• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS : Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS : Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

(Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh : Novi Rianti

(0901702)

(2)

Pengaruh Media Pembelajaran

Peta Konsep Terhadap Hasil

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

IPS

Oleh

Novi Rianti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Novi Rianti 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Bandung, Mei 2014

NOVI RIANTI

0901702

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

(Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Nana Supriatna, M. Ed.

NIP. 19611014 198600 1 001

Pembimbing II

Dra. Yani Kusmarni, M. Pd.

NIP. 19660113 199001 2 002

Mengetahui,

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Media Pembelajaran Peta Konsep ... 9

B. Hasil Belajar ... 22

C. Pembelajaran IPS ... 23

D. Pengaruh Peta Konsep Dalam Meningkatkan Hasil Belajar ... 25

E. Penelitian-penelitian Terdahulu ... 28

F. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Metode Penelitian... 33

B. Desain Penelitian ... 35

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

(5)

F. Prosedur Penelitian ... 43

G. Teknik Pengolahan Data ... 45

1. Analisis Instrumen Penelitian ... 45

2. Hasil Analisis Uji Instrumen ... 49

3. Analisis Data Penelitian ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Pelaksanaan Penelitian ... 57

B. Hasil Penelitian ... 57

1. Data Kelas Eksperimen ... 58

2. Data Kelas Kontrol ... 61

3. Uji Prasyarat Analisis ... 65

4. Uji Hipotesis ... 67

C. Pembahasan Penelitian ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Data nilai UAS siswa kelas VII tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 ... 2

3.1 Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 47

3.2 Koefisien Korelasi reabilitas ... 48

3.3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 48

3.4 Klasifikasi tingkat Daya Pembeda ... 49

3.5 Hasil Uji reabilitas pada kelas 7B dan 7C ... 50

3.6 Hasil Uji reabilitas instrumen angket ... 51

3.7 Interpretasi nilai gain yang dinormalisasi ... 52

4.1 Distribusi frekuensi pretest kelas eksperimen ... 58

4.2 Distribusi frekuensi posttest kelas eksperimen ... 59

4.3 Distribusi frekuensi pretest kelas kontrol ... 61

4.5 Distribusi frekuensi posttest kelas kontrol ... 63

4.6 Perolehan N-gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 65

4.7 Hasil Perhitungan Nilai Lo ... 66

4.8 Hasil output ranking uji wilcoxon kelas eksperimen ... 68

4.9 Hasil output tingkat signifikansi pada kelas eksperimen ... 68

4.10 Hasil output ranking uji wilcoxon kelas kontrol ... 69

4.11 hasil output tingkat signifikansi pada kelas eksperimen ... 70

4.12 Hasil output ranking uji wilcoxon kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 71

(7)

DAFTAR GAMBAR

Ilustrasi

2.1 Contoh peta konsep yang dikembangkan oleh Novak (18) ... 18

2.2 Kerucut pengalaman Dale(19) ... 19

3.1 Desain penelitian nonequivalent control group (34) ... 35

Grafik 4.1 Distribusi frekuensi pretest pada kelas eksperimen (57) ... 58

4.2 Distribusi frekuensi posttest pada kelas eksperimen (59) ... 60

4.3 Rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen (60) ... 61

4.4 Distribusi frekuensi pretest pada kelas kontrol (61) ... 62

4.5 Distribusi frekuensi posttest pada kelas kontrol (62) ... 63

4.6 Rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol (63) ... 64

4.7 Tabel Q-Q Plot kelas eksperimen (65) ... 66

(8)

ABSTRAK

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

Novi Rianti 0901702

Pembimbing I : Dr. Nana Supriatna, M.Ed. Pembimbing II : Dra. Yani Kusmarni, M. Pd. Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Media Pembelajaran Peta Konsep

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Penelitian Kuasi

Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung” berisi mengenai

penerapan media peta konsep untuk meningkatkan hasil belajar. Permasalahan

yang utama dalam bahasan skripsi ini adalah “Apakah terdapat pengaruh

penggunaan media peta konsep terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran

IPS?” Masalah utama ini kemudian dibagi menjadi tiga pertanyaan penelitian yaitu: (1) Apakah terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil belajar pretest dan hasil belajar posttest siswa pada kelas eksperimen?; (2) Apakah terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil belajar pretest dan hasil belajar posttest siswa pada kelas kontrol?; (3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar antara kelas eksperimen dengn kelas kontrol?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen di SMPN 9 Bandung. Adapun responden yang diambil sebagai sampel data dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII 6 sebanyak 30 orang sebegai kelas eksperimen dan kelas VII 2 sebanyak 34 orang sebagai kelas kontrol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan peta konsep dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS. Dari pengujian hipotesis

2-tailed dengan taraf signifikasi 5% diperoleh nilai Asymp. Sig= 0,001 < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak, dan Ha diterima, yang menunjukkan bahwa prestasi

belajar siswa dengan menggunakan media peta konsep lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang menggunakan teknik konvensional. Dari hasil analisis crosstab angket juga diperoleh peningkatan aspek lain menyangkut hasil belajar seperti motivasi, minat, dan peningkatan kemampuan kognitif.

(9)

ABSTRACT

THE EFFECT OF CONCEPT MAP MEDIA ON STUDENTS’ LEARNING

ACHIEVEMENTS IN SOCIAL STUDIES SUBJECT

Novi Rianti

0901702

Study Program of Sosial Science Education, Indonesia University of Education,

Bandung, Indonesia

The study descibed in this undergraduate thesis has examinated whether concept map media can be applied to help student to improve their learning achievement on various learning material in social studies. The main question on

this study is “does concept map media affects student’s achievement on social studies subject?” the question then broke down into three study question, (1) does any significant improvement found on student’s achievement between pretest and posttest on experiment class? (2) does any significant improvement found on

student’s achievement between pretest and posttest on control class? (3) does any significant difference found on student’s achievement between experiment class

and control class?

This quantitative study using quasi experiment method with 64 participants from 7th grade class of SMPN 9 Bandung which already divided into 2 separate classes. The experimental data revealed three important results. First there is a significant improvement on student’s achievement in experiment class, which is indicated the effect of treatment on this class. Second, the is a significant

improvement on student’s achievement in control class, which this significant

improvement is assumed as hallo effect. Third, there is significant difference

found on student’s aschievement between experiment class and control class. This significance proven that concept map increased student’s achievement on social

studies subject. From quesioner analysis is also revealed some mprovement on various learning aspect, which is motivation, interests, and cognitive skill.

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hasil belajar pada pendidikan berperan sebagai indikator pengukur

kualitas pendidikan. Karena peranannya tersebut, pemerintah mengatur hasil

belajar melalui Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan,

dimana hasil belajar diatur dalam Bab V tentang Standar Kompetensi Lulusan.

Pada jenjang pendidikan menengah (SMP), SKL diatur dalam pasal 26 ayat dua

"Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan

untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut."

Hasil belajar yang baik mengindikasikan berhasilnya program pendidikan

yang dijalankan oleh pemerintah. Pemerintah juga menggunakan hasil belajar

siswa sebagai acuan untuk mengembangkan program Pendidikan Nasional

sehingga bangsa Indonesia dapat bersaing di era global. Walaupun demikian,

tingkat hasil belajar siswa tidak luput dari faktor penghambat yang menurunkan

tingkat dan kualitas hasil belajar. Bila kualitas hasil belajar di Indonesia menurun,

maka peluang Indonesia untuk bersaing di era global juga akan menurun. Oleh

karena itu, meningkatnya hasil belajar menjadi salah satu tujuan pemerintah

dalam menyusun kebijakan tentang pendidikan.

Pada pelaksanaannya di lapangan, upaya pemerintah dalam meningkatkan

hasil belajar agar sesuai dengan yang diharapkan kurang berlangsung dengan

baik. Dari hasil penelusuran peneliti terhadap hasil belajar IPS di beberapa

sekolah di Kota Bandung, didapat data hasil nilai UAS selama tahun ajaran

2011/2012 dan 2012/2013 yang cenderung rendah, dimana indikator rendah ini

(11)

sajikan data hasil belajar berupa nilai UAS kelas VII pada tahun ajaran 2011/2012

dan 2012/2013.

2011/2012 2012/2013 Ganjil 65,36 65,79

Genap 67,93 69,2

Tabel 1.1 : Data nilai UAS siswa kelas VII tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013

Pada semester ganjil di tahun ajaran 2011/2012 didapat data nilai rata-rata

UAS kelas VII adalah 65,36. Kemudian di semester selanjutnya didapat data nilai

rata-rata UAS sebesar 67,93, yang berarti mengalami peningkatan, namun masih

dibawah KKM. Pada tahun ajaran berikutnya diperoleh data nilai rata-rata UAS

kembali menurun, yaitu sebesar 65,79, dan kembali mengalami peningkatan pada

semester genap, yaitu 69,20. Rendahnya nilai UAS tersebut menjadi

mengindikasikan adanya beberapa kelemahan selama Kegiatan Belajar Mengajar

(KBM) yang mengakibatkan siswa menjadi kurang memahami materi-materi IPS

yang diberikan.

Seperti yang diketahui, bahwa materi IPS di SMP sarat dengan

konsep-konsep, mulai dari konsep sederhana hingga yang kompleks. Banyaknya konsep –

konsep atau materi-materi yang perlu disampaikan tidak sepadan dengan waktu

KBM IPS di kelas yang hanya sebanyak empat jam pelajaran setiap minggu.

Dengan banyaknya materi yang perlu diajarkan dengan jumlah waktu yang

terbatas, menjadi beban bagi para guru. Disamping itu, keterbatasan waktu

mengajar mengakibatkan kecendrungan guru untuk mengabaikan siswa yang

belum paham akan materi yang diajarkan. Sebelum siswa memahami materi yang

baru diajarkan, guru langsung meneruskan ke materi berikutnya. Hal ini

mengakibatkan siswa menjadi bingung dengan banyaknya materi yang begitu

cepat diberikan, sehingga siswa cenderung mengabaikan materi-materi yang telah

(12)
(13)

Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan

memanfaatkan media pembelajaran. Arsyad (1997: 26) mengemukakan bahwa

media pembelajaran memiliki manfaat praktis di dalam proses KBM.

Manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi

sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak

sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih

langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk

belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3. Media pembelajaran dapat membatasi keterbatasan indera, ruang, dan

waktu.

4. Media pembelajaran dapat memberi kesamaan pengalaman kepada siswa

tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan

terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya

misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau

kebun binatang.

Media pembelajaran sudah semestinya diandalkan oleh para guru ketika

melaksanakan KBM, namun para guru lebih sering menggunakan cara praktis

seperti ceramah ketika dikelas. Ada beberapa kendala yang menyebabkan para

guru jarang menggunakan media pembelajaran di kelas. Farid (2011: 10)

mengungkapkan beberapa kendala tersebut sebagai berikut:

1. Kurangnya kemampuan guru dalam menerapkan media pembelajaran yang

ada.

2. Kurangnya pemanfaatan media yang sudah tersedia oleh guru.

3. Ketersediaan media di setiap lembaga pendidikan masih sangat kurang.

(14)

Hambatan-hambatan tersebut tentunya jangan diabaikan karena membawa

dampak yang tidak baik terhadap hasil belajar siswa. Salah satu dampaknya

adalah rendahnya minat dan motivasi siswa untuk belajar, kemudian

menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa dan menurunnya kualitas pendidikan

secara umum. Keadaan ini harus segera dihindari, karena akan mempengaruhi

kualitas pendidikan nasional.

Melihat kondisi ini, peneliti menawarkan suatu alternatif, dimana guru

dapat mengajarkan konsep-konsep IPS yang beragam secara efektif dengan durasi

waktu yang lebih cepat tanpa dihalangi oleh hambatan-hambatan yang telah

dijelaskan sebelumnya, yaitu menggunakan media peta konsep. Peta konsep,

merupakan suatu media untuk memvisualisasikan dan memetakan sekumpulan

informasi atau ide dalam bentuk kata kunci, gambar, simbol, grafik, atau kode

tertentu dimana setiap informasi yang diterima akan memiliki kaitan dengan

informasi lainnya, sehingga membentuk suatu jaringan informasi yang terstruktur.

Novak dan Canas (2008:1) mengemukakan peta konsep adalah sebagai berikut:

Concept maps are graphical tools for organizing and representing knowledge. They include concepts, usually enclosed in circles or boxes of some type, and relationships between concepts indicated by a connecting line linking two concepts.

Peta konsep sebagai media memiliki beberapa karakterisitik, yaitu

fungsinya sebagai media visual dan berguna untuk mengorganisir berbagai

informasi yang diterima. Penggunaan media visual dapat meningkatkan efisiensi

waktu dibandingkan dengan media verbal/audio seperti ceramah yang

memerlukan durasi. Sementara kemampuan untuk menyeleksi dan

mengorganisasi informasi berguna bagi siswa untuk memahami materi

pembelajaran, sehingga proses pembelajaran lebih bermakna. Hal ini sesuai

dengan pandangan Ausubel (dalam Dahar, 1996: 112) yang mengungkapkan

bahwa belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada

(15)

Peta konsep mampu meningkatkan hasil belajar siswa, dikarenakan

bentuknya yang menyerupai diagram dimana kumpulan informasi disusun

berdasarkan karakterisitiknya dan hubungannya. Munthe (2009: 20) menjelaskan

bahwa daya ingat otak akan gambar jauh lebih kuat bertahan dalam otak

dibandingkan daya ingat otak akan susunan kalimat. Apabila sebuah materi lebih

mudah diingat, maka siswa lebih mudah untuk memahaminya dan dapat

membantu siswa dalam mengerjakan soal-soal tes atau ulangan. Peta konsep juga

dapat digunakan baik oleh guru maupun siswa. Penggunaan peta konsep bagi guru

berguna untuk mempersiapkan materi yang hendak diberikan, juga berguna untuk

menyusun skenario pembelajaran. Bagi siswa, peta konsep dapat membantu siswa

untuk memahami hubungan antar konsep-konsep yang diberikan guru,

merangsang kreativitas dan daya berpikir, dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Terdapat beberapa hasil penelitian yang mendukung efektifitas media peta

konsep dalam KBM. Sapriya (dalam Dedeh, 2011) mengungkapkan bahwa

pembelajaran Pkn melalui peta konsep dapat membantu mempermudah siswa

untuk menguasai konsep-konsep Pkn secara utuh dengan menggunakan waktu

yang lebih cepat. Penelitian sebelumnya terkait dengan penggunaan peta konsep

juga telah dilakukan oleh Dedeh (2008) dalam mata pelajaran Pendidikan

Kewarnegaraan (Pkn). Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa

penerapan peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran

PKn. Adapun data presentase peningkatan sebagai berikut: aspek pengetahuan

kewarganegaraan meningkat 19,28%, aspek keterampilan kewarganegaraan

27,5% dan aspek watak kepribadian kewarganegaraan 10%. Siswa juga tertarik

untuk belajar dengan menggunakan media peta konsep di mata pelajaran lainnya.

