimensi Tiga)

Aspek yang Diukur Indikator No Soal

Mengidentifikasi dan menjastifikasi

konsep.

Membandingkan suatu konsep

(kedudukan garis) dengan konsep lain (kedudukan bidang) serta memberikan banyaknya garis yang terbentuk dari titik-titik yang dipilih berdasarkan pola yang teramati.

berkaitan dengan jarak dari titik ke bidang dalam bangun ruang.

3a

3b

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMA (Pokok Bahasan Dimensi Tiga)

Aspek yang Diukur Indikator No Soal

Kelancaran  Mencetuskan banyak pertanyaan mengenai besar sudut (antara dua garis,garis dengan bidang, antara dua bidang) dalam balok dengan lancar.

(35)

44

Aspek yang Diukur Indikator No Soal

 Menuliskan penyelesaian dari permasalahan yang diajukan.

Keluwesan Memecahkan masalah yang berkaitan dengan jarak suatu titik ke garis dalam kubus dengan cara yang beragam.

3

Keaslian Mengemukakan penyelesaian lain dengan cara sendiri untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan jarak sebuah titikke bidang dalam suatu limas segiempat.

2

Elaborasi Mengembangkan dan memperluas suatu idea dalam menyelesaikan suatu masalah yang berkaitan dengan banyak garis yang terbentuk dari titik yang dipilih serta menguraikan suatu idea matematis ke dalam sub-subnya.

1

Adapun sistem penskoran tes kemampuan berpikir kritis matematis maupun

tes kemampuan berpikir kreatif matematis yang digunakanyakni dari Facione

yang dimodifikasi (Ratnaningsih, 2007) disajikan pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4

berikut.

Tabel 3.3

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Aspek yang

Diukur Respons Siswa terhadap Soal atau Masalah Skor

Mengidentifikasi

dan Menjastifikasi

Konsep

Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang salah, tidak memenuhi harapan.

0

Hanya menjelaskan konsep-konsep yang digunakan , tetapi apa yang ditulis benar.

2

Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan kurang lengkap, tetapi benar dan memberikan alasan yang salah.

4

Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan kurang lengkap, tetapi benar dan memberikan alas an yang benar.

6

Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan dengan lengkap dan benar serta memberikan alasan yang

(36)

45

Aspek yang

Diukur Respons Siswa terhadap Soal atau Masalah Skor kurang lengkap.

Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan dengan lengkap dan benar serta memberikan alasan yang benar.

10

Menggeneralisasi

Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang salah, tidak memenuhi harapan.

0

Hanya melengkapi data pendukung saja, tetapi lengkap dan benar.

2

Melengkapi data pendukung dengan lengkap dan benar, tetapi salah dalam menentukan aturan umum.

4

Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan umum dengan benar, tetapi tidak disertai penjelasan cara memperolehnya atau penjelasan salah.

6

Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan umum dengan benar, tetapi penjelasan cara memperolehnya kurang lengkap.

8

Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan umum dengan benar dan penjelasan cara memperolehnya lengkap.

10

Menganalisis Algoritma

Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang salah, tidak memenuhi harapan.

0

Hanya memeriksa algoritma pemecahan masalah saja, tetapi benar.

2

Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan benar, tetapi memberikan penjelasan yang tidak dapat dipahami dan tidak memperbaiki kekeliruan.

4

Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan benar dan memperbaiki kekeliruan, tetapi memberikan penjelasan yang tidak berhubungan.

6

Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan benar dan memberikan penjelasan yang benar, tetapi tidak memperbaiki kekeliruan.

8

Memeriksa, memperbaiki, dan memberikan penjelasan setiap langkah algoritma pemecahan masalah dengan lengkap dan benar.

10

Memecahkan Masalah

Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang salah, tidak memenuhi harapan.

(37)

46

Aspek yang

Diukur Respons Siswa terhadap Soal atau Masalah Skor Hanya menidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan,

kecukupan unsur), tetapi benar.

2

Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan, kecukupan unsur) dengan benar, tetapi model matematika yang dibuat dan penyelesaiannya salah atau memberikan jawaban yang benar tetapi tidak disertai penjelasan.

4

Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan, kecukupan unsur) dengan benar, tetapi terdapat kesalahan dalam model matematika yang dibuat sehingga penyelesaian dan hasilnya salah atau memberikan jawaban yang benar tetapi penjelasannya salah.

6

Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan, kecukupan unsur) dan membuat model matematika dengan benar, tetapi terdapat kesalahan perhitungan dalam penyelesaian sehingga hasilnya salah atau memberikan jawaban yang benar tetapi penjelasannya terdapat kekeliruan.

8

Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan, kecukupan unsur) dengan benar kemudian membuat model matematika dan penyelesaiannya dengan benar atau memberikan jawaban dan penjelasannya benar.

10

Tabel 3.4

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Aspek yang

Diukur Respons Siswa terhadap Soal atau Masalah Skor

Kelancaran

Tidak menjawab atau menjawab tidak sesuai dengan permasalahan.

0

Merumuskan hal-hal yang diketahui dengan benar. 2 Memberikan satu alternatif jawaban dan hampir sebagian penyelesaiannya telah dikerjakan dengan benar.

4

Memberikan satu alternatif jawaban dan sebagian penyelesaiannya telah dikerjakan dengan benar.

6

Memberikan lebih dari satu alternatif jawaban dan hamper seluruh penyelesaiannya telah dikerjakan dengan benar.

8

(38)

47

Aspek yang

Diukur Respons Siswa terhadap Soal atau Masalah Skor seluruh penyelesaiannya lengkap dan benar.

Keluwesan

Tidak menjawab atau menjawab tidak sesuai dengan permasalahan.

0

Merumuskan hal-hal yang diketahui dengan benar. 2 Mengemukakan sebuah gagasan penyelesaian dan hampir sebagian penyelesaiannya telah dikerjakan dengan benar.

4

Mengemukakan sebuah gagasan penyelesaian dan sebagian penyelesaiannya telah dikerjakan dengan benar.

6

Mengemukakan lebih dari satu gagasan penyelesaian dan hampir sebagian penyelesaiannya telah dikerjakan dengan benar.

8

Mengemukakan lebih dari satu gagasan penyelesaian dan seluruh penyelesaiannya telah dikerjakan dengan benar.

10

Keaslian

Tidak menjawab atau menjawab tidak sesuai dengan permasalahan.

0

Merumuskan hal-hal yang diketahui dengan benar. 2 Hampir sebagian penyelesaian orisinal sudag diselesaikan dengan benar.

4

Sebagian penyelesaian orisinal sudah diselesaikan dengan benar.

6

Hampir seluruh penyelesaian orisinal sudah diselesaikan dengan benar.

8

Seluruh penyelesaian orisinal sudah diselesaikan dengan benar.

10

Elaborasi

Tidak menjawab atau menjawab tidak sesuai dengan permasalahan.

0

Merumuskan hal-hal yang diketahui dengan benar. 2 Hampir sebagian pengembangan gagasan sudah diselesaikan dengan benar.

4

Sebagian pengembangan gagasan sudah diselesaikan dengan benar.

6

Hampir seluruh pengembangan gagasan sudah diselesaikan dengan benar.

(39)

48

Aspek yang

Diukur Respons Siswa terhadap Soal atau Masalah Skor Seluruh pengembangan gagasan sudah diselesaikan

dengan benar.

10

Berpedoman pada kisi-kisi dan pedoman penskoran tersebut, disusun empat

buah soal tes kemampuan berpikir kritis matematis dan empat buah soal tes

kemampuan berpikir kreatif matematis.Setelah instrumen tes selesai dibuat,

dilakukan uji coba untuk mengecek keterbacaan soal dan untuk mengetahui

derajat validitas, reliabilitas, derajat kesukaran dan daya pembeda instrumen.

a. Menentukan Validitas Butir Tes

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang tersaji

benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti.

Validitas butir tes dibedakan menjadi:

1) Validitas Teoritik

Validitas empirik terdiri atas validitas isi danvaliditas muka. Validitas isi

dimaksudkan untuk membandingkan antara isi instrumen (soal) dengan indikator

soal (Suherman dan Kusumah, 1990). Sedangkan validitas muka dilakukan untuk

melihat tampilan kesesuaian susunan kalimat dan kata-kata dalam soal sehingga

tidak salah tafsir dan jelas pengertiannya. Jadi, suatu instrumen dapat dikatakan

memiliki validitas muka yang baik apabila instrumen tersebut mudah dipahami

maksudnya oleh siswa.Uji validitas muka dan validitas isi dapat dilakukan oleh

para ahli yang kompeten, dalam hal ini dosen pembimbing.

2) Validitas Empirik Butir Tes

Validitas empirik butir soal adalah vailiditas yang ditinjau dari kriteria

tertentu. Kriteria tersebut digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien

validitas alat evaluasi. Untuk menghitung validitas butir soal essay (uraian)

menurut Suhermandan Kusumah (1990) yakni menggunakan rumus koefisien

(40)

49

Klasifikasi koefisien validitas dapat dilihat seperti pada Tabel 3.5berikut.

Tabel 3.5

Klasifikasi Koefisien Validitas

No. Nilai rxy Interpretasi

1. 0,80 <rxy 1,00 Sangat Tinggi

2. 0,60 <rxy 0,80 Tinggi

3. 0,40 <rxy 0,60 Sedang

4. 0,20 <rxy 0,40 Rendah

5. 0,00 <rxy  0,20 Sangat Rendah

6. rxy 0,00 Tidak Valid

Sumber: Suherman dan Kusumah (1990)

Hasil uji instrumen yang telah dilakukan dihitung validitasnya dengan

menggunakan rumus korelasi produk moment memakai angka kasar, diperoleh

koefisien korelasi keseluruhan soal tes berpikir kritis matematisadalah � = 0,72,

sedangkan untuktes berpikir kreatif matematis adalah � = 0,77. Koefisien

tersebut bermakna bahwa keseluruhan butir soal memiliki validitas tinggi.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.

Validitas keseluruhan butir soal dipengaruhi oleh validitas setiap butir soal

tes. Suhermandan Kusumah (1990) mengemukakan bahwa dalam menghitung

validitas seluruh butir soal, skor yang dikorelasikan adalah skor total sebagai hasil

penjumlahan dengan skor untuk setiap butir soal. Skor pada setiap butir soal

menyebabkan tinggi rendahnya skor total. Dengan kata lain, sebuah butir soal

memiliki validitas tinggi bila memiliki korelasi positif dengan skor total seluruh

butir soal, sehingga untuk mengetahui validitas suatu butir soal dapat dilakukan

dengan menghitung koefisien korelasi skor pada butir soal tersebut dengan skor

totalnya. Hasil perhitungan validitas yang diperoleh untuk tiap butir soal tes

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis disajikan pada Tabel 3.6dan

3.7berikut.

Tabel 3.6

Data Uji Validitas Tiap Butir Soal

Gambar

Tabel 3.1  Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Tabel 3.4  Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan situasi di atas, rancang satu eksperimen makmal untuk menyiasat kesan kepekatan larutan natrium klorida terhadap hasil yang terbentuk di anod

Studi pustaka.. Métode déskriptif ogé miboga tujuan pikeun ngadéskripsikeun, nyieun gambaran sacara sistematis, faktual, sarta akurat ngeunaan fakta-fakta, anu sipat

Aspek Hukum dan Administrasi Proyek pada Jurusan Pendidikan Teknik.. Sipil-Universitas Pendidikan Indonesia:

Analisa data statistik untuk menghitung kadar nitrit pada kornet daging sapi baliko ® tanggal kadaluarsa

(0,000) &lt; α (0,05), maka dari itu terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan permainan tradisional dan permainan konvensional dalam aktivitas warming up

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih, anugrah-Nya bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis

Kemampuan Berhitung Melalui Media Audiovisual pada kondisi awal.

Selain itu, Iklim Organisasi juga merupakan suatu yang dapat diukur. pada lingkungan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung