• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERKAIT DENGAN PENGANGKATAN STRUKTUR KOMISARIS INDEPENDEN (Riset Pada Kantor Pusat PTPN V PEKANBARU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERKAIT DENGAN PENGANGKATAN STRUKTUR KOMISARIS INDEPENDEN (Riset Pada Kantor Pusat PTPN V PEKANBARU)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERKAIT DENGAN PENGANGKATAN STRUKTUR KOMISARIS

INDEPENDEN

(Riset Pada Kantor Pusat PTPN V PEKANBARU)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarajan Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

OLEH :

REDIANTA SEMBIRING NIM : 1 2 0 2 0 0 5 3 8

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)

Redianta Sembiring * Hasim Purba **

Puspa Melati Hasibuan ***

Penerapan GCG adalah penting bagi perusahaan untuk melakukan pentahapan yang cermat berdasarkan analisis atas situasi dan kondisi perusahaan, dan tingkat kesiapannya, sehingga penerapan GCG dapat berjalan lancar dan mendapatkan dukungan dari seluruh unsur di dalam perusahaan. Sebagai BUMN, PT. Perkebunan Nusantara V menerapkan GCG sebagai keniscayaan untuk menjembatani semua kepentingan dalam organ perusahaan menjadi dasar penilaian BPKP Perwakilan Riau atas tata kelola di PTPN V Pekanbaru. Dalam menerapkan Prinsip Good Corporate Governance (GCG), maka seharusnya PT.

Perkebunan Nusantara V Pekanbaru memiliki komisaris independen dalam struktur organ perusahaan agar menjadi lebih maksimal dan dapat meningkatkan kontribusinya bagi perekonomian nasional.Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan Skripsi ini adalah Bagaimana Pengaturan Prinsip Good Corporate Governance pada BUMN di PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru, Bagaimana Penerapan Prinsip Good Corporate Governance dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Komisaris independen pada PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru dan Apa saja yang menjadi Hambatan Dalam Menerapkan Prinsip Good Corporate Governance dan cara PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru Mengatasinya.

Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris.

Penelitian empiris adalah menelaah hukum sebagai pola perilaku yang ditujukan pada penerapan peraturan hukum. Pendekatan yuridis empiris ini digunakan karena untuk mendukung data normatif. Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum empiris yang membahas kaitannya dengan masyarakat atau sebagai sebuah gejala sosial.

1 Untuk menjadi Anggota Dewan Komisaris di PT Perkebunan Nusantara V (Persero) harus memenuhi persyaratan formal dan material serta persyaratan lainnya. Di dalam komposisi Dewan Komisaris, paling sedikit 30% (dua puluh persen) dari anggota Dewan Komisaris adalah Komisaris Independen yang ditetapkan dalam keputusan pengangkatannya. Permasalahan dalam penerapan Good Corporate Governance di PTPN V Pekanbaru adalah adanya keadaan dimana dewan direksi memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan dewan komisaris. Kendala yang juga dihadapi PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru terdapat pada keterlambatan informasi yang dimiliki oleh PT.

Perkebunan Nusantara V Pekanbaru ini sendiri

Kata Kunci : Good Corporate Governance (GCG), Komisaris Independen

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

*** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(4)

kemampuan yang ada menyelesaikan tugas menyusun skipsi ini. Sudah merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa bahwa dalam menyelesaikan studi untuk mencapai gelar kesarjanaan USU untuk menyusun skripsi dalam hal ini penulis memilih judul “Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Terkait Dengan Pengangkatan Struktur Komisaris Independen (Studi Pada Kantor Pusat PTPN V Pekanbaru)”

Penulis menyadari bahwasanya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk mendekati kesempurnaan didalam skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada seluruh pihak yang secara langsung ataupun yang tidak langsung telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini maupun selama penulis menempuh perkuliahan, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr.OK. Saidin, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring,S.H.,M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Perdata

7. Bapak Prof. Dr. Hasim Purba,S.H.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing I penulis yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini.

8. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II penulis yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini..

9. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 10. Seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan pelayanan administrasi yang baik selama proses akademik penulis.

11. Kedua Orang Tua penulis yang tercinta, Yusniar Sembiring dan Betty Br.

Tarigan yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam mendidik dan membimbing anaknya untuk menjadi orang yang berhasil, dan yang telah memberikan motivasi hingga saat ini.

12. Kepada Kedua Adik saya yang tercinta, Nanda Christian Sembiring dan Rivalta Sembiring yang selalu memberikan semangat dan motivasi hingga saat ini.

13. Buat teman-teman Seperjuangan William Hutabarat,SH, Jonatan Singarimbun, Michael Simbolon,SH, Ricky Siahaan,SH, Morando Simbolon,SH, Dimas Saragih,SH, Reza Pepayosa,SH, Riski Ramadhan, Een Hasibuan,SH, M.Dwi Dharmawan,SH, Arif R Saragi,SH, Tommy Ary,SH, Ahmad Yusrin,SH,

(6)

14. Kepada Teman-teman Grup G Stambuk 2012 yang telah memberikan dukungan kepada saya.

15. Kepada Keluarga Besar IMKA ERKALIAGA FH USU yang telah memberikan dukungan kepada saya.

16. Kepada Teman-teman UKM FUTSAL HUKUM USU yang telah memberikan dukungan kepada saya.

17. Kepada Teman-teman Departemen Hukum Perdata BW stambuk 2012 yang telah memberikan dukungan kepada saya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekeliruan.

Oleh karena itu penulis seraya minta maaf sekaligus sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan dan kemanfaatannya.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak dan semoga kritik dan saran yang telah diberikan mendapatkan balasan kebaikan berlipat dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum di negara Republik Indonesia.

Medan, Januari 2019 Penulis,

Redianta Sembiring

(7)

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penulisan ... 11

D. Manfaat Penulisan ... 11

E. Metode Penelitian ... 12

F. Keaslian Penulisan ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) A. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance ... 17

B. Dasar Hukum Good Corporate Governance ... 29

C. Tujuan Penerapan Good Corporate Governance ... 34

BAB III KAITAN PENERPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DENGAN PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI KOMISARIS INDEPENDEN PADA BUMN A. Pengertian Dewan Komisaris ... 39

B. Latar Belakang Munculnya Komisaris Independen Pada BUMN ... 45

C. Kedudukan dan Tanggung Jawab Komisaris Independen Pada BUMN ... 55

(8)

vi

INDEPENDEN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V PEKANBARU

A. Pengaturan Prinsip Good Corporate Governance pada BUMN di

PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru ... 62 B. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance dalam Pelaksanaan

Tugas dan Fungsi Komisaris Independen pada PT. Perkebunan

Nusantara V Pekanbaru ... 69 C. Manfaat Dalam Menerapkan Prinsip Good Corporate Governance

(GCG) Untuk Tugas dan Fungsi Komisaris Independen pada PT.

Perkebunan Nusantara V Pekanbaru Mengatasinya ... 76 86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 82 B. Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA ... 86

LAMPIRAN

(9)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kita sering mendengar banyak perusahaan yang terpuruk karena tata pemerintahan sebuah perusahaan tersebut tidak baik sehingga banyak fraud atau praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang terjadi, sehingga terjadinya krisis ekonomi dan krisis kepercayaan para investor, yang mengakibatkan tidak ada investor yang mau membeli saham perusahaan tersebut. Artinya, bisa dikatakan jika perusahaan tersebut tidak menerapkan Corporate Governance dengan baik.

Joel Balkan mengatakan bahwa perusahaan (korporasi) saat ini telah berkembang dari sesuatu yang relative tidak jelas menjadi institusi ekonomi dunia yang amat dominan. Kekuatan tersebut terkadang mampu mendikte hingga ke dalam pemerintahan suatu negara, sehingga mejadi tidak berdaya dalam menghadapi penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang berpengaruh tersebut. 2

Semua itu terjadi karena perilaku tidak etis dan bahkan cenderung kriminal yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang memang dimungkinkan karena kekuatan mereka yang sangat besar disatu sisi, dan ketidakberdayaan aparat pemerintah dalam menegakkan hukum dan pengawasan atas perilaku para pelaku

2 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti), 2003, hal.1

(10)

bisnis tersebut; disamping berbagai praktik tata kelola perusahaan dan pemerintahan yang buruk.3

Melalui Komite Nasional mengenai Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) muncul pertama kali pedoman umum GCG di tahun 2001, pedoman GCG bidang Perbankan tahun 2004 dan Pedoman Komisaris Independen dan Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif. Pada tahun 2004 Pemerintah Indonesia memperluas tugas KNKCG melalui surat keputusan Menteri Koordinator Perekonomian RI No. KEP-49/M.EKON/II/TAHUN 2004 tentang pembentukan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)4

Good Corporate Governance dimaksudkan agar tata kelola perusahaan baik sehingga bisa meminimalisir praktek-prakter kecurangan. Kata”governance”

berasal dari bahasa Perancis “gubernance” yang berarti pengendalian.

Selanjutnya kata tersebut dipergunakan dalam konteks kegiatan perusahaan atau organisasi lain, menjadi corporate governance.5

Governance yang terjemahannya adalah Good Corporate Governance (GCG) ada yang menyebut tata pamong. Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (pemegang saham/ pemilik modal, komisaris/dewan pengawasan dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan,

3 Ibid.

4Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hal. 13

5Siswanto Sutojo dan E John Aldridge, Good Corporate Governance : Tata kelola perusahaan yang sehat, (Jakarta: PT Damar Mulia Pustaka,2018), hal.1

(11)

guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan Stakeholder lainnya.6

Mengenai Good Corporate Governance sendiri dikarenakan mengalami krisis berkepanjangan, dan skandal besar yang terjadi di Inggris dan Amerika Serikat, sekitar tahun 1980an berupa budaya yang serakah dan lebih menyadarkan orang akan keperluan system tata kelola ini. Hal ini tidak terlepas adanya pertentangan kepentingan dan tanggung jawab atau kepentingan bersama dari organisasi dan dimana maka perlunya Corporate Governnce. Agar suatu Perusahaan dapat bertahan dan berkembang di dunia bisnis yang semakin kompetitip, makan dilakukan upaya penyelamatan dan pengelolaan perusahaan, salah satunya dengan menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) di perusahaan.7

Di Indonesia, konsep Good Corporate Governance (GCG) mulai dikenal sejak krisis ekonomi tahun 1997 krisis yang berkepanjangan yang dinilai karena tidak dikelolanya perusahaan–perusahaan secara bertanggung jawab, serta mengabaikan regulasi dan sarat dengan praktek (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) KKN. Bermula dari usulan penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia/BEI) yang mengatur mengenai peraturan bagi emiten yang tercatat di BEI yang mewajibkan untuk mengangkat Komisaris Independen dan membentuk Komite Audit pada tahun 1998, GCG mulai di kenalkan pada seluruh perusahaan publik di Indonesia. 8

6Adrian Sutedi, Good Corporate Governance, (Jakarta: Sinar Grafika,2017), hal.1

7 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis, Perseroan Terbatas, (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada,1999), hal.1.

8 Ibid

(12)

Setelah itu pemerintah Indonesia menandatangani Nota Kesepakatan (Letter of Intent) dengan International Monetary Fund (IMF) yang mendorong terciptanya iklim yang lebih kondusif bagi penerapan GCG. Pemerintah Indonesia mendirikan lembaga khusus, yaitu Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang memiliki tugas pokok dalam merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional mengenai GCG, serta memprakarsai dan memantau perbaikan di bidang corporate governance di Indonesia.9

Good Corporate dipandang sebagai paradigma baru dan menjadi ciri yang perlu ada dalam system administrasi public. Secara Umun, Governance diartikan sebagai kualitas hubungan antara pemerintah dengan masyarakat yang dilayani dan dilindunginya, Governance mencangkup 3 (tiga) domain yaitu state (negara/pemerintahan), private sectors (sektor swasta/dunia usaha), dan society (masyarakat). Oleh sebab itu, Good Corporate sektor public diartikan sebagai suatu proses tata kelola pemerintahan yang baik, dengan melibatkan stakeholders, terhadap berbagai kegiatan perekonomian, sosial politik dan pemanfaatan beragam sumber daya seperti sumber daya alam, keuangan, dan manusia bagi kepentingan rakyat yang dilaksanakan yang menganut asas: keadilan, pemerataan, persamaan, efesiensi, transparansi dan akuntabilitas.10

Desentralisasi berpotensi menciptakan transparansi dan akuntabilitas dan bisa menjadi modal untuk menumbuhkan demokrasi lokal. Akan tetapi, pada kenyataannya kebijakan desentralisasi di dalamnya tidak otomatis mengandung prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. Terselenggaranya pemerintahan yang

9Norman S. Pakpahan, ”Perseroan Terbatas Sebagai Instrumen Kegiatan Ekonomi”, Jurnal Hukum Bisnis vol. 2, 1997, hal. 73.

10 Ibid

(13)

efektif dan lebik demokratif menuntut adanya praktek kepemerintahan lokal yang lebih baik yang membuka peran serta masyarakat.11

Sejauh ini penegakan aturan untuk penerapan Good Corporate Governance (GCG) belum ada sanksi bagi perusahaan yang belum menerapkan maupun yang sudah menerapkan tetapi tidak sesuai standar pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG). Namun pelaksanaan penerapan GCG memberi nilai tambah bagi perusahaan. Perusahaan yang melakukan peningkatan pada kualitas Good Corporate Governance (GCG) menunjukan peningkatan penilaian pasar, sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan kualitas GCG, cenderung menunjukan penurunan pada penilaian pasar.12

Berhubungan dalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG), pemerintah menciptakan berbagai produk hukum yang mengharuskan badan usaha untuk menerapkan GCG dalam perusahaannya. Misalnya saja dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang dan Peraturan Perbankan, serta Undang-Undang Pasar Modal. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN) No. Kep-117/M-MBU/2002, kita dapat menemukan dasar hukum penerapan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam BUMN yaitu pada Pasal 5 ayat 3 dimana disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi harus mematuhi anggaran dasar Badan Usaha Milik Negara dan Peraturan Perundang-Undangan serta wajib

11Hj. Sedermayanti, Good Govornance: Kepemerintahan yang baik dan Good Corporate Governance:Tata kelola perusahaan yang baik, bagian ketiga edisi revisi (Jakarta: CV. Mandar Maju, 2012), hal.1-2

12Ibid.

(14)

melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang tercantum di dalam keputusan Mentri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002.13

Melalui Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN) No. Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Negara pun wajib menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG). Keputusan yang ditanda tangani oleh Meneg Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Laksamana Sukardi itu telah ada sejak 1 Agustus 2002, tetapi belum banyak diketahui masyarakat.

Kewajiban tersebut meliputi kewajiban bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menerapkan secara konsisten dan atau menjadikan GCG sebagai landasan operasional Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bersangkutan.

Prinsip-prinsip GCG yang diwajibkan melalui keputusan tersebut antara lain adalah prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggung jawaban, dan prinsip kewajaran (fairness).

Lima prinsip dari Good Corporate Governance (GCG) yang termuat di dalam Keputusan Mentri Badan Usaha Milik Negara No.KEP-117/M-MBU/2002, adalah :14

1. Transparansi (Transparency);

Yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang relevan mengenai

perusahaan.

13 Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan dalam Perusahaan Perundang-undangan, (Bandung: Nuansa Aulia, 2006), hal. 13.

14 Keputusan Mentri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002

(15)

2. Kemandirian (Independency);

Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa beraturan kepentingan dan pengaruh maupun tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku dan prinsip- prinsip korporasi yang sehat.

3. Akuntabilitas (Accountability);

Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung jawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

4. Pertanggung jawaban (Responsibility);

Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5. Kewajaran (Fairness).

Perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta Peraturan Perundangan yang berlaku.

Esensi dari corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku.15

Keputusan Meneg Badan Usaha Milik Negara No.KEP-117/M-MBU/2002 tersebut, selain mengatur tentang penerapan prinsip-prinsip GCG, diatur pula ketentuan mengenai pemegang saham. Dikatakan bahwa pemegang saham atau pemilik modal Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang notabene adalah

15Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002.

(16)

pemerintah, tidak diperkenankan mencampuri kegiatan operasional perusahaan yang menjadi tanggung jawab direksi sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar perusahaan dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.16

Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu langkah penting bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk meningkatkan dan memaksimalkan nilai perusahaan (corporate value), mendorong pengelolaan perusahaan yang profesional, transparan dan efisien dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab dan adil sehingga dapat memenuhi kewajiban secara baik kepada pemegang saham, dewan komisaris, mitra bisnis, serta stakeholders lainnya.17

Adapun yang menjadi tahapan dalam penerapan GCG adalah penting bagi perusahaan untuk melakukan pentahapan yang cermat berdasarkan analisis atas situasi dan kondisi perusahaan, dan tingkat kesiapannya, sehingga penerapan GCG dapat berjalan lancar dan mendapatkan dukungan dari seluruh unsur di dalam perusahaan.

Pada umumnya perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan GCG menggunakan pentahapan berikut.

Tahap Persiapan Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama:

a. Awareness building, b. GCG assessment, dan

16 Ibid

17 Sentosa Semiring, Op.Cit, hal.15

(17)

c. GCG manual building. Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting GCG dan komitmen bersama dalam penerapannya.

PT Perkebunan Nusantara V (Persero), yang selanjutnya disebut Perusahaan yang bergerak di bidang kelapa sawit, pada awalnya merupakan Badan Usaha Milik Negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 10 tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996 tentang Penyetoran Modal Negara Republik Indonesia untuk pendirian Perusahaan. Pada awalnya merupakan konsolidasi proyek-proyek pengembangan kebun eks PT Perkebunan PTP II, PTP IV dan PTP V di Provinsi Riau.

Sebagai BUMN, PT. Perkebunan Nusantara V menerapkan GCG sebagai keniscayaan untuk menjembatani semua kepentingan dalam organ perusahaan menjadi dasar penilaian BPKP Perwakilan Riau atas tata kelola di PTPN V Pekanbaru. Rabu tanggal 24 Mei 2017, bertempat di Aula PTPN V jalan Rambutan Pekanbaru, diadakan acara exit meeting berkaitan dengan selesainya kegiatan Assessment Penerapan GCG Tahun 2016 pada PTPN V. Dalam acara tersebut menyampaikan tujuan assessment GCG Tahun 2016 di PTPN V, pentingnya pelaksanaan assessment tersebut, kriteria penilaian, dan tentu yang ditunggu-tunggu adalah hasil akhir penilaian atas pelaksanaan GCG oleh PTPN V. Dari penilaian itu, diketahui beberapa hal yang memerlukan perbaikan (area of improvement) serta saran dari BPKP agar PTPN V dapat membenahinya.18

18Buku Laporan Tahunan “Annual Report” PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru

(18)

Di mana Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu sendiri menerapkan Prinsip Good Corporate Governance (GCG), maka seharusnya PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru memiliki komisaris independen dalam struktur organ perusahaan. Agar di PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru menjadi lebih maksimal dan dapat meningkatkan kontribusinya bagi perekonomian nasional yang pada dasarnya kita ketahui PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru bergerak dibidang Perkebunan Kelapa Sawit.

Berdasarkan uraian dan gambaran permasalahan yang telah dipaparkan diatas maka penulis tertarik untuk menulis judul skripsi ini dengan judul

“Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) terkait dengan pengangkatan struktur Komisaris Independen (Studi Pada Kantor Pusat PTPN V Pekanbaru)”

B. Permasalahan

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pengaturan Prinsip Good Corporate Governance dikaitkan dengan pelaksanaan tugas komisaris independen pada BUMN di PT.

Perkebunan Nusantara V Pekanbaru ?

2. Bagaimana Penerapan Prinsip Good Corporate Governance dikaitkan dengan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Komisaris independen pada PT.

Perkebunan Nusantara V Pekanbaru?

(19)

3. Apa saja yang menjadi manfaat dalam menerapkan Prinsip Good Corporate Governance untuk tugas dan fungsi komisaris Independen di PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana yang telah diuraikan diatas maka tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Pengaturan Prinsip Good Corporate Governance dikaitkan dengan pelaksanaan tugas komisaris independen pada BUMN di PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru

2. Untuk Penerapan Prinsip Good Corporate Governance dikaitkan dengan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Komisaris independen pada PT.

Perkebunan Nusantara V Pekanbaru

3. Untuk mengetahui manfaat dalam menerapkan Prinsip Good Corporate Governance untuk tugas dan fungsi komisaris Independen di PT.

Perkebunan Nusantara V Pekanbaru D. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi penelitian atau studi kasus yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Pengembangan ilmu hukum khususnya hukum perusahaan.

2. Manfaat Praktis

Penilitian ini bisa dijadikan untuk mengambil langkah ataupun keputusan

(20)

oleh pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini atau sebagai referensi untuk menentukan kebijakan mengenai tugas dan fungsi Dewan Komisaris didalam Perseroan Terbatas yang lebih baik dan tepat.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum empiris yang membahas kaitannya dengan masyarakat atau sebagai sebuah gejala sosial. Dalam klasifikasi ini hukum tidak dipandang sebagai sebuah norma atau kaidah yang otonom.19

2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam skripsi ini ialah data primer dan di dukung data sekunder. Data primer data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumber aslinya yaitu berupa prilaku warga masyarakat.

Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan guna mendapatkan landasan mengenai Penerapan Prinsip Good Corporate Governance terkait dengan pengangkatan struktur komisaris independen.

Disamping itu juga diperoleh dari bahan lain berupa dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya.20

3. Metode Pengumpulan data

a. Studi Kepustakaan ( library research)

19Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hal.55

20Amiruddin dan Zainal Asikin., Pengantar Metode Penelitian Hukum (Bandung: Raja Grafindo Persada, 2004), hal.30

(21)

Yaitu dengan mencari, mengumpulkan data yang bersumber dari Peraturan Perundang-Undangan, buku, majalah, surat kabar, internet dan pendapat-pendapat sarjana yang berhubungan dengan tulisan ini untuk dijadikan landasan berfikir demi keilmiahan dari skripsi ini.

b. Studi Lapangan

Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung ke PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit. Untuk mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan materi skripsi dan dengan cara wawancara langsung dengan Karyawan PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru demi keilmiahan skripsi ini.

Nama narasumber: Risky Atriyansyah Jabatan: Humas PTPN V Pekanbaru

c. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah dengan cara kualitatif, yaitu data-data yang diperoleh baik yang berasal dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier maupun hasil wawancara dengan narasumber akan dipilih, diatur dan disusun secara sistematis sehingga akan diperoleh gambaran mengenai permasalahan yang diteliti. Berdasarkan data-data yang diperoleh tersebut kemudian akan ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif yaitu penulis akan menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus.

(22)

F. Keaslian Penulisan

Penulisan pada skripsi yang berjudul “Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Terkait Dengan Pengangkatan Struktur Komisaris Independen ( Studi Pada Kantor Pusat PTPN V Pekanbaru)” ini pada prinsipnya merupakan buah pikiran penulis sendiri, dibuat dengan melihat beberapa referensi sumber bacaan seperti buku-buku dari perpustakaan, media cetak, ataupun media elektronik yang memiliki hubungan dengan judul skripsi ini. Disamping itu juga diadakan penelitian langsung ke lapangan dengan beberapa pihak yang terkait, kemudian dirangkai menjadi satu karya tulis ilmiah. Oleh sebab itu penulis menyatakan bahwa skripsi ini adalah asli. Walaupun ada pendapat atau kutipan dalam penulisan ini semata-mata dijadikan pendukung dan pelengkap dalam penulisan yang memang sangat dibutuhkan dalam menyempurnakan skripsi ini.

Judul skripsi ini juga telah melewati pemeriksaan dari Perpustakaan Universitas Cabang FH USU/ Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum FH USU dan berdasarkan hasilnya, judul yang penulis buat tidak memiliki kesamaan dengan judul skripsi yang telah ada sebelumnya.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada Bab ini penulis membahas mengenai pendahuluan yang isinya meliputi: latar Belakang, permasalahan, tujuan penulisan dan manfaat penulisan, metode penelitian. Pada bagian akhir dari bab ini berisi tentang keaslian penulisan dan sistematika penulisan.

(23)

BAB II : PENGATURAN MENGENAI PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

Bab ini berisi tentang pengertian dan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, dasar hukum Good Corporate Governance, dan tujuan penerapan Good Corporate Governance.

BAB III : KAITAN PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DENGAN PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI KOMISARIS INDEPENDEN PADA BUMN

Dalam Bab III penulis akan membahas pengertian dewan komisaris, latar belakang munculnya komisaris independen pada BUMN, kedudukan dan tanggung jawab komisaris independen pada BUMN serta Kaitan Pelaksanaan Tuga dan Fungsi Komisaris Independen dengan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) BAB IV: PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE

(GCG) TERKAIT DENGAN KEDUDUKAN KOMISARIS INDEPENDEN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V PEKANBARU

Dalam Bab IV ini akan membahas tentang pengaturan prinsip Good Corporate Governance pada BUMN di PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru, penerapan prinsip Good Corporate Governance dalam pelaksanaan tugas dan fungsi komisaris Independen pada PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru, dan

(24)

manfaat dalam menerapkan prinsip Good Corporate Governance pada PT. Perkebunan Nusantara V Pekanbaru.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

` Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi ini, bab ini merupakan bab tentang kesimpulan dan saran. Pada bagian kesimpulan akan tercantum kesimpulan-kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya, yang juga merupakan jawaban terhadap permasalahan yang diajukan. Pada bagian saran diuraikan saran-saran untuk masalah-masalah yang ada dalam penulisan ini yang diharapkan dapat bermanfaat dalam prakteknya sehari-hari.

(25)

17

TINJAUAN UMUM MENGENAI PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

A. Pengertian dan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance 1. Pengertian Good Corporate Governance

Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat tajam sejak negara-negara Asia dilanda krisis moneter pada tahun 1997 dan sejak kejatuhan perusahaan-perusahaan raksasa termuka didunia. Kata “governance”

berasal dari bahasa Perancis “gubernance” yang berarti pengendalian yang selanjutnya kata tersebut dipergunakan dalam konteks kegiatan perusahaan atau jenis organisasi yang lain, menjadi corporate governance. Didalam bahasa Indonesia sendiri dapat diartikan sebagai tata kelola atau tata pemerintahan perusahaan.21

Good Corporate adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha.22

21Antonius Alijoyo & Subarto Zaini, Komisaris Independen, Penggerak Praktik GCG di Perusahaan, (Jakarta: PT. Indeks, 2004), hal. 9

22 Ibid. hal.10

(26)

Good Corporate pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggung jawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.

Good Corporate di Indonesia sendiri mulai benar-benar dirintis dan diterapkan sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan sistem pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang bersih sehingga Good Corporate merupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan dalam pemerintahan baru. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 15 tahun ini, penerapan Good Corporate di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai dengan cita-cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama Good Corporate.23

Secara Umum Good Corporate Governance ditujukan untuk sistem pengendalian dan pengaturan perusahaan untuk tidak merugikan stakeholder.

Good Corporate Governance yang sudah semakin dikenal sekarang ini mempunyai beberapa definisi yang tidak sama. Ada banyak lembaga serta beberapa pihak yang mengeluarkan definisi tentang Good Corporate Governance dalam perspektif sempit maupun perspektif luas.24

23 Ibid.

24 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,2005), hal. 52.

(27)

Banyaknya lembaga serta pihak yang mengeluarkan definisi tentang Good Corporate Governance mengakibatkan tidak adanya keseragaman dalam definisi tentang Good Corporate Governance. Menurut Cadbury mengatakan bahwa Good Corporate Governance adalah mengarah dan mengendalikan perusahaan agar tercapai keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan perusahaan.25

Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.26

Menurut Healy dan Robinson Good Corporate yang di kutip Hamdi mengatakan Bahwa Good Corporate bermakna tingkat efektivitas organisasi yang tinggi dalam hubungan dengan formulasi kibijakan dan kebijakan yang senyatanya dilaksanakan, khususnya dalam pelaksanaan kebijakan ekonomi dan kostribusinya pada pertumbuhan, stabilitas dan kesejahteraan rakyat.27

Menurut Organisasi internasional juga memberi definisi mengenai Corporate Governance. Menurut The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) Corporate Governance adalah sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan.28

25Ibid, hal.25

26Ibid.

27Bambang Istianto HP, Manajemen Pemerintahan Dalam Perspektif Pelayanan Publik, (Jakarta: Mitra Wacana Media,2011), hal.89

28Ibid, hal.3

(28)

Menurut Keputusan Menteri BUMN KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 BAB I, Pasal 1a, Corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan Peraturan Perundangan dan nilai-nilai etika, Serta dalam pasal 1d, stakeholder adalah pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan BUMN baik langsung maupun tidak langsung yaitu pemegang saham/Pemilik modal, komosaris/ dewan pengawas, direksi dan karyawan, serta pemerintah, kreditur dan pihak berkepentingan lainnya.29

Dari definisi tersebut dapat disimpulankan bahwa pada dasarnya Good Corporate Governance merupakan suatu komitmen dalam penyelenggaraan bisnis yang berupa prinsip prinsip agar penyelenggara bisnis tersebut dapat berjalan secara sehat dan beretika yang mengurus hubungan antara shareholders dengan stakeholders untuk membuat suatu nilai tambah bagi suatu perusahaan.

Pada perspektif sempit, Good Corporate Governance sering digunakan dalam konteks manajemen ekonomi-mikro (micro-economic management system) dan didefinisikan sebagai mekanisme administratif yang mengatur hubungan- hubungan antara manajemen perusahaan komisaris, direksi, pemegang saham, dan kelompok-kelompok kepentingan (stakeholders) yang lain. Hubungan ini dimanifestasikan dalam bentuk berbagai aturan permainan dan sistem insentif

29Keputusan Mentri BUMN KEP-117/M-MBU/2002

(29)

sebagai framework yang diperlukan untuk menentukan tujuan perusahaan dan cara-cara pencapaian tujuan serta pemantauan kinerja yang dihasilkan.30

Dalam hubungan ini, diperlukan aspek-aspek kunci dalam Good Corporate Governance yang meliputi:

1. Transparansi struktur korporasi dan operasi

2. Akuntabilitas manager, direksi dan komisaris kepada pemegang saham, dan

3. Tanggung jawab korporasi kepada karyawan, kreditor, pemasok, pelanggan, komunitas lokal, dan kelompok-kelompok kepentingan lainnya.31

Dalam perspektif yang luas, Good Corporate Governance didefinisikan dalam pengertian sejauh mana perusahaan telah dijalankan dengan cara yang terbuka dan jujur demi untuk mempertebal kepercayaan masyarakat luas terhadap mekanisme pasar, meningkatkan efisiensi dalam alokasi sumber daya langka, baik dalam skala domestik maupun internasional, memperkuat struktur industri, dan akhirnya meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat luas. Dalam pengertian itu aspek-aspek kunci dalam Good Corporate Governance adalah pembangunan legal dan regulatery framework demi tercapainya praktik- praktik Good Corporate Governance yang dapat membawa manfaat bagi perekonomian dan semua aspek kehidupan masyarakat luas.32

30 Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT, (Jakarta:

Forum Sahabat, 2008), hal. 7

31 Ibid.

32 Ibid. hal 10

(30)

2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Prinsip Good Corporate Governance (GCG) adalah prinsip yang sudah saatnya diimplementasikan dalam perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, karena melalui hal tersebut yang menyangkut struktur perseroan, yang terdiri dari unsur-unsur RUPS, direksi dan komisaris dapat terjalin hubungan dan mekanisme kerja, pembagian tugas, kewenangan dan tanggung jawab yang harmonis, baik secara internal maupun eksternal dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan demi kepentingan shareholders dan stakeholders.33

Indonesia mulai menerapkan Prinsip Good Corporate Governance sejak menandatangani Letter of intent (LOI) dengan IMF, yang salah satu bagian pentingnya adalah pencamtuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan- perusahaan di Indonesia. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG yang telah diterapkan ditingkat internasional. Namun, walaupun menyadari pentingnya GCG, banyak pihak yang melaporkan masih rendahnya perusahaan yang menerapkan prinsip tersebut.34

OECD menciptakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dengan harapan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan internasional bagi penguasa negara, investor, perusahaan dan para stakeholders perusahaan (termasuk pemegang saham), baik di negara-negara anggotakan OECD maupun non- anggota.

33Ibid. hal 25

34Ibid

(31)

Adapun yang menjadi Prinsip-prinsip corporate governance yang diterbitkan OECD itu mencangkup hal-hal berikut:

a. Landasan hukum yang diperlukan untuk menjamin penerapan Good Corporate Governance secara efektif. Menurut OECD apabila pemerintah suatu negara menginginkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance diterapkan secara efektif dinegaranya, mereka wajib membangun landasan hukum yang memungkinkan hal itu terjadi. Tanpa landasan hukum yang kuat salah satu tujuan utama Good Corporate Governance, yaitu melindungi hak dan kepentingan para pemegang saham dan stakeholder yang lain sulit dilaksanakan.35

Landasan hukum tersebut antara lain berupa penciptaan:

1) Undang-undang mengenai Perseroan Terbatas 2) Undang-undang Perburuhan

3) Undang-undang tentang Kredit Perbankan

4) Ketentuan tentang standar akuntansi keuangan dan standar audit 5) Syarat dan prosedur pendaftaran saham perusahaan di bursa efek.

OECD menyarankan dalam menyusun Undang-Undang atau ketentuan hukum lainnya yang bersangkutan dengan penerapan prinsip Good Corporate Governance, pemerintah hendaknya melakukan komunikasi dan konsultasi dengan perusahaan-perusahaan lokal serta memonitori penerapan prinsip-prinsip tersebut didunia bisnis negaranya. Undang-Undang atau ketentuan hukum baru tidak boleh

35 Munir Fuadi, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Op. Cit., hal 14.

(32)

bertentangan dengan Undang-Undang atau ketentuan hukum yang telah berlaku.

b. Hak pemegang saham mempunyai hak-hak tertentu. OECD menyarankan hak-hak tersebut dilindungi, baik secara hukum maupun oleh masing- masing perusahaan. Sebagai contoh hak pemegang saham perusahaan publik adalah menjual kembali atau memindah tangankan saham yang mereka miliki. Contoh hak pemegang saham yang lain adalah menerima dividend dan ikut menghadiri rapat umum pemegang saham.

c. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham, dimana perusahaan wajib menjamin perlakuan yang adil terhadap semua pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Seluruh pemegang saham harus memilki kesempatan untuk mendapatkan penggantian atas pelanggaran dari hak-hak mereka.

1) Seluruh pemegang saham baik pemegang saham mayoritas maupun minoritas harus diperlakukan sejajar.

2) Melarang praktik-praktik insider trading dan self-dealing.

3) Anggota Direksi dan Dewan Komisaris harus mengungkapkan (disclose) suatu fakta material dalam transaksi dan permasalahan yang mempengaruhi Perseroan.

d. Peranan the stakeholders. OECD juga menyarankan adanya perlindungan hak dan kepentingan para anggota the stakeholders non-pemegang saham.

Hal itu disebabkan karena keberhasilan operasi bisnis perusahaan ditentukan oleh hasil kerjasama para anggota the stakeholders, termasuk

(33)

para pemegang saham, karyawan, kreditur, pelanggan dan para pemasok layanan jasa, bahan baku dan bahan pembantu.

e. Prinsip pengungkapan informasi secara transparan. Prinsip Good Corporate Governance lain yang di sosialisasikan OECD kepada negara- negara anggota dan negara-negara non-anggota adalah pengungkapan informasi perusahaan secara transparan, dimana perusahaan wajib melaporkan kepada pemegang saham secara akurat, transparan dan tepat waktu, hal-hal yang bersangkutan dengan kondisi keuangan, perubahan kepemilikan, kinerja bisnis dan hal-hal penting lainnya yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan.

f. Tanggung jawab dewan pengurus. Organisasi dewan pengurus dibanyak negara terdiri dari dua lapis. Di Indonesia lapis pertama disebut Dewan komisaris dan lapis kedua disebut Direksi, dimana dewan komisaris berfungsi sebagai pengarah dan pengawas jalannya operasi bisnis perusahaan dan kinerja Direksi, sedangkan fungsi utama Direksi adalah mengelola harta, utang dan kegiatan bisnis perusahaan sehari-hari.36 Dalam menyesuaikan prinsip-prinsip dalam pengelolaan Good Corporate Governance, Undang-undang RI No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas merupakan kerangka penting dalam penerapan Prinsip GCG di Indonesia. Yang dimaksud sebagai Perseroan Terbatas dalam UU tersebut Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan

36Ibid, hal.10

(34)

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.37

Di Indonesia sendiri Prinsip-prinsip Good Corporate Governance itu menganut 5 prinsip sesuai Keputusan Menteri BUMN KEP-117/M-MBU/2002 pada bab 2, pasal 3 yaitu:38

1. Transparansi

Transparansi yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.39 Pada umumnya, penerapan prinsip ini ditunjukkan untuk menghindari berbagai kemungkinan buruk akibat kurang terbukanya perusahaan terhadap pemegang saham, seperti adanya pernyataan menyesatkan, sistem akutansi yang buruk. Sehingga suatu perusahaan harus menerapkan suatu prinsip transparansi untuk memudahkan dan memberi bahan pertimbangan yang cukup lengkap bagi pemegang saham atau calon investor dalam menentukan apakah perusahaan tersebut layak untuk menerima modalnya.

2. Kemandirian

kemandirian, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.40

37 Undang-undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

38Keputusan Mentri BUMN KEP-117/M-MBU/2002

39Ibid,

40Keputusan Mentri BUMN KEP-117/M-MBU/2002

(35)

Demikian juga dalam menjaga kemandirian, masing-masing organ mempunyai

fungsi yang diatur dalam Pasal 36 ayat (1) UUPT yang menyatakan bahwa:

Perseroan dilarang mengeluarkan saham baik untuk dimiliki sendiri maupun dimiliki oleh Perseroan lain,yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh Perseroan.41

3. Akuntabilitas

Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung jawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.42 Prinsip ini didasarkan pada sistem internal checks and balances yang mencakup praktek audit yang sehat.

Praktik audit yang sehat dan independen akan sangat diperlukan untuk menunjang akuntabilitas perusahaan, dan hal ini nantinya dapat dilakukan antara lain dengan mengefektifkan peranan komite audit.43

Dalam kenyataannya, hubungan kerja sama yang kurang sinergis antara dewan direksi dan pemegang saham dipengaruhi oleh kesalahan persepsi yang menganggap bahwa badan hukum perusahaan hanyalah sekedar mesin yang berjalan tanpa kendali manusia. Sebagai akibatnya, terjadi perpisahan wawenang antara pemegang saham dengan dewan direksi dalam menjalankan perusahaan, sehingga pada saat sebuah perusahaan berdiri, wawenang pemegang saham untuk

41Undang-undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

42Keputusan Mentri BUMN KEP-117/M-MBU/2002

43Indra Surya & Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance “ Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha” (Jakarta, Kencana, 2006),hal.77

(36)

menjalankan usahanya menjadi hilang dan digantikan dengan adanya tanggung jawab terbatas atas kewajiban-kewajiban perusahaan.44

4. Responsibilitas.

Responsibilitas yang merupakan bentuk perwujudan pertanggung jawab suatu perusahaan untuk mematuhi dan menjalankan setiap aturan yang telah ditentukan oleh Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di negara asalnya atau tempatnya berdomisili secara konsisten.45

Pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan.46 Pertanggung jawaban Perseroan dalam mematuhi Peraturan Perundang-Undangan merupakan kerangka dari tata kelola perseroan yang baik yaitu sebagai wujud dari hukum itu ditegakkan atau dipatuhi. Dengan dipatuhinya semua Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku oleh perseroan akan memberikan citra positif bagi suatu perseroan, baik di mata pemerintah maupun di mata masyarakat luas. Sedangkan bagi pemegang saham akan berdampak pada nilai dari saham itu sendiri dan memberikan kepastian mengenai kelanjutan usaha perseroan.

5. Kewajaran

Kewajaran (Fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan Peraturan

44Robert A.G. Monks, The Emperors Nightingale:Restoring the Integrity of the Corporation. (Oxford: Capstone, 1998), hal.17-18

45Ibid, hal.82

46Ibid, hal.56

(37)

Perundang-Undangan yang berlaku. fairness diharapkan membuat seluruh aset perusahaan dikelola secara baik dan prudent (hati-hati), sehingga muncul perlindungan kepentingan pemegang saham secara fair (jujur dan adil). Fairness juga diharapkan memberi perlindungan kepada perusahaan terhadap praktek korporasi yang merugikan seperti disebutkan di atas. Pendek kata, fairness menjadi jiwa untuk memonitor dan menjamin perlakuan yang adil diantara beragam kepentingan dalam perusahaan. Namun seperti halnya sebuah prinsip, fairness memerlukan syarat agar bisa diberlakukan secara efektif. Syarat itu berupa peraturan dan perundang-undangan yang jelas, tegas, konsisten dan dapat ditegakkan secara baik serta efektif. 47

Hal ini dinilai penting karena akan menjadi penjamin adanya perlindungan atas hak-hak pemegang saham manapun, tanpa ada pengecualian. Peraturan Perundang-Undangan ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghindari penyalahgunaan lembaga peradilan (litigation abuse). Diantara (litigation abuse) ini adalah penyalahgunaan ketidak efisienan lembaga peradilan dalam mengambil keputusan sehingga pihak yang tidak beritikad baik mengulur- ngulur waktu kewajiban yang harus dibayarkannya atau bahkan dapat terbebas dari kewajiban yang harus dibayarkannya.48

B. Dasar Hukum Good Corporate Governance

Dalam hal penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) harus disadari bahwa penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik hanya akan efektif dengan adanya asas kepatuhan dalam kegiatan bisnis sehari-hari, terlebih dahulu

47 Keputusan Mentri BUMN KEP-117/M-MBU/2002

48Ibid.

(38)

diterapkan oleh jajaran manajemen dan kemudian diikuti oleh segenap karyawan.

Melalui penerapan yang konsisten, tegas dan berkesinambungan dari seluruh pelaku bisnis.

Dalam penerapan Prinsip Good Corporate Governance dapat ditemukan dalam Undang-Undang PT, yaitu;

1. Prinsip transparansi GCG dalam UUPT secara implisit termuat dalam Pasal 29 ayat (6), Pasal 31 ayat (1), Pasal 44 ayat (2), Pasal 50 ayat (2), Pasal 101 ayat (1), Pasal 116 huruf (b) dan Pasal 147 ayat (1). Seperti, daftar perseroan terbuka untuk umum, pengumuman akta pendirian dalam Berita Negara, Tambahan Berita Negara atau surat kabar, kepemilikan saham secara umum, kepemilikan saham komisaris, kepemilikan saham direksi, maupun pengumuman ketika perseroan bubar melalui surat kabar maupun berita Negara Republik Indonesia.49

2. Prinsip kemandirian GCG dalam UUPT secara implisit termuat dalam Pasal 1 ayat (1), Pasal 1 ayat (2), Pasal 3 ayat (1), Pasal 5 ayat (1) dan (2), Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 31 ayat (1). Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi;

“ Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang–Undang ini serta peraturan pelaksanaannya”.

Berdasarkan ketentuan diatas untuk menunjukkan adanya prinsip

49 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(39)

kemandirian yang konsisten dalam pelaksananaan GCG yaitu dengan disebutkannya bahwa perseroan adalah badan hukum. Tentunya setelah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM sesuai dengan Pasal 7 ayat (1). Kemandirian PT juga bisa dilihat dalam Pasal 5 ayat (1) yang menentukan bahwa perseroan memiliki nama dan tempat kedudukan sendiri. Selain itu wujud prinsip kemandirian PT juga dilihat dimana perseroan memiliki modal sendiri yang disebutkan dalam Pasal 31 ayat (1), serta memiliki organ perseroan seperti yang disebutkan dalam Pasal 1 ayat (2).50

3. Prinsip akuntabilitas GCG dalam UUPT terbagi ke dalam 3 bagian yaitu akuntabilitas bagi RUPS, Komisaris dan Direksi. Prinsip akuntanbilitas bagi RUPS terkandung dalam Pasal 1 ayat (4), Pasal 75 ayat (1). Pasal 75 ayat (1) UUPT menyatakan bahwa RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar. Bagi Direksi terkandung dalam Pasal 92 ayat (1) dan (2), Pasal 97 ayat (2).

Pasal 92 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 menentukan bahwa Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Lebih lanjut dalam Pasal 97 ayat (2) menentukan kepengurusan wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.

Bagi Komisaris terkandung dalam Pasal 108 ayat (1) dan (2), Pasal 114

50 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(40)

ayat (2). Pasal 108 ayat (1) menyatakan bahwa “Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi”. Selanjutnya Pasal 108 ayat (2) menentukan bahwa Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.51

4. Prinsip responsibilitas GCG dalam UUPT terbagi ke dalam 4 (empat) bagian yaitu responsibilitas bagi perseroan, pemegang saham, Komisaris dan Direksi. Penerapan prinsip responsibilitas GCG bagi Perseroan yang berisi tanggung jawab perseroan sebagai badan usaha yang berbadan hukum (subyek hukum) terkandung dalam Pasal 1 ayat (1), Pasal 74 UUPT. Penerapan prinsip responsibilitas GCG bagi Pemegang Saham yang berisi tanggung jawab. Pemegang Saham hanya sebesar nilai nominal saham yang dimilikinya dalam perseroan ditunjukkan dalam Pasal 3 ayat (1). Penerapan prinsip responsibilitas GCG bagi Direksi yang berisi tanggung jawab. Direksi dalam menjalankan tugasnya melaksanakan kepengurusan atas Perseroan terkandung dalam Pasal 97 ayat (1), (2), (3) dan (4) UUPT. Pasal 97 ayat (1) menentukan bahwa Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan. Ditegaskan lebih lanjut dalam Pasal 97 ayat (2) bahwa pengurusan terhadap Perseroan itu wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh

51 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(41)

tanggung jawab. Penerapan prinsip responsibilitas GCG bagi Komisaris yang berisi tanggung jawab Dewan Komisaris dalam menjalankan tugasnya melaksanakan pengawasannya atas kinerja Direksi terkandung dalam Pasal 114 ayat (1), (2), (3) dan (4) UUPT. Pasal 114 ayat (1) UUPT menentukan bahwa Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan Perseroan. Selanjutnya dalam Pasal 114 ayat (2) menentukan bahwa setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.52

5. Penerapan prinsip keadilan GCG dalam UUPT tergambar dalam Pasal 52, Pasal 61 ayat (1), Pasal 84 ayat (1) dan Pasal 126 ayat (1). Pasal 84 ayat (1) menentukan bahwa setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara. Pasal 52 menentukan mengenai hak–hak pemegang saham. Prinsip keadilan menjamin bahwa setiap keputusan dan kebijakan yang diambil adalah demi kepentingan seluruh pihak yang berkepetingan baik itu pelanggan, shareholders ataupun masyarakat luas.53

Selain dalam UU PT, pengaturan mengenai GCG juga dapat ditemukan pada Keputusan Menteri Nomor.Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek GCG pada BUMN. Keputusan Menteri tersebut kemudian diperbaharui dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-01/

52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

53 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(42)

MBU/2011 yang menyebutkan bahwa Tata Kelola Perusahaan yang Baik GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan Peraturan Perundang-Undangan dan etika berusaha. Dan di dalam penetapan ini BUMN juga diwajibkan dalam penerapan GCG harus secara konsisten dan berkelanjutan dan berpedoman pada peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-01/MBU/ 2011.54

C. Tujuan Penerapan Good Corporate Governance

Penerapan Good Corporate Governance tidak dapat dilakukan secara parsial, dibutuhkan pendekatan holistic dan mendasar. Selain kerangka kerja ekonomi, penerapan Good Corporate Governance dipengaruhi oleh kerangka kerja illegal. Untuk itu, meskipun secara normative praktik Good Corporate Governance sebagai Governance system yang dapat diterima masyarakat insvestor merupakan keharusan dalam sistem ekonomi yang bertumpu pada kompetisi pasar dengan tuntutan efesiensi dan profitabilitas, secara ilegal dibutuhkan hukum yang mendukung penerapannya.55

Prinsip Good Corporate Governance diharapkan menjadi ajuan dalam pembuatan kebijakan pemerintah dalam membangun penerapan Pemerintahan yang baik. Bagi pelaku usaha dan pasar modal, dan menjadikan pedoman praktek terbaik bagi peningkatan nilai dan keberlangsungan perusahaan.

Dalam Keputusan Peraturan Mentri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor:Per-01/MBU/2011 bahwa Tujuan Penerapan Good Corporate Governance pada BUMN adalah;

54Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per – 01/ MBU/ 2011

55Ibid,

(43)

1. Mengoptimalkan nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan BUMN;

2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien, dan efektif, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ Persero/Organ Perum;

3. Mendorong agar Organ Persero/Organ Perum dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap Pemangku Kepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN;

4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional;

5. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional.56

Kita lihat dari pasal 2 UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yakni bahwa kegiatan Perseroan harus sesuai dengan maksud dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan ketertiban umum dan/kesusilaan.57 Dan juga aspek hukum yang menegaskan peraturan tentang perseroan terbatas memiliki ruang lingkup yang menegaskan tentang prinsip-prinsip hukum dan implementasi yang tegas sehubungan

56Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per – 01/ MBU/ 2011

57Ibid,

(44)

kedudukan dan tanggung jawab dari pada Dewan Komisaris, Direksi dan para pemegang saham melalui RUPS.

Dalam tujuan penerapan Good Corporate Governance sangat penting, dimana artinya tujuan dalam mendirikan suatu perusahaan selain untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, juga untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan dan mencapai laba. Dimana dalam penerapan Good Corporate Governance dapat meningkatkan perusahaan dengan meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi resiko yang mungkin dilakuakan oleh dewan dengan keputusan yang menguntungkan diri sendiri termasuk biaya penggunaan sumber daya perusahaan dan umumnya Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan investor.58

Dengan adanya kepercayaan dimata investor maka akan memudahkan perusahaan mengakses tambahan dana yang diperlukan untuk berbagai keperluan perusahaan terutama untuk tujuan ekspansi. Serta memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan pihak kreditur, sehingga mereka yakin terhadap perolehan keuntungan dari investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi, selain itu juga dapat menjamin terpenuhinya kepentingan karyawan serta perusahaan itu sendiri.59

Dengan adanya penerapan Good Corporate Governance proses pengambilan keputusan akan berlangsung secara lebih baik sehingga akan menghasilkan keputusan yang optimal, dapat meningkatkan efisiensi serta

58Ibid, hal.60

59 Munir Fuady, Hukum Perusahaan dalam Paradigma Hukum Bisnis (Bandung : PT Citra Aditya Bakti,2002), hal. 4

Gambar

Tabel 1. Score Good Corporate Government PT.Perkebunan  Nusantara V  TAHUN  SCORE  2004  60,68  2007  74,70  2009  81,55  2011  85,18  2012  87,52  2013  88,67  2014  90,063  2015  91,607  2016  92,178  2017  93,34

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengaruh stress terhadap kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus yang menjalani hemodialisa di

(1) Hak Ulayat dan serupa itu dari masyarakat hukum adat, (untuk selanjutnya disebut hak ulayat), adalah kewenangan yang menurut hukum adat dipunyai oleh masyarakat hukum

(Mohon untuk tidak melewatkan satu pertanyaan pun). Saya tidak mudah terpancing untuk marah. Saya merasa cemas bila berada dalam lin _I. Saya akan berusaha mawas diri jib

Untuk dapat mewujudkan visi ini, BPS telah merumuskan 3 pernyataan misi, yakni: (1) menyediakan data statistik berkualitas melalui kegiatan statistik yang terintegrasi,

dengan pemerataan pendidikan dan relevansi pendidikan yang kiranya bisa menjadi titik.. terang bagi pendidikan

Kemajuan teknologi lantas tidak membuat dunia pendidikan menerapkan ICT dalam menunjang semua proses pembelajaran. Masih saja ditemukan cara-cara konvensional yang digunakan

Dalam komposisi ini akan di kolaborasikan instrumen yang berbeda asal, yaitu Arumba yang berasal dari Indonesia, kuartet gesek, dan instrumen tiup yang merupakan alat

Sedangkan pada kelas kontrol peningkatan hasil belajar siswa lebih rendah dibanding kelas eksperimen, hal ini terjadi karena pada kelas kontrol siswa tidak