• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA KELAS XI MIA MAN 1 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA KELAS XI MIA MAN 1 MAKASSAR"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA KELAS XI MIA MAN 1 MAKASSAR

SKRIPSI

Oleh Hardi Wijaya 10539144315

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020

(2)

i

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA KELAS XI MIA MAN 1 MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh Hardi Wijaya 10539144315

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Kunci sebuah kesuksesan adalah sabar, kerja keras dan mampu berproses.

Jadi,

hargailah proses dan jalanilah proses dengan penuh kesabaran dan kerja keras

_Penulis_

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk Bapak dan Ibuku (Haris dan Widya) Saudara-saudaraku, dan Keluargaku

Yang selalu senangtiasa memberiku semangat dalam menjalani dunia pendidikan, dan membantuku hingga saya mencapai titik dimana saya mengetikkan kata

SKRIPSI di laptopku.

(8)

vii ABSTRAK

Hardi Wijaya 2020. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Fisika Kelas XI MIA MAN 1 Makassar. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pembimbing I Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd dan pembimbing II Riskawati, S.Pd., M.Pd Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh model problem based learning terhadap hasil belajar fisika kelas XI MIA MAN 1 Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Besarnya hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan model problem based learning terhadap mata pelajaran fisika kelas XI MAN 1 Makassar, (2) besarnya hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional terhadap mata pelajaran fisika kelas XI MAN 1 Makassar dan (3) pengaruh hasil belajar fisika yang diajar menggunakan model problem based learning dan model pembelajaran konvensional pada kelas XI MAN 1 Makassar.

Jenis penelitian ini adalah True Eksperimen, dimana populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIA MAN 1 Makassar yang berjumlah 195 orang yang terdiri dari 5 kelas, sampel penelitian diambil melalui teknik sampel random class sebanyak 2 kelas yaitu XI MIA 1 dan XI MIA 5. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 22 nomor yang memenuhi kriteria valid.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji statistik setelah digunakan model problem based learning di peroleh yaitu 7,95 > 1,99 maka diterima yang berarti ada pengaruh menggunakan model Problem based learning. Besarnya pengaruh ditunjukkan oleh skor rata-rata yang diperoleh kelas yang menggunakan model problem based learning (kelas eksperimen) yaitu 15,53 sedangkan yang tidak menggunakan model problem based learning (kelas kontrol) yaitu 9,91. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model problem based learning terhadap hasil belajar fisika materi suhu, kalor dan perpindahan kalor pada kelas XI MIA MAN 1 Makassar.

Kata kunci: Model problem based learning, Hasil belajar.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tiada kata indah selain ucapan syukur Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah Subhanahu Wataala pencipta alam semesta penulis panjatkan kehadirat- Nya, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah pada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa istiqamah untuk mencari Ridha-Nya hingga di akhir zaman

Skripsi dengan judul “pengaruh model problem based learning terhadap hasil belajar fisika kelas XI MIA MAN 1 Makassar” diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Berbekal dari kekuatan dan ridha dari Allah SWT semata, maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan meski dalam bentuk yang sangat sederhana. Tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, akan tetapi penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada keberhasilan tanpa kegagalan.

Teristimewa dan terutama sekali penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua saya yaitu Bapak (Haris) dan Ibu saya (Widya) atas segala pengorbanan dan do’a restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu sejak kecil sampai sekarang ini. Semoga segala yang telah mereka berikan kepada penulis menjadikan kebaikan dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

(10)

ix

Dengan pertolongan Allah SWT, yang hadir lewat uluran tangan serta dukungan dari berbagai pihak. Karenanya, penulis menghaturkan terima kasih yang tiada terhingga atas segala bantuan modal dan spritual yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan istimewa juga penulis sampaikan kepada Ibunda Dr. Nurlina, S.Si., M.Si, dan Ibunda Riskawati, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan, ide, saran dan bijaksana dalam menyikapi keterbatasan pengetahuan penulis, serta memberikan ilmu pengetahuan yang berharga baik dalam penelitian ini maupun selama menempuh proses perkuliahan.

Semoga Allah SWT memberikan perlindungan, kesehatan dan pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikan yang telah dicurahkan kepada penulis selama ini.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada; Ayahanda Prof. Dr. Abdul Rahman Rahim, SE., MM, selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar, Ayahanda Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D, selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar, Ibunda Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd dan Ayahanda Ma’ruf S.Pd., M.Pd, selaku Ketua dan Sekertaris Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak dan Ibu dosen Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah mengajar dan mendidik mulai dari semester awal hingga penulis menyelesaikan studinya di Perguruan Tinggi ini,

(11)

x

Bapak Luqman MD, S,Ag.,S.E.,M.M selaku Kepala MAN 1 Makassar yang telah memberikan izin penulis mengadakan penelitian sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini, Rekan-rekan mahasiswa program studi pendidikan Fisika angkatan 2015 terkhusus Kinematika D, teman-teman Himaprodi Pendidikan Fisika, serta teman-teman yang tidak sempat saya sebut namanya yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini, peserta didik kelas XI MIA 1 dan MIA 5 MAN 1 Makassar atas kesediaannya menjadi subjek penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dan seluruh pihak yang tak sempat penulis sebutkan namanya satu-persatu. Hal ini tidak mengurangi rasa terima kasihku atas segala bantuannya.

Akhirnya tiada untaian kata yang berharga kecuali ucapan Alhamdulillahirabbil ’alamin dan dengan kerendahan hati penulis menyampaikan

tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu penulis senangtiasa mengharapkan saran dan kritik sehingga penulis dapat berkarya yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Dengan harapan dan do’a penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat dan menambah khasanah ilmu khususnya di bidang pendidikan fisika.

Aamiin Yaa Rabbal Alamin Billahi Fi Sabililhaq

Fastabiqul Khaerat

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 08 Januari 2020

(12)

xi

Penulis

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN... Error! Bookmark not defined. SURAT PERJANJIAN ... Error! Bookmark not defined. MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB IPENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB IKAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Kajian Teori ... 7

1. Problem Based Learning (PBL) ... 7

a. Pengertian Problem Based Learning ... 7

b. Karakteristik Problem Based Learning ... 9

c. Sintak Model Problem Based Learning ... 11

d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 12

2. Hasil Belajar... 13

a. Pengertian Hasil Belajar ... 13

b. Taksonomi hasil belajar kognitif ... 15

c. Indikator Hasil Belajar ... 16

(14)

xiii

B. Kerangka Pikir ... 18

C. Hipotesis Penelitian ... 20

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 21

A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian ... 21

B. Desain Penelitian ... 21

C. Variabel Penelitian ... 22

D. Defenisi Operasional Variabel ... 22

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

F. Prosedur Penelitian ... 23

G. Instrumen Penelitian ... 25

H. Teknik Analisis Data ... 28

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Hasil Penelitian ... 32

1. Analisis Deskriptif ... 32

2. Analisis inferensial... 35

a. Uji Normalitas ... 35

b. Uji hipotesis ... 35

B. Pembahasan ... 37

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 39

A. KESIMPULAN ... 39

B. SARAN ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 41 LAMPIRAN

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Sintak model problem based learning ... 11

Tabel 2.2 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Hasil Belajar ... 17

Tabel 3.1 kontingensi untuk menghitung indeks Gregory ... 26

Tabel 3.2 Kriteria Relabilitas ... 28

Tabel 3.3 Kategori Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Rujukan ... 29

Tabel 4.1 Analisis deskriptif ... 32

Tabel 4.2 Kategori hasil belajar peserta didik kelas Eksperimen dan kelas Kontrol ... 33

Tabel 4.3 Analisis Uji Normalitas Peserta Didik kelas XI MAN 1 Makassar ... 35

Tabel 4.4 Uji Hipotesis Peserta Didik kelas XI MAN 1 Makassar ... 36

Tabel 4.5 Hasil Uji Hipotesis Peserta Didik kelas XI MAN 1 Makassar ... 36

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Bagan kerangka piker ... 20 Gambar 3.1 Desain Penelitian Posttes Only Control Group Design ... 22 Gambar 4.1 Diagram kategori skor dan frekuensi hasil belajar fisika kelas

Eksperimen dan kelas Kontrol ... 34

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

LAMPIRAN A ... 42

Lampiran A.1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ... 43

Lampiran A.2 LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK ... 55

Lampiran A.3 BAHAN AJAR ... 63

Lampiran A.4 KISI-KISI INSTRUMEN TES ... 76

LAMPIRAN B ... 90

Lampiran B.1 Uji Validitas ... 91

Lampiran B.2 Uji Reliabilitas ... 107

LAMPIRAN C ... 108

Lampiran C.1 Analisis Deskriptif ... 109

Lampiran C.2 Analisis Inferensial ... 115

LAMPIRAN D ... 124

Lampiran D.1 Tabel r Product Moment ... 125

Lampiran D.2 Tabel Z kurva normal ... 126

Lampiran D.3 Tabel Chi-Kuadrat ... 127

Lampiran D.4 Tabel t ... 128

LAMPIRAN E ... 133

DOKUMENTASI ... 134

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah sarana pewarisan keterampilan hidup sehingga keterampilan yang telah ada pada satu generasi dapat dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi sesudahnya sesuai dengan dinamika tantangan hidup yang dihadapi oleh anak....

Dalam perkembangannya pendidikan tidak lagi bersifat natural-instinktif.

Prosesnya dapat dimanipulasikan untuk mengoptimalkan hasil belajar. Usaha- usaha itu mendorong perkembangannya pendidikan sebagai ilmu yang sistematis.

Pendidikan dapat dibatasi dalam pengertiannya yang sempit dan luas. Dalam arti sempit pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menolong anak didik menjadi matang kedewasaanya. Pendidikan dalam pengertian ini dilakukan oleh istitusi formal sekolah. Disekolah materi disiapkan dalam bentuk kurikulum, strategi diorganisasikan dan evaluasi diselenggarakan untuk mengukur penguasaan materi yang direncanakan dan disampaikan menggunakan strategi tersebut. Dalam arti luas, semua semua manipulasi lingkungan yang diarahkan untuk mengadaka perubahan perilaku anak merupakan pendidikan. Semua perubahan kepribadian yang positif bukan karena kematangan merupakan hasil dari proses pendidikan. Dalam pengertian ini pendidikan tidak terbatas pada usaha pendewasaan yang dilakukan oleh sekolah tetapi juga oleh keluarga dan

masyarakat (Purwanto, 2016: 19-20).

(19)

Membahas tentang pendidikan, berikut adalah Surah yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,

“Berilah kelapangan dalam majelis-majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. dan Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan” (Q.S Al-Mujadalah ayat 11).

Pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dan peserta didik, dan lingkungan yang ada disekitarnya, yang dalam proses tersebut terdapat upaya untuk meningkatkan kualitas diri peserta didik menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pembelajaran merupakan perpaduan antara mengajar dalam konteks guru dan belajar dalam konteks peserta didik (Priansa, 2017: 88).

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dan interaksi aktif degan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap (Purwanto, 2016: 38).

Agar pembelajaran menjadi lebih efektif dan afektif, pembelajaran seharusnya dipahami lebih dari sekedar penerima pasif pengetahuan, melainkan seseorang yang secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran yang diarahkan oleh guru menuju lingkungan kelas yang nyaman dan kondisi emosional, sosiologis, psikologis, dan fisiologis yang kondusif (Huda, 2016: 7)

(20)

3

Pembelajaran sekarang lebih banyak mengembangkan bagaimana agar pembelajaran berpusat pada peserta didik (Student Center), sesuai dengan kurikulum 2013 yang dimana peserta didik dituntut untuk berperan aktif. Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional dikelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan member petunjuk kepada guru dikelas (Suprijono, 2016: 64-65)

Dalam proses pembelajaran guru seharusnya memiliki kemampuan memahami peserta didik dengan berbagai minat, bakat, kemampuan, potensi- potensi dan keunikannya agar mampu membantu mereka dalam kesulitan belajar.

Untuk memberikan yang terbaik seorang guru harus menyiapkan materi, model, strategi dan metode dengan baik. Dalam hal ini guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai model belajar, kondisi peserta didik dan cara melakukan pembelajaran efektif dan bermakna agar dalam proses pembelajaran tidak membosankan.

Berdasarkan hasil wawancara salah satu guru fisika Kelas XI MAN 1 Makassar juga menyatakan bahwa pelajaran fisika merupakan salah satu pelajaran yang cukup sulit untuk diterima oleh peserta didik. Guru harus lebih kreatif untuk menyampaikan materi mengenai mata pelajaran fisika. Pencapaian kompetensi mata pelajaran fisika juga kurang optimal belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Di tahun ajaran 2018/2019 kurang dari 65% dari 192 peserta didik yang nilai ulangannya sudah mencapai KKM, dan sisanya belum.

(21)

Untuk mengatasi masalah dalam proses pembelajaran fisika, maka guru harus dapat menentukan model pembelajaran yang sesuai serta mudah dipahami oleh peserta didik dan menciptakan variasi (bentuk-bentuk) kegiatan pembelajaran yang lebih menarik bagi peserta didik dalam upaya memotivasi peserta didik agar lebih berkompetensi dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat serta meningkatkan pemahaman aktivitas belajar, hasil belajar dan meningkatnya prestasi belajar peserta didik. Pemilihan model pembelajaran, metode yang tepat serta media yang sesuai materi yang diajarkan akan menghasilkan proses pembelajaran yang optimal.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkanka hasil belajar fisika adalah model Problem Based Learning (PBL). Pada model ini pembelajaran berfokus pada peserta didik. Dimana keunggulan dari model ini yaitu peserta didik lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka yang menemukan konsep tersebut, melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan peserta didik yang lebih tinggi, pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki peserta didik sehingga pembelajaran lebih bermakna, peserta didik merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata hal ini dapat meningkatkan motivasi dan keterkaitan peserta didik terhadap bahan yang dipelajari, menjadikan peserta didik lebih mandiri dan dewasa, mampu memberikan aspirasi dan menerima pendapat orang laindan.

Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, maka perlu salah satu tindakan guru untuk mencari dan menerapkan model pembelajaran yang sekiranya dapat meningkatkan hasil belajar terutama dalam mata pelajaran fisika. Oleh

(22)

5

karena itu penulis merasa tertarik melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Fisika Kelas XI MIA MAN 1 Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Seberapa besar hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan Model Problem Based Learning terhadap mata pelajaran fisika kelas XI MIA MAN 1 Makassar?

b. Seberapa besar hasil belajar peserta didik yang tidak diajar menggunakan Model Problem Based Learning terhadap mata pelajaran fisika kelas XI MIA MAN 1 Makassar?

c. Apakah terdapat pengaruh model Problem Based Learning terhadap hasil belajar fisika kelas XI MIA MAN 1 Makassar

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui besarnya hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan model Problem Based Learning terhadap mata pelajaran fisika kelas XI MIA MAN 1 Makassar

2. Untuk mengetahui besarnya hasil belajar peserta didik yang tidak diajar menggunakan model Problem Based Learning terhadap mata pelajaran fisika kelas XI MIA MAN 1 Makassar

(23)

3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model Problem Based Learning terhadap hasil belajar fisika kelas XI MIA MAN 1 Makassar

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain:

1) Bagi peserta didik, agar dapat mempengaruhi pemahaman tentang materi yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar serta memberi pengetahuan yang bermamfaat dalam kehidupan sehari-hari.

2) Bagi Guru, sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan dalam memilih model pembelajaran yang tepat dan mendesain kegiatan belajar mengajar guna meningkatkan kualitas pembelajaran.

3) Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan tentang model pembelajaran agar suatu saat ketika menjadi seorang guru akan sangat mudah membuat peserta didik lebih bersemangat dalam pembelajaran.

4) Bagi pembaca, dapat memberikan wawasan dan pemahaman mengenai model Problem Based Learning, sehingga dapat menjadi masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

(24)

7 BAB I

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Problem Based Learning (PBL) a. Pengertian Problem Based Learning

Widiasworo (2018: 149) Problem Based Learning merupakan proses pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu masalah sebelum memulai proses pembelajaran. Peserta didik dihadapkan pada suatu masalah nyata yang memacunya untuk meneliti, menguraikan, dan mencari penyelesaiannya. Pembelajaran berbasis masalah sangat berkaitan dengan realitas kehidupan nyata peserta didik sehingga peserta didik belajar tidak hanya wilayah pengetahuan, tetapi juga mengalami dan merasakan.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam penerapannya, peserta didik dikelompokkan kedalam tim-tim yang bertugas untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).

Dengan kata lain, pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menantang peserta didik untuk belajar bagaimana belajar dan bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dan permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat rasa ingin tahu peserta didik tentang pembelajaran yang dimaksud.

Sedangkan menurut Huda (2016: 271) Mendefinisikan Problem Based Learning (PBL) sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui

(25)

proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut dipertemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigm pengajaran menuju pardigma pembelajaran. Jadi, fokusnya pada pembelajaran peserta didik dan bukan pada pengajaran guru.

Suprijono (2015: 90) dukungan teortis Jerome Bruner pada pengembangan model pembelajaran berbasis masalah memberikan arti penting belajar konsep dan belajar menggeneralisasi. Pembelajaran ini berorientasi pada kecakapan peserta didik memproses informasi.

Pemprosesan informasi mengacu pada cara-cara menangani stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, melihat masalah, mengembangkan konsep dan memecahkan masalah dan menggunakan masalah-masalah verbal dan non verbal. Model pembelajaran berbasis masalah menekankan konsep- konsep dan informasi yang dijabarkan dari disiplin-disiplin akademik.

Setiawan (2016: 11) menyatakan bahwa paedagogi pembelajaran berbasis masalah membantu akan menunjukkan dan memperjelas cara berfikir serta kekayaan dari struktur dan proses kognitif yang terlibat didalamnya. Pembelajaran berbasis masalah ini mengoptimalkan tujuan, kebutuhan, motivasi yang mengarahkan suatu proses belajar yang merancang berbagai macam kognisi pemecahan masalah. Inovasi pembelajaran berbasismasalah menggabungkan penggunaan dari aksese-learning.

Interdisipliner kreatif, penguasaan, dan pengembangan keterampilan individu.

pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud

(26)

9

untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berfikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.

Suprijono (2015: 91) Hasil belajar dari pembelajaran berbasis masalah adalah peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan. Peserta didik mempunyai keterampilan mengatasi masalah. Peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa. Peserta didik dapat menjadi pembelajaran yang mandiri dan independen.

Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah ini merupakan model pembelajaran dimana peserta didik dituntut aktif untuk berfikir tingkat lebih tinggi dalam melakukan penyelidikan terhadap masalah yang disajikan.

b. Karakteristik Problem Based Learning

Menurut Widiasworo (2018: 151) menyatakan bahwa karakteristik problem based learning adalah sebagai berikut:

1) Mengorientasikan peserta didik pada masalah yang sebenarnya terjadi dan menghindari pembelajaran terisolasi.

2) Berpusat pada peserta didik.

3) Menciptakan pembelajaran interdisiplin.

4) Penyelidikan terintegrasi dengan dunia nyata dan pengalaman dunia praktis

5) Menghasilkan produk dan menyajikannya

(27)

6) Mengajarkan kepada peserta didik untuk mampu menerapkan ilmu yang dipelajari dalam kehidupannya untuk jangka panjang

7) Pembelajaran secara kooperatif.

8) Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing

9) Masalah diformulasikan untuk memfokuskan dan merangsang pembelajaran.

10) Masalah digunakan untuk pengembangan keterampilan pemecahan masalah

11) Informasi baru diperoleh melalui belajar mandiri

Terdapat lima strategi dalam penggunaan model problem based learning sebagai berikut: 1) Permasalahan sebagai kajian; 2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman; 3) permasalahan sebagai contoh; 4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses; dan 5) permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.

Menurut Setiawan (2016: 14) Sejumlah pengembang problem based learning telah mendeskripsikan model pembelajaran berbasis masalah dengan ciri-ciri atau fitur-fitur sebagai berikut:

1) Mengajukan pertanyaan atau masalah;

2) Berfokus pada interdisiplin;

3) Penyelidikan otentik;

4) Menghasilkan karya nyata dan memamerkan;

5) Kolaborasi.

Selain ciri-ciri diatas, problem based learning juga memiliki ciri seperti berikut ini:

(28)

11

1) Berpusat pada peserta didik, guru sebagai fasilitator atau pembimbing;

2) Belajar melampaui konten.

c. Sintak Model Problem Based Learning

Menurut Suprijono (2015: 93) Sintak model problem based learning adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Sintak model problem based learning

Fase-Fase Perilaku Guru

Fase 1 : Memberikan orientasi tentang permasalahnya kepada peserta didik

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting dan memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam mengatasi masalah

Fase 2 : mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti

Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar terkait dengan masalahnya

Fase 3 : membantu investigasi mandiri dan kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi

Fase 4 : mengembangkan dan mempersentasikan artefak dan exhibit

Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan artefak- artefak yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan model-model serta membantu mereka untuk menyampaikan kepada orang lain

Fase 5: menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

Guru membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan Sumber. Suprijono (2015: 93)

Sedangkan menurut Shoimin (2014:131) langkah-langkah model problem based learning yaitu:

(29)

a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi peserta didik terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

b) Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll).

c) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.

d) Guru membantu peserta didik dalam merencanakan serta menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas dengan temannya.

e) Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah

Kelebihan model pembelajaran berbasis masalah adalah menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah.

Permasalahan yang diberikan dihubungkan dengan kondisi dan situasi riil peserta didik. Dalam belajar, peserta didik mencari solusinya dengan berbagai sumber melalui aktivitas belajar yang dilaksanakan secara berkelompok.

Sehingga dalam hal ini, peserta didik dituntut untuk aktif dalam pelaksanaan pembelajaran. Didalam kegiatan pembelajaran, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara ilmiah melalui kegiatan

(30)

13

diskusi. peserta didik dapat saling membantu dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya.

Kelemahan model pembelajaran berbasis masalah yaitu model yang tidak dapat diterapkan pada setiap materi pembelajaran karena model problem based learning akan lebih cocok pada materi yang menuntut peserta didik dalam memecahkan suatu permasalahan. Dalam kegiatan pembelajaran berbasis masalah memerlukan waktu yang cukup banyak dan peserta didik pun memerlukan berbagai sumber belajar untuk menunjang proses pembelajaran.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “Hasil” dan “Belajar”. Pengertian hasil (product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional…. Belajar dilakukan untuk menusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Menurut Winkel dalam (Purwanto, 2016: 39) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.

Menurut Suprijono (2016: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketermpilan.

Menurut pemikiran Gagne dalam (Purwanto, 2016: 5-6), hasil belajar beupa:

(31)

1) Informasi verbal yaitu kepabilitas mengungkap pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik, dimana kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing. Yang terdiri dari kemampuan mengaterogasi, kemampuan analisis, sintesis, fakta, konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. serta merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Suprijono (2016: 6-7) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,

(32)

15

membentuk bangunan baru), dan evaluasi (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pencapaian prestasi belajar yang didapat peserta didik setelah melakukkan kegiatan belajar mencakup ranah 3 ranah kemampuan yaitu penilaian kognitif, afektif serta psikomotorik.

b. Taksonomi hasil belajar kognitif

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlakukan untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena belajar melibatkan otak maka perubahan perilaku akibatnya jugaterjadi dalam otak berupa kemampuan tertentu oleh otak untuk menyelesaikan masalah, oleh Purwanto (2016: 50)

Hasil belajar kognitif tidak merupakan kemampuan tunggal, yakni kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku dalam domain kognitif meliputi beberapa tingkat atau jenjang. Banyak klasifikasi dibuat para ahli psikologi dan pendidikan, namun klasifikasi yang paling banyak digunakan adalah yang dibuat, oleh Purwanto (2016: 50-51).

(33)

Bloom membagi dan menyusun secara hirarkis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Semakin tinggi suatu tingkat maka makin kompleks dan penguasaan suatu tingkat mempersyaratkan penguasaan tingkat sebelumnya. Enam tingkat itu adalah hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Dan peneliti hanya menggunakan (C1, C2, C3 dan C4) di penelitian ini.

Kemampuan knowledge (menghapal) merupakan kemampuan kognitif yang paling rendah. Kemampuan ini merupakan kemampuan memanggil kembali fakta yang disimpan dalam otak digunakan untuk merespons suatu masalah. Kemampuan comperehension (pemahaman) adalah kemampuan untuk melihat hubungan fakta dengan fakta. Menghapal fakta tidak lagi cukup karena pemahaman menuntut pengetahuan akan fakta dan hubungannya.

Kemampuan application (penerapan) adalah kemampuan kognitif untuk memahami aturan, hukum, rumus dan sebagainya dan menggunakan untuk memecahkan masalah. Kemampuan analysis (analisis) adalah kemampuan untuk memahami sesuatu dengan menguraikannya kedalam unsur-unsur.

Kemampuan synthesis (sintesis) adalah kemampuan memahami dengan mengorganisasikan bagian-bagian kedalam satuan. Kemampuan evaluation (evaluasi) adalah kemampuan membuat penilaian dan mengambil keputusan dari hasil penilaiannya.

c. Indikator Hasil Belajar

Menurut Priansa (2017: 79-81) mengatakan bahwa hasil belajar dapat diukut dengan indikator dan cara evaluasi seperti pada table berikut:

(34)

17

Tabel 2.2 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Hasil Belajar Ranah Jenis Hasil

Belajar Indikator Cara Evaluasi Ranah cipta

(kognitif)

Pengamatan 1. Dapat menunjukkan 2. Dapat

membandingkan 3. Dapat

menghubungkan

1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi

Ingatan 1. Dapat menyebutkan 2. Dapat menunjukkan

1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi Pemahaman 1. Dapat menjelaskan

2. Dapat

mendefinisikan dengan lisan sendiri

1. Tes lisan 2. Tes tertulis

Penerapan 1. Dapat memberikan contoh

2. Dapat menggunakan secara tepat

1. Tes tertulis 2. Memberi

tugas 3. Observasi Analisis

(pemeriksaan dan

pemeliharaan secara teliti)

1. Dapat menguraikan 2. Dapat

mengkalsifikasikan/

memilah-milah

1. Tes tertulis 2. Pemberian

tugas

Sintesis (membuat panduan baru dan utuh)

1. Dapat

memnghubungkan 2. Dapat

menyimpulkan 3. Dapat

menggeneralisasikan (membuat prinsip umum)

1. Tes tertulis 2. Pemberian

tugas

Ranah rasa (afektif)

Penerimaan 1. Menunjukkan sikap menerima

2. Menunjukkan sikap menolak

1. Tes tertulis 2. Tes skala

sikap 3. Observasi Sambutan 1. Kesediaan

berpartisipasi/

terlibat 2. Kesediaan

memanfaatkan

1. Tes skala sikap 2. Pemberian

tugas 3. Observasi

(35)

Ranah Jenis Hasil

Belajar Indikator Cara Evaluasi Apresiasi

(sikap menghargai)

1. Menganggap penting dan bermanfaat 2. Mengannggap indah

dan harmonis 3. Mengagumi

1. Tes skala sikap 2. Pemberian

tugas 3. Observasi Intemalisasi

(pendalaman)

1. Mengaskui dan meyakini 2. mengingkari

1. Tes skala sikap 2. Pemberian

tugas, ekspresif, proyektif 3. Observasi Karakterisasi

(penghayatan)

1. Melembagakan atau meniadakan

2. Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari

1. Pemberian tugas, ekspresif, proyektif 2. Observasi

Ranah Karsa (Psikomotorik)

Keterampilan bergerak dan bertindak

Mengoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya

1. Observasi

2. Tes tindakan Kecakapan

verbal dan non-verbal

1. Mengucapkan 2. Membuat mimic dan

gerakan jasmani

1. Tes lisan 2. Observasi 3. Tes tindakan Sumber. Priansa (2017: 82)

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan penjelasan yang tertulis pada latar belakang, masih terdapat peserta didik yang merasa kesulitan dalam belajar, sehingga hasil belajar untuk mata pelajaran fisika masih relatif rendah. Sementara pelajaran fisika merupakan pelajaran yang mempelajari banyak fenomena gejala alam yang perlu dikaji.

Keberhasilan pembelajaran bergantung pada proses pembelajaran yang terjadi

(36)

19

antara peserta didik dan guru. Proses pembelajaran akan berhasil dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran, sehingga terjadi interaksi peserta didik dalam kelompok dan mendorong peserta didik untuk menggunakan keterampilan pengamatan dan keterampilan memecahkan masalah dan berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

Oleh karena itu, guru perlu mensiasati agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik di dalam kelas dan dapat membuat peserta didik lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru (teacher center). Salah satu model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan mengikutsertakan peserta didik yaitu dengan model problem based learning. Model problem based learning melalui metode eksperimen dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat membuat suatu pembelajaran lebih menarik dan variatif serta dapat membantu peserta didik belajar lebih mandiri.

Untuk menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar tersebut merupakan benar-benar pengaruh dari model problem based learning maka digunakan kelas kontrol untuk membandingkan hasil belajar peserta didik. Dimana kelas kontrol ini menggunakan model konvensional (Pembelajaran Langsung) yang digunakan guru disekolah.

(37)

Adapun karangka pikir yang digunakan dipenelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan kerangka piker

C. Hipotesis Penelitian

Terdapat pengaruh model problem based learning terhadap hasil belajar fisika kelas XI MIA MAN 1 Makassar.

= Terdapat pengaruh model problem based learning terhadap hasil belajar fisika kelas XI MIA MAN 1 Makassar.

Keadaan awal pembelajaran Fisika

Kurangnya variasi dalam penggunaan model pembelajaran sehingga pembejaran hanya berpusat pada guru

Kelas Eksperimen

(diterapkan model problem based learning)

Kelas Kontrol (diterapkan model pembelajaran langsung)

Hasil Belajar Fisika Hasil Belajar Fisika

Terdapat pengaruh model problem based learning terhdap hasil belajar fisika kelas XI MAN 1 Makassar

(38)

21

= Tidak terdapat pengaruh model problem based learning terhadap hasil belajar fisika kelas XI MIA MAN 1 Makassar.

(39)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah True Eksperiment dengan menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana kelas eksperimen ini diterapkan model problem based learning sedangkan kelas kontrol diterapkan model konvensional untuk melihat adanya pengaruh model problem based learning terhadap hasil belajar fisika kelas XI MIA MAN 1 Makassar

2. Lokasi Penelitian

Adapun Lokasi penelitian bertempat di MAN 1 Makassar

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Posttes Only Control Group Design. Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan diberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol tanpa perlakuan (model konvensional). Setelah pelaksanaan proses pembelajaran, maka diadakan posttest untuk melihat hasil belajar peserta didik baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol.

(40)

22

Desain penelitian Posttes Only Control Group Design dapat dilihat sebagai berikut, oleh Sukardi (2017: 185)

Gambar 3.1 Desain Penelitian Posttes Only Control Group Design Dengan:

R = Kelas dipilih secara random (acak kelas)

O1 = Posttest (Pengukuran setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajran berbasis masalah)

X = Perlakuan yang diberikan dengan menggunakan model pembelajran berbasis masalah

O2 = Posttest (Pengukuran setelah diajar dengan menggunakan model konvensional)

- = Tidak ada perlakuan (model konvensional)

C. Variabel Penelitian

Variabel bebas : Model problem based learning dan model konvensional Variabel terikat : Hasil belajar Fisika

D. Defenisi Operasional Variabel Variabel bebas

Model problem based learning adalah suatu model pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis secara ilmiah serta mengembangkan pengetahuan peserta didik untuk aktif dalam membangun pengetahuan secara mandiri maupun kelompok. Langkah-langkah pada model PBL yang digunakan meningkatkan keterampilan pemecahan masalah pada peserta didik yaitu (1) orientasi dan mengorganisasi peserta didik pada masalah; (2) mengembangkan rencana

R X O1 R - O2

(41)

untuk memecahkan masalah; (3) pengumpulan dan analisis data; dan (4) mengevaluasi.

Model konvensional adalah model yang digunakan guru di sekolah, yaitu model pembelajaran langsung.

Variabel terikat

Hasil belajar adalah skor total atau nilai yang diperoleh peserta didik setelah diterapkan model problem based learning dan model konvensional yang dilihat dari ranah kognitif (C1, C2, C3 dan C4).

E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI MIA MAN 1 Makassar yang berjumlah 195 peserta didik yang terdiri dari 5 kelas.

2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan random class dan terpilih kelas XI MIA 1 sebagai kelas eksperimen dan XI MIA 5 sebagai kelas kontrol.

F. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tujuh langkah, yaitu: studi pendahuluan, studi literatur, pembuatan perangkat dan instrumen pembelajaran, uji coba instrumen, implementasi, teknik pengumpulan data, dan diakhiri dengan analisis hasil dan penyusunan laporan:

1. Studi Pendahuluan

(42)

24

Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran fisika di sekolah. Studi pendahuluan dilaksanakan dengan melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran dan wawancara dengan guru fisika.

2. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian sebelumnya, mencari teori-teori yang berkaitan dengan indikator hasil belajar fisika terhadap standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang sudah ditentukan.

3. Penyusunan Perangkat dan Instrumen Pembelajaran

Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas eksperimen dan kelas kontrol, lembar kerja peserta didik (LKPD) kelas eksperimen dan kelas kontrol. RPP dan LKPD yang telah dibuat dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran fisika.

Selanjutnya dari indikator-indikator hasil belajar kognitif peserta didik dibuat instrumen penilaian, dimana instrumen penilaian hasil belajar menggunakan tes pilihan ganda.

4. Uji Coba Instrumen Tes

Instrumen tes sebelum digunakan, dilakukan uji Gregory, validitas dan reliabilitas. Pengujian instrumen penelitian berupa tes pilihan ganda dilakukan uji coba pada kelas yang bukan sampel penelitian.

5. Implementasi

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dilakukan pada kelas eksperimen dan sebagai pembanding digunakan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

(43)

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan posttest untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran fisika setelah proses pembelajaran.

7. Analisis Hasil dan Penyusunan Laporan

Peneliti melakukan pengumpulan dan penskoran data yang telah diperoleh.

Selanjutkan data dianalisis untuk memperoleh temuan penelitian dan pembahasan, sedangkan tahap terakhir adalah penyusunan laporan hasil penelitian.

G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan instrumen yaitu tes hasil belajar fisika. Tes yang digunakan sebagai pengumpul data variabel hasil belajar fisika dengan ranah kognitif yang mencakup ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3) dan analisis (C4). Bentuk instrumen dalam penelitian ini adalah multiple choice test (pilihan ganda).

1. Tahap Pertama

Penyusunan tes berdasarkan kisi-kisi tes sesuai dengan isi materi yang tertuang dalam konsep dan sub konsep sejumlah 40 item soal.

2. Tahap kedua

Semua item tes yang telah disusun dikonsultasikan ke dosen pembimbing untuk selanjutnya diujicobakan untuk mengetahui validitas dan

(44)

26

melihat apakah tes kemampuan ini layak atau tidak untuk digunakan, dalam artian apakah tes kemampuan ini valid dan dapat dipercaya.

Kemudian instrumen penelitian sebelum digunakan sebagai hasil tes belajar, terlebih dahulu diujicobakan untuk menentukan validitas dan reliabilitas tes.

a. Uji Validitas

Sebelum melakukan uji validitas maka dilakukan uji gregori, adapun uji gregori sebagai berikut:

Tabel 3.1 kontingensi untuk menghitung indeks Gregory Rater 1

Lemah Kuat Rater

2

Lemah A B

Kuat C D

Koefisien validitas isi

Pada contoh kasus tersebut, koefisien validitas isi =

0,6 Selanjutnya hasil tersebut diinterpretasikan, jika indeks kesepakatan tersebut kurang dari 0,4 maka dikatakan validitasnya rendah, diantara 0,4 – 0,8 dikatakan validitasnya sedang (medicare) dan jika lebih dari 0,8 maka dikatakan validitasnya sedang (Retnawati 2016: 37).

Setelah dilakukan uji Gregory maka dilanjutkan dengan uji validitas.

Arikunto (2014: 24) Untuk pengujian validitas digunakan rumus sebagai berikut:

dengan:

(45)

pbi = Koefisien korelasi biseral

Mp = Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya.

Mt = Rerata skor total

St = Standar deviasi dari skor total

p = Proporsi peserta didik yang menjawab benar

q = Proporsi peserta didik yang menjawab salah (q = 1 – p)

Valid tidaknya item ke-i ditunjukkan dengan membandingkan nilai

pbi(i) dengan nilai rtabel pada taraf signifikan  = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jika Nilai pbi (i) ≥ rtabel, item dinyatakan valid

2) Jika Nilai pbi (i) <rtabel, item dinyatakan invalid atau Drop

Item yang memenuhi kriteria valid dan mempunyai relibialitas tes yang tinggi dan selanjutnya digunakan untuk tes hasil belajar fisika pada kelas eksperimen.

b. Reliabilitas

Untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data, maka ditentukan reliabilitasnya.

Untuk Perhitungan reliabilitas tes didekati dengan rumus Kuder dan Richardson ( KR-20 dan KR-21), Purwanto (2016: 169)

*

+ * ∑ +

dengan :

rii = Reliabilitas instrumen n = jumlah butir pertanyaan S = Standar deviasi dari tes S2 = Variansi total

(46)

28

p = Proporsi subjek yang menjawab betul

q = Proporsi subjek yang menjawab salah (q=1 – p) Σpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

Tabel 3.2 Kriteria Relabilitas

Koefisien Reliabilitas Kriteria Sangat Tinggi Tinggi

Cukup Rendah

Sangat Rendah (Arikunto, 2014: 89)

Instrumen dapat dikatakan mempunyai reliabilitas apabila nilai kriteria soal yang digunakan dalam instrumen 0.6 sampai dengan 1.00.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar fisika yang diperoleh peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah untuk kelas eksperimen dan model konvensional untuk kelas kontrol. Sedangkan analisis inferensial adalah uji normalitas dan uji hipotesis.

a. Analisis Deskriptif

Dalam hal ini digunakan skor rata-rata, standar deviasi, skor tertinggi (maksimum), skor terendah (minimum), serta distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik dalam ketiga aspek hasil belajar.

Purwanto (2016: 201) Skor rata-rata diperoleh dari persamaan:

̅ ∑

(47)

dengan:

̅ = skor rata-rata

i = tanda kelas interval

i = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas i

Sugiyono (2017: 58) Standar deviasi, dengan rumus:

s = (∑ )

dengan:

s = standar deviasi xi = titik tengah kelas fi = skor rata-rata

n = banyaknya subjek penelitian

Untuk mengetahui nilai yang diperoleh peserta didik, maka skor dikonversi dalam bentuk nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

dengan:

N = Nilai peserta didik

SS = Skor hasil belajar peserta didik SI = Skor ideal

Pengkategorian menggunakan skala lima berdasarkan skor ideal yakni sangat rendah, rendah, cukup, tinggi dan sangat tinggi.

Tabel 3.3 Kategori Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Rujukan

Interval Skor Keterangan

4 – 7 Sangat Lemah

8 – 11 Lemah

12 – 15 Cukup

16 – 19 Kuat

20 – 23 Sangat Kuat

Sumber: Data Hasil Pengolahan (2019) b. Analisis Inferensial

1) Uji Normalitas

(48)

30

Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Sujarweni (2014: 102) Untuk pengujian tersebut digunakan dengan rumus Chi- kuadrat yang dirumuskan sebagai berikut :

dengan:

: Chi Kuadrat

: frekuensi yang diobservasi : frekuensi yang diharapkan

Jika, , maka distribusi data tidak Normal Jika, , maka distribusi data Normal 2) Uji Hipotesis

Hipotesis yang diuji adalah terdapat perbedaan yang signifikan antar hasil belajar fisika peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dengan peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran konvensional

= Terdapat pengaruh hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran fisika yang diajar dengan model problem based learning.

= Tidak terdapat pengaruh hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran fisika yang diajar dengan model problem based learning.

Jika maka diterima, jika maka diterima, pada taraf signifikan = 0,05.

: = :

Ha diterima bilamana – dimana

diperoleh dari daftar distribusi t dengan taraf signifikan

(49)

Untuk harga t lainnya, Ha ditolak pada taraf nyata atau H0 diterima.

Sugiyono (2012: 181) Untuk menguji hipotesis diatas digunakan uji t sebagai berikut:

̅ ̅ √

dimana:

dengan:

̅ = Rata-rata nilai kelas eksperimen ̅ = Rata-rata nilai kelas kontrol

= Jumlah peserta didik kelas eksperimen = Jumlah peserta didik kelas kontrol

= Varians kelas eksperimen = Varians kelas kontrol

s = Standar deviasi

(50)

32

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data hasil penelitian ini yaitu hasil tes hasil belajar fisika peserta didik yang diambil setelah proses pembelajaran (posttest). Data tersebut digunakan untuk mengukur hasil belajar fisika peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi suhu dan kalor. Data diperoleh dari 78 peserta didik, kelas XI MIA 1 sebagai kelas eksperimen sebanyak 39 peserta didik, dan kelas XI MIA5 sebagai kelas kontrol sebanyak 39 peserta didik. Pada kelas eksperimen, pembelajaran dilakukan mengunakan model problem based learning sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model konvensional.

1. Analisis Deskriptif

Berikut ini dikemukakan hasil deskriptif pencapaian hasil belajar fisika secara umum kelas XI MIA MAN 1 Makassar dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.1 Analisis deskriptif

Statistik Nilai Statistik

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Ukuran sampel 39 39

Skor tertinggi 20 15

Skor terendah 10 5

Skor rata-rata 15,53 9,91

Varians 9,45 10,14

Standar deviasi 3,07 3,18

Skor maksimum 22 22

Skor minimum 0 0

Sumber: Data hasil pengolahan 2019

(51)

Ukuran sampel pada kelas eksperimen yaitu 39 dan pada kelas kontrol yaitu 39. Adapun skor tertinggi yang diperoleh peserta didik pada kelas eksperimen yaitu 20 dan pada kelas kontrol yaitu 15 dari skor 23 yang mungkin dapat dicapai (skor ideal), sedangkan skor terendah yang diperoleh peserta didik pada kelas eksperimen yaitu 10 dan pada kelas kontrol yaitu 5 dari skor 0 yang paling rendah. Hasil belajar fisika yang diajar menggunakan model problem based learning memiliki skor rata-rata yaitu 15,53 dari 22 skor total yang mungkin dicapai, sedangkan hasil belajar fisika yang diajar menggunakan model konvensional memiliki skor rata-rata yaitu 9,91 dari 23 skor total yang mungkin dicapai. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa nilai varians pada kelas kontrol lebih besar dibandingkan kelas eksperimen, Sehingga standar deviasi yang merupakan akar kuadrat dari variansi pada kelas kontrol yaitu 3,18 juga akan lebih besar daripada kelas eksperimen yang hanya sebesar 3,07.

Tabel 4.2 Kategori hasil belajar peserta didik kelas Eksperimen dan kelas Kontrol

Interval

Skor Kategori Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

20 – 23 Sangat Kuat 5 0

16 – 19 Kuat 13 0

12 – 15 Cukup 16 15

8 – 11 Lemah 5 12

4 – 7 Sangat Lemah 0 12

Sumber: Data hasil pengolahan (2019)

(52)

34

Gambar 4.1 Diagram kategori skor dan frekuensi hasil belajar fisika kelas Eksperimen dan kelas Kontrol

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada kelas Eksperimen tidak terdapat peserta didik yang memperoleh skor sangat rendah, 15 pesrta didik memperoleh skor cukup, 19 peserta didik memperoleh skor tinggi dan 5 peserta didik memperoleh skor sangat tinggi, sedangkan pada kelas kontrol tidak terdapat peserta didik yang memperoleh skor sangat rendah, 16 peserta didik memperoleh skor kategori rendah, 20 peserta didik memperoleh skor kategori cukup, 3 peserta didik memperoleh skor kategori tinggi dan tidak terdapat peserta didik yang memperoleh skor sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar fisika peserta didik yang diajar menggunakan model problem based learning dengan model pembelajaran konvensional.

0 2 4 6 8 10 12 14 16

0

5

16

13

5

12 12

15

0 0

Frekuensi

Kategori

Diagram kategori skor dan frekuensi hasil belajar fisika kelas Eksperimen dan kelas Kontrol

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

(53)

2. Analisis inferensial a. Uji Normalitas

Uji prasyarat analisis pada penelitian ini menggunakan uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran data pada variabel hasil belajar untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan menggunakan uji Chi Kuadrat, dimana jika nilai

nilai maka data tersebut terdistribusi normal. Taraf signifikan yang digunakan pada penelitian ini adalah 0,05. Adapun perhitungan pengujian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C (hal.

110), sedangkan rangkuman hasil uji normalitas dari masing-masing kelas dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3 Analisis Uji Normalitas Peserta Didik kelas XI MAN 1 Makassar

Kelas Keterangan

Eksperimen 5,595 7,815 Normal

Kontrol 6,502 7,815 Normal

Sumber: Data hasil pengolahan (2019)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, perhitungan pengujian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C (hal. 120) terlihat bahwa untuk setiap kelas diperoleh nilai nilai . Sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar peserta didik kelas XI MIA MAN 1 Makassar berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas, maka untuk menguji hipotesis yang ada digunakan uji t dua pihak. Uji-t adalah jenis pengujian statistic untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dari nilai yang diperkirakan

(54)

36

dengan nilai hasil perhitungan statistika. Adapun hipotesis pada penelitian ini yaitu:

= Terdapat pengaruh model problem based learning terhadap hasil belajar fisika kelas XI MIA MAN 1 Makassar

= Tidak terdapat pengaruh model problem based learning terhadap hasil belajar fisika kelas XI MIA MAN 1 Makassar

Tabel 4.4 Uji Hipotesis Peserta Didik kelas XI MAN 1 Makassar Kelas

Eksperimen Kontrol

= 39 = 39

̅ = 15,53 ̅ = 9,91

= 3,07 = 3,18

Sumber: Data hasil pengolahan (2019)

Hasil perhitungan skor rata-rata dari kelas ekperimen dan kelas kontrol berdasarkan tabel 4.5, terlihat skor rata-rata kelas eksperimen yaitu 15,53 dan standar deviasi 3,07 dengan jumlah peserta didik sebanyak 39 peserta didik, sedangkan pada kelas kontrol skor rata-rata yaitu 9,91 dan standar deviasi 3,18 dengan jumlah peserta didik sebanyak 39 peserta didik.

Tabel 4.5 Hasil Uji Hipotesis Peserta Didik kelas XI MAN 1 Makassar

Kesimpulan

1,99167 diterima

Sumber: Data hasil pengolahan (2019)

Hasil analisis diperoleh sebesar sedangkan untuk

, dengan dk ( + ) = (39 + 39 – 2) = 76. Pada taraf signifikan 0,05 diperoleh (0,975) (76) sebesar 1,99167. Hasil yang diperoleh menunjukkan = 1,99167.

Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar fisika yang diajar

(55)

menggunakan model problem based learning dan model pembelajaran konvensional pada kelas XI MIA MAN 1 Makassar.

B. Pembahasan

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian True Eksperiment dengan desain yang digunakan Posttest Only Control Group Design, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh model problem based learning terhadap hasil belajar fisika kelas XI MIA MAN 1 Makassar. Dalam proses pembelajaran setiap pertemuan disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun dalam prosedur penelitian dan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah disiapkan. Penelitian ini membandingkan skor hasil belajar fisika yang diajar menggunakan model problem based learning dan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol diketahui hasil belajar fisika yang diajar menggunakan model problem based learning memiliki skor rata-rata yaitu 15,53. Sedangkan hasil belajar fisika yang diajar menggunakan model konvensional memiliki skor rata-rata yaitu 9,91. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa nilai varians pada kelas kontrol lebih besar dibandingkan kelas eksperimen, Sehingga standar deviasi yang merupakan akar kuadrat dari varians pada kelas kontrol yaitu 3,18 juga akan lebih besar daripada kelas kontrol yang hanya sebesar 3,07.

Kelas eksperimen dan kelas kontrol ini keduanya berada pada distribusi normal. Hal tersebut terbukti pada hasil uji normalitas terlihat bahwa untuk setiap kelas diperoleh nilai nilai . Sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar peserta didik berdistribusi normal.

(56)

38

Berdasarkan hasil analisis diperoleh sebesar sedangkan untuk , dengan dk ( + ) = (39 + 39 – 2) = 76. Pada taraf signifikan 0,05 diperoleh (0,975) (76) sebesar 1,99167. Hasil yang diperoleh menunjukkan = 1,99167.Artinya ditolak dan diterima yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model problem based

learning terhadap hasil belajar fisika.

Gambar

Gambar  Halaman
Tabel 2.1 Sintak model problem based learning
Tabel 2.2 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Hasil Belajar  Ranah  Jenis Hasil
Gambar 2.1 Bagan kerangka piker
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan ini terlihat dari

Pada penulisan tesis ini penulis memilih judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa

Pembelajaran Fisika dengan Model Problem Based Learning (PBL) Berdasarkan Gaya Berpikir Kreatif-Kritis..

Pembelajaran Fisika dengan Model Creative Problem Solving dan Model Problem Based Learning Terhadap Kreativitas Dan Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan Fluida Statis Kelas

11 Dapat disimpulkan bawa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki kekurangan seperti bagi peserta

Artikel ini bertujuan untuk membahas secara konseptual penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada aktivitas peserta didik dan hasil belajar

Motivasi belajar peserta didik pada kelas eksperimen di kelas X TKJ 1 pada mata pelajaran fisika di SMK Negeri 7 Majene sebelum menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning PBL

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kognitif, keterampilan proses sains siswa, dan respon siswa terhadap model pembelajaran