Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
REVITALISASI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DALAM PROGRAM PEMBINAAN WARGA NEGARA INDONESIA MUDA
DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK
( Studi Deskriptif di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II.B
Propinsi Kalimantan Barat )
T E S I S
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister pada
Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
O l e h :
THOMY SASTRA ATMAJA, SH.
1101155
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda
di Lembaga Pemasyarakatan Anak
(Studi Deskriptif pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB
Propinsi Kalimantan Barat)
Oleh
Thomy Sastra Atmaja
S.H Universitas Tanjungpura Pontianak, 2008
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Kewarganegaraan
© Thomy Sastra Atmaja 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
LEMBAR PENGESAHAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING DAN PENGUJI
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. H. Endang Danial, A.R, M.Pd Prof. Dr. H. Suwarma A. M., SH, M.Pd
NIP : 19500502 197603 1 002 NIP. 19530211 197803 1 002
Penguji I, Penguji II,
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19630820 198803 1 001 NIP. 19700814 199402 1 001
Mengetahui,
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ABSTRAK
Masalah kenakalan anak (juvenile delinquency) merupakan salah satu masalah sosial yang sangat kompleks dan menyeluruh, yang dapat menghambat laju pembangunan, karena masalah tersebut dapat mengganggu keamanan, ketertiban, serta ketenteraman dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Oleh sebab itu, pembinaan terhadap anak yang bermasalah dengan hukum melalui pengembangan program Pendidikan Kewarganegaraan, diharapkan dapat mengubah dan membentuk karakter anak agar menjadi warga negara yang baik yang mampu tumbuh dan berkembang menjadi tunas harapan bangsa dalam melanjutkan cita-cita pembangunan negara Indonesia.
Berkenaan dengan pembinaan pada anak yang bermasalah dengan hukum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengembangan program Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembinaan anak yang bermasalah dengan hukum di Lembaga Pemasyarakatan Anak dalam kedudukannya sebagai citizenship education. Penelitian ini dilakukan di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa studi literatur, observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan program Pendidikan Kewarganegaraan di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar dilakukan secara komprehesif melalui bimbingan belajar serta kegiatan pembinaan lainnya. Kesimpulan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1) Perencanaan pembelajaran PKn dirumuskan sesuai dengan modul PKn Kelas VI paket A. 2) Pelaksanaan pembelajaran PKn telah dilakukan secara baik terdiri dari tahap awal (kegiatan apersepsi dan eksplorasi), tahap inti (penyampaian materi, penerapan metode dan pemanfaatan media), serta tahap akhir (refleksi dan penugasan) sesuai karakteristik pendidikan nonformal. 3) Proses pembelajaran PKn disesuaikan dengan karakteristik pendidikan nonformal dimana pengaturan mengenai tempat, waktu , sarana, sumber, tenaga pengajar serta warga belajar tidak bersifat tetap dan ketat. 4) Keberhasilan program PKn telah memberikan peningkatan kualitas pengetahuan, keterampilan, serta sikap terhadap warga negara muda. 5) program pembinaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dilaksanakan meliputi: pembinaan kesadaran beragama, pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara, pembinaan kemampuan intelektual, pembinaan kesadaran hukum, pembinaan mengintegrasikan diri dengan masyarakat, keterampilan untuk mendukung usaha mandiri, keterampilan untuk mendukung usaha industri kecil, keterampilan sesuai dengan bakat, serta keterampilan untuk mendukung usaha industri dan pertanian. 6) tantangan LAPAS Anak Klas IIB Kalbar: mempersiapkan anak menjadi manusia seutuhnya, meningkatkan kebutuhan pendidikan dan kesehatan, meminimalisir stigma negatif masyarakat terhadap mantan anak didik pemasyarakatan, serta memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana. Persoalan LAPAS Anak Klas IIB Kalbar: anggaran, jumlah petugas pembina, serta kondisi sarana dan prasarana. Solusi LAPAS Anak KLas IIB Kalbar: mengurangi pengeluaran keuangan, membangun koordinasi, serta memusatkan kegiatan di ruang aula.
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menggunakan metode diskusi dan pemecahan masalah (problem solving) dengan pendekatan inquiri, induktif, dan tematik.
ABSTRACT
Delinquency problems (juvenile delinquency) is one of the social issue that is very complex and thorough, which can hamper the rate of development, because that problem can interfere with the safety, orderliness, and peace in social life. Therefore, the child founding in conflict with the law through the development of civic education program is expected to change and shape the character of children to become good citizens who are able to grow and develop into nation shoots in continuing the ideals development of the Indonesian state.
In connection with the child founding in confilct with the law, this aims of study are to determine how the development of civic education programs in coaching children in conflict with the law in Childrens’ Correctional Institution in his capacity as the son of citizenship education.
The research was conducted in Childrens’ Correctional Institution Class IIB Kalbar. The method that is used in this study is a descriptive study. The approach that is used in this study is qualitative. The technique of data collection that is used in the form of literature, observation, interviews, documentation, and data triangulation.
The study results showed that the development of civic education programs in
Childrens’ LAPAS Class IIB Kalbar is done comprehensive through tutoring and
other development activities. Studies conclusion was formulated as follows: 1) The planning of Civic Education is formulated in accordance with the module Civics package A class six. 2) Implementation of Learning Civic Education has done well consists of first stage (apersepsi and exploration activities), the core stage (explain of materials, application methods and use of the media), and the last stage (reflection and assignments) in accordance with the characteristics of non-formal education. 3) The process of learning civics education in accordance with the characteristics of non-formal settings where the place, time, facilities, resources, teachers and learners are not fixed and tight. 4) The success of Civic Education program has provided an increasement in the quality of knowledge, skills, and attitudes to young citizens. 5) training program knowledge, skills, and attitudes held include: fostering awareness of religion, nation and state building awareness, intellectual capacity building, fostering awareness of the law, to integrate himself with the coaching community, the skills to support independent businesses, the skills to support a small industry , skills according to their talents and skills to support industrial and agricultural enterprises.
6) Childrens’ LAPAS Kalbar challenges Class IIB: preparing children to become a
whole person, improve education and health needs, minimizing the negative stigma towards former students penal, as well as meeting facilities and infrastructure needs.
The issue of Childrens’ LAPAS Class IIB Kalbar: the budget, the number of officers
builder, as well as the condition of facilities and infrastructure. The solution for
Childrens’ LAPAS Class IIB Kalbar: reduce financial expenditures, build
coordination, and focus on the activities hall.
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6
C.Pertanyaan Penelitian ... 6
D.Tujuan Penelitian ... 7
E.Manfaat Penelitian... 8
F. Struktur Organisasi Tesis ... 9
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat dan Makna Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). ... 10
2. Tujuan dan Program Pendidikan Kewarganegaraan... 15
3. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sebagai Program Pendidikan Persekolahan (Civic Education). ... 25
4. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sebagai Program Pendidikan Masyarakat (Citizenship Education)... 27
B. Karakteristik Warga Negara Yang Baik 1. Batasan Warga Negara. ... 30
2. Syarat-Syarat Kewarganegaraan ... 33
3. Macam-Macam Kewarganegaraan. ... 35
4. Warga Negara Indonesia Yang Baik... 36
C.Eksistensi Lembaga Pemasyarakatan Anak (LAPAS Anak) 1. Sejarah Lembaga Pemasyarakatan Anak ... 38
2. Asas Lembaga Pemasyarakatan Anak ... 42
3. Tujuan Lembaga Pemasyarakatan Anak. ... 43
4. Tugas Lembaga Pemasyarakatan Anak. ... 44
5. Fungsi Lembaga Pemasyarakatan Anak. ... 45
D. Hasil Penelitian Relevan Terhahulu ... 46
E. Paradigma Penelitian. ... 47
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Metode Penelitian ... 52
B. Teknik Pengumpul Data Penelitian. ... 53
C. Defenisi Operasional. ... 59
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan A.Deskripsi Umum Lokasi Penelitian. 1. Profil Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalbar. ... 72
2. Manajemen dan Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalbar. ... 80
3. Pembagian serta Penetapan Status Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalbar. ... 82
a. Pembagian Anak Didik Pemasyarakatan di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar. ... 82
b. Penetapan Status Anak Didik Pemasyarakatan di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar. ... 84
B.Deskripsi Hasil Penelitian 1. Pengembangan program Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembinaan warga negara muda di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalbar. ... 85
a. Perencanaan Program Pendidikan Kewarganegaraan. ... 86
b. Pelaksanaan Program Pendidikan Kewarganegaraan. ... 102
c. Proses Pembelajaran Pendidikan Kewaragnegaraan. ... 108
d. Keberhasilan Program Pendidikan Kewarganegaraan. ... 112
2. Program Pembinaan Pengetahuan, Keterampilan, serta Sikap Warga Negara Muda Yang dilaksanakan Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalimantan Barat. ... 120
a. Program Pembinaan Kepribadian. 1. Pembinaan Kesadaran Beragama. ... 124
2. Pembinaan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara. ... 131
3. Pembinaan Kemampuan Intelektual. ... 133
4. Pembinaan Kesadaran Hukum. ... 137
5. Pembinaan Mengintegrasikan Diri Dengan Masyarakat. ... 141
b. Program Pembinaan Kemandirian. 1. Keterampilan Untuk Mendukung Usaha-Usaha Mandiri... 142
2. Keterampilan Untuk Mendukung Usaha-Usaha Industri Kecil. ... 143
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Keterampilan Untuk Mendukung Usaha-Usaha Industri
Dan Kegiatan Pertanian. ... 148
3. Tantangan, Persoalan, serta Solusi Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalbar Dalam Melaksanakan Pembinaan Terhadap Warga Negara Muda (Anak Didik Pemasyarakatan). ... 153
a. Tantangan Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalimantan Barat Dalam Melaksanakan Pembinaan Terhadap Warga Negara Muda (Andikpas). ... 153
b. Persoalan Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalimantan Barat Dalam Melaksanakan Pembinaan Terhadap Warga Negara Muda (Andikpas). ... 159
c. Solusi Atas Persoalan Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalimantan Barat Dalam Melaksanakan Pembinaan Terhadap Warga Negara Muda (Andikpas). ... 163
C.Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengembangan program Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembinaan warga negara muda di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalbar. ... 166
a. Perencanaan program Pendidikan Kewarganegaraan. ... 169
b. Pelaksanaan Program Pendidikan Kewarganegaraan. ... 176
c. Proses Pembelajaran Pendidikan Kewaragnegaraan. ... 185
d. Keberhasilan Program Pendidikan Kewarganegaraan. ... 193
2. Program Pembinaan Pengetahuan, Keterampilan, serta Sikap Warga Negara Muda Yang dilaksanakan Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalimantan Barat. ... 197
a. Program Pembinaan Kepribadian. 1. Pembinaan Kesadaran Beragama. ... 202
2. Pembinaan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara. ... 204
3. Pembinaan Kemampuan Intelektual. ... 205
4. Pembinaan Kesadaran Hukum. ... 206
5. Pembinaan Mengintegrasikan Diri Dengan Masyarakat. ... 207
b. Program Pembinaan Kemandirian 1. Pembinaan Keterampilan Untuk Mendukung Usaha Mandiri. ... 207
2. Keterampilan Untuk Mendukung Usaha Industri Kecil. ... 208
3. Keterampilan Sesuai Dengan Bakat. ... 209
4. Keterampilan Untuk Mendukung Usaha Industri dan Pertanian. ... 209
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Tantangan Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalimantan Barat Dalam Melaksanakan Pembinaan Terhadap
Warga Negara Muda (Andikpas). ... 211
b. Persoalan Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalimantan Barat Dalam Melaksanakan Pembinaan Terhadap Warga Negara Muda (Andikpas). ... 216
c. Solusi Atas Persoalan Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalimantan Barat Dalam Melaksanakan Pembinaan Terhadap Warga Negara Muda (Andikpas). ... 218
BAB V : Kesimpulan Dan Rekomendasi A. Kesimpulan Umum. ... 220
B. Kesimpulan Khusus. ... 221
C. Rekomendasi. ... 223
DAFTAR PUSTAKA ... xiii SURAT PENELITIAN.
1
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini kecenderungan prilaku menyimpang yang dilakukan oleh
seorang anak masih mudah ditemukan. Berbagai kasus kriminal yang pernah
terjadi tidak sedikit berakibat pada pidana penjara seorang anak. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa masalah kenakalan anak (juvenile delinquency) merupakan
salah satu masalah sosial yang sangat kompleks dan menyeluruh, yang dapat
menghambat laju pembangunan, karena masalah tersebut dapat mengganggu
ketertiban, ketenteraman, serta keamanan baik jasmani, rohani maupun sosial
dalam kehidupan bersama, secara langsung maupun tidak langsung.
Lembaga Pemasyarakatan Anak (LAPAS Anak) merupakan salah satu
institusi sosial yang didirikan oleh pemerintah bersama masyarakat guna
melaksanakan tugas-tugas pendidikan dan pembinaan terhadap anak yang
bermasalah dengan hukum agar dapat kembali menjadi seorang warga negara
yang baik. Tujuan mulia tersebut didasari oleh pandangan bahwa anak merupakan
amanah sekaligus karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa harus kita
bina, pelihara dan kita jaga karena di dalam dirinya melekat harkat, martabat,
potensi serta hak-hak sebagai manusia yang harus kita junjung tinggi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Atmaja (2007:4) yang memberikan pemahaman
pentingnya membina, menjaga, memelihara serta memenuhi hak-hak anak, sebab
menurut beliau bahwa :
2
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Karena anak adalah generasi penerus bangsa, yang mampu menjamin untuk
meneruskan cita-cita pembangunan negara, yang mempunyai harkat, martabat,
potensi serta hak asasi layaknya orang dewasa, maka setiap anak wajib untuk
dilindungi dan dibina dalam mendukung perkembangannya. Tidak terkecuali
perlindungan dan pembinaan terhadap anak didik pemasyarakatan yang berada di
LAPAS Anak agar kembali menjadi warga negara yang baik.
Anak yang berada di LAPAS Anak secara sosial adalah anak yang
bermasalah dengan hukum. Yakni dengan ciri-ciri anak yang cacat
kepribadiannya, putus asa akan masa depan, anak yang hilang motivasi untuk
kembali berprestasi dan sukses di dalam kehidupannya, anak yang merasa malu
dan kurang percaya diri untuk berpartisipasi di dalam kehidupan bermasyarakat,
serta anak yang merasa termarjinalkan dari kehidupan masyarakat. Sehingga
dengan berbagai karakteristik tersebut, maka proses pembinaan untuk
mengembalikan anak menjadi warga negara yang baik serta pembangunan
karakter anak merupakan kebutuhan dan tantangan yang mendesak untuk
diwujudkan oleh setiap LAPAS Anak di Indonesia.
Tujuan utama dibentuknya LAPAS Anak di Indonesia bukan semata-mata
sebagai tempat penampungan bagi anak-anak yang bermasalah dengan hukum,
namun jauh lebih mulia tujuan negara membentuk LAPAS Anak di Indonesia
adalah untuk meningkatkan kualitas anak didik pemasyarakatan agar menyadari
kesalahan yang dilakukannya, dapat memperbaiki dirinya, serta adanya keinginan
untuk tidak melakukan dan mengulangi berbagai bentuk tindak pidana lainnya.
Selain itu LAPAS Anak juga bertujuan mempersiapkan anak agar dapat diterima
kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat berpartisipasi dan berperan aktif
dalam pembangunan, serta dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang
baik dan bertanggung jawab setelah selesai menjalani masa hukumannya.
Sedangkan tugas LAPAS Anak adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan
3
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Hasil penelitian yang dilakukan di LAPAS Anak Klas II.B Kalbar
memberikan gambaran awal bahwa data terakhir penghuni pada maret 2013
berjumlah 35 anak meliputi berbagai kasus, diantaranya kasus pencurian 9 anak,
asusila 17 anak, narkoba 7 anak, dan kasus perkelahian/penganiayaan 2 anak.
Kenyataan tersebut mengindikasikan bahwa tingkat kriminalitas yang dilakukan
oleh anak di wilayah hukum Kalimantan Barat tergolong besar. Sehingga
menuntut keseriusan pihak LAPAS Anak Klas IIB Kalbar dalam melaksanakan
pembinaannya. Disisi lain, dari aspek keamanan, ketertiban, dan ketentraman di
masyarakat, tentu kasus-kasus di atas sangat mengkhawatirkan apabila tidak
disikapi dengan program pembinaan yang benar.
Pembinaan terhadap anak yang berada di LAPAS Anak Klas II.B Kalbar
agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya dalam menjamin kelangsungan
pembangunan negara serta pencapaian cita-cita negara secara sadar harus selalu
diupayakan, sebab pengabaian terhadap pembinaan anak didik pemasyarakatan
agar menjadi warganegara yang baik akan menimbulkan berbagai gejala yang
jauh lebih kompleks. Seperti kurang mampunya anak berperan dan berpartisipasi
di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang tentunya akan
mempersulit posisi anak dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan global
setelah anak tersebut selesai menjalani masa pembinaannya.
Pada dasarnya penelitian ini mendeskripsikan secara menyeluruh berbagai
program pembinaan yang dilakukan oleh LAPAS Anak Klas II.B Kalbar yang
merupakan konsep dan praktik Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan hasil
penelitian pendahulun, peneliti menemukan berbagai program pembinaan yang
dilaksanakan oleh LAPAS Anak Klas IIB Kalbar yang merupakan konsep dan
praktik Pendidikan Kewarganegaraan seperti kegiatan keagamaan (siraman
rohani, mengaji, sholat, ke gereja), kegiatan pendidikan (bimbingan belajar,
pendidikan budi pekerti, sosialisasi hukum), kegiatan kesenian (bermain musik),
kegiatan kesehatan (olah raga), kegiatan pertanian (berkebun), kegiatan pelatihan
4
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dalam kaitan Pendidikan Kewarganegaraan dapat disikapi sebagai program
pendidikan kemasyarakatan, maka kegiatan-kegiatan pembinaan seperti di atas
memiliki keterkaitan dengan ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan yakni
sebagai tradisi citizenship education. Berbagai program pembinaan yang
dilaksanakan oleh LAPAS Anak Klas II.B Kalbar sebagaimana diatas pada
akhirnya bermuara pada pembentukan pribadi warga negara Indonesia yang baik.
Yakni warga negara Indonesia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, serta
sikap kewarganegaraan meliputi warga negara yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, warga negara yang mengetahui hak-hak dan
kewajibannya, warga negara yang memiliki kecerdasan (intelektual, emosional,
sosial, spritual), memiliki kepedulian kepada warga negara yang lain, memiliki
rasa bangga serta tanggung jawab, senantiasa didasari oleh etika dalam
berhubungan dengan sesamanya, mampu berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta warga negara yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air.
