• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA DI SMPN 1 CIMAHI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA DI SMPN 1 CIMAHI."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bermain Sepakbola Di SMPN 1 Cimahi

Oleh: Han Bastian

Model pembelajaran langsung (teacher center) sudah tidak lagi efektif digunakan dalam proses pembelajaran penjas, karena dewasa ini siswa sudah semakin cerdas dan kritis dalam setiap pembelajaran. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar keterampilan bermain sepakbola diperlukan model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan pengajar kepada siswa. Salah satunya model pembelajaran peer teaching. Model pembelajaran peer teaching merupakan salah satu model pembelajaran dalam pendidikan jasmani yang menekankan kepada siswa untuk terlibat dan berperan aktif sebagai tutor dan sebagai siswa dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih baik. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran peer teaching terhadap hasil belajar keterampilan bermain sepakbola. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas VIII di SMPN 1 Cimahi tahun ajaran 2013/2014. Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak menggunakan teknik random sampling sebanyak 60 siswa dan siswi yang dibagi ke dalam dua kelompok (eksperimen dan kontrol). Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-posttest control group design, dengan instrumen penelitian observasi pengamatan bermain. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis uji t dengan kesamaan dua rata-rata satu pihak. Hasil penelitian diperoleh bahwa t hitung 5,899 lebih besar dari t1- α (2.002). Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika t > t1 – α pada taraf nyata α = 0,05 dengan (dk) = 58. Dalam hal ini t hitung berada pada daerah penolakan Ho, jadi Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya model pembelajaran peer teaching memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan bermain sepakbola. Saran berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut terkait model-model pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih meningkatkan hasil belajar dan mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

(2)

Han Bastian, 2014

ABSTRACT

Influence of Peer Teaching Model for Result of Learning the Skills to Play Football In SMPN1 Cimahi

By: Han Bastian

Direct instruction model (teacher center) is no longer effectively used in the learning process of physical education, because today's students are more intelligent and critical in any learning. In an effort to improve learning outcomes skill to play football is required learning model suitable to be applied by the teachers to the student. One of these peer teaching model. The peer teaching model is one of learning model in physical education that emphasizes to the students to get involved and play an active role as a tutor and as a student in learning that can to improve learning outcomes better. This study aimed to determine the influence of peer teaching model for result of learning the skills to play football. The method used in this study is an experimental method. The population in this study were male and female students in class VIII SMPN1 Cimahi academic year 2013/2014. The samples in this research was taken at random using a random sampling technique were 60 male and female students were divided into two groups (experimental and control). The design study is a pretest-posttest control group design with observational research instruments. Statistical analysis used the t test analysis with an average similarity of the two parties. The result showed that t is 5.899 greater than t1-α (2002). Testing criteria is reject Ho if t> t1 - α at α = 0.05 significance level with (dk) = 58. In this case t is in the region of rejection of Ho, so Ho is rejected and H1 is accepted, which means peer teaching model has significant impact on result of learning the skills to play football. Suggestions related to the research conducted by the author, further research should be conducted related to learning models that encourage students to further improve learning outcomes and achieving educational goals expected.

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Abduljabar. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : RIZQI PRESS

Arikunto, 2008. Dasar-dasar evaluasi pendidikan, Jakarta: Bumiaksara.

Arikunto, 2010. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta: Rinekacipta

Juliantine, Tite dkk, 2010. Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung : FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Metzler W Michael, (2000). Instructional Models For Physical Education. Massachussetts: Allyn & Bacon A Pearson Education Company.

Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaan Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Slameto. 2007. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: RinekaCipta.

Sucipto dkk, 2000. Sepakbola. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudjana, (2005). Metode Statistika. Bandung :Tarsito

Sugiyono, (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d. Bandung : Alfabeta.

Wena, Made, (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta : BumiAksara.

Sumber Skripsi:

(4)

Han Bastian, 2014

Malik, (2013). Pengaruh pendekatan taktis terhadap pemahaman pola-pola permainan sepak bola. Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sumber Internet :

Haryanto ,(2012). Belajar psikologi.com. [Online].

Tersedia:http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/.[5 Februari 2012]

Ikhsan, (2013). Slideshare.net. [Online].

