• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN KARO SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN KARO SKRIPSI"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH:

MORGAN SAHALA SIRAIT 120304116

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN KARO

SKRIPSI

OLEH:

MORGAN SAHALA SIRAIT 120304116

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN KARO

NAMA : MORGAN SAHALA SIRAIT

NIM : 120304116

PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Rahmanta, M.Si.) (Ir. M. Jufri, M.Si.) NIP. 196309281998031001 NIP. 196011101988031003

Tanggal Lulus: 13 Agustus 2019

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

MORGAN SAHALA SIRAIT (120304116), Dengan Judul Skripsi ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN KARO. Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian.

Pada Tanggal: 13 Agustus 2019

Panitia Penguji Skripsi :

Ketua : (Dr. Ir. Rahmanta, M.Si.)

NIP. 196309281998031001 ... ...

Anggota : 1. (Ir. M. Jufri, M.Si.)

NIP. 196011101988031003 ...

2. (Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec.)

NIP. 196302041997031001 ...

3. (Ir. Iskandarini, M.M., Ph.D.)

NIP. 196405051994032002 ...

(5)

MORGAN SAHALA SIRAIT (120304116) dengan judul skripsi Analisis Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Wilayah Di Kabupaten Karo dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sektor perekonomian dan sub sektor pertanian apa saja yang menjadi sektor basis di Kabupaten Karo, untuk menganalisis pergeseran pertumbuhan sub sektor pertanian pada struktur perekonomian Kabupaten Karo, dan untuk menganalisis prioritas pengembangan sub sektor pertanian dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Karo.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu di Kabupaten Karo.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi terkait lainnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Location Quotient (LQ), Shift Share dan gabungan LQ dan Shift Share.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian, kehutanan dan peternakan menjadi sektor basis bagi perekonomian di Kabupaten Karo. Sub sektor tanaman pangan, sub sektor tanaman hortikultura, dan sub sektor jasa pertanian dan perburuan menjadi sektor basis di sub sektor pertanian Kabupaten Karo. Sub sektor tanaman perkebunan di Kabupaten Karo memiliki pertumbuhan yang cepat dan memiliki daya saing yang baik, sub sektor tanaman hortikultura dan sektor jasa pertanian dan perburuan di Kabupaten Karo memiliki pertumbuhan yang lambat dan memiliki daya saing yang baik, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan di Kabupaten Karo memiliki pertumbuhan yang cepat dan tidak memiliki daya saing yang baik, sedangkan sub sektor tanaman pangan dan sub sektor kehutanan dan penebangan kayu di Kabupaten Karo memiliki pertumbuhan yang lambat dan tidak memiliki daya saing yang baik dibanding Provinsi Sumatera Utara. Sub sektor tanaman hortikultura dan jasa pertanian dan perburuan merupakan prioritas pengembangan pertama di Kabupaten Karo.

Kata Kunci: Daya Saing, Location Quotient, Shift Share.

(6)

MORGAN SAHALA SIRAIT (120304116) with the title of the thesis is Analysis of Agricultural Sector Role Toward Regional Economics in Kabupaten Karo under the guidance of Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si as a Head of Commission Supervisor and Bapak Ir. M. Jufri, M.Si as a Member of Commission Supervisor.

The purpose of this study was to analyze the economic sectors and agricultural sub-sectors which become the basic sectors in Kabupaten Karo, to analyze the shift in the growth of the agricultural sub-sector in the economic structure of Kabupaten Karo, and to analyze the development priorities of agricultural sub- sectors in the regional economy of Kabupaten Karo.

The determination of the research area done purposively in Kabupaten Karo. The study uses secondary data obtained from the Statistics Indonesia (BPS) and other relevant agencies. The research method use data analysis Location Quotient (LQ), Shift Share and the combined method of LQ and Shift Share.

The results showed that the agriculture, forestry and animal husbandry sectors became the basic sectors in the economy of Kabupaten Karo. The sub-sectors of food crops, horticultural crops, and agriculture and hunting services become the basic sector in the Kabupaten Karo. The sub sector of estate crops in Kabupaten Karo has a fast growth and good competitiveness, the sub-sectors of horticultural crops and the agricultural and hunting services sector in Kabupaten Karo have slow growth and good competitiveness, the sub-sectors of livestock and the fisheries in Kabupaten Karo has fast growth and do not have good competitiveness, while the sub-sectors of food crops, the forestry and logging in Kabupaten Karo have slower growth and do not have good competitiveness compared to North Sumatera Province. The sub-sectors of horticultural crops and agriculture and hunting services are the first development priority in Kabupaten Karo.

Keywords: Competitiveness , Location Quotient, Shift Share.

(7)

Morgan Sahala Sirait, lahir di Payakumbuh pada tanggal 27 Oktober 1994.

Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari Bapak Aris Sirait dan Ibu Elni Benni, S,Pd.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh dan kegiatan ang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2000 masuk SD Swasta Pius Payakumbuh dan lulus tahun 2006.

2. Tahun 2006 masuk SMP Swasta Fidelis Payakumbuh dan lulus tahun 2009.

3. Tahun 2009 masuk SMA Negeri 1 Payakumbuh dan lulus tahun 2012.

4. Tahun 2012 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

5. Tahun 2015 tanggal 4 Agustus 2015-4 September mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Panduman, Kecamatan Raya Kahean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

6. Anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP), Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(8)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah ―Analisis Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Wilayah Di Kabupaten Karo‖. Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir.

Rahmanta Ginting, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing Skripsi dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan saran dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan Ir. M. Jufri, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakutas Pertanian Universitas Sumatera Utara, yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

3. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, khususnya pegawai di Program Studi Agribisnis.

(9)

materi maupun doa yang diberikan selama menjalani perkuliahan.

7. Ketiga adik penulis yaitu Florence Clay Mora Sirait, Margareta Gita Sirait, dan Carlos Abram Sirait yang telah menyayangi dan memotivasi penulis untuk terus berusaha menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Sahabat dan saudara saudari penulis, Swandi Hutabalian, Xaverius Malau, Joshua Lumban Tobing, Leo Prima R. Tambunan, SP, Luis Pranata Simanjuntak, SP, Yovi Triswandi Saragih, SP, Yan Depari, Hans Putra Panggabean SP, Josia Situmorang SP, Bang Rollis Fernando SP, Bang Albert SP, Bang Richard SP, Merry, Bang Yoseph , Ce Helen dan seluruh teman teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Agustus 2019

Penulis

(10)

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 7

2.1.1. Pertanian ... 7

2.1.2. Produk Domestik Regional Bruto... 10

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Pembangunan Ekonomi ... 12

2.2.2. Pembangunan Pertanian. ... 13

2.2.3. Teori Ekonomi Basis. ... 15

2.2.4. Komponen Pertumbuhan Wilayah... 17

2.2.5. Peran Sektor Pertanian... 19

2.3 Penelitian Terdahulu. ... 21

2.4 Kerangka Pemikiran . ... 23

2.5 Hipotesis Penelitian . ... 26

BAB III METODOE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 27

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 27

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 27

3.4. Metode Analisis Data ... 28

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 34

3.4.1 Definisi Operasional ... 34

3.4.2 Batasan Operasional ... 35

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Geografi dan Iklim ... 36

4.2. Pemerintahan ... 27

4.3 Penduduk dan Tenaga Kerja ... 37

4.4 Sektor Pertanian ... 39

(11)

5.1.2 Sektor Pertanian ... 50 5.2. Analis Komponen Pertumbuhan Wilayah Sub Sektor pada Sektor

Pertanian di Kabupaten Karo ... 56 5.3. Analsis Prioritas Pengembangan Sub Sektor pada Sektor Pertanian

di Kabupaten Karo ... 65 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 68 6.2. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

No. Judul Halaman 1. Distribusi Presentase Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Kabupaten Karo 2012-2016 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010

2

2. PDRB Sektor Pertanian di Kabupaten pada Wilayah Dataran Tinggi Provinsi Sumatera Utara 2016 (Milyar)

27 3. Kriteria Pengembangan Prioritas Sub Sektor Pertanian

dengan Analisis Gabungan LQ dan Shift Share

33 4. Wilayah Pemerintahan Kabupaten Karo 2017 37 5. Statistik Ketenagakerjaan Kabupaten Karo 2015 38 6. Luas Panen dan Produksi Komoditas Sub Sektor Tanaman

Pangan di Kabupaen Karo 2016

39 7. Nilai LQ Sektor Perekonomian di Kabupaten Karo 2012-

2016

43 8. Banyaknya Unit Akomodasi Hotel Berbintang dan Non

Bintang di Kabupaten Karo

45 9. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Karo 2016 46 10. Jumlah Pelanggan Energi Listrik Menurut Kelompok

Konsumen di Kabupaten Karo 2016

48 11. Jumlah Pelanggan PDAM di Kabupaten Karo 2016 49 12. Nilai LQ Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Karo

2012- 2016

51 13. Hasil Produksi Komoditas Sub Sektor Tanaman Pangan di

Kabupaten Karo 2012-2016 (ton)

52 14. Hasil Produksi Komoditas Sub Sektor Tanaman

Hortikultura di Kabupaten Karo 2012-2016 (ton)

53 15. Hasil Produksi Komoditas Sub Sektor Tanaman

Perkebunan di Kabupaten Karo 2012-2016 (ton)

54 16. Produksi Hasil Hutan di Kabupaten Karo 2012-2016 (ton) 55 17. Luas Hutan Menurut Peruntukkannya di Kabupaten Karo

2012-2016 (ha)

56 18. Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Karo 2012 – 2016

(dalam milyar)

57 19. Nilai Komponen Pertumbuhan Nasional Sub Sektor

Pertanian Kabupaten Karo 2012-2016 (dalam miliar)

58 20. Nilai Komponen Pertumbuhan Proporsional Sub Sektor

Pertanian Kabupaten Karo 2012-2016 (dalam miliar)

60 21. Nilai Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Sub Sektor

Pertanian Kabupaten Karo 2012-2016 (dalam miliar)

61

(13)

Karo 66

(14)

No. Judul Halaman 1. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian di Kabupaten Karo 4

2. Model Analisis Shift Share 18

3. Skema Kerangka Pemikiran 25

(15)

No. Judul

1. Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara pada Tahun 2012-2016 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 (juta rupiah) 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo pada Tahun

2012-2016 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 (juta rupiah) 3. Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Pertanian Provinsi

Sumatera Utara pada Tahun 2012-2016 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 (milyar rupiah)

4. Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Pertanian Kabupaten Karo pada Tahun 2012-2016 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 (milyar rupiah)

5. Nilai LQ Tiap Sektor Di Kabupaten Karo Tahun 2012-2016 6. Nilai LQ Sub – Sub Sektor Pertanian Kabupaten Karo Tahun

2012-2016

7. Nilai Shift Share Kabupaten Karo (milyar rupiah)

8. Nilai Shift Share Sub Sub Sektor Pertanian Kabupaten Karo (milyar rupiah)

9. Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Karo Tahun 2012-2016

(16)

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia.

Hal ini dapat diukur dari pangsa sektor pertanian dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB), penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, pengentasan kemiskinan, perolehan devisa melalui ekspor non migas, penciptaan ketahanan pangan nasional, penyedia bahan baku, pasar yang potensial serta penciptaan kondisi yang kondusif bagi pembangunan sektor lainnya (Budiman, 2013).

Teori pembangunan menyebutkan bahwa sektor pertanian merupakan penggerak pembangunan (engine of growth) baik dari segi penyedian bahan baku, bahan pangan, serta sebagai daya beli bagi produk yang dihasilkan oleh sektor lain.

Secara alamiah pembangunan harus didukung oleh berkembangnya sektor pertanian yang kuat baik segi penawaran maupun dari segi permintaan. Dengan kuatnya sektor pertanian dipandang dari sisi penawaran maupun di sisi permintaan maka pertanian akan mampu mendukung dan membuat jalinan dengan sektor kegiatan ekonomi lain (Mudrajat, 2001).

Sektor pertanian dapat dijadikan dasar untuk mewujudkan sebuah pembangunan berkelanjutan dan mengurangi kemiskinan. Pertumbuhan PDRB yang berbasis sektor pertanian empat kali lebih efektif dalam mengurangi kemiskinan jika

dibandingkan pertumbuhan PDRB yang berbasis sektor lainnya (Bank Dunia, 2008).

(17)

Kabupaten Karo merupakan salah satu kabupaten dimana sektor pertanian menjadi basis kegiatan perekonomiannya. Kabupaten Karo memiliki banyak jenis sektor yang mampu menopang pertumbuhan ekonominya. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling besar kontribusinya dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karo.

Tabel 1. Distribusi Presentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karo 2012-2016 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010

No. Lapangan Usaha

Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persen) 2012 2013 2014 2015 2016 1. Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

58,67 58,19 56,41 55,79 55,04 2. Pertambangan dan Penggalian 0,26 0,25 0,24 0,24 0,23 3. Industri Pengolahan 3,14 3,08 3,26 3,39 3,37 4. Pengadaan Listrik dan Gas 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 5. Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,08 0,08 0,08 0,08 0,08

6. Konstruksi 6,70 6,78 7,01 7,04 7,13

7. Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

9,69 9,72 9,92 9,92 10,31 8. Transportasi dan Pergudangan 4,37 4,55 4,73 4,68 4,63 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

2,29 2,37 2,52 2,57 2,60 10. Informasi dan Komunikasi 0,86 0,79 0,75 0,72 0,71 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 1,26 1,29 1,33 1,35 1,38

12. Real Estat 2,76 2,86 3,03 3,13 3,32

13. Jasa Perusahaan 0,19 0,19 0,19 0,19 0,20

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

5,46 5,51 5,83 6,03 5,91

15. Jasa Pendidikan 2,28 2,25 2,35 2,33 2,42

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

0,94 0,98 1,10 1,22 1,29

17. Jasa lainnya 0,98 1,06 1,18 1,25 1,31

Jumlah 100 100 100 100 100

Sumber: Kabupaten Karo dalam Angka 2017

(18)

Berdasarkan Tabel 1, Sektor pertanian merupakan sektor yang memliki kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Karo dari tahun 2012 -2016. Namun Sektor tersebut mengalami penurunan setiap tahunnya. Walaupun demikian sektor pertanian masih merupakan sektor andalan dan potensial bagi Kabupaten Karo.

Hal ini menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian penting dalam perekonomian di Kabupaten Karo.

Sektor pertanian merupakan faktor yang amat strategis, dimana menjadi basis ekonomi rakyat terutama di pedesaan, menguasai kehidupan sebagian besar penduduk, menyerap lebih dari separuh total tenaga kerja dan bahkan menjadi katub pengaman pada krisis Indonesia (Arifin, 2004).

Estimasi lintas negara menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB yang dipicu oleh pertanian paling tidak dua kali lebih efektif dalam mengurangi kemiskinan daripada pertumbuhan di sektor luar pertanian. Pertumbuhan di sektor pertanian diyakini pula memiliki efek pengganda (multiplier effects) yang tinggi karena pertumbuhan sektor ini mendorong pertumbuhan yang pesat di sektor perekonomian lain, misalnya di sektor pengolahan (agro-industry) dan jasa pertanian (agro-services) (Daryanto, 2009).

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan PDRB di Kabupaten Karo, Sedangkan laju pertumbuhan PDRB sektor pertanian dapat dilihat pada gambar 1.

(19)

Gambar 1. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian di Kabupaten Karo

Pada gambar 1, Laju pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Karo pada tahun 2012 adalah sebesar 4,13% dan mengalami kenaikan pada tahun 2013 sebesar 4,22%. Namun pada tahun 2014 laju pertumbuhan sektor pertanian mengalami penurunan dan pada tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 3,91%.

Jika dilihat dari segi PDRB, kontribusi setiap sektor di Kabupaten Karo didominasi oleh sektor pertanian. Namun dari tahun 2012-2016 kontribusi sektor pertanian cenderung menurun dan laju pertumbuhan sektor pertanian cenderung bersifat fluktuatif. Daryanto dan Hafizrianda (2010) menyatakan bahwa dalam perekonomian regional, kontribusi suatu sektor dalam menciptakan PDRB belum cukup untuk menggambarkan perekonomian wilayah secara keseluruhan karena hanya melihat pada efek langsung saja. Akan tetapi dampak pembangunan suatu sektor ekonomi tidak bisa dilihat sebatas pada kemampuan menciptakan PDRB semata. Namun yang lebih penting adalah bagaimana sektor tersebut mampu menggerakkan seluruh roda perekonomian wilayah. Dengan kata lain bagaimana pembangunan sektor tersebut dapat memberikan efek lanjut kepada aktivitas pembangunan sektor lainnya atau disebut sebagai Leading Sector.

3.2 3.4 3.6 3.8 4 4.2 4.4

2012 2013 2014 2015

laju pertumbuhan sektor pertanian (%)

2016

(20)

Dengan uraian di atas, maka perlu diketahui analisis peran sektor pertanian terhadap perekonomian di Kabupaten Karo karena untuk melaksanakan pembangunan dengan sumberdaya yang terbatas, pembangunan tersebut harus difokuskan kepada sektor-sektor yang memberikan dampak pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap perekonomian secara keseluruhan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang sektor pertanian yang berkaitan dengan perekonomian dengan judul ―Analisis Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Wilayah Di Kabupaten Karo‖.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Sektor perekonomian dan sub sektor pertanian apa sajakah yang menjadi sektor basis di Kabupaten Karo?

2. Bagaimana pergeseran pertumbuhan sub sektor pertanian pada struktur perekonomian Kabupaten Karo?

3. Bagaimana prioritas pengembangan sub sektor pertanian dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Karo?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis sektor perekonomian dan sub sektor pertanian apa saja yang menjadi sektor basis di Kabupaten Karo.

2. Untuk menganalisis pergeseran pertumbuhan sub sektor pertanian pada struktur perekonomian Kabupaten Karo.

(21)

3. Untuk menganalisis prioritas pengembangan sub sektor pertanian dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Karo.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai pertimbangan bagi pihak pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Karo serta instansi terkait dalam meningkatkan perekonomian khususnya sektor pertanian di Kabupaten Karo.

2. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi peneliti serta bagi pihak yang membutuhkan.

3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(22)

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian

Pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang sangat pontensial dalam memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional. Sektor pertanian akan selalu berjalan selama manusia masih memerlukan makanan untuk mempertahankan hidup dan bahan baku dalam industri (Hayati, dkk, 2017).

Sektor pertanian terdiri atas beberapa subsektor (BPS, 2017) yaitu:

1. Pertanian

Subkategori ini mencakup pertanian tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, serta jasa pertanian dan perburuan hewan yang ditujukan untuk dijual.

a) Tanaman Pangan

Meliputi semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan komoditas bahan pangan.

Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman pangan meliputi padi, palawija (jagung, kedele, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, ubi kayu, palawija lainnya, seperti talas, