• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SEDIMEN KOLAM REGULASI NIPA-NIPA TERHADAP PENGENDALIAN BANJIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH SEDIMEN KOLAM REGULASI NIPA-NIPA TERHADAP PENGENDALIAN BANJIR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SEDIMEN KOLAM REGULASI NIPA-NIPA

TERHADAP PENGENDALIAN BANJIR

Hakim duppa, Jurusan Teknik Sipil & Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Pepabri Makassar

Alamat Koresponden: Hakim Duppa

Jurusan Sipil & Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Pepabri Makassar. HP : 082190218945

(2)

Abstark;

Endapan sedimentasi sangat berpengaruh terhadap kapasitas daya tampung rencana kolam regulasi nipa-nipa dan hal itu dapat mempengaruhi pengendalian banjir Kota Makassar. Dampak kerugian yang di akibatkan sedimentasi adalah, terganggunya kapasitas daya tampung kolam regulasi, pendangkalan kolam regulasi, sehingga daya tampung kolam regulasi menjadi kecil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar sedimentasi sungai tello yang masuk di kolam regulasi nipa-nipa dan berapa besar endapan yang terjadi dalam setahunnya.Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif kuantitatif yang meneitiberatkan keadaan yang terjadi dan pengambilan sampel langsung dilapangan secara sistimatis, factual. Kolam regulasi dengan daya tampung 3,58 juta meter kubik ini, setidaknya akan mengurangi 30 hingga 40 persen banjir di Makassar khususnya di Kecamatan Biringkanaya, kecamatan Taamalanrea, kecamatan Manggala, kecamatandan kecamatan tallo.Hasil penelitian kondidsi kerawanan endapan sedimentasi diperoleh di daerah aman luasnya 28,5 Ha , Luasa endapan dengan kondidsi agak rawan 32,4 Ha, kondisi waspada 35,5 Ha, kondidsi sangat rawan 39,4 Ha. Hasil perhitungan debit air yang tergenang daerah yang di teliti pada lokasi penelitian laju limpasan dengan intensitas hujan 32,154 mm dihasilkan laju limpasan 42266.36 m3/jam setinggi 0-0,17mdpl luasnya mencapai 26,6 Ha. Kesimpulannya bahwa sungai tello dan kolam regulasi nipa-nipa mempunyai kelas interval kerawanan erosi adalah interval scor 3, sehingga mengakibatkan endapan sedimen terjadi adalah 40 cm/ tahun dan hal ini akan mempengaruhi kapasitas tampung kolam regulasi nipa-nipa untuk pengendalian banjir kota Makassar.

Kata kunci:Kolam regulasi, banjir, endapan sedimentasi

Abstark;

Sedimentation sedimentation is very influential on the capacity of the nipa-nipa regulatory pool plan and it can affect the Makassar City flood control. The impact of the loss caused by sedimentation is, the disruption of the capacity of the regulation pool, the silting of the regulation pool, so that the capacity of the regulation pool becomes small. The purpose of this study was to find out how much the sedimentation of the tello river enters the nipa-nipa regulatory pool and how much sediment occurs in a year. The research method used in this study is a quantitative descriptive qualitative that emphasizes the circumstances that occur and direct sampling in the field systematic, factual. This regulation pool with a capacity of 3.58 million cubic meters will at least reduce 30 to 40 percent of flooding in Makassar, especially in Biringkanaya Sub-district, Taamalanrea Sub-District, Manggala Sub-District, Sub-District and Tallo Sub-District. , 5 Ha, the sediment area with a rather prone condition 32.4 Ha, alert condition 35.5 Ha, very prone condition 39.4 Ha. The results of the calculation of water discharge inundated by the area studied at the research location runoff rate with a rainfall intensity of 32.154 mm produced a runoff rate of 42266.36 m3 / hour as high as 0-0.17 meters above sea level reaching 26.6 Ha. The conclusion is that the tello river and the nipa-nipa regulation pool have a class of erosion-prone interval interval score 3, so that the sediment deposition occurs is 40 cm / year and this will affect the capacity of the nipa-nipa regulation pool for flood control in the city of Makassar.

(3)

I. PENDAHULUAN a. Latar belakang

Pemukiman penduduk yang berada di aliran sungai, pesisir pantai sangat rentandengan banjir dan air pasang, hal ini dikarenakan pemukiman tersebut berada di daerah tangkapan air, permukaan tanahnya rendah yang ketinggian permukaan tanah hampir sama dengan permukaan air laut dan air sungai.

Sedimentasi adalah erosi dibagian hulu sungai dibawah air dan masuk kedalam sungai, kemudian dapat mengendap didaerah yang rendah. Kerugian yang ditimbulkan oleh endapan sedimen ini apabila masuk kedalam kolam regulasi adalah terganggunya daya tampung kolam akibat volume menjadi kecil. Luapan air akibat banjir debit air besar dapat dialihkan sebagian kedalam, kolam regulasi sehinggal limpasan yang sampai ke hilir menjadi berkurang sehingga tidak terjadi banjir. Makassar adalah pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan di propinsi Sulawesi selatan dan termasuk Indonesia bagian timur, sehingga membutuhkan kotanya bebas dari bencana banjir. Luas wilayah kota Makassar mencapai 175,77 km2 yang terdiri dari pantai, daratan,bukit dan laut yang ketinggianya daratannya antara 1- 2 m dari permukaan laut, yang diapit oleh dua sungai yaitu sungai Jeneberang dan sungai tello yang bermuara ke laut.

Kolam regulasi merupakan infrastruktur pencegahan banjir di bangun di daerah resapan air dan di hulu pada wilayah yang di lindungi dari banjir. Dalam perencanaan sebelumnya belum memperhitungkan endapan dari sedimen yang masuk kedalam kolam regulasi yang diperkirakan oleh bidang lingkungan hidup kota Makassar 40 cm/tahun.Kemudian kolam regulasi ini di perkirakan dapat mengurangi 30 sampai 40 persen banjir di Makassar.

Lokasi kolam regulasi terletak di tengah DAS sungai Tallo( CA= 407 Km2 dan di hilir terdapat pertemuan dua sungai yaitu sungai tallo hulu dan sungai malarangngan, panjang sungai tallo 72 Km dengan kemiringan 0,0001 s/d 0,000385. dan berdekatan dengan inspeksi Pam dan terdapat saluran air baku dari bendung lekopancing menuju IPA Panaikang.Sehubung dengan itu maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh sedimentasi kolam regulasi nipa-nipa terhadap pengendalian banjir.

b. Rumusan Masalah

Bagaimana Pengaruh sedimentasi kolam regulasi nipa-nipa terhadap pengendalian banjir di kota Makassar.

c. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh sedimentasi pada daya tampung kolam regulasi nipa-nipa untuk pengendalian banjir.

d. Manfaat Penelitian

Manfaat penyusunan penelitian ini adalah;

1. Bahan pertimbangan pada penentuan keputusan dalam pembangunan kolam regulasi, kuusu pada perencanaan daya tamping kolam

2. Sebagai pedoman pembelajaran tentang kolam regulasi e. Batasan Masalah.

Artikel di dibatasi pada pembahasansebagai berikut: 1. Penelitian ini menggunakan data meteriologi

2. Penelitian ini mengukur sedimentasi yang ada kolam regulasi nipa-nipa

3. Penelitian ini mengunakan peta letak lokasi kolam regulasi, dan data laporaneksekutif kolam regulasi nipa-nipa.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sedimentasi

(4)

Lapisan kulit bumi yang dihasilkan melalui proses hidrologi dan berpindah dari suatu tempat ke tempat lain baik secara horizontal, maupun secara vertical disebut sedimen(Friedman,1978 dalam Yoddfiafinda, 1991). Proses sedimentasi merupakan pelapukan, transportasi dan pengendapan (Black, 1985).Suripin (2002) berpendapat bahwa erosi dan sedimentasi disebabkan oleh air meliputi proses pelepasan, penghanyutan, dan pengendapan partikel-partikel tanah yang terjadi aqkibat tumbukan butiran air hujan dan aliran air.

Jenis ukuran sedimen yang diusulkan oleh sub komisi terminology sedimen, komisi dinamika sungai, persatuan ahli geofisika amerika serikat, menjadi enam kelas (Yuswardi, 1982) sebagai berikut: Batu ukuran besar > 250 mm, kerakal deameter 64 – 250 mm,kerikil diameter 2 – 64 mm, pasir diameter 62 – 2000 u, debu diameter 4 – 62 u, liat diameter 0,24 – 4 u.Jumlah erosi yang terjadi pada sebuah daerah aliran sungai di ketahui sebagai grass erosion.Tidak semua material erosi yang terjadi di hulu masuk kedalam sungai tapi tergantung daripada cuaca dan besarnya aliran air permukaan yang membawa erosi tersebut. Banyaknya sedimen yang dapat di ukur dari hasil pengukuran di kolam regulasi merupakan cerminan untuk memperkirakan gross erosion yang terjadi dalam kolam regulasi tersebut..

Gross erosion diperkirakan dari universal soil loss equition (USLE) yang bersumber dari erosi permukaan tanah. Besarnya angka sdr tersebut tergantung luas daerah pengairan, kemiringan lereng dan factor-faktor lain.

B. Siklus hidrologi

Proses siklus secara kontinyu air bergerak dari atmosfir kebumi kemudian kembali lagi ke atmosfir( Triatmodjo 2008 ). Air dipermukaan laut dan tanah menguap ke udara akibat energy panas matahari.Dalam keadaan yang diperkirakan uap tersebut mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air yang membentuk awan.Kemudian titik-titik air tersebut jatuh kebumi sebagai presipitasi berupa hujan atau salju, ke permukaan laut, dan sebagian lagi langsung menguap kembali sebelum mencapai bumi.Hujan yang jatuh sebagian tertahan oleh tumbuhan (intersepsi), dan sisanya sampai kepermukaan tanah, ada yang meresap kedalam tanah(infiltrasi) dan sebagian lainnya akan mengalir dipermukaan tanah(surface runoff) , aliran ini yang mengisi cekungan tanah, danau sebagian mengalir didalam tanah(perkolasi), mengisi air tanah dan kemudian keluar menjadi mata air, mengalir kesungai dan masuk kedalam laut, dan proses ini berlangsung terus menerus di alam ini dan itulah yang dinamai hidrologi.

C. Banjir

Terjadinya banjir karena suatu kondisi tidak tertampungnya air dalam saluran pembuang(palung sungai) dan tersumbatnya atau terhalangnya aliran air dalam badan saluran, sehingga mengakibatkan air meluap dan menggenangi wilayah dataran sekitarnya(suripin. 2004) Banjir bisa terjadi karena keadaan alam dan pengaruh manusia yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.Curah hujan terlalu tinggi dan hujan terus menerus membuat pengaliran permukaan banyak dan meluap menutupi semua dataran rendah sekitar sungai dan pesisir sehingga menjadi banjir dan terjadi genangan.

D. Kolam regulasi nipa-nipa

Kolam regulasi nipa-nipa terletak disebelah kanan sungai tallo dan jembatan nipa-nipa(Km 22,3 – 23,7). Berada diatas lahan seluas 150 Ha. Elevasi tanah asli adalah 1.00 sampai 2,40 mtr dari permukaan laut. Saat ini pembangunan sudah berjalan 80 % dan masih berlangsung pekerjaan termasuk penggalian kolam regulasi dan membuang tanah galian tersebut keluar dari arel lokasi kolam dan pekerjan talut, pekerjaan jalan keliling kolam dan pekerjaan pintu air dalam tahap penyelesaian.

E. Distribusi Sedimen

Distribusi sedimen dalam sungai dipengaruhi oleh, karakteristik tanah, keadaan lereng dan keadaan vegetasi adalah:

(5)

a. Volume dan debit puncak limpasan (VQ dan QQ), volume aliran,debit aliran limpasan sangat mempengaruhi terjadinya erosi dibagian hulu. Aliran limpasan pada suatu das atau daerah tangkapan air akan mengalir masuk kedalam pintu air kolam regulasi yang akan membawahsedimen hasil erosi di bagian hulu sungai.

b. Erodibilitas tanah (K), factor erodibilitasme hasilkann resistensi partikel tanah terhadap pembuangan dan pengirimsn partikel-partikel tanah dengan adanya energy kinetic.. Besarnya erodibilitas tanah di tentukan oleh karakteristik (Asdak 2007, dan Inggit sridayani 2008.

c. Faktor panjang dan kemiringan lereng(LS)

Masalah lereng merupakan rasio antara tanah yang lepas dari gundukannya dengan panjang dan curam lereng dengan gundukan lokasi baku.Tanah yang berada pada gundukan itu(tanah gundul, curam 9 %, panjang 22 m, tanpa usaha pencegahan erosi) memiliki nilai LS= 1, lereng dapat ditentukan dengan persamaan:

LS = (1/22)0,5 (0,065 + 0,045 S + 0,0065 S2) Dimana LS : panjang lereng (cm)

S : kemiringan lereng ( % ). III. METODE PENELITIAN

a. Jenis penelitian.

Penelitin ini menggunakan deskriptif kualitatif kuantitatif, dengan menetiberatkan keadaan yang terjadi dilapangan, secara sistimatis, factual, fakta-fakta, sifat-sifat dengan hubungan objek yang di teliti dengan tujuan membuat narasi diskripsi yang benar. Tujuan penelitian ini adalah merupakan studi kasusus untuk memberikan informasi yang timbul didalam kolam regulasi akibat pengendapan sedimentasi yang mempengaruhi daya tampung kolam regulasi sehingga penanggulangan banjir kota Makassar tidak dapat ditangulangi

b. Lokasi dan waktu penelitian

Pengambilan sampel uji di laksanakan didalam kolam regulasi di beberapa titik, kemudian depan pintu air dan sungai tello.. Alasan penentuan lokasi penelilitian karena keberadaan sungai tello sering banjir dan tergenang sehingga merembet kepemukiman 5 daerah kelurahan yang mempunyai kepadatan penduduk tinggi dan beberapa tempat perkantoran, tempat pendidikan dan tempat perdangan( moll), sehingga diperlukan pengendalian banjir yang permanen.

c. Jenis data dan sumber data.

1. Data kualitatif yaitu merupakan data objektif dari objek penelitian kolam regulasi seperti:  Gambaran umum kolam regulasi nipa-nipa pencegah banjir

 Peta Kota Makassar yang memuat pembagian wilayah administrasi Makassar.  Peta Kabupaten Maros, kusus wilayah kecamatn Moncongloe lokasi Kolam regulasi.  Gambaran detail kolam lengkap termasuk pintu air

 Tinjauan kebijakan pemerintah terhadap peruntukan dan pemanfaatan sungai tello. 2. Data kuantitatif yaitu merupakan data yang diambil langsung melalui sampel dan dapat diolah

dengan menggunakan perhitungan yang ditentukan dan hal ini termasuk:

a. Gambarran umum Kabupaten Maros meliputi data tentang luas wilayah pembangunan kolam regulasi nipa-nipa dan rembesan.

b. Gambaran umum tempat penelitian yang mencakup luas kolam regulasi, volume daya tampung kolam yang maximum

c. Gambaran umum luas wilayah curah hujan, jenis tanah,kemiringan lereng, luas daerah aliran sungai.

(6)

3. Sumber data.

a. Data primer merupakan data yang diambil langsung dilokasi percobaan kemudian di tabelkan melalui observasi lapangan dengan menentukan titik lokasi contoh percobaan dalam kolam regulasi berupa:

 Data eksstim kolam regulasi pencegah banjir.

 Karakteristik sedimen mencakup terjadinya endapan dan pendangfkalan kolam  Karakteristik banjir mencakup periode ulang(frekuensi genangan), lamanya

genangan serta luasnya daerah genangan.

b. Data sekunder merupakan data yang didapat dari dokumen yang telah di inventarisasi oleh instansi yang berhubungan dengan tempat penelitian ini. Bisa juga diperoleh dari hasil sudy literature, laporan hasil penelitian yang ber kaitan dengan objek penelitian ini.Data yang dimaksud adalah :

 Gambaran umum Kabupaten Moros yang meliputi data luas wilayah, batas administrasi dan lokasi objek penelitian dapat diperoleh BPS.

 Gambaran umum tempat penelitian meliputi kolam regulasi, deliniasi kawasan yang dialiri oleh sungai tello., luas wilayah administrasi, kependudukan,penggunaan lahan, data aspek fisik dasar( topografi, panjang kemiringan lereng,hidrologi,curah ujan, jenis tanah), ini dapat diperoleh di BPS dan kantor BPPEDA, BMKG, PSDA pompengan dan dinas perhubungan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Hasil

Menurut hasil penelitian sebelumnya Azka Layyina, Rita Tahir, Farouk Maricar yang berjudul Analisis Kapasitas tampungan kolam reulasi Nipa-nipa, Teknik Sipil Unhas diperoleh hasil adalah

 Nilai tampungan terbesar berdasarkan perhitungan penelusuran banjir antara tinggi luapan dan kapasitas tampungan adalah = 3.922.225 m3.

 Perhitungan volume tampungan kolam regulasi nipa-nipa adalah 4.783.459, m3 berdasarkan perhitungan metode limas terpancung.

b. Menurut hasil penelitian Zulfahmi, Uin Mkassar 2016 dengan judul: Analisis dampak sedimentasi sungai tallo terhadap kerawanan banjir di kota Makassar.

 Kondisi tingkat kerawanan erosi dapat didapat: - Daerah kurang rawan erosi (aman) = 5,34 Ha - Daerah agak rawan erosi (aman ) = 6,63 Ha - Daerah kerawanan (waspada) = 8,53 Ha - Daerah sangat rawan (berbahaya) = 10,53 Ha

 Besarnya tingkat sedimen yang akan terjadi dapat mengakibatkan pendangkalan dan mengurangi kapasitas daya tamping kolam regulasi.

 Hasil perhitungan limpasan air yang akan tergenang pada kolam adalah, intensitas curah hujan : 30,854 mm, menghasilkan laju limpasan sebesar : 52.274,52 m3/jam setinggi genangan 0-0.9 mdpl, dan luasnya mencapai 2,09 km2.

(7)

c. Hasil percobaan di laboratorium tanah fakultas pertanian Unhas. no Urut contoh Labora torium girim BD g/cm3 PD Gg/c m3 Porosit as ( % ) Permia bilitas cm/ja m PH H20 1:2.5 Pasir ( % ) Debu (%) iat (%) Textur hidromete r Klas Tekstur laborat orium

Pen debu liat Klas

textur 1 A1 I 32 38 Liat 2 A2 II 28 40 Liat 3 A3 II 22 39 Liat 4 A4 IV 31 33 Lempung berliat 5 A5 V 32 36 Lempung berliat 6 A6 VI 28 38 Liat 7 A7 VII 29 34 Lempung berliat 8 A8 VII 32 37 Lempung berliat 9 A9 X 26 39 Liat 10 A10 XI 31 42 Liat

11 A11 XII 23 48 Liat

12 A12 XIII 21 54 Liat

13 A13 XIV 33 35 Lempung

berliat 14 A14 XV 1,25 2,45 52,22 0,43 6,4 22 25 42 Liat 15 A15 XVI 0,98 1,55 38,35 0,75 6,5 21 32 39 Liat 16 A16 XVII 1,25 2,38 49,50 0,88 6,4 28 33 37 Lempung

berliat 17 A17 XVIII 1,50 2,88 55,23 0,92 6,6 23 35 42 Lempung

berliat 18 A18 XIX 1,85 2,55 48,58 1,23 6,3 25 30 46 Liat 19 A19 XX 1,35 2,75 52,25 0,72 6,7 27 31 44 Liat 20 A20 VIX 1,38 2,12 41,55 0,88 6,2 26 33 36 Liat d. Peta unit lahan pengukuran dilapangan.

Unit lahan

Tanah KEEF/mm FK UGT

BIT/gr/cm TSL 1 Inseptisol 1200 0,9 400 1,2 10 32,4 2 Inseptisol 1250 0,76 385 1,12 8 31,2 3 Inseptisol 1250 0,8 385 1,18 9 32,2 4 Inseptisol 1250 0,8 385 1,18 9 32,2 5 Inseptisol 1250 0,8 385 1,18 9 32,2 6 Inseptisol 1250 0,8 385 1,18 9 32,2 7 Inseptisol 1250 0,8 385 1,18 9 32,2 8 Inseptisol 1250 0,8 385 1,18 9 35,6 9 Inseptisol 1250 0,8 385 1,18 9 32,8 10 Inseptisol 1250 0,8 385 1,18 9 32,2 11 Ultitisol 1200 0,8 385 1,18 9 38,2 12 Inseptisol 1200 0,8 385 1,18 9 32,2 13 Inseptisol 1200 0,8 385 1,18 9 22,2 14 Inseptisol 1200 0,8 385 1,18 9 32,2 15 Inseptisol 1200 0,8 385 1,18 9 42,2 16 Ultitisol 1200 0,8 385 1,18 9 32,2 17 Ultitisol 1200 0,8 385 1,18 9 38,2 18 Ultitisol 1200 0,8 385 1,18 9 32,2 19 Ultitisol 1200 0,8 385 1,18 9 45,2

(8)

20 Inseptisol 1250 0,8 385 1,18 9 32,2 21 Inseptisol 1250 0,8 385 1,18 9 47,2 22 Inseptisol 1250 0,8 385 1,18 9 32,2 23 Inseptisol 1250 0,8 385 1,18 9 28,2 24 Inseptisol 1250 0,8 385 1,18 9 32,2 25 Inseptisol 1250 0,76 385 1,18 9 29,8 26 Ultitisol 1250 0,76 385 1,18 9 32,2 27 Ultitisol 1250 0,76 385 1,18 9 36,5 28 Ultitisol 1250 0,76 385 1,18 9 32,2 29 Ultitisol 1250 0,76 385 1,18 9 33,75 30 Inseptisol 1250 0,76 385 1,18 9 32,2 31 Inseptisol 1250 0,8 385 1,18 9 31,5

e. Pemetaan GIS sedimentasi Permukaan Metode USLE 1. Analisis data special daerah rawan sedimen berbaisi GIS

Klasifikasi kerawanan erosi sungai tello dapat dibagi dalam 5 klas yaitu; kerawanan erosi tidak rentan( aman ), kurang rentan(aman), agak rentan(sedang),kurang rentan(waspada),sangat rentan(bahaya).Klasifikasi ini diperoleh dari perhitungan nilai bobot dan scor pada setiap factor dan variabel yang digunakan yaitu; tataguna lahan, kemiringan lereng, rata-rata curah hujan bulanan, texture tanah.Bobot sungai/kanal,tambak,tanah kosong, genangan air, danau danrawa nilainya = 5, sedangkan untuk pemukiman,makam(perkuburan)dan industry nilainya= 4, untuk persawahan nilainya =3, perkebunan nilai bobotnya= 2 dan mangrove nilai bobotnya=1 Sedangkan kelerengan scornya berdasarkan kemiringan lereng yang terdapat di aliran sungai tello adaalah: 2 – 7 % dengan nilai bobotnya 5, untuk kemiringan lereng 2-6 nilai bobotnya 4 dan 5-9 mempunyai bobot 3, rata-rata curah hujanada di sungai tellodengan intensitas + 248,35 mm/bln dengai nilai bobot 3. Kemudian variable infiltrasi tanah mempunyai 2 textur tanah, yaitu tanah halus bobotnya 5, sedangkan teksture tanah yang lain nilainya 3. Hasil analisis diperoleh klasifikasi tingkat kerawanan erosi terendah adalah 33 dan nilai skoring tertinggi adalah 48. Perhitungan kalisfikasi kerawananerosi adalah sebagai berikut: Ki= X1-Xr/K = 48-33 = 15/5 = 3. Hasil analisisnya adalah diperoleh kelas interval kerawanan erosi untuk sungai tello dan kolam regulasi nipa-nipa adalah interval scor 3.

2. Prediksi Sedimentasi Metose USLE

Dari gambar dan table memperlihatkan besarnya erosi pada 98 unit lahan adalah total = 558,75 ton/km2/thn, rata-rata erosi yang terjadi pada sungai dan kolam regulasi sebesar 5,15 ton/km2/thn.

3. Pendangkalam kolam regulasi dan sungai tello.

Pendangkalan kolam regulasi adalah factor penting yang harus di perhitungkan dalam pemamamfaatannya. Pendangkalan kolam regulasi, berarti terjadinya pengecilan daya tampung kolam, sehingga kolam tidak dapat menampung air sesuai yang direncanakan sehingga air limpasan akibat hujan maximum meluap kesungai dan terjadi banjir.

Data BBPs Pompengan Propinsi Sulsel dalam pengendalian banjir sungai tello tahun 2004, mendapatkan kedalam sungai tello di beberapa titik mencapai 10 meter, dan setelah 10 tahun kemudian tahun 2014, hasil pengukuran kedalam sungai tello oleh badan lingkungan hidup kota

(9)

Makassar mencapai 6 meter, berarti selama 10 tahun mengalami pendangkalan sebanyak 4 meter.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan adalah:

1. Hasil analisis diperoleh klasifikasi tingkat kerawanan erosi terendah adalah 33 dan nilai skoring tertinggi adalah 48. Perhitungan klasifikasi kerawanan erosi adalah sebagai berikut: Ki= X1-Xr/K = 48-33 = 15/5 = 3. Hasil analisisnya adalah diperoleh kelas interval kerawanan erosi untuk sungai tello dan kolam regulasi nipa-nipa adalah interval scor 3.

2. Banyaknya erosi pada 98 unit lahan adalah total = 558,80 ton/km2 pedr tahun, rata-rata erosi yang terjadi pada sungai dan kolam regulasi sebesar 5,15 ton/km2/thn.

3. Endapan sedimen terjadi disungai tello dan kolam regulasi nipa-nipa adalah 40 cm/ tahun dan hal ini akan mempengaruhi kapasitas tampung kolam regulasi nipa-nipa untuk pengendalian banjir kota Makassar.

4. Hasil perhitungan debit air yang tergenang pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa banjir/genangan di seluruh wilayah penelitian bervariasi. Pada perhitungan laju limpasan dengan intensitas hujan 32,154 mm dihasilkan laju limpasan 53175.36 m3/jam setinggi 0-0,19 mdpl luasnya mencapai 25,5 Ha.

B. Saran

1. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi dasar dari pemerintah dalam penanganan daerah rawan banjir berdasarkan klasifikasinya beserta arahan penanganan kawasan rawan banjir yang ada. 2. Pemerintah diharapkan segera membatasi pembangunan yang berlebihan dikawasan

permukiman, dan kawasan resapan air, serta konsistensi terhadap peraturan alokasi RTH dikawasan perkotaan.

3, Kepada peneliti selanjutnya yang akan mengkaji permasalahan kolam regulasi nipa-nipa yang ada, sebaiknya mengkaji sejauh mana bangunan penahan sedimen diperlukan untuk kolam regulasi nipa-nipa, agar dapat berfungsi dengan baik seperti yang direncanakan.

DAFTAR PUSTAKA

1989, Sosrodarsono, Hidrologi Untuk Pengairan, Pradnya Paramita: Jakarta. h 32h 205

2002 Latief Rudi, 1992 Tugas Akhir Analisis dampak luapan anak Sungai Tello terhadap Peruntukan permukiman di Kelurahan Panaikang, Kecematan Panakukkang, Ujung Pandang, Fakultas Teknik, Universitas “45”Ujung Pandang.

2004, Suripin, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, ANDI : Yogyakarta Suyono, 2004, Pengendalian banjir Sungai Tallo, BBWS Pompengan Provinsi Sul Selatan

2007, Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia, Pelaksana Harian Badan Kordinasi Nasional Penanganan Bencana, Direktorat Mitigasi Lakhar BAKORNAS PB : Jakarta Pusat. h 11, h 20,

2009, Metode Research, Bumi Aksara : Jakarta. h 106 Pangurisen Andi dkk,

2011, Pengendalian Pemanfaatan Ruang Terhadap Proyeksi Kerentanan Banjir Dengan Simulasi Gis (Geography Information System) Di Kelurahan Manuruki Kecamatan Tamalate Kota Makassar 2013. Perencanaan Kolam Retensi Dan Stasiun Pompa Pada Sistem Drainase

Kali Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro.

2014, Analisis Sedimentasi Sungai Jeneberang Menggunakan Citra SPOT-4, Prosiding Seminar Nasional Geofisika

(10)

2015, Monitoring Perlindungan DAS Sungai Tallo, Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar Adhar, K,

2015. Andika Satria Agus, Analisis Kapasitas Tampungan Waduk Sungai Paku Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar. Riau: Universitas Riau.

2016, Zulfahmi, Uin Mkassar dengan judul: Analisis dampak sedimentasi sungai tallo terhadap kerawanan banjir di kota Makassar

2017, Azka Layyina, Rita Tahir, Farouk Maricar yang berjudul Analisis Kapasitas tampungan kolam reulasi Nipa-nipa, Teknik Sipil Unhas .

Referensi

Dokumen terkait

Peran terapi tawa dalam menyum- bang pengontrolan tekanan darah dan penurunan kondisi stres, dirasakan oleh peserta pada kelompok eksperimen, penu- runan dan adaptasi

Pada permainan karetan/pelencatan setiap pemain dituntut untuk tenggung jawab atas tugasnya dalam permainan karetan/pelencatan seperti ada yang bertugas megang tali

Adapun penaksir yang dibahas pada artikel ini adalah penaksir ratio-cum-product untuk rata-rata populasi pada sampling acak sederhana, penaksir ratio-cum-product tipe 1

Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan dalam Undang-undang Nomor 23 tahun

(Winarsunu, 2006:14) Dalam penelitian ini kelas yang diambil sebagai sampel adalah siswa kelas VIII A yang terdiri dari 35 siswa sebagai kelompok kontrol dengan

Ilmu sosiologi berupaya untuk membantu dunia kesehatan dalam melakukan penelitian (metode), identifikasi masalah sosial kaitannya dengan kesehatan (gaya hidup:

Program Pascasarjana Magister Managemen Pendidikan-FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (UKSW). Dosen pembimbing Prof. Penelitian ini melibatkan seluruh guru

Sifat-sifat air yang dapat dipelajari dari Puisi “Air Mata”, “Air Cucian”, dan “Air Pasang” sebagai teladan kehidupan, seperti mengajarkan manusia untuk