• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) OLEH : KRISTOFORUS LODOVIKA RANDO, S.Pd

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) OLEH : KRISTOFORUS LODOVIKA RANDO, S.Pd"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA TENTANG MENULIS TEKS DESKRIPSI DI KELAS VII SMPN 2

NANGARORO SATAP KECAMATAN NANGARORO KABUPATEN NAGEKEO SEMESTER I TAHUN PELAJARAN

2020/2021

PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )

OLEH :

KRISTOFORUS LODOVIKA RANDO, S.Pd

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN GURU BAHASA INDONESIA

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI 2020

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Guru adalah pendidik profesional yang memiliki tugas mulia, yaitu sebagai agen perubahan..

Oleh karena itu, dalam rangka pelaksanaan tugasnya, guru dituntut untuk selalu inovatif dalam mengemas kegiatan pembelajaran yang dilakukannya, sehingga terbentuk suasana pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, terbangunnya kemampuan berprakarsa, berkembangnya kreatifitas dan kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat, serta perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.

Pada dasarnya ketrampilan membaca dan menulis sangat memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena pengetahuan apapun tidak terlepas dari membaca dan menulis. Tanpa memiliki ketrampilan tersebut, maka pengetahuan apapun yang diberikan akan sia-sia dan tidak berarti, mengingat saat ini merupakan era globalisasi yang banyak menuntut berbagai ketrampilan. Oleh sebab itu, penguasaan ketrampilan membaca dan menulis sangat diperlukan.

Di tingkat SMP, pengajaran membaca dan menulis merupakan salah satu bidang garapan yang memegang peranan penting dalam pengajaran Bahasa Indonesia, karena tanpa memiliki pengetahuan dan ketrampilan membaca dan menulis maka akan mengalami kesulitan belajar di masa mendatang atau tingkat sekolah lanjutnya. Ketrampilan membaca dan menulis menjadi dasar utama, tidak hanya bagi bidang pengajaran bahasa, tetapi bidang pengajaran lainnya, seperti PKn, Matematika, IPA, IPS, dan lain-lain.

Dengan membaca dan menulis, siswa akan memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan sosial, daya nalar dan emosionalnya. Melalui pendidikan formal, siswa banyak belajar membaca dan menulis. Pendidikan formal harus dapat banyak memberikan latihan-latihan kepada siswa untuk melatih ketrampilan berpikir.

Kebiasaan membaca tidak mungkin terlaksana tanpa kebiasaan menulis, sebaliknya kebiasaan menulis tidak akan bermakna tanpa kegiatan membaca. Minat membaca dan menulis peserta didik relatif menurun dikarenakan efek globalisasi yang menyita perhatian dengan banyaknya tayangan informasi dan hiburan dari dunia maya.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil belajar siswa kelas VII SMPN2 Nangaroro satap Kecamatan Nangaroro Kabupaten Nagekeo semester I Tahun Pelajaran 2020/2021 masih rendah khususnya Bahasa Indonesia. Ini dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar pra siklus 66,66% dari jumlah siswa, memperoleh nilai dibawah KKM 75 dan hasil rata-rata kelas 72,56. Untuk meningkatkan hasil belajar diperlukan penggunaan metode demonstrasi, untuk memudahkan siswa memahami materi yang disampaikan. Maka dapat dilakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul :

“PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA TENTANG MENULIS TEKS DESKRIPSI DI KELAS VII SMPN 2 NANGARORO SATAP KECAMATAN

NANGARORO KABUPATEN NAGEKEO SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2020/2021”

(3)

1.2. Identifikasi Masalah

Pada proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII dalam materi menulis teks deskripsi yang disampaikan dengan metode ceramah menimbulkan perasaan jenuh dan membosankan para peserta didik. Proses pembelajaran yang kurang menarik dan tidak berhasil mendapatkan perhatian siswa akan mempengaruhi hasil pembelajaran.

1.3. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dan supaya pembahasan dapat dilakukan dengan teliti, terpusat maka permasalahannya dibatasi dengan penggunaan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII pada pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada menulis teks deskripsi di SMPN 2 Nangaroro Satap Kecamatan Nangaroro Kabupaten Nagekeo semester I tahun pelajaran 2020/2021.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka masalah yang diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar Bahasa Indonesia tentang menulis teks deskripsi pada siswa kelas VII SMPN 2 Nangaroro Satap semester I tahun pelajaran 2020/2021 setelah menerapkan metode pembelajaran demonstrasi?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia tentang teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Nangaroro Satap semester I.

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis

Menambahkan khasanah Ilmu dan Kepustakaan tentang metode mengajar, khususnya metode demonstrasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

1.6.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Siswa

a.Meningkatkan hasil belajar siswa dalam hal menulis teks deskripsi b.Siswa lebih mudah memahami materi pelajaran

c.Menjadikan siswa lebih aktif

d.Memperoleh pengalaman belajar yang menarik melalui metode demostrasi.

2. Bagi Guru

a) Mempraktekkan berbagai model atau metode pendekatan pembelajaran.

b) Memberikan sumbangan bagi pengembangan metode demonstrasi dalam pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk memotivasi guru menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran.

(4)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar

Dalam pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru.

Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara orang yang sedikit pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar, dan orang yang tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar.

Pengertian belajar demikian, secara konseptual tampaknya sudah mulai ditinggalkan orang. Guru tidak dipandang sebagai satu – satunya sumber informasi yang dapat memberikan informasi apa saja kepada para pembelajar.

Para penulis buku psikologi belajar, umumnya mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.

Selain itu, ahli–ahli psikologi mempunyai pandangan yang berbeda mengenai apa belajar itu Dalam pandangan psikologis, menurut Ali Imron (1996.2-14) ada 4 pandangan mengenai belajar, yaitu :

1. Pandangan Psikologi Behavioristik

Menurut psikologi behavioristik, belajar adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung kepada faktor–faktor kondisional yang diberikan oleh lingkungan. Tokoh–tokoh psikologi behavioristik mengenai belajar ini antara lain : Pavlov, Watson, Gutrie dan Skinner.Teori kondisioning ini lebih lanjut dikembangkan oleh Watson. Setelah mengadakan eksperimentasi, Watson menyimpulkan bahwa pengubahan tingkah laku dan atau diri sendiri seseorang dapat dilakukan melalui latihan/membiasakan mereaksi atas stimulus – stimulus yang dialami.

Menurut Thorndike, belajar dapat dilakukan dengan mencoba– coba (trial and error). Mencoba – coba ini dilakukan, manakala seseorang tidak tahu bagaimana harus memberikan respon atas sesuatu. Dalam mencoba – coba ini seseorang mungkin akan menemukan respons yang tepat berkaitan dengan persoalan yang dihadapinya.

2. Pandangan Psikologi Kognitif

Menurut psikologi kognitif, belajar adalah suatu usaha untuk mengerti tentang sesuatu. Usaha untuk mengerti tentang sesuatu tersebut, dilakukan secara aktif oleh pembelajar. Keaktifan tersebut dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan, mengabaikan dan respon – respon lainnya guna mencapai tujuan.

3. Pandangan Psikologi Humanistik

Pandangan psikologi humanistik merupakan anti tesa dari pandangan psikologi behavioristik.

Menurut pandangan psikologi humanistik, belajar dilakukan dengan cara memberikan kebebasan yang sebesar – besarnya kepada individu.

(5)

Salah seorang tokoh psikologi humanistic Carl Rogers, seorang ahli psikoterapi. Ia mempunyai pandangan bahwa siswa yang belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas. Siswa juga diharapkan dapat membebaskan dirinya hingga ia dapat mengambil keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas keputusan – keputusan yang ia ambil atau pilih.

4. Pandangan Psikologi Gestalt

Tokoh psikologi Gestalt adalah Kohler, Koffkar dan Wertheimer. Menurut pandangan psikologi Gestalt, belajar adalah terdiri atas hubungan stimulus respon yang sederhana tanpa adanya pengulangan ide atau proses berpikir. Dalam belajar ditanamkan pengertian siswa mengenai sesuatu yang harus dipelajari. Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya pengalaman. Belajar selalu melibatkan perubahan pada dirinya dan melalui pengalaman yang dilaluinya oleh interaksi antar dirinya dan lingkungannya baik sengaja maupun tidak disengaja. Perubahan yang semata–mata karena kematangan seperti anak kecil mulai tumbuh dan berjalan tidak termasuk perubahan akibat belajar, karena biasanya perubahan yang terjadi akibat belajar adanya perubahan tingkah laku.

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu “ hasil “ dan “ belajar “ yang memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu untuk memahami lebih mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas dulu pengertian “ hasil “ dan “ belajar”.

Menurut Djamarah (2000:45) hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh–sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya.

Sementara itu, Arikunto (1990:133) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diaamati,dan dapat diukur”. Nasution (1995:25) mengemukakan bahwa hasil adalah suatu perubahan pada diri individu. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan diri pada individu tersebut.

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut:

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa.

2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. ptk bahasa indonesia smp pdf.

3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatannya, membentuk prilakunya, bemanfat untuk mempelajarai aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang lainya.

4. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengerndalikan dirinya terutaman adalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada

(6)

individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar.

Menurut Purwanto (1990:3), evaluasi dalam pendidikan adalah penafsiran atau penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa menuju kearah tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang ditetapkan dalam kurikulum.

Hasil penillaian ini pada dasarnya adalah hasil belajar yang diukur. Hasil penilaian dan evaluasi ini merupakan umpan balik untuk mengetahui sampai dimana proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil dari belajar adalah sebagai berikut:

a) Perubahan yang terjadi secara sadar.

b) Maksudnya adalah bahwa individu yang menyadari dan merasakan telah terjadi adanya perubahan yang terjadi pada dirinya.

c) Perubahan yang terjadi relative lama. Perubahan yang terjadi akibat belajar atau hasil belajar yang bersifat menetap atau permanen, maksudnya adalah bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

d) Perubahan yang terjadi mencakup seluruh aspek tingkah laku.

e) Perubahan yang diperoleh individu dari hasil belajar adalah meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku baik dalam sikap kebiasaan, keterampilan dan pengetahuan.

2.1.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar Kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.

Dengan Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan:

a) Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri.

b) Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar.

c) Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya.

(7)

d) Orang tua dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia.

e) Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia.

f) Daerah dapat menentukan bahan dan sumber kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

Tujuan

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a) Memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

b) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra dan kemampuan yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Mendengarkan 2. Berbicara 3. Membaca 4. Menulis

2.1.4 Metode Demonstrasi

1. Pengertian metode demonstrasi

Metode demonstrasi menurut Fat Hurrahman (2011), menyatakan bahwa “yang dimaksud dengan metode demonstrasi ialah suatu upaya atau praktek dengan menggunakan peragaan yang ditujukan pada siswa yang tujuannya ialah agar supaya semua siswa lebih mudah dalam memahami dan mempraktekkan dari apa yang telah diperolehnya dan dapat mengatasi suatu permasalahan apabila terdapat perbedaan”.

Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan, fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi sebagaimana yang dipaparkan dalam htp:// education-mantap.blogspot.com. adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau sekedar tiruan.

Sebagi metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru.

Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.

Wina Sanjaya (2006), Sumatri dan Permana (1999) menyatakan bahwa “ metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan cara memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan”. Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan proses mengerjakan sesuatu,

(8)

membandingkan suatu cara dengan cara lain, atau untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.

Tujuan digunakannya metode demonstrasi adalah:

1. Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh siswa.

2. Mengkonkritkan informasi atau penjelasan pada siswa.

3. Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa secara bersama-sama.

Masitoh & Laksmi (2006) menyatakan sebagai berikut:

Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelaj ran dengan mempertunjukkan secara langsung obyeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran.

contoh ptk bahasa indonesia smp kurikulum 2013. Dalam pelaksanaan demonstrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan (mengamati) terhadap obyek yang akan didemonstrasikan. Selama proses demonstrasi guru sudah mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi tersebut.

Kapan guru sebaiknya menggunakan metode demonstrasi?

Menurut Masitoh & Laksmi (2006) metode demonstrasi dapat digunakan guru apabila:

1. Tidak semua topik dapat dijelaskan secara gambling dan konkrit melalui penjelasan atau diskusi.

2. Tujuan dan sifat mteri pelajaran yang menuntut dilakukan peragaan berupa demonstrasi.

3. .Mengajarkan suatu proses atau cara kerja.

Sesuai dengan langkah perkembangan kognitif siswa yang masih dalam fase operasional konkrit.

2. Langkah-langkah metode demonstrasi sebagai berikut : a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

b) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.

c) Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.

d) Menunjuk salah seorang peserta didik untuk mewakili kelompoknya untuk mendemonstrasikan sesuai sekenario yang telah disiapkan.

e) Seluruh peserta didik memperhatikan demonstrasi dan manganalisa.

f) Menarik kesimpulan.

3. Apapun aspek yang penting dalam menggunakan demonstrasi a) Metode demonstrasi akan menjadi tidak wajar apabila alat yang b) didemonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa.

c) Misalnya alatnya terlalu kecil.

d) Metode demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas dimana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan iktu aktif agar siswa mendapat pengalaman yang berharga.

e) Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis.

4. Penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran bahasa Indonesia a) Melatih siswa untuk gemar membaca.

b) Melatih siswa membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat.

c) Melatih siswa untuk percaya diri.

d) Setelah membaca siswa memahami isi bacaan.

(9)

2.2 Kerangka Berpikir

Keberhasilan proses pembelajaran tidak lepas dari penggunaan metode pembelajaran yang tepat, sesuai mata pelajaran, materi dan kondisi siswa secara keseluruhan dan kemampuan siswa itu sendiri. Salah satu wujud pembelajaran yang meningkatkan hasil belajar adalah pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.

Langkah-langkah dalam penerapan pembelajaran teks deskripsi dengan menggunakan metode demostrasi sebagai berikut :

a) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok.

b) Siswa berkelompok sesuai dengan kelompoknya.

c) Masing-masing kelompok memberi nilai pada waktu temannya membaca.

d) Masing-masing kelompok membacakan hasil diskusi.

e) Guru dan siswa bersama-sama membahas hasil diskusi.

Agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan terarah diperlukan suatu alur atau kerangka berpikir. Kerangka berpikir ini berfungsi sebagai acuan dalam menyusun langkah-langkah penelitian.

Kondisi awal merupakan keadaan sebelum dilaksanakan tindakan. Dalam hal ini guru belum menggunakan metode demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran.

Siklus I merupakan kegiatan guru yang menggunakan metode demonstrasi dalam membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat. Setelah pelaksanaan siklus I hasil belajar siswa meningkat.

Siklus II merupakan kegiatan guru yang menggunakan metode demonstrasi dalam membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat. Setelah dilaksanakan siklus II hasil belajarnya semakin meningkat sehingga mencapai ketuntasan.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia tentang teks deskprisi pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Nangaroro Satap Kecamatan Nangaroro Kabupaten Nagekeo

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Ada beberapa desain atau model yang digunakan untuk melakukan penelitian tindakan kelas antara lain misalnya model Kemmis, model Kurt Lewin dan model McTaggart. Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian, karena dialah yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau penelitian tindakan. Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam suatu lingkaran yang terus-menerus. Ia menggambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral.

Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu; a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c)pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Setiap kali melaksanakan satu siklus maka diakhiri dengan refleksi. Tujuannya adalah untuk melihat kelemahan-kelemahan yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.

Hasil refleksi dalam setiap siklus akan diulangi kembali pada siklus-siklus berikutnya.

Aspek yang diamati dalam setiap siklus adalah kinerja siswa dan kesesuaian antara pelaksanaan pembelajaran dengan rencana yang dibuat.

B. Subjek Penelitian

Yang berperan sebagai subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 2 Nangaroro Satap pelajaran 2020/2021. Para siswa memiliki karakteristik yang beragam, demikianpun dalam kemampuan akademis dan kemampuan sangat beragam.

Jumlah subyek penelitian adalah 17 orang dengan spesifikasi sebagai berikut laki- laki 7 orang dan selebihnya adalah perempuan dengan jumlah 10 orang.

ACTION Tindakan

OBSERVING Pengamatan PLANNING

Perencanaan

REFLECTING

Refleksi

(11)

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN2 NANGARORO SATAP tepatnya di Desa PODENURA ,Kecamatan NANGARORO, Kabupaten Nagekeo. Sedangkan kelas yang diteliti adalah kelas Dua. Adapun alasan mengapa memilih sekolah tersebut karena sekolah ini merupakan tempat dilaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan Program Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan Tahun 2020. Memilih kelas Dua untuk kepentingan penelitian memiliki alasan yang rasional, agar dapat melihat ketercapaian atau ketuntasan belajar membaca dari setiap siswa.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama dua minggu, mulai dari tanggal 26 oktober untuk siklus I dan tanggal 2 November untuk siklus II.

Indikator Keberhasilan

Siswa dinyatakan tutas dalam belajar, jika nilai yang diperoleh minimal 75. Sedangkan standar persentasi ketuntasan kemampuan kognitif klasikal atau seluruh siswa, jika mencapai minimal 85%. Secara individual siswa dinyatakan telah

belajar tuntas jika mencapai skor 75 dan secara klasikal dinyatakan tuntas belajar jika mencapai 85% siswa dalam kelas.

BAB IV

HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Per Siklus

a. Siklus I

Berdasarkan hasil tes siklus I yang dilakukan pada hari Senin, 26 Oktober 2020, diperoleh data hasil belajar siswa yang telah dianalisis sebagai berikut, persentase ketuntasan klasikal dari jumlah siswa seluruhnya adalah sebesar 74,04%. Siswa yang tuntas adalah 10 siswa dari 17 jumlah siswa seluruhnya. Dikatakan tuntas karena hasil belajar dari masing-masing ke-10 siswa tersebut telah mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yakni 75. Sedangkan 7 siswa yang sisanya dinyatakan belum tuntas karena nilai masing-masing siswa tersebut belum mencapai KKM. Untuk lebih jelas analisis hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat padatabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1

Tabel Hasil Belajar Siswa Siklus I

No Nama Siswa JK Nilai Keterangan

1 Lukas Mario Ndoa Laki-laki 70 Tidak Tuntas

2 Maksimus Goa Laki-laki 72 Tidak Tuntas

3 Oktafianus Rangga Laki-laki 75 Tuntas

4 Yohana Adolvin Nena Perempuan 85 Tuntas

5 Klarista Wulu Perempuan 70 Tidak Tuntas

(12)

Jumlah 372 2 orang tuntas

Rata-rata 74,4 3 orang tidak tuntas

Secara singkat rekapitulasi hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pula pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

No Uraian Hasil akhir

1 Nilai rata-rata hasil tes 74.04

2 Jumlah siswa yang tuntas 2

3 Jumlah siswa yang belum tuntas 3

4 Persentase ketuntasan belajar klasikal 40,0%

b. Siklus II

Setelah siklus I berakhir, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan siklus II. Adapun siklus II ini dilakukan karena pada pelaksanaan siklus I, persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I baru mencapai 40,00%. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa belum mencapai kriteria secara klasikal yang ditentukan sebesar 75%. Dengan demikian cukup beralasan untuk melanjutkan pada siklus II. Untuk melakukan kegiatan pelaksanaan tindakan siklus II ini yang dilakukan adalah perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus II ini, kegiatan utama yang dilakukan adalah mempersiapkan perangkat pembelajaran. Hal-hal yang menjadi pokok dalam persiapan perangkat pembelajaran adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyiapkan materi ajar, menyusun lembaran observasi siswa dan guru, dan menyusun soal-soal tes siklus II, serta alat-alat pelajaran yang mendukung tercapainya kegiatan proses belajar mengajar pada siklus II.

Pelaksanaan

Pertemuan merupakan langkah awal dilakukannya tindakan siklus II. Pertemuan dilakukan pada hari Rabu tanggal 2 OKtober 2020 sesuai jadwal pelajaran di SMPN 2 NANGARORO SATAP. Pelaksanaan siklus II juga dilakukan selama satu hari dengan perincian sebagai berikut, pada dua jam pembelajaran pertama dilakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media dan pada jam pembelajaran ketiga dan keempat dilakukan evaluasi.

Observasi

Untuk memperoleh data keaktifan belajar siswa di dalam kelas, maka dilakukan pengamatan atau observasi. Tujuan utama dilakukanya observasi adalah untuk melihat sejauh mana perkembangan keaktifan siswa setelah dilakukan tindakan. Selain dilakukan observasi terhadap siswa, dilakukan juga observasi terhadap kinerja guru dalam memberikan tindakan dalam pembelajaran. Kegiatan observasi pada siklus II ini

(13)

dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung yaitu pada senin 2 November 2020.

Refleksi Tindakan Siklus II Hasil Belajar SiswaSiklus II

Berdasarkan hasil tes siklus II yang dilakukan pada hari Rabu, 2, Oktober 2020, diperoleh data hasil belajar siswa yang telah dianalisis sebagai berikut, nilai rata-rata dari jumlah siswa seluruhnya adalah sebesar 75,90. Siswa yang tuntas adalah 15 siswa dari 17 jumlah siswa seluruhnya. Dikatakan tuntas karena hasil belajar dari masing-masing ke-17 siswa tersebut telah mencapai KKM yakni 75.

Sedangkan tiga siswa yang lainnya dinyatakan belum tuntas karena nilai masing- masing siswa tersebut belum mencapai KKM.

Untuk ketuntasan belajar secara klasikal, diperoleh nilai sebesar 86,36%, nilai ini diperoleh dari hasil perhitungan jumlah siswa yang tuntas dibagi jumlah siswa seluruhnya dikali dengan 100%. sedangkan untuk persentase siswa yang belum tuntas diperoleh data sebesar 13,63%. Hasil tes siklus II ini menunjukan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa jika dibandingkan dengan siklus I yaitu dari 59,09% meningkat menjadi 86,36%. Dengan demikian ketuntasan belajar secara klasikal telah mencapai standar yang diharapkan bahkan telah melebihi 85%. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini karena upaya guru memanfaatkan media gambar dalam pembelajaran. Dengan demikian siswa lebih proaktif dan lebih mudah memahami materi yang diberikan.Untuk lebih dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 1.2

Tabel Hasil Belajar Siklus II

No Nama Siswa JK Nilai Keterangan

1 Lukas Mario Ndoa Laki-laki 80 Tuntas

2 Maksimus Goa Laki-laki 85 Tuntas

3 Oktafianus Rangga Laki-laki 87 Tuntas

4 Yohana Adolvin Nena Perempuan 88 Tuntas

5 Klarista Wulu Perempuan 89 Tuntas

Jumlah 429 5 orang tuntas

Rata-rata 85,8 0 orang tidak tuntas

Secara singkat rekapitulasi hasil belajar siswa pada siklus II dapat pula dilihat pada tabel berikut ini:

(14)

Tabel 1.2

Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

No Uraian Hasil akhir

1 Nilai rata-rata hasil tes 85,80

2 Jumlah siswa yang tuntas 17

3 Jumlah siswa yang belum tuntas 0

4 Persentase ketuntasan belajar klasikal 87,36%

5 Persentase ketidaktuntasan belajar klasikal 0 %

Pembahasan

1. Ketuntasan Belajar Siswa

Pada bagian ini akan dideskripsikan ketuntasan belajar, baik ketuntasan belajar secara individu maupun ketuntasan belajar secara klasikal.

a. Ketuntasan Belajar Individual

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media gambar dalam pembelajaran mempunyai dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa dan meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan guru. Peningkatan hasil belajar tersebut ditandai dengan meningkatnya persentase ketuntasan belajar siswa baik secara individu maupun secara klasikal.

Secara individual ketuntasan belajar siswa telah mengalami peningkatan. Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas yakni sebanyak 10 siswa dari 17 siswa seluruhnya.

Sedangkan 7 siswa lainnya memiliki nilai dibawah 75, artinya sebanyak 7 siswa tersebut belum tuntas dalam pembelajaran siklus I.

Selanjutnya pada siklus II jumlah siswa yang tuntas terus mengalami peningkatan. Jika pada siklus I jumlah siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa, sedangkan untuk siklus II jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan yang cukup signifikan yakni 17 siswa. Jumlah ini sangat baik dan prestasi yang sangat luar biasa. Untuk lebih jelas gambaran ketuntasan belajar siswa secara individu sebagai berikut ini.

Tabel 1.3

Perolehan Jumlah Siswa yang Tuntas Secara Individual

No Siklus Siswa yang tuntas Siswa yang tidak tuntas

1 Siklus I 10 7

2 Siklus II 17 0

3.6 Analisa Data

Pada penelitian tindakan kelas, data dianalisa sejak tindakan pembelajaran dilaksanakan, dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Analisa data ini dilakukan secara kualitatif.

(15)

Dalam penelitian ini data berasal dari observasi dan tes terhadap pihak yang terkait langsung, dalam proses belajar mengajar. Penyajian data dalam bentuk tes. Sedangkan penarikan kesimpulan dilaksanakan setiap siklus melalui diskusi bersama di kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Modul Pengembangan Profesi Guru ( PPG) 2020

Hastuti, Eka Fitri. 2010. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika Tentang Pengukuran dengan Metode Demonstrasi Pada Siswa KelasI SDN 03 Tawangsari Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Sumantri, Mulyana, dan Permana Johar. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta

Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Ditjen Dikti, Debdikbud. Santoso, P. 2009. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP. Jakarta :Penerbit Universitas Terbuka.

Standar Isi No. 22 tahun 2006 Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Pengertian Bahasa Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Undang-Undang tentang Guru dan Dosen tahun 2006.

Gambar

Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Pokja ULP Kegiatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Olah Raga Pekerjaan Dokumen AMDAL Sport Centre Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Tegal akan melaksanakan Seleksi Umum

Data sekunder yang dipergunakan digunakan dalam perencanaan pengendalian banjir di Desa Pulosari Kabupaten Demak adalah data hujan harian maksimum pada stasiun

Serangkaian percobaan dilakukan dalam penelitian ini meliputi: (1) rekayasa pembuatan suplemen protein berupa kompleks ubi kayu-urea (selanjutnya disebut CASREA) yang

Perubahan social didefinisikan sebagai pendidikan atau pengajaran kembali (re- education) (Zaltman, Duncan, 1977: 111). Pendidikan juga dipakai sebagai strategi untuk

Sebagaimana diutarakan di atas dalam latar belakang penulisan Kertas Karya Perorangan ini maka dirumuskan sebagai identifikasi masalah dalam Taskap ini adalah,

Beberapa faktor yang menyebabkan inkonsistensi ini, antara lain: (a) pengembangan petani tidak sesuai dengan rencana induk perkebunan Aceh yang telah diterbitkan sejak

Kegiatan Kepala Sekolah tidak langsung yang dilaksanakan bersama segenap guru dalam kepanitiaan PPDB. Sosialisasi terbagi ke dalam dua jenis yaitu menggunakan media cetak

Akan tetapi, menilik beberapa contoh peristiwa yang terjadi pada kaum muda Tionghoa Indonesia tersebut, rasanya masih perlu waktu untuk kembali mengenalkan kelenteng sebagai salah