• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON PETANI TERHADAP PROGRAM BPJS KETENAGAKERJAAN BUKAN PENERIMA UPAH DI DESA SIGUMPAR KEC.SIGUMPAR TOBA SAMOSIR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RESPON PETANI TERHADAP PROGRAM BPJS KETENAGAKERJAAN BUKAN PENERIMA UPAH DI DESA SIGUMPAR KEC.SIGUMPAR TOBA SAMOSIR SKRIPSI"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PETANI TERHADAP PROGRAM BPJS KETENAGAKERJAAN BUKAN PENERIMA UPAH DI DESA SIGUMPAR KEC.SIGUMPAR

TOBA SAMOSIR

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Disusun oleh : ESRA OKTAVIA S.

130902080

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

Nama : Esra Oktavia NIM : 130902080

ABSTRAK

RESPON PETANI TERHADAP PROGRAM BPJS KETENAGAKERJAAN BUKAN PENERIMA DI DESA SIGUMPAR KEC. SIGUMPAR TOBA

SAMOSIR

Pada situasi saat ini bukan hanya pekerja sektor formal yang membutuhkan jaminan sosial. Pekerja sektor informal pun membutuhkan jaminan sosial untuk menunjang kesejahteraan hidupnya. Petani merupakan salah satu pekerja sektor informal dengan jumlah yang banyak di Indonesia.Maka BPJS ketenagakerjaan merilis program bukan penerima upah yang di peruntukan kepada para pekerja sektor informal sebagai adalah salah satu jaminan sosial yang mampu meberikan perlindungan kepada pekerja sektor informal.Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana respon petani terhadap program BPJS ketenagakerjaan bukan penerima upah di desa Sigumpar kec. Sigumpar Toba Samosir.Bertujuan untuk mengetahui respon petani terhadap adanya program BPJS ketenagakerjaan bukan penerima upah di desa Sigumpar kec.

Sigumpar Toba Samosir.Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan jaminan sosial kepada pekerja sektor informal.

Penelitian ini dilakukan di desa Sigumpar Kec. Sigumpar Toba Samosir.Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif dengan jumlah populasi sebanyak 413 orang yang kemudian diambil sampel sebanyak 41 orang.Adapun teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah teknik penarikan sampel secara acak karena jenis karyawan yang bersifat homogen. Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan instrument penelitian kuesioner. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan metode analisis kuantitatif dengan teknik analisis data deskriptif.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa respon petani terhadapadanya program BPJS ketenagakerjaan bukan penerima upah dilihat dari aspek persepsi petani memiliki persepsi yang netral, hal tersebut dapat dilihat dari pengetahuan dan pemahaman petani yang masih tergolong kurang mengetahui mengenai program BPJS ketenagakerjaan bukan penerima upah. Sementara dari aspek sikap dan partisipasi petani memiliki respon yang positif, hal tersebut dapat dilihat dari sikap petani yang menyetujui adanya program BPJS ketenagakerjaan bukan penerima upah serta keinginan petani untuk berpartisipasi dalam sosialisasi dan menjadi peserta dalam program tersebut.

Kata kunci: respon, petani, program BPJS ketenagakerjaan bukan penerima upah

(3)

Nama : Esra Oktavia NIM :130902080

ABSTRACT

FARMERS RESPONSE INSTEAD OF LABOR BPJS PROGRAM RECIPIENTS IN THE VILLAGE SIGUMPAR KEC. SIGUMPAR TOBA

SAMOSIR

In the current situation is not only formal sector workers who need social security. Informal sector workers also need social security to support the welfare of his life. Farmers is one of the informal sector workers in large numbers in Indonesia. BPJS employment then released program not wage earners in the allotment to the workers of the informal sector is one that is able to gave the social security protection to informal sector workers. The problems addressed in this study is how the farmer's response to the employment BPJS program instead of wage earners in the village Sigumpar excl. Sigumpar Toba Samosir. Aiming to evaluate the response of farmers to their employment BPJS program instead of wage earners in the village Sigumpar excl. Sigumpar Toba Samosir. Through this study are expected to develop concepts and theories relating to social security to informal sector workers.

This research was conducted in the village Sigumpar district. Sigumpar Toba Samosir. This research is classified as descriptive type with a total population of 413 people who were then taken a sample of 41 people. The technique of sampling in this study is a randomized sampling techniques for the type of employee that is homogeneous. To obtain the data, researchers used a questionnaire research instrument. In analyzing the data, researchers used quantitative analysis method with descriptive data analysis techniques.

Based on the results of data analysis can be concluded that the response of farmers for BPJS employment program instead of wage earners from the aspects of the perception of farmers have a neutral perception, it can be seen from the knowledge and understanding of farmers is still relatively less known about BPJS employment program not wage earners. While aspects of the attitude and the participation of farmers had a positive response, it can be seen from the attitude of farmers who approve their employment BPJS program instead of wage earners as well as the desire of farmers to participate in socialization and be a participant in the program.

Keywords: response, farmers, labor BPJS program instead of wage earners.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas segala rahmat dan karunia kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah menyertai penulis dari awal pengerjaan skripsi sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Respon Petani Terhadap Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah di Desa Sigumpar Kec. Sigumpar Toba Samosir. Terima kasih untuk kedua orang tua saya J.R Siagian dan Gugun R. Simanjuntak atas dukungan serta doanya selama ini sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi saat ini, aku sangat menyayangi kalian berdua semoga penyelesaian kuliah ku ini bisa membuat kalian bangga. Dan untuk keempat adik saya yang begitu luar biasa Firman siagian, Lasmaria siagian,Rohana siagian dan Gabe siagian yang selalu memberikan doa dansemangat selalu selama pengerjaan skripsi ini Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, baik itu berupa dukungan moril maupun material.

Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos. M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

3. Ibu Mastauli Siregar,S.Sos,M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, kesabarannya yang luar biasa serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Terimakasih banyak ya bu, sudah berkenan membagi ilmunya kepada

(5)

saya. Semoga ibu cepat sembuh dan sehat selalu ya bu. Tuhan Memberkati ibu dan keluarga.

4. Seluruh dosen di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU yang telah memberikan pembelajaran kepada penulis selama menjalani perkulihan di departemen ini. Dan pegawai administrasi FISIP USU, terkhusus ka Deby dan ka Bety.

5. Terima kasih kepada keluarga besarku di Hutanagodang. Terima kasih untuk opung boru ku paling nabujur,makasih opung untuk semua doa dan nasehatnya, menjadi opung yang luar biasa baik kepada semua cucu- cucunya,sehat selalu ya pung sampai aku menikah nanti. Terima kasih kepada tulang-tulang serta nantulang-nantulang ku untuk semua kebaikannya serta doanya selama ini. Terima kasih untuk adik-adik kecil sepupu saya acon,vano,regina,duma dan rossa, makasih untuk segala tingkah kalian yang membuat rindu untuk pulang ke kampung.

6. Terimakasih kepada Beltri H. Sinurat, abang serta pacar yang selalu mau menjadi penyemangat dalam penyusunan skripsi penulis, yang selalu menjadi tempat penulis mengeluh selama ini,maaf ya kalau aku selalu kebanyakan ngeluh. Walaupun kita ldran semua suport serta doa kamu menjadi salah satu semangat dan sukacita aku, semangat juga kamu sayang disana dalam menyelesaikan kuliah kamu, I love you.

7. Sahabat-sahabat yang saya sayangi Sally,Kristina, Shinta, Ricky, Rena.

Kalian keluargaku disini yang paling aku sayang. Terimakasih Kristina kakak sulung dalam gengs kita yang selalu menjadi teman curhat,teman berantem dan teman yang tidak mau berbagi wkwk. Terima kasih untuk

(6)

kakak kedua Shinta yang paling galak tapi yang paling cantik juga, yang selalu menjadi tata make up di gengs kita, Terima kasih untuk si kembar Ricky dan Rena yang selalu membuat bangkrut di bulan mei, makasih ya ki udah menjadi sumber ketawa kami, makasih rena teman yang paling sabar,setia dan paling royal bayarin grab hehe. Terakhir,terima kasih untuk yang paling bungsu namun yang paling dewasa dari semuanya. Terima kasih sally jadi google berjalan kami,sumber segala informasi yang akuratnya yahh 99,999%. Semoga kita semua sukses kedepannya ya guys, Tuhan memberkati kalian semua.

8. Keluarga Rohani CG 10 Mami Ayu, Oktri, Friska, Dean, Esra prilly, Sally, Ricky, Shinta, Kristina yang selalu menjadi saudara rohani memberikan hal-hal positif kepada penulis.

9. Teman-teman kost jalan gitar no 16. Kak Darma, Ka Peri, Ka Dinda,Ka Lena,Ka Mawar, Kristina, Mipa,Friska, Putra yang selalu membantu dan selalu memberikan dukungan.

10. Terimakasih untuk seluruh keluarga KESSOS 2013 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terima kasih untuk dukungannya selama ini.

Terima kasih juga suka dan duka nya yang boleh kita rasakan bersama.

Semoga kita semua semakin sukses kedepannya. Kalian semua akan selalu ku kenang.

(7)

Semoga Tuhan senantiasamemberikan berkat kasih karuniaNya bagi kita semua.Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan kritik dan saran yang membangun, untuk itu diharapkan masukannya.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama bagi kemajuan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial kedepannya.

Medan, April 2017

Esra Oktavia

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 latar belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Manfaat penelitian ... 7

1.4 Sistematis Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Respon ... 9

2.2. Tenaga Kerja ... 11

2.3 Petani ... 12

2.3.1 Pengertian ... 12

(9)

2.3.2 Jenis-jenis Petani... 13

2.4 Program ... 15

2.5 Jaminan Sosial ... 16

2.6 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ... 17

2.6.1 Arti BPJS ... 17

2.6.2 Tugas BPJS ... 17

2.6.3 Wewenang BPJS ... 18

2.7 Badan Penyelenggara Jaminan BPJS Ketenaga Kerjaan... 19

2.7.1 Pengertian ... 19

2.7.2 Ruang Lingkup Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja ... 21

2.8 Program BPJS Ketenaga kerjaan Bukan Penerima Upah (BPU) ... 25

2.8.1 Pengertian ... 25

2.8.2 Jenis Program dan Manfaat... 26

2. 9 Kerangka Pemikiran ... 27

... 28

2.10 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 29

2.10.1 Defenisi Konsep ... 29

2.10.2 Definisi operasional ... 31

BAB III METODE PENELITIAN... 33

3.1 Tipe Penelitian ... 33

(10)

3.3 Populasi dan Sampel ... 33

3.3.1 Populasi ... 33

3.3.2 Sampel ... 34

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.5 Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV ... 38

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 38

4.1 Sejarah Singkat Desa Sigumpar ... 38

4.2 Keadaan Geografis ... 39

4.2.1 Kondisi Alam ... 39

4.3 Keadaan Demografis ... 39

4.3.1 Luas Wilayah ... 39

4.3.2 Jumlah Penduduk ... 40

4.3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia ... 40

4.3.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama... 41

4.3.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 42

4.4 Sarana dan Prasarana Desa Sigumpar ... 43

4.5 Potensi Lembaga Kemasyarakatan ... 44

4.6 Potensi Hasil Pertenakan dan Pertanian ... 44

4.6.1 Potensi Hasil Pertenakan ... 44

(11)

4.7 Struktur Tata Laksana Desa Sigumpar ... 45

BAB V ANALISIS DATA ... 47

5.1. Pengantar ... 47

5.2 Kharakteristik Umum Responden ... 47

5.2.1 Data Jenis Kelamin Responden ... 47

5.2.2 Data Usia Responden ... 48

5.2.3 Data Agama Responden... 49

5.2.4 Data Pendidikan Terakhir Responden ... 49

5.2.5 Data Suku Responden ... 50

5.2.6 Data Jumlah Anak Responden ... 50

5.3 Kharakteristik Jawaban Responden ... 52

5.3.1 Persepsi ... 52

5.3.2 Sikap ... 59

5.3.3 Partisipasi ... 63

BAB VI PENUTUP ... 68

6.1 Kesimpulan ... 68

6.2 Saran ... 69

Daftar Pustaka ... xv

LAMPIRAN ... xvii

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Komposisi Responden Berdasarkan Usia ... 41

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 41

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 42

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana di Desa Sigumpar ... 43

Tabel 4.5 Pemeliharaan Ternak... 44

Tabel 4.6 Penggunaan Lahan Pertanian ... 45

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 48

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 49

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 49

Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku ... 50

Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 50

Tabel 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Perbulan ... 51

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Jaminan Sosial serta Jaminan Sosial yang diadakan Pemerintah ... 52

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ... 53

Tabel 5.10 Distribusi Reponden Berdasarkan Pengetahuan BPJS yang Diketahui ... 54 Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kapan Mengetahui tentang BPJS 54

(13)

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Darimana Mengetahui tentang BPJS ... 55 Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Sasaran Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah ... 56 Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Jenis Program dan Manfaat BPJS ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah ... 57 Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pernah Ada Tidaknya Tim Petugas Sosialisasi untuk Memberi Informasi Mengenai Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah ... 58 Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Jaminan Sosial yang Diadakan Pemerintah Melalui BPJS ... 59 Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Setuju atau Tidaknya BPJS Ketenagakerjaan Mengadakan Program Bukan Penerima Upah ... 60 Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Manfaat Program BPJS Bukan Penerima Upah ... 60 Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Dilanjutkannya Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah ... 61 Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Mengenai Jumlah Iuran dalam Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah ... 62 Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Keinginan Ikut Serta dalam Sosialisasi Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah ... 63 Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Keinginan Ikut Berpartisipasi Memberikan Tanggapan atau Usul Mengenai Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah dalam Pertemuan Sosialisasi ... 64

(14)

Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Keinginan Ikut Berpatisipasi menjadi Peserta dalam Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah . 64 Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan adanya Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah Sebagai Salah Satu Penunjang Kesejahteraan Petani ... 65

(15)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bagan Alur Pikir ... 28 Bagan 4.1 Struktur Tata Laksana Desa Sigumpar ... 46

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang

Indonesia merupakan negara kesejahteraan.Salah satu tugas dan tujuan negara Indonesia adalah untuk menciptakan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakatnya. Penyelenggaraan Jaminan Sosial adalah salah satu syarat yang mutlak untuk menuju negara kesejahteraan (welfare state). Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera sesuai dengan

tujuan negara kesejahteraan (welfare state), pada umumnya negara melewati tahapan-tahapan pembangunan. Menurut para ahli sosial barat,pada umumnya negara memiliki 3 tahap pembangunan yaitu tahapan unifikasi, tahapan industrilisasi dan tahap kesejahteraan sosial .

Dalam rangka memenuhi hak warga negara sesuai dengan amanat Undang- Undang Dasar 1945 akan jaminan sosial, pemerintah telah membentuk berbagai program jaminan sosial, baik yang diselenggarakan melalui secara asuransi maupun secara bantuan. Namun demikian, Jaminan sosial tersebut masing-masing diselenggarakan secara parsial oleh Badan Penyelenggara yang berbeda-beda serta belum terintegrasi dan sinergis dalam satu kesatuan sistem jaminan sosial secara nasional. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka diterbitkanlah Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Achmad Subianto,2011).

Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menyediakan 2 Jaminan Sosial, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenaga kerjaan. BPJS Kesehatan merupakan Jaminan pemeliharaan kesehatan bagi

(17)

seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa. Sedangkan BPJS Ketenaga kerjaan merupakan Jaminan sosial yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu. BPJS Ketenaga kerjaan memberikan tiga jaminan yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan Hari Tua.

BPJS Ketenaga kerjaan awalnya menargetkan kepada para pekerja sektor formal. Sektor formal mencakup kategori buruh tetap ataupun karyawan. Menurut hasil survey dari Badan Pusat Statistik peningkatan jumlah pekerja yang paling besar terdapat pada sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan yang mencapai 18,21 juta jiwa ditahun 2013 setelah sebelumnya hanya mencapai 17,10 juta jiwa pada tahun 2012. Selain itu peningkatan juga terjadi di sektor perdagangan rumah, makanan dan akomodasi yang mencapai 23,15 juta jiwa dan meningkat menjadi 23,73 di tahun 2013.

Data dari BPJS Ketenaga kerjaan menyebutkan pada tahun 2015 peserta BPJS Ketenaga Kerjaan mencapai 17,2 juta peserta secara nasional. Dari belasan juta peserta, mayoritas pendaftar adalah masyarakat DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Kepesertaan tiga provinsi itu mampu menyumbang 70 persen terhadap total peserta di Indonesia.( Indra Irawan, http://www.antaranews.com/berita/513674/bpjs-ketenagakerjaan-capai-172-juta-

pesertadiakses pada sabtu 14 januari 2017 12:58)

Namun sejak bulan mei 2015 silam BPJS Ketenaga kerjaan telah memperkenalkan program Bukan Penerima Upah (BPU). Dengan program baru

(18)

tersebut masyarakat yang tergolong bukan penerima upah atau yang tidak mendapat gaji secara tetap (pekerja mandiri) atau yang bekerja di sektor informal seperti pedagang, petani, nelayan, blogger, artis, atlet, tukang ojek, para freelancer bisa mendapatkan jaminan dari BPJS Ketenagakerjaan dan fasilitasnya sama dengan para pekerja di sektor formal. Dibukanya program Bukan Penerima Upah ini sendiri memiliki latar belakang yang dijelaskan pihak BPJS Ketenagakerjaan yaitu karena animo masyarakat yang terkategori pekerja mandiri ini yang sangat minim. Lebih lanjut menurut pihak BPJS Ketenaga kerjaan, pekerja mandiri ini memang sudah layak masuk peserta BPJS Tenaga Kerjaan karena sudah bisa dianggap sebagai pencari nafkah. Malah seharusnya menurut pihak BPJS Tenaga Kerjaan para pekerja informal ini yang seharusnya mendapatkan layanan BPJS Tenaga Kerjaan , namun sayangnya animo atau ketertarikannya masih sangat kurang.(//www.cermati.com/artikel/program-bpjs-ketenagakerjaan-untuk-pekerja- lepas diakses pada hari minggu 15 Januari 2017 pada pukul 11:48).

Dari jumlah sekitar 120 juta tenaga kerja, mayoritas merupakan pekerja bukan penerima upah dengan jumlah sekitar 80 juta dan 40 juta lainnya merupakan pekerja penerima upah. "Dari 40 juta pekerja penerima upah baru 19,3 juta atau 35% yang menjadi peserta BPJS. Sementara untuk pekerja bukan penerima upah baru 0,5% yang menjadi peserta," urainya. Pada tahun 2016 ditargetkan sekitar 604.592 pekerja bukan penerima upah untuk menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Hingga Februari 2015 kepesertaan pekerja bukan penerima upah telah mencapai 201.336 orang. "Pekerja bukan penerima upah yang menjadi fokus kami di tahun ini adalah mereka yang memiliki tempat kumpul dan menetap seperti sektor transports, petani, nelayan, dan pedagang pasar. "Berdasarkan hal

(19)

tersebut, diakui Ilyas bukan merupakan pekerjaan mudah meningkatkan jumlah kepesertaan. "Hingga 2018 kita menargetkan 80% pekerja penerima upah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan sedangkan untuk pekerja bukan penerima upah mencapai 6% keanggotaan." (http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/7661/

BPJS-Ketenagakerjaan-Fokus-Tingkatkan-Jumlah-Peserta.html diakses minggu 15 /1/2017 12:33)

Hingga akhir tahun 2015 lalu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat yang terdaftar sebagaipeserta BPJS Ketenagakerjaan di Sumbagut mencapai 773.932 orang. Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) BPJS Ketenagakerjaan Sumbagut, Edy Syahrial, di sela-sela penyerahan kartu kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan kepada 20 orang pengendara Gojek S. Parman Medan, Senin (25/4) mengatakan, yang terdaftar sebagai peserta tersebut berasal dari tenaga kerja, baik sebagai penerima upah maupun bukan penerima upah atau perorangan.“Di Sumut perusahaan yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan sebanyak 18.404 dengan jumlah tenaga kerja sebagai penerima upah 638.822 orang, sedangkan tenaga kerja bukan penerima upah 51.956 orang,” jelasnya.

(http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/8197/Peserta-BPJS-Ketenagakerja an-di-Sumbagut-Capai-773.932-Orang.htmldiakses pada hari senin 16 januari 2017 pukul 22:19)

Petani merupakan salah satu pekerja sektor informal di sektor agraris. Petani memiliki peranan penting bagi bangsa Indonesia. Peranan dari sektor pertanian dalam perekonomian nasional adalah penyediaan bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang saat ini menurut data BPS sudah berjumlah254,9 juta jiwa.

Keberhasilan dalam penyediaan bahan pangan yang cukup dan stabil peran yang

(20)

besar dalam penciptaaan ketahanan pangan nasional (food security) yang serta memiliki kaitannya dengan stabilitas sosial, ekonomi, dan politik.

Data dari BPS pada tahun 2013 menyebutkan jumlah seluruh petani Indonesia berjumlah 31.705.337 jiwa. Dengan laki-laki yang bekerja sebagai petani berjumlah 24.362.157 jiwa dan wanita yang bekerja sebagai petani berjumlah 7.343.180jiwa

(http://st2013.bps.go.id/dev/st2013/index.php/site/tabel?tid=23&wid=

100000000diakses pada hari Jumat,17 Febuari 2017 pukul 13:00 ).

Kemudian jumlah petani Sumatera Utara pada tahun 2013 sesuai data BPS berjumlah 1.708.764 jiwa. Dengan dominan laki-laki yang bekerja sebagai petani berjumlah 1.173.838 dan wanita yang bekerja sebagai petani berjumlah 534.926 jiwa.(http://st2013.bps.go.id/dev/st2013/index.php/site/tabel?tid=23&wid=120000 0000diakses pada hari Jumat,17 Febuari 2017 pukul 13:05)

Sementara menurut data BPS Toba Samosir jumlah rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 sebanyak 32.349 rumah tangga, sub sektor tanaman pangan tangga, peternakan 14.882 rumah tangga, perikanan 3.206 rumah tangga, dan kehutanan 1.363 rumah tangga. Jumlah rumah tangga petani gurem di Kabupaten Toba Samosir tahun 2013 sebanyak 18.802 rumah tangga atau sebesar 58,25 persen dari rumah tangga pertanian pengguna lahan, mengalami penurunan sebanyak 299 rumah tangga atau turun 1,57 persen dibandingkan tahun 2003.

Jumlah petani yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 37.645 orang, terbanyak di sub sektor tanaman pangan sebesar 29.482 orang. Petani utama Kabupaten Toba Samosir sebesar 25,12 persen berada di kelompok umur 45-54 tahun.

(21)

(https://tobasamosirkab.bps.go.id/backend/brs_ind/brsInd-

20150401011347.pdfdiakses pada hari Senin 17 Januari 2017 pukul 20:01)

Salah satu desa yang ada di Toba Samosir memiliki mata pencarian besar petani adalah desa Sigumpar. Desa Sigumpar merupakan salah desa dibawah naungan Kecamatan Sigumpar. Desa Sigumpar terdiri dari dari 5 Dusun yaitu,dusun Hutanagodang,dusun Silimbat,dusun Tanotur,dusun Lumban lintong dan dusun Sitambirik. Desa Sigumpar memiliki kurang lebih 267 kepala keluarga.

Dengan Jumlah seluruhnya penduduknya ada 1328 orang . Di Desa Sigumpar yang memiliki pekerjaan tetap sebagai petani adalah 413 orang.

Melihat dari data yang dipaparkan petani di Indonesia pada saat ini umumnya lebih banyak dikerjakan oleh pada orang yang usianya sudah lanjut. Hal ini di karenakan banyak pemuda-pemudi di desa yang lebih memilih untuk merantau ke kota. Melihat hal ini Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah merupakan salah satu solusi yang tepat yang diberikan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan para petani terutama petani yang masih di usia produktif untuk Jaminan serta tabungan ke depan nanti bila sudah memasuki usia yang tidak produktif lagi.Program tersebut memberikan tiga jaminan yaitu,Jaminan Kecelakaan Kerja,Jaminan Kematian dan Jaminan Hari Tua.

Namun tak dapat dipungkiri pelaksaanan program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah masih kurang efektif. Hal ini dikarenakan minimnya tingkat pengetahuan petani serta masih kurangnya sosialisasi dari pemerintah serta dan pegawai BPJS Ketenagakerjaan terhadap seluruh lapisan masyarakat.

Sehingga menyebabkan banyak petani yang belum mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah.

(22)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,maka penulis merasa tertarik untuk meneliti bagaimana respon petani terhadap adanya program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah di desa Sigumpar kec.

Sigumpar Toba Samosir. Maka penulis menyusun penelitian ini dalam suatu karya ilmiah dengan judul “ Respon Petani terhadap adanya Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah di desa Sigumpar Kec. Sigumpar Toba Samosir”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan oleh penulis, maka masalah yang di kemukankan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut” bagaimana respon petani terhadap adanya program BPJS Ketenaga kerjaan Bukan Penerima Upah di desa Sigumpar Kec. Sigumpar Toba Samosir?”

1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon petani terhadap adanya program BPJS Ketenaga kerjaan Bukan Penerima Upah di desa Sigumpar Kec. Sigumpar Toba Samosir.

1.3.2 Manfaat penelitian

Adapun hasil penelitian ini dapat digunakan dalam rangka:

a. Pengembangan konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan jaminan sosial kepada tenaga kerja sektor informal.

b. Pengembangan kebijakan dan model pelayanan BPJS Ketenaga kerjaan Bukan Penerima Upah.

(23)

1.4 Sistematis Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini disajikan dalam 6 bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan poin-poin tentang konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikian, bagan pemikiran, dan definisi konsep

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis melakukan penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon

Respon merupakan istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan suatu reaksi terhadap rangsangan yang diterima oleh panca indera. Respon biasanya diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dimuncul setelah dilakukan perangsangan.

Respon yang berasal dari kata response memiliki pengertian sebagai jawaban,balasan, atau tanggapan . Marbun,dalam kamus politik, menyatakan bahwa respon adalah tanggapan ,reaksi, dan jawaban, sedang kan reaksi adalah kegiatan berupa aksi,protes dan sebagainya, yang timbul akibat suatu gejala atau peristiwa dan tanggapan atau respon terhadap suatu aksi. Dalam berkomunikasi dengan dunia luar ,orang menggunakan kelima inderanya untuk menerima dengan indera respon yang ditimbulkan berbeda-beda karena respon (persepsi,sikap dan perilaku) dibentuk oleh budaya ( Hairani 2011 : 38).

Menurut Louis Thursone,respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan ,kecurigaan, dan prasangka,pra pemahaman yang mendetail, ide-ide,rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Pengertian tersebut dapat di ketahui bahwa cara mengungkapkan sikap dapat melalui:

1. Pengaruh dan penolakan 2. Penilaian

3. Suka dan tidak suka 4. Kepositifan

(25)

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorangatau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atau situasi lain . Sikap yang muncul bisa positif yaitu cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek dimana seseorang disebut respon positif apabila dilihat melalui tahap kognisi,afeksi, dan psikomotorik. Sebalik seseorang ,disebut mempunyai respon negatif apabila informasi yang di dengar atau perubahan tehadap suatu objek tidak mempengaruhi tindakannya atau malah menghindar atau membenci objek tertentu. Terdapat dua jenis variabel yang mempengaruhi respon yaitu:

1. Variabel Struktural yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik

2. Variabel fungsional yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat,misalnya kebutuhan suasana hati,pengalaman masa lalu (Adi 2000:111)

Menurut Hunn (1962) orang dewasa memiliki sejumlah besar unit untuk memproses informasi-informasi. Unit-unit ini dibuat khusus untuk menangani representasi fenomenal dari keadaan di luar yang ada dalam diri seseorang individu. Proses yang berlangsung secara rutin ini yang oleh Hunt dinamakan dengan respon (Adi,2000: 129).Maka dari itu untuk mengetahui reapon dapat dilihat melalui persepsi,sikap dan partisipasi.

Wiliam James menyatakan persepsi adalah bentuk dasar data yang kita peroleh dari lingkungan yang kita serap oleh indera kita, dandiolah oleh pengolahan ingatan menjadi suatu pengalaman. Jadi yang di maksud dengan persepsi adalah suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam

(26)

memahami informasi tentang lingkungan baik lewat penglihatan,pendengaran, penghayatan, perasaan,dan penerimaan.

Jika berbicara mengenai respon tidak akan lepas dari perubahan konsep sikap. Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu jika dia menghadapi suatu rangsangan.

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang terhadap objek –objek tertentu seperti perubahan lingkungan atau situasi lain.

Sikap yang muncul dapat positif yakni menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek atau muncul sikap negatif yakni menghindari,membenci atau tidak perduli terhadap objek.

Partisipasi juga menjadi hal yang sangat penting bahkan mutlak di perlukan dalam mengukur respon selain persepsi dan respon. Partisipasi dapat diartikan sebagai adanya motivasi atau keinginan dalam keterlibatan secara aktif dan terorganisir dalam seluruh tahapan kegiatan.

2.2. Tenaga Kerja

Menurut Undang-Undang tahun 2003 tentang ketentuan-ketentuan pokok Mengenai tenaga kerja,tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhu kebutuhan masyarakat. Pengertian ini sangat luas karena mencakup semua orang yang bekerja pada siapa saja baik perseorangan,persekutuan,badan hukum, atau badan lainnyadengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun. Penegasan imblana dalam bentuk apapun ini perlu,karena upah selama ini indetik dengan uang,padahal ada pula pekerja yang menerima imbalan atau upah dalam bentuk barang.

(27)

Tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua kategori . Kategori pertama tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan pada setiap bentuk usaha (perusahaan) atau perorangan dengan menerima upah. Kategori kedua adalah tenaga kerja diluar hubungan kerja ,yaitu tenaga kerja yang melakukan pekerjaan diluar hubungan kerja adalah orang yang bekerja sendiri tanpa ikatan dengan perusahaan atau perorangan biasa disebut dengan tenaga kerja bebas misalnya, bidan yang membuka praktik,pengacara, petani yang menggarap sawahnya sendiri, wirausahawan yang melakukan usaha dalam perdagangan dan lain-lainnya.

2.3 Petani 2.3.1 Pengertian

Pengertian petani dapat didefinisikan sebagai pekerjaan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya guna memenuhi kebutuhan hidup dengan mengunakan peralatan yang bersifat tradisional dan modern. Secara umum pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan.Petani dalam pengertian yang luas mencakup semua usaha kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikroba) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit, petani juga diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim.

(28)

2.3.2 Jenis-jenis Petani

Ada beberapa jenis petani yang ada di Indonesia:

1. Petani Gurem Adalah petani kecil yang memiliki luas lahan 0,25 ha.Petani inimerupakan kelompok petani miskin yang memiliki sumber daya terbatas.

2. Petani Modern Merupakan kelompok petani yang menggunakan teknologi dan memiliki orientasi keuntungan melalui pemanfaatan teknologi tersebut.

Apabila petani memiliki lahan 0,25 ha tapi pemanfaatan teknologinya baik dapat juga dikatakan petani modern.

3. Petani Primitif adalah petani-petani dahulu yang bergantung pada sumber daya dan kehidupan mereka berpindah-pindah.

Menurut Wahyudin (2005:39) Golongan petani di bagi menjadi tiga yaitu : 1. Petani Kaya : yakni petani yang memiliki luas lahan pertanian 2,5 ha

lebih

2. Petani Sedang : petani yang memiliki luas lahan pertanian 1 sampai 2,5 ha.

3. Petani Miskin : petani yang memiliki luas lahan pertanian kurang dari 1 ha.

Mengingat negara Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya sebagai petani maka memiliki beberapa bentuk pertanian diantaranya :

1. Sawah, sawah adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut.

2. Tegalan, tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan

(29)

dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk ditumbuhi tanaman pertanian.

3. Pekarangan, perkarangan adalah suatu lahan yang berada di lingkungan dalam rumah yang dimanfaatkan untuk ditanami tanaman pertanian seperti sayuran dan kacang-kacangan.

4. Ladang Berpindah, ladang berpindah adalah suatu kegiatan pertanian yang dilakukan di banyak lahan hasil pembukaan hutan atau semak di mana setelah beberapa kali panen / ditanami, maka tanah sudah tidak subur sehingga perlu pindah ke lahan lain yang subur atau lahan yang sudah lama tidak digarap.

5. Tanaman Keras, tanaman keras adalah suatu jenis varietas pertanian yang jenis pertanianya adalah tanaman-tanaman keras seperti karet, kelapa sawit dan coklat.

Menurut Mosher (1997:28), setiap petani memegang tiga peranan yaitu:

1. Petani Sebagai Juru Tani (Cultivator). Yaitu seseorang yang mempunyai peranan memelihara tanaman dan hewan guna mendapatkan hasil-hasilnya yang berfaedah.

2. Petani Sebagai Pengelola (Manager). Yakni segala kegiatan yang mencakup pikiran dan didorong oleh kemauan terutama pengambilan keputusan atau penetapan pemilihan dari alternatif- alternatif yang ada.

3. Petani sebagai manusia 10 Selain sebagai juru tani dan pengelola, petani adalah seorang manusia biasa. Petani adalah manusia yang menjadi anggota

(30)

dalam kelompok masyarakat, jadi kehidupan petani tidak terlepas dari masyarakat sekitarnya.

2.4 Program

Program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan . Adanya program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudahuntuk dioperasionalkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan pelaksanaan karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek antara lain:

1. Adanya tujuan yang ingin dicapai

2. Adanya kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam pencapaian tujuan 3. Adanya aturan-aturan yang dipegang dan prosedur yang harus dilalui 4. Adanya perkiraan anggran yang dibutuhkan

5. Adanya strategi dalam pelaksanaan

Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan program ialah adanya kelompok orang yang menguji sasaran program sehingga kelompok orang tersebut merasa ikut dilibatkan dan membawa hasildari program yang dijalankandan adanya perubahan serta peningkatan dalam kehidupannya. Tanpa memberikan manfaat pada kelompok orang, boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan.Berhasil tidaknya suatu program dilaksanakan tergantung dari unsur pelaksanaanya.Unsur pelaksanaan itu merupakan unsur ketiga.Pelaksana adalah hal penting dalam mempertanggungjawabkan pengolahan maupun pengawasan dalam pelaksanaan, baik itu organisasi ataupun perorangan.

(31)

2.5 Jaminan Sosial

Jaminan sosial merupakan upaya memberikan perlindungan dengan peyelenggaraan untuk menciptakan sosial security bagi setiap elemen warga negara.Rasa aman menjadi setiap impian bagi setiap orang ketika sedang mengalami sebuah permasalahan hidupnya, permasalahan pada dasarnya tidak diinginkan namun pasti terjadi.Upaya pemenuhan kesejahteraan dapat terwujud jika adanya jaminan sosial, karena cita-cita pendiri bangsa ini untuk memajukan kesejahteraan umum, kesejahteraan masyarakat yang kita inginkan masyarakat sejahtera yang memiliki nilai keadilan sosial, sikap gotong royongan dan kebersamaan.

Jaminan sosial juga merupakan bagian dari konsumsi publik yang wajib didanai oleh negara, dalam pengertian umumnya sering diartikan sebagai sutu bentuk usaha untuk memberikan bantuan kepada masyarakat.Pengertian itu tampak sangat limitative bila mengacu pada arti fleksibel. Dalam pengertian formal, ISSA (International Social Security Association) mengartikan jaminan sosial sebagai perlindungan yang diberikan bagi anggota masyarakat untuk suatu resiko atau peristiwa tertentu, dengan tujuan menghindari sejauh mungkin terjadinya peristiwa yang mengakibatkan hilang atau turunnya sebagian besarpenghasilan.

Jaminan sosial juga memberikan pelayanan medis, tunjangan keluarga dan anak atau jaminan keuangan atau konsekuensi ekonomi dari suatu peristiwa. Pada sisi lain, konvensi ILO No. 102 tahun 1952, mendefinisikan jaminan sosial sebagai usaha pemerintah untuk melindungi masyarakat atau sebahagian anggota masyarakat dari tekanan ekonomi yang dapat menghilangnya penghasilan karena

(32)

sakit, mengganggur, cacat, hari tua dan kematian. Jaminan sosial juga menyediakan dana bagi masyarakat serta memberikan bantuan kepada keluarga dalam pemeliharaan anak.

2.6 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 2.6.1 Arti BPJS

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan lembaga penyelenggara jaminan sosial, sehingga dengan adanya jaminan sosial, resiko keuangan yang dihadapi oleh seseorang, baik itu karena memasuki usia tidak produktif, mengalami sakit, mengalami kecelakaan dan bahkan kematian, akan di ambil alih oleh lembaga yang menyelenggarakan jaminan sosial. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

2.6.2 Tugas BPJS

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut, BPJS bertugas untuk:

1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta

2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja 3. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah

4. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;

5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial 6. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan

sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial

(33)

7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan

sosial kepada peserta dan masyarakat.

(http://www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/268 ,diakses tanggal 18 Januari 2017 pukul 13:14)

Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan data kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan iuran dari Pemerintah, pengelolaan Dana jaminan Sosial, pembayaran manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program jaminan sosial dan keterbukaan informasi. Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam arti menerima pendaftaran atau secara aktif dalam arti mendaftarkan peserta.

2.6.3 Wewenang BPJS

Dalam melaksanakan tugasnya BPJS berwenang:

1. Menagih pembayaran Iuran

2. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai

3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional

(34)

4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah

5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan

6. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya

7. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

8. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial

(http://www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/268diakses pada hari rabu 18 januari 13: 25).

Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran, kewenangan melakukan pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai badan hukum publik.

2.7 Badan Penyelenggara Jaminan BPJS Ketenaga Kerjaan 2.7.1 Pengertian

Badan penyelenggara jaminan social ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada

(35)

Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan hari tua, jaminan pension, jaminan kematian dan jaminan kecelakaan kerja bagi seluruh pekerja indoensia termasuk orang asing yang bekerja paling cepat 6 Bulan di Indonesia. ( Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang BPJS, Pasal 7 ayat (1) dan (2) dan Pasal 9 ayat (2).

Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

BPJS Ketenaga kerjaan terbentuk setelah mengalami proses yang cukup panjang,dimulai dari:

1. Pembentukan Undang-Undang No. 33 tahun 1947 dan Undang- Undang No. tahun 1951 tentang kecelakaan kerja

2. Peraturan Menteri Perburuhan No. 48 tahun 1952 dan Peraturan Menteri Perhubungan No.8 tahun 1956 tentang Pengaturan Bantuan untuk Usaha Penyelenggaraan Kesehatan Buruh

3. Peraturan Menteri Perburuhan no.15 tahun 1957 tentang pembentukan yayasan sosial buruh

4. Peraturan Menteri Perburuhan No.5 tahun tentang Pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial

5. Pemberlakuan Undang-Undang no.14 tahun 1969 tentang pokok- pokok Tenaga Kerja

(36)

6. Terbitnya Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara Asuransi Tenaga Kerja yaitu Perum Astek

7. Pada tahun 1992 lahirlah Undang-Undang No.3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja

8. Peraturan Pemerintah No.36 tahun 1995 maka PT. Jamsostek ditetapkan sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek ini memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya dengan memeberikan kepastian berlangsungan arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang akibat resiko kerja.

9. Pada tahun 2011 ditetapkan Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelanggara Jaminan Sosial dan sesuai dengan peraturan Undang-Undang tersebut pada tanggal 1 januari 2014 PT. Jamsostek akan berubah menjadi BPJS Ketenaga kerjaan

2.7.2 Ruang Lingkup Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja dalam Undang-undang No.3 tahun 1992meliputi:

a. Program Jaminan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan risiko yang dihadapi oleh tenaga kerja yang melakukan pekerjaan. Dalam pasal 1huruf 6 Undang-undang nomor 3 tahun 1992 definisi kecelakaan kerja adalah kecelakaan kerja yang berkaitan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang ditimbulkan karena hubungan kerja,

(37)

demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Karena pada umumnya kecelakaan kerja akan mengakibatkan dua hal, yaitu kematian dan cacat.

Kematian adalah kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya bisa meninggal dunia. Sedangkan cacat adalah tidak berfungsinya sebagian dari anggota tubuh tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja. Cacat terbagi menjadi cacat tetap dan cacat sementara. Cacat tetap adalah kecelakaan- kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami pembatasan, gangguan fisik, atau gangguan mental yang bersifat tetap. Cacat sementara adalah kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya menjadi tidak mampu bekerja untuk sementara waktu. Dalam menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja yang berupa kematian atau cacat tetap atau sementara, baik fisik maupun mental perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.

Dalam lampiran II Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 53 tahun 2012 tentang Perubahan Kedelapan Atas Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Jaminan Tenaga Kerja, Terkait besaran santunan yang akan dibayarkan kepada pekerja/buruh yang mengalami kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :

1. Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) 4 (empat) bulan pertama 100% x upah sebulan, 4 (empat) bulan kedua 75% x upah sebulan dan bulan seterusnya 50% x upah sebulan.

2. Santunan cacat:

(38)

a. santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya dibayarkan secara sekaligus dengan besarnya % (persen) sesuai tabel[5] x 80 bulan upah.

b. santunan cacat total untuk selama-lamanya dibayarkan secara sekaligus dan secara berkala dengan besarnya santunan adalah:

1. Santunan sekaligus sebesar 70% x 80 bulan upah

2. Santunan berkala dibayarkan sebesar Rp 200.000,00 (duaratus ribu rupiah) perbulan selama 24 (dua puluh empat) bulan atau dibayarkan dimuka sekaligus sebesar Rp 4.800.000,00 (empat juta delapan ratus ribu rupiah) atas pilihan tenaga kerja yang bersangkutan.

3. Santunan cacat kekurangan fungsi dibayarkan secara sekaligus dengan besarnya santunan adalah % berkurangnya fungsi x % sesuai table x 80 (delapan puluh) bulan upah.

b. Program Jaminan Kematian

Kematian muda atau kematian dini/prematur pada umumnya meninggalkan kerugian finansial bagi mereka yang ditinggalkan. Kerugian ini dapat berupa kehilangan mata pencaharian atau penghasilan dari yang meninggal, dan kerugian yang diakibatkan oleh biaya perawatan selama yang bersangkutan sakit serta biaya pemakaman. Oleh karena itu, dalam program jaminan sosial tenaga kerja Pemerintah mengadakan program jaminan kematian.

Santunan kematian adalah program jangka pendek sebagai pelengkap program jaminan hari tua, dibiayai dari iuran dan hasil pengelolaan dana santunan kematian, dan manfaat diberikan kepada keluarga atau ahli waris yang sah pada saat peserta meninggal dunia. Bentuk jaminan kematian program Jamsostek ini

(39)

merupakan program asuransi eka waktu dengan memberikan jaminan untuk jangka waktu tertentu saja, yaitu sampai dengan usia 55 (lima puluh lima) tahun.

Pada pasal 22 Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2012 santunan Jaminan Kematian dibayarkan kepada Janda atau Duda atau Ahli waris yang sah secara sekaligus (lumpsum) meliputi:

1. santunan kematian dibayarkan sekaligus sebesar Rp14.200.000,00 (empat belas juta dua ratus ribu rupiah)

2. biaya pemakaman dibayarkan sekaligus sebesar Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah)

3. santunan berkala dibayarkan sebesar Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) perbulan selama 24 (dua puluh empat) bulan atau dibayarkan dimuka sekaligus sebesar Rp 4.800.000,00 (empat juta delapan ratus ribu rupiah) atas pilihan Janda atau Duda atau Anak tenaga kerja yang bersangkutan.

c. Program Jaminan Hari Tua

Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.

Kepesertaan jaminan hari tua bersifat wajib. Karena jaminan hari tua sama dengan program tabungan hari tua, setiap peserta akan memiliki rekening tersendiri pada badan penyelenggara. Besarnya iuran jaminan hari tua adalah 5,7

(40)

persen dari upah pekerja/buruh sebulan, dengan perincian 3,7 persen ditanggung pengusaha dan sebesar 2 persen ditanggung oleh pekerja/buruh.

Selain itu, program ini merupakan program jangka panjang yang hanya dapat dibayarkan kembali oleh badan penyelenggara kepada pekerja/buruh atau ahli warisnya dengan syarat tertentu. Sesuai pasal 26 Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2012 syarat tertentu tersebut, adalah:

1. Pekerja/buruh yang bersangkutan telah mencapai usia lima puluh lima tahun, yaitu usia sebagai batas masa kerja atau pensiun.

2. Pekerja/buruh yang bersangkutan mengalami cacat tetap total menurut keterangan dokter yang ditunjuk oleh perusahaan atau badan penyelenggara.

3. Pekerja/buruh yang bersangkutan meninggal dunia, baik karena kecelakaan kerja maupun kematian dini (prematur).

2.8 Program BPJS Ketenaga kerjaan Bukan Penerima Upah (BPU) 2.8.1 Pengertian

Program Bukan Penerima Upah adalah Jaminan sosial yang dibentuk oleh BPJS Ketenagakerjaan untuk para pekerja bukan penerima upah. Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) adalah pekerja yang melakukan kegiatan atau usaha ekonomi secara mandiri untuk memperoleh penghasilan dari kegiatan atau usahanya tersebut yang meliputi : Pemberi Kerja; Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan Pekerja yang tidak termasuk pekerja di luar hubungan kerja yang bukan menerima Upah, contoh Tukang Ojek, Supir Angkot, Pedagang Keliling,Petani, Dokter, Pengacara/Advokat, Artis, dan lain-lain.

(41)

2.8.2 Jenis Program dan Manfaat

Jenis Program & Manfaat yang ada dalam Program Bukan Penerima Upah sama dengan program BPJS Ketenagakerjaan untuk sektor formal/ para pekerja yang memiliki hubungan kerja tetap,yaitu:

a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), terdiri dari biaya pengangkutan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja, biaya perawatan medis, biaya rehabilitasi, penggantian upah Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB), santunan cacat tetap sebagian, santunan cacat total tetap, santunan kematian (sesuai label), biaya pemakaman, santunan berkala bagi yang meninggal dunia dan cacat total tetap

b. Jaminan Kematian (JK), terdiri dari biaya pemakaman dan santunan berkala

c. Jaminan Hari Tua (JHT), terdiri dari keseluruhan iuran yang telah disetor, beserta hasil pengembangannya.

2.8.3 Iuran

Berikut Iuran yang ada dalam Program Bukan Penerima Upah:

Program BPJS Ketenaga kerjaan Nilai Iuran

Jaminan Kecelakaan Kerja 1 % (berdasarkan nominal tertentu sesuai kemampuan penghasilan)

Jaminan Kematian Rp6.800,-

Jaminan Hari Tua 2%

(Berdasarkan nominal tertentu sesuai dengan kelompok upah yang

dilaporkan)

(42)

(http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/page/program/Bukan-Penerima-Upah- (BPU).html diakses pada tanggal Kamis,19 Januari 2017 pukul 12: 47) 2. 9 Kerangka Pemikiran

Sebagai bagian dari masyarakat produktif, amatlah wajar bila petani diberikan perlindungan,pemeliharaan serta secara bertahap ditingkatkan kesejahteraannya. Peningkatan kesejahteraan tersebut dapat dilakukan dengan memberikan jaminan sosial, Begitu juga dengan petani di desa Sigumpar sebagai salah satu tenaga kerja sektor informal.

Sehubungan dengan upaya memberikan perlindungan dan pemeliharaan keselamatan kerja,demi meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja sektor informal.

Salah satu badan jaminan sosial yang dibentuk oleh pemerintah dalam memberikan jaminan sosial bagi seluruh tenaga di Indonesia adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenaga kerjaan,terutama BPJS Ketenaga kerjaan telah merilis program jaminan untuk pekerja sektor informal yaitu Program Bukan Penerima Upah.

Adapun respon petani meliputi tiga hal,yaitu persepsi petani,sikap petani,dan partipasi petani terhadap program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah. Skematika kerangka pemikiran adalah proses transformasi narasi yang menerangkan hubungan atau konsep-konsep atau variabel-variabel penelitian menjadi sesuatu yang berbentuk skema (Siagian, 2011: 132). Untuk itu skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(43)

Bagan 2.1 Bagan Alur Pikir

Kesejahteraan Petani di desa Sigumpar kec.

Sigumpar Toba Samosir

Jaminan Sosial

BPJS Ketenagakerjaan Program Bukan Penerima Upah Melalui:

1. Jaminan Kecelakaan Kerja 2. Jaminan Kematian

3. Jaminan Hari Tua

Persepsi Petani Terhadap Program Bukan Penerima

Upah

Sikap Petani Terhadap Program Bukan Penerima

Upah

Partisipasi Petani Dalam Program Bukan

Penerima Upah

(44)

2.10 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.10.1 Defenisi Konsep

Konsep merupakan suatu makna yang berada di dalam pikiran ataudidunia kepahaman manusia dinyatakan kembali dengan sarana lambing perkataan dan kata-kata (suryanto,2008:49).

Perumusan definisi konsep dalam suatu penelitian ilmiah menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang di teliti. Peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil peneliti itu memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh si peneliti. Jadi definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu peneliti (Siagian, 2011: 136& 138).

Memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka penelitian membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

1. Respon adalah reaksi, tanggapan maupun jawaban dimana tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu, yang selanjutnya yang menjadi indikator adalah:

a. Persepsi, merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat penglihatan, pendengaran, perasaan dan penerimaan.

b. Sikap, merupakan kecenderungan atau kesediaan seorang untuk bertingkah laku tertentu jika dia memahami rangsangan tertentu. Yang dimaksud rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan yang berbentuk

(45)

batiniah seperti aktualisasi diri dan dapat berbentuk fisik seperti halnya hasil-hasil dan usaha pembangunan.

c. Partisipasi merupakan proses sikap mental orang dimana petani aktif dalam menyumbang kreatifitas dan inisiatifnya dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya.

2.Petani adalah pekerjaan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya guna memenuhi kebutuhan hidup dengan mengunakan peralatan yang bersifat tradisional dan modern.

3. Program adalah cara disahkannya untuk mencapai tujuan. Adanya program maka segala bentuk rencana akan lebih berorganisir dan lebih mudah untuk di operasionalkan.

4. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan adalah badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan hari tua, jaminan pensiun, jaminan kematian dan jaminan kecelakaan kerja bagi seluruh pekerja Indonesia temasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia.

5. Program Bukan Penerima Upah adalah Jaminan sosial yang dibentuk oleh BPJS Ketenagakerjaan untuk para pekerja bukan penerima upah.

Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) adalah pekerja yang melakukan kegiatan atau usaha ekonomi secara mandiri atau pekerja sektor informal.

(46)

2.10.2 Definisi operasional

Operasional merupakan seperangkat petunjuk atau krieteria yang lengkap tentang apa yaharus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Defenisi operasional bertujuan membantu peneliti untuk mendapatkan informasi ilmiah dengan menggunakan variabel yang sama. Maka dalam hal ini perlu operasional isasinya dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati (silalahi,2009 :120)

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian dapat dikemukakan bahwa perumusan definisi operasional merupakan langkah lanjutan dari perumusan definisi konsep. Definisi konsep ditunjuk untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa, maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan definisi ditunjukkan dalam upaya transformasi konsep kedunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat di observasi (Siagian, 2011: 141).

Adapun yang menjadi definisi operasional dalam Respon karyawan terhadap adanya program BPJS ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah diukur melalui indikator berikut ini:

1. Persepsi Petani terhadap program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah .

a. Pengetahuan Petani tentang Jaminan Sosial.

b. Pengetahuan Petani tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial(BPJS).

c. Pengetahuan Petani tentang Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Peneriman Upah.

(47)

d. Sumber informasi mengenai adanya Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Peneriman Upah.

2. Sikap Petani mengenai Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah.

a. Penilaian Petani mengenai Jaminan Sosial melalui BPJS,

b. Setuju atau tidaknya Petani mengenai adanya Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Peneriman Upah.

c. Bermanfaat atau tidaknya Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Peneriman Upah setelah mengetahui tujuan dari program tersebut.

d. Setuju atau tidaknya Petani mengenai dilanjutkannya Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Peneriman Upah.

e. Tanggapan Petani terhadap jumlah iuran dalam Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Peneriman Upah.

3. Partisipasi Petani dalam program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah.

a. Keikutsertaan Petani menjadi setelah mengetahui Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Peneriman Upah.

b. Kehadiran petani dalam sosialisasi program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah.

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskritif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti . Termasuk di dalamnya bagian unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian,2011:52).

Penelitian deskritif bersifat menggambarkan dan melukiskan sesuatu hal yang di dapat dari lapangan dan kemudian menjelaskan dengan kata-kata . Penelitian deskritif akan membuat gambaran bagaimana respon petani adanya terhadap program BPJS Ketenaga kerjaan Bukan Penerima Upah di Desa Sigumpar kecamatan Sigumpar Toba Samosir.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sigumpar kecamatan Sigumpar Toba Samosir. Penulis mengambil di Desa Sigumpar dikarenakan ketertarikan penulis melihat bagaimana respon petani terhadap adanya program BPJS Ketenaga kerjaan Bukan Penerima Upah.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan obyek,benda, peristiwa atau pun individu yang akan di kaji dalam suatu penelitian(

Siagian,2011) . Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit dan elemen dimana

(49)

penelitian dilakukan .Populasi dapat berupa organism, orang atau sekelompok,masyarakat, oraganisasi, benda,objek persitiwa,atau laporan yang semuanya memiliki ciri-ciri dan harus di denifisikan secara spesifik dan tidak secara mendua( Silalahi,2009).

Berdasarkan pendapat tersebut,maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang bertani di desa Sigumpar kecamatan Sigumpar Toba Samosir sebanyak 413orang.

3.3.2 Sampel

Secara umum,sampel adalah bagian objek,kejadian atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan diteliti.Dengan demikian dapat dikemukan, bahwa sampel adalah bagian yang bersifat representative dari populasi yang diambil datanya secara langsung . Hal ini berarti bahwa sampel bukan sekedar bagian dari populasi, melainkan bagian yang benar- benar mewakili populasi ( Siagian, 2011: 156)

Menurut silalahi jika jumlah populasi lebih dari 100 maka jumlah sampel yang diambil adalah 10%-20% dari jumlah populasi. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka sampel yang diambil oleh peneliti sebesar 10% dari populasi petanidi desa Sigumpar yang berjumlah 413 orang . Dan jumlah yang diambil sampel 41 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang digunaka dalam penelitian ini adalah:

a. Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumulan atau informasi menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku,majalah surat kabar,tulisan yang kaitannya terhadap masalah yang diteliti.

(50)

b. Studi Lapangan ,yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang di teliti.

Dengan demikian,instrument penelitian disini adalah alat-alat yang digunakan dalam rangka studi lapangan yang dalam penelitian sosial dibagi dua jenis,yaitu:

a) Wawancara,yaitu percakapan atau Tanya jawab yang dilakukan pengumpulan data dengan responden sehingga responden memberikan data atau informasi yang di perlukan dalam penelitian

b) Kuesioner,yaitu kegiatan pengumpulan data dengan cara menyebar daftar pertanyaan untuk dijawab responden sehingga peneliti memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian (Siagian, 2011: 206-207)

Data menurut asal sumbernya dibagi menjadi dua : data primer,yaitu data yang di peroleh langsung dari objek yang akan diteliti sedangkan kedua data sekunder ,yaitu data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu. Disini penulis memperoleh data primer dari responden yaitu petani di desa Sigumpar kec. Sigumpar Toba Samosir.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menjadikan data memberikan pesan kepada pembaca. Analisis data menjadikan data tersebut mengeluarkan maknanya sehingga para pembaca tidak hanya mengetahui data itu,melainkan juga mengetahui apa yang ada dibalik itu (Siagian:2011) . Teknik analisa data pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu cara memeriksa data dari

(51)

responden ,kemudian dicari frekuensinya dan persentasenya untuk disusun dalam bentuk tabel tunggal serta selanjutnya dijelaskan secara kuantitatif. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,persepsi, dan partisipasi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Subyek penelitian dihadapkan pada pernyataan positif dan dalam jumlah yang berimbang dan mereka diminta untuk menyatakan apakah sangat setuju,setuju,kurang setuju,atau tidak setuju (Faisal, 2005:143)

Pemberian skor data dilakukan mulai respon yang negatif menuju positif,yakni:

a. Skor tidak setuju (negatif)adalah -1 b. Skor kurang setuju (netral) adalah 0 c. Skor setuju (positif) adalah 1

Adapun langkah-langkah analisa data yang dilakukan adalah:

a. Pengkodingan,yaitu mengklarifikasi jawaban-jawaban menurut macamnya.

b. Membuat kategori untuk mengklarifikasi jawaban sehingga mudah dianalisa serta disimpulkan untuk menjawab masalah yang dikemukakan dalam penelitian.

c. Tabulasi,yaitu dengan menggunakan tabel tunggal untuk mengetahui jawaban dan skor dari masalah yang diteliti.

Sebelum menentukan klasifikasi,persepsi,sikap, dan partisipasi,maka ditentukan interval kelas sebagai berikut:

(52)

𝔦𝔦 =H−LK

=1−(−1)3

=2

= 0,66 3

Maka dapat ditentukan kategori respon positif atau negatif dengan adanya batasan nilai yang telah diperoleh sebagai berikut:

Respon dengan nilai -1 sampai dengan -0,33 = respon negatif Respon dengan nilai -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral Respon dengan nilai 0,33 sampai dengan 1 = respon positif

𝔦𝔦=interval kelas H=nilai tertinggi L=nilai terendah K=banyak kelas

NEGATIF NETRAL POSITIF

-1 -0,66 -0,33 0 0,33 0,66 1

(53)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Singkat Desa Sigumpar

Tahun 1999: Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir terbentuk hasil pemekaran dari Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir dan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Mandailing Natal,dimana desa Sigumpar merupakan salah satu desa di Kecamatan Sigumpar.

Tahun 2008: Kecamatan Sigumpar terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir N0. 6 Tahun 2004 tentang Pembentukan Kecamatan Sigumpar yang mekar dari Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir ,dimana desa Sigumpar merupakan salah satu desa di Kecamatan Sigumpar.

Desa Sigumpar adalah bagian dari Kecamatan Sigumpar, Berdirinya Desa Sigumpar yang dulunya termaksud bagian dari Kecamatan Silaen (Sebelum dimekarkan menjadi Kecamatan Sigumpar). Sejarah berdirinya desa ini adalah perubahan nama dari desa Sigumpar Tengah yang kini tidak lagi terdata nama Sigumpar Tengah dalam dusun-dusun di desa Sigumpar. Bila melihat kebelakang bahwa desa Sigumpar Tengah masih berdekatan dengan desa Sigumpar dan hal ini menyebabkan nama Sigumpar Tengah menjadi Sigumpar. Marga asli penduduk desa Sigumpar didominasi oleh Marga Simanjuntak.

(54)

Pengabungan kedua desa dimaksud dimungkinkan karena memiliki kesamaan kateristik dan letak topografi yang saling berdekatan sehingga pelaksanna pengabungan tidak mengalami kendala.

4.2 Keadaan Geografis

Desa Sigumpar terletak pada posisi 2020 - 2024’LU dan 990 080 – 99011’

BT berada pada ketinggian ± 600 – 800m diatas permukaan laut dengan kondisi wilayah 2,50Km2,selain itu orbitasi/aksebilitas wilayah desa Sigumpar dari ibu kota Kabupaten yaitu 17 km yang dapat ditempuh selama ± 42 menit. Adapun jarak dari ibu kota provinsi ke desa sejauh 271 km dapat ditempuh sekitar 6 jam.

4.2.1 Kondisi Alam

Batas wilayah desa Sigumpar adalah:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Nauli 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Dolok Jor 3. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Situa-tua 4. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Marsangap 4.3 Keadaan Demografis

Dilihat dari segi keadaan demografis dapat diuraikan keadaan desa Sigumpar berdasarkan luas dan pembagian wilayahnya,komposisi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin,usia,agama,dan mata pencaharian.

4.3.1 Luas Wilayah

Luas wilayah desa Sigumpar adalah sebagai berikut:

Luas Wilayah Desa :2,50 Km2 Jumlah Penduduk : 1.328 Jiwa Jumlah Kepala Keluarga : 267 KK

Referensi

Dokumen terkait

Reading for comprehension when accomplished by a skill fluent reader, requires speed reading and automatic processing of words, strong skill in forming a

Berkaitan dengan teknik sipil, game ini belum menerapakan sebagian disiplin ilmu teknik sipil, yaitu renovasi dan merancang.. Penerapan ilmu membangun sebatas

The community (local people) around the courses are also tries to use English with the English learners in Pare even though the community gets speaking

Diperlukan strategi kolaboratif (collaborative strategies) yang melibatkan berbagai unsur - dunia usaha, perguruan tinggi, LSM atau organisasi lainnya, bahkan

Kesimpulan: Ekstrak ganggang merah dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel sebagai anti-aging dan sediaan gel formula F4 (2,5%) mempunyai efek anti-aging yang paling

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi kecelakaan kerja, dintaranya adalah Fault Tree Analysis (FTA), Hazard and Operability Study

Network semacam inilah yang digambarkan sebagi entrepreneurship ecosystem.Suatu usaha bisnis (venture) muncul dan mampu berkembang bukan semata- mata karena kemampuan

Dari penjelasan yang telah peneliti sampaikan, ada hubungan antara kualitas komunikasi dan tingkat kebahagiaan individu dewasa muda yang sedang menjalani pacaran jarak