96 ISSN 0216 - 3128 Lily Suparlina, dkk.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah - Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2012 Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 4 Juli 2012
ANALISIS PENGARUH FRAKSI BAKAR TERHADAP FLUX NEUTRON PADA DESAIN TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR
Lily Suparlina dan Tukiran
Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir – BATAN Kawasan Puspiptek,gedung 80 Serpong
E-mail :[email protected]
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH FRAKSI BAKAR TERHADAP FLUX NEUTRON PADA DESAIN TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR.Dalam mendesain suatu reaktor riset perlu memperhitungkan beberapa efek terhadap bentuk konfigurasi teras. Salah satu hal yang cukup penting adalah pembentukan teras dengan seluruhnya bahan bakar segaratau teras setimbang dengan pembagian kelas fraksi bakar bahan bakar di dalam teras. Dalam makalah ini disajikan analisis perhitungan efek fraksi bakar terhadap fluks neutron dalam tiga konfigurasi teras reaktor yang berbeda dengan tujuan untuk mendapatkan bentuk teras yang paling optimal.Bahan bakar yang digunakan adalah U9Mo-Al dengan densitas 5,2 gU/cc dengan moderator H2O dan D2O. Data kerapatan bahan bakar digunakan untuk menggenerasi tampang lintang makroskopik dengan program WIMSD-B5. Data tampang lintang tersebut digunakan sebagai salah satu input dalam perhitungan fluks neutron serta parameter teras lainnya dengan program Batan-FUEL. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa teras setimbang pada awal siklus menghasilkan fluks neutron lebih tinggi dibandingkan dengan teras awal segar. Teras reaktor yang paling optimal adalah teras A, terdiri dari 16 bahan bakar standar dan 4 bahan bakar kendali dengan fluks neutron cepat 2,16 x 1014n/cm2.s-1, fluks neutron epitermal sebesar 4,20 x 1014 n/cm2.s-1 dan fluks neutron termal sebesar 5,78 x 1014 n/cm2.s-1. Kenaikan harga fluks neutron membentuk garis linier terhadap kenaikan fraksi bakar. Kenaikan fluks neutron dari teras segar hingga teras setimbang pada Teras A untuk fluks neutron cepat, neutron epitermal dan neutron termal, masing-masing adalah 11,2 %, 11,4 %dan 15,0 %,
Kata kunci :reaktor riset, teras segar, teras setimbang, fluks neutron, fraksi bakar
ABSTRACT
ANALYSES OF NEUTRON FLUX DUE TO FUEL BURNUP IN MTR TYPE RESEARCH REACTOR DESIGN. In designing a research reactor it is needed to take into account some effect on some core configurations. One of the important things is considered to the configuration of whole fresh fueled core or equilibrium core with fuel burnup fraction distribution. This paper presents analyses of core neutron flux calculation due to the effect of fuel burnup fraction on three different cores with the purpose to achieve the optimum core configuration. The fuel being used is U9Mo-Al with density of 5.2, H2O moderated and D2O reflected. Fuel atomic number densities were used to generate fuel macroscopic cross-section using WIMSD- B5 code.The macroscopic cross-sections were used in flux neutron and other core parameters using Batan- FUEL code. The calculation results showed that at the beginning of cycle, higher neutron flux can be provided by equilibrium core than fresh core. The Acore consists of 16 standard fuels elements and 4 controlelements is the optimum core with fast neutron flux 2,16 x 1014 n/cm2.s-1, epithermal neutron flux 4,20 x 1014 n/cm2.s-1 and thermal neutron flux 5,78 x 1014 n/cm2.s-1. Linear curves were formed due to the increasing in fuel burnup. Theincreasing in neutron fluxes Core from fresh core to equillibrium core are 11.2
%, 11.4 % and 11.0 % for fast, epithermal and thermal neutron fluxes respectively..
Key words :research reactor, fresh core, equillibrium core, neutron flux, burnup
PENDAHULUAN
alam mendesain suatu reaktor riset perlu memperhitungkan beberapa efek terhadap bentuk konfigurasi teras. Salah satu hal yang cukup penting adalah pembentukan teras dengan menggunakan seluruhnya bahan bakar segar atau teras setimbang dengan memperhitungkan pembagian kelas fraksi bakardi dalam teras.Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh konfigurasi teras yang dapat menghasilkan fluks neutron cepat, epitermal dan termal tinggi dengan kandungan Mo 9% (U9Mo-Al) dengandensitas 5,2 gU/cc atau
setaramassa uranium 450 g. Untuk mengetahui nilai fluks cepat, epitermal dan termal maksimum, telah dibuat distribusi fluks neutron radial di teras segar dan teras setimbang. Sebagai acuan, telah dilakukan kajian tentang reaktor riset di dunia pada penelitian sebelumnyaseperti Japan Material Testing Reactor (JMTR) di Jepang, Open Pool Australian Lightwater (OPAL) reaktor di Australia, High Flux Reaktor (HFR) di Petten Belanda, Chinese Advance Research Reaktor (CARR) di China dan Multipurpose Research Reaktor-30 (MPRR-30) di India (1). Rancangan teras reaktor yang digunakan ialah berbahan bakar U9Mo-Al jenis pelat dengan
D
Lily Suparlina, dkk. ISSN 0216 - 3128 97
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah - Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2012 Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 4 Juli 2012
moderator H2O, reflektor D2O serta bahan penyerap Ag-In-Cd. Jenis bahan bakar UMo dipilih karena sifatnya yang dapat mencapai tingkat muat sampai 10gU/cc setara dengan 700 g uranium dalam satu perangkat bahan bakardan disepakati dapat digunakan untuk mengganti bahanbakar U3O8-Al dan U3Si2-Al dalam reaktor riset dengan daya dan fluks neutron tinggi(2,3,4).
Metode penelitian dikerjakan dengan melakukan analisis terhadap perhitungan fluks neutron pada 3 buah teras rancangan yaitu Teras A, Teras B dan Teras C. Teras A, terdiri dari 16 buah bahan bakar standar dan 4 buah bahan bakar kendali dengan lubang air di tengah,Teras B, terdiri dari 20 buah bahan bakar standar dan 4 buah bahan bakar kendali dengan lubang air di tengah dan Teras C terdiri dari 20 buah bahan bakar standar dan 5 buah bahan bakar kendali tanpa lubang air.
Dasar pertimbangan konfigurasi teras dan jumlah bahan bakar di dalam teras adalah karena diasumsikan bahwa teras kompakdan kecil lebih baik dari segi fluks neutron dibanding dengan teras yang lebar dan jumlah bahan bakar banyak.
Perhitungan tampang lintang makrosopik bahan bakar dilakukan dengan menggunakan paket program perhitungan sel WIMSD-B5 (5). Pencarian teras setimbang untuk mendapatkan konfigurasi teras nilai fraksi bakar pada awal dan akhir siklus sebagai fungsi panjang siklus dilakukan dengan
paket program perhitungan difusi dua dimensi Batan-EQUIL dan perhitungan fluks neutron serta parameter neutronik lainnya dikerjakan dengan menggunakanpaket program Batan-FUEL yang sudah tervalidasi(6).
TATA KERJA
Diagram alir perhitungan keseluruhan perhitungan fluks neutron ditunjukkan pada Gambar 1.
Sebelum dilakukan perhitungan teras, maka terlebih dahulu dilakukan perhitungan sel untuk menyiapkan konstanta tampang lintang dalam 4 kelompok tenaga neutron dengan paket program WIMSD-B5(7). Paket program WIMSD- B5 merupakan paket program perhitungan sel.
Paket program ini dikembangkan awalnya oleh AEE Winfrith. Paket program WIMSD termasuk keluarga WIMS, yang lain adalah WIMSE atau WIMSLWR.WIMD-4 merupakan paket program yang sudah public domain. Hasil perhitungan sel berupa:
− fluks dalam banyak kelompok (multigroup) untuk 3 atau 4 daerah yang mewakili sel
− k-inf unit sel
− tampang lintang makroskopis dalam few-group untuk seluruh material
Gambar 1. Diagram alir perhitungan fluks neutron termal dengan WimsD-B5 dan Batan -EQUIL.
98 ISSN 0216 - 3128 Lily Suparlina, dkk.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah - Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2012 Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 4 Juli 2012
Bahan bakar yang digunakan dalam perhitungan sel ini adalah U9Mo-Al jenis pelat dengan densitas 5,2 gU/cc. Bahan bakar standar terdiri dari 21 pelat elemen bakar dan bahan bakar kendali terdiri dari 15 pelat elemen bakar. Data kerapatan atom yang digunakan dalam perhitungan sel tersebut ditunjukkan pada Tabel 1
Tabel 1. Kerapatan atom bahan bakar U9Mo-Al 5,2 gU/cc. (8).
Kerapatan ( x 1024 atom/barn.
cm)
U-235 U-238 Pu-
239 Pu-240 Pu-241 2.70045
E-03 1.08341 E-02 1.000
E-03 1,52359
E-56 7,222274 E-18 Konstanta tampang lintang makroskopik bahan bakar yang merupakan output dari perhitungan WIMSD-B5 merupakan fungsi kondisi reaktor (panas, dingin, xenon setimbang dan tanpa xenon) dengan massa U235 450g.Data tampang lintang makroskopik bahan bakar tersebut digunakan dalam perhitungan teras yang menggunakan metode difusi dua dimensi dengan model geometry X-Y dengan paket program Batan- FUEL. Paket program BATAN-FUEL merupakan paket program yang sudah teruji keakuratannya dan telah dilakukan beberapa modifikasi. Program ini terdiri dari 3 program perhitungan teras yaitu Batan-EQUIL untuk perhitungan pencarian teras setimbang, Batan-2DIFF untuk perhitungan teras 2 dimensi dan Batan-3DIFF untuk perhtiungan teras 3 dimensi yang dikembangkan dengan menggunakan metode difusi neutron banyak kelompok tenaga neutron. Didalam penelitian ini paket program Batan-FUEL yang digunakan adalah Batan-EQUIL dan Batan-2DIFF.
Sebelum melakukan perhitungan teras, terlebih dahulu dibuat pemodelan teras. Teras yang dibentuk berukuran 5 x 5 yang dilengkapi dengan pembagian kelas fraksi bakar. Perhitungan teras dilakukan untuk dua kondisi teras yaitu teras segar dimana seluruh teras berisi bahan bakar segar dengan fraksi bakar 0 % dan teras setimbang dimana teras berisi bahan bakar dengan nilai fraksi bakar sesuai kelasnya. Untuk mencapai teras setimbang perlu dibuat pola pergantian (reshuffle)bahan bakar di teras, guna mengetahui nilai fraksi bakar rerata di awal siklus, fraksi bakar rerata di akhir siklus dan fraksi bakar buang maksimum di akhir siklus. Teras A menggunakan pola 4/1 dimana pada setiap awal siklus terdapat penggantian 4 bahan bakar standar dan 1 bahan bakar kendali, Teras B menggunakan pola 5/1 dimana pada setiap awal siklus terdapat penggantian 5 bahan bakar standar dan 1 bahan bakar kendali dan Teras C menggunakan pola 4/1dimana pada setiap awal siklus terdapat penggantian 4 bahan bakar standar dan 1 bahan bakar kendali. Pencarian teras setimbang dengan
program difusi dua dimensi Batan-EQUIL dilakukan dalam beberapa tahap, dimulai dengan memasukkan semua bahan bakar dalam kondisi segar, kemudian dengan menggunakan pola reshuffle, Batan-EQUIL melakukan perhitungan iterasi sampai mendapatkan bentuk teras setimbang.Daya reaktor yang digunakan dalam perhitungan adalah 30 MW. Panjang siklus operasi bervariasi yang digunakan sebagai salah satu input dalam perhitungan teras yaitumulai 30 sampai dengan 50 hari operasi.Batasan nilai parameter teras yang digunakan disesuaikan dengan batasandesain teras pada RSG-GAS (8). Batasan tersebut ialah bahwa nilai faktor puncak daya radial maksimum di teras 1,4, reaktivitas teras di akhir siklus > 2 % Δk/k dan fraksi bakar buang maksimum dibatasi 70 %. Data susunan bahan bakar dalam teras dengan fraksi bakar hasil perhitungan Batan-EQUIL digunakan sebagai masukan pada perhitungan teras 2 dimensi yang menggunakan paket program Batan-2DIFF guna mencari nilai fluks neutron.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini dipilih bentuk teras kompak dengan jumlah bahan bakar maksimum 25 bahan bakar. Dasar pertimbangan pemilihan konfigurasi teras tersebut dengan asumsi bahwa teras kompakdan kecil lebih baik dari segi fluks neutron dibanding dengan teras yang lebar dan jumlah bahan bakar banyak. Perhitungan dan analisis fluks neutron serta parameter neutronik lainnyadilakukan untuk tiga model konfigurasi yang berbeda, Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan dari masing-masing konfigurasi teras baik dari komposisi, fraksi bakar dan juga massa bahan bakar. Teras A terdiri dari 16 bahan bakar standar dan 4 bahan bakar kendali dengan satu lubang air di tengah dan empat posisi di sudut teras luar berisi air.Teras B terdiri dari 20 bahan bakar standar dan 4 elemen kendalidengan lubang air di tengah dan Teras C terdiri dari 20 bahan bakar standar dan 5 elemen kendali tanpa lubang air.
Pemilihan jumlah bahan bakar standar dan bahan bakar kendali dalam teras dimaksudkan agar pada setiap pergantian teras, pola pergeseran bahan bakar di teras tetap. Teras A terdiri dari 16 bahan bakar standar dan 4 bahan bakar kendali dengan 4 kelas fraksi bakar. Ini berarti pada setiap awal siklus terjadi pergeseran 4 buah bahan bakar standar dan 1 bahan bakar kendali, dimana 4 bahan bakar standar dan satu bahan bakar kendali yang sudah mencapai nilai fraksi bakar buang maksimum dikeluarkan, kemudian empat bahan bakar standar dan empat bahan bakar kendali yang masih segar masuk.
Begitu pula untuk Teras B yang dibagi menjadi 4 kelas fraksi bakar dan Teras C yang dibagi menjadi 5 kelas fraksi bakar. Konfigurasi Teras setimbang
Lily Su Tabel
Tera
A B C
fraksi siklus 0 %, diman fraksi Perhit C, dil meme
Gamb
Gamb
uparlina, dkk.
Prosiding Pert
l 2. Hasil per as Pan sikl (har 33, 40 33, A, B, da i bakar ditunju Teras sega s seluruh baha
sedangkan t na semua bah i bakar yang b tungan teras s
akukan denga Hasil perh enuhi batasan
bar 2. Konfig dengan
bar 3. Konfig dengan
temuan dan Pr Pus
rhitungan dim njang
lus ri)
Reak lebih (% Δ 3 8,07
9.88 3 10,84 an C dengan ukkan pada Ga
ar ialah teras an bakar mem
teras setimba han bakar baka
berbeda sesua setimbang pa an variasi panj hitungan tera desain disajik
gurasi teras 16 n kelas fraksi b
gurasi teras 20 n kelas fraksi b
resentasi Ilmia sat Teknologi A
Y
mensi diameter ktivitas h awal Δk/k)
Rea lebih (%Δ 3,03 4,98 4 6,90 n pembagian
ambar. 2, 3 da dimana pada mpunyai fraksi
ang adalah k ar mempunya ai dengan kel ada Teras A, jang siklus op as setimbang kan pada Tabe
6-4 (Teras A) bakar.
0-4 (Teras B) bakar.
