PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS
(Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh : Novi Rianti
(0901702)
Pengaruh Media Pembelajaran
Peta Konsep Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
IPS
Oleh
Novi Rianti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Novi Rianti 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Bandung, Mei 2014
NOVI RIANTI
0901702
PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS
(Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Nana Supriatna, M. Ed.
NIP. 19611014 198600 1 001
Pembimbing II
Dra. Yani Kusmarni, M. Pd.
NIP. 19660113 199001 2 002
Mengetahui,
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ... v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Sistematika Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Media Pembelajaran Peta Konsep ... 9
B. Hasil Belajar ... 22
C. Pembelajaran IPS ... 23
D. Pengaruh Peta Konsep Dalam Meningkatkan Hasil Belajar ... 25
E. Penelitian-penelitian Terdahulu ... 28
F. Hipotesis Penelitian ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
A. Metode Penelitian... 33
B. Desain Penelitian ... 35
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36
F. Prosedur Penelitian ... 43
G. Teknik Pengolahan Data ... 45
1. Analisis Instrumen Penelitian ... 45
2. Hasil Analisis Uji Instrumen ... 49
3. Analisis Data Penelitian ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57
A. Pelaksanaan Penelitian ... 57
B. Hasil Penelitian ... 57
1. Data Kelas Eksperimen ... 58
2. Data Kelas Kontrol ... 61
3. Uji Prasyarat Analisis ... 65
4. Uji Hipotesis ... 67
C. Pembahasan Penelitian ... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 78
A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 81
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1 Data nilai UAS siswa kelas VII tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 ... 2
3.1 Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 47
3.2 Koefisien Korelasi reabilitas ... 48
3.3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 48
3.4 Klasifikasi tingkat Daya Pembeda ... 49
3.5 Hasil Uji reabilitas pada kelas 7B dan 7C ... 50
3.6 Hasil Uji reabilitas instrumen angket ... 51
3.7 Interpretasi nilai gain yang dinormalisasi ... 52
4.1 Distribusi frekuensi pretest kelas eksperimen ... 58
4.2 Distribusi frekuensi posttest kelas eksperimen ... 59
4.3 Distribusi frekuensi pretest kelas kontrol ... 61
4.5 Distribusi frekuensi posttest kelas kontrol ... 63
4.6 Perolehan N-gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 65
4.7 Hasil Perhitungan Nilai Lo ... 66
4.8 Hasil output ranking uji wilcoxon kelas eksperimen ... 68
4.9 Hasil output tingkat signifikansi pada kelas eksperimen ... 68
4.10 Hasil output ranking uji wilcoxon kelas kontrol ... 69
4.11 hasil output tingkat signifikansi pada kelas eksperimen ... 70
4.12 Hasil output ranking uji wilcoxon kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 71
DAFTAR GAMBAR
Ilustrasi
2.1 Contoh peta konsep yang dikembangkan oleh Novak (18) ... 18
2.2 Kerucut pengalaman Dale(19) ... 19
3.1 Desain penelitian nonequivalent control group (34) ... 35
Grafik 4.1 Distribusi frekuensi pretest pada kelas eksperimen (57) ... 58
4.2 Distribusi frekuensi posttest pada kelas eksperimen (59) ... 60
4.3 Rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen (60) ... 61
4.4 Distribusi frekuensi pretest pada kelas kontrol (61) ... 62
4.5 Distribusi frekuensi posttest pada kelas kontrol (62) ... 63
4.6 Rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol (63) ... 64
4.7 Tabel Q-Q Plot kelas eksperimen (65) ... 66
ABSTRAK
PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS
Novi Rianti 0901702
Pembimbing I : Dr. Nana Supriatna, M.Ed. Pembimbing II : Dra. Yani Kusmarni, M. Pd. Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Media Pembelajaran Peta Konsep
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Penelitian Kuasi
Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung” berisi mengenai
penerapan media peta konsep untuk meningkatkan hasil belajar. Permasalahan
yang utama dalam bahasan skripsi ini adalah “Apakah terdapat pengaruh
penggunaan media peta konsep terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPS?” Masalah utama ini kemudian dibagi menjadi tiga pertanyaan penelitian yaitu: (1) Apakah terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil belajar pretest dan hasil belajar posttest siswa pada kelas eksperimen?; (2) Apakah terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil belajar pretest dan hasil belajar posttest siswa pada kelas kontrol?; (3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar antara kelas eksperimen dengn kelas kontrol?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen di SMPN 9 Bandung. Adapun responden yang diambil sebagai sampel data dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII 6 sebanyak 30 orang sebegai kelas eksperimen dan kelas VII 2 sebanyak 34 orang sebagai kelas kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan peta konsep dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS. Dari pengujian hipotesis
2-tailed dengan taraf signifikasi 5% diperoleh nilai Asymp. Sig= 0,001 < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak, dan Ha diterima, yang menunjukkan bahwa prestasi
belajar siswa dengan menggunakan media peta konsep lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang menggunakan teknik konvensional. Dari hasil analisis crosstab angket juga diperoleh peningkatan aspek lain menyangkut hasil belajar seperti motivasi, minat, dan peningkatan kemampuan kognitif.
ABSTRACT
THE EFFECT OF CONCEPT MAP MEDIA ON STUDENTS’ LEARNING
ACHIEVEMENTS IN SOCIAL STUDIES SUBJECT
Novi Rianti
0901702
Study Program of Sosial Science Education, Indonesia University of Education,
Bandung, Indonesia
The study descibed in this undergraduate thesis has examinated whether concept map media can be applied to help student to improve their learning achievement on various learning material in social studies. The main question on
this study is “does concept map media affects student’s achievement on social studies subject?” the question then broke down into three study question, (1) does any significant improvement found on student’s achievement between pretest and posttest on experiment class? (2) does any significant improvement found on
student’s achievement between pretest and posttest on control class? (3) does any significant difference found on student’s achievement between experiment class
and control class?
This quantitative study using quasi experiment method with 64 participants from 7th grade class of SMPN 9 Bandung which already divided into 2 separate classes. The experimental data revealed three important results. First there is a significant improvement on student’s achievement in experiment class, which is indicated the effect of treatment on this class. Second, the is a significant
improvement on student’s achievement in control class, which this significant
improvement is assumed as hallo effect. Third, there is significant difference
found on student’s aschievement between experiment class and control class. This significance proven that concept map increased student’s achievement on social
studies subject. From quesioner analysis is also revealed some mprovement on various learning aspect, which is motivation, interests, and cognitive skill.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Hasil belajar pada pendidikan berperan sebagai indikator pengukur
kualitas pendidikan. Karena peranannya tersebut, pemerintah mengatur hasil
belajar melalui Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan,
dimana hasil belajar diatur dalam Bab V tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Pada jenjang pendidikan menengah (SMP), SKL diatur dalam pasal 26 ayat dua
"Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan
untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut."