Dewasa ini konsep dan praktek Pendidikan Kewarganegaraan tidak terbatas
pada dunia pendidikan formal saja. Tetapi juga terjadi didalam pendidikan
nonformal, organisasi keagamaan. organisasi kemasyarakatan serta di lingkungan
masyarakat. Atas dasar keluasan cakupan Pendidikan Kewarganegaraan dalam
kedudukannya sebagai citizenship education tersebut, maka konsep dan praksis
Pendidikan Kewarganegaraan dapat terjadi dimana saja tak terkecuali di Lembaga
Pemasyarakatan Anak. Sebagaimana dikemukakan oleh Sapriya (2012:30-31)
berkaitan dengan tiga domain yang dilahirkan oleh konsep citizenship education,
memberikan batasan secara jelas mengenai ruang lingkup dari ketiga domain
citizenship education bahwa:
5
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dalam kaitannya dengan konsep dan praksis PKn dalam program
pembinaan di LAPAS Anak Klas II.B Kalbar, penjelasan yang dikemukakan di
atas dapat menjadi dasar teori mengenai ruang lingkup PKn dalam kedudukannya
sebagai citizenship education yang di praktekkan di LAPAS Anak Kalbar.
Sejalan dengan gagasan diatas, Cogan (Winataputra & Budimansyah,
2012:11) menegaskan bahwa :
“Civic Education secara umum menunjuk pada jenis-jenis kegiatan belajar yang terjadi dalam konteks struktur sekolah formal. Dalam posisi ini Civic Education diperlakukan sebagai mata pelajaran dasar yang dirancang untuk mempersiapkan para pemuda warganegara untuk dapat melakukan peran aktif dalam masyarakat, kelak setelah mereka dewasa. Sedangkan Citizenship Education/Education for Citizenship merupakan istilah generik yang mencakup pengalaman belajar disekolah dan diluar sekolah, seperti yang terjadi dilingkungan keluarga, dalam organisasi kemasyarakatan, dan dalam media. Oleh karena itu oleh Cogan disimpulkan Citizenship Education/Education for Citizenship merupakan suatu konsep yang lebih luas dimana Civic Education termasuk bagian penting didalamnya.
Dari gagasan diatas, dapat dipahami bahwa konsep civic education
digolongkan sebagai mata pelajaran dasar yang diajarkan didalam sekolah formal.
Sedangkan citizenship eduacation adalah hasil atau produk dari keseluruhan
proses belajar disekolah dan diluar sekolah dalam bentuk pengalaman belajar
siswa.
Oleh sebab itu, berangkat dari kedua pandangan di atas, tidak berlebihan
dikatakan bahwa berbagai program pembinaan yang dilaksanakan oleh LAPAS
Anak Klas IIB Kalbar juga merupakan pengembangan konsep-konsep dan praksis
PKn dalam kedudukannya sebagai citizenship education dalam rangka
membentuk anak menjadi warga negara yang baik.
Kemudian gagasan mengenai konsep PKn dalam kedudukannya sebagai
citizenship education juga dikemukakan oleh Winataputra (Samsuri et al,
2012:73) dimana menurutnya bahwa :
6
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mengembangkan warganegara yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan”.
Dari pandangan yang diuraikan di atas, dapat dipahami bahwa di Indonesia
PKn dalam kedudukannya sebagai citizenship education didesain untuk
mengembangkan warga negara Indonesia melalui kelompok sosial dan kegiatan di
masyarakat agar menjadi warga negara yang cerdas dan baik.
Anak yang berada di LAPAS Anak Klas II.B Kalbar (baik anak pidana,
anak negara, anak sipil) adalah anak yang harus tetap dibina agar menjadi warga
negara Indonesia yang baik. Hal tersebut menjadi sangat penting mengingat
bahwa anak tersebut nantinya setelah selesai menjalani masa pembinaannya akan
kembali kedalam kehidupan masyarakatnya untuk menjadi bagian dari
masyarakatnya. Yang harapannya mampu berperan dan berpartisipasi secara
penuh dalam pembangunan nasional, melanjutkan cita-cita bangsa serta mengisi
kemerdekaan dengan aktifitas dan hal-hal yang positip sebagaimana ciri manusia
Indonesia yang seutuhya. Sehingga setiap upaya yang dilakukan oleh LAPAS
Anak dalam membina anak menjadi warga negara yang baik harus senantiasa
mendapat dukungan dari seluruh komponan bangsa.
Berangkat dari semua pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat tesis dengan judul “ Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda di Lembaga Pemasyarakatan Anak” yang merupakan Studi Deskriptif di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II.B Kalimantan Barat.
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka secara umum rumusan
masalah penelitian ini yaitu: “Bagaimanakah Upaya Pengembangan Pendidikan
Kewarganegaraan dalam Program Pembinaan Warga Negara Muda di Lembaga
7
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan,
maka masalah pokok tersebut dijabarkan dalam sub-sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengembangan program Pendidikan Kewarganegaraan dalam
pembinaan warga negara muda di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar?
2. Program apa sajakah yang dilaksanakan LAPAS Anak Klas IIB Kalbar dalam
membina pengetahuan, keterampilan, serta sikap warga negara muda?
3. Bagaimanakah tantangan dan persoalan serta solusi LAPAS Anak Klas IIB
Kalbar dalam melaksanakan pembinaan warga negara muda?
C.Pertanyaan Penelitian
Untuk memudahkan mengenali kearah mana yang hendak dicapai dari
penelitian ini maka, adapun yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perencanaan program Pendidikan Kewarganegaraan dalam
pembinaan warga negara muda di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar?
2. Bagaimanakah pelaksanaan program Pendidikan Kewarganegaraan dalam
pembinaan warga negara muda di LAPAS Anak Klas II.B Kalbar?
3. Bagaimanakah proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara para
pembina dan anak sebagai warga belajar?
4. Bagaimanakah keberhasilan program pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan terhadap warga negara muda di LAPAS Anak Klas IIB
Kalbar?
5. Program apa sajakah yang dilaksanakan LAPAS Anak Klas IIB Kalbar dalam
membina pengetahuan, keterampilan, serta sikap warga negara muda?
6. Bagaimanakah tantangan dan persoalan serta solusi LAPAS Anak Klas IIB
Kalbar dalam melaksanakan pembinaan warga negara muda?
8
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Tujuan Umum.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
mengenai upaya pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan dalam program
pembinaan warga negara Indonesia muda di LAPAS Anak Klas II.B Kalbar.
2. Tujuan Khusus.
Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui bagaimanakah pengembangan program Pendidikan
Kewarganegaraan dalam pembinaan warga negara muda di LAPAS Anak Klas
IIB Kalbar.
2. Mengetahui program apa sajakah yang dilaksanakan LAPAS Anak Klas IIB
Kalbar dalam membina pengetahuan, keterampilan, serta sikap warga negara
muda.
3. Mengetahui bagaimanakah tantangan dan persoalan serta solusi LAPAS Anak
Klas IIB Kalbar dalam melaksanakan pembinaan warga negara muda?
E. Manfaat Penelitian
Peneliti mengharapkan penelitian ini akan bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Adapun manfaatnya sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat secara ilmiah seputar
pengembangan program Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembinaan warga
negara Indonesia muda di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar yang dapat menambah
khasanah keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan.
9
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Keberhasilan penelitian ini diharapkan di samping memberikan manfaat
teoritis juga memberikan manfaat praktis, adapun manfaat praktis dari penelitian
ini di antaranya adalah:
a. Terhadap Peneliti, penelitian ini sebagai wahana untuk memperkaya khasanah
keilmuan peneliti.
b. Bagi Sekolah Pasca Sarjana Prodi PKn, penelitian ini sebagai sumbangan
keilmuan dalam rangka melihat pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan
dalam pembinaan warga negara muda di LAPAS Anak Kalbar.
c. Bagi LAPAS Anak Klas IIB Kalbar, penelitian ini diharapkan menjadi kajian
bersama dalam melihat pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan dalam
pembinaan warga negara muda di LAPAS Anak Kelas II.B Kalbar.
d. Bagi Warga Negara Muda, penelitian ini akan merumuskan pengembangan
Pendidikan Kewarganegaraan di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar yang dapat
membantu pembentukan anak menjadi warga negara yang baik.
e. Bagi Masyarakat, penelitian ini berusaha membantu keinginan masyarakat agar
warga negara muda yang dibina di LAPAS Anak Klas II.B Kalbar dapat
kembali menjadi warga negara yang baik.
F. Struktur Organisasi Tesis
Tesis yang akan ditulis terdiri dari 5 bab, yakni: bab I tentang
pendahuluan, bab II tentang kajian pustaka, bab III tentang metode penelitian, bab
IV tentang hasil penelitian dan pembahasan serta bab V tentang kesimpulan dan
rekomendasi. Untuk lebih jelasnya, pembahasan dari kelima bab ini secara singkat
dijelaskan dibawah ini.
Bab I tentang pendahuluan.Bab ini secara rinci mendeskripsikan latar
belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, pertanyaan penelitian,
10
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Bab II tentang kajian pustaka.Pada bab ini terbagi dalam beberapa sub bab
yaitu: (1) hakikat dan makna PKn. Topik yang ditulis mengenai visi dan misi
PKn, tujuan dan program PKn, PKn sebagai program pendidikan persekolahan,
PKn sebagai program pendidikan masyarakat. (2) karakteristik warga negara yang
baik. Topik yang ditulis mengenai batasan warga negara, syarat-syarat
kewarganegaraan, macam-macam kewarganegaraan, warga negara Indonesia yang
baik. (3) Eksistensi Lembaga Pemasyarakatan Anak. Topik yang ditulis mengenai
sejarah, asas, tujuan, tugas, dan fungsi lembaga pemasyarakatan anak. (4) hasil
penelitian yang relevan, (5) Paradigma Penelitian.
Bab III membahas tentang metode penelitian. Adapun sub bab yang
dibahas dalam bab ini mencakup pendekatan dan metode penelitian, teknik
pengumpul data penelitian, defenisi operasional, instrumen penelitian, teknik
analisis data, lokasi dan subjek penelitian, pengujian keabsahan data.
Bab IV membahas tentang hasil dan pembahasan penelitian. Pada bab ini
dibahas tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian serta
pembahasan hasil penelitian.
Bab V berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi. Pada bab ini dibagi
49
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Alasan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
karena data yang terkumpul dan proses analisisnya lebih bersifat kualitatif yakni
suatu kajian yang dalam pengolahan data, sejak mengumpulkan data, mereduksi,
menyajikan dan memverifikasi serta menyimpulkan data, tidak menggunakan
perhitungan-perhitungan secara matematis dan statistik, melainkan lebih
menekankan pada kajian interpretatif. Pemilihan pendekatan penelitian kualitatif
ini dikarenakan peneliti bermaksud ingin mendeskripsikan dan memahami secara
menyeluruh situasi sosial di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II.B
Kalimantan Barat.
Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2011) pada bagian pengantar bukunya bahwa “metode penelitian kualitatif cocok digunakan terutama bila permasalahan masih remang-remang bahkan gelap, peneliti bermaksud ingin
memahami secara mendalam suatu situasi sosial yang kompleks, penuh makna”. Berdasarkan gagasan yang diuraikan di atas, maka dalam rangka penelitian
ini bermaksud ingin mengembangkan teori serta memahami secara mendalam
situasi sosial yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIB
Kalimantan Barat, maka pemilihan pendekatan penelitian kualitatif dianggap
tepat. Bogdan dan Biklen (Sugiyono, 2011:13) memberikan gagasan mengenai
karakteristik penelitian kualitatif yakni:
50
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif; penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati)
Adapun pemahaman terhadap karakteristik pendekatan penelitian kualitatif
seperti diuraikan diatas adalah penting dalam rangka melaksanakan proses
penelitian secara menyeluruh nantinya. Kemudian dalam rangka penelitian ini
yang menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, Creswell (Satori dan
Komariah, 2011:24) mengemukakan mengenai defenisi penelitian kualitatif
bahwa:
Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological tradition of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analysis words, reports detailed views of informants, and conduct the study in a natural setting
Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif adalah
proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian
tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat
gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan
pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian
dalam situasi alamiah. Guba dan Lingcoln (Moleong, 2001: 15) untuk penelitian
kualitatif biasa digunakan istilah naturalistic inquiry atau inkuiri alamiah. Sebab,
situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya. Untuk
memahami makna dari fenomena yang terjadi secara alamiah itu, maka peneliti
berperan sebagai key instrument, yang harus mengumpulkan data dan mendatangi
langsung sumber data.