ISSN 0216
h - Penelitian D Akselerator da Yogyakarta, 4 J
r rotor turbin.
aktivitas h akhir Δk/k)
Fak pun day 3 1,1 8 1,1 0 1,2
kelas an 4.
a awal bakar kondisi ai nilai asnya.
B dan perasi.
yang el 2.
- 3128
Dasar Ilmu Pen an Proses Baha
Juli 2012
ktor ncak ya
Frak baka rerat siklu 3 19,8 7 22,0 1 23,3
Gambar 4.
Da Tabel 2 ad yang memen tersebut, ma untuk Teras hari, Teras Teras C de dimana pan panjang sik yang telah pengaruh fr maka hasi epitermal d setimbang p perhitungan yang disajik Per cepat, epite untuk kond ditunjukkan 5. Pada Ga teras terseb distribusi f teras. Hal in di pusat ter mengarah k gambar ters epitermal d lebih tinggi Gambar 3, fluks yang t A dengan ju
ngetahuan dan an - BATAN
ksi ar ta awal us(%)
Frak bak rera sikl 83 35,8 03 35,5 37 34,6
Konfigurasi t dengan kelas ata parameter dalah hasil pe nuhi batasan d aka perhitung s A dengan p B dengan p engan panjang njang siklus o lus yang optim h ditetapkan raksi bakar ter il perhitunga dan termal u pada awal sik n fluks neutro kan pada Tabe rbandingan a ermal dan ter disi teras se n pada Gamba ambar 3 dan but mempuny fluks neutron ni dikarenakan
ras, neutron y ke posisi terse
sebut, maka an termal pad i dibanding te 4 dan 5 mak tertinggi ada p umlah bahan b
Teknologi Nuk
ksi kar
ata akhir lus(%)
Fra bua ma (%
80 64, 54 67, 63 69,
teras 20-5 (Te s fraksi bakar.
r yang ditun erhitungan ter desain. Berda an fluks neutr panjang siklus anjang siklus g siklus opera operasi tersebu mum sesuai d
(8). Untuk rhadap fluks n an fluks ne untuk Teras A
klus dibandin on teras segar el 3.
antara profil f rmal di teras egar dan tera ar 3, Gambar 4 Gambar 4, d yai lubang a n termal ting n dengan adan
yang berada but. Jika dilih nilai fluks n da kondisi ter eras segar. Jik ka penunjukan pada Gambar bakar standar
99
klir 2012
aksi bakar ang
aksimum
%) ,80 ,15 ,02
eras C) njukkan pada ras setimbang asarkan tabel ron dilakukan s operasi 33,3 s 40 hari dan asi 33,3 hari, ut merupakan denganbatasan mengetahui neutron teras , eutron cepat, A, B dan C ngkan dengan r A, B dan C fluks neutron A, B dan C as setimbang 4 dan Gambar dimana kedua ir di tengah, gi di tengah nya lubang air di sekitarnya hat dari kedua neutron cepat, as setimbang, ka dilihat dari n ketiga jenis 3 yaitu Teras 16 dan bahan a g l n 3 n , n n i , , C n C n C g r a , h r a a , , i s s n
100 bakar maupu Tabel
Fraks Fluks (n/cm Fluks (n/cm Fluks (n/cm TERA Fraks Fluks (n/cm Fluks (n/cm Fluks (n/cm TERA Fraks Fluks (n/cm Fluks (n/cm Fluks (n/cm
Gamb
Gamb
Prosiding Pert
kendali 4, un teras setim l 3. Fluks ne daya 30 setimban TERA i bakar (%)
neutron c m2.s-1)
neutron epi m2.s-1)
neutron te m2.s-1)
AS B i bakar (%)
neutron c m2.s-1)
neutron epi m2.s-1)
neutron te m2.s-1)
AS C i bakar (%)
neutron c m2.s-1)
neutron epi m2.s-1)
neutron te m2.s-1)
bar 5. Distrib
bar 6. Distrib
temuan dan Pr Pus
baik untuk k mbang.
eutron di Tera MW untuk te ng.
S A
cepat x 10 itermal x 10 ermal x 10
cepat x 10 itermal x 10 ermal x 10
cepat x 10 itermal x 10 ermal x 10
busi fluks neut
busi fluks neut
resentasi Ilmia sat Teknologi A
Y
kondisi teras as A, B dan C eras segar dan
Teras segar T
seti 0 1 014 2,06 2 014 3,92 4 014 5,29 5
0 2 014 1,77 1 014 3,39 3 014 4,56 4
0 2 014 1,91 1 014 3,73 3 014 1,0 1
tron di Teras A
tron di Teras B
ISSN 0216 -
h - Penelitian D Akselerator da Yogyakarta, 4 J
segar C pada n teras Teras
mbang 9,83 2,16 4,20 5,78
2,03 1,87 3,67 4,93
3,37 1,88 3,76 1,40
A.
B.
- 3128
Dasar Ilmu Pen an Proses Baha
Juli 2012
Gambar 7.
Ter dan 4 bah sampai panj neutron leb bahan baka Gambar 5, T standar dan fluks neutr fluks neutro karena tida sehingga flu tinggi di te tidak seting perhitungan neutron tin dengan lub daya 30 M cepat 2,16 x sebesar 4,2 termal sebes
Be bentuk kon hasil perhit fraksi bakar yang disajik
Gambar 8.
Ke garis linier Teras A, ke dengan tera neutron cep dan 15,0 pe
ngetahuan dan an - BATAN
Distribusi flu ras B yang be han bakar ke njang siklus 4
bih kecil dar ar lebih ban Teras C yang n 5 bahan b ron epitermal on termalnya r ak adanya lub
uks neutron t eras bagian lu ggi teras A d n fluks neutr nggi bisa dih bang air, sepe MWdapat me
x 1014 n/cm2. 20 x 1014 n/c
sar 5,78 x 101 rdasarkan ha figurasi teras tunganTeras A r terhadap flu kan pada Gam
Grafik fluks fraksi bakar.
enaikan harga terhadap kena enaikan fluks as setimbang a pat dan 11,4 %
rsen untuk 15
Lily Su
Teknologi Nuk
uks neutron di erisi 20 bahan endali dapat
0 hari, namun ri Teras A, s nyak dari Te
terdiri dari 20 bakar kendalim
l yang tingg rendah. Hal in bang air di termal kecil d uar dan mode dan B. Dari ron di atas, hasilkan pada erti halnya T enghasilkan f s-1 fluks neut cm2.s-1 dan f
4 n/cm2.s-1. asil perband
diatas, maka A dibuat gra uks neutron di mbar 6.
s neutron se
fluks neutron aikkan fraksi
neutron antar adalah 11,2 %
% untuk neut 5,0 % untuk ne
uparlina, dkk.
klir 2012
i Teras C.
bakar standar dioperasikan n harga fluks sebab jumlah eras A. Pada 0 bahan bakar menghasilkan gi, sedangkan ni disebabkan tengah teras, di tengah dan erator, namun hasil analisis maka fluks a teras kecil Teras A pada fluks neutron tron epitermal fluks neutron ingan ketiga a dengan data afik pengaruh i teras seperti
ebagai fungsi
n membentuk bakar. Untuk ra teras segar
% untuk fluks tron epitermal eutron termal.
r n s h a r n n n , n n s s l a n l n a a h i
i
k k r s l
Lily Suparlina, dkk. ISSN 0216 - 3128 101
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah - Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2012 Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 4 Juli 2012
KESIMPULAN
Perhitungan fluks neutron dengan paket program Batan-2DIFF menunjukkan bahwa fluks neutron cepat dan termal dapat dihasilkan dengan mendesain sebuah teras kecil dengan bahan bakar tingkat muat tinggi melalui teras setimbang dengan panjang siklus tertentu yang memenuhi batasan operasi reaktor. Dari hasil perhitungan didapat bentuk teras setimbang yang paling optimum yaitu Teras A terdiri dari 16 bahan bakar standardan 4 bahan bakar kendali. Jika Teras A dioperasikan pada daya 30 MW dengan panjang siklus operasi 30 hari, akan menghasilkan fraksi bakar rerata di awal siklus sebesar 19,83 % dengan fluks neutron cepat sebesar 2,16 x 1014 n/cm2.s-1 fluks neutron epitermal sebesar 4,20 x 1014 n/cm2.s-1 dan fluks neutron termal sebesar 5,78 x 1014 n/cm2.s-1.
Kenaikan harga fluks neutron dari teras segar menuju teras setimbang membentuk garis linier terhadap kenaikan fraksi bakar. Untuk Teras A, terjadi kenaikan fluks neutron sebesar 11,2 % untuk fluks neutron cepat, 11,4 % untuk neutron epitermal dan 15,0 % untuk neutron termal.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kementerian Riset dan Teknologi yang telah memberikan dana dalam Program Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa Tahun 2012 sehingga penelitian ini dapat dilakukan, karena makalah ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul”Desain Neutronik Teras Reaktor Inovatif Berbahan Bakar Tingkat Muat Tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. LILY SUPARLINA, "Kajian Desain Konfigurasi Teras Reaktor Riset Untuk Persiapan Rancangan Reaktor Riset Baru di Indonesia´ Proseding Seminar PPI-PDIPTN, Yogyakarta Juli 2011
2. LILY SUPARLINA, “Analisis Faktor Puncak Daya Teras U9Mo-Al 3,55 gU/cc RSG-GAS"
Jurnal Teknologi Reaktor Buklir Tri Dasa Mega Volume 10 Nomor 1, Februari 2008.
3. IMAN KUNTORO, TAGOR MALEM SEMBIRING, SURIAN PINEM, "Analisis Parameter Neutronik Teras Setimbang RSG- GAS Berbahan Bakar U9Mo Kerapatan 3,55 gU/cc, Jurnal Teknologi Reaktor Nuklir Tri Dasa Mega Volume 9 Bomor 3, Oktober 2007.
4. ASLINA Br GINTING dkk., ”Kompatibilitas Matrik Al dengan Bahan Bakar Jenis UMo”Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Nuklir, P3TkN-BATAN, Bandung, 14-15 Januari 2005
5. WIMSD-5B.12, NEA data Bank Documentation, Package ID No. 1507/4, 2003.
6. LIEM, P.H., “Development of an in-core fuel management code for searching the equilibrium core in 2-D reaktor geometry (Batan-EQUIL-2D)”, Atom Indonesia, 1997.
7. DUDERSTADT, J.J , HAMILTON., L.J ,
“Nuclear Reactor Analysis” , Iohn Wiley &
Sons, Inc, Michigan 1975.
8. BATAN., “The MPR-30 Safety Analysis Report” revisi 10, Chapter 5
TANYAJAWAB
Jati Susilo
− Mengapa besarnya fraksi bakar bahan bakar berpengaruh terhadap besarnya fluks neutron yang dihasilkan?
Lily Suparlina
• Fluks neutron di teras merupakan fungsi dari daya dan volume dibagi sigma fisi. Jika fraksi bakar semakin besar, yang berarti terjadi pembakaran maka massa bahan bakar berkurang, sehingga jika dibandingkan antara fraksi bakar teras segar dengan fraksi bakar awal sklus setimbang, maka fluks neutron teras setimbang > fluks neutron teras segar.
Dengan kata lain, fluks neutron akan bertambah secara linear dengan kenaikan fraksi bakar. Fraksi bakar tinggi berarti jumlah bahan bakar yang terbakar tinggi, maka massa bahan bakar berkurang.
PV φ = f
∑
Elisabeth
− Apa pengaruhnya jika tingkat muat lebih tinggi, fraksi bakar sama terhadap fluks neutron?
Lily Suparlina
• Fluks neutron akan berubah jika tingkat muat berubah. Jika tingkat muat lebih tinggi, maka fluks neutron lebih rendah, namun panjang siklus lebih panjang.