PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN
ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP Negeri 2 Lembang)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh:
Bangkit Nugraha
NIM 1101741
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP Negeri 2 Lembang)
Oleh
Bangkit Nugraha
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Bangkit Nugraha 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN
BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di
Kelas VII A di SMP Negeri 2 Lembang)” ini berserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika
keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2015
Yang membuat pernyataan,
Bangkit Nugraha
Bangkit Nugraha
PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP Negeri 2 Lembang)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Prof. Dr, Aim Abdulkarim, M.Pd. NIP. 19590714 198601 1 001
Pembimbing II
Dr. Hj. Siti Nurbayani K, S. Pd, M. Si. NIP. 19700711 1994 032
Mengetahui
Bangkit Nugraha, 2015
PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK
PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN IPS
Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP Negeri 2 Lembang
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi dari beberapa permasalahan yang terjadi di kelas VII A SMP Negeri 2 Lembang salah satunya yaitu kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS. Hasil observasi menghasilkan beberapa temuan yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah, siswa memaknai pelajaran IPS hanya sebagai pelajaran yang menitikberatkan pada hapalan, banyak pemberian materi yang diberikan pada saat proses belajar mengajar sehingga tercipta pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart dalam 3 siklus yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Solusi pemecahan masalah yang dipilih, yaitu melalui penggunaan media surat kabar dengan penggunaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan penugasan yang berhubungan dengan isu yang terdapat pada media surat kabar, kemudian disesuaikan dengan tema pembelajaran, diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa menjadi meningkat. Kegiatan pembelajaran menggunakan media surat kabar yaitu guru mencari isu sosial yang terdapat dalam surat kabar, membagi kelompok, siswa menelaah isu sosial yang terdapat dalam surat kabar, kemudian berdiskusi dengan kelompoknya. Pada setiap siklusnya siswa disajikan dengan isu yang berbeda, sesuai dengan materi yang akan dibahas. Kemudian kendala yang dihadapi yaitu sulitnya mencari isu untuk dikaitkan dengan materi dan siswa kurang memahami bahasa yang ada dalam surat kabar, namun peneliti dapat mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan membantu siswa dalam setiap pelaksanaan. Adapun hasil peningkatan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS dapat terlihat dari beberapa indikator yaitu mampu mengenali masalah, mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, dapat menjawab pertanyaan atau mengungkapkan berdasarkan pemikirannya, mampu memberikan solusi terhadap permasalahan dan mampu memberikan kesimpulan. Pada siklus pertama hasl observasi menunjukkan angka 52% atau tergolong dalam kategori kurang. Kemudian pada siklus kedua mengalami peningkatan menjadi 65.20% dan tergolong pada kategori cukup. Pada siklus ketiga mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 81.16% dan masuk pada kategori baik. Seluruh aspek ini mengalami perkembangan dari siklus pertama sampai dengan siklus ketiga dari kualitas cukup menjadi baik. Temuannya yaitu penggunaan media surat kabar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPS.
Bangkit Nugraha, 2015
THE USE OF NEWSPAPER IN CONFRONTING CONTEMPORARY SOCIAL ISSUES TO INCREASE STUDENTS’ CRTITICAL THINKING ON
SOCIAL STUDIES
Class Action Research in class VII A SMP Negeri 2 Lembang By
Bangkit Nugraha
ABSTRACT
This research is derived by some problems occur in class VII A SMP Negeri 2 Lembang which one of them is a skill of critical thinking in learning social studies. The observation produces several findings showing the critical thinking of the students is weak, they believe that social studies only focuses in memorizing, and the learning process is teacher centered where the students are not actively involved. This study is a class action research implementing research design of Kemmis and
Taggart’s three cycles including planning, action, observation, and reflection. The
solutions to solve the problems are by using newspaper and Student Worksheet (LKS) and by giving assignments related to issues occur in the newspaper in purpose
to increase the students’ skill in critical thinking. Steps used in learning activities are
Bangkit Nugraha, 2015
PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR
DAFTAR ISI
PERNYATAAN... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ... v
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR GRAFIK ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Berpikir kritis ... 8
1. Pengertian Berpikir Kritis ... 8
2. Indikator Dalam Berpikir Kritis ... 9
3. Langkah-Langkah Berpikir Kritis ... 15
4. Menumbuhkan Berpikir Kritis ... 17
B. Belajar dan Pembelajaran IPS ... 19
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 19
2. Pengertian Pembelajaran IPS ... 23
3. Tujuan Pembelajaran IPS ... 24
4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS ... 26
Bangkit Nugraha, 2015
C. Isu-Isu Sosial Dalam Pembelajaran IPS ... 29
D. Media Pembelajaran IPS ... 35
1. Pengertian Media Pembelajaran IPS ... 34
2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran IPS ... 38
3. Surat Kabar Sebagai Media Pembelajaran IPS ... 39
4. Ciri-Ciri Media Surat Kabar ... 41
E. Penelitian Terdahulu ... 43
F. Asumsi Dasar ... 44
G. Hipotesis Tindakan ... 44
BAB III METODE PENELITIAN ... 46
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 46
B. Metode Penelitian ... 46
C. Desain Penelitian ... 48
D. Teknik Pengumpulan Data ... 55
E. Instrumen Penelitian ... 55
F. Analisis Data ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64
A. Deskripsi Subjek Penelitian ... 64
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 66
1. Deskripsi Pra-Penelitian ... 66
2. Deskripsi Siklus I ... 69
3. Deskripsi Siklus II ... 100
4. Deskripsi Siklus III ... 136
5. Peningkatan Hasil Siklus PTK ... 167
6. Analisis Hasil Penelitian ... 186
Bangkit Nugraha, 2015
PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR
DAFTAR PUSTAKA ... 204 LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran IPS disetiap jenjang pendidikan yang ada memiliki tujuan serta ruang
lingkup tersendiri dan berbeda satu sama lain. Somantri (2001, hlm. 74) mengemukakan
IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu
lainnya, serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan, disajikan secara ilmiah
dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Dengan demikian IPS merupakan penyederhanaan dari disiplin ilmu-ilmu sosial
untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menghadapi permasalahan-permasalahan
sosial. Ruang lingkup mata pelajaran IPS menurut Sapriya (2011, hlm.79) bahwa ruang
lingkup IPS dimulai dari aspek-aspek:
1. manusia, tempat, dan lingkungan
2. waktu, keberlanjutan, dan perubahan
3. sistem sosial dan budaya
4. perilaku ekonomi dan kesejahteraan
Ruang lingkup mata pelajaran IPS di SMP dan MTs, merupakan pembelajaran
terpadu yang diambil dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, ilmu humaniora, dan
masalah-masalah sosial baik berupa fakta, konsep, dan generalisasi untuk mengembangkan aspek
kognitif, psikomotor, afektif, dan nilai-nilai spiritual yang dimiliki oleh siswa. Kemudian
tujuan dari pembelajaran IPS yaitu bahwa dengan pembelajaran IPS diharapkan siswa
dapat berpikir kritis terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat sehingga dapat
menjadi warga Negara yang demokratis dengan memiliki kemampuan dasar untuk berpikir
logis dan kritis dalam kehidupannnya dimasyarakat.
Pembaharuan IPS bertujuan untuk menghilangkan anggapan siswa bahwa
pembelajaran IPS, merupakan mata pelajaran yang membosankan, dengan bertumpu pada
hapalan yang memberatkan siswa. Guru dituntut untuk menyajikan pembelajaran yang
tanpa selalu menghapal materi pelajaran namun memahami, sehingga siswa dapat
memecahkan masalah yang terjadi pada kehidupan sehari-hari.
Kemampuan berpikir kritis siswa yang rendah adalah salah satu masalah yang
dihadapi dalam pembelajaran IPS. Permasalahan ini dapat teridentifikasi, setelah peneliti
melakukan observasi di kelas VII-A SMPN 2 LEMBANG. Kemampuan berpikir kritis
siswa yang rendah terlihat pada proses pembelajaran berlangsung. Pertama, siswa
memaknai pelajaran IPS hanya sebagai pelajaran yang menitikberatkan pada hapalan.
Siswa memang terlihat menguasai materi dengan baik, saat mengkaji dan
mempresentasikan materi pun siswa dengan lancar menjelaskannya, hanya saja apa yang
siswa jelaskan bukan kata-kata dari pemikiran mereka sendiri, siswa menjelaskan
menggunakan kalimat yang hampir sama persis dengan buku yang menjadi sumber bacaan
mereka. Kedua, pembelajaran yang bersifat tekstual sehingga siswa kurang mengetahui
keterhubungan IPS dengan kehidupan sehari-harinya yang seharusnya dapat dijadikan
dasar untuk memecahkan masalah sehari-hari. Ketiga, pada saat guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan, siswa cukup antusias namun apa
yang mereka pertanyakan bukanlah pertanyaan yang membuat siswa lainnya berpikir kritis
karena apa yang mereka tanyakan jawabannya telah terpapar jelas dalam buku teks.
Hal-hal tersebut di atas menggambarkan kemampuan berpikir kritis siswa yang
rendah. Pembelajaran IPS bukanlah sekedar pembelajaran yang berorientasi pada hapalan
dan pemahaman materi saja, tetapi lebih dari itu siswa seharusnya dapat memahami betul
tentang makna dan nilai yang terkandung dalam pembelajaran IPS itu sendiri. Penjelasan
tersebut menunjukkan beberapa hal yang sejalan dengan tujuan IPS, yang dikemukakan
oleh Sumaatmadja dari buku yang ditulis Komalasari:
Berdasarkan dari penjelasan diatas, terdapat satu kesamaan dalam tujuan yang ingin
dicapai dari pembelajaran IPS ini, yaitu untuk menjadi warga Negara yang demokratis
melalui kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis ini memang sangat
dibutuhkan peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Pernyataan di atas mengungkapkan bahwa berpikir kritis dalam pembelajaran IPS
tidak hanya sekedar untuk berpikir menyelesaikan masalah akan tetapi setelah itu dapat
menyimpulkan dan mengevaluasi serta dapat mengambil nilai-nilai sosial dalam menyikapi
fenoma-fenomena sosial yang ada. Pembelajaran IPS menjadi sangat penting untuk siswa,
karena pada intinya pembelajaran IPS adalah mempersiapkan siswa untuk peka terhadap
permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat serta terampil memecahkan masalah yang
menimpa dirinya maupun yang menimpa kehidupan dimasyarakat. Akan tetapi sangat
disayangkan proses pembelajaran IPS di sekolah terlalu berpusat pada guru. Guru kurang
memfasilitasi siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sehingga
pembelajaran IPS kurang bermakna untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
Menurut Somantri (2010, hlm. 94) kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan yang menunjukan interaksi antara siswa dan guru. Interaksi yang dibangun dalam kegiatan ini adalah interaksi yang bersifat dua arah dan menempatkan siswa bukan sebagai objek belajar tetapi sebagai subjek belajar. Kedudukan siswa yang sebagai subjek belajar berarti siswa merupakan individu yang aktif, bukan yang pasif, yang hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Untuk itu proses pembelajaran yang diutamakan adalah pembelajaran yang aktivitasnya berpusat pada materi.
Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran IPS terlihat bahwa
pembelajaran disana masih bersifat konvensional atau tradisional, adapun metode diskusi
yang dilakukan oleh guru memberikan warna terhadap proses pembelajaran agar tidak
membosankan, terlihat beberapa siswa antusias dalam mengerjakan materi yang diberikan
guru. Setelah kegiatan diskusi selesai beberapa kelompok mempresentasikan didepan
kelas, dan juga diadakan sesi tanya-jawab, namun pertanyaan yang dilontarkan siswa
kurang menggali materi dengan baik, begitu juga dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan,
siswa cenderung kurang memahami pertanyaan sehingga jawabanpun kurang menyeluruh.
pembelajaran tidak luput dari kecenderungan teacher centered. Hal ini menjadikan tingkat
berpikir siswa masih rendah.
Penggunaan buku teks yang sangat dominan merupakan kebiasaan guru dalam
menyajikan materi pembelajaran, karena pada dasarnya materi pembelajaran IPS sangat
berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Oleh karena itu guru harus lebih
memperhatikan kebutuhan dan minat siswa dalam menyajikan materi. Kemudian
masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat dapat menjadi sumber belajar yang menarik,
sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran IPS. Banyaknya materi
tekstual menyulitkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, dikarenakan siswa harus
mengahapal materi pembelajaran. Pada dasarnya belajar yang berangkat dari pengalaman
siswa dapat menjadikan pembelajaran lebih menarik.
Pentingnnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
IPS, mendorong pada kreativitas guru dalam memilih media pembelajaran agar dapat
membantu siswa untuk berpikir mendalam terhadap materi yang dipelajari. Oleh karena itu
guru harus kreatif dalam memilih media pembelajaran yang tepat untuk membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis
pada siswa dapat dilakukan dengan mengangkat isu-isu sosial. Isu-isu ini berkaitan dengan
pendidikan dan bidang kehidupan lainnya seperti sosial, ekonomi, budaya, politik dan
sebagainya. Diharapkan dengan mengangkat isu tersebut, siswa dapat berfikir secara
kontekstual sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya.
Isu-isu sosial ini dapat kita temukan di berbagai media komunikasi massa, salah
satunya adalah media surat kabar. Surat kabar adalah salah satu bentuk media massa yang
paling populer dan dekat dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan surat kabar mempunyai
kelebihan dapat dibaca kapan saja dan informasi yang diberikan lebih terperinci dan detail,
serta harganya relatif terjangkau jika dibandingkan dengan media massa lainnya. Meskipun
dengan pesatnya era teknologi informasi dan komunikasi, terbukti surat kabar masih
mampu menunjukkan eksistensinya dan menjadi salah satu pilar penting di dunia pers
sampai saat ini.
Berkaitan dengan pers, surat kabar merupakan salah satu bentuk dari pers yang
tentang pers, fungsi pers adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol
sosial.
Sebagaimana dikatakan bahwa surat kabar mengandung fungsi pendidikan. Oleh
karena itu, surat kabar dapat menjadi sebuah media pembelajaran. Berita yang memuat
isu-isu sosial dapat dipakai sebagai media untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa.
Bertitik tolak dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tindakan kelas mengenai “PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM
MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS” (Penelitian Tindakan Kelas pada
Pembelajaran IPS di kelas VII-A SMP Negeri 2 Lembang).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, penulis
merumuskan permasalahan, kedalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana guru merencanakan persiapan pembelajaran IPS dengan menggunakan
media surat kabar?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan media surat kabar?
3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi guru dan siswa pada saat melaksanakan
proses pembelajaran IPS dengan menggunakan media surat kabar?
4. Upaya apa yang dapat dilakukan oleh guru dan siswa untuk mengatasi kendala yang
dihadapi?
5. Apakah dengan menggunakan media surat kabar dengan mengemukakan isu-isu
sosial dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan perencanaan yang dilakukan oleh peneliti sebelum menerapkan
pembelajaran IPS dengan menggunakan media surat kabar.
2. Memaparkan dan menggambarkan secara umum bagaimana peneliti menerapkan
3. Mengatasi kendala yang dihadapi oleh peneliti ketika memilih media surat kabar
sebagai pembelajran IPS dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengatasi kendala tersebut.
4. Mengetahui peningkatan berpikir kritis siswa melalui media surat kabar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, sendiri yaitu dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai
penerapan media surat kabar untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
2. Bagi siswa, memberikan pengalaman dan pengetahuan baru ketika belajar IPS
terutama dalam memecahkan masalah. Diharapkan siswa menjadi lebih peka
terhadap masalah-masalah yang ada dikehidupan masyarakat.
3. Bagi guru, yaitu diharapkan dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan kinerja
dalam pengembangan media surat kabar terutama pada mata pelajaran IPS.
4. Bagi peningkatan mutu pembelajaran IPS, diharapkan media surat kabar ini dapat
diterapkan dikelas yang lain juga, sehingga peningkatan mutu pembelajaran IPS
tidak hanya di kelas VII-A saja.
5. Bagi sekolah, yaitu akan bermanfaat dalam hal pelayanan dan meningkatkan mutu
pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Lembang.
E. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, dalam bab ini memaparkan secara garis besar mengenai
masalah yang akan dikaji. Adapun didalamnya terdapat sub pokok yang terdiri latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II Kajian pustaka, pada bab ini memaparkan tentang teori-teori yang dipakai
serta dijadikan acuan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun teori-teori yang
digunakan didasarkan atas para ahli dan peneliti yang telah melakukan penelitian lebih
BAB III Merupakan metode penelitian. Bab ini menjelaskan tentang teknik serta
tahapan-tahapan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis selama penelitian
berlangsung.
BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini berisi tentang refleksi
berbagai data yang telah dikumpulkan dan diolah setelah melaksanakan penelitian.
Pemaparan yang disertai dengan analisis yang berdasarkan atas data yang diperoleh
seelama penelitian.
BAB V Kesimpulan. Bab ini berisi tentang keputusan yang dihasilkan oleh peneliti
Bangkit Nugraha, 2015
PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai metode yang digunakan dalam
penelitian. Metode yang digunakan disesuaikan dengan permasalahan yang ditemui di
kelas VII-A SMP Negeri 2 Lembang, sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai dengan
baik. Selain itu, pemilihan metode yang tepat akan membantu sebagai pedoman dalam
pelaksanaan penelitian, sehingga penelitian berjalan dengan lancar dan sesuai harapan.
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi tempat peneliti melaksanakan penelitian yaitu di SMP Negeri 2 Lembang.
SMP Negeri 2 Lembang terletak di jalan Maribaya kecamatan Lembang kabupaten
Bandung Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2014/2015, dengan waktu
pelaksanaan pada bulan April, kurikulum yang digunakan di SMP Negeri 2 Lembang yaitu KTSP.
Sumber data penelitian diperoleh dari: 1) Subjek siswa Kelas VII-A SMPN 2 Lembang, 2) Guru
sebagai peneliti merangkap praktis, guru-guru mitra penelitian yang dilaksanakan secara
kolaborasi, 3) Kelas sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran, 4) Sarana dan
prasarana, 5) Dokumen-dokumen sekilas sebagai penunjang. Berkaitan dengan penelitian ini,
populasinya ditetapkan yaitu 40 peserta didik yang duduk di kelas VII-A SMPN 2 Lembang dengan
rincian laki-laki 21 orang siswa dan perempuan 19 orang siswa. Alasan peneliti memilih kelas VII A
karena dikelas tersebut ditemukan permasalahan kurangnya keterampilan berpikir kritis siswa
dalam pembelajaran IPS.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas atau
PTK (Classroom Action Research). Wiriaatmadja (2012, hlm. 13) menyatakan secara singkat
bahwa PTK adalah, bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek
pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencoba suatu
gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya
Penelitian ini dilakukan atas dasar permasalah yang terjadi di lapangan yang
menunjukkan masih rendahnya tingkat berpikir kritius siswa di kelasa VII-A SMP Negeri
2 Lembang. Oleh karena itu pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini
bertujuan untuk meningkatkan berpikir kritis siswa dengan merencanakan dan memilih
tindakan menggunakan media surat kabar sehingga diharapkan dapat mengembangkan
pembelajaran yang sudah ada menjadi lebih baik dan upaya meningkatkan berpikir kritis
siswa tercapai dengan optimal.
Adapun Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research), menurut Hopkins (dalam
Wiriaatmadja, 2012,hlm. 11) merupakan penelitian yang mengkombinasikan prosedur
penelitian dengan tindakan subtantive, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin
inkuiri, atau sesuatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil
terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Dalam penelitian ini peneliti
memposisikan diri bukan sekedar untuk memecahkan masalah pembelajaran yang ada di
kelas tetapi juga dapat merefleksikan secara kritis dan kolaboratif suatu rencana
pembelajaran. Adapun Kolaboratif yang dilakukan adalah bentuk kerja sama antara peneliti
dengan satu guru kelas dalam merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan
dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan pembelajaran di kelas.
Sedangkan pendekatan kualitatif yang suatu penelitian yang mendasarkan kepada
fakta dan analisis perbandingan, bertujuan untuk memperoleh penemuan yang signifikan
secara oprasional sehingga dapat digunakan ketika dilaksanakan kebijakan. Karena bersifat
perbaikan, tentu saja pelaksanaan pembelajaran tidak hanya cukup satu kali saja,
melainkan diperlukan berulang-ulang dari siklus yang satu ke siklus berikutnya, sehingga
hasil pembelajaran tersebut dapat optimal.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah “model yang dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart (dalam Wiriatmadja, 2012, hlm. 61)”. Model
Bangkit Nugraha, 2015
PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR
dan refleksi (reflect). Desain penelitian yang digunakan berbentuk spiral (siklus) dan tidak
hanya dilakukan satu kali, melainkan beberapa kali hingga dapat tercapainya tujuan yang
diharapkan.
Dalam setiap satu kali putaran disebut dengan satu siklus dengan 4 langkah yang
harus dilaksanakan, keempat langkah tersebut yaitu rencana, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Empat langkah tersebut akan terus dilakukan sampai masalah
yang terdapat di kelas dapat terobati. Adapun desain penelitian tindakan kelas dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis dan Taggart
1. Rencana (plan) yaitu rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. Pada tahap perencanaan
dilakukan dengan menyusun perencanaan tindakan berdasarkan identifikasi masalah pada
obeservasi awal sebelum penelitian dilaksanakan. Rencana tindakan ini mencakup semua
langkah tindakan secara rinci pada tahap ini segala keperluan pelaksanaan peneliti
tindakan kelas dipersiapkan mulai dari bahan ajar, rencana pembelajaran, metode dan
strategi pembelajaran, pendekatan yang akan digunakan, subjek penelitian serta teknik dan
instrumen observasi disesuaikan dengan rencana.
2. Pelaksanaan tindakan (act) yaitu apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya
perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Pelaksanaan tindakan
disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumya. Pelaksanaan tindakan
merupakan proses kegiatan pembelajaran kelas sebagai realisasi dari teori dan strategi
belajar mengajar yang telah disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan
hasil yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti dengan subjek
penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap apa yang terjadi di
kelas.
3. Pengamatan (observe) yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Tahap observasi merupakan kegiatan
pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam PTK. Tujuan
pokok observasi adalah untuk mengetahui ada-tidaknya perubahan yang terjadi dengan
adanya pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung.
4. Refleksi (reflect) yaitu peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau
dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarhan hasil refleksi ini, peneliti
bersama guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Melalui refleksi,
guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta
apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu hasil dari
tindakan perlu dikaji, dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses pembelajaran
Bangkit Nugraha, 2015
PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR
Adapun langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti di SMP Negeri
2 Lembang, sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
Peneliti mengambil judul penggunaan media surat kabar untuk meningkatkan
berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS, yaitu berangkat dari permasalahan yang
peneliti temukan pada observasi siswa di kelas VII-A, oleh karena itu peneliti
melaksanakan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan
menggunakan surat kabar yang menjadi media pembelajaran yang menunjang kegiatan
belajar mengajar di kelas.
2. Observasi di Lapangan
Observasi ini dilaksanakan oleh peneliti untuk mendapatkan pemahaman terhadap
permasalahan yang terdapat di kelas. Peneliti akan sangat terbantu dengan adanya
observasi lapangan ini dengan mendapatkan informasi yang ada di kelas, kemudian
peneliti akan memilih cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah di lapangan.
Observasi lapangan telah pebeliti laksanakan pada saat observasi awal di kelas VII-A
SMP Negeri 2 Lembang. Hasil dari observasi lapangan tersebut peneliti mendapatkan
beberapa rencana berupa media pembelajaran dan tugas-tugas yang dapat menunjang
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
3. Perencanaan
Perencanaan merupakan bagian dari penelitian yang akan dilaksanakan oleh
peneliti. Rencana yang dilakukan oleh peneliti yaitu memilih media surat kabar dengan
memilih berita yang sesuai dengan materi pembelajaran, sehingga kemampuan berpikir
kritisnya meningkat, Peneliti sendiri dibantu oleh guru mitra dan dosen pembimbing agar
hasil yang didapat maksimal dan sesuai harapan peneliti. Berikut beberapa rencana yang
telah disusun bersama yaitu:
a. Melaksanakan observasi awal pada setiap kelas dan memilih kelas yang dirasa
kurang kemampuan berpikir kritis nya.
b. Meminta izin kepada guru mitra untuk melaksanakan penelitian pada kelas yang
c. peneliti bersama guru mitra menentukan waktu pelaksanaan dan lama tindakan
yang akan dilakukan.
d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran.
e. Menyusun instrument penelitian untuk menunjang dan mengukur peningkatan
kemampuan berpikir kritisnya.
f. Penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan penelitian oleh guru mitra
sehingga mendapatkan penilaian yang objektif.
g. Peneliti bersama guru mitra berdiskusi mengenai hasil dari tindakan.
h. Peneliti dan guru mitra merencanakan perbaikan terhadap kekurangan dari
tindakan agar dapat dilakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya.
i. Mengolah data yang didapat selama melaksanakan tindakan.
4. Tindakan
Setelah peneliti selesai menyusun perencanaan, selanjutnya peneliti melaksanakan
tindakan. Pelaksanaan tindakan harus sesuai dengan apa yang peneliti rencanakan bersama
guru mitra, sehingga penelitian dapat berjalan dan tidak salah arah. Adapun beberapa
tindakan yang akan dilaksanakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah disusun.
b. Menugaskan siswa untuk membaca surat kabar yang memuat berita sesuai dengan
materi dan membawanya ke dalam kelas.
c. Memberikan surat kabar yang telah disiapkan oleh guru untuk dipelajari dan
membagikan tugas yang harus dikerjakan.
d. Menyediakan instrumen penilaian siswa yang berupa format penilaian kemampuan
berpikir kritis siswa.
e. Melakukan penilaian kemampuan berpikir kritis siswa setelah menerapkan
tindakan selama pembelajaran.
f. Memberikan angket kepada siswa untuk mengukur sejauh mana peningkatan
Bangkit Nugraha, 2015
PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR
g. Peneliti bersama guru mitra melakukan diskusi terkait hasil dari tindakan yang
telah dilaksanakan, serta menganalisis apa kekurangan dari setiap tindakan yang
telah dilaksanakan.
h. Melakukan perbaikan dari tindakan yang telah dilaksanakan untuk diterapkan pada
tindakan selanjutnya dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
dalam pembelajaran IPS.
i. Melakukan pengolahan data untuk melihat tingkat keberhasilan dari tindakan yang
telah dilaksanakan.
Pelaksanaan penggunaan media surat kabar untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa merupakan hasil dari observasi awal yang telah dilaksanakan.
Kemudian hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan menghasilkan data yang akan
diolah yang dapat menunjukkan hasil dari tindakan tersebut. Hasil dari tindakan tersebut
menghasilkan kelemahan dan kelebihan dari pelaksanaan tindakan yang telah
dilaksanakan. Untuk dikembangkan selanjutnya. Dengan demikian akan dilaksanakan
perbaikan pada tindakan selajutnya.
5. Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian tentu perlu dilaksanakan, karena dengan pengamatan
akan menghasilkan catatan-catatan penting terkait dengan tindakan yang telah dilakukan.
Hasil pengamatan peneliti akan membantu peneliti mengetahui seberapa efektif tindakan
yang telah dilaksanakan.
Pengamatan dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru mitra secara berkala. Adapun
pengamatan yang dilakukan antara lain :
a. Pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa
b. Pengamatan kemampuan siswa mengkritisi isu yang ada pada media surat kabar.
c. Pengamatan situasi kelas pada saat siswa berkelompok.
d. Pengamatan efektivitas media surat kabar dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis.
Pengamatan ini berguna untuk mendapatkan catatan yang nyata dengan apa yang
dalam peningkatan yang terjadi. Adapun bentuk lembar observasi berpikir kritis siswa
2. Siswa mampu bekerjasama dalam kelompok
3. Siswa mampu memperkuat argumen yang diberikan 4. Siswa mampu mempertimbangkan sumber informasi 5. Siswa mampu menyanggah argumen dengan memberikan
pendapatnya
6. Siswa dapat mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan
7. Siswa mampu menghubungkan materi dengan fenomena yang ada pada media
8. Siswa mampu mengaitkan permasalahan dan materi yang sedang dipelajari dengan kejadian disekelilingnya 9. Siswa mampu membuat penjelasan lanjutan dengan fakta
dan sumber yang relevan
10. Siswa mampu menghargai perbedaan pendapat temannya 11. Siswa mampu menjawab pertanyaan menggunakan
bahasa yang tepat, jelas,dan khas
12. Siswa ikut terlibat mengomentari permasalahan selama pembelajaran
13. Siswa mampu memanfaatkan media surat kabar dalam pembelajaran
14. Siswa mampu memberikan solusi atas permasalahan 15. Siswa mampu membuat kesimpulan dari materi dan
masalah yang telah dibahas
Keterangan: Poin 4 =Sangat Baik
Poin 3 = Baik
Bangkit Nugraha, 2015
PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR
Kategori Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kategori Rentang Nilai Kurang 0% - 25%
Cukup 26% - 50%
Baik 51% - 75%
Sangat Baik ≥76%
Diolah oleh peneliti tahun 2015
Skor perolehan
Skor maksimal × %
6. Refleksi
Refleksi merupakan bagian akhir dari penelitian tindakan kelas. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui bagaimana kekurangan dalam tindakan yang telah dilaksanakan
sehingga terlihat kekurangan dan bagaimana efektivitasnya. Adapun kegiatan yang akan
dilakukan oleh peneliti antara lain:
a. Melakukan konfirmasi pada kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
b. Berdiskusi dengan guru mitra apa saja perbaikan yang harus dilakukan atas
tindakan yang telah dilaksanakan.
c. Melihat hasil dari diskusi bersama guru mita untuk selanjutnya dilakukan
perencanaan ulang.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara
Wawancara atau interviu dapat diartikan sebagai tekhnik mengumpulkan data
dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui saluran media
tertentu menurut Sanjaya (2009, hlm. 96). Selian observasi, wawancara merupakan
disebabkan oleh beberapa keuntungan diantaranya pertama, wawancara dapat digunakan
untuk mencek kebenaran data/ informasi yang diperoleh dengan cara lain. Kedua, teknik
wawancara bisa memunculkan sesuatu yang tidak terpikirkan sebelumnya. Ketiga,
dengan wawancara memungkinkan pewawancara dapat menjelaskan pertanyaan yang
kurang dipahami oleh siswa yang diwawancarai.
Wawancara yang dilakukan peneliti ditujukan terhadap guru pamong dan teman
sejawat peneliti. Wawancara dilakukan untuk mengukur permasalahan yang terjadi
sebelum penggunaan media media surat kabar dalam kelas dan mengukur sejauh mana
kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam tindakan yang dilakukan peneliti serta memberi
masukan guna memudahkan berlangsungnya tindakan kelas.
2. Observasi
Pada umumnya, observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dari teori.
Namun, dalam penelitian tindakan kelas tidaklah demikian. Bahkan peneliti pada waktu
memasuki ruangan kelas dengan maksud mengobservasi, sebaiknya meninggalkan
teori-teorinya di luar kelas dan mulai mengamati tanpa ada keinginan untuk menjustifikasi
sebuah teori atau menyanggahnya.
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati setiap kejadian
yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan
diteliti (Sanjaya, 2009, hlm. 86). Observasi sebagai alat pemantau merupakan alat yang
tidak terpisahkan dari tindakan setiap siklus. Dalam PTK observasi bisa dilakukan untuk
memantau guru dan untuk memantau siswa. Sebagai alat pemantau kegiatan guru,
observasi digunakan untuk mencatat setiap tindakan yang dilakukan oleh guru sesuai
dengan masalah dalam PTK itu sendiri.
Observasi dibedakan menjadi dua yaitu observasi partisipan dan observasi non
partisipan. Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan ialah observasi partisipan,
diamana peneliti turut ambil bagian atau berada dalam keadaan objek yang sedang di
observasi.
Observasi bertujuan untuk mendapatkan informasi dan gambaran mengenai aktivitas
Bangkit Nugraha, 2015
PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR
yang diamati, yaitu aktivitas guru dan aktivitas siswa yang berisi indikator-indikator dari
aspek-aspek yang harus ada dalam pembelajaran.
Dalam observasi ini data yang dikumpulkan yakni seluruh data mengenai
permasalahan yang terjadi di kelas, meliputi siswa dan guru di SMP Negeri 2 Lembang.
Dari siswa, data yang diambil dengan cara mengukur keterampilan siswa dalam berpikir
kritis dengan menggunakan media surat kabar. Sedangkan dari guru, observasi dilakukan
untuk merefleksikan pembelajaran dan juga menilai serta mengamati tindakan yang
dilakukan peneliti.
3. Catatan Lapangan
Merupakan sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian tindakan kelas
adalah catatan lapangan (field note) yang dibuat oleh peneliti/ mitra peneliti yang
melakukan pengamatan atau observasi.
4. Soal Post Test
Tes instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek
kognitif, atau tingkat penguasaaan materi pembelajaran. Sebagai alat ukur dalam proses
evaluasi, tes harus memiliki dua kriteria, yaitu kriteria validitas dan reliabilitas. Tes sebagai
suatu alat ukur dikatakan memiliki tingkat validitas seandainya dapat mengukur apa yang
hendak diukur. Tes memiliki tingkat reliabilitas suatu keandalan jika tes tersebut
menghasilkan informasi yang konsisten.
Tes yang digunakan yakni untuk mengukur sejauh mana keterampilan berpikir kritis
peserta didik dengan menggunakan media surat kabar. Tes yang diberikan berbeda tes satu
dengan tes lainnya, namun instrumen yang digunakan sama. Hal ini bertujuan agar peneliti
lebih mudah dalam meninjau peningkatan pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Test
digunakan untuk mendapatkan hasil belajar siswa pada siklus I, siklus II dan siklus III yang
diberikan setelah materi IPS telah dijelaskan.
5. Studi Dokumen
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat
foto-foto, video, dan data yang relevan terhadap penelitian lainnya. Dokumen dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu pertama, dokumen primer adalah dokumen yang ditulis oleh peneliti
langsung mengalami suatu peristiwa seperti otobiografi. Kedua, dokumen sekunder adalah
peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya ditulis oleh peneliti seperti
biografi.
Dokumentasi merupakan pendukung yang sangat penting, hal ini memudahkan
pemenuhan dari keterbatasan yang dimiliki peneliti dalam mengingat, meluapkan
pemahaman dalam tulisan dari apa yang ditemui dilapangan, serta sebagai bukti nyata
untuk memperkuat data-data dalam penelitian ini. Pengumpulan studi dokumen dilakukan
melalui laporan kegiatan, foto-foto, video-video, dan data relevan lainnya yang berkaitan
dengan penelitian tindakan di SMP Negeri 2 Lembang.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar Wawancara
Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara yang digunakan yaitu;
a. Pedoman wawancara tidak struktur yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat
garis besar yang akan ditanyakan. Dalam hal ini perlu adanya kreatifitas
pewawancara bahkan pedoman wawancara model ini sangat tergantung pada
pewawancara.
b. Pedoman wawancara terstruktur yaitu pedoman wawancara yang disusun secara
terperinci sehingga menyerupai chek-list. Pewawancara hanya tinggal memberi tanda √ (chek).
Pada penelitian tindakan ini, peneliti mengunakan keduanya. Pertama peneliti hanya
memuat garis besar yang akan ditanyakan kepada guru mitra dan siswa. Kedua, pedoman
wawancara yang telah disusun sehingga siswa hanya tinggal memberikan jawaban. hal ini
dilakukan untuk memberikan keleluasan narasumber untuk memberikan informasinya.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan gambaran
Bangkit Nugraha, 2015
PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR
observasi ada dua aspek yang diamati, yaitu aktivitas guru dan aktivitas siswa yang berisi
indikator-indikator dari aspek-aspek yang harus ada dalam pembelajaran.
3. Lembar Soal
Merupakan alat pengumpulan data yang beri sejumlah pertanyaan atau latihan serta
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Digunakan untuk
mendapatkan hasil belajar siswa pada siklus I, siklus II dan siklus III yang diberikan
setelah materi IPS telah dijelaskan.
4. Catatan-catatan Lapangan
Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian, catatan lapangan di buat
oleh peneliti / mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi berbagai aspek
pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan interaksi guru dan
siswa, interaksi siswa dan siswa. Catatan ini memuat secara deksriptif berbagai kegiatan,
suasana kelas dalam pembelajaran IPS.
5. Angket
Peneliti juga membuat instrumen penelitian berupa lembaran angket yang akan
diberikan kepada siswa. Angket menurut Arikunto (2008, hlm.151) adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal yang ia ketahui. Lembaran angket ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa efektif dan efisien penggunaan media surat kabar dalam
meningkatkan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPS. Lembar angket mencakup
pernyataan-pernayatan yang berhubungan dengan penilaian siswa terhadap media surat
kabar.
6. Lembar penilaian
Lembar penilaian digunakan untuk menilai tingkat berpikir kritis siswa selama
digunakannya media surat kabar pada pembelajaran IPS. Peneliti membuat lembar
penilaian sesuai dengan rubrik penilaian yang telah dibuat. Hal ini perlu dilakukan untuk
mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam meningkatkan berpikir kritisnya.
Rubrik ini digunakan sebagai patokan kriteria penilaian pada lembar penilaian
terhadap tingkat capaian berpikir kritis siswa dan aspek kegiatan pembelajaran lainnya.
Zaniul (2001, hlm. 26) berpendapat bahwa rubrik biasanya dibuat dalam bentuk tabel dua
jalur, yaitu baris yang berisi kriteria dan kolom yang berisi mutu. Kriteria dapat dinyatakan
secara garis besar, kemudian dirinci menjadi komponen-komponen penting. Adapun
langkah-langkah pengembangan rubrik yang dikemukakan oleh Zainul (2001, hlm. 26)
sebagai berikut.
a. Menentukan konsep, kemampuan atau kinerja yang akan diasesmen;
b. Merumuskan atau mendefinisikan dan menentukan urutan konsep dan atau
kemampuan yang akan diasesmen ke dalam rumusan atau definisi yang
menggambarkan aspek kognitif dan aspek kinerja;
c. Menentukan konsep atau kemampuan yang terpenting dalam tugas yang harus
diasesemen;
d. Menentukan skala yang akan digunakan;
e. Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharpakan sampai dengan kinerja yang
tidak diharapkan;
f. Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja siswa dengan
rubrik yang telah dikembangkan;
g. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kinerja atau hasil kerja siswa dari uji coba
tersebut kemudian dilakukan revisi, terhadap deskripsi kinerja, maupun konsep dan
kemampuan yang akan diasesmen;
h. Memikirkan kembali tentang skala yang digunakan;
i. Merevisi skala yang akan digunakan.
8. Foto/Gambar
Kamera digunakan sebagai pendokumentasian dalam penelitian ini. Selain itu
berguna untuk memperjelas data penelitian berupa foto atau video. Hal tersebut dilakukan
untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis data yang terkumpul dan jika data
penelitian terlupakan dan tertinggal saat proses penganalisisan dapat teringat. Hal-hal
Bangkit Nugraha, 2015
PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR
Gambar-gambar, foto, ciplikan rekaman tape atau slides, berguna pula dalam
wawancara, baik untuk memulai topik pembicaraan, meupun untuk mengingatkan agar
tidak menyimpang dari tujuan wawancara. Alat video digunakan peneliti, depegang tidak
dilakukan oleh saya selaku peneliti, melainkan mitra peneliti luar atau teman sejawat yang
bersedia, serta tidak mengganggu jalannya pembelajaran di kelas karena siswa akan lebih
terpikat kapada kesibukan rekaman video daripada ikut berpartisipasi dalam pembelajaran.
Instrumen dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu rangkaian yang
sulit untuk dipisahkan satu dengan lainnya, karena bersifat saling melengkapi atau
menguatkan berbagai data yang diperoleh di lapangan. Oleh karena itu, pengumpulan
data-data di lapangan membutuhkan instrumen penelitian.
F. Analisis Data
Analisis data ini terdiri dari data kualitatif, data kuantitatif deskriptif, dan validasi data. Dapat
dijelaskan seperti berikut:
1. Data Kualitatif
a. Reduksi data
Reduksi data dapat diartikan sebagai suatu proses pemilihan data, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan data, pengabstrakan data, dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam kegiatan reduksi data dilakukan
pemilahan-pemilahan tentang: bagian data yang perlu diberi kode, bagian data yang harus dibuang,
dan pola yang harus dilakukan peringkasan. Jadi dalam kegiatan reduksi data dilakukan:
penajaman data, penggolongan data, pengarahan data, pembuangan data yang tidak perlu,
pengorganisasian data untuk bahan menarik kesimpulan. Kegiatan reduksi data ini dapat
dilakukan melalui: seleksi data yang ketat, pembuatan ringkasan, dan menggolongkan data
menjadi suatu pola yang lebih luas dan mudah dipahami.
b. Penyajian data
Penyajian data dapat dijadikan sebagai kumpulan informasi yang tersusun sehingga
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian yang sering digunakan adalah dalam bentuk naratif, bentuk matriks, grafik, dan
c. Menarik kesimpulan
Sejak langkah awal dalam pengumpulan data, peneliti sudah mulai mencari arti
tentang segala hal yang telah dicatat atau disusun menjadi suatu konfigurasi tertentu.
Pengolahan data kualitatif tidak akan menarik kesimpulan secara tergesa-gesa, tetapi secara
bertahap dengan tetap memperhatikan perkembangan perolehan data.
2. Data Kuantitatif Deskriptif
Data kuantiatif deskriptif atau statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi menurut Sugiono (2013, hlm. 207-208). Data yang
dikumpulkan diperoleh melalui penyajian table data, grafik, diagram dan perhitungan
persentase. Rumus yang digunakan yakni sebagai berikut:
¬¬¬¬¬¬¬¬F/( N)×100%
Keterangan F = Frekuensi dan N = Jumlah
3. Validasi Data
a. Expert Opinion
Pakar atau ahli ini akan memeriksa semua tahapan penelitian dan akan memberikan
pendapat, arahan atau judgmet terhadap permasalahan maupun langkah-langkah penelitian.
Perbaikan, modifikasi atau perubahan yang dilakukan berdasarkan opini pakar akan
memberikan validasi penelitian dan meningkatkan drajat keterpercayaan.
b. Member Check
Proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan
member check adalah untuk mengetahui seberapa data yang diperoleh sesuai dengan apa
yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang disepakati oleh para pemberi data
berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel atau dipercaya, tetapi apabila data
yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data
maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data dan apabila perbedaannya
tajam maka peneliti harus merubah penemuannya dan harus menyesuaikan dengan apa
Bangkit Nugraha, 2015
PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR
diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud
sumber data atau informasi.
c. Triangulasi
Penelitian dengan menggunakan triangulasi dengan tujuan untuk memperoleh data
yang benar-benar lengkap dan komprehensif. Triangulasi sebagai salah satu tekhnik
pemeriksaan data secara sederhana untuk mengecek data dalam penelitian, dimana peneliti
tidak hanya menggunakan satu sumber data, satu metode pengumpulan data atau hanya
menggunakan pemahaman pribadi tanpa membandingkan/melihat penelitian orang lain.
Triangulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat
multiperspektif. Artinya untuk mengambil kesimpulan tidak hanya diperlukan satu sudut
pandang. Dari beberapa cara pandang akan dapat dipertimbangkan beragam fenomena
yang muncul dan selanjutnya dapat ditarik kesimpulan sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
d. Saturasi
Saturasi adalah situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi data lain
yang berhasil dikumpulkan atau tidak ada lagi tambahan data baru. Penelitian ini akan
dihentikan apabila hasil yang diperoleh sudah mencapai indikator yang telah ditetapkan.
e. Interpretasi
Dalam tahap ini peneliti menginterpretasikan temuan-temuan yang diperoleh selama
penelitian berdasarkan landasan teoritis yang telah dipilih. Dari hasil interpretasi ini
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Dalam bab ini akan menyimpulkan hasil akhir dari penelitian yang telah dilakukan
dan merekomendasikan terhadap berbagai pihak mengenai hasil yang telah dicapai baik
dari pihak sekolah, guru, peserta didik, maupun peneliti sendiri. Adapun kesimpulan,
implikasi dan rekomendasinya adalah sebagai berikut:
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan selama proses penelitian, penggunaan media surat kabar
dalam mengemukakan isu-isu sosial untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis di
kelas VII-A SMPN 2 Lembang dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Rancangan penggunaan media surat kabar dalam mengemukakan isu-isu sosial untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dilakukan berdasarkan penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang tepat. Disamping itu perencanaan
penggunaan media surat kabar dalam penelitian ini dilakukan dengan cara : pertama,
menentukan tema yang sesuai seperti mengenai produksi, distribusi dan konsumsi;
kedua merencanakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan penggunaan
media surat kabar sekaligus memilih dan menentukan berita yang sesuai dengan tema
pembelajaran ; ketiga merencanakan penilaian untuk proses pembelajaran, penilaian
tersebut berupa LKS. Tentunya perencanaan pembelajaran tersebut peneliti
diskusikan dengan guru mitra dan dibantu oleh dosen pembimbing. Hal-hal tersebut
dilakukan agar dapat mencapai tujuan pembelajaran dalam pelaksanaan penggunaan
media surat kabar yang dilakukan oleh siswa, dan juga agar memudahkan peneliti
dalam melihat dan mengukur perkembangan peningkatan kemampuan berpikir kritis
siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan media surat kabar.
2. Pelaksanaan penggunaan media surat kabar dalam mengemukakan isu-isu sosial
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS telah
dilaksanakan dengan baik. Pada penelitian ini dilakukan sebanyak tiga siklus, dimana
dari siklus ke-1 sampai pada siklus ke-3 hanya terdapat perbedaan pada materi yang
disampaikan. Pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan media surat kabar ini
yaitu diawali dengan pembagian kelompok, kemudian guru membagikan surat kabar
dan meminta siswa untuk menelaah isi dari surat kabar tersebut. Setelah ditelaah,
kemudian guru membagikan LKS untuk selanjutnya didiskusikan oleh setiap
kelompok dan terakhir hasil diskusi kelompok dipresentasikan didepan kelas.
3. Selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan, peneliti juga melakukan observasi
dengan mengacu pada instrumen penelitian yang telah dibuat sebelumnya. Peneliti
juga mendokumentasikan setiap kejadian yang berlangsung baik yang tercantum
maupun yang tidak tercantum dalam pedoman observasi melalui bentuk foto maupun
catatan sebagai catatan lapangan. Catatan lapangan ini merupakan sebagai data
pelengkap tindakan-tindakan yang telah dilakukan dalam setiap siklusnya.
4. Kendala yang terjadi saat penggunaan media surat kabar dalam pembelajaran adalah
sulitnya menemukan berita yang sesuai dengan materi dalam SK/KD, tulisan dalam
media surat kabar yang ukurannya kecil sehingga menyulitkan setiap siswa dalam
kelompok untuk membaca secara bersamaan, dalam media surat kabar bahasa yang
tertulis cukup berat bagi siswa kelas VII sehingga siswa kurang memahami bahasan
yang diberikan. Kendala bagi guru, kurang mendalam dalam menjelaskan materi
sebagai pengantar, dalam menjelaskan kaitan antara materi dengan isu yang ada
dalam media surat kabar guru tidak terlalu jelas sehingga membuat siswa
kebingungan. Sedangkan kendala pada siswa itu sendiri dalam kegiatan diskusi
kelompok masih banyak yang bermain-main dan acuh tak acuh dalam pengerjaan
tugas kelompoknya, siswa kurang mampu menempatkan diri saat berdiskusi, siswa
merasa kesulitan dalam menarik kesimpulan antara materi pembelajaran dengan isu
sosial yang disajikan. Namun peneliti memiliki upaya dalam mengatasi kendala
tersebut antara lain upaya tersebut adalah peneliti mencari berita terkini dari berbagai
media surat kabar dan disesuaikan dengan SK/KD yang telah ditentukan, kemudian
surat kabar tersebut diperbesar untuk memudahkan siswa dalam membacanya saat
berkelompok. Upaya lain yang dilakukan oleh guru yaitu, sebaiknya guru menjadi
memahami pembelajaran. Hal ini sangat diperlukan untuk tercapainya tujuan
pembelajaran.
5. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam penggunaan media surat kabar
mengalami peningkatan. Pelaksanaan kegiatan belajar menggunakan media surat
kabar sebagai solusi meningkatkan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS
dapat dikatakan berhasil. Adapun hasil peningkatan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran IPS dapat terlihat dari beberapa indikator yaitu mampu mengenali
masalah, mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, dapat
menjawab pertanyaan atau mengungkapkan berdasarkan pemikirannya, mampu
memberikan solusi terhadap permasalahan dan mampu memberikan kesimpulan. Hal
ini dibuktikan pada pelaksanaan siklus ke-1 rata-rata perolehan kemampuan berpikir
kritis melalui hasil penilaian lembar kerja siswa yaitu sebesar 52% atau dapat
dikatakan hasil tersebut tergolong dalam kategori kurang. Kemudian pada siklus ke-2
penilaian siswa mengalami peningkatan atau naik menjadi 65.20% dan masuk dalam
kategori cukup. Pada siklus ke-3 penilaian kemampuan berpikir kritis siswa
mengalami peningkatan yang sangat signifikan menjadi 81.16% dan masuk dalam
kategori baik. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa tersebut terjadi secara
bertahap dan cukup signifikan, hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan
media surat kabar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
B. Implikasi
Implikasi terhadap pembelajaran IPS setelah dilakukannya pembelajaran
menggunakan media surat kabar siswa antusias dalam mengikuti pelajaran IPS di kelas.
Kemudian kegiatan belajara mengajar tidak berpusat pada guru sehingga terjadi
komunikasi dua arah, dimana guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran. Siswa dapat
mencari bahan pelajaran dengan luas dan tidak terpaku terhadap buku sumber yang mereka
miliki sehingga wawasan siswa menjadi lebih luas. Pembelajaran IPS menjadi kontekstual
dimana siswa dihadapkan dengan permasalahan yang dekat dengan mereka sendiri. Siswa
dapat meningkat kemampuan berpikir kritis setelah menggunakan media surat kabar.
Berdasarkan hasil temuan oleh peneliti dalam melaksanakan proses penelitian
tindakan kelas melalui penggunaan media surat kabar dalam mengemukakan isu-isu sosial
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas VII-A SMP Negeri 2
Lembang, peneliti memberikan beberapa saran bagi beberapa pihak yang terkait dengan
penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi pihak sekolah, peneliti berharap dengan adanya media surat kabar dapat
menjadi alternatife sebagai media pembelajaran, kemudian kemampuan berpikir
kritis siswa menjadi lebih baik sehingga pembelajaran IPS di SMP Negeri 2
Lembang menjadi lebih menarik dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Pihak sekolah dapat mendorong guru agar dapat kreatif dalam menggunakan media
pembelajaran agar kemampuan berpikir kritis siswa dapat terasah.
2. Bagi guru, peneliti berharap melalui penelitian yang telah dilaksanakan dapat
menjadi masukan dan referensi bagi guru-guru pada kegiatan pembelajaran di kelas
sebagai fasilitator. Pembelajaran di kelas diharapkan lebih bervariasi dengan cara
memfasilitasi siswa dengan media pembelajaran IPS yang menarik, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
3. Bagi siswa, peneliti berharap melalui penelitian yang telah dilaksanakan siswa dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya dengan baik pada saat mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Kemudian siswa tidak lagi merasakan kejenuhan dengan
materi yang terdapat pada pembelajaran IPS dan termotivasi untuk mengkuti
pembelajaran IPS.
4. Bagi peneliti, penelitian ini menjadi salah satu kontribusi dalam dunia pendidikan
untuk memajukan pendidikan di Indonesia, kemudian menjadi inspirasi bagi peneliti
apabila di kemudian hari menjadi tenaga pendidik yang profesional. Peneliti dapat
belajar tentang perjuangan dalam dunia pendidikan yang sangat di butuhkan oleh
setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup nya.
5. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini bukan merupakan hasil penelitian
yang sempurna, sehingga peneliti menyadari perlu adanya penelitian selanjutnya atau
tindak lanjut mengenai penggunaan media surat kabar agar dapat meningkatkan
Demikian kesimpulan dan saran bagi beberapa pihak yang dapat peneliti kemukakan,
semoga dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan di Indonesia dalam
meningkatkan kualitas pendidiikan dan secara khusus menjadi bahan pertimbangan sekolah
dalam mengembangkan media pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemampuan berpikir
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Cepi S.A. (2008). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi
Akara.
Arsyad, A. (2011a). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arsyad, A. (2013b). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Coloroso, B. (2006). (Alih bahasa : Santi Indra Astuti). Penindas, Tertindas dan Penonton.
Resep memutus rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga SMU. Jakarta;
Serambi
Desmita. 2010. Berpikir kritis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Dimiyati. (1980). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka cipta
Effendi R, et al. (2009). Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Effendi, Onong U. (1993). Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung. Alumni 1981.
Effendi, Onong U. (2004). Dinamika Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Ennis, R.H. (1985). Goals For A Critical Thinking Curriculum, Developing Minds: A Resource
Book For Teaching Thinking.Virginia: ASCD.
Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Gunadi. (1998). Himpunan istilah komunikasi. Jakarta: Gramedia
Hasan, H. dkk. (2012). Prosiding Seminar Nasional IPS. Bandung:UPI
Hassan, H. (1996). Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial. Bandung: Jurusan Sejarah IKIP.
Hidayat, A. (2007). Strategi Six Sigma : Peta Pengembangan Kualitas dan Kinerja Bisnis.
Jakarta: Gramedia.
Johnson, E.B, (2010). Pembelajaran sejarah, teaching of history. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika
Aditama.
Komalasari, Kokom (2011). Media Pembelajaran IPS. Bandung: UPI.
Majid, A. (2006). Perencanaan pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurhadi. (2004). Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Sadiman, Arief S. (dkk). (2010). Media pendidikan: pengertian pengembangan dan
pemanfaatannya. Jakarta. : PT. RajaGrafindo persada.
Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Bandung: Kencana
Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Sapriya, (2008). Konsep Dasar IPS. Bandung: Laboratorium PKN UPI.
Sapriya, (2011). Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Setiadi M, Kolip Usman. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta : KENCANA.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Soemantri, N. (2010). Inovasi Pembelajaran IPS. Bandung: Rizki Press
Soerjono Soekanto. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfa Beta.
Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D).
Bandung: Alfa Beta.
Sunaryo. 1989. Strategi Belajar-Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang: IKIP Malang
Suparno, P. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jogjakarta:
Thobroni, M. & Mustifa, A. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Trianto, (2010). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep Strategi, dan Implementasinya dalam