Peta konsep juga dapat membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya,

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Setiawan (2011) yang menyimpulkan

bahwa media meta konsep membantu siswa untuk mengkonstruksi

(16)

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti bermaksud melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Media Pembelajaran Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada

Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung)”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Untuk memperjelas permasalahan yang hendak diteliti, maka diperlukan

rumusan masalah. Oleh karena itu, rumusan masalah perlu dibentuk agar peneliti

mengetahui kemana dan bagaimana arah penelitian. Adapun rumusan masalah

utama atau pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat

pengaruh penggunaan media peta konsep terhadap hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPS?”, sedangkan pertanyaan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil belajar pretest

dan hasil belajar posttest siswa pada kelas eksperimen?

2. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil belajar pretest

dan hasil belajar posttest siswa pada kelas kontrol?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar antara

kelas eksperimen dengn kelas kontrol?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum

dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian adalah untuk memberikan informasi

mengenai pengaruh penggunaan media peta konsep dalam

(17)

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini terbagi kedalam beberapa poin, yaitu:

a. Mendapatkan gambaran mengenai peningkatan hasil belajar pretest dan

hasil belajar posttest siswa pada kelas eksperimen.

b. Mendapatkan gambaran mengenai peningkatan hasil belajar pretest dan

hasil belajar posttest siswa pada kelas kontrol.

c. Mendapatkan gambaran mengenai peningkatan hasil belajar antara

kelas eksperimen dengn kelas kontrol.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian dapat dikatakan berhasil bila hasil penelitian tersebut

memberikan manfaat yang berarti di bidang pendidikan. Oleh karena itu, manfaat

yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan sumbangan

pengetahuan di bidang pendidikan pada umumnya, dan di bidang

pendidikan IPS pada khususnya.

b. Sebagai suatu alternatif bagi guru mata pelajaran IPS dalam merancang

suatu kegiatan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran IPS.

c. Sebagai referensi ilmiah bagi calon peneliti yang hendak melakukan

penelitian serupa.

E. Sistematika Penulisan

Bab I merupakan Pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang

dilakukannya penelitian, identifikasi perumusan masalah yang diangkat dalam

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional, desain penelitian,

dan sistematika penulisan. Selain itu terdapat pula keterikatan antar variabel serta

(18)

Bab II merupakan tinjuanan pustaka penelitian. Bab ini berisi tentang

teori-teori dan pendapat para ahli mengenai media pembelajaran peta konsep dan

hasil belajar siswa. Selain itu terdapat pula beberapa penelitian terdahulu yang

terkait dengan masalah yang diteliti.

Bab III merupakan metodologi penelitian. Bab ini menguraikan tentang

metode, media, dan prosedur penelitian yang maliputi langkah-langkah penelitian

yang dilakukan oleh peneliti. Di bab ini dipaparkan pula spesifikasi penelitian

meliputi lokasi penelitian, populasi, sampel, instrumen penelitian, dan

langkah-langkah pengolahan data.

Bab IV adalah bab mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini

meliputi berbagai temuan data di lapangan dan pengolahan data. Dalam sub bab

pembahasan berisi analisis berdasarkan hasil penelitian dan temuan di lapangan.

Bab V berisi kesimpulan dan saran. Di bab ini hasil temuan lapangan dan

analisis data ditarik kesimpulannya, selanjutnya peneliti memberikan saran-saran

yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya dan masukan untuk

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Agar peneliti dapat melaksanakan penelitiannya dengan cara yang

ilmiah, maka diperlukan suatu metode. Sugiyono (2013: 3) menjelasan bahwa

metode penelitian secara umum diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun cara-cara

ilmiah yang dimaksud adalah berdasarkan kepada ciri-ciri keilmuan, yaitu

rasional, empiris, dan sistematis. Bila salah satunya tidak terpenuhi, maka

suatu penelitian diragukan segi ilmiahnya.

Di bidang Pendidikan, pendekatan penelitian yang sering digunakan

adalah pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan campuran. Menurut Ary (2011)

di bidang pendidikan biasanya memggunakan empat macam metode

penelitian, yaitu: experimental; ex post facto; deskriptif; dan historis. Setiap kategori penelitian ini memiliki ciri khas masing-masing, tergantung kepada

kebutuhan penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui

pengaruh media pembelajaran peta konsep terhadap hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPS, maka peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen.

Jenis penelitian eksperimen yang digunakan adalah penelitian eksperimen

semu atau kuasi eksperimen, dimana partisipan penelitian tidak ditugaskan secara

acak (Creswell, 2010: 232). Alasan utama peneliti menggunakan jenis penelitian

ini adalah keterbatasan waktu dan situasi lapangan yang tidak mendukung

dilaksanakan eksperimen utuh. Dikarenakan partisipan merupakan siswa sekolah

negeri, maka kelas tidak dapat diatur ulang demi kepentingan peneliti, sehingga

kelompok partisipan penelitian tidak dapat dipilih secara acak. Karena

(20)

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design. Desain ini menggunakan dua kelas sebagai dua kelompok subjek, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selanjutnya untuk

menentukan kelompok mana yang menjadi kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen dilakukan secara acak dengan cara diundi. Adapun mekanisme

penelitian nonequivalent control group design adalah sebagai berikut:

Sugiyono (2013: 116)

0

1

X 0

2

0

3

0

4

Keterangan:

01 : kelas eksperimen sebelum diberi treatment

02 : kelas eksperimen setelah diberi treatment

03 : kelas kontrol (tidak diberi treatment)

04 : kelas kontrol

X : treatment

Ilustrasi 3.1 : Desain penelitian nonequivalent control group.

Setelah dilaksanakan pretest pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol,

pada pertemuan selanjutnya dilaksanakan proses treatment berupa pembelajaran dengan menggunakan media peta konsep untuk kelas eksperimen. Sedangkan

untuk kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah kelas

eksperimen diberikan treatment, maka dilakukan posttest untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Selanjutnya data tes hasil belajar diproses dengan software

SPSS 18 untuk mengetahui seberapa besar pengaruh media peta konsep terhadap

hasil belajar siswa. Adapun instrumen yang peneliti gunakan adalah tes hasil

(21)

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau

objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2013: 117). Populasi juga dapat didefinisikan sebagai semua

anggota sekelompok orang, kejadian, atau objek yang telah dirumuskan

secara jelas (Kerlinger dalam Ary, 2011: 193). Berdasarkan pengertian

tersebut, maka populasi perlu dipilih berdasarkan tujuan penelitian.

Target population dari penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP. Namun karena keterbatasan biaya, sarana, dan waktu, maka pene liti perlu

menetapkan accessible population. Adapun accessible population untuk penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 9 Bandung tahun

ajaran 2013/2014.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang mewakili karakteristik

populasi yang dimaksud. Ary (2011: 194) mengatakan bahwa sampel

haruslah representatif, maksudnya harus benar-benar mewakili semua

individu yang ada di populasi. Hal ini diperlukan karena kelak generalisasi

sampel akan berlaku pula untuk populasi dimana sampel dia mbil.

Sesuai dengan desain penelitian, maka teknik pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013: 124). Dalam teknik ini, sampel untuk kelas kontrol

dan kelas eksperimen diambil berdasarkan kesamaan nilai rata-rata dan

(22)

Proses pengambilan sampel dilakukan dengan prosedur sebagai

berikut:

a. Menemui pihak sekolah untuk meminta data mengenai jumlah siswa

kelas VII dan nilai rata-rata Ujian Akhir Semester.

b. menententukan dua kelas yang memiliki selisih nilai rata-rata yang

lebih kecil. Dari hasil seleksi diperoleh dua kelas yang memiliki nilai

rata-rata yang hampir sama, yaitu kelas VII 6 dan VII 2. Kedua siswa

memiliki jumlah siswa yang sama, yaitu 36 orang. Dengan demikian

sampel yang diambil dari populasi berjumlah 72 orang yang tersebar

di dua kelas, dengan VII 6 sebagai kelas eksperimen dan VII 2

sebagai kelas kontrol.

c. Selama kegiatan pretest, treatment, dan posttest, ada beberapa siswa di kedua kelas yang tidak hadir di dalah satu pertemuan, maka

sebelum melanjutkan ke tehap pengolahan data peneliti

mengeliminasi sampel yang tidak mengikuti keseluruhan prosedur

pelaksanaan penelitian. Setelah proses eliminasi maka diperoleh

jumlah sampel yang akan diolah datanya berjumlah 30 orang pada

kelas eksperimen (VII 6) dan 34 orang pada kelas kontrol (VII 2).

Sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah berjumlah 64 orang

yang terdiri dari 32 siswa laki-laki dan 32 siswa perempuan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.

Dalam penelitian ini, digunakan dua jenis instrumen penelitian, yaitu

instrumen non tes berupa Angket dan wawancara dan instrumen tes berupa

(23)

1. Tes Hasil Belajar

Tes merupakan suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas

yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut

mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Zainul, 2001: 3).

Tes juga sering digunakan dalam penelitian untuk mengukur sesuatu dan

menyeleksi suatu hal berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

Arikunto (2009: 57), mejelaskan ciri-ciri tes yang baik sebagai

berikut:

a. Validitas, yaitu data atau informasi harus valid atau sesuai dengan

keadaan senyatanya.

b. Reabilitas, yaitu data atau informasi harus reliabel atau dapat

dipercaya.

c. Objektivitas, yaitu data atau informasi harus objektif atau tidak

adanya unsur pribadi yang mempengaruhi.

d. Praktibilitas, yaitu suatu data harus praktis atau mudah

pengadministrasiannya.

e. Ekonomis, yaitu pelaksanaan tes tidak membutuhkan biaya yang

mahal.

Diperlukan suatu indikator yang mengarah kepada keberhasilan siswa

dalam belajar. Oleh karena itu, penyusunan tes memerlukan suatu klasifikasi

keberhasilan siswa atau taksonomi. Peneliti menggunakan acuan yang sering

digunakan di Indonesia, yaitu taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh

Anderson dan Krathwohl. Taksonomi Bloom membagi kemampuan siswa

dalam tiga kategori, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan ranah kognitif. Adapun ranah kognitif

(24)

a. Kemampuan mengingat (remembering atau C1) b. Kemampuan pemahaman (understanding atau C2) c. Kemampuan penerapan (applying atau C3)

d. Kemampuan analisis (analysis atau C4) e. Kemampuan evaluasi (evaluating atau C5)

f. Kemampuan membuat (creating atau C6). (tersedia:

http://www.odu.edu/educ/roverbau/Bloom/blooms_taxonomy.htm

[15 Desember 2013])

Menyesuaikan dengan tema dan tujuan penelitian, maka peneliti

berfokus bentuk tes objektif. Tes objektif merupakan tes yang dalam

pemeriksaannya tidak melibatkan unsur personal atau subjektivitas. Adapun

jenis yang digunakan adalah tes pilhan ganda, yaitu tes dengan butir soal

yang alternatif jawabannya lebih dari dua (Zainul, 2009: 72). Dalam

penelitian ini, jumlah pilihan alternatif jawaban d isesuaikan dengan standar

untuk tingkat SMP, yaitu empat alternatif jawaban.

Dalam penelitian ini, peneliti menyusun butir-butir soal tes objektif

dengan menggunakan materi yang sedang dipelajari oleh siswa kelas VII

semester dua, yaitu mengenai cuaca dan iklim. Peneliti juga menentukan

indikator keberhasilan dari tes objektif tersebut, yaitu dengan menggunakan

ranah kognitif C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), dan

C4 (analisis). Implementasi dari keempat ranah ini dapat dilihat pada kisi-kisi

tes objektif yang tertera di lampiran.

2. Angket

Angket, atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

(25)

ini, angket digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai penggunaan media

peta konsep selama proses tretament, dan setelah menjalani posttest.

Angket memiliki keuntungan dalam penggunaannya, Arikunto (2006: 152)

menjelaskan bahwa angket dapat dibagikan secara serentak kepada banyak

responden, dan juga dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat

diberi pertanyaan yang benar-benar sama. Dengan demikian diharapkan peneliti

dapat memperoleh informasi yang lebih akurat melalui angket.

Terdapat beberapa jenis angket yang dapat digunakan. Sugiyono (2013:

142) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis angket berdasarkan cara

menjawabnya, yaitu angket tertutup dan angket terbuka. Angket tertutup adalah

angket dengan pilhan jawaban yang sudah tersedia, sehingga responded tinggal

memilih jawaban yang sesuai dengan kehendaknya. Angket terbuka adalah angket

yang memmberikan kesempatan kepada responden untuk memberikan jawaban

mereka dengan kalimat mereka sendiri. Angket terbuka memungkinkan peneliti

untuk mendapatkan informasi yang beragam dari responden. Dipandang dari

bentuknya, Arikunto (2006: 152) membedakan angket atau kuesioner menjadi

empet jenis, yaitu kuesioner pilihan ganda, kuesioner isisan(kuesioner terbuka),

check list (responden hanya menuliskan tanda (√) pada kolom yang disediakan), dan rating scale, yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukan tingkatan-tingkatan, misalnya dari sangat setuju hingga tidak setuju.

Berdasarkan jenis-jenis angket yang dipaparkan, maka peneliti menggunakan jenis angket dengan skala Likert, yaitu “sangat setuju”, “setuju”, “kurang setuju”, dan “tidak setuju”. Alasan dari pemilihan angket jenis ini adalah sifatnya yang tertutup, dimana pilihan jawaban siswa dibatasi hingga empat

pilihan jawaban. Angket dengan skala Likert juga menghasilkan data yang

bersifat kualitatif, sehingga memudahkan peneliti dalam mengolah dan

(26)
(27)

3. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan dialog yang dilakukan pewawancara kepada

narasumber untuk mendapatkan informasi dari narasumber (Arikunto, 2006: 155).

Wawancara diperlukan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam

mengenai hal yang sedang diteliti. Wawancara juga dapat dilakukan untuk

melengkapi data penelitian yang diperoleh oleh instrumen lain, misalnya tes.

Wawancara dapat dilaksanakan secara terstruktur maupun tidak terstruktur

(Sugiyono, 2013: 138). Wawancaa terstruktur merupakan teknik wawancara

dimana narasumber hanya memberikan jawaban yang terbatas. Pilihan jawaban

biasanya telah disusun oleh peneliti di pedoman wawancara. Pedoman yang

disusun juga sangat rinci sesuai dengan bitur pertanyaan yang hendak ditanyakan.

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara dimana narasumber tidak diberi

batasan jawaban, sehingga data yang diperoleh diharapkan lebih mendalam.

Pedoman yang disusun biasanya hanya berupa garis besar pertanyaan-pertanyaan

yang hendak ditanya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti menggunakan wawancara

tidak terstruktur. Hal ini dikarenakan peneliti bermaksud untuk mendapatkan

informasi yang lebih beragam dari narasumber, yang diharapkan kelak dapat

melengkapi analisis data yang telah diperoleh dari instrumen lain.

E. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman mengenai variabel-variabel yang

digunakan, maka perlu adanya penjelasan operasional dari variabel-variabel

tersebut, diantaranya adalah:

1. Peta Konsep

(28)

simbol, grafik, atau kode tertentu. Dalam penelitian ini, digunakan media peta

konsep dengan sistem hierarki yang juga digunakan oleh Novak dan Canas (2006:

5). Bentuk dan isi dari peta konsep disesuaikan dengan bahan ajar. Adapun

penyesuaian yang dimaksud adalah tampilan peta konsep serta metode

pengaplikasian media peta konsep dalam kegiatan pembelajaran.

Media peta konsep ini digunakan sebagai treatment untuk siswa kelas VII SMP semester dua. Maka dari itu, peneliti memilih materi pokok yang diajarkan

di semester dua. Dengan berbagai pertimbangan, peneliti menggunakan media

peta konsep dengan materi pokok yang memiliki banyak istilah dan konsep baru

yang perlu dipelajari siswa, yaitu materi mengenai cuaca dan iklim. Peta konsep

yang disusun berbentuk sentral atau seperti jaring laba-laba dimana konsep atau

materi pokok berada ditengah peta konsep. Agar treatment tepat sasaran dan efektif, peneliti dan guru berkolaborasi menyusun media peta konsep terkait

materi yang akan diajarkan ke siswa, yang selanjutnya dikonsultasikan dengan

dosen pembimbing.

2. Hasil Belajar

Didefinisikan sebagai kemampuan ranah kognitif yang dimiliki siswa

setelah menerima kegiatan pembelajaran. Ranah kognitif yang dimaksud merujuk

kepada taksonomi Bloom. Dikarenakan keterbatasan sarana dan waktu, maka

peneliti membatasi pengukuran hasil belajar hingga C4. Dengan demikian dalam

penelitian ini ranah kognitif yang diukur meliputi kemampuan mengingat (C1),

pemahaman (C2), penerapan atau aplikasi (C3) dan analisis (C4). Peningkatan

hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan tes objektif dengan format pilihan

ganda yang mengacu kepada klasifikasi ranah kognitif yang telah ditentukan dan

disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata

pelajaran IPS. Tes pilihan ganda berisi materi tentang cuaca dan iklim, dengan

(29)

F. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

Sebelum mengadakan penelitian di SMP Negeri 9 Bandung, peneliti

mengadakan berbagai persiapan. Hal pertama yang peneliti lakukan adalah

mengadakan observasi awal dan melengkapi perizinan serta administrasi

dengan pihak sekolah. Selanjutnya dalam tahap persiapan adalah sebagai

berikut:

a. Menentukan dan menyusun variabel penelitian.

b. Menyusun instrumen penelitian. Instrumen yang disusun

disesuaikan dengan materi dan baik kelas kontrol maupun kelas

ekperimen menerima soal tes yang sama. Selama penyusunan

peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan kemudian

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing yang telah ditetapkan.

c. Menentukan kelas yang akan dijadikan sampel.

d. Menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai sampel dalam uji

coba soal. Sampel yang digunakan untuk tes uji coba soal adala h

kelas yang telah mempelajari materi yang akan diterapkan baik

pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

e. Melakukan uji coba instrumen penelitian melalui uji validitas, uji

reabilitas, uji tingkat kesukaran soal, dan uji permbeda.

f. Jika soal tes belum memenuhi kriteria soal tes yang baik, maka

dilakukan uji instrumen yang kedua.

g. Menyusun instrumen final, yaitu instrumen yang akan digunakan

untuk pelaksanaan penelitian.

h. Menyusun dan merencanakan program treatment. Termasuk didalamnya adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

(30)

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan. Di tahap ini peneliti akan

melakukan:

a. Penyebaran tes awal, atau pretest. Dilaksanakan untuk mengukur

kemampuan siswa terhadap pokok bahasan.

b. Pelaksanaan treatment. Yaitu pelaksanaan kegiatan pembelajaran terhadap kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Kelas eksperimen

melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media peta

konsep yang telah disiapkan, sementara itu Kelas kontro l

melakukan kegiatan pembelajaran tanpa menggunakan media peta

konsep. Pelaksanaan treatment dilakukan sebanyak satu kali pertemuan.

c. Penyebaran tes akhir, atau posttest. Dilaksanakan setelah dilakukan

treatment, bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perubahan hasil belajar siswa setelah menerima treatment. Tes yang digunakan dalam posttest adalah tes yang sama dengan yang digunakan pada

pretest.

d. Analisis data. Setelah informasi dari posttest diterima, maka

peneliti melakukan pengolahan dan analisis data untuk mengetahui

ada atau tidaknya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

Analisis dilakukan dengan metode statistik interferensial.

3. Tahap Penyelesaian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap penyelesaian meliputi:

a. Mengolah data hasil penelitian.

b. Menganalisis data hasil penelitian. Proses analisis data meliputi

analisis statistik, uji normalisasi, uji homogenitas (bila data

berdistribusi normal), uji hipotesis, dan melihat keefektifan dari

(31)

c. Menarik kesimpulan dan saran Penarikan kesimpulan didasarkan

pada data-data yang telah didapat sebelumnya. Apakah hipotesis

yang diajukan dapat terbukti atau tidak.

d. Membuat Laporan. Laporan penelitian dibuat setelah semua data

terkumpul dan kesimpulan didapat. Penyususnan laporan dilakukan

dibawah bimbingan dosen.

G. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian, selanjutnya diolah

dan dianalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis

apakah diterima atau ditolak. Teknik pengolahan dan analisis data

menggunakan metode statistik. Statistik, dalam pengertian ini adalah suatu

metode, adalah cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka

mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikam, menganalisis, dan

memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang berupa

angka sehingga dapat memberikan pengertian dan makna tertentu (Sudijono,

2009: 3).

Dalam penelitian ini, teknik pengolahan data dibagi menjadi dua

bagian utama, yaitu analisis Instrumen penelitian dan analisis data penelitian.

1. Analisis Instrumen Penelitian

Sebelum instrumen digunakan untuk treatment maka diperlukan pengujian untuk mengetahui kualitas instrumen. Bila instrumen lulus

pengujian, maka instrumen dapat dikatakan layak dan dapat dipertanggung

(32)

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang mengukur tingkat

validitas/kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid bila

mampu mengukur apa yang diharapkan dan mengungkap data variabel yang

diteliti secara tepat.

Untuk mengetahui validitas instrumen angket, peneliti menggunakan

Cronbach Alpha pada software SPSS 18, sedangkan untuk mengetahui validitas instrumen tes, dapat dihitung dengan menggunakan Pearson Product-Moment yang digunakan dalam Arikunto (2009: 72) sebagai berikut:

=

(

)

2

2

{

2

(

2

)}

Keterangan:

X= skor butir soal

Y= skor total tiap butir soal

n= jumlah subjek

rxy= koefisien korelasi antara variabel Y dan Y

Selanjutnya, besarnya koefisien dihitung dengan rumus:

ℎ� � = −

2 1− 2

Harga thitung yang didapat kemudian dikonsultasikan dengan tabel distribusi r product. Instrumen dinyatakan valid apabila rhitung > rtabel. Selain itu juga digunakan interpretasi berdasarkan kategori sesuai tabel (Arikunto,

(33)

Nilai rxy Kriteria

1,00 Sempurna

0,80-0,99 Sangat Tinggi

0,60-0,79 Tinggi

0,40-0,59 Cukup

0,20-0,39 Rendah

0,00-0,19 Sangat Rendah

Tabel 3.1: Klasifikasi Validitas Butir Soal.

b. Uji Reabilitas

Reabilitas dapat diartikan sebagai sejauh mana suatu alat ukur dapat

diyakini memberikan informasi yang konsisten dan tidak mendua tentang

karakteristik peseta yang diujikan (Zainul, 2001: 186). Reabilitas dalam

dimaksudkan untuk melihat keajegan instrumen dalam mengukur bila

instrumen tersebut diujikan kepada siswa lebih dari satu kali.

Untuk mengukur reabilitas instrumen angket, peneliti menggunakan

Cronbach Alpha pada software SPSS 18. Instrumen angket akan dianggap relabel apabila skor Cronbach Alpha < 6.00. angket dianggap memili reabilitas tinggi apabila mencapai skor ≥ 8.00.

Sehubungan dengan bentuk tes yang merupakan tes objektif, maka

peneliti memberikan skor 1 untuk soal yang benar dan skor 0 untuk soal yang

salah. Teknik uji reabilitas tes menggunakan rumus Spearman-Brown, yaitu:

11 =

2 1/2 1/2

1 + 1/2 1/2

Keterangan:

r11 = reabilitas instrumen

(34)

Besar koefisien reabilitas diinterpretasikan untuk menyatakan kriteria

reabilitas. Arikunto (2006: 167) memberikan kriteria penafsiran sebagai

berikut:

r11 Kriteria

0,800 ≤ r11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,600 ≤ r11 ≤ 0,800 Tinggi

0,400 ≤ r11 ≤ 0,600 Cukup

0,200 ≤ r11 ≤ 0,400 Rendah

0,00 ≤ r11 ≤ 0,200 Sangat Rendah

Tabel 3.2: Koefisien Korelasi reabilitas.

c. Uji Tingkat Kesukaran

Uji tingkat kesukaran dapat diartikan sebagai uji proposi peserta tes

yang menjawab benar terhadap butir soal (Zainul, 2001: 174). Soal yang

baik, adalah soal yang sedang, maksudnya tidak terlalu sukar maupun tidak

terlalu mudah. Bila soal terlalu mudah, maka frekuensi distribusi paling

banyak berada pada bagian skor tinggi, sedangkan bila soal terlalu sulit,

maka frekuensi distribusi paling banyak berada pada bagian skor rendah.

Untuk mengetahui tingkat kesukaran masing-masing butir soal, maka

digunakan rumus sebagai berikut (dalam Zainul, 2001: 174):

�= �

Keterangan:

P = tingkat kesukaran

∑B = jumlah yang menjawab benar ∑S = jumlah yang menjawab salah

Untuk pengkategorian tingkat kesukaran butir soal, penelit i

(35)

Nilai P Tingkat Kesukaran

0,00-0,30 Sukar

0,31-0,70 Sedang

0,71-1,00 Mudah

Tabel 3.3: Klasifikasi tingkat kesukaran.

d. Uji Daya Pembeda

Daya beda butir soal adalah indeks yang menunjukkan tingkat

kemampuan butir soal untuk membedakan kelompok yang berprestasi tinggi

(kelompok atas) dan kelompok yang berprestasi rendah (kelompok bawah)

diantara peserta tes (Zainul, 2001: 177). Untuk mengetahui daya pembeda,

digunakan rumus (D) sebagai berikut:

� =� − � 0.5

Keterangan:

D = Daya beda

Ba = Jumlah kelompok atas yang menjawab benar

Bb = Jumlah kelompok bawah yang menjawab benar

T = Jumlah peserta

Arikunto (2006: 218), Mengklasifikasikan daya pembeda adalah

berikut:

D Klasifikasi

0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek

0,20 ≤ D ≤ 0,40 Cukup

0,40 ≤ D ≤ 0,70 Baik

(36)

2. Hasil Analisis Uji Instrumen

Berdasarkan pemaparan tentang teknik analisis hasil instrumen yang

telah dipaparkan sebelumnya, untuk memperoleh data instrumen yang baik

maka instrumen tersebut harus diuji cobakan terlebih dahulu. Pelaksanaan uji

instrumen dilaksanakan pada tanggal 4, 7, 10, dan 14 Maret 2014 di SMP N

19 Bandung. Data hasil uji coba instrumen ini meliputi uji validitas, tingkat

kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas soal tes. Sedangkan untuk data

angket dilaksanakan judgement instrumen yang melibatkan siswa kelas VII, dan guru mata pelajaran. Proses judgement juga dilaksanakan dibawah bimbingan dosen pebimbing. Disamping judgement indtrumen, angket juga menjalani uji validitas dan reabilitas.

a. Uji Instrumen tes

Uji validitas dan reabilitas tes dilaksanakan di SMP Negeri 19

Bandung di dua kelas, yaitu kelas VII B dan kelas VII C. Data yang

diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan software Anates 2.0. Hasil uji coba instrumen tes pada kedua kelas dapat dilihat lampiran.

Pada kelas VII B diketahui bahwa terdapat 17 soal yang valid, dengan

tingkat kesukaran butir soal yang bervariasi. Sedangkan pada tabel kelas VII

C didapat 12 soal yang valid dengan tingkat kesukaran butir soal yang

bervariasi pula. Dari hasil pengolahan data dengan Anates diketahui pula

tingkat reabilitas kedua kelas sebagai berikut.

Kelas Reabilitas Kategori

7 B 0,80 Sangat tinggi

7 C 0,67 Tinggi

(37)

Setelah memperoleh kedua data tersebut, maka hasil uji instrumen tes

selanjutnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk menentukan

butir soal mana yang digunakan dalam penelitian dan mana yang dibuang.

Setelah dikunsultasikan, maka didapat 20 butir soal yang digunakan yaitu

butir soal nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 18, 19, 21, 22, 24,

dan 25.

b. Uji Instrumen Angket

Uji Instrumen angket dilaksanakan di SMP Negeri 19 pada satu kelas,

yaitu kelas VII B. Uji validitas angket dilakukan dengan menggunakan fungsi

Cronbach Alpha pada SPSS 18. Hasil uji validitas angket dapat dilihat pada lampiran. Dari pengolahan dengan Cronbach Alpha diperoleh pula nilai reabilitas angket sebagai berikut.

Tabel 3.6 : Hasil uji reabilitas instrumen angket.

Diketahui bahwa terdapat 22 butir pertanyaan angket yang valid dan

tingkat reablitas butir soal angket adalah 0,797 atau 0.80 yang berarti

memiliki kategori reabilitas yang tinggi atau dapat dipercaya. Hasil data

angket kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Dari hasil

konsultasi maka terdapat 5 butir pertanyaan yang dieliminasi, yaitu

pertanyaan nomor 5, 7, 9, 11, dan 18. Sedangkan 3 butir pertanya an direvisi

yaitu pertanyaan nomor 8, 12, dan 20. Dengan demikian, maka diperoleh 25

(38)

Tahap berikutnya, peneliti akan menjelaskan langkah-langkah

pengolahan data penelitian. Untuk data hasil tes hasil belajar yang telah

terkumpul, dianalisis dengan menggunakan teknik perhitungan statistik.

(39)

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai

data yang diperoleh. Adapun data deskriptif yang dihitung adalah distribusi

frekuensi, simpang baku, mean, modus, rentang kelas, dan varians.

b. Menghitung Nilai Gain

Perubahan hasil belajar ada kalanya meningkat ataupun menurun.

Untuk lebih memudahkan melihat peningkatan ataupun penurunannya

digunakan gain (�) sebagai indikator perubahan tersebut. Apabila nilai gain

memiliki nilai positif hal ini berarti siswa tersebut memiliki peningkatan dan

apabila memiliki nilai negatif berarti siswa tersebut mengalami p enurunan.

�= � ℎ� − �

c. Menghitung Nilai Gain yang Dinormalisasi

Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain

yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum (Hake dalam Rizki, 2011).

Nilai gain yang dinormalisasi selanjutnya digunakan untuk statistik

inferensial (uji normalitas, homogenitas, dan hipotesis). Persamaan nilai gain

menggunakan rumus yang digunakan oleh Hake (dalam Rizki, 2011) sebagai

berikut:

� = � ℎ� − �

� − �

Interpretasi terhadap nilai gain yang dinormalisasi yang diperoleh

ditunjukkan dalam tabel berikut:

Nilai � Klasifikasi

� 0,7 Tinggi

(40)

Tabel 3.7: Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi.

d. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat

berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data diperlukan untuk

menentukan pengujian beda dua rerata yang akan diselidiki. Dikarenakan

pemilihan sampel menggunakan metode non-random, maka uji normalitas dilakukan dengan metode Liliefors (Sudjana: 2005). Persamaan yang digunakan untuk uji normalitas sesuai dengan yang dijelaskan oleh Sudjana

(2005) sebagai berikut:

Jika terdapat sebuah sampel non-random berukuran n dengan rata-rata dan standar deviasi s, maka untuk keperluan tes harus dihitung frekuensi teoritis (Fo) dan frekuensi observasi atau hasil pengamatan (Sn).

� = 1

, 2, . . . , � �

Sedangkan untuk menghitung nilai z digunakan persamaan dibawah ini:

� = �−

Selanjutnya untuk menghitung Fo menggunakan persamaan berikut:

� � =� �

Setelah didapatkan beberapa data tersebut selanjutnya dapat dihitung harga

(41)

�= 1,031

Persamaan di atas digunakan jika menggunakan taraf nyata sebesar 1%.

Kriteria nilai perbandingan antara Lo dan L adalah sebagai berikut:

1) Data berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan tidak melebihi nilai L dari daftar.

2) Data tidak berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi nilai L dari daftar.

e. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan melihat homogenitas atau

kesamaan beberapa bagian sampel atau seragam tidaknya variansi

sampel-sampel yaitu apakah mereka berasal dari populasi yang sama. Untuk menguji

homogenitas digunakan persamaan yang dijelaskan oleh Sudjana (2005)

sebagai berikut:

Bila Fhitung< Ftabel maka dapat dikatakan variansi homogen atau

s2b = s2k.

f. Uji hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas ternyata diperoleh

bahwa data terdistribusi normal dan homogen, maka untuk menguji hipotesis

peneliti menggunakan uji statistik parametrik, yaitu uji-t. Akan tetapi apabila

salah satu data tidak normal atau tidak homogen maka statistik yang digunakan

adalah statistik non-parametrik yaitu menggunakan uji Wilcoxon. Prosedur yang digunakan peneliti untuk melakukan uji hipotesis merujuk kepada penjelasan dari

(42)

1. Uji t

Bila data berdistribusi normal dan homogen maka tahap selanjutnya

dilakukan uji t. Langkah-langkah untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji-t adalah sebagai berikut:

1) Menghitung nilai t dengan persamaan:

= x −1 x 2 1

1+

1

2

dimana:

2 = 1−1 1

2+

2−1 22

1+ 2−2

keterangan:

x1 = rata-rata gain yang dinormalisasi pada kelas eksperimen

x2 = rata-rata gain yang dinormalisasi pada kelas kontrol

s1 = simpangan baku kelas eksperimen

s2 = simpangan baku kelas kontrol

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen

n2 = jumlah siswa kelas kontrol

2) Mencari nilai t pada tabel distribusi t untuk tes satu ekor dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2– 2) pada taraf signifikansi α, untuk nilai yang

sudah ditentukan.

3) Membandingkan nilai t. H0 diterima apabila t < t1-1/2α dan H0 ditolak

(43)

2. Uji Wilcoxon

Uji wilcoxon dilakukan bila data yang diperoleh berdistribusi tidak normal

dan tidak homogen. Langkah-langkah untuk menguji hipotesis dengan

menggunakan uji Wilcoxon adalah sebagai berikut:

1) Membuat daftar rank, yaitu dengan mencari selisih nilai gain yang dinormalisasi dari kedua kelas yang kemudian diurutkan.

2) Menghitung nilai W, yaitu bilangan terkecil dari jumlah rank positif atau jumlah rank negatif dari daftar rank yang telah dibuat.

3) Menentukan nilai Wtabel untuk jumlah sampel n pada taraf signifikansi α. Apabila nilai n > 25, maka nilai W dapat dihitung menggunakan persamaan:

( ) =

( + 1) 4 −

+ 1 (2 + 1) 24

x merupakan sebuah konstanta yang nilainya bergantung pada taraf signifikansi yang digunakan.

x = 2,5758 (untuk taraf signifikansi 1%)

x = 1,96 (untuk taraf signifikansi 5%)

4) Membandingkan nilai W untuk menguji hipotesis. Apabila nilai

� maka H0 ditolak dan apabila > � maka H0 diterima.

Adapun nilai yang diperolah dari hasil pengolahan dengan

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis, ditemukan beberapa hal yang

menjadi dasar penarikan kesimpulan tentang pengaruh media peta konsep

terhadap hasil belajar IPS. Kesimpulan-kesimpulan ini akan dijelaskan dalam

beberapa poin sebagai berikut.

1. Terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil belajar pretest dan hasil

belajar posttest siswa pada kelas eksperimen atau kelas yang menggunakan

media peta konsep. Peningkatan ini terlihat pada nilai gain yang positif dan

diterimanya hipotesis alternatif pada uji wilcoxon. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa penggunaan media peta konsep dapat mempengaruhi

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

2. Terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil belajar pretest dan hasil

belajar posttest siswa pada kelas kontrol atau kelas yang tidak menggunakan

media peta konsep. Peningkatan ini terlihat pada nilai gain yang positif dan

diterimanya hipotesis alternatif pada uji wilcoxon. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa tanpa menggunakan media peta konsep, siswa dapat

mengalami peningkatan hasil belajar. Namun peningkatan yang signifikan

ini dapat dipahami sebagai “hallo effect” (efek halo) dimana pemahaman

siswa pada kelas kontrol telah dipengaruhi oleh pemberian butir soal tes

yang sama baik pada pretest dan posttest meskipun tidak diberi treatment. Peningkatan yang diperoleh juga lebih kecil dibandingkan dengan kelas

(45)

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada kelas

yang menggunakan media peta konsep dengan siswa pada kelas yang tidak

menggunakan media peta konsep. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai N-gain

kelas eksperimen yang lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol.

Perbedaan lainnya juga terlihat dengan diterimanya hipotesis alternatif pada

uji wilcoxon. Perbedaan yang signifikan ini menujukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media peta konsep dapat meningkatkan

hasil belajar pada mata pelajaran IPS dibandingkan pembelajaran yang tidak

menggunakan media peta konsep.

4. Terdapat respon positif terhadap aspek-aspek yang menyangkut penggunaan

media peta konsep dalam meningkatkan hasil belajar. Hal ini terlihat dari

hasil crosstab pada beberapa butir soal angket dimana mayoritas siswa memberikan jawaban positif terhadap pernyataan-pernyataan mengenai

minat, peningkatan kemampuan kognitif, dan motivasi belajar IPS. Dengan

demikian penggunaan media peta konsep tidak hanya meningkatkan hasil

belajar siswa, tapi juga meningkatkan aspek-aspek pembelajaran lainnya.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran dalam

penggunaan media peta konsep sebagai berikut.

1. Materi pada mata pelajaran IPS pada hakikatnya merupakan pelajaran

tentang lingkungan disekitar siswa. Maka direkomendasikan untuk

melibatkan siswa dalam menyusun peta konsep agar dapat membantu

siswa menemukan hubungan antara materi pembelajaran IPS dengan

kehidupan sehari-hari siswa. Melibatkan siswa dalam menyusun peta

(46)

2. Media peta konsep dapat digunakan bersama media atau metode

pembelajaran lainnya. Disarankan bagi para guru untuk mengeksplorasi

berbagai jenias media lainnya yang dapat dikolaborasikan dengan media

peta konsep.

3. Bagi penelitian selanjutnya tentang penggunaan media peta konsep,

disarankan untuk melakukan penelitian terhadap variabel terikat yang

berbeda atau terhadap jenis sampel yang berbeda. Sehingga diharapkan

terdapat temuan-temuan baru dalam penggunaan media peta konsep pada

(47)

Daftar Pustaka

Anderson, Lorin W. Krathwohl, David R. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Paraktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-asar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, Azhar. (1997). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ary, Donald Dkk. Furchan, Arief. (2011). Pengantar Penelitian Dalam

Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Association for Educational and Technology. (1997). The Definition of Educational Technology. Washington D.C.: AECT.

Bloom, Benjamin S. (1981). Evaluation to Improve Learning. R.R. Donnelley & Sons.

Chiou, C. C. (2008). "The Effect of Concept Mapping on Student's Learning

Achievements and Interests". Innovations in Education and Teaching International. 45, (4), 375-387.

Creswell. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dahar, RW. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dedeh. (2011). Penerapan Peta Konsep Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Pkn. Skripsi Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Depdiknas. (2005). Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Fokusmedia.

(48)

Hergenhahn, B. R. dan Olson, Matthew H. (2008). Theories of Learning (7th ed.).

Kustandi, Cecep. Sutjipto, Bambang. (2011). Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.

Munadi, Yudhi (2008). Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Press.

Munthe, Bermawy. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

NCSS. (2014). National Curriculum Standards for Social Studies. [online]. Tersedia : http://www.socialstudies.org/standards/introduction.

[18 Mei 2014].

Novak, J & Canas, A. (2008). The Theory Underlying Concept Maps and How to Construct and Use Them [online]. Tersedia:

http://cmap.ihmc.us/Publications/ResearchPapers/TheoryCmaps/TheoryUn

derlyingConceptMaps.htm#_ftn1 [11 September 2013].

Novak, J. & Canas, A. (2008). The theory underlying concept maps and how to construct them [online]. Tersedia:

http://cmap.ihmc.us/Publications/ResearchPapers/TheoryUnderlyingConce

ptMaps.pdf [11 September 2013].

Novak, J. D. Cañas, A. J. (2006). The Origins of the Concept Mapping Tool and

the Continuing Evolution of the Tool. Dalam Information Visualization Journal [online], vol 5, 175-184. Tersedia:

http://cmap.ihmc.us/publications/researchpapers/originsofconceptmappingt

(49)

Riani, Enung Rini. (2011). Penggunaan Peta Konsep Dalam Upaya Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah. Skripsi Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sadiman, Arief. Dkk. (2009). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Saleh, Andri. (2008). Kreatif Mengajar dengan Mindmap. Bandung: Tinta Emas. Sapriya. (2011). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja

Rosdakarya Offset.

Setiawan, Asep Wawan. (2011). Penerapan Metode Quantum Learning Dengan Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping) Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Siwa. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Silberman, Mel, Dr. (2006). Active Learning 101 Cara belajar Aktif. Bandung: Nusamedia.

Sudijono, Anas. (2009). Pengantar Statistik Pendidikan. Rajawali Pers. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.

Sugiyono. (2006). Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta.

Gambar

Tabel 1.1 : Data nilai UAS siswa kelas VII tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013
Tabel 3.1: Klasifikasi Validitas Butir Soal.
Tabel 3.2: Koefisien Korelasi reabilitas.
Tabel 3.3: Klasifikasi tingkat kesukaran.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terlihat dari adanya kepuasaan dengan sesama buruh gendong yang memberikan perhatian dan bersikap baik terhadap kedua subyek serta afek yang positif yang

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran matematika menggunakan teori Bruner dengan bantuan peta konsep dapat meningkatkan penalaran dan

1. Merancang isi website. Mengumpulkan dan memelihara isi website berupa profil perusahaan aktifitas dan kebijakan perusahaan. Sebagai penghubung antara sesama

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis tabulasi silang. Analisis deskriptif bertujuan untuk mengubah sekumpulan data

Dengan kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola dengan baik sumber-sumber pendapatan asli daerah, maka diharapkan jumlah Pendapatan Asli Daerah dapat meningkat.Peningkatan jumlah

Pengaruh Keterampilan Mengelola Kelas Terhadap Efektivitas Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Kelas X Di Smk Pasundan 3 Bandung..

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui 1) pengaruh penggunaan media pembelajaran terhadap penguasaan materi akuntansi harga pokok produk. 2) pengaruh disiplin

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana membuat sistem pendukung pengambilan keputusan untuk memberikan rekomendasi jenis kredit yang