(5)

BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses yang sangat berperan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui proses pendidikan manusia dididik dan dibina kemampuannya agar berkembang secara maksimal. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan yang terencana, terarah dan berkesinambungan. Pembaharuan pendidikan secara nasional mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini bisa dilihat dengan adanya perubahan dan pembaharuan dari sistem pendidikan baik di tingkat nasional maupun daerah. Adapun perubahan tersebut menyangkut sistem pembelajaran, kurikulum, materi-materi pembelajaran, strategi pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran.

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

(6)

Han Bastian, 2014

pada dasarnya bertujuan untuk membentuk watak bangsa yang bermartabat untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani yang menekankan pada tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Manusia adalah makhluk biologis yang mengikuti pada aturan-aturan biologis. Proses penuaan dan kelelahan adalah aturan-aturan biologis yang tidak dapat dihalangi. Proses penuaan dan kelelahan hanya dapat diperlambat melalui latihan-latihan yang sistematis dan teratur. Pendidikan jasmani adalah instrumen yang efektif untuk itu dalam kehidupan sehari-hari manusia sering menemukan masalah. Menumpuknya persoalan merupakan suatu beban kejiwaan yang memberi tekanan terhadap dinamika, kreativitas dan inisiatif berfikir. Ketidakmampuan dalam memecahkan masalah, akan menyebabkan manusia dalam situasi kehidupan yang penuh dengan tekanan (stress) dan pada akhirnya mengarah pada kehidupan frustasi. Dalam kaitan ini, pendidikan jasmani menawarkan suatu bentuk aktivitas yang berupa pemecahan masalah. Melalui geraknya manusia dapat mengeksplorasi dirinya serta dapat mengetahui potensi dan sekaligus kelemahan dirinya di tengah-tengah orang lain. Akhirnya dalam pendidikan jasmani manusia dilatih untuk memecahkan masalah dengan jalan mengenal potensi dan kelemahan dirinya serta mengenal potensi dan kelemahan orang lain untuk dapat dijadikan rujukan dalam upaya memecahkan masalah. Dalam kaitan ini, pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sarana untuk mencari dan mengenal jati diri.

(7)

pembentukan keterampilan sosial dan kecerdasan emosional. Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sarana yang efektif untuk melatih diri berkomunikasi, berintegrasi, dan berinteraksi serta bekerja sama dengan orang lain. Pendidikan jasmani merupakan sarana untuk pengendalian diri manusia.

Pendidikan jasmani juga merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

tercantum dalam kurikulum disekolah atau satuan pendidikan, itu menandakan

pendidikan jasmani adalah pendidikan yang sangat penting diajarkan kepada

setiap manusia. Selain itu pendidikan jasmani juga diharapkan dapat dijadikan

sebagai alat pencapaian tujuan umum pendidikan. Sesuai dengan yang dijelaskan

oleh Abduljabar (2010:19) yang menjelaskan bahwa “Karya terbesar dalam

pendidikan jasmani adalah bukan hanya pada fitrah jasmani, tetapi pendidikan

jasmani dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum”.

Sehingga pendidikan jasmani tidak saja mengembangkan domain psikomotor,

tetapi juga mendorong berkembangnya kemampuan kognitif dan afektif siswa.

Dalam proses belajar pendidikan jasmani, siswa diberi

pengalaman-pengalaman gerak lewat aktivitas jasmani. Dengan aktivitas jasmani ini tidak

hanya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan gerak dasar siswa, namun

ada tujuan-tujuan pendidikan lain yang harus dikembangkan dalam diri siswa

sebagai suatu individu utuh yang sedang tumbuh dan berkembang. Sejalan dengan

yang dikemukanakan Juliantine dkk. (2012:6) bahwa:

Penjas merupakan alat pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik dan olahraga sebagai media untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Penjas bukan hanya mengembangkan aspek fisik semata, melainkan juga mengembangkan aspek-aspek kognitif, emosi, mental, sosial, moral dan estetika.

Berpijak dari pernyataan di atas pendidikan jasmani merupakan media untuk

mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan,

penalaran, motivasi, sikap dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk

(8)

Han Bastian, 2014

Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran pendidikan jasmani cenderung tradisional, guru yang mendominasi pembelajaran membuat siswa kurang aktif bahkan cenderung takut bertanya yang mengakibatkan kurangnya pemahaman dari proses pembelajaran tersebut. Model pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat pada guru tetapi pada siswa. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami oleh mereka yang hendak mengajar pendidikan jasmani.

Segala hal baik diupayakan dapat tercapai dalam pembelajaran penjas dan mampu dikuasai oleh siswa, melalui beberapa pendekatan bermain, strategi mengajar, modifikasi media pembelajaran dan terobosan - terobosan lain yang bisa dimanfaatkan oleh guru dalam mengupayakan hal tersebut. Dalam upaya untuk menyokong keberhasilan proses pembelajaran pendidikan jasmani, maka beberapa aspek harus sangat diperhatikan dan dilaksanakan, salah satunya aspek model. Dalam kaitan dengan proses pembelajaran ada baiknya guru menggunakan satu protipe dari suatu teori atau model, Juliantine dkk. (2011 : 3) “secara umum model diartikan sebagai acuan atau pedoman dalam melakukan suatu kegiatan”.

Model pembelajaran peer teaching atau sering disebut tutor sebaya dirasa tepat digunakan dalam pembelajaran penjas untuk kelas yang memiliki siswa dalam jumlah banyak, khususnya dalam pembelajaran sepakbola. Juliantine dkk. (2011 : 147) mengemukakan bahwa :

Peer: Kawan sebaya, Teaching: Pembelajaran.

(9)

digunakan untuk kelas yang memiliki siswa dalam jumlah banyak. Aktivitas ini memberikan stimulasi pada setiap kelompok untuk melatih setiap sub bab lebih baik.

Menurut penjelasan tersebut dapat ditarik gambaran bahwa model pembelajaran peer teaching melibatkan siswa menjadi pengajar yang biasa disebut dengan tutor setelah dipilih oleh guru berdasarkan kriteria tertentu untuk membantu teman-temanya didalam kelompok yang mengalami kesulitan belajar.

Seiring dengan pertumbuhan zaman, peserta didik kini semakin cerdas dan kritis dalam setiap pembelajaran, termasuk dalam pelajaran pendidikan jasmani. Mereka tidak cocok lagi diberikan pengajaran yang berpusat pada guru (pembelajaran langsung) yang membuat hasil belajar siswa kurang maksimal. Imbasnya guru dituntut lebih inovatif untuk memberikan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan.

Adanya model pembelajaran modern sangat membantu dalam proses kegiatan belajar mengajar. Semakin guru mengerti kebutuhan siswa tentunya hasil belajar siswa pun akan semakin meningkat. Knirk dan Gustafon (2005) dalam Juliantine dkk. (2011: 6) mengemukakan bahwa :

Pembelajaran adalah segala kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahapan rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti menganggap rancangan pembelajaran yang dibuat oleh guru dalam sebuah konsep model pembelajaran akan membantu tercapainya suatu tujuan pendidikan yang berkesinambungan dengan meningkatnya hasil belajar siswa.

(10)

Han Bastian, 2014

menambah kegiatan pendidikan jasmani semakin menarik saja, melainkan setiap cabang olahraga memiliki fungsi khusus yang berkesinambungan dengan tujuan pembelajaran.

Olahraga permainan sepakbola adalah jenis permainan serangan (invasion game), sepakbola sendiri sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, di Inggris

olahraga ini mulai dimainkan pada abad ke -19 kemudian pada tanggal 21 Mei 1904 berdiri FIFA di Paris, cabang olahraga ini termasuk salah satu permainan beregu bola besar merupakan juga merupakan materi yang biasa disampaikan dan

dimainkan oleh siswa disekolah, adapun pengertian sepakbola sendiri menurut Sucipto dkk (2000 : 7):

Sepakbola adalah permainan beregu, masing-masing regu terdiri atas sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnhya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan lengannya didaerah tendangan hukumannya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik gambaran bahwa permainan sepakbola yang merupakan permainan beregu tidak hanya meningkatkan hasil belajar psikomotor siswa, melainkan suatu domain afektif yang berasal dari kerjasama dan kognitif tentang pengetahuan cara bermain sepakbola.

Berpijak dari latar belakang masalah tersebut, muncul permasalahan yang ingin penulis ketahui lebih jauh, yaitu tentang keingintahuan mengenai pengaruh

model pembelajaran peer teaching terhadap hasil belajar keterampilan bermain

sepakbola di SMPN 1 Cimahi, dan diharapkan sasaran utama kegiatan

pembelajaran peer teaching dapat terlaksana dengan baik sehingga mampu

meningkatkan hasil belajar keterampilan bermain sepakbola.

B. Identifikasi Masalah

(11)

1. Siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran sepakbola dikarenakan siswa kurang memahami dan merasa takut bertanya terhadap guru jika ada materi yang kurang dimengerti.

2. Guru yang cenderung kurang berinovasi dalam proses pengajaran terutama dalam model pembelajaran.

C. Rumusan Masalah

Berpijak dari latar belakang masalah , maka peneliti memberikan rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan bermain sepakbola antara model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran langsung?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar keterampilan bermain sepakbola antara model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran langsung

E. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi individu maupun bagi masyarakat secara umum. Penulis berharap hasil penelitian dapat memberikan kegunaan atau manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang upaya meningkatkan hasil belajar keterempilan bermain sepakbola.

2. Secara Praktis

(12)

Han Bastian, 2014

F. Batasan Penelitian

Demi kelancaran dan terkendalinya pelaksanaan penelitian, maka penulis membatasi penelitian ini agar lebih terarah dan tidak terjadi salah penafsiran, maka penulis membatasi penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya membahas sejauh mana pengaruh model pembelajaran peer teaching terhadap hasil belajar keterampilan bermain sepakbola.

2. Variabel independen dalam penelitian ini adalah, model pembelajaran peer teaching.

3. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah hasil belajar keterampilan bermain sepakbola.

G. Struktur Organisasi Tulisan

BAB I : PENDAHULUAN, menerangkan latar belakang masalah, ldentifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan struktur organisasi tulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN, menerangkan pengertian belajar, pengertian strategi belajar-mengajar penjas, pengertian model pembelajaran, konsep model, karakteristik model pembelajaran, konsep peer teaching, mengukur hasil belajar keterampilan bermain sepakbola, teknik dasar bermain sepakbola, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN, menerangkan metode penelitian, desain penelitian, langkah-langkah penelitian, tempat dan waktu penelitian,populasi dan sampel, instrumen penelitian, analisis instrumen penelitian, teknik mengolah data, teknik pengumpulan data dan analisis data.

(13)
(14)

Han Bastian, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pendidikan jasmani sebagai mata pelajaran wajib di sekolah sering dikesampingkan perannya padahal penjas kaya akan tujuan pembelajaran di dalamnya, dari sekian banyak tujuan pembelajaran tersebut tergabung dalam tiga aspek yaitu, kognitif, afektif, dan psikomotor. Namun faktanya masih terdapat guru penjas yang kurang berinovasi sehingga ketiga aspek tersebut tidak tercapai, mereka masih menggunakan model yang dalam pembelajarannya terpusat kepada guru. Hal ini berbanding terbalik dengan semakin cerdasnya kemampuan siswa dewasa ini, maka guru penjas dituntut untuk menemukan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi di sekolah tersebut.

Seiring dengan perkembangan zaman, model-model baru dalam pembelajaran mulai bermunculan. Namun yang perlu diingat tidak ada model pembelajaran yang paling baik untuk siswa secara global, karena model tersebut pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Walaupun demikian model pembelajaran dapat terlihat baik ketika guru dapat menyesuaikan dengan keadaan di lingkungan sekolah yang mereka ajar. Seperti dikatakan Penulis sebelumnya, model pembelajaran peer teaching tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran sepakbola di SMPN 1 Cimahi, siswa yang takut bertanya kepada guru ataupun canggung dalam mengikuti pembelajaran dapat dibantu oleh teman mereka yang berperan sebagai tutor. Siswa yang berperan sebagai tutor berperan lebih dalam model pembelajaran ini, mereka mendapat pengajaran dan tentunya dapat membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran.

(15)

B. Saran

Sehubung dengan penelitian yang penulis lakukan, maka penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Model pembelajaran peer teaching dapat menjadi pilihan dan inovasi yang tepat untuk para pengajar di sekolah guna meningkatkan hasil belajar pendidikan jasmani terutama sekali pada aktivias permainan sepakbola.

2. Melalui model pembelajaran peer teaching siswa akan lebih terlibat dan bersemangat dalam berpartisipasi di kegiatan pembelajaran sepakbola. 3. Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya diadakan

penelitian lebih lanjut terkait model-model pemebelajaran yang mendorong siswa untuk lebih meningkatkan hasil belajar dan mencapai kompetensi yang diharapkan. Penelitian dengan sampel yang lebih besar serta relevan dipadukan dengan kajian yang lebih mendalam akan memperkaya pengetahuan pada pembelajaran penjas menjadi lebih representatif.

(16)

Han Bastian, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Seseorang yang akan melakukan sebuah penelitian tentu memerlukan sebuah langkah-langkah yang dapat menunjang keberhasilan suatu penelitian. Posedur-prosedur yang ditempuh haruslah bersifat ilmiah, dalam artian kegiatan penelitian tersebut harus didasari oleh ciri-ciri keilmuan, penelitian tersebut juga harus dilakukan dengan cara yang masuk akal, dilakukan dengan cara-cara yang dapat diamati oleh panca indera manusia, dan langkah-langkah penelitiannya harus menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis

Dijelaskan oleh Sugiyono (2010:2) bahwa “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Sedangkan menurut Arikunto (1997:151) dalam Sugiyono (2012) mengatakan bahwa „metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian‟. Berdasarkan penjelasan tersebut dalam penelitian digunakan metode yang sesuai dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Disampaikan pula oleh Sugiyono (2010:72) “metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Sedangkan Creswell (2002) dalam Ikhsan (2013) menjelaskan bahwa ‟penelitian eksperimen adalah menemukan hubungan sebab-akibat atau kausalitas, pemberian treatmen guna memperoleh hasil yang dinginkan‟. Selanjutnya dijelaskan oleh Arikunto (2007:207) bahwa:

(17)

Dari pemaparan tersebut memberikan gambaran yang jelas untuk penulis menjatuhkan pilihan terhadap metode penelitian eksperimen, diakibatkan secara garis besar dalam proses penelitiannya peneliti ingin mengetahui adanya sebuah akibat yang dapat disebabkan oleh “sesuatu”. Secara spesifik dapat dikemukakan bahwa penelitian ini bertujuan ingin mencari tahu ada tidaknya pengaruh model pembelajaran peer teacing terhadap hasil belajar keterampilan bermain sepakbola.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design (Sugiyono, 2010:76). Dalam desain penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Berikut mekanisme penelitian pretest-posttest control group design digambarkan dalam tabel sebagai berikut :

Gambar 3.1

Pretest-Posttest Control Group Design

(Sugiyono, 2010:76)

Keterangan :

R : Random (dipilih secara acak)

O1 : Tes awal yang dilaksanakan pada kelompok eksperimen

O2 : Tes akhir yang dilaksanakan pada kelompok eksperimen

X : Perlakuan (treatment)

O3 : Tes awal yang dilaksanakan pada kelompok kontrol

O4 : Tes akhir yang dilaksanakan pada kelompok kontrol R O1 X O2

(18)

Han Bastian, 2014

C. Langkah-langkah Penelitian

Gay (1996) dalam Malik (2013:56) menjelaskan tentang langkah-langkah penelitian: “umumnya diawali dengan proses penelusuran masalah, penelusuran data dan teori, perumusan hipotesis, penentuan metode penelitian, analisis dan interpensi data, penarikan kesimpulan, implikasi dan saran”.

Dari penjelasan langkah-langkah penelitian diatas, penulis mencoba menyusun langkah-langkah penelitian yang dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan hingga ke tahap akhir penelitian.

1. Tahap persiapan

Mengajukan sebuah proposal penelitian sebagai langkah pertama dalam penelitian ini. Langkah selanjutnya membuat program pembelajaran dan menentukan instrumen penelitian berdasarkan tujuan yang ingin diketahui dalam pelaksanaan penelitian. Setelah itu melakukan koordinasi dengan pihak sekolah perihal akan dilaksanakannya penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

(19)

tes awal dan tes akhir adalah berupa tes keterampilan dasar sepakbola dan observasi pengamatan keterampilan dasar sepakbola melalui bermain.

3. Tahap akhir Penelitian

Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis data hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) untuk kedua kelompok dengan menggunakan uji statistika. Dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil uji statistika yang telah diberlangsungkan.

Gambar 3.2

Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Cimahi

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Tes Awal

Keterampilan Bermain Sepakbola

Model Pembelajaran Peer Teaching

Tes Awal

Keterampilan Bermain Sepakbola

Model Pembelajaran Langsung berpusat kepada guru (Teacher

Center)

Test Akhir

Keterampilan Bermain Sepakbola

Test Akhir

Keterampilan Bermain Sepakbola

Pengolahan dan Analisis Data

(20)

Han Bastian, 2014

Tahap Penelitian

D. Tempat dan Waktu penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Cimahi.

2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan sesuai dengan prosedur-prosedur yang harus ditempuh yaitu dengan mengajukan proposal hingga penyusunan laporan. Penelitian ini dilaksanakan di luar jadwal jam pelajaran siswa, dan dilaksanakan terhitung dari bulan Desember 2013 sampai dengan Januari 2013.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dijelaskan oleh Arikunto (2010:173) adalah “sebagai keseluruhan subyek penelitian”. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada

dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Lebih lanjut Sugiyono (2012:117) menjelaskan:

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditark kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dalam penelitian ini peneliti menentukan

populasi yaitu siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Cimahi.

(21)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012 : 117). Dalam menentukan sampel tersebut peneliti menggunakan teknik simpel random sampling. Sugiyono (2010:82) menjelaskan mengenai simple random sampling sebagai berikut “dikatakan simpel (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu”. Selanjutnya dalam menentukan jumlah sampel peneliti berpedoman pada pendapat Arikunto (2006:134) sebagai berikut:

untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi dan jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Berdasarkan pada penjelasan tersebut, maka untuk jumlah sampel penelitian ini ditetapkan oleh peneliti sebanyak 60 orang yang kemudian dibagi menjadi 30 orang untuk kelompok eksperimen dan 30 orang untuk

kelompok kontrol.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar

keterampilan bermain sepakbola adalah sebuah jenis butir tes pengamatan dan

observasi bermain sepakbola yang telah dimodifikasi dari segi peraturan dan

ukuran lapangan, siswa melakukan permainan (game) selama 2 x 10 menit dan

kegiatan diamati oleh observer, penilaian sendiri dilakukan oleh dua orang

observer dengan memberikan skor nilai berdasarkan penguasaan keterampilan

bermain sepakbola. Skor tesebut berkriteria sangat baik (SB) = 5, baik (B) = 4,

cukup (C) = 3, kurang (K) = 2,dan sangat kurang (SK) = 1. Yang perlu diingaktan

didalam permainan (game) terdapat unsur keterampilan dasar bermain sepakbola:

(22)

Han Bastian, 2014

- Passing-stopping (Controlling)

- Dribbling

Tabel 3.1 Kisi – kisi Instrumen Penelitian

Sucipto dkk (2000:17)

No Variabel Konsep Indikator Sub Indikator

1 Passing-Stoping Stoping adalah

menghentikan bola dan membuat bola berada didekat pemain yang menguasai bola sehingga pemain tersebut dapat menguasainya. (Mielke (2007)) Passing adalah seni memindahkan momentum bola dari satu pemain ke pemain lain. (Mielke (2007)).

Passing-stoping (controlling)

 Kaki penghenti bersama bola berhenti dekat dibawah badan (terkuasai).

 Kaki tumpu berada disamping bola 15cm, ujung kaki menghadap kesasaran, lutut sedikit ditekuk.

 Perkenaan kaki pada bola tepat pada mata kaki dan tepat ditengah-tengah bola, gerak lanjut kaki tendang diangkat menghadap sasaran.

 Pandangan ditunjukan ke bola dan mengikuti arahnya jalannya bola teradap sasaran.

 Hasil passing tepat mengenai kawan.

2 Dribble

Dribble dapat diartikan sebagai seni

menggunakan beberapa bagian kaki dalam menyentuh atau menggulingkan bola terus menerus ditanah sambil berlari.

(Abdullah (1984:42))

Dribble  Kaki yang digunakan untuk mengiring bola tidak ditarik kebelakang hanya diayunkan kedepan.

(23)

 Pada saat kaki menyentuh bola, pandangan kearah bola dan selanjutnya melihat situasi lapangan.

 Secara teratur bola disentuh/didorong bergulir kedepan.

 Hasil sentuhan bola bergulir harus selalu dekat dengan kaki dengan demikian bola tetap dikuasai.

3 Shooting

Menendang (shooting) merupakan pola gerak dominan yang paling penting dalam dalam permainan sepak bola, pada dasarnya bermain sepak bola itu tidak lain dari permainan

menedang bola. (Sucipto (2000:11)).

Shooting  Badan dibelakang bola sedikit condong kedepan, kaki tumpu diletakan disamping bola dengan ujung kaki menghadap ke sasaran dan lutut sedikit ditekuk.

 Kaki tendang berada dibelakang bola dengan punggung kaki menghadap kesasaran untuk kemudian ditarik kebelakang dan ayunkan kedepan sehingga mengenai bola.

 Perkenaan kaki pada bola tepat pada punggung kaki penuh dan tepat pada tengah-tengah bola dan pada saat mengenai bola pergelangan kaki ditegangkan.

 Pandangan mengikuti jalannya bola kesasaran.

 Hasil shooting tepat mengenai gawang.

(24)

Han Bastian, 2014

Teknik analisis data maksudnya adalah mengolah data hasil eksperimen. Selanjutnya diolah dan dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian ini. Tujuan analisis data ini adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang dapat dimengerti dan ditafsirkan.

a. Menghitung Rata-Rata (mean)

Menghitung skor rata-rata kelompok sampel menggunakan rumus sebagai berikut:

̅

̅ = skor rata-rata yang dicari

= jumlah nilai data

n = jumlah sampel

b. Simpangan Baku (Standar Deviation)

Standar deviation (simpangan baku) adalah suatu nilai yang menujukan

tingkat (derajat) variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan reratanya, simbol simpangan baku populasi (σ atau σn ) sedangkan untuk sampel (s, sd atau σn-1).

Rumus untuk kelompok kecil :

S = ̅

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: S = simpangan baku yang dicari

n = jumlah sampel

(25)

c. Uji Normalitas

Uji normalitas yang dipilih adalah dengan metode lilifors. Adapun langkah kerja uji normalitas dengan metode lilifors adalah sebagai berikut:

1. Susunlah data dari kecil ke besar

2. Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).

3. Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.

4. Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik. 5. Hitung nilai z untuk mengetahui theoritical proportion pada table z 6. Menghitung theoritical proportion.

7. Bandingkan empirical proportion dengan theoritical proportion, kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.

8. Carilah selisih terbesar di luar titik observasi.

Untuk melakukan uji normalitas untuk kedua variabel tersebut dengan menggunakan bantuan Microsoft Office Excel.

d. Uji Homogenitas

Peneliti menggunakan uji homogenitas kesamaan dua varians adalah untuk mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang homogen. Uji statistika yang akan digunakan adalah Microsoft Office Excel. Kriteria yang peneliti gunakan adalah Fh> Ft, maka H0 menyatakan varians homogen ditolak dalam hal lainnya diterima.

Rumus uji statisik yang digunakan adalah :

(26)

Han Bastian, 2014

Langkah-langkah uji homogenitas kesamaan dua varians :

1. Inventarisasi data

2. Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat. 3. Membuat hipotesis statistik.

4. Mencari Fhitung.

5. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis. 6. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel.

7. Kesimpulan.

e. Uji Hipotesis

Adapun langkah-langkah uji hipotesis sebagai berikut:

1) Nyatakan hipotesis statistik (H0 dan H1) yang sesuai dengan penelitian 2) Gunakan statistik uji yang tepat

3) Hitung nilai statistik berdasarkan data yang terkumpul 4) Berikan kesimpulan

5) Menentukan ρ (ρ-value)

Pengujian hipotesis bertujuan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian diterima atau tidak. Untuk pengujian dalam penelitian ini menggunakan uji t. Uji t bertujuan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata dari data pretes yang diperoleh. Pengolahan data dilakukan dengan ketentuan: Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji-t Statistik uji yang digunakan adalah

̅ ̅

dengan

(27)

Keterangan:

̅ : Rata-rata skor pretes kelas eksperimen. ̅ : Rata-rata skor pretes kelas kontrol.

: Simpangan baku kelas eksperimen. : Simpangan baku kelas kontrol.

Kriteria pengujian didapat dari daftar distribusi t dengan

dan peluang ( ). H0 diterima jika dan H0 ditolak

untuk nilai t lainnya.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% ( maka kriteria pengujiannya adalah:

a) Jika nilai signifikansi (Sig.) 0,05 maka H1 diterima. b) Jika nilai signifikansi (Sig.) 0,05 maka H0 ditolak

Pasangan hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji adalah

H0 : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran peer teaching terhadap hasil belajar keterampilan bermain sepakbola.

H1 : Terdapat pengaruh model pembelajaran peer teaching terhadap hasil belajar keterampilan bermain sepakbola.

(28)
(29)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA

DI SMPN 1 CIMAHI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Olahraga

Oleh

Han Bastian

0901572

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(30)

Han Bastian, 2014

2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA

DI SMPN 1 CIMAHI

Oleh Han Bastian

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Han Bastian 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(31)

Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA

DI SMPN 1 CIMAHI

Skripsi ini telah disahkan dan disetujui oleh:

Pembimbing I

Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd NIP. 196506141990011001

Pembimbing II

Dr. Nuryadi, M.Pd NIP. 197101171998021001

Mengetahui, Ketua Program Studi

(32)

Han Bastian, 2014

(33)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Batasan Penelitian ... 7

G. Struktur Organisasi Tulisan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

1. Konsep Pembelajaran Penjas ... 9

a. Pengertian Belajar ... 9

b. Strategi Belajar-Bengajar Penjas ... 10

2. Model Pembelajaran... 12

a. Konsep Model ... 12

b. Model-model Pembelajaran ... 14

c. Karakteristik Model Pembelajaran ... 15

3. Model Pembelajaran Peer Teaching ... 16

4. Hasil Belajar ... 19

(34)

Han Bastian, 2014

b. Teknik Dasar Permainan Sepakbola ... 20

B. Kerangka Pemikiran ... 27

C. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Metode Penelitian ... 29

B. Desain Penelitian ... 30

C. Langkah – langkah Penelitian ... 31

D. Tempat dan Waktu penelitian ... 33

E. Populasi dan Sampel ... 33

F. Instrumen Penelitian ... 34

G. Teknik Analisis dan Pengolahan Data ... 36

a. Menghitung Rata-rata (mean) ... 37

b. Simpangan Baku (standar deviation) ... 37

c. Uji Normalitas ... 37

d. Uji Homogenitas ... 38

e. Uji Hipotesis ... 39

BAB IV HASIL DAN PENGOLAHAN DATA ... 41

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 41

B. Pembahasan Hasil Data ... 41

C. Pengolahan dan Analisis Data ... 45

1. Hasil Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku ... 46

2. Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 47

3. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 47

4. Hasil Pengujian Uji Kesamaan Dua Rata-rata ... 48

D. Diskusi Temuan ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 53

(35)

LAMPIRAN ... 56

[image:35.595.120.509.225.621.2]

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perbandingan Instruksi Pengawasan Guru dengan Pengawasan teman ... 18

Table 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 35

Table 4.1 Tes Awal dan Akhir Kelompok Eksperimen ... 42

Table 4.2 Tes Awal dan Akhir Kelompok Kontrol ... 43

Table 4.3 Data Urutan Terkecil ke yang Terbesar ... 44

Table 4.4 Pehitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku ... 45

Table 4.5 Hasil Pehitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku ... 46

Table 4.6 Hasil Uji Normalitas Posttest ... 47

Table 4.7 Hasil Uji Homogenitas Posttest ... 48

(36)

Han Bastian, 2014

[image:36.595.118.508.241.622.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Desain Penelitian Pretest-postest control group ... 30

Gambar

Gambar 3.1 Pretest-Posttest Control Group Design
Han Bastian, 2014 Pengaruh model pembelajaran peer teaching terhadap hasil belajar keterampilan bermain Gambar 3.2
Tabel 3.1 Kisi – kisi Instrumen Penelitian
Tabel 2.1 Perbandingan Instruksi Pengawasan Guru dengan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Terima kasih saya ucapkan kepada sahabat dan sekaligus teman sekamar dan teman sekelas saya yang sudah 3 tahun bersama dalam suka-duka, yang selalu memberikan

pelaksanaan pembangunan pada umumnya dan khususnya menunjang Pembangunan Perumahan dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah,

Berdasarkan uji parsial menunjukkan bahwa variabel Kepribadian berpengaruh positif dan signifikan, dan variabel Pengembangan Sumber Daya Manusia berpengaruh positif

PENGARUH LATIHAN RELAKSASI AUTOGENIC DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VIDEO TERHADAP KESIAPAN MENTAL ATLET DALAM PERTANDINGAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia

terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Provinsi

Pembelajaran pada Program Studi Pendidikan Matematika di Masing-masing Kemampuan Awal……… 150 Tabel 4.29 Skor Rata-rata dan Simpangan Baku KBM berdasarkan. Kemampuan Awal

(1) Kecuali dalam hal-hal yang dimaksudkan dalam ayat 3 dan 4 pasal ini, maka besarnya Uang Pemasukan untuk pemberian tanah Negara dengan Hak Guna-Bangunan yang berjangka waktu 30

Suasana kerja yang nyaman dan aman juga akan menumbuhkan kepuasan kerja, meningkatkan kebanggaan akan perusahaan, meningkatkan kualitas kehidupan kerja ( quality of