Hasil belajar yang baik mengindikasikan berhasilnya program pendidikan
yang dijalankan oleh pemerintah. Pemerintah juga menggunakan hasil belajar
siswa sebagai acuan untuk mengembangkan program Pendidikan Nasional
sehingga bangsa Indonesia dapat bersaing di era global. Walaupun demikian,
tingkat hasil belajar siswa tidak luput dari faktor penghambat yang menurunkan
tingkat dan kualitas hasil belajar. Bila kualitas hasil belajar di Indonesia menurun,
maka peluang Indonesia untuk bersaing di era global juga akan menurun. Oleh
karena itu, meningkatnya hasil belajar menjadi salah satu tujuan pemerintah
dalam menyusun kebijakan tentang pendidikan.
Pada pelaksanaannya di lapangan, upaya pemerintah dalam meningkatkan
hasil belajar agar sesuai dengan yang diharapkan kurang berlangsung dengan
baik. Dari hasil penelusuran peneliti terhadap hasil belajar IPS di beberapa
sekolah di Kota Bandung, didapat data hasil nilai UAS selama tahun ajaran
2011/2012 dan 2012/2013 yang cenderung rendah, dimana indikator rendah ini
sajikan data hasil belajar berupa nilai UAS kelas VII pada tahun ajaran 2011/2012
dan 2012/2013.
2011/2012 2012/2013 Ganjil 65,36 65,79
Genap 67,93 69,2
Tabel 1.1 : Data nilai UAS siswa kelas VII tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013
Pada semester ganjil di tahun ajaran 2011/2012 didapat data nilai rata-rata
UAS kelas VII adalah 65,36. Kemudian di semester selanjutnya didapat data nilai
rata-rata UAS sebesar 67,93, yang berarti mengalami peningkatan, namun masih
dibawah KKM. Pada tahun ajaran berikutnya diperoleh data nilai rata-rata UAS
kembali menurun, yaitu sebesar 65,79, dan kembali mengalami peningkatan pada
semester genap, yaitu 69,20. Rendahnya nilai UAS tersebut menjadi
mengindikasikan adanya beberapa kelemahan selama Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) yang mengakibatkan siswa menjadi kurang memahami materi-materi IPS
yang diberikan.
Seperti yang diketahui, bahwa materi IPS di SMP sarat dengan
konsep-konsep, mulai dari konsep sederhana hingga yang kompleks. Banyaknya konsep –
konsep atau materi-materi yang perlu disampaikan tidak sepadan dengan waktu
KBM IPS di kelas yang hanya sebanyak empat jam pelajaran setiap minggu.
Dengan banyaknya materi yang perlu diajarkan dengan jumlah waktu yang
terbatas, menjadi beban bagi para guru. Disamping itu, keterbatasan waktu
mengajar mengakibatkan kecendrungan guru untuk mengabaikan siswa yang
belum paham akan materi yang diajarkan. Sebelum siswa memahami materi yang
baru diajarkan, guru langsung meneruskan ke materi berikutnya. Hal ini
mengakibatkan siswa menjadi bingung dengan banyaknya materi yang begitu
cepat diberikan, sehingga siswa cenderung mengabaikan materi-materi yang telah
Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan
memanfaatkan media pembelajaran. Arsyad (1997: 26) mengemukakan bahwa
media pembelajaran memiliki manfaat praktis di dalam proses KBM.
Manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih
langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk
belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3. Media pembelajaran dapat membatasi keterbatasan indera, ruang, dan
waktu.
4. Media pembelajaran dapat memberi kesamaan pengalaman kepada siswa
tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan
terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya
misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau
kebun binatang.
Media pembelajaran sudah semestinya diandalkan oleh para guru ketika
melaksanakan KBM, namun para guru lebih sering menggunakan cara praktis
seperti ceramah ketika dikelas. Ada beberapa kendala yang menyebabkan para
guru jarang menggunakan media pembelajaran di kelas. Farid (2011: 10)
mengungkapkan beberapa kendala tersebut sebagai berikut:
1. Kurangnya kemampuan guru dalam menerapkan media pembelajaran yang
ada.
2. Kurangnya pemanfaatan media yang sudah tersedia oleh guru.
3. Ketersediaan media di setiap lembaga pendidikan masih sangat kurang.
Hambatan-hambatan tersebut tentunya jangan diabaikan karena membawa
dampak yang tidak baik terhadap hasil belajar siswa. Salah satu dampaknya
adalah rendahnya minat dan motivasi siswa untuk belajar, kemudian
menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa dan menurunnya kualitas pendidikan
secara umum. Keadaan ini harus segera dihindari, karena akan mempengaruhi
kualitas pendidikan nasional.
Melihat kondisi ini, peneliti menawarkan suatu alternatif, dimana guru
dapat mengajarkan konsep-konsep IPS yang beragam secara efektif dengan durasi
waktu yang lebih cepat tanpa dihalangi oleh hambatan-hambatan yang telah
dijelaskan sebelumnya, yaitu menggunakan media peta konsep. Peta konsep,
merupakan suatu media untuk memvisualisasikan dan memetakan sekumpulan
informasi atau ide dalam bentuk kata kunci, gambar, simbol, grafik, atau kode
tertentu dimana setiap informasi yang diterima akan memiliki kaitan dengan
informasi lainnya, sehingga membentuk suatu jaringan informasi yang terstruktur.
Novak dan Canas (2008:1) mengemukakan peta konsep adalah sebagai berikut:
Concept maps are graphical tools for organizing and representing knowledge. They include concepts, usually enclosed in circles or boxes of some type, and relationships between concepts indicated by a connecting line linking two concepts.
Peta konsep sebagai media memiliki beberapa karakterisitik, yaitu
fungsinya sebagai media visual dan berguna untuk mengorganisir berbagai
informasi yang diterima. Penggunaan media visual dapat meningkatkan efisiensi
waktu dibandingkan dengan media verbal/audio seperti ceramah yang
memerlukan durasi. Sementara kemampuan untuk menyeleksi dan
mengorganisasi informasi berguna bagi siswa untuk memahami materi
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran lebih bermakna. Hal ini sesuai
dengan pandangan Ausubel (dalam Dahar, 1996: 112) yang mengungkapkan
bahwa belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada
Peta konsep mampu meningkatkan hasil belajar siswa, dikarenakan
bentuknya yang menyerupai diagram dimana kumpulan informasi disusun
berdasarkan karakterisitiknya dan hubungannya. Munthe (2009: 20) menjelaskan
bahwa daya ingat otak akan gambar jauh lebih kuat bertahan dalam otak
dibandingkan daya ingat otak akan susunan kalimat. Apabila sebuah materi lebih
mudah diingat, maka siswa lebih mudah untuk memahaminya dan dapat
membantu siswa dalam mengerjakan soal-soal tes atau ulangan. Peta konsep juga
dapat digunakan baik oleh guru maupun siswa. Penggunaan peta konsep bagi guru
berguna untuk mempersiapkan materi yang hendak diberikan, juga berguna untuk
menyusun skenario pembelajaran. Bagi siswa, peta konsep dapat membantu siswa
untuk memahami hubungan antar konsep-konsep yang diberikan guru,
merangsang kreativitas dan daya berpikir, dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Terdapat beberapa hasil penelitian yang mendukung efektifitas media peta
konsep dalam KBM. Sapriya (dalam Dedeh, 2011) mengungkapkan bahwa
pembelajaran Pkn melalui peta konsep dapat membantu mempermudah siswa
untuk menguasai konsep-konsep Pkn secara utuh dengan menggunakan waktu
yang lebih cepat. Penelitian sebelumnya terkait dengan penggunaan peta konsep
juga telah dilakukan oleh Dedeh (2008) dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarnegaraan (Pkn). Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa
penerapan peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran
PKn. Adapun data presentase peningkatan sebagai berikut: aspek pengetahuan
kewarganegaraan meningkat 19,28%, aspek keterampilan kewarganegaraan
27,5% dan aspek watak kepribadian kewarganegaraan 10%. Siswa juga tertarik
untuk belajar dengan menggunakan media peta konsep di mata pelajaran lainnya.
