• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. utama. Perkembangan teknologi dengan tujuan memudahkan semua aktifitas dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. utama. Perkembangan teknologi dengan tujuan memudahkan semua aktifitas dan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1 . Latar belakang

Energi adalah salah satu kebutuhan manusia di jaman modern yang sangat utama. Perkembangan teknologi dengan tujuan memudahkan semua aktifitas dan kegiatan manusia telah menimbulkan ketergantungan yang cukup tinggi terhadap energi. Kebutuhan energi di suatu negara akan meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk.. Di Indonesia, dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,4% setiap tahun.(www.kabarenergi.com) menghasilkan pertumbuhan konsumsi energi 7 % per tahun. Angka tersebut berada di atas pertumbuhan konsumsi energi dunia yaitu 2,6 % per tahun. (Gita, 2013).

Konsumsi energi Indonesia yang cukup tinggi disebabkan oleh pola konsumsi yang tidak terkendali dan berlebihan. Hal ini ditunjukkan dari nilai intensitas dan elastisitas energi, yang cukup tinggi. Kedua parameter ini dipakai untuk mengukur pemborosan energi di suatu negara. Elastisitas adalah perbandingan pertumbuhan konsumsi energi dengan pertumbuhan ekonomi, sedangkan intensitas energi adalah perbandingan antara jumlah konsumsi energi di suatu negara dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Indonesia berada pada nilai 400 yaitu 4 kali lebih boros daripada Jepang dengan intensitas energinya 100. Negara-negara Amerika Utara 200 dan Negara Thailand 350. (Kusuma, 2012). Dengan pola konsumsi yang boros dan

(2)

pertumbuhan penduduk yang tidak terbendung, menimbulkan kebutuhan energi yang terus meningkat. Dari total kebutuhan energi di Indonesia, hampir 95% dipenuhi dari bahan bakar fosil dan 50%-nya merupakan bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan dalam sektor industri (bahan bakar mesin), transportasi (bensin, solar dan avtur) dan rumah tangga (minyak tanah). Bahan bakar fosil adalah sumber daya alam yang mengandung hidrokarbon seperti batu bara, petroleum, dan gas alam. Dalam pemanfaatannya sebagai sumber energi listrik, bahan bakar fosil digunakan untuk menggerakkan turbin melalui proses pembakaran. Pembakaran ini akan menghasilkan karbon dioksida yang merupakan salah satu gas rumah kaca penyebab terjadinya pemanasan global. (www.wikipedia.com). Berbeda halnya dengan energi fosil yang tidak bisa diperbaharui dan jumlahnya terbatas, energi non fosil adalah sumber energi yang dapat dengan cepat dipulihkan kembali secara alami, prosesnya berkelanjutan sehingga ketersediaannya menjadi tidak terbatas. Contohnya adalah air, matahari dan angin.

Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat dilakukan eksploitasi sumber energi fosil secara besar-besaran, namun dengan potensi cadangan energi fosil yang terbatas dan tingkat pencarian yang sangat sulit, hasil yang didapat tidak optimal. Realisasi lifting tahun 2013 yang ditargetkan sebesar 840 ribu bph hanya dapat direalisasi 826 ribu bph. (Wangi, 2013). Saat ini, Indonesia hanya memiliki cadangan minyak 3,7 miliar barel atau 0,3% dari cadangan dunia. (Gita, 2013). Dengan jumlah yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui, diperkirakan

(3)

minyak bumi hanya mampu bertahan 20 tahun mendatang sedangkan gas bumi masih dapat bertahan hingga 70 tahun. (www.esdm.go.id).

Berbagai permasalahan terkait bahan bakar fosil ini akan bermuara pada kondisi dimana produksi minyak nasional tidak mampu memenuhi permintaan sehingga pemerintah mengambil berbagai kebijakan demi terjaminnya stabilitas sosial dan ekonomi, diantaranya adalah pemberian subsidi dan import migas. Harga minyak dunia yang cukup tinggi dan bersifat fluktuatif serta terpuruknya nilai rupiah membuat perekonomian negara mengalami defisit karena subsidi yang membengkak setiap tahun. Pada tahun 2012 realisasi subsidi adalah sebesar Rp. 64,97 trilyun dan meningkat sekitar 17% pada tahun 2013 menjadi Rp. 78,63 trilyun (www.pln.co.id/sulselrabar, 2014).

Sebagai salah satu kota tujuan wisata di Indonesia, perkembangan sosial ekonomi di Pulau Bali berkembang sangat pesat. Banyaknya fasilitas hiburan, hotel, villa rumah sakit dan event-event internasional yang diselenggarakan di Bali, menjadikan Bali menempati urutan tertinggi dalam konsumsi energi diantara system kelistrikan Jawa dan Bali (www.liputan6.com, 2014). Beban listrik di Bali saat ini cukup tinggi, beban puncak tahun 2014 mencapai 759.5 MW yang dipasok dari tiga pembangkit utama yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Gilimanuk yang berkapasitas 130 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Pemaron dengan kapasitas sebesar 215 MW, Pesanggaran yang berkapasitas 250.5 MW serta pasokan listrik dari Jawa melalui dua kabel laut yang berkapasitas 200 MW (PLN Bali, 2014).

(4)

Semua pembangkit listrik di Bali menggunakan BBM dengan konsumsi per tahun mencapai Rp.8 trilyun atau sekitar 2,5 juta liter solar perhari (www.balibisnis.com) dan konsumsi minyak di Bali per Juni 2014 mencapai 1,2 juta kiloliter (Wicaksono, 2014). Kenyataan ini memperlihatkan bahwa Bali sebagai penyumbang devisa negara dalam sektor pariwisata ternyata membebani pemerintah dengan subsidi BBM yang cukup tinggi.

Dari hasil studi Balifokus bersama P2PL Kementerian Kesehatan dan WHO

pada tahun 2010 terhadap 6 rumah sakit di 3 kota besar yaitu Bandung, Medan dan Makasar menunjukkan bahwa pemakaian air di rumah sakit bervariasi dari 200 sampai 950 m3 per tempat tidur. Angka ini jauh lebih besar daripada pemakaian di hotel berbintang. Pengeluaran listrik pun bervariasi yaitu antara Rp.86.000 sampai Rp.380.000 per tempat tidur. (www.balifokus.com). Untuk mengetahui konsumsi energi suatu gedung atau bangunan, digunakan nilai IKE (Intensitas Konsumsi Energi) yang telah diterapkan di berbagai negara (ASEAN, APEC) dinyatakan dengan kWH/m2 pertahun. Untuk bangunan rumah sakit, nilai IKE yang ditetapkan adalah 380 kWH/m2/tahun.

RSUP Sanglah adalah salah satu rumah sakit pemerintah terbesar di Bali dengan 740 tempat tidur yang diresmikan pada tahun 1959. Pada tahun 1962, RSUP Sanglah menjadi rumah sakit pendidikan yang bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Tahun 1978 menjadi rumah sakit pendidikan tipe B dan rujukan utama untuk wilayah Bali, NTB, NTT dan Timor-Timur. Tahun 1994,

(5)

RSUP Sanglah menjadi rumah sakit unit swadana dan tahun 2000, pemerintah kembali mengubah status RSUP Sanglah menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN).

Pada tanggal 11 Agustus 2005, bersama 13 rumah sakit eks Perjan, RSUP Sanglah diubah menjadi Badan Layanan Umum (PPK-BLU) dan menjadi UPT Depkes. Pada bulan Desember 2005, RSUP Sanglah ditingkatkan statusnya dari rumah sakit kelas B menjadi rumah sakit kelas A dan selanjutnya tahun 2011, RS Sanglah ditetapkan menjadi Rumah Sakit Pendidikan Utama. Usaha RSUP Sanglah untuk meningkatkan mutu pelayanan tidak berhenti sampai disitu, setelah melalui perjuangan dan usaha yang cukup panjang, akhirnya pada tanggal 24 April 2013, RSUP Sanglah memperoleh akreditasi dari Joint Commision International (JCI) yaitu lembaga akreditasi internasional yang berbasis di Singapura. Akreditasi standar RS dari The Joint Commision International ini bermaksud melakukan stimulasi yang

berkelanjutan, sistematis dan peningkatan secara luas (internasional) dalam performa keseharian dan berujung pelayanan terbaik pada pasien. Berdasarkan hal tersebut diatas maka dengan Permenkes 659/MENKES/PER/VIII/2009, RSUP Sanglah dicanangkan menjadi rumah sakit Indonesia berstandar kelas dunia pada tahun 2014.

RSUP Sanglah ini berdiri di atas tanah seluas 13,5 Ha dengan luas bangunan 55.192,65 m2 dan luas fasilitas lain sebesar: 69.925,80 m2.Beberapa unit pelayanan beroperasi selama 24 jam perhari dan 7 hari dalam seminggu yaitu Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan penunjang, Pelayanan Rawat Inap, CSSD, Gizi, ICU dan

(6)

IPGPS, sedangkan Pelayanan Rawat Jalan dan seluruh administrasi perkantoran beroperasional pada hari kerja dari pukul 07.00 s/d 14.00 wita.

Dari segi kelistrikan, RSUP Sanglahmendapat supply dari PLN berupa trafo tegangan menengah sebesar 2.300 KVA, ditambah genset dengan kapasitas 1.815 KVA. Sumber Air bersih didapat dari PDAM di 5 titik, sumur bor 3 buah dan dilengkapi 4 buah reservoir. Terdapat 2 sumber gas medis yaitu di IRD dan Wing Internasional. RS mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam pemakaian energi listrik, yaitu sebesar Rp.7.348.275.430 selama tahun 2013 dan merupakan pengeluaran terbesar dibandingkan biaya air dan telepon.

Besarnya biaya energi listrik tersebut, merupakan tantangan bagi manajemen RSUP Sanglah karena pada awal tahun 2014 telah diberlakukan sistem JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) di seluruh Indonesia. Dengan sistem ini, setiap penduduk yang datang ke rumah sakit untuk berobat akan dibayar oleh negara dengan harga tertentu per tindakan. Sebagai contoh untuk suatu tindakan operasi, akan dibiayai Rp.5000,- sehingga apabila rumah sakit tidak bisa melakukan efisiensi, dapat dipastikan rumah sakit akan merugi. Untuk itu setiap rumah sakit harus menerapkan sistem kendali mutu dan kendali biaya dengan cara mengelola sumber daya baik sumber daya manusia, material, peralatan, teknologi dan keuangan secara tepat, efektif,dan efisien.. Terkait biaya energi listrik RSUP Sanglah yang tinggi, perlu dilakukan penelitian memungkinkan dilakukan efisiensi penggunaan energi.

Mengingat fungsi rumah sakit sebagai layanan public, maka seluruh kebijakan terkait

(7)

penghematan pemakaian listrik harus dilakukan secara bijaksana dalam artian tidak mengurangi aktifitas rumah sakit dan kenyamanan bagi pasien, penunggu dan karyawan.

Pada dasarnya seluruh kegiatan yang terkait efisensi dan penghematan energi dalam suatu instansi pemerintahan telah dimunculkan dalam beberapa peraturan pemerintah, seperti dalam PP no 23 tentang Badan Layanan Umum (BLU) dan Peraturan Menteri Dalam negeri no 61 tahun 2007 tentang Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) menuntut rumah sakit berbenah dari segi keuangan, Instruksi Presiden (INPRES) no 10 tahun 2005 tentang penghematan energi di Instansi perkantoran, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah, peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia nomor 14 tahun 2012 tentang Manajemen Energi, yang mengatur tentang penghematan energi melalui system tata udara, system tata cahaya, peralatan pendukung, proses produksi dan peralatan pemanfaat energi.

Berdasarkan latar belakang di atas, dalam usulan penelitian tesis ini akan dilakukan studi terhadap pengelolaan energi di RSUP Sanglah Denpasar melalui proses audit energi untuk mengetahui Intensitas Konsumsi Energi Listrik (IKE) dan pemantauan terhadap pengelolaan energi di RS. Nilai IKE ini akan memberikan informasi tentang profil dan tingkat efisensi konsumsi energi. Dengan dasar ini dapat ditentukan Peluang Hemat Energi (PHE) yang dapat direkomendasikan kepada

(8)

pihak manajemen RS Sanglah untuk merencanakan dan melaksanakan program pengelolaan energi yg efektif dan efisien.

1.2. Rumusan permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana tingkat konsumsi energi di RSUP Sanglah Denpasar ? 2. Bagaimana pengelolaan energi eksisting di RSUP Sanglah Denpasar?

3. Bagaimana model pengelolaan energi yang baik (efektif dan efisien) di RSUP Sanglah Denpasar?

1.3.Tujuan penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat konsumsi energi di RSUP Sanglah 2. Untuk mengetahui pengelolaan energi eksisting di RSUP Sanglah 3. Untuk mengetahui model pengelolaan energi yang baik di RSUP

Sanglah

1.4. Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui pengelolaan energi di RSUP Sanglah Denpasar

(9)

2. Dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengambil keputusan terkait pengelolaan energi secara bijaksana dan bertanggungjawab tanpa mengurangi kualitas pelayanan.

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Dalam penelitian tugas akhir ini akan dibatasi pembahasannya pada masalah sebagai berikut :

1. Energi yang akan dibahas adalah energi listrik di RSUP Sanglah, 2. Pelaksanaan Audit mengacu pada SNI 03-6196-2000 tentang prosedur

Audit Energi Pada Bangunan Gedung dan Pedoman teknis system tata udara rumah sakit

3. Analisa PHE dan rekomendasi hanya sebatas usulan, tidak sampai pada implementasi.

1.6.Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika penulisan tesis ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup dan batasan masalah serta sistematika pembahasan.

(10)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Meliputi: teori-teori tentang audit energi, perhitungan IKE dan kebijakan manajemen rumah sakit yang menunjang usulan tugas akhir ini.

BAB III : METODE PENELITIAN

Meliputi: tempat dan waktu penelitian, sumber data, jenis data dan analisis data. Hasil dari audit energi ini akan digunakan oleh pihak manajemen rumah sakit mengambil kebijakan untuk konservasi dan efisiensi energi

BAB IV : PEMBAHASAN

Berisikan pembahasan dan análisis terhadap masalah yang telah dirumuskan, mulai dari gambaran umum objek penelitian, análisis konsumsi energi listrik serta análisis pengelolaan energi listrik pada RSUP Sanglah Denpasar

BAB V : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Keuntungan yang diperoleh unit bisnis dari hasil penjualan kerajinan tangan sampah organik dan anorganik dikelola kembali oleh pengelola setelah keuntungan dipotong 30%

Semua akan terwujud jika dikehendakiNya, dengan RahmatNya pula penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: TINJAUAN YURIDIS DISPENSASI PERMOHONAN

Untuk itu perencanaan tata ruang perlu mendapat perhatian bersama oleh intansi terkait, dari berbagai aktifitas tata guna lahan tersebut orang perlu melakukan perjalanan dengan

 Dengan adanya penambahan tersebut, maka jumlah HA yang telah disampaikan PPATK kepada Penyidik selama tahun 2017 (s.d.  Setelah berlakunya UU TPPU s.d. Jumlah HA

SLAMAD RIADI. Analisis Situasi Penyediaan Pangan dan Strategi untuk Memantapkan Ketahanan Pangan Kabupaten Kotabaru di Era Otonomi Daerah. Dibimbing oleh: BUDI SETIAWAN, dan

Menurut (Mejaya, 2016), menjelaskan bahwa ekspor adalah proses pemidahan suatu barang atau komoditas dagang dari satu negara ke negara lain secara legal dan

Akan tetapi karena kopi adalah jenis tanaman baru bagi masyarakat yang ada di sana, sehingga masyarakat tidak terlalu antusias untuk menanam tanaman tersebut,

berpendapat bahwa konsep diri merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah seseorang akan berperilaku negatif atau tidak, sebab perilaku negatif merupakan perwujudan