• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP Negeri 2 Lembang).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP Negeri 2 Lembang)."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN

ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA

DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP Negeri 2 Lembang)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh:

Bangkit Nugraha

NIM 1101741

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP Negeri 2 Lembang)

Oleh

Bangkit Nugraha

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Bangkit Nugraha 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN

BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di

Kelas VII A di SMP Negeri 2 Lembang)” ini berserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika

keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2015

Yang membuat pernyataan,

Bangkit Nugraha

(4)

Bangkit Nugraha

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM

PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP Negeri 2 Lembang)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Prof. Dr, Aim Abdulkarim, M.Pd. NIP. 19590714 198601 1 001

Pembimbing II

Dr. Hj. Siti Nurbayani K, S. Pd, M. Si. NIP. 19700711 1994 032

Mengetahui

(5)

Bangkit Nugraha, 2015

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA

DALAM PEMBELAJARAN IPS

Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP Negeri 2 Lembang

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi dari beberapa permasalahan yang terjadi di kelas VII A SMP Negeri 2 Lembang salah satunya yaitu kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS. Hasil observasi menghasilkan beberapa temuan yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah, siswa memaknai pelajaran IPS hanya sebagai pelajaran yang menitikberatkan pada hapalan, banyak pemberian materi yang diberikan pada saat proses belajar mengajar sehingga tercipta pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart dalam 3 siklus yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Solusi pemecahan masalah yang dipilih, yaitu melalui penggunaan media surat kabar dengan penggunaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan penugasan yang berhubungan dengan isu yang terdapat pada media surat kabar, kemudian disesuaikan dengan tema pembelajaran, diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa menjadi meningkat. Kegiatan pembelajaran menggunakan media surat kabar yaitu guru mencari isu sosial yang terdapat dalam surat kabar, membagi kelompok, siswa menelaah isu sosial yang terdapat dalam surat kabar, kemudian berdiskusi dengan kelompoknya. Pada setiap siklusnya siswa disajikan dengan isu yang berbeda, sesuai dengan materi yang akan dibahas. Kemudian kendala yang dihadapi yaitu sulitnya mencari isu untuk dikaitkan dengan materi dan siswa kurang memahami bahasa yang ada dalam surat kabar, namun peneliti dapat mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan membantu siswa dalam setiap pelaksanaan. Adapun hasil peningkatan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS dapat terlihat dari beberapa indikator yaitu mampu mengenali masalah, mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, dapat menjawab pertanyaan atau mengungkapkan berdasarkan pemikirannya, mampu memberikan solusi terhadap permasalahan dan mampu memberikan kesimpulan. Pada siklus pertama hasl observasi menunjukkan angka 52% atau tergolong dalam kategori kurang. Kemudian pada siklus kedua mengalami peningkatan menjadi 65.20% dan tergolong pada kategori cukup. Pada siklus ketiga mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 81.16% dan masuk pada kategori baik. Seluruh aspek ini mengalami perkembangan dari siklus pertama sampai dengan siklus ketiga dari kualitas cukup menjadi baik. Temuannya yaitu penggunaan media surat kabar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPS.

(6)

Bangkit Nugraha, 2015

THE USE OF NEWSPAPER IN CONFRONTING CONTEMPORARY SOCIAL ISSUES TO INCREASE STUDENTS’ CRTITICAL THINKING ON

SOCIAL STUDIES

Class Action Research in class VII A SMP Negeri 2 Lembang By

Bangkit Nugraha

ABSTRACT

This research is derived by some problems occur in class VII A SMP Negeri 2 Lembang which one of them is a skill of critical thinking in learning social studies. The observation produces several findings showing the critical thinking of the students is weak, they believe that social studies only focuses in memorizing, and the learning process is teacher centered where the students are not actively involved. This study is a class action research implementing research design of Kemmis and

Taggart’s three cycles including planning, action, observation, and reflection. The

solutions to solve the problems are by using newspaper and Student Worksheet (LKS) and by giving assignments related to issues occur in the newspaper in purpose

to increase the students’ skill in critical thinking. Steps used in learning activities are

(7)

Bangkit Nugraha, 2015

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Berpikir kritis ... 8

1. Pengertian Berpikir Kritis ... 8

2. Indikator Dalam Berpikir Kritis ... 9

3. Langkah-Langkah Berpikir Kritis ... 15

4. Menumbuhkan Berpikir Kritis ... 17

B. Belajar dan Pembelajaran IPS ... 19

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 19

2. Pengertian Pembelajaran IPS ... 23

3. Tujuan Pembelajaran IPS ... 24

4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS ... 26

(8)

Bangkit Nugraha, 2015

C. Isu-Isu Sosial Dalam Pembelajaran IPS ... 29

D. Media Pembelajaran IPS ... 35

1. Pengertian Media Pembelajaran IPS ... 34

2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran IPS ... 38

3. Surat Kabar Sebagai Media Pembelajaran IPS ... 39

4. Ciri-Ciri Media Surat Kabar ... 41

E. Penelitian Terdahulu ... 43

F. Asumsi Dasar ... 44

G. Hipotesis Tindakan ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 46

B. Metode Penelitian ... 46

C. Desain Penelitian ... 48

D. Teknik Pengumpulan Data ... 55

E. Instrumen Penelitian ... 55

F. Analisis Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Deskripsi Subjek Penelitian ... 64

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 66

1. Deskripsi Pra-Penelitian ... 66

2. Deskripsi Siklus I ... 69

3. Deskripsi Siklus II ... 100

4. Deskripsi Siklus III ... 136

5. Peningkatan Hasil Siklus PTK ... 167

6. Analisis Hasil Penelitian ... 186

(9)

Bangkit Nugraha, 2015

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR

DAFTAR PUSTAKA ... 204 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPS disetiap jenjang pendidikan yang ada memiliki tujuan serta ruang

lingkup tersendiri dan berbeda satu sama lain. Somantri (2001, hlm. 74) mengemukakan

IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu

lainnya, serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan, disajikan secara ilmiah

dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Dengan demikian IPS merupakan penyederhanaan dari disiplin ilmu-ilmu sosial

untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menghadapi permasalahan-permasalahan

sosial. Ruang lingkup mata pelajaran IPS menurut Sapriya (2011, hlm.79) bahwa ruang

lingkup IPS dimulai dari aspek-aspek:

1. manusia, tempat, dan lingkungan

2. waktu, keberlanjutan, dan perubahan

3. sistem sosial dan budaya

4. perilaku ekonomi dan kesejahteraan

Ruang lingkup mata pelajaran IPS di SMP dan MTs, merupakan pembelajaran

terpadu yang diambil dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, ilmu humaniora, dan

masalah-masalah sosial baik berupa fakta, konsep, dan generalisasi untuk mengembangkan aspek

kognitif, psikomotor, afektif, dan nilai-nilai spiritual yang dimiliki oleh siswa. Kemudian

tujuan dari pembelajaran IPS yaitu bahwa dengan pembelajaran IPS diharapkan siswa

dapat berpikir kritis terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat sehingga dapat

menjadi warga Negara yang demokratis dengan memiliki kemampuan dasar untuk berpikir

logis dan kritis dalam kehidupannnya dimasyarakat.

Pembaharuan IPS bertujuan untuk menghilangkan anggapan siswa bahwa

pembelajaran IPS, merupakan mata pelajaran yang membosankan, dengan bertumpu pada

hapalan yang memberatkan siswa. Guru dituntut untuk menyajikan pembelajaran yang

(11)

tanpa selalu menghapal materi pelajaran namun memahami, sehingga siswa dapat

memecahkan masalah yang terjadi pada kehidupan sehari-hari.

Kemampuan berpikir kritis siswa yang rendah adalah salah satu masalah yang

dihadapi dalam pembelajaran IPS. Permasalahan ini dapat teridentifikasi, setelah peneliti

melakukan observasi di kelas VII-A SMPN 2 LEMBANG. Kemampuan berpikir kritis

siswa yang rendah terlihat pada proses pembelajaran berlangsung. Pertama, siswa

memaknai pelajaran IPS hanya sebagai pelajaran yang menitikberatkan pada hapalan.

Siswa memang terlihat menguasai materi dengan baik, saat mengkaji dan

mempresentasikan materi pun siswa dengan lancar menjelaskannya, hanya saja apa yang

siswa jelaskan bukan kata-kata dari pemikiran mereka sendiri, siswa menjelaskan

menggunakan kalimat yang hampir sama persis dengan buku yang menjadi sumber bacaan

mereka. Kedua, pembelajaran yang bersifat tekstual sehingga siswa kurang mengetahui

keterhubungan IPS dengan kehidupan sehari-harinya yang seharusnya dapat dijadikan

dasar untuk memecahkan masalah sehari-hari. Ketiga, pada saat guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan, siswa cukup antusias namun apa

yang mereka pertanyakan bukanlah pertanyaan yang membuat siswa lainnya berpikir kritis

karena apa yang mereka tanyakan jawabannya telah terpapar jelas dalam buku teks.

Hal-hal tersebut di atas menggambarkan kemampuan berpikir kritis siswa yang

rendah. Pembelajaran IPS bukanlah sekedar pembelajaran yang berorientasi pada hapalan

dan pemahaman materi saja, tetapi lebih dari itu siswa seharusnya dapat memahami betul

tentang makna dan nilai yang terkandung dalam pembelajaran IPS itu sendiri. Penjelasan

tersebut menunjukkan beberapa hal yang sejalan dengan tujuan IPS, yang dikemukakan

oleh Sumaatmadja dari buku yang ditulis Komalasari:

(12)

Berdasarkan dari penjelasan diatas, terdapat satu kesamaan dalam tujuan yang ingin

dicapai dari pembelajaran IPS ini, yaitu untuk menjadi warga Negara yang demokratis

melalui kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis ini memang sangat

dibutuhkan peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

Pernyataan di atas mengungkapkan bahwa berpikir kritis dalam pembelajaran IPS

tidak hanya sekedar untuk berpikir menyelesaikan masalah akan tetapi setelah itu dapat

menyimpulkan dan mengevaluasi serta dapat mengambil nilai-nilai sosial dalam menyikapi

fenoma-fenomena sosial yang ada. Pembelajaran IPS menjadi sangat penting untuk siswa,

karena pada intinya pembelajaran IPS adalah mempersiapkan siswa untuk peka terhadap

permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat serta terampil memecahkan masalah yang

menimpa dirinya maupun yang menimpa kehidupan dimasyarakat. Akan tetapi sangat

disayangkan proses pembelajaran IPS di sekolah terlalu berpusat pada guru. Guru kurang

memfasilitasi siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sehingga

pembelajaran IPS kurang bermakna untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

Menurut Somantri (2010, hlm. 94) kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan yang menunjukan interaksi antara siswa dan guru. Interaksi yang dibangun dalam kegiatan ini adalah interaksi yang bersifat dua arah dan menempatkan siswa bukan sebagai objek belajar tetapi sebagai subjek belajar. Kedudukan siswa yang sebagai subjek belajar berarti siswa merupakan individu yang aktif, bukan yang pasif, yang hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Untuk itu proses pembelajaran yang diutamakan adalah pembelajaran yang aktivitasnya berpusat pada materi.

Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran IPS terlihat bahwa

pembelajaran disana masih bersifat konvensional atau tradisional, adapun metode diskusi

yang dilakukan oleh guru memberikan warna terhadap proses pembelajaran agar tidak

membosankan, terlihat beberapa siswa antusias dalam mengerjakan materi yang diberikan

guru. Setelah kegiatan diskusi selesai beberapa kelompok mempresentasikan didepan

kelas, dan juga diadakan sesi tanya-jawab, namun pertanyaan yang dilontarkan siswa

kurang menggali materi dengan baik, begitu juga dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan,

siswa cenderung kurang memahami pertanyaan sehingga jawabanpun kurang menyeluruh.

(13)

pembelajaran tidak luput dari kecenderungan teacher centered. Hal ini menjadikan tingkat

berpikir siswa masih rendah.

Penggunaan buku teks yang sangat dominan merupakan kebiasaan guru dalam

menyajikan materi pembelajaran, karena pada dasarnya materi pembelajaran IPS sangat

berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Oleh karena itu guru harus lebih

memperhatikan kebutuhan dan minat siswa dalam menyajikan materi. Kemudian

masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat dapat menjadi sumber belajar yang menarik,

sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran IPS. Banyaknya materi

tekstual menyulitkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, dikarenakan siswa harus

mengahapal materi pembelajaran. Pada dasarnya belajar yang berangkat dari pengalaman

siswa dapat menjadikan pembelajaran lebih menarik.

Pentingnnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran

IPS, mendorong pada kreativitas guru dalam memilih media pembelajaran agar dapat

membantu siswa untuk berpikir mendalam terhadap materi yang dipelajari. Oleh karena itu

guru harus kreatif dalam memilih media pembelajaran yang tepat untuk membantu siswa

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis

pada siswa dapat dilakukan dengan mengangkat isu-isu sosial. Isu-isu ini berkaitan dengan

pendidikan dan bidang kehidupan lainnya seperti sosial, ekonomi, budaya, politik dan

sebagainya. Diharapkan dengan mengangkat isu tersebut, siswa dapat berfikir secara

kontekstual sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya.

Isu-isu sosial ini dapat kita temukan di berbagai media komunikasi massa, salah

satunya adalah media surat kabar. Surat kabar adalah salah satu bentuk media massa yang

paling populer dan dekat dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan surat kabar mempunyai

kelebihan dapat dibaca kapan saja dan informasi yang diberikan lebih terperinci dan detail,

serta harganya relatif terjangkau jika dibandingkan dengan media massa lainnya. Meskipun

dengan pesatnya era teknologi informasi dan komunikasi, terbukti surat kabar masih

mampu menunjukkan eksistensinya dan menjadi salah satu pilar penting di dunia pers

sampai saat ini.

Berkaitan dengan pers, surat kabar merupakan salah satu bentuk dari pers yang

(14)

tentang pers, fungsi pers adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol

sosial.

Sebagaimana dikatakan bahwa surat kabar mengandung fungsi pendidikan. Oleh

karena itu, surat kabar dapat menjadi sebuah media pembelajaran. Berita yang memuat

isu-isu sosial dapat dipakai sebagai media untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

siswa.

Bertitik tolak dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tindakan kelas mengenai “PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM

MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS” (Penelitian Tindakan Kelas pada

Pembelajaran IPS di kelas VII-A SMP Negeri 2 Lembang).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, penulis

merumuskan permasalahan, kedalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana guru merencanakan persiapan pembelajaran IPS dengan menggunakan

media surat kabar?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan media surat kabar?

3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi guru dan siswa pada saat melaksanakan

proses pembelajaran IPS dengan menggunakan media surat kabar?

4. Upaya apa yang dapat dilakukan oleh guru dan siswa untuk mengatasi kendala yang

dihadapi?

5. Apakah dengan menggunakan media surat kabar dengan mengemukakan isu-isu

sosial dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan perencanaan yang dilakukan oleh peneliti sebelum menerapkan

pembelajaran IPS dengan menggunakan media surat kabar.

2. Memaparkan dan menggambarkan secara umum bagaimana peneliti menerapkan

(15)

3. Mengatasi kendala yang dihadapi oleh peneliti ketika memilih media surat kabar

sebagai pembelajran IPS dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk

mengatasi kendala tersebut.

4. Mengetahui peningkatan berpikir kritis siswa melalui media surat kabar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, sendiri yaitu dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai

penerapan media surat kabar untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

2. Bagi siswa, memberikan pengalaman dan pengetahuan baru ketika belajar IPS

terutama dalam memecahkan masalah. Diharapkan siswa menjadi lebih peka

terhadap masalah-masalah yang ada dikehidupan masyarakat.

3. Bagi guru, yaitu diharapkan dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan kinerja

dalam pengembangan media surat kabar terutama pada mata pelajaran IPS.

4. Bagi peningkatan mutu pembelajaran IPS, diharapkan media surat kabar ini dapat

diterapkan dikelas yang lain juga, sehingga peningkatan mutu pembelajaran IPS

tidak hanya di kelas VII-A saja.

5. Bagi sekolah, yaitu akan bermanfaat dalam hal pelayanan dan meningkatkan mutu

pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Lembang.

E. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, dalam bab ini memaparkan secara garis besar mengenai

masalah yang akan dikaji. Adapun didalamnya terdapat sub pokok yang terdiri latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II Kajian pustaka, pada bab ini memaparkan tentang teori-teori yang dipakai

serta dijadikan acuan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun teori-teori yang

digunakan didasarkan atas para ahli dan peneliti yang telah melakukan penelitian lebih

(16)

BAB III Merupakan metode penelitian. Bab ini menjelaskan tentang teknik serta

tahapan-tahapan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis selama penelitian

berlangsung.

BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini berisi tentang refleksi

berbagai data yang telah dikumpulkan dan diolah setelah melaksanakan penelitian.

Pemaparan yang disertai dengan analisis yang berdasarkan atas data yang diperoleh

seelama penelitian.

BAB V Kesimpulan. Bab ini berisi tentang keputusan yang dihasilkan oleh peneliti

(17)

Bangkit Nugraha, 2015

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai metode yang digunakan dalam

penelitian. Metode yang digunakan disesuaikan dengan permasalahan yang ditemui di

kelas VII-A SMP Negeri 2 Lembang, sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai dengan

baik. Selain itu, pemilihan metode yang tepat akan membantu sebagai pedoman dalam

pelaksanaan penelitian, sehingga penelitian berjalan dengan lancar dan sesuai harapan.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi tempat peneliti melaksanakan penelitian yaitu di SMP Negeri 2 Lembang.

SMP Negeri 2 Lembang terletak di jalan Maribaya kecamatan Lembang kabupaten

Bandung Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2014/2015, dengan waktu

pelaksanaan pada bulan April, kurikulum yang digunakan di SMP Negeri 2 Lembang yaitu KTSP.

Sumber data penelitian diperoleh dari: 1) Subjek siswa Kelas VII-A SMPN 2 Lembang, 2) Guru

sebagai peneliti merangkap praktis, guru-guru mitra penelitian yang dilaksanakan secara

kolaborasi, 3) Kelas sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran, 4) Sarana dan

prasarana, 5) Dokumen-dokumen sekilas sebagai penunjang. Berkaitan dengan penelitian ini,

populasinya ditetapkan yaitu 40 peserta didik yang duduk di kelas VII-A SMPN 2 Lembang dengan

rincian laki-laki 21 orang siswa dan perempuan 19 orang siswa. Alasan peneliti memilih kelas VII A

karena dikelas tersebut ditemukan permasalahan kurangnya keterampilan berpikir kritis siswa

dalam pembelajaran IPS.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas atau

PTK (Classroom Action Research). Wiriaatmadja (2012, hlm. 13) menyatakan secara singkat

bahwa PTK adalah, bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek

pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencoba suatu

gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya

(18)

Penelitian ini dilakukan atas dasar permasalah yang terjadi di lapangan yang

menunjukkan masih rendahnya tingkat berpikir kritius siswa di kelasa VII-A SMP Negeri

2 Lembang. Oleh karena itu pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini

bertujuan untuk meningkatkan berpikir kritis siswa dengan merencanakan dan memilih

tindakan menggunakan media surat kabar sehingga diharapkan dapat mengembangkan

pembelajaran yang sudah ada menjadi lebih baik dan upaya meningkatkan berpikir kritis

siswa tercapai dengan optimal.

Adapun Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research), menurut Hopkins (dalam

Wiriaatmadja, 2012,hlm. 11) merupakan penelitian yang mengkombinasikan prosedur

penelitian dengan tindakan subtantive, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin

inkuiri, atau sesuatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil

terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Dalam penelitian ini peneliti

memposisikan diri bukan sekedar untuk memecahkan masalah pembelajaran yang ada di

kelas tetapi juga dapat merefleksikan secara kritis dan kolaboratif suatu rencana

pembelajaran. Adapun Kolaboratif yang dilakukan adalah bentuk kerja sama antara peneliti

dengan satu guru kelas dalam merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan

dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan pembelajaran di kelas.

Sedangkan pendekatan kualitatif yang suatu penelitian yang mendasarkan kepada

fakta dan analisis perbandingan, bertujuan untuk memperoleh penemuan yang signifikan

secara oprasional sehingga dapat digunakan ketika dilaksanakan kebijakan. Karena bersifat

perbaikan, tentu saja pelaksanaan pembelajaran tidak hanya cukup satu kali saja,

melainkan diperlukan berulang-ulang dari siklus yang satu ke siklus berikutnya, sehingga

hasil pembelajaran tersebut dapat optimal.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah “model yang dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart (dalam Wiriatmadja, 2012, hlm. 61)”. Model

(19)

Bangkit Nugraha, 2015

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR

dan refleksi (reflect). Desain penelitian yang digunakan berbentuk spiral (siklus) dan tidak

hanya dilakukan satu kali, melainkan beberapa kali hingga dapat tercapainya tujuan yang

diharapkan.

Dalam setiap satu kali putaran disebut dengan satu siklus dengan 4 langkah yang

harus dilaksanakan, keempat langkah tersebut yaitu rencana, pelaksanaan tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Empat langkah tersebut akan terus dilakukan sampai masalah

yang terdapat di kelas dapat terobati. Adapun desain penelitian tindakan kelas dapat dilihat

pada gambar berikut:

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis dan Taggart

(20)

1. Rencana (plan) yaitu rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki,

meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. Pada tahap perencanaan

dilakukan dengan menyusun perencanaan tindakan berdasarkan identifikasi masalah pada

obeservasi awal sebelum penelitian dilaksanakan. Rencana tindakan ini mencakup semua

langkah tindakan secara rinci pada tahap ini segala keperluan pelaksanaan peneliti

tindakan kelas dipersiapkan mulai dari bahan ajar, rencana pembelajaran, metode dan

strategi pembelajaran, pendekatan yang akan digunakan, subjek penelitian serta teknik dan

instrumen observasi disesuaikan dengan rencana.

2. Pelaksanaan tindakan (act) yaitu apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya

perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Pelaksanaan tindakan

disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumya. Pelaksanaan tindakan

merupakan proses kegiatan pembelajaran kelas sebagai realisasi dari teori dan strategi

belajar mengajar yang telah disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan

hasil yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti dengan subjek

penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap apa yang terjadi di

kelas.

3. Pengamatan (observe) yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang

dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Tahap observasi merupakan kegiatan

pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam PTK. Tujuan

pokok observasi adalah untuk mengetahui ada-tidaknya perubahan yang terjadi dengan

adanya pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung.

4. Refleksi (reflect) yaitu peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau

dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarhan hasil refleksi ini, peneliti

bersama guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Melalui refleksi,

guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta

apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu hasil dari

tindakan perlu dikaji, dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses pembelajaran

(21)

Bangkit Nugraha, 2015

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR

Adapun langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti di SMP Negeri

2 Lembang, sebagai berikut:

1. Identifikasi Masalah

Peneliti mengambil judul penggunaan media surat kabar untuk meningkatkan

berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS, yaitu berangkat dari permasalahan yang

peneliti temukan pada observasi siswa di kelas VII-A, oleh karena itu peneliti

melaksanakan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan

menggunakan surat kabar yang menjadi media pembelajaran yang menunjang kegiatan

belajar mengajar di kelas.

2. Observasi di Lapangan

Observasi ini dilaksanakan oleh peneliti untuk mendapatkan pemahaman terhadap

permasalahan yang terdapat di kelas. Peneliti akan sangat terbantu dengan adanya

observasi lapangan ini dengan mendapatkan informasi yang ada di kelas, kemudian

peneliti akan memilih cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah di lapangan.

Observasi lapangan telah pebeliti laksanakan pada saat observasi awal di kelas VII-A

SMP Negeri 2 Lembang. Hasil dari observasi lapangan tersebut peneliti mendapatkan

beberapa rencana berupa media pembelajaran dan tugas-tugas yang dapat menunjang

peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Perencanaan

Perencanaan merupakan bagian dari penelitian yang akan dilaksanakan oleh

peneliti. Rencana yang dilakukan oleh peneliti yaitu memilih media surat kabar dengan

memilih berita yang sesuai dengan materi pembelajaran, sehingga kemampuan berpikir

kritisnya meningkat, Peneliti sendiri dibantu oleh guru mitra dan dosen pembimbing agar

hasil yang didapat maksimal dan sesuai harapan peneliti. Berikut beberapa rencana yang

telah disusun bersama yaitu:

a. Melaksanakan observasi awal pada setiap kelas dan memilih kelas yang dirasa

kurang kemampuan berpikir kritis nya.

b. Meminta izin kepada guru mitra untuk melaksanakan penelitian pada kelas yang

(22)

c. peneliti bersama guru mitra menentukan waktu pelaksanaan dan lama tindakan

yang akan dilakukan.

d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran untuk diterapkan dalam proses

pembelajaran.

e. Menyusun instrument penelitian untuk menunjang dan mengukur peningkatan

kemampuan berpikir kritisnya.

f. Penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan penelitian oleh guru mitra

sehingga mendapatkan penilaian yang objektif.

g. Peneliti bersama guru mitra berdiskusi mengenai hasil dari tindakan.

h. Peneliti dan guru mitra merencanakan perbaikan terhadap kekurangan dari

tindakan agar dapat dilakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya.

i. Mengolah data yang didapat selama melaksanakan tindakan.

4. Tindakan

Setelah peneliti selesai menyusun perencanaan, selanjutnya peneliti melaksanakan

tindakan. Pelaksanaan tindakan harus sesuai dengan apa yang peneliti rencanakan bersama

guru mitra, sehingga penelitian dapat berjalan dan tidak salah arah. Adapun beberapa

tindakan yang akan dilaksanakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang telah disusun.

b. Menugaskan siswa untuk membaca surat kabar yang memuat berita sesuai dengan

materi dan membawanya ke dalam kelas.

c. Memberikan surat kabar yang telah disiapkan oleh guru untuk dipelajari dan

membagikan tugas yang harus dikerjakan.

d. Menyediakan instrumen penilaian siswa yang berupa format penilaian kemampuan

berpikir kritis siswa.

e. Melakukan penilaian kemampuan berpikir kritis siswa setelah menerapkan

tindakan selama pembelajaran.

f. Memberikan angket kepada siswa untuk mengukur sejauh mana peningkatan

(23)

Bangkit Nugraha, 2015

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR

g. Peneliti bersama guru mitra melakukan diskusi terkait hasil dari tindakan yang

telah dilaksanakan, serta menganalisis apa kekurangan dari setiap tindakan yang

telah dilaksanakan.

h. Melakukan perbaikan dari tindakan yang telah dilaksanakan untuk diterapkan pada

tindakan selanjutnya dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

dalam pembelajaran IPS.

i. Melakukan pengolahan data untuk melihat tingkat keberhasilan dari tindakan yang

telah dilaksanakan.

Pelaksanaan penggunaan media surat kabar untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa merupakan hasil dari observasi awal yang telah dilaksanakan.

Kemudian hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan menghasilkan data yang akan

diolah yang dapat menunjukkan hasil dari tindakan tersebut. Hasil dari tindakan tersebut

menghasilkan kelemahan dan kelebihan dari pelaksanaan tindakan yang telah

dilaksanakan. Untuk dikembangkan selanjutnya. Dengan demikian akan dilaksanakan

perbaikan pada tindakan selajutnya.

5. Pengamatan

Pengamatan dalam penelitian tentu perlu dilaksanakan, karena dengan pengamatan

akan menghasilkan catatan-catatan penting terkait dengan tindakan yang telah dilakukan.

Hasil pengamatan peneliti akan membantu peneliti mengetahui seberapa efektif tindakan

yang telah dilaksanakan.

Pengamatan dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru mitra secara berkala. Adapun

pengamatan yang dilakukan antara lain :

a. Pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa

b. Pengamatan kemampuan siswa mengkritisi isu yang ada pada media surat kabar.

c. Pengamatan situasi kelas pada saat siswa berkelompok.

d. Pengamatan efektivitas media surat kabar dalam meningkatkan kemampuan

berpikir kritis.

Pengamatan ini berguna untuk mendapatkan catatan yang nyata dengan apa yang

(24)

dalam peningkatan yang terjadi. Adapun bentuk lembar observasi berpikir kritis siswa

2. Siswa mampu bekerjasama dalam kelompok

3. Siswa mampu memperkuat argumen yang diberikan 4. Siswa mampu mempertimbangkan sumber informasi 5. Siswa mampu menyanggah argumen dengan memberikan

pendapatnya

6. Siswa dapat mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan

7. Siswa mampu menghubungkan materi dengan fenomena yang ada pada media

8. Siswa mampu mengaitkan permasalahan dan materi yang sedang dipelajari dengan kejadian disekelilingnya 9. Siswa mampu membuat penjelasan lanjutan dengan fakta

dan sumber yang relevan

10. Siswa mampu menghargai perbedaan pendapat temannya 11. Siswa mampu menjawab pertanyaan menggunakan

bahasa yang tepat, jelas,dan khas

12. Siswa ikut terlibat mengomentari permasalahan selama pembelajaran

13. Siswa mampu memanfaatkan media surat kabar dalam pembelajaran

14. Siswa mampu memberikan solusi atas permasalahan 15. Siswa mampu membuat kesimpulan dari materi dan

masalah yang telah dibahas

Keterangan: Poin 4 =Sangat Baik

Poin 3 = Baik

(25)

Bangkit Nugraha, 2015

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR

Kategori Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Kategori Rentang Nilai Kurang 0% - 25%

Cukup 26% - 50%

Baik 51% - 75%

Sangat Baik ≥76%

Diolah oleh peneliti tahun 2015

Skor perolehan

Skor maksimal × %

6. Refleksi

Refleksi merupakan bagian akhir dari penelitian tindakan kelas. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui bagaimana kekurangan dalam tindakan yang telah dilaksanakan

sehingga terlihat kekurangan dan bagaimana efektivitasnya. Adapun kegiatan yang akan

dilakukan oleh peneliti antara lain:

a. Melakukan konfirmasi pada kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

b. Berdiskusi dengan guru mitra apa saja perbaikan yang harus dilakukan atas

tindakan yang telah dilaksanakan.

c. Melihat hasil dari diskusi bersama guru mita untuk selanjutnya dilakukan

perencanaan ulang.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara atau interviu dapat diartikan sebagai tekhnik mengumpulkan data

dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui saluran media

tertentu menurut Sanjaya (2009, hlm. 96). Selian observasi, wawancara merupakan

(26)

disebabkan oleh beberapa keuntungan diantaranya pertama, wawancara dapat digunakan

untuk mencek kebenaran data/ informasi yang diperoleh dengan cara lain. Kedua, teknik

wawancara bisa memunculkan sesuatu yang tidak terpikirkan sebelumnya. Ketiga,

dengan wawancara memungkinkan pewawancara dapat menjelaskan pertanyaan yang

kurang dipahami oleh siswa yang diwawancarai.

Wawancara yang dilakukan peneliti ditujukan terhadap guru pamong dan teman

sejawat peneliti. Wawancara dilakukan untuk mengukur permasalahan yang terjadi

sebelum penggunaan media media surat kabar dalam kelas dan mengukur sejauh mana

kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam tindakan yang dilakukan peneliti serta memberi

masukan guna memudahkan berlangsungnya tindakan kelas.

2. Observasi

Pada umumnya, observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dari teori.

Namun, dalam penelitian tindakan kelas tidaklah demikian. Bahkan peneliti pada waktu

memasuki ruangan kelas dengan maksud mengobservasi, sebaiknya meninggalkan

teori-teorinya di luar kelas dan mulai mengamati tanpa ada keinginan untuk menjustifikasi

sebuah teori atau menyanggahnya.

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati setiap kejadian

yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan

diteliti (Sanjaya, 2009, hlm. 86). Observasi sebagai alat pemantau merupakan alat yang

tidak terpisahkan dari tindakan setiap siklus. Dalam PTK observasi bisa dilakukan untuk

memantau guru dan untuk memantau siswa. Sebagai alat pemantau kegiatan guru,

observasi digunakan untuk mencatat setiap tindakan yang dilakukan oleh guru sesuai

dengan masalah dalam PTK itu sendiri.

Observasi dibedakan menjadi dua yaitu observasi partisipan dan observasi non

partisipan. Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan ialah observasi partisipan,

diamana peneliti turut ambil bagian atau berada dalam keadaan objek yang sedang di

observasi.

Observasi bertujuan untuk mendapatkan informasi dan gambaran mengenai aktivitas

(27)

Bangkit Nugraha, 2015

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR

yang diamati, yaitu aktivitas guru dan aktivitas siswa yang berisi indikator-indikator dari

aspek-aspek yang harus ada dalam pembelajaran.

Dalam observasi ini data yang dikumpulkan yakni seluruh data mengenai

permasalahan yang terjadi di kelas, meliputi siswa dan guru di SMP Negeri 2 Lembang.

Dari siswa, data yang diambil dengan cara mengukur keterampilan siswa dalam berpikir

kritis dengan menggunakan media surat kabar. Sedangkan dari guru, observasi dilakukan

untuk merefleksikan pembelajaran dan juga menilai serta mengamati tindakan yang

dilakukan peneliti.

3. Catatan Lapangan

Merupakan sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian tindakan kelas

adalah catatan lapangan (field note) yang dibuat oleh peneliti/ mitra peneliti yang

melakukan pengamatan atau observasi.

4. Soal Post Test

Tes instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek

kognitif, atau tingkat penguasaaan materi pembelajaran. Sebagai alat ukur dalam proses

evaluasi, tes harus memiliki dua kriteria, yaitu kriteria validitas dan reliabilitas. Tes sebagai

suatu alat ukur dikatakan memiliki tingkat validitas seandainya dapat mengukur apa yang

hendak diukur. Tes memiliki tingkat reliabilitas suatu keandalan jika tes tersebut

menghasilkan informasi yang konsisten.

Tes yang digunakan yakni untuk mengukur sejauh mana keterampilan berpikir kritis

peserta didik dengan menggunakan media surat kabar. Tes yang diberikan berbeda tes satu

dengan tes lainnya, namun instrumen yang digunakan sama. Hal ini bertujuan agar peneliti

lebih mudah dalam meninjau peningkatan pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Test

digunakan untuk mendapatkan hasil belajar siswa pada siklus I, siklus II dan siklus III yang

diberikan setelah materi IPS telah dijelaskan.

5. Studi Dokumen

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat

(28)

foto-foto, video, dan data yang relevan terhadap penelitian lainnya. Dokumen dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu pertama, dokumen primer adalah dokumen yang ditulis oleh peneliti

langsung mengalami suatu peristiwa seperti otobiografi. Kedua, dokumen sekunder adalah

peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya ditulis oleh peneliti seperti

biografi.

Dokumentasi merupakan pendukung yang sangat penting, hal ini memudahkan

pemenuhan dari keterbatasan yang dimiliki peneliti dalam mengingat, meluapkan

pemahaman dalam tulisan dari apa yang ditemui dilapangan, serta sebagai bukti nyata

untuk memperkuat data-data dalam penelitian ini. Pengumpulan studi dokumen dilakukan

melalui laporan kegiatan, foto-foto, video-video, dan data relevan lainnya yang berkaitan

dengan penelitian tindakan di SMP Negeri 2 Lembang.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar Wawancara

Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara yang digunakan yaitu;

a. Pedoman wawancara tidak struktur yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat

garis besar yang akan ditanyakan. Dalam hal ini perlu adanya kreatifitas

pewawancara bahkan pedoman wawancara model ini sangat tergantung pada

pewawancara.

b. Pedoman wawancara terstruktur yaitu pedoman wawancara yang disusun secara

terperinci sehingga menyerupai chek-list. Pewawancara hanya tinggal memberi tanda √ (chek).

Pada penelitian tindakan ini, peneliti mengunakan keduanya. Pertama peneliti hanya

memuat garis besar yang akan ditanyakan kepada guru mitra dan siswa. Kedua, pedoman

wawancara yang telah disusun sehingga siswa hanya tinggal memberikan jawaban. hal ini

dilakukan untuk memberikan keleluasan narasumber untuk memberikan informasinya.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan gambaran

(29)

Bangkit Nugraha, 2015

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR

observasi ada dua aspek yang diamati, yaitu aktivitas guru dan aktivitas siswa yang berisi

indikator-indikator dari aspek-aspek yang harus ada dalam pembelajaran.

3. Lembar Soal

Merupakan alat pengumpulan data yang beri sejumlah pertanyaan atau latihan serta

alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Digunakan untuk

mendapatkan hasil belajar siswa pada siklus I, siklus II dan siklus III yang diberikan

setelah materi IPS telah dijelaskan.

4. Catatan-catatan Lapangan

Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian, catatan lapangan di buat

oleh peneliti / mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi berbagai aspek

pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan interaksi guru dan

siswa, interaksi siswa dan siswa. Catatan ini memuat secara deksriptif berbagai kegiatan,

suasana kelas dalam pembelajaran IPS.

5. Angket

Peneliti juga membuat instrumen penelitian berupa lembaran angket yang akan

diberikan kepada siswa. Angket menurut Arikunto (2008, hlm.151) adalah sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti

laporan tentang pribadinya atau hal yang ia ketahui. Lembaran angket ini bertujuan untuk

mengetahui seberapa efektif dan efisien penggunaan media surat kabar dalam

meningkatkan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPS. Lembar angket mencakup

pernyataan-pernayatan yang berhubungan dengan penilaian siswa terhadap media surat

kabar.

6. Lembar penilaian

Lembar penilaian digunakan untuk menilai tingkat berpikir kritis siswa selama

digunakannya media surat kabar pada pembelajaran IPS. Peneliti membuat lembar

penilaian sesuai dengan rubrik penilaian yang telah dibuat. Hal ini perlu dilakukan untuk

mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam meningkatkan berpikir kritisnya.

(30)

Rubrik ini digunakan sebagai patokan kriteria penilaian pada lembar penilaian

terhadap tingkat capaian berpikir kritis siswa dan aspek kegiatan pembelajaran lainnya.

Zaniul (2001, hlm. 26) berpendapat bahwa rubrik biasanya dibuat dalam bentuk tabel dua

jalur, yaitu baris yang berisi kriteria dan kolom yang berisi mutu. Kriteria dapat dinyatakan

secara garis besar, kemudian dirinci menjadi komponen-komponen penting. Adapun

langkah-langkah pengembangan rubrik yang dikemukakan oleh Zainul (2001, hlm. 26)

sebagai berikut.

a. Menentukan konsep, kemampuan atau kinerja yang akan diasesmen;

b. Merumuskan atau mendefinisikan dan menentukan urutan konsep dan atau

kemampuan yang akan diasesmen ke dalam rumusan atau definisi yang

menggambarkan aspek kognitif dan aspek kinerja;

c. Menentukan konsep atau kemampuan yang terpenting dalam tugas yang harus

diasesemen;

d. Menentukan skala yang akan digunakan;

e. Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharpakan sampai dengan kinerja yang

tidak diharapkan;

f. Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja siswa dengan

rubrik yang telah dikembangkan;

g. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kinerja atau hasil kerja siswa dari uji coba

tersebut kemudian dilakukan revisi, terhadap deskripsi kinerja, maupun konsep dan

kemampuan yang akan diasesmen;

h. Memikirkan kembali tentang skala yang digunakan;

i. Merevisi skala yang akan digunakan.

8. Foto/Gambar

Kamera digunakan sebagai pendokumentasian dalam penelitian ini. Selain itu

berguna untuk memperjelas data penelitian berupa foto atau video. Hal tersebut dilakukan

untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis data yang terkumpul dan jika data

penelitian terlupakan dan tertinggal saat proses penganalisisan dapat teringat. Hal-hal

(31)

Bangkit Nugraha, 2015

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR

Gambar-gambar, foto, ciplikan rekaman tape atau slides, berguna pula dalam

wawancara, baik untuk memulai topik pembicaraan, meupun untuk mengingatkan agar

tidak menyimpang dari tujuan wawancara. Alat video digunakan peneliti, depegang tidak

dilakukan oleh saya selaku peneliti, melainkan mitra peneliti luar atau teman sejawat yang

bersedia, serta tidak mengganggu jalannya pembelajaran di kelas karena siswa akan lebih

terpikat kapada kesibukan rekaman video daripada ikut berpartisipasi dalam pembelajaran.

Instrumen dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu rangkaian yang

sulit untuk dipisahkan satu dengan lainnya, karena bersifat saling melengkapi atau

menguatkan berbagai data yang diperoleh di lapangan. Oleh karena itu, pengumpulan

data-data di lapangan membutuhkan instrumen penelitian.

F. Analisis Data

Analisis data ini terdiri dari data kualitatif, data kuantitatif deskriptif, dan validasi data. Dapat

dijelaskan seperti berikut:

1. Data Kualitatif

a. Reduksi data

Reduksi data dapat diartikan sebagai suatu proses pemilihan data, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan data, pengabstrakan data, dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam kegiatan reduksi data dilakukan

pemilahan-pemilahan tentang: bagian data yang perlu diberi kode, bagian data yang harus dibuang,

dan pola yang harus dilakukan peringkasan. Jadi dalam kegiatan reduksi data dilakukan:

penajaman data, penggolongan data, pengarahan data, pembuangan data yang tidak perlu,

pengorganisasian data untuk bahan menarik kesimpulan. Kegiatan reduksi data ini dapat

dilakukan melalui: seleksi data yang ketat, pembuatan ringkasan, dan menggolongkan data

menjadi suatu pola yang lebih luas dan mudah dipahami.

b. Penyajian data

Penyajian data dapat dijadikan sebagai kumpulan informasi yang tersusun sehingga

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian yang sering digunakan adalah dalam bentuk naratif, bentuk matriks, grafik, dan

(32)

c. Menarik kesimpulan

Sejak langkah awal dalam pengumpulan data, peneliti sudah mulai mencari arti

tentang segala hal yang telah dicatat atau disusun menjadi suatu konfigurasi tertentu.

Pengolahan data kualitatif tidak akan menarik kesimpulan secara tergesa-gesa, tetapi secara

bertahap dengan tetap memperhatikan perkembangan perolehan data.

2. Data Kuantitatif Deskriptif

Data kuantiatif deskriptif atau statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan

untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi menurut Sugiono (2013, hlm. 207-208). Data yang

dikumpulkan diperoleh melalui penyajian table data, grafik, diagram dan perhitungan

persentase. Rumus yang digunakan yakni sebagai berikut:

¬¬¬¬¬¬¬¬F/( N)×100%

Keterangan F = Frekuensi dan N = Jumlah

3. Validasi Data

a. Expert Opinion

Pakar atau ahli ini akan memeriksa semua tahapan penelitian dan akan memberikan

pendapat, arahan atau judgmet terhadap permasalahan maupun langkah-langkah penelitian.

Perbaikan, modifikasi atau perubahan yang dilakukan berdasarkan opini pakar akan

memberikan validasi penelitian dan meningkatkan drajat keterpercayaan.

b. Member Check

Proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan

member check adalah untuk mengetahui seberapa data yang diperoleh sesuai dengan apa

yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang disepakati oleh para pemberi data

berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel atau dipercaya, tetapi apabila data

yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data

maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data dan apabila perbedaannya

tajam maka peneliti harus merubah penemuannya dan harus menyesuaikan dengan apa

(33)

Bangkit Nugraha, 2015

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR

diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud

sumber data atau informasi.

c. Triangulasi

Penelitian dengan menggunakan triangulasi dengan tujuan untuk memperoleh data

yang benar-benar lengkap dan komprehensif. Triangulasi sebagai salah satu tekhnik

pemeriksaan data secara sederhana untuk mengecek data dalam penelitian, dimana peneliti

tidak hanya menggunakan satu sumber data, satu metode pengumpulan data atau hanya

menggunakan pemahaman pribadi tanpa membandingkan/melihat penelitian orang lain.

Triangulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat

multiperspektif. Artinya untuk mengambil kesimpulan tidak hanya diperlukan satu sudut

pandang. Dari beberapa cara pandang akan dapat dipertimbangkan beragam fenomena

yang muncul dan selanjutnya dapat ditarik kesimpulan sehingga dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

d. Saturasi

Saturasi adalah situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi data lain

yang berhasil dikumpulkan atau tidak ada lagi tambahan data baru. Penelitian ini akan

dihentikan apabila hasil yang diperoleh sudah mencapai indikator yang telah ditetapkan.

e. Interpretasi

Dalam tahap ini peneliti menginterpretasikan temuan-temuan yang diperoleh selama

penelitian berdasarkan landasan teoritis yang telah dipilih. Dari hasil interpretasi ini

(34)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Dalam bab ini akan menyimpulkan hasil akhir dari penelitian yang telah dilakukan

dan merekomendasikan terhadap berbagai pihak mengenai hasil yang telah dicapai baik

dari pihak sekolah, guru, peserta didik, maupun peneliti sendiri. Adapun kesimpulan,

implikasi dan rekomendasinya adalah sebagai berikut:

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan selama proses penelitian, penggunaan media surat kabar

dalam mengemukakan isu-isu sosial untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis di

kelas VII-A SMPN 2 Lembang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rancangan penggunaan media surat kabar dalam mengemukakan isu-isu sosial untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dilakukan berdasarkan penyusunan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang tepat. Disamping itu perencanaan

penggunaan media surat kabar dalam penelitian ini dilakukan dengan cara : pertama,

menentukan tema yang sesuai seperti mengenai produksi, distribusi dan konsumsi;

kedua merencanakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan penggunaan

media surat kabar sekaligus memilih dan menentukan berita yang sesuai dengan tema

pembelajaran ; ketiga merencanakan penilaian untuk proses pembelajaran, penilaian

tersebut berupa LKS. Tentunya perencanaan pembelajaran tersebut peneliti

diskusikan dengan guru mitra dan dibantu oleh dosen pembimbing. Hal-hal tersebut

dilakukan agar dapat mencapai tujuan pembelajaran dalam pelaksanaan penggunaan

media surat kabar yang dilakukan oleh siswa, dan juga agar memudahkan peneliti

dalam melihat dan mengukur perkembangan peningkatan kemampuan berpikir kritis

siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan media surat kabar.

2. Pelaksanaan penggunaan media surat kabar dalam mengemukakan isu-isu sosial

untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS telah

dilaksanakan dengan baik. Pada penelitian ini dilakukan sebanyak tiga siklus, dimana

(35)

dari siklus ke-1 sampai pada siklus ke-3 hanya terdapat perbedaan pada materi yang

disampaikan. Pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan media surat kabar ini

yaitu diawali dengan pembagian kelompok, kemudian guru membagikan surat kabar

dan meminta siswa untuk menelaah isi dari surat kabar tersebut. Setelah ditelaah,

kemudian guru membagikan LKS untuk selanjutnya didiskusikan oleh setiap

kelompok dan terakhir hasil diskusi kelompok dipresentasikan didepan kelas.

3. Selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan, peneliti juga melakukan observasi

dengan mengacu pada instrumen penelitian yang telah dibuat sebelumnya. Peneliti

juga mendokumentasikan setiap kejadian yang berlangsung baik yang tercantum

maupun yang tidak tercantum dalam pedoman observasi melalui bentuk foto maupun

catatan sebagai catatan lapangan. Catatan lapangan ini merupakan sebagai data

pelengkap tindakan-tindakan yang telah dilakukan dalam setiap siklusnya.

4. Kendala yang terjadi saat penggunaan media surat kabar dalam pembelajaran adalah

sulitnya menemukan berita yang sesuai dengan materi dalam SK/KD, tulisan dalam

media surat kabar yang ukurannya kecil sehingga menyulitkan setiap siswa dalam

kelompok untuk membaca secara bersamaan, dalam media surat kabar bahasa yang

tertulis cukup berat bagi siswa kelas VII sehingga siswa kurang memahami bahasan

yang diberikan. Kendala bagi guru, kurang mendalam dalam menjelaskan materi

sebagai pengantar, dalam menjelaskan kaitan antara materi dengan isu yang ada

dalam media surat kabar guru tidak terlalu jelas sehingga membuat siswa

kebingungan. Sedangkan kendala pada siswa itu sendiri dalam kegiatan diskusi

kelompok masih banyak yang bermain-main dan acuh tak acuh dalam pengerjaan

tugas kelompoknya, siswa kurang mampu menempatkan diri saat berdiskusi, siswa

merasa kesulitan dalam menarik kesimpulan antara materi pembelajaran dengan isu

sosial yang disajikan. Namun peneliti memiliki upaya dalam mengatasi kendala

tersebut antara lain upaya tersebut adalah peneliti mencari berita terkini dari berbagai

media surat kabar dan disesuaikan dengan SK/KD yang telah ditentukan, kemudian

surat kabar tersebut diperbesar untuk memudahkan siswa dalam membacanya saat

berkelompok. Upaya lain yang dilakukan oleh guru yaitu, sebaiknya guru menjadi

(36)

memahami pembelajaran. Hal ini sangat diperlukan untuk tercapainya tujuan

pembelajaran.

5. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam penggunaan media surat kabar

mengalami peningkatan. Pelaksanaan kegiatan belajar menggunakan media surat

kabar sebagai solusi meningkatkan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS

dapat dikatakan berhasil. Adapun hasil peningkatan berpikir kritis siswa dalam

pembelajaran IPS dapat terlihat dari beberapa indikator yaitu mampu mengenali

masalah, mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, dapat

menjawab pertanyaan atau mengungkapkan berdasarkan pemikirannya, mampu

memberikan solusi terhadap permasalahan dan mampu memberikan kesimpulan. Hal

ini dibuktikan pada pelaksanaan siklus ke-1 rata-rata perolehan kemampuan berpikir

kritis melalui hasil penilaian lembar kerja siswa yaitu sebesar 52% atau dapat

dikatakan hasil tersebut tergolong dalam kategori kurang. Kemudian pada siklus ke-2

penilaian siswa mengalami peningkatan atau naik menjadi 65.20% dan masuk dalam

kategori cukup. Pada siklus ke-3 penilaian kemampuan berpikir kritis siswa

mengalami peningkatan yang sangat signifikan menjadi 81.16% dan masuk dalam

kategori baik. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa tersebut terjadi secara

bertahap dan cukup signifikan, hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan

media surat kabar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

B. Implikasi

Implikasi terhadap pembelajaran IPS setelah dilakukannya pembelajaran

menggunakan media surat kabar siswa antusias dalam mengikuti pelajaran IPS di kelas.

Kemudian kegiatan belajara mengajar tidak berpusat pada guru sehingga terjadi

komunikasi dua arah, dimana guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran. Siswa dapat

mencari bahan pelajaran dengan luas dan tidak terpaku terhadap buku sumber yang mereka

miliki sehingga wawasan siswa menjadi lebih luas. Pembelajaran IPS menjadi kontekstual

dimana siswa dihadapkan dengan permasalahan yang dekat dengan mereka sendiri. Siswa

dapat meningkat kemampuan berpikir kritis setelah menggunakan media surat kabar.

(37)

Berdasarkan hasil temuan oleh peneliti dalam melaksanakan proses penelitian

tindakan kelas melalui penggunaan media surat kabar dalam mengemukakan isu-isu sosial

untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas VII-A SMP Negeri 2

Lembang, peneliti memberikan beberapa saran bagi beberapa pihak yang terkait dengan

penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi pihak sekolah, peneliti berharap dengan adanya media surat kabar dapat

menjadi alternatife sebagai media pembelajaran, kemudian kemampuan berpikir

kritis siswa menjadi lebih baik sehingga pembelajaran IPS di SMP Negeri 2

Lembang menjadi lebih menarik dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Pihak sekolah dapat mendorong guru agar dapat kreatif dalam menggunakan media

pembelajaran agar kemampuan berpikir kritis siswa dapat terasah.

2. Bagi guru, peneliti berharap melalui penelitian yang telah dilaksanakan dapat

menjadi masukan dan referensi bagi guru-guru pada kegiatan pembelajaran di kelas

sebagai fasilitator. Pembelajaran di kelas diharapkan lebih bervariasi dengan cara

memfasilitasi siswa dengan media pembelajaran IPS yang menarik, sehingga dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Bagi siswa, peneliti berharap melalui penelitian yang telah dilaksanakan siswa dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya dengan baik pada saat mengikuti

kegiatan belajar mengajar. Kemudian siswa tidak lagi merasakan kejenuhan dengan

materi yang terdapat pada pembelajaran IPS dan termotivasi untuk mengkuti

pembelajaran IPS.

4. Bagi peneliti, penelitian ini menjadi salah satu kontribusi dalam dunia pendidikan

untuk memajukan pendidikan di Indonesia, kemudian menjadi inspirasi bagi peneliti

apabila di kemudian hari menjadi tenaga pendidik yang profesional. Peneliti dapat

belajar tentang perjuangan dalam dunia pendidikan yang sangat di butuhkan oleh

setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup nya.

5. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini bukan merupakan hasil penelitian

yang sempurna, sehingga peneliti menyadari perlu adanya penelitian selanjutnya atau

tindak lanjut mengenai penggunaan media surat kabar agar dapat meningkatkan

(38)

Demikian kesimpulan dan saran bagi beberapa pihak yang dapat peneliti kemukakan,

semoga dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan di Indonesia dalam

meningkatkan kualitas pendidiikan dan secara khusus menjadi bahan pertimbangan sekolah

dalam mengembangkan media pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemampuan berpikir

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Cepi S.A. (2008). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi

Akara.

Arsyad, A. (2011a). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Arsyad, A. (2013b). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Coloroso, B. (2006). (Alih bahasa : Santi Indra Astuti). Penindas, Tertindas dan Penonton.

Resep memutus rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga SMU. Jakarta;

Serambi

Desmita. 2010. Berpikir kritis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dimiyati. (1980). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka cipta

Effendi R, et al. (2009). Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Effendi, Onong U. (1993). Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung. Alumni 1981.

Effendi, Onong U. (2004). Dinamika Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Ennis, R.H. (1985). Goals For A Critical Thinking Curriculum, Developing Minds: A Resource

Book For Teaching Thinking.Virginia: ASCD.

Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Gunadi. (1998). Himpunan istilah komunikasi. Jakarta: Gramedia

Hasan, H. dkk. (2012). Prosiding Seminar Nasional IPS. Bandung:UPI

Hassan, H. (1996). Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial. Bandung: Jurusan Sejarah IKIP.

Hidayat, A. (2007). Strategi Six Sigma : Peta Pengembangan Kualitas dan Kinerja Bisnis.

Jakarta: Gramedia.

Johnson, E.B, (2010). Pembelajaran sejarah, teaching of history. Jakarta: PT Gramedia

Widiasarana Indonesia.

(40)

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika

Aditama.

Komalasari, Kokom (2011). Media Pembelajaran IPS. Bandung: UPI.

Majid, A. (2006). Perencanaan pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurhadi. (2004). Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Sadiman, Arief S. (dkk). (2010). Media pendidikan: pengertian pengembangan dan

pemanfaatannya. Jakarta. : PT. RajaGrafindo persada.

Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Bandung: Kencana

Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

Sapriya, (2008). Konsep Dasar IPS. Bandung: Laboratorium PKN UPI.

Sapriya, (2011). Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Setiadi M, Kolip Usman. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta : KENCANA.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Soemantri, N. (2010). Inovasi Pembelajaran IPS. Bandung: Rizki Press

Soerjono Soekanto. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfa Beta.

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D).

Bandung: Alfa Beta.

Sunaryo. 1989. Strategi Belajar-Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang: IKIP Malang

Suparno, P. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jogjakarta:

Thobroni, M. & Mustifa, A. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Trianto, (2010). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep Strategi, dan Implementasinya dalam

Gambar

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis dan Taggart
Tabel 3.1 Observasi Berpikir Kritis

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan PLI yang dilaksanakan pada perusahaan/industri sangat bermanfaat bagi mahasiswa, karena mahasiswa dapat melihat langsung keterkaitan antara teori

Dari sudut kepentingan Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), tujuan mata kuliah Kerja Praktek adalah mendapatkan masukan–masukan sebagai umpan balik dari Instansi

pemerintah/pemerintah daerah pemberi bantuan. Untuk pemberi bantuan bersifat khusus dapat mensyaratkan penyediaan dana pendamping dari APBD atau anggaran pendapatan dan

Nah, tetapi di dalam Pasal 2 ayat (1) itu, perbuatan melawan hukum itu di sini, ada kata-kata dapat merugikan keuangan negara. Dapat di sini kan bisa diartikan belum terjadi ini.

kunjungan bagi orang asing warga negara dari negara.. tertentu dimaksudkan untuk memberikan

Berdasarkan pada uraian latar belakang penelitian, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh media audio visual terhadap penguasaan

Bagaiman mungkin orang yang dihatinya terdapat cinta Tuhan seberat separuh biji atom, bias mendengar ucapan

Evaluasi kestabilan fisik krim meliputi organoleptis, kriming, viskositas, dan ukuran tetes terdispersi serta inversi fase sebelum dan setelah kondisi penyimpanan dipercepat selama