Kemudian dikesempatan berbeda, dalam kaitannya dengan dunia
pendidikan Creswell (2008:46) memberikan defenisi yang lebih khusus mengenai
penelitian kualitati merupakan bagian dalam penelitian pendidikan bahwa:
51
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
participants; describes and analyzes these words for themes; and conducts the inquiry in a subjective, biased manner.
Gagasan diatas dapat dimaknai bahwa penelitian kualitatif merupakan salah
satu penelitian pendidikan dimana peneliti mendasarkan penelitiannya pada
pandangan partisipan, peneliti bertanya secara luas, pertanyaan lebih bersifat
umum, peneliti mengumpulkan data yang sebagian besar berupa kata-kata atau
berupa teks dari para partisipan, kemudian peneliti mendeskripsikan dan
menganalisis kata-kata tersebut untuk disesuaikan dengan tema penelitian, serta
melakukan penyelidikan dengan cara yang lebih subjektif.
Hakikatnya penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang bertujuan
untuk mendeskripsikan serta menganalisis peristiwa, fenomena, serta aktifitas
sosial pada latar alamiah secara menyeluruh dalam bentuk kata-kata atau teks
sehingga mampu menemukan makna dibalik data yang tampak. Sebagaimana
Syaodih (2005 : 60) yang turut memberikan defenisi mengenai pendekatan penelitian
kualitatif dimana menurutnya bahwa :
Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap kepercayaan, resepsi dan pemikiran orang secara individu maupun kelompok. Dalam paradigma ini realitas sosial dipandang sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, dan penuh makna.
Kemudian konsep yang sejalan dengan gagasan diatas juga dikemukakan
oleh Moleong (2007: 6) bahwa :
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Setelah mengkaji beberapa gagasan mengenai defenisi penelitian kualitatif
oleh beberapa ahli diatas, maka untuk kepentingan dunia pendidikan dapatlah
52
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
penelitian pendidikan, yang dilakukan pada kondisi alamiah, dimana data yang
terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar sehingga lebih bersifat deskriptif
dalam pengolahan datanya, kemudian dari sifat deskriptif tersebut peneliti
membuat gambaran yang komplek secara menyeluruh dalam mendeskripsikan,
menganalisis, serta memahami fenomena, peristiwa, serta masalah sosial yang
ditemukan disitus penelitian agar memperoleh makna.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu cara untuk
memperoleh pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang dihadapi. Dalam
hal ini peneliti menggunakan metode deskriptif, karena apabila peneliti
bermaksud mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa
banyak, sejauhmana dan sebagainya. Maka penelitian ini bersifat deskriptif yaitu
menjelaskan atau menerangkan suatu peristiwa (Arikunto, 1998 :25).
Menurut Surachmad (1999:140) secara umum penelitian deskriptif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Memusatkan pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yaitu masalah yang aktual.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis
Selanjutnya Moh Nazir (2005:63) memberikan pengertian mengenai
metode deskriptive bahwa:
Metode deskriptif adalah metode dalam meneliti status kelompok manusia atau objek, suatu sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau ukuran secara sistemik serta hubungan antara fenomena yang diteliti.
Metode deskriptif semata-mata menerangkan atau mendeskripsikan
53
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
penelitian. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik maka untuk
memperoleh data sebanyak-banyaknya dilakukan dengan sangat mendalam
artinya melalui berbagai teknis yang disusun secara sistematis serta dicari
informasi selengkapnya untuk tujuan pengumpulan data hasil penelitian yang
lebih sempurna.
Alasan penulis melakukan penelitian dengan studi deskriptif ini karena
sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan bukan menguji
hipotesis, tetapi berusaha untuk mendapat gambaran yang nyata tentang
bagaimana upaya penguatan dan pengembangan konsep Pendidikan
Kewarganegaraan dalam program pembinaan warga negara di lembaga
pemasyarakatan anak kelas II. B Kalimantan Barat.
B.Teknik Pengumpul Data Penelitian.
Teknik pengumpul data merupakan salah satu langkah utama didalam
melakukan sebuah penelitian, sebab tujuan utama dari penelitian adalah untuk
mendapatkan data. Pada hakikatnya pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber, serta berbagai cara. Apabila dilihat dari setting-
nya maka data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting). Apabila
dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat dilakukan dengan
menggunakan data primer dan data sekunder. Kemudian apabila dilihat dari
teknik atau cara pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan observasi partisipasi (participant observer), diskusi terfokus
(fokus group discussion), dokumentasi, dan gabungan dari keempatnya. Menurut
Satori dan Komariah (2011:146) menyatakan bahwa:
“Didalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural
54
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Selanjutnya menurut Catherine Marshall, Gretchen B. Rossman (Satori dan
Komariah, 2011:146) menyatakan bahwa “the fundamental methods relied on by qualitative researchers for gathering information are, participation in the setting,
direct observation, in-depth interviewing, document review”. Dari gagasan tersebut diatas dapat dipahami bahwa didalam penelitian kualitatif metode
mendasar yang diandalkan dalam pengumpulan datanya yakni pengamatan
berperan serta, pengamatan secara langsung, wawancara secara mendalam, serta
dokumentasi. Adapun tehnik pengumpulan data dan informasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah studi literatur, observasi, wawancara, studi
dokumentasi, dan triangulasi. Penjelasan masing-masing teknik pengumpulan data
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Studi literatur.
Studi ini dimaksudkan untuk menemukan berbagai fakta, konsep,
generalisasi, dan teori-teori yang relevan dengan masalah yang diteliti serta
sebagai kerangka berpikir dalam penelitian. Pada tahapan ini peneliti mengkaji
penelitian terdahulu, buku, artikel, jurnal, peraturan perundang-undangan serta
informasi yang terkait dengan permasalahan penelitian.
Adapun fakta, konsep, generalisasi, atau teori yang dipelajari dalam teknik
ini berkaitan dengan topik yang membahas mengenai civic education, citizenship
education, pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, managemen pembelajaran
pendidikan nonformal, warga negara, warga negara yang baik, dan pola
pembinaan lembaga pemasyarakatan anak. Semua informasi di atas terkait dengan
permasalahan dalam penelitian ini.
2. Observasi.
Dalam upaya memperoleh pengetahuan setiap manusia tidak bisa
55
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ilmu pengetahuan. Menurut Cresswell (2010: 267) bahwa observasi yang
dilakukan dalam penelitian kulitatif adalah “observasi yang didalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas
individu-individu di lokasi penelitian”.
Dalam rangka melaksanakan penelitian ini, maka observasi yang dilakukan
peneliti di situs penelitian yakni mengadakan pengamatan langsung terhadap
kondisi, aktifitas, sarana prasarana, dan seluruh latar alamiah yang berkaitan
dengan masalah penelitian.
Adapun materi yang diamati dalam teknik ini untuk menjawab masalah
penelitian meliputi:
- Pengamatan terhadap perencanaan program pembelajaran PKn di LAPAS
Anak Klas IIB Kalbar;
- Pengamatan terhadap pelaksanaan program pembelajaran PKn di LAPAS
Anak Klas II.B Kalbar;
- Pengamatan terhadap proses pembelajaran PKn antara para pembina dan
anak sebagai warga belajar;
- Pengamatan terhadap keberhasilan program pembelajaran PKn terhadap
warga negara muda di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar;
- Pengamatan terhadap berbagai program pembinaan yang dilaksanakan LAPAS Anak Kelas II.B Kalbar dalam membina pengetahuan, keterampilan serta sikap warga negara muda;
- Pengamatan terhadap tantangan, persoalan, serta solusi LAPAS Anak
Kalbar dalam melaksanakan program pembinaan.
3. Wawancara.
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpul data penelitian yang
merupakan suatu kegiatan dimana dalam kegiatan tersebut dilakukan oleh dua
orang secara langsung. Esterberg (Sugiyono, 2011:231) mendefinisikan interview
sebagai:”a meeting of two person to exchange information and idea throung
56
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
meaning about a particular topic”. Dari gagasan diatas dapat dipahami bahwa
wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.
Dalam kaitannya dengan melaksanakan proses wawancara dalam penelitian
ini, maka peneliti berupaya mendalami informasi di situs penelitian melalui
komunikasi dua arah atau lebih guna mencari informasi-informasi yang
diperlukan untuk menjawab masalah penelitian.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap empat kelompok
informan yakni kepala lapas anak, kepala seksi pembinaan anak dan kepala sub
seksi kegiatan kerja, pembina (guru PKn), dan warga negara muda (andikpas)
dengan jumlah informan seluruhnya 6 orang. Sedangkan materi wawancara setiap
kelompok informan berbeda-beda.
Adapun materi wawancara dengan kepala lapas anak kalbar meliputi:
apakah lapas anak kalbar ada menyelenggarakan program pendidikan kesetaraan
atau sejenisnya; apa nama program pendidikan kesetaraan tersebut; apa tujuan
dilaksanakannya pendidikan kesetaraan; apakah dalam program pendidikan
kesetaraan ada dibelajarkan PKn; program apa saja yang dilaksanakan lapas anak
dalam membina pengetahuan, keterampilan, serta sikap anak; apa sajakah
tantangan, persoalan, serta solusi lapas anak kalbar dalam melaksanakan
pembinaan.
Kemudian materi wawancara dengan kepala seksi pembinaan anak dan
kepala sub seksi kegiatan kerja meliputi: apakah dalam program pendidikan
kesetaraan ada dibelajarkan PKn; bagaimana perencanaan program pembelajaran
PKn di lapas anak kalbar, apa tujuan lapas anak kalbar membelajarkan PKn,
bagaimana lapas anak kalbar menyusun jadwal pembelajaran PKn, program apa
saja yang dilaksanakan lapas anak kalbar dalam membina pengetahuan,
keterampilan, serta sikap anak; apa sajakah tantangan, persoalan, serta solusi lapas
57
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Selanjutnya materi wawancara pembina yang merangkap jabatan sebagai
guru PKn meliputi: apakah jabatan atau tugas ibu disini; apa latar belakang
pendidikan terakhir ibu; bagaimana perencanaan pembelajaran PKn yang ibu
lakukan; bagaimana pelaksanaan pembelajaran PKn yang ibu lakukan; bagaimana
proses pembelajaran PKn di lapas anak; bagaimanakah keberhasilan program
pembelajaran PKn terhadap anak di lapas; apa tujuan diajarkannya PKn dalam
program bimbingan belajar di lapas; bagaiaman respon anak dalam mengikuti
proses pembelajaran PKn di lapas; dan apakah pembelajaran PKn yang ibu
lakukan sudah cukup optimal.
Sedangkan materi wawancara dengan warga negara muda meliputi: apakah
ada diajarkan mata pelajaran PKn kepada anda; apa nama program tempat
diajarkannya PKn tersebut; apakah pertemuan di kelas rutin setiap minggu
dilaksanakan; siapa yang mengajar PKn kepada anda; fasilitas apa saja di kelas
yang anda gunakan selama belajar PKn; dimana tempat anda belajar PKn; kapan
anda belajar PKn; buku apa yang anda gunakan dalam belajar PKn; apakah anda
merasa senang di ajar oleh Ibu Rosita, Berikan alasan anda; bagaimana biasanya
ibu Rosita menjelaskan materi PKn kepada anda; apa saja kegiatan yang Ibu
Rosita lakukan ketika sedang mengajar PKn kepada anda, kegiatan apa sajakah
yang anda lakukan selama berada disini; apa manfaat yang anda rasakan dari
semua kegiatan yang anda lakukan disini; menurut anda apakah fasilitas yang ada
disini telah cukup atau masih kurang memadai.
4. Studi Dokumentasi.
Studi dokumensi dalam penelitian ini difokuskan pada dokumen-dokumen
berbentuk tulisan, karya akademik, serta foto-foto berbagai program pembinaan di
Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIB Kalimantan Barat.
Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif adalah sebagai pelengkap dari
58
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu
ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan
pembuktian suatu kejadian”. Selanjutnya Sugiyono (2011:240) menyatakan
bahwa “dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”.
Adapun studi dokumentasi yang ingin dikumpulkan melalui penelitian ini
meliputi:
- Mengumpulkan berbagai dokumen, foto atau bentuk lainnya yang
berhubungan dengan perencanaan program pembelajaran PKn di LAPAS
Anak Klas IIB Kalbar;
- Mengumpulkan berbagai dokumen, foto atau bentuk lainnya yang
berhubungan dengan pelaksanaan program pembelajaran PKn di LAPAS
Anak Klas II.B Kalbar;
- Mengumpulkan berbagai dokumen, foto atau bentuk lainnya yang
berhubungan dengan proses pembelajaran PKn antara para pembina dan
anak sebagai warga belajar;
- Mengumpulkan berbagai dokumen, foto atau bentuk lainnya yang
berhubungan dengan keberhasilan program pembelajaran PKn terhadap
warga negara muda di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar;
- Mengumpulkan berbagai dokumen, foto atau bentuk lainnya yang berhubungan dengan berbagai program pembinaan yang dilaksanakan LAPAS Anak Kelas II.B Kalbar dalam membina pengetahuan, keterampilan serta sikap warga negara muda;
- Mengumpulkan berbagai dokumen, foto atau bentuk lainnya yang
berhubungan dengan tantangan, persoalan, serta solusi LAPAS Anak Kalbar
dalam melaksanakan program pembinaan.
5. Triangulasi
Triangulasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian
59
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Konsep tersebut sesuai dengan gagasan yang dikemukakan oleh Sugiyono
(2011:241) menyatakan bahwa:
“...triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada...Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber
yang sama”.
Berdasarkan gagasan diatas, dalam rangka melaksanakan penelitian ini
peneliti sekali waktu akan mengabungkan berbagai teknik penelitian yang ada
secara serempak (observasi, wawancara, dan dokumentasi) untuk mendapatkan
serta mengumpulkan informasi dari sumber data yang sama untuk menjawab
masalah penelitian yang berkaitan dengan:
- Perencanaan program pembelajaran PKn di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar;
- Pelaksanaan program pembelajaran PKn di LAPAS Anak Klas II.B Kalbar;
- Pengamatan terhadap proses pembelajaran PKn antara para pembina dan
anak sebagai warga belajar;
- Keberhasilan program pembelajaran PKn terhadap warga negara muda di
LAPAS Anak Klas IIB Kalbar;
- Berbagai program pembinaan yang dilaksanakan LAPAS Anak Kelas II.B Kalbar dalam membina pengetahuan, keterampilan serta sikap warga negara muda;
- Tantangan, persoalan, serta solusi LAPAS Anak Kalbar dalam
melaksanakan program pembinaan.
C.Defenisi Operasional
Definisi operasional merupakan pembatasan tentang hal-hal yang diamati.
sebagai konsep pokok dalam penelitian ini adalah : revitalisasi, Pendidikan
Kewarganegaraan, pembinaan, warga negara, lembaga pemasyarakatan anak.
1. Revitalisasi
60
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
upaya penguatan atau mengiatkan kembali sesuatu dalam sebuah program yang
terencana.
Adapun yang menjadi dasar pemikiran dari gagasan diatas yakni mengacu
pada defenisi yang digariskan dalam Kamus Ilmiah Populer (2009:373) bahwa istilah ”revitalisasi” memiliki kesamaan arti dengan “proses; cara; kegiatan
menghidupkan atau mengiatkan kembali”. Dari defenisi diatas, kiranya dapat
ditegaskan bahwa istilah “revitalisasi” dapat disamakan artinya dengan proses penguatan atau mengiatkan kembali.
Sehingga dalam kaitannya dengan penggunaan istilah revitalisasi
Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana judul penelitian ini, dapat dipahami
sebagai upaya penguatan PKn dalam program pembinaan warga negara di
Lembaga Pemasyarakatan Anak (LAPAS Anak).
2. Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut hemat penulis, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam
kedudukannya sebagai civic education merupakan mata pelajaran dasar yang
diberikan disekolah yang bertujuan membentuk anak menjadi warga negara yang
cerdas dan baik. Sedangkan Pendidikan Kewarganegaraan dalam kedudukannya
sebagai citizenship education adalah konsep-konsep dan praktik PKn yang lebih
luas yang dilaksanakan di sekolah dan di luar sekolah seperti rumah, organisasi
keagamaan dan kemasyarakatan, lingkungan masyarakat, media massa dan lain
sebagainya yang bertujuan membentuk warga negara yang dan baik.
Adapun yang menjadi dasar pemikiran dari gagasan diatas yakni mengacu
pada teori-teori berikut. Sebagaimana Cogan (1999:4) memberikan batasan dari
kedua istilah tersebut :
61
Thomy Sastra Atmaja, 2013
Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Community organizations, the media. Etc which help to shape the totally of
the citizens”.
Dari kutipan diatas, dapat dipahami bahwa civic education atau Pendidikan
kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang di rancang
untuk mempersiapkan warga negara muda agar dapat berperan aktif didalam
kehidupan masyarakat kelak setelah mereka dewasa. Kemudian lebih lanjut
dikatakan citizenship education atau Pendidikan Kewarganegaraan atau
Pendidikan untuk kewarganegaraan keduanya itu mencakup pengalaman belajar
disekolah dan luar sekolah seperti rumah, organisasi keagamaan, organisasi
kemasyarakatan, media massa dan lain sebagainya yang berperan membantu
proses pembentukan totalitas atau keutuhan sebagai warga negara.
Selanjutnya gagasan mengenai citizenship education juga dikemukakan oleh
Winataputra (Sapriya, 2012:30) bahwa “...citizenship education...memiliki paradigma sistemik dengan tiga domain yakni : domain akademis, domain
kurrikuler, dan domain sosial-kultural”. Kemudian dikesempatan yang berbeda, berkaitan dengan ketiga domain yang dilahirkan oleh konsep citizenship
education sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, Sapriya (2012:30-31)
memberikan batasan secara jelas mengenai ruang lingkup dari ketiga domain
tersebut bahwa:
“Domain akademis adalah berbagai pemikiran tentang pendidikan kewarganegaraan yang berkembang dilingkungan komunitas ilmiah. Domain kurikuler adalah konsep dan praksis PKn dalam dunia pendidikan formal dan nonformal. Domain sosial-kultural adalah konsep dan praksis PKn di lingkungan masyarakat “.
Dari gagasan diatas dapat dipahami bahwa mata pelajaran Pendididkan
Kewarganegaraan dalam kedudukannya sebagai citizenship education memiliki
tiga domain, yakni domain akademis merupakan berbagai pemikiran PKn yang
berkembang didalam komunitas ilmiah, domain kurikuler merupakan konsep dan
praktik PKn didalam dunia pendidikan formal dan nonformal, serta domain