• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FINANCIAL LITERACY TERHADAP ASPEK PERMODALAN PADA UMKM BATIK DEWI RATIH SRAGEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH FINANCIAL LITERACY TERHADAP ASPEK PERMODALAN PADA UMKM BATIK DEWI RATIH SRAGEN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH FINANCIAL LITERACY TERHADAP ASPEK PERMODALAN PADA UMKM

“BATIK DEWI RATIH”

SRAGEN

Dewi Tinjung Sari

Magister Pendidikan Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Email: dewitinjungsari@gmail.com

ABSTRAK

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sangat berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan pendistribusian hasil pembangunan. UMKM

“Batik Dewi Ratih” merupakan salah satu UMKM yang bergerak dalam pengrajin batik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh financial literacy yang dilihat dari aspek permodalan di UMKM “Batik Dewi Ratih”. Artikel ini berbentuk studi literasi. Metode yang digunakan yaitu dengan pendekatan eksploratif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan studi lapangan dan studi pustaka. Studi lapangan dilakukan dengan cara observasi dan wawancara sedangkan studi pustaka dilakukan dengan cara mempelajari dan membaca literatur- literatur serta tulisan-tulisan yang berhubungan dengan literasi keuangan. Objek penelitian yaitu UMKM “Batik Dewi Ratih” yang terletak di desa Jantran RT. 26 RW. 5 Pilang, Masaran, Sragen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan yang di dapat dari UMKM “Batik Dewi Ratih”

tersebut dari bank umum yang lebih dominan dibandingkan dengan lembaga pembiayaan, contohnya: koperasi dan lembaga pembiayaan non bank. UMKM “Batik Dewi Ratih” lebih menekankan pada investasi dengan pergantian alat yang mempengaruhi besarnya pembiayaan dalam memproduksi produk. Pelaku usaha batik tersebut belum mempunyai keterampilan manajamen yang baik dalam merencanakan kegiatan usaha yang akan dilakukan. Kesadaran akan pentingnya literasi keuangan masih tergolong rendah, sehingga pelaku usaha tidak melakukan perencanaan bisnis secara tertulis dalam perencanaan kegiatan usaha.

Kata kunci: financial literacy, permodalan, UMKM.

ABSTRACT

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) plays an important role in economic growth, employment, and the distribution of development outcomes. UMKM "Batik Dewi Ratih" is one of the UMKM engaged in batik craftsmen. The purpose of this study was to determine the influence of financial literacy seen from the aspect of capital in UMKM "Batik Dewi Ratih". This article is a literacy study. The method used is the explorative approach. The data collection technique is made by field studies and literature. A field study is conducted by observation and the interview whiereas the literature study done by studying and reading the literature and writings related to financial literacy. The object of research is the UMKM "Batik Dewi Ratih" located in the village of Jantran RT. 26 RW. 5 Pilang, Masaran, Sragen. The results showed that the financing obtained of UMKM "Batik Dewi Ratih" from the commercial bankis more dominant than the financial institutions, for example: Cooperative and Non-Bank Financial Institutions. UMKM

"Batik Dewi Ratih" more emphasizes on investment by replacement of the tool influencing the amount of budgeting in the production. The businessman of batik do not have a good manajamen skills in planning operations to be performed. the Awareness of the importance of financial literacy is still low, so that the businessman do not do a written business plan in the planning of business activities.

Keywords: financial literacy, capital, UMKM.

brought to you by

CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

provided by FKIP UNS Journal Systems

(2)

2 I. PENDAHULUAN

Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sangat berperan strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, yaitu dalam pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan juga pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Keberlangsungan produksi pada UMKM maka ditentukan salah satunya dengan adanya pengelolaan keuangan yang baik. Pelaku usaha setidaknya harus mengetahui tentang literasi keuangan.Potrict, Vieira, Da-Silva (2016: 356) menyatakan bahwa melek finansial, dipahami sebagai penguasaan seperangkat pengetahuan, sikap dan perilaku, telah diasumsikan sebagai peran yang mendasar yang memungkinkan orang untuk membuat bertanggung jawab terhadap suatu keputusan untuk mencapai sebuah kesejahteraan dalam usahanya.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, jumlah UMKM sekitar 99,99 persen dari jumlah total unit usaha yang ada dan diperkirakan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 97,24 persen. Namun hingga sekarang masih adanya masalah mengenai akses dana permodalan bagi UMKM di Indonesia. Novania dan Khudin (2016: 1) menyatakan bahwa peran dan potensi UMKM yang strategis dan diakui dalam perekonomian nasional tidak membebaskan sektor ini dari permasalahan klasik, yaitu terbatasnya modal untuk pengembangan usahanya. Ketersediaan modal bagi usaha merupakan kebutuhan mutlak yang digunakan untuk keberlangsungan usaha.Kesenjangan yang terjadi pada sektor keuangan di Indonesia tidak hanya menyangkut keterjangkauan atau inklusi, tetapi juga mengenai pemahaman atau literasi.Hilgert dalam Herbert, Gilber dan Chatterjee (2016: 167) menyatakan bahwa pengetahuan keuangan dikaitkan kegiatan atau praktek-praktek keuangan seperti bagaimana manajemen kredit, tabungan dan praktek investasi. Rigopoulos (2015: 1) menyatakan bahwa pemahaman literasi keuangan mengenai keputusan bagaimana cara perusahaan atau individu untuk melakukan kegiatan penganggaran modal adalah yang paling penting untuk kinerja perusahaan dan prospek masa depan. Menurut Maroyi & Poll (2012: 29) menyatakan bahwa beberapa studi telah menunjukkan pentingnya praktek penganggaran modal sebagai alat untuk mengevaluasi kelayakan kemungkinan investasi di dunia usaha.

Batik adalah salah satu hasil ciri khas dan asli dari kebudayaan Indonesia, semula batik hanya dikenal oleh kalangan tertentu saja, yaitu kalangan bangsawan keraton saja.

UMKM “Batik Dewi Ratih” merupakan salah satu UMKM yang bergerak dalam pengrajin batik di daerah Sragen.Observasi yang dilakukan di UMKM “Batik Dewi Ratih” yang terletak di bantaran sungai Bengawan Solo tepatnya di desa Jantran RT. 26 RW. 5 Pilang, Masaran, Sragen bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemahaman literasi keuangan terutaman aspek permodalan dalam hal penganggaran modal dan rencana bisnis ke depan yang dilakukam pada UMKM tersebut.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini mendeskripsikan tentang bagaimana literasi keuangan terhadap aspel permodalan pada objek penelitian. Metode yang digunakan yaitu dengan pendekatan eksploratif.Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu: berdasarkan studi lapangan, penelitian ini dikhususkan meneliti pada UMKM“Batik Dewi Ratih”yang merupakan data primer, dilakukan dengan cara sebagai observasi dan wawancara. Studi pustaka, pengumpulan data dengan mempelajari dan membaca literatur-literatur serta tulisan-tulisan yang berhubungan dengan literasi keuangan mengenai aspek permodalan UMKM yang menyangkut hal permodalan yang dianggarkan dan penambahan investasi.

III.PEMBAHASAN

A. Literasi Keuangan (Financial Literacy) pada Aspek Permodalan UMKM

Mouna dan Jarboui (2015: 810) menyatakan bahwa literasi keuangan adalah

kemampuan seseorang untuk memperoleh informasi, menganalisis, mengelola dan

berkomunikasi tentang situasi keuangan pribadi karena hal tersebut untuk dapat

memperngaruhi kesejahteraan seseoran. Definisi ini mencerminkan bahwa seseoarang

harus mampuyai kemampuan untuk mengumpulkan informasi yang relevan dan penting,

selain itu juga membedakan antara pilihan keuangan yang beragam, membahas masalah

moneter dan keuangan, perencanaan dan dapat menentukan keputusan dalam penggunaan

keuangan. Literasi keuangan ini berkaitan dengan kebiasaan, perilaku dan pengaruh dari

faktor dari luar (eksternal). The Association of Chartered Certified Accountants (2014)

merumuskan bahwa literasi keuangan mencakup hal-hal mengenai pengetahuan

(3)

3

keuangan, kemampuan memahami komunikasi, kecakapan mengelola keuangan pribadi/perusahaan dan kemampuan melakukan keputusan keuangan dalam situasi tertentu.

Hal ini akan akan menjadi modal penting dalam setiap pengambilan keputusan keuangan yang dapat meningkatkan sumber daya keuangannya dan memperlancar akses kedalam sistem keuangan dengan adanya tingkat pemahaman masyarakat (pelaku usaha)tentang literasi keuangan. Dikutip dari sebuah Majalah bisnis Stabilitas (2014) menyatakan bahwa literasi keuangan (Financial Literacy) adalah tingkat pengetahuan dasar masyarakat tentang keuangan, yaitu mencakup keterampilan dalam hal mengelola keuangannya (mendapatkan-membelanjakan, menabung, investasi dan meminjam uang).

Hal ini menjadi salah satu dalam pengeloaan anggaran modal usaha. Tingkat literasi keuangan di Negara berkembang sangat rendah kisalnya Indonesia yang masih memiliki kesenjangan pada sektor keuangan yang cukup tinggi.

UMKM sebagai penggerak sektor informal terbesar di Indonesia dengan jumlah serapan pekerja terbanyak hal tersebut menjadikan UMKM memiliki peran penting dalam sistem ekonomi. Menurut Cole, Sampson, dan Zia (2010), cara tercepat untuk menggerakkan ekonomi di emerging market adalah dengan memberikan fokus pengembangan sektor informal (UMKM) yang akan berdampak pada meningkatnya tingkat pendapatan kelas menengah. Tingkat literasi keuangan dari sudut pandang perorangan/ keluarga memiliki dampak pada kemampuan untuk memiliki tabungan jangka panjang yang digunakan untuk memiliki aset (seperti tanah atau rumah), pemenuhan pendidikan tinggi dan dana hari tua (pensiun). Pengelolaan uang yang tidak efektif akan berdampak pada krisis keuangan keluarga (Braunstein and Welch, 2002).

Temuan tersebut juga dapat diadaptasi untuk perusahaan. UMKM yang memiliki literasi keuangan yang baik akan dapat mencapai tujuan perusahaannya, memiliki orientasi pengembangan usaha dan mampu survive dalam kondisi ekonomi yang sulit.

Literatur bisnis dan kewirausahaan, kurangnya pengetahuan dan akses terhadap sumber daya keuangan telah dihubungkan dengan ketidakmampuan perusahaan dalam mencapai tujuan (Beck, DemirgucKunt, dan Maksimovic, 2005;

Hutchinson dan Xavier, 2006; Malo dan Norus, 2009; serta Coad dan Tamvada, 2012), dan ketidakleluasaan manajer dalam mengambil tindakan strategis (Wiklund dan Shepherd, 2003). Literatur yang lain juga menegaskan bahwa literasi dan inklusi keuangan akan mampu meningkatkan pertumbuhan.

Menurut Singh, Jain & Yadav (2012: 96) menyatakan bahwa penganggaran modal (capital budgeting) pada dasarnya adalah proses perencanaan anggaran untuk pembelian aset atau proyek yang sifatnya jangka panjang. Keputusan penganggaran modal akan menentukkan arah strategis bagi pelaku UMKM dalam memutuskan investasi yang bergerak ke arah penciptaan produk baru, pembeliaan peralatan maupun ekspansi pasar baru. Keputusan investasi yang tepat dapat menghasilkan hasil yang spektakuler dalam hal keuntungan tetapi keputusan keliru dan tidak benar dapat membahayakan kelangsungan hidup dari bisnis.

Horngren dalam Lunkes, Feliu, Fillol & Rosa (2015) menyatakan bahwa penganggaran modal adalah proses pembuatan perencanaan keputusan dan analisis peluang untuk jangka panjang investasi pada aset untuk menghasilkan manfaat lebih dari satu tahun. Keputusan yang diambil selama proses pembangunan dan evaluasi penganggaran modal menentukan masa depan pertumbuhan dan produktivitas perusahaan, dan membantu untuk mencapai profitabilitas yang terbesar. Penganggaran modal sebagai prosedur, rutinitas, metode dan teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi peluang investasi, untuk mengembangkan ide-ide awal dalam proposal investasi tertentu, untuk mengevaluasi dan memilih proyek dan untuk mengontrol proyek investasi untuk menilai akurasi perkiraan”.

B. Peranan Lembaga Pembiayaan dalam Pengembangan UMKM

Rachmad (2016) menyatakan bahwa masalah akses dana permodalan bagi

UMKM di Indonesia hingga kini masih terjadi. Ketersediaan modal usaha merupakan

kebutuhan mutlak bagi mereka. Kebijakan pemerintah baik melalui nota kesepahaman

dengan berbagai instansi yang kemudian dikenal dengan program KUR atau melalui

peraturan Bank Indonesia No.14/22/PBI/2012 telah menunjukkan perhatian pemerintah

(4)

4

untuk memberikan solusi kepada UMKM terkait dengan masalah permodalan dengan menjalankan peran lembaga pembiayaan sebagai alternatif sumber pembiayaan bagi UMKM. Pada kenyataannya, program ini juga tidak mudah dilaksanakan baik oleh UMKM maupun oleh lembaga pembiayaan. UMKM merasa kesulitan untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh lembaga pembiayaan terutama dalam hal pembukuan dan agunan dan juga kredit yang bermasalah. Akses pembiayaan UMKM lebih banyak diperoleh dari bank umum dibandingkan dengan lembaga pembiayaan (koperasi dan lembaga pembiayaan non bank). Tedjasuksmana (2014:195) menyatakan bahwa lembaga pendanaan sebagai institusi penyedia modal bagi suatu usaha, maka tidaklah dapat dilepaskan dari kacamata perbankan mengamati informasi keuangan dari suatu usaha yang dapat memberikan deskripsi tentang sumber dan penggunaan dana yang disajikan dalam bentuk cash flow. Dengan demikian, kelayakan suatu usaha dilihat dari kemampuannya dalam menghasilkan GOFG, gross operating fund generation, selisih antar laba operasional dikurangi oleh pajak, bunga, dan dividen.

Kementrian Perdagangan RI (3013: 77) menyatakan bahwa persaingan antar lembaga pembiayaan menjadikan lembaga pembiayaan non bank yang kurang populer mengalami penurunan jumlah debitur. Lembaga pembiayaan non bank menghadapi kendala untuk mendapatkan informasi calon debitur. Maka dari itu lembaga pembiayaan telah melakukan inovasi dalam sistem penagihan Pembayaran kredit/pinjaman,. Lembaga pembiayaan saat ini lebih agresif mendekati UMKM. Sistem penagihan yang semula bulanan diubah menjadi harian untuk sektor perdagangan. Sistem penagihan “jemput bola” dalam arti mendatangi debitur one on one. Sistem penagihan harian ini membantu UMKM menghemat waktu dan tenaga serta juga menghindarkan UMKM dari potensi munculnya kredit bermasalah atau bahkan kredit macet. Sistem ini juga memungkinkan lembaga pembiayaan melakukan close monitoring usaha dan memberikan pembinaan secara personal mengenai cara mengelola usaha dan keuangan.

Hamdani (2009) berpendapat bahwa lembaga pembiayaan berperan melakukan pembinaan terhadap UMKM. UMKM tersebutdikembangkanseperti membantu promosi dalam bentuk mengikut sertakan UMKM ke dalam pameran, memberikan konsultansi mengenai pengembangan usaha dan menfasilitasi keberadaan tempat usaha. Pembinaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seringkali mendapat penolakan dari UMKM dengan alasan tidak ada waktu dan merepotkan. Pembimbingan dalam hal keuangan, UMKM lebih menyukai dan terbiasa untuk membuat pembukuan secara mandiri meskipun seringkali terbengkalai. UMKM yang mendapatkan pembiayaan ada yang mengalami perkembangan yang pesat, yang dapat diukur dari adanya perluasan usaha, penambahan aset baik usaha maupun pribadi dan gaya hidup. Penurunan usaha UMKM disebabkan oleh dua hal akibat kesalahan pengelolaan maupun kondisi ekonomi negara yang kurang kondusif serta dipakai untuk kepentingan pribadi pengusaha tersebut.

Kementrian Perdagangan RI (3013: 5) menyatakan bahwa terdapat tiga kendala utama bagi lembaga pembiayaan untuk menjalankan peranannya dalam pengembangan UMKM, yaitu (1) sulitnya menilai UMKM yang feasible dan bankable yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam pemberian kredit; (2) Animo UMKM yang rendah terhadap upaya pembinaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan dan (3) Sebagian besar UMKM belum melakukan pemisahan keuangan antara keuangan pribadi dengan usaha

C. Deskripsi Hasil Temuan di Lapangan

Menurut hasil wawancara, dahulu banyak juragan batik disolo yang memperkerjakan pembatik-pembatik yang berasal dari Sragen. Selain pembatik asal Sragen yang kerja langsung ke pabrik juragan batik disolo, ada juga yang polanya sanggan yaitu membawa bahan batik dari juragan Batik Solo lalu dibawa pulang dan dikerjakan di rumah masing-masing di Sragen. Pada tahun 60-an ada beberapa perajin batik asal Desa Kliwonan dan Desa Pilang telah membuka usaha batik sendiri di rumah.

Ternyata usaha yang dirintis mereka cukup berhasil, kemudian banyak tetangga-tetangga yang ikut mencoba membuka usaha batik. Pada tahun 1990-an eksistensi usaha batik ini semakin kuat, mengalami trend meningkat dan terus berkembang hingga sekarang ini.

Para pembatik ini memiliki kemampuan membatik yang diturunkan dari para orang tua

mereka, turun menurun dari generasi ke generasi, didesa ini banyak dilihat anak-anak

(5)

5

kecil yang sudah bisa membatik. Salah satu usaha batik di daerah Sragen yaitu Batik Dewi Ratih, usaha ini berdiri pada tahun 1996, yang didirikan oleh Alm.Kartowiyardi, yang sekarang dikelola oleh anaknya yang bernama Ibu Wartitik yang sekarang berusia 44 tahun. Seperti yang dilakukan bapaknya, Ibu Wartitik dulu hanya menjual batik setengah jadi, namun sekarang sudah bisa memproduksi sendiri dari bahan awal menjadi barang yang jadi. Kerajinan batik yang dimiliki Ibu Wartitik ini, fokus pada batik tulis dan cap manual maupun kombinasi antara cap dan tulis. Batik Dewi Ratih beralamat di dusun Jantran RT/RW 26/05, Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen.

Batik Dewi Ratih menyediakan segala macam batik tulis, cap kombinasi tulis maupun cabut. Batik tulis yaitu proses pembatikan dengan metode yang masih tradisional, dari proses awal sampai akhir menggunakan tangan manusia sehingga dikenal dengan nama batik tulis, sedangkan batik cap yaitu batik yang motifnya dicetak pakai malam dan kemudian dibatik lagi, motif tersebut dibuat dari tembaga, lain halnya dengan batik cabut yang motifnya dicetak pakai obat kimia yang kemudian dibatik kembali, ada juga pewarnaan dengan bahan dari alam. Motif dari batik cabut digambar menggunakan komputer oleh karena itu batik cabut juga bisa dikenal dengan nama batik modern. Batik Dewi Ratih ini merupakan salah satu industri batik yang dapat diperhitungkan, maka dari itu peneliti (observer) tertarik untuk mengetahui bagaimana pengaruh literasi keuangan mengenasi aspek permodalan di UMKM “Bati Dewi Ratih”.

Pertama Ibu Wartitik hanya memiliki karyawan sebatas keluarga dan juga tetangga sekitar saja, namun sekarang seiring dengan berkembnya usaha batik maka karyawan bertambah menjadi 40 karyawan.Gaji untuk karyawan dibayarkan setiap hari, namun untuk yang penjaga toko dibayar per minggu sesuai dengan jumlah jam kerja karyawan tersebut. Ibu Wartitik menerangkan bahwa produksi pada saat awal usaha tidak menentu tergantung banyaknya pesanan, namun sekarang memproduksi apa yang menjadi tren di masyarakat serta menerima pesanan dalam partai besar, misalnya untuk seragam kantor, sekolah, dan sebagainya. Usaha batik ini sangat menjanjikan, pertumbuhan usahanya batik semakin mengalami peningkatan yang sangat pesat.

Pemilik usaha “Batik Dewi Ratih” ini mengikuti pameran-pameran batik di luar kota, hal ini dalam rangka mengembangkan usaha. Pada saat ini tengah proses pembangunan showroom yang kebetulan berlokasi di depan rumah Ibu Wartitik, sedangkan tempat untuk proses produksi berlokasi di belakang rumah. Bentuk penganggaran modal yang dilakukan pemilik adalah membangun shorwroom batik.

Pengembangan produk yang dilakukan adalah dengan pengembangan produk baru yang berupa batik warna alam (batik tulis). Pemilik usaha juga cukup mengetahui metode apa yang digunakannya dalam menganggarkan modal dan pengambilan keputusan terhadap modal. Pemilik menggunakan waktu yang dibutuhkan untuk menutup kembali pengeluaran investasi yang dilakukan dengan menggunakan aliran kas atau jumlah periode yang menunjukkan berapa lama dana yang diinvestasikan akan bisa kembali. Hal ini membuktikan adanya pengaruh literasi keuangan yang dimiliki oleh pemilik/pengelola terhadap penganggaran modal.

D. Pengaruh Financial Literacy (Literasi Keuangan) Terhadap Aktivitas Investasi dan Pembiayaan UMKM “Batik Dewi Ratih”

Sumber modal UMKM “Batik Dewi Ratih” dari modal sendiri dan modal dari luar. Pertama, modal sendiri, artinya Ibu Wartitik mengatakan bahwa dulunya memaikai modal sendiri untuk membeli peralatan dan bahan baku lainnya. Kedua, modal dari luar, yaitu modal yang diperoleh dari sumber-sumber jasa keuangan bisa berasal dari perbankan atau non bank yang diperoleh untuk menjalankan sebuah usaha, Ibu Wartitik juga pernah melakukan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan syarat dan ketentuan. Dalam hal ini pengelola usaha mengetahui bagaimana mekanisme peminjaman, syarat dan ketentuan untuk pengajuan pinjaman, dan sebagainya. Dengen demikian berarti usaha ini (pengelola) sudah menerapkan literasi keuangan mengenai peminjaman modal.

UMKM “Batik Dewi Ratih” lebih menekankan pada investasi dengan pergantian

alat karena hal ini mempengaruhi besarnya pembiayaan dalam memproduksi produk yang

memperhatikan investasi pada asset tetap, misalnya alat cap batik, canting, kompor, cetak

tembaga, dsb. Danielson & Scott (2006: 8) mengatakan bahwa aktivitas investasi utama

(6)

6

yang dilakukan dalam perusahaan kecil adalah pada kegiatan pergantian alat. Jenis investasi yang akan dilakukan oleh UKM sangat penting sangat penting untuk kelangsungan sebuah usaha. Nurullah dan Kengatharan (2015: 57) berpendapat bahwa untuk membuat keputusan investasi yang baik merupakan hal yang penting karena dana yang tersedia langka dan saling ketergantungan dari kelangsungan hidup organisasi dalam waktu jangka panjang dan untuk keberhasilan dan pertumbuhan, sehingga pada waktunya dapat meningkatkan nilai sebuah organisasi.

Keputusan investasi modal merupakan salah satu persyaratan mendasar, dan itu harus benar diterapkan untuk membuat trade-off antara return yang diharapkan dan keberisikoan yang mengarahkan ke kinerja perusahaan yang efektif. Banyak perubahan melibatkan keputusan investasi modal, yang selalu dapat melibatkan sejumlah uang besar selama jangka waktu yang panjang. Keputusan investasi modal sangat penting dalam mengelola perubahan strategis dan mempertahankan kinerja perusahaan dalam jangka panjang.

E. Pengaruh Financial Literacy (Literasi Keuangan) Terhadap Kegiatan Perencanaan Permodalan yang Dilakukan oleh UMKM “Batik Dewi Ratih”

Banyak usaha kecil yang mengalami kegagalan karena kurangnya perencanaan dalam bisnis mereka dalam memperhitungkan penganggaran modal dan tidak adanya analisis yang tepat untuk langkah-langkah usaha kedepannya. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Mbonyane dan Ladzani (2011: 552) yang mengatakan bahwapemilik usaha kecil sering kurang pengalaman dan pelatihan untuk pengelolaan bisnis mereka.

Akibatnya, mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan di masa depan.

Salah satu kendala serius pada pertumbuhan usaha kecil adalah kurangnya keterampilan manajemen dan pengetahuan akan literasi keuangan, yang menghasilkan tindakan manajemen yang buruk yang diambil oleh pemilik usaha kecil.Sehingga memicu dalam permodalan yang buruk dan pernyataan di atas. Banyak pemilik usaha kecil di kota-kota berjuang untuk mendapatkan modal dan dijamin dari pendapatan usaha.

Akibatnya, mereka memiliki kredit dengan catatan buruk, yang menyebabkan kurangnya arus kas. Faktor-faktor ini merupakan ancaman nyata terhadap pertumbuhan usaha kecil (Hasan, 2013: 40).

Pada UMKM “Batik Dewi Ratih”walaupun pernah mendapat pelatihan dari badan pembiayaan dan pengelolaan UMKM untuk pengelolaan bisnis dan memperhatikan pengelolaan dan rencana bisnis mereka. NamunUMKM “Batik Dewi Ratih” ini belum mempunyai keterampilan manajamen dalam merencanakan kegiatan usaha yang akan dilakukan dengan baik. Sehingga dalam perencanaan kegiatan usaha pelaku usaha hanya melakukan dengan spontan dan dengan insting mereka tanpa melakukan rencana bisnis secara tertulis. Hal ini menandakan bahwa literasi keuangan pada penerapan UMKM

“Batik Dewi Ratih” masih rendah. Menurut Lusardi dalam Aribawa (2016: 13) menyatakan bahwa literasi keuangan merupakan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai keuangan yang dimiliki mereka yang bermanfaat untuk mengelola keuangan dengan tujuan dapat mencapai kesejahteraan hidup. Ibu Wartitik menganggap, ketika mereka mempunyai modal yang cukup untuk melakukan perencanaan maka akan mereka lakukan, tapi ketika modal belum cukup maka mereka akan menundanya. Ibu Wartitik tidak memperhatikan pengelolaan keuangan secara detail berdasarkan perencanaan permodalan kedepan.

IV. PENUTUPAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai pengaruh literasi keuangan mengenai aspek permodalan, dalam hal penganggaran modal pada UMKM “Batik Dewi Ratih”, sebagai berikut:

1. Akses pembiayaan UMKM lebih banyak diperoleh dari bank umum dibandingkan

dengan lembaga pembiayaan seperti koperasi dan lembaga pembiayaan non

bank.Selain membantu dalahm hal pembiayaan, lembaga pembiayaan juga berperan

melakukan pembinaan terhadap UMKM untuk mengembangkan usaha (promosi dan

konsultasi).

(7)

7

2. Adanya perkembangan modal UMKM yang berupa Kredit Mikro dapat menggerakkan Perekonomian Rakyat. Permodalan pada UMKM “Batik Dewi Ratih”

yaitu berasal dari modal sendiri dan modal dari luar.

3. UMKM “Batik Dewi Ratih” lebih menekankan pada investasi dengan pergantian alat karena hal ini mempengaruhi besarnya pembiayaan dalam memproduksi produk. Hal ini dipengaruhi oleh literasi keuangan dari pemilik atau pengelola mengenai pembiayaan produksi.

4. UMKM “Batik Dewi Ratih” ini belum mempunyai keterampilan manajamen yang baik dalam merencanakan kegiatan usaha yang akan dilakukan. Kesadaran akan pentingnya literasi keuangan masih tergolong rendah, sehingga dalam perencanaan kegiatan usaha pelaku usaha hanya melakukan dengan spontan dan dengan insting mereka tanpa melakukan rencana bisnis secara tertulis.

B. Saran

1. Seharusnya dibentuk kemitraan antara pemerintah pusat, daerah dan lembaga pembiayaan dalam hal memberikan bantuan teknis kepada UMKM, sehingga pembinaan yang dilakukan dapat lebih terintegrasi.

2. Pemerintah daerah mengadakan pelatihan atau workshop mengenai pemahaman pentingya literasi keuangan khususnya mengenai aspek permodalan yang mengacu pada penganggaran modal yang bersifat wajib diikuti oleh seluruh UMKM.

3. UMKM seharusnya lebih giat dalam mengikuti pembinaan dari lembaga pembiayaan dan menyerahkan laporan keuangan usaha secara periodik kepada lembaga pembiayaan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi terjadi penyimpangan pemanfaatan kredit yang diberikan oleh lembaga pembiayaan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terselesaikannya artikel ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Program Studi Magister Pendidikan Ekonomi UNS dan rekan-rekan yang membantu terselesaikannya artikel ini.

REFERENSI

Aribawa, D. (2016). Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Kinerja dan Keberlangsungan UMKM Di Jawa Tengah. Jurnal Siasat Bisnis, 20 (1), 1-13.

Beck, T., A. Demirguc-Kunt, dan V.Maksimovic. (2005). Financial and legal constraints to growth: Does firm size matter?. The Journal of Finance, 60 (1), 137–177

Braunstein, S., dan Welch, C. (2002). Financial Literacy: An Overview of Practice,Research, and Policy. USA: Federal Reserve Bulletin.

Coad, A., dan J. P. Tamvada. (2012). Firm growth and barriers to growth amongsmall firms in India. Small BusinessEconomics, 39. 383–400.

Cole, S., Sampson, T., dan B. Zia. (2010). Prices or knowledge? what drives demand for financial services inemerging markets?. Harvard Business School Working Paper, 09-117.

Danielson, M. G., & Scott, J. A. (2006). The capital budgeting decisions of small businesses.

Diperolehpada tanggal 26 Desember 2016 dari

http://astro.temple.edu/~scottjon/documents/CapitalBudgetinginSmallFirms_June2006_fi nal.pdf

Hamdani. (2009). Pembinaan, Pendampingan dan Monitoring Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) oleh Busiines Develompment Service Provider (BDSP)/KKMB.

Diperoleh pada 17 Januari 2017 dari

https://hamdani75.wordpress.com/2009/12/29/pembinaan-pendampingan-dan-

monitoring-kredit-usaha-mikro-kecil-dan-menengah-umkm-oleh-business-development- services-provider-bdspkkmb/

Hasan, M. (2013). Capital Budgeting Techniques Used by Small Manufacturing Companies.

Journal of Service Science and Management, 6, 38-45.

(8)

8

Herbert, V. Z., Gilber, K. M., dan Chatterjee, S. (2016). Financial literacy, risky mortgages, and delinquency in the US during the financial crisis. International Journal of Housing Markets and Analysis, 9 (2),164 – 189.

Hutchinson, J.,dan A. Xavier. (2006).Comparing the impact of credit constraints on the growth of SMEs in a transition country with an established market economy. Small Business Economics, 27 (2/3). 169–179.

Kementrian Perdagangan RI. (2013). Analisis Peran Lembaga Pembiayaan dalam Pengembangan UMKM. Jakarta: Pusat Kebijakan Perdagangan dalam Negeri.

Lunkes, R. J, Feliu, V. R, Fillol, A. G & Rosa, F. S. (2015). Capital budgeting practices: A comparative study between a port company in Brazil and in Spain. Journal Of Public Administration and Policy., 7. (3). 39-49

Maroyi, V., & Poll, F. M. V. D. (2012). A survey of capital budgeting techniques used by listed mining companies in South Africa. African Journal of Business Management, 6 (32), 9279-9292.

Mbonyane, B dan W. Ladzani. (2011). Factors That Hinder The Growth Of Small Businesses In South African Townships. European Business Review, 23 (6), 550-560.

Mouna, A., dan Jarboui, A. (2015). Financial literacy and portfolio diversification: an observation from the Tunisian stock market . International Journal of Bank Marketing, 33 (6), 808 – 822.

Novania, S. D. dan Khudin, R. (2016). Analisis Efektivitas Penyaluran Kredit Modal Kerja Mikro Laju Bank CIMB Niaga Malang kepada Usaha Kecil Menengah (UKM) (Studi Kasus pada Mikro Laju Bank CIMB Niaga Tamin Malang). Kumpulan Abstrak Hasil Penelitian Universitas Brawijaya tahun 2016, 1 (1). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB.

Nurullah, M dan L. Kengatharan. (2015). Capital Budgeting Practices: Evidence From Sri Lanka.

Journal of Advances in Management Research, 12 (1), 55-82.

Potrict, A. C. G., Vieira, K. M., dan Da-Silva, W. M. (2016). Development of a financial literacy model for university students, Management Research Review, 39 (3), 356 – 376.Jonsson, S., Sonderberg, I., dan Wilhelmsson, M. (2017). An investigation of the impact offinancial literacy, risk attitude, and saving motives on the attenuation of mutual fund investors’disposition bias. Managerial Finance, 43 (3), 282 – 298.

Rachmad, S. R. (2016). Perspektif Meningkatkan Akses Sumber Modal Bagi Usaha UMKM.

Diperoleh 27 Desember 2016, dari http://keuangan.wirausahanews.com/20160105/999- perspektif-meningkatkan-akses-sumber-modal-bagi-usaha-umkm.html

Rigopoulos, G. (2015). A review on real options utilization in capital budgeting practice.

International Journal of Information, Business and Management, 7 (2), 1-17.

Singh, S., Jain, P. K., & Yadav, S. S. (2012). Capital budgeting decisions: evidence from India.

Journal of Advances in Management Research, 9 (1), 96-112.

Stabilitas (manajalah bisnis). (2014). Literasi Keuangan dan Peran Bank. Diperoleh pada 19 Januri 2017 dari http://stabilitas.co.id/home/detail/literasi-keuangan-dan-peran-bank.

Tedjasuksmana, B. (2014). Potret UMKM Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. The 7

th

NCFB and Doctoral, Colloquium 2014 Toward a New Indonesia Business Architecture: Business and Economic Transformation Toward AEC 2015. Hlm 189-202, ISSN No: 1978-6522. Surabaya: Fakultas Bisnis dan Pascasarjana UKWMS.

The Association of Chartered Certified Accountants. (2014). Financial education for entrepreneurs: what next?. [Report Paper].

Wiklund, J., H. Patzelt, dan Dean A. S. (2009).Building an integrative model of small business

growth. Small Business Economics. 32, 351–374.

Referensi

Dokumen terkait

 Peserta didik yang belum mencapai KKM diberi kegiatan remedial yang dilakukan dalam bentuk pemberian tugas “Berikan contoh bencana alam di Indonesia yang terjadi

Salah satu pengukuran yang bisa dilakukan adalah pengukuran dimensi panjang sapi bali dengan pedetnya, agar diketahui apakah ada hubungan antara dimensi panjang

[r]

Keterpaduan ketiga kelompok tersebut didasari atas lima faktor pendukung yang saling terkait yakni: (1) keberhasilan pemuliaan tergantung pada ketersediaan dan kekayaan plasma

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh

Analyysin  perusteella  Vihreiden  kansanedustajille  oli  tärkeää  institutionalisoida  kansal-­‐ linen  ilmastopolitiikka  ilmastolain  avulla,  jolloin

Dalil Harakah (gerak) berdasarkan penjelasan bahwa alam dan seisinya bergerak secara dinamis karena wujud penggerak yang abadi yaitu Tuhan .... ▪ Implikasi-implikasi Tauhid dalam

Penulis melihat bahwa Masyarakat Adat Suku Anak Dalam masih sangat terbatas dalam pergaulan di luar komunitasnya, oleh karena keberadaan hukum adat sangat kuat