Peta konsep juga dapat membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya,
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Setiawan (2011) yang menyimpulkan
bahwa media meta konsep membantu siswa untuk mengkonstruksi
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti bermaksud melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Media Pembelajaran Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada
Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung)”.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan yang hendak diteliti, maka diperlukan
rumusan masalah. Oleh karena itu, rumusan masalah perlu dibentuk agar peneliti
mengetahui kemana dan bagaimana arah penelitian. Adapun rumusan masalah
utama atau pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat
pengaruh penggunaan media peta konsep terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS?”, sedangkan pertanyaan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil belajar pretest
dan hasil belajar posttest siswa pada kelas eksperimen?
2. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil belajar pretest
dan hasil belajar posttest siswa pada kelas kontrol?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar antara
kelas eksperimen dengn kelas kontrol?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian adalah untuk memberikan informasi
mengenai pengaruh penggunaan media peta konsep dalam
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini terbagi kedalam beberapa poin, yaitu:
a. Mendapatkan gambaran mengenai peningkatan hasil belajar pretest dan
hasil belajar posttest siswa pada kelas eksperimen.
b. Mendapatkan gambaran mengenai peningkatan hasil belajar pretest dan
hasil belajar posttest siswa pada kelas kontrol.
c. Mendapatkan gambaran mengenai peningkatan hasil belajar antara
kelas eksperimen dengn kelas kontrol.
D. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian dapat dikatakan berhasil bila hasil penelitian tersebut
memberikan manfaat yang berarti di bidang pendidikan. Oleh karena itu, manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan sumbangan
pengetahuan di bidang pendidikan pada umumnya, dan di bidang
pendidikan IPS pada khususnya.
b. Sebagai suatu alternatif bagi guru mata pelajaran IPS dalam merancang
suatu kegiatan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS.
c. Sebagai referensi ilmiah bagi calon peneliti yang hendak melakukan
penelitian serupa.
E. Sistematika Penulisan
Bab I merupakan Pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang
dilakukannya penelitian, identifikasi perumusan masalah yang diangkat dalam
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional, desain penelitian,
dan sistematika penulisan. Selain itu terdapat pula keterikatan antar variabel serta
Bab II merupakan tinjuanan pustaka penelitian. Bab ini berisi tentang
teori-teori dan pendapat para ahli mengenai media pembelajaran peta konsep dan
hasil belajar siswa. Selain itu terdapat pula beberapa penelitian terdahulu yang
terkait dengan masalah yang diteliti.
Bab III merupakan metodologi penelitian. Bab ini menguraikan tentang
metode, media, dan prosedur penelitian yang maliputi langkah-langkah penelitian
yang dilakukan oleh peneliti. Di bab ini dipaparkan pula spesifikasi penelitian
meliputi lokasi penelitian, populasi, sampel, instrumen penelitian, dan
langkah-langkah pengolahan data.
Bab IV adalah bab mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini
meliputi berbagai temuan data di lapangan dan pengolahan data. Dalam sub bab
pembahasan berisi analisis berdasarkan hasil penelitian dan temuan di lapangan.
Bab V berisi kesimpulan dan saran. Di bab ini hasil temuan lapangan dan
analisis data ditarik kesimpulannya, selanjutnya peneliti memberikan saran-saran
yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya dan masukan untuk
BAB III
METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian
Agar peneliti dapat melaksanakan penelitiannya dengan cara yang
ilmiah, maka diperlukan suatu metode. Sugiyono (2013: 3) menjelasan bahwa
metode penelitian secara umum diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun cara-cara
ilmiah yang dimaksud adalah berdasarkan kepada ciri-ciri keilmuan, yaitu
rasional, empiris, dan sistematis. Bila salah satunya tidak terpenuhi, maka
suatu penelitian diragukan segi ilmiahnya.
Di bidang Pendidikan, pendekatan penelitian yang sering digunakan
adalah pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan campuran. Menurut Ary (2011)
di bidang pendidikan biasanya memggunakan empat macam metode
penelitian, yaitu: experimental; ex post facto; deskriptif; dan historis. Setiap kategori penelitian ini memiliki ciri khas masing-masing, tergantung kepada
kebutuhan penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui
pengaruh media pembelajaran peta konsep terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS, maka peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen.
Jenis penelitian eksperimen yang digunakan adalah penelitian eksperimen
semu atau kuasi eksperimen, dimana partisipan penelitian tidak ditugaskan secara
acak (Creswell, 2010: 232). Alasan utama peneliti menggunakan jenis penelitian
ini adalah keterbatasan waktu dan situasi lapangan yang tidak mendukung
dilaksanakan eksperimen utuh. Dikarenakan partisipan merupakan siswa sekolah
negeri, maka kelas tidak dapat diatur ulang demi kepentingan peneliti, sehingga
kelompok partisipan penelitian tidak dapat dipilih secara acak. Karena
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design. Desain ini menggunakan dua kelas sebagai dua kelompok subjek, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selanjutnya untuk
menentukan kelompok mana yang menjadi kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dilakukan secara acak dengan cara diundi. Adapun mekanisme
penelitian nonequivalent control group design adalah sebagai berikut:
Sugiyono (2013: 116)
0
1
X 0
2
0
3
0
4
Keterangan:
01 : kelas eksperimen sebelum diberi treatment
02 : kelas eksperimen setelah diberi treatment
03 : kelas kontrol (tidak diberi treatment)
04 : kelas kontrol
X : treatment
Ilustrasi 3.1 : Desain penelitian nonequivalent control group.
Setelah dilaksanakan pretest pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol,
pada pertemuan selanjutnya dilaksanakan proses treatment berupa pembelajaran dengan menggunakan media peta konsep untuk kelas eksperimen. Sedangkan
untuk kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah kelas
eksperimen diberikan treatment, maka dilakukan posttest untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Selanjutnya data tes hasil belajar diproses dengan software
SPSS 18 untuk mengetahui seberapa besar pengaruh media peta konsep terhadap
hasil belajar siswa. Adapun instrumen yang peneliti gunakan adalah tes hasil
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau
objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2013: 117). Populasi juga dapat didefinisikan sebagai semua
anggota sekelompok orang, kejadian, atau objek yang telah dirumuskan
secara jelas (Kerlinger dalam Ary, 2011: 193). Berdasarkan pengertian
tersebut, maka populasi perlu dipilih berdasarkan tujuan penelitian.
Target population dari penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP. Namun karena keterbatasan biaya, sarana, dan waktu, maka pene liti perlu
menetapkan accessible population. Adapun accessible population untuk penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 9 Bandung tahun
ajaran 2013/2014.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang mewakili karakteristik
populasi yang dimaksud. Ary (2011: 194) mengatakan bahwa sampel
haruslah representatif, maksudnya harus benar-benar mewakili semua
individu yang ada di populasi. Hal ini diperlukan karena kelak generalisasi
sampel akan berlaku pula untuk populasi dimana sampel dia mbil.
Sesuai dengan desain penelitian, maka teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013: 124). Dalam teknik ini, sampel untuk kelas kontrol
dan kelas eksperimen diambil berdasarkan kesamaan nilai rata-rata dan
Proses pengambilan sampel dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut:
a. Menemui pihak sekolah untuk meminta data mengenai jumlah siswa
kelas VII dan nilai rata-rata Ujian Akhir Semester.
b. menententukan dua kelas yang memiliki selisih nilai rata-rata yang
lebih kecil. Dari hasil seleksi diperoleh dua kelas yang memiliki nilai
rata-rata yang hampir sama, yaitu kelas VII 6 dan VII 2. Kedua siswa
memiliki jumlah siswa yang sama, yaitu 36 orang. Dengan demikian
sampel yang diambil dari populasi berjumlah 72 orang yang tersebar
di dua kelas, dengan VII 6 sebagai kelas eksperimen dan VII 2
sebagai kelas kontrol.
c. Selama kegiatan pretest, treatment, dan posttest, ada beberapa siswa di kedua kelas yang tidak hadir di dalah satu pertemuan, maka
sebelum melanjutkan ke tehap pengolahan data peneliti
mengeliminasi sampel yang tidak mengikuti keseluruhan prosedur
pelaksanaan penelitian. Setelah proses eliminasi maka diperoleh
jumlah sampel yang akan diolah datanya berjumlah 30 orang pada
kelas eksperimen (VII 6) dan 34 orang pada kelas kontrol (VII 2).
Sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah berjumlah 64 orang
yang terdiri dari 32 siswa laki-laki dan 32 siswa perempuan.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Dalam penelitian ini, digunakan dua jenis instrumen penelitian, yaitu
instrumen non tes berupa Angket dan wawancara dan instrumen tes berupa
1. Tes Hasil Belajar
Tes merupakan suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas
yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut
mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Zainul, 2001: 3).
Tes juga sering digunakan dalam penelitian untuk mengukur sesuatu dan
menyeleksi suatu hal berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Arikunto (2009: 57), mejelaskan ciri-ciri tes yang baik sebagai
berikut:
a. Validitas, yaitu data atau informasi harus valid atau sesuai dengan
keadaan senyatanya.
b. Reabilitas, yaitu data atau informasi harus reliabel atau dapat
dipercaya.
c. Objektivitas, yaitu data atau informasi harus objektif atau tidak
adanya unsur pribadi yang mempengaruhi.
d. Praktibilitas, yaitu suatu data harus praktis atau mudah
pengadministrasiannya.
e. Ekonomis, yaitu pelaksanaan tes tidak membutuhkan biaya yang
mahal.
Diperlukan suatu indikator yang mengarah kepada keberhasilan siswa
dalam belajar. Oleh karena itu, penyusunan tes memerlukan suatu klasifikasi
keberhasilan siswa atau taksonomi. Peneliti menggunakan acuan yang sering
digunakan di Indonesia, yaitu taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh
Anderson dan Krathwohl. Taksonomi Bloom membagi kemampuan siswa
dalam tiga kategori, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan ranah kognitif. Adapun ranah kognitif
a. Kemampuan mengingat (remembering atau C1) b. Kemampuan pemahaman (understanding atau C2) c. Kemampuan penerapan (applying atau C3)
d. Kemampuan analisis (analysis atau C4) e. Kemampuan evaluasi (evaluating atau C5)
f. Kemampuan membuat (creating atau C6). (tersedia:
http://www.odu.edu/educ/roverbau/Bloom/blooms_taxonomy.htm
[15 Desember 2013])
Menyesuaikan dengan tema dan tujuan penelitian, maka peneliti
berfokus bentuk tes objektif. Tes objektif merupakan tes yang dalam
pemeriksaannya tidak melibatkan unsur personal atau subjektivitas. Adapun
jenis yang digunakan adalah tes pilhan ganda, yaitu tes dengan butir soal
yang alternatif jawabannya lebih dari dua (Zainul, 2009: 72). Dalam
penelitian ini, jumlah pilihan alternatif jawaban d isesuaikan dengan standar
untuk tingkat SMP, yaitu empat alternatif jawaban.
Dalam penelitian ini, peneliti menyusun butir-butir soal tes objektif
dengan menggunakan materi yang sedang dipelajari oleh siswa kelas VII
semester dua, yaitu mengenai cuaca dan iklim. Peneliti juga menentukan
indikator keberhasilan dari tes objektif tersebut, yaitu dengan menggunakan
ranah kognitif C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), dan
C4 (analisis). Implementasi dari keempat ranah ini dapat dilihat pada kisi-kisi
tes objektif yang tertera di lampiran.
2. Angket
Angket, atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
ini, angket digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai penggunaan media
peta konsep selama proses tretament, dan setelah menjalani posttest.
Angket memiliki keuntungan dalam penggunaannya, Arikunto (2006: 152)
menjelaskan bahwa angket dapat dibagikan secara serentak kepada banyak
responden, dan juga dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat
diberi pertanyaan yang benar-benar sama. Dengan demikian diharapkan peneliti
dapat memperoleh informasi yang lebih akurat melalui angket.
Terdapat beberapa jenis angket yang dapat digunakan. Sugiyono (2013:
142) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis angket berdasarkan cara
menjawabnya, yaitu angket tertutup dan angket terbuka. Angket tertutup adalah
angket dengan pilhan jawaban yang sudah tersedia, sehingga responded tinggal
memilih jawaban yang sesuai dengan kehendaknya. Angket terbuka adalah angket
yang memmberikan kesempatan kepada responden untuk memberikan jawaban
mereka dengan kalimat mereka sendiri. Angket terbuka memungkinkan peneliti
untuk mendapatkan informasi yang beragam dari responden. Dipandang dari
bentuknya, Arikunto (2006: 152) membedakan angket atau kuesioner menjadi
empet jenis, yaitu kuesioner pilihan ganda, kuesioner isisan(kuesioner terbuka),
check list (responden hanya menuliskan tanda (√) pada kolom yang disediakan), dan rating scale, yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukan tingkatan-tingkatan, misalnya dari sangat setuju hingga tidak setuju.
Berdasarkan jenis-jenis angket yang dipaparkan, maka peneliti menggunakan jenis angket dengan skala Likert, yaitu “sangat setuju”, “setuju”, “kurang setuju”, dan “tidak setuju”. Alasan dari pemilihan angket jenis ini adalah sifatnya yang tertutup, dimana pilihan jawaban siswa dibatasi hingga empat
pilihan jawaban. Angket dengan skala Likert juga menghasilkan data yang
bersifat kualitatif, sehingga memudahkan peneliti dalam mengolah dan
3. Pedoman Wawancara
Wawancara merupakan dialog yang dilakukan pewawancara kepada
narasumber untuk mendapatkan informasi dari narasumber (Arikunto, 2006: 155).
Wawancara diperlukan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam
mengenai hal yang sedang diteliti. Wawancara juga dapat dilakukan untuk
melengkapi data penelitian yang diperoleh oleh instrumen lain, misalnya tes.
Wawancara dapat dilaksanakan secara terstruktur maupun tidak terstruktur
(Sugiyono, 2013: 138). Wawancaa terstruktur merupakan teknik wawancara
dimana narasumber hanya memberikan jawaban yang terbatas. Pilihan jawaban
biasanya telah disusun oleh peneliti di pedoman wawancara. Pedoman yang
disusun juga sangat rinci sesuai dengan bitur pertanyaan yang hendak ditanyakan.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara dimana narasumber tidak diberi
batasan jawaban, sehingga data yang diperoleh diharapkan lebih mendalam.
Pedoman yang disusun biasanya hanya berupa garis besar pertanyaan-pertanyaan
yang hendak ditanya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti menggunakan wawancara
tidak terstruktur. Hal ini dikarenakan peneliti bermaksud untuk mendapatkan
informasi yang lebih beragam dari narasumber, yang diharapkan kelak dapat
melengkapi analisis data yang telah diperoleh dari instrumen lain.
E. Definisi Operasional
Untuk memudahkan pemahaman mengenai variabel-variabel yang
digunakan, maka perlu adanya penjelasan operasional dari variabel-variabel
tersebut, diantaranya adalah:
1. Peta Konsep
simbol, grafik, atau kode tertentu. Dalam penelitian ini, digunakan media peta
konsep dengan sistem hierarki yang juga digunakan oleh Novak dan Canas (2006:
5). Bentuk dan isi dari peta konsep disesuaikan dengan bahan ajar. Adapun
penyesuaian yang dimaksud adalah tampilan peta konsep serta metode
pengaplikasian media peta konsep dalam kegiatan pembelajaran.
Media peta konsep ini digunakan sebagai treatment untuk siswa kelas VII SMP semester dua. Maka dari itu, peneliti memilih materi pokok yang diajarkan
di semester dua. Dengan berbagai pertimbangan, peneliti menggunakan media
peta konsep dengan materi pokok yang memiliki banyak istilah dan konsep baru
yang perlu dipelajari siswa, yaitu materi mengenai cuaca dan iklim. Peta konsep
yang disusun berbentuk sentral atau seperti jaring laba-laba dimana konsep atau
materi pokok berada ditengah peta konsep. Agar treatment tepat sasaran dan efektif, peneliti dan guru berkolaborasi menyusun media peta konsep terkait
materi yang akan diajarkan ke siswa, yang selanjutnya dikonsultasikan dengan
dosen pembimbing.
2. Hasil Belajar
Didefinisikan sebagai kemampuan ranah kognitif yang dimiliki siswa
setelah menerima kegiatan pembelajaran. Ranah kognitif yang dimaksud merujuk
kepada taksonomi Bloom. Dikarenakan keterbatasan sarana dan waktu, maka
peneliti membatasi pengukuran hasil belajar hingga C4. Dengan demikian dalam
penelitian ini ranah kognitif yang diukur meliputi kemampuan mengingat (C1),
pemahaman (C2), penerapan atau aplikasi (C3) dan analisis (C4). Peningkatan
hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan tes objektif dengan format pilihan
ganda yang mengacu kepada klasifikasi ranah kognitif yang telah ditentukan dan
disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata
pelajaran IPS. Tes pilihan ganda berisi materi tentang cuaca dan iklim, dengan
F. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan
Sebelum mengadakan penelitian di SMP Negeri 9 Bandung, peneliti
mengadakan berbagai persiapan. Hal pertama yang peneliti lakukan adalah
mengadakan observasi awal dan melengkapi perizinan serta administrasi
dengan pihak sekolah. Selanjutnya dalam tahap persiapan adalah sebagai
berikut:
a. Menentukan dan menyusun variabel penelitian.
b. Menyusun instrumen penelitian. Instrumen yang disusun
disesuaikan dengan materi dan baik kelas kontrol maupun kelas
ekperimen menerima soal tes yang sama. Selama penyusunan
peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan kemudian
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing yang telah ditetapkan.
c. Menentukan kelas yang akan dijadikan sampel.
d. Menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai sampel dalam uji
coba soal. Sampel yang digunakan untuk tes uji coba soal adala h
kelas yang telah mempelajari materi yang akan diterapkan baik
pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
e. Melakukan uji coba instrumen penelitian melalui uji validitas, uji
reabilitas, uji tingkat kesukaran soal, dan uji permbeda.
f. Jika soal tes belum memenuhi kriteria soal tes yang baik, maka
dilakukan uji instrumen yang kedua.
g. Menyusun instrumen final, yaitu instrumen yang akan digunakan
untuk pelaksanaan penelitian.
h. Menyusun dan merencanakan program treatment. Termasuk didalamnya adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan. Di tahap ini peneliti akan
melakukan:
a. Penyebaran tes awal, atau pretest. Dilaksanakan untuk mengukur
kemampuan siswa terhadap pokok bahasan.
b. Pelaksanaan treatment. Yaitu pelaksanaan kegiatan pembelajaran terhadap kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Kelas eksperimen
melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media peta
konsep yang telah disiapkan, sementara itu Kelas kontro l
melakukan kegiatan pembelajaran tanpa menggunakan media peta
konsep. Pelaksanaan treatment dilakukan sebanyak satu kali pertemuan.
c. Penyebaran tes akhir, atau posttest. Dilaksanakan setelah dilakukan
treatment, bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perubahan hasil belajar siswa setelah menerima treatment. Tes yang digunakan dalam posttest adalah tes yang sama dengan yang digunakan pada
pretest.
d. Analisis data. Setelah informasi dari posttest diterima, maka
peneliti melakukan pengolahan dan analisis data untuk mengetahui
ada atau tidaknya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Analisis dilakukan dengan metode statistik interferensial.
3. Tahap Penyelesaian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap penyelesaian meliputi:
a. Mengolah data hasil penelitian.
b. Menganalisis data hasil penelitian. Proses analisis data meliputi
analisis statistik, uji normalisasi, uji homogenitas (bila data
berdistribusi normal), uji hipotesis, dan melihat keefektifan dari
c. Menarik kesimpulan dan saran Penarikan kesimpulan didasarkan
pada data-data yang telah didapat sebelumnya. Apakah hipotesis
yang diajukan dapat terbukti atau tidak.
d. Membuat Laporan. Laporan penelitian dibuat setelah semua data
terkumpul dan kesimpulan didapat. Penyususnan laporan dilakukan
dibawah bimbingan dosen.
G. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian, selanjutnya diolah
dan dianalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis
apakah diterima atau ditolak. Teknik pengolahan dan analisis data
menggunakan metode statistik. Statistik, dalam pengertian ini adalah suatu
metode, adalah cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka
mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikam, menganalisis, dan
memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang berupa
angka sehingga dapat memberikan pengertian dan makna tertentu (Sudijono,
2009: 3).
Dalam penelitian ini, teknik pengolahan data dibagi menjadi dua
bagian utama, yaitu analisis Instrumen penelitian dan analisis data penelitian.
1. Analisis Instrumen Penelitian
Sebelum instrumen digunakan untuk treatment maka diperlukan pengujian untuk mengetahui kualitas instrumen. Bila instrumen lulus
pengujian, maka instrumen dapat dikatakan layak dan dapat dipertanggung
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang mengukur tingkat
validitas/kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid bila
mampu mengukur apa yang diharapkan dan mengungkap data variabel yang
diteliti secara tepat.
Untuk mengetahui validitas instrumen angket, peneliti menggunakan
Cronbach Alpha pada software SPSS 18, sedangkan untuk mengetahui validitas instrumen tes, dapat dihitung dengan menggunakan Pearson Product-Moment yang digunakan dalam Arikunto (2009: 72) sebagai berikut:
=
−
(
)
2
−
2{
2−
(
2)}
Keterangan:
X= skor butir soal
Y= skor total tiap butir soal
n= jumlah subjek
rxy= koefisien korelasi antara variabel Y dan Y
Selanjutnya, besarnya koefisien dihitung dengan rumus:
ℎ� � = −
2 1− 2
Harga thitung yang didapat kemudian dikonsultasikan dengan tabel distribusi r product. Instrumen dinyatakan valid apabila rhitung > rtabel. Selain itu juga digunakan interpretasi berdasarkan kategori sesuai tabel (Arikunto,
Nilai rxy Kriteria
1,00 Sempurna
0,80-0,99 Sangat Tinggi
0,60-0,79 Tinggi
0,40-0,59 Cukup
0,20-0,39 Rendah
0,00-0,19 Sangat Rendah
Tabel 3.1: Klasifikasi Validitas Butir Soal.
b. Uji Reabilitas
Reabilitas dapat diartikan sebagai sejauh mana suatu alat ukur dapat
diyakini memberikan informasi yang konsisten dan tidak mendua tentang
karakteristik peseta yang diujikan (Zainul, 2001: 186). Reabilitas dalam
dimaksudkan untuk melihat keajegan instrumen dalam mengukur bila
instrumen tersebut diujikan kepada siswa lebih dari satu kali.
Untuk mengukur reabilitas instrumen angket, peneliti menggunakan
Cronbach Alpha pada software SPSS 18. Instrumen angket akan dianggap relabel apabila skor Cronbach Alpha < 6.00. angket dianggap memili reabilitas tinggi apabila mencapai skor ≥ 8.00.
Sehubungan dengan bentuk tes yang merupakan tes objektif, maka
peneliti memberikan skor 1 untuk soal yang benar dan skor 0 untuk soal yang
salah. Teknik uji reabilitas tes menggunakan rumus Spearman-Brown, yaitu:
11 =
2 1/2 1/2
1 + 1/2 1/2
Keterangan:
r11 = reabilitas instrumen
Besar koefisien reabilitas diinterpretasikan untuk menyatakan kriteria
reabilitas. Arikunto (2006: 167) memberikan kriteria penafsiran sebagai
berikut:
r11 Kriteria
0,800 ≤ r11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,600 ≤ r11 ≤ 0,800 Tinggi
0,400 ≤ r11 ≤ 0,600 Cukup
0,200 ≤ r11 ≤ 0,400 Rendah
0,00 ≤ r11 ≤ 0,200 Sangat Rendah
Tabel 3.2: Koefisien Korelasi reabilitas.
c. Uji Tingkat Kesukaran
Uji tingkat kesukaran dapat diartikan sebagai uji proposi peserta tes
yang menjawab benar terhadap butir soal (Zainul, 2001: 174). Soal yang
baik, adalah soal yang sedang, maksudnya tidak terlalu sukar maupun tidak
terlalu mudah. Bila soal terlalu mudah, maka frekuensi distribusi paling
banyak berada pada bagian skor tinggi, sedangkan bila soal terlalu sulit,
maka frekuensi distribusi paling banyak berada pada bagian skor rendah.
Untuk mengetahui tingkat kesukaran masing-masing butir soal, maka
digunakan rumus sebagai berikut (dalam Zainul, 2001: 174):
�= �
Keterangan:
P = tingkat kesukaran
∑B = jumlah yang menjawab benar ∑S = jumlah yang menjawab salah
Untuk pengkategorian tingkat kesukaran butir soal, penelit i
Nilai P Tingkat Kesukaran
0,00-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah
Tabel 3.3: Klasifikasi tingkat kesukaran.
d. Uji Daya Pembeda
Daya beda butir soal adalah indeks yang menunjukkan tingkat
kemampuan butir soal untuk membedakan kelompok yang berprestasi tinggi
(kelompok atas) dan kelompok yang berprestasi rendah (kelompok bawah)
diantara peserta tes (Zainul, 2001: 177). Untuk mengetahui daya pembeda,
digunakan rumus (D) sebagai berikut:
� =� − � 0.5
Keterangan:
D = Daya beda
Ba = Jumlah kelompok atas yang menjawab benar
Bb = Jumlah kelompok bawah yang menjawab benar
T = Jumlah peserta
Arikunto (2006: 218), Mengklasifikasikan daya pembeda adalah
berikut:
D Klasifikasi
0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek
0,20 ≤ D ≤ 0,40 Cukup
0,40 ≤ D ≤ 0,70 Baik
2. Hasil Analisis Uji Instrumen
Berdasarkan pemaparan tentang teknik analisis hasil instrumen yang
telah dipaparkan sebelumnya, untuk memperoleh data instrumen yang baik
maka instrumen tersebut harus diuji cobakan terlebih dahulu. Pelaksanaan uji
instrumen dilaksanakan pada tanggal 4, 7, 10, dan 14 Maret 2014 di SMP N
19 Bandung. Data hasil uji coba instrumen ini meliputi uji validitas, tingkat
kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas soal tes. Sedangkan untuk data
angket dilaksanakan judgement instrumen yang melibatkan siswa kelas VII, dan guru mata pelajaran. Proses judgement juga dilaksanakan dibawah bimbingan dosen pebimbing. Disamping judgement indtrumen, angket juga menjalani uji validitas dan reabilitas.
a. Uji Instrumen tes
Uji validitas dan reabilitas tes dilaksanakan di SMP Negeri 19
Bandung di dua kelas, yaitu kelas VII B dan kelas VII C. Data yang
diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan software Anates 2.0. Hasil uji coba instrumen tes pada kedua kelas dapat dilihat lampiran.
Pada kelas VII B diketahui bahwa terdapat 17 soal yang valid, dengan
tingkat kesukaran butir soal yang bervariasi. Sedangkan pada tabel kelas VII
C didapat 12 soal yang valid dengan tingkat kesukaran butir soal yang
bervariasi pula. Dari hasil pengolahan data dengan Anates diketahui pula
tingkat reabilitas kedua kelas sebagai berikut.
Kelas Reabilitas Kategori
7 B 0,80 Sangat tinggi
7 C 0,67 Tinggi
Setelah memperoleh kedua data tersebut, maka hasil uji instrumen tes
selanjutnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk menentukan
butir soal mana yang digunakan dalam penelitian dan mana yang dibuang.
Setelah dikunsultasikan, maka didapat 20 butir soal yang digunakan yaitu
butir soal nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 18, 19, 21, 22, 24,
dan 25.
b. Uji Instrumen Angket
Uji Instrumen angket dilaksanakan di SMP Negeri 19 pada satu kelas,
yaitu kelas VII B. Uji validitas angket dilakukan dengan menggunakan fungsi
Cronbach Alpha pada SPSS 18. Hasil uji validitas angket dapat dilihat pada lampiran. Dari pengolahan dengan Cronbach Alpha diperoleh pula nilai reabilitas angket sebagai berikut.
Tabel 3.6 : Hasil uji reabilitas instrumen angket.
Diketahui bahwa terdapat 22 butir pertanyaan angket yang valid dan
tingkat reablitas butir soal angket adalah 0,797 atau 0.80 yang berarti
memiliki kategori reabilitas yang tinggi atau dapat dipercaya. Hasil data
angket kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Dari hasil
konsultasi maka terdapat 5 butir pertanyaan yang dieliminasi, yaitu
pertanyaan nomor 5, 7, 9, 11, dan 18. Sedangkan 3 butir pertanya an direvisi
yaitu pertanyaan nomor 8, 12, dan 20. Dengan demikian, maka diperoleh 25
Tahap berikutnya, peneliti akan menjelaskan langkah-langkah
pengolahan data penelitian. Untuk data hasil tes hasil belajar yang telah
terkumpul, dianalisis dengan menggunakan teknik perhitungan statistik.
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai
data yang diperoleh. Adapun data deskriptif yang dihitung adalah distribusi
frekuensi, simpang baku, mean, modus, rentang kelas, dan varians.
b. Menghitung Nilai Gain
Perubahan hasil belajar ada kalanya meningkat ataupun menurun.
Untuk lebih memudahkan melihat peningkatan ataupun penurunannya
digunakan gain (�) sebagai indikator perubahan tersebut. Apabila nilai gain
memiliki nilai positif hal ini berarti siswa tersebut memiliki peningkatan dan
apabila memiliki nilai negatif berarti siswa tersebut mengalami p enurunan.
�= � ℎ� − �
c. Menghitung Nilai Gain yang Dinormalisasi
Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain
yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum (Hake dalam Rizki, 2011).
Nilai gain yang dinormalisasi selanjutnya digunakan untuk statistik
inferensial (uji normalitas, homogenitas, dan hipotesis). Persamaan nilai gain
menggunakan rumus yang digunakan oleh Hake (dalam Rizki, 2011) sebagai
berikut:
� = � ℎ� − �
� − �
Interpretasi terhadap nilai gain yang dinormalisasi yang diperoleh
ditunjukkan dalam tabel berikut:
Nilai � Klasifikasi
� 0,7 Tinggi
Tabel 3.7: Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat
berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data diperlukan untuk
menentukan pengujian beda dua rerata yang akan diselidiki. Dikarenakan
pemilihan sampel menggunakan metode non-random, maka uji normalitas dilakukan dengan metode Liliefors (Sudjana: 2005). Persamaan yang digunakan untuk uji normalitas sesuai dengan yang dijelaskan oleh Sudjana
(2005) sebagai berikut:
Jika terdapat sebuah sampel non-random berukuran n dengan rata-rata dan standar deviasi s, maka untuk keperluan tes harus dihitung frekuensi teoritis (Fo) dan frekuensi observasi atau hasil pengamatan (Sn).
� = 1
, 2, . . . , � �
Sedangkan untuk menghitung nilai z digunakan persamaan dibawah ini:
� = �−
Selanjutnya untuk menghitung Fo menggunakan persamaan berikut:
� � =� �
Setelah didapatkan beberapa data tersebut selanjutnya dapat dihitung harga
�= 1,031
Persamaan di atas digunakan jika menggunakan taraf nyata sebesar 1%.
Kriteria nilai perbandingan antara Lo dan L adalah sebagai berikut:
1) Data berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan tidak melebihi nilai L dari daftar.
2) Data tidak berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi nilai L dari daftar.
e. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan melihat homogenitas atau
kesamaan beberapa bagian sampel atau seragam tidaknya variansi
sampel-sampel yaitu apakah mereka berasal dari populasi yang sama. Untuk menguji
homogenitas digunakan persamaan yang dijelaskan oleh Sudjana (2005)
sebagai berikut:
Bila Fhitung< Ftabel maka dapat dikatakan variansi homogen atau
s2b = s2k.
f. Uji hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas ternyata diperoleh
bahwa data terdistribusi normal dan homogen, maka untuk menguji hipotesis
peneliti menggunakan uji statistik parametrik, yaitu uji-t. Akan tetapi apabila
salah satu data tidak normal atau tidak homogen maka statistik yang digunakan
adalah statistik non-parametrik yaitu menggunakan uji Wilcoxon. Prosedur yang digunakan peneliti untuk melakukan uji hipotesis merujuk kepada penjelasan dari
1. Uji t
Bila data berdistribusi normal dan homogen maka tahap selanjutnya
dilakukan uji t. Langkah-langkah untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji-t adalah sebagai berikut:
1) Menghitung nilai t dengan persamaan:
= x −1 x 2 1
1+
1
2
dimana:
2 = 1−1 1
2+
2−1 22
1+ 2−2
keterangan:
x1 = rata-rata gain yang dinormalisasi pada kelas eksperimen
x2 = rata-rata gain yang dinormalisasi pada kelas kontrol
s1 = simpangan baku kelas eksperimen
s2 = simpangan baku kelas kontrol
n1 = jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = jumlah siswa kelas kontrol
2) Mencari nilai t pada tabel distribusi t untuk tes satu ekor dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2– 2) pada taraf signifikansi α, untuk nilai yang
sudah ditentukan.
3) Membandingkan nilai t. H0 diterima apabila t < t1-1/2α dan H0 ditolak
2. Uji Wilcoxon
Uji wilcoxon dilakukan bila data yang diperoleh berdistribusi tidak normal
dan tidak homogen. Langkah-langkah untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan uji Wilcoxon adalah sebagai berikut:
1) Membuat daftar rank, yaitu dengan mencari selisih nilai gain yang dinormalisasi dari kedua kelas yang kemudian diurutkan.
2) Menghitung nilai W, yaitu bilangan terkecil dari jumlah rank positif atau jumlah rank negatif dari daftar rank yang telah dibuat.
3) Menentukan nilai Wtabel untuk jumlah sampel n pada taraf signifikansi α. Apabila nilai n > 25, maka nilai W dapat dihitung menggunakan persamaan:
( ) =
( + 1) 4 −
+ 1 (2 + 1) 24
x merupakan sebuah konstanta yang nilainya bergantung pada taraf signifikansi yang digunakan.
x = 2,5758 (untuk taraf signifikansi 1%)
x = 1,96 (untuk taraf signifikansi 5%)
4) Membandingkan nilai W untuk menguji hipotesis. Apabila nilai
� maka H0 ditolak dan apabila > � maka H0 diterima.
Adapun nilai � yang diperolah dari hasil pengolahan dengan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis, ditemukan beberapa hal yang
menjadi dasar penarikan kesimpulan tentang pengaruh media peta konsep
terhadap hasil belajar IPS. Kesimpulan-kesimpulan ini akan dijelaskan dalam
beberapa poin sebagai berikut.
1. Terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil belajar pretest dan hasil
belajar posttest siswa pada kelas eksperimen atau kelas yang menggunakan
media peta konsep. Peningkatan ini terlihat pada nilai gain yang positif dan
diterimanya hipotesis alternatif pada uji wilcoxon. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa penggunaan media peta konsep dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
2. Terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil belajar pretest dan hasil
belajar posttest siswa pada kelas kontrol atau kelas yang tidak menggunakan
media peta konsep. Peningkatan ini terlihat pada nilai gain yang positif dan
diterimanya hipotesis alternatif pada uji wilcoxon. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa tanpa menggunakan media peta konsep, siswa dapat
mengalami peningkatan hasil belajar. Namun peningkatan yang signifikan
ini dapat dipahami sebagai “hallo effect” (efek halo) dimana pemahaman
siswa pada kelas kontrol telah dipengaruhi oleh pemberian butir soal tes
yang sama baik pada pretest dan posttest meskipun tidak diberi treatment. Peningkatan yang diperoleh juga lebih kecil dibandingkan dengan kelas
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada kelas
yang menggunakan media peta konsep dengan siswa pada kelas yang tidak
menggunakan media peta konsep. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai N-gain
kelas eksperimen yang lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol.
Perbedaan lainnya juga terlihat dengan diterimanya hipotesis alternatif pada
uji wilcoxon. Perbedaan yang signifikan ini menujukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media peta konsep dapat meningkatkan
hasil belajar pada mata pelajaran IPS dibandingkan pembelajaran yang tidak
menggunakan media peta konsep.
4. Terdapat respon positif terhadap aspek-aspek yang menyangkut penggunaan
media peta konsep dalam meningkatkan hasil belajar. Hal ini terlihat dari
hasil crosstab pada beberapa butir soal angket dimana mayoritas siswa memberikan jawaban positif terhadap pernyataan-pernyataan mengenai
minat, peningkatan kemampuan kognitif, dan motivasi belajar IPS. Dengan
demikian penggunaan media peta konsep tidak hanya meningkatkan hasil
belajar siswa, tapi juga meningkatkan aspek-aspek pembelajaran lainnya.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran dalam
penggunaan media peta konsep sebagai berikut.
1. Materi pada mata pelajaran IPS pada hakikatnya merupakan pelajaran
tentang lingkungan disekitar siswa. Maka direkomendasikan untuk
melibatkan siswa dalam menyusun peta konsep agar dapat membantu
siswa menemukan hubungan antara materi pembelajaran IPS dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Melibatkan siswa dalam menyusun peta
2. Media peta konsep dapat digunakan bersama media atau metode
pembelajaran lainnya. Disarankan bagi para guru untuk mengeksplorasi
berbagai jenias media lainnya yang dapat dikolaborasikan dengan media
peta konsep.
3. Bagi penelitian selanjutnya tentang penggunaan media peta konsep,
disarankan untuk melakukan penelitian terhadap variabel terikat yang
berbeda atau terhadap jenis sampel yang berbeda. Sehingga diharapkan
terdapat temuan-temuan baru dalam penggunaan media peta konsep pada
Daftar Pustaka
Anderson, Lorin W. Krathwohl, David R. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Paraktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-asar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad, Azhar. (1997). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ary, Donald Dkk. Furchan, Arief. (2011). Pengantar Penelitian Dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Association for Educational and Technology. (1997). The Definition of Educational Technology. Washington D.C.: AECT.
Bloom, Benjamin S. (1981). Evaluation to Improve Learning. R.R. Donnelley & Sons.
Chiou, C. C. (2008). "The Effect of Concept Mapping on Student's Learning
Achievements and Interests". Innovations in Education and Teaching International. 45, (4), 375-387.
Creswell. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dahar, RW. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dedeh. (2011). Penerapan Peta Konsep Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Pkn. Skripsi Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Depdiknas. (2005). Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Fokusmedia.
Hergenhahn, B. R. dan Olson, Matthew H. (2008). Theories of Learning (7th ed.).
Kustandi, Cecep. Sutjipto, Bambang. (2011). Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.
Munadi, Yudhi (2008). Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Press.
Munthe, Bermawy. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
NCSS. (2014). National Curriculum Standards for Social Studies. [online]. Tersedia : http://www.socialstudies.org/standards/introduction.
[18 Mei 2014].
Novak, J & Canas, A. (2008). The Theory Underlying Concept Maps and How to Construct and Use Them [online]. Tersedia:
http://cmap.ihmc.us/Publications/ResearchPapers/TheoryCmaps/TheoryUn
derlyingConceptMaps.htm#_ftn1 [11 September 2013].
Novak, J. & Canas, A. (2008). The theory underlying concept maps and how to construct them [online]. Tersedia:
http://cmap.ihmc.us/Publications/ResearchPapers/TheoryUnderlyingConce
ptMaps.pdf [11 September 2013].
Novak, J. D. Cañas, A. J. (2006). The Origins of the Concept Mapping Tool and
the Continuing Evolution of the Tool. Dalam Information Visualization Journal [online], vol 5, 175-184. Tersedia:
http://cmap.ihmc.us/publications/researchpapers/originsofconceptmappingt
Riani, Enung Rini. (2011). Penggunaan Peta Konsep Dalam Upaya Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah. Skripsi Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sadiman, Arief. Dkk. (2009). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.
Saleh, Andri. (2008). Kreatif Mengajar dengan Mindmap. Bandung: Tinta Emas. Sapriya. (2011). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
Setiawan, Asep Wawan. (2011). Penerapan Metode Quantum Learning Dengan Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping) Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Siwa. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Silberman, Mel, Dr. (2006). Active Learning 101 Cara belajar Aktif. Bandung: Nusamedia.
Sudijono, Anas. (2009). Pengantar Statistik Pendidikan. Rajawali Pers. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.
Sugiyono. (2006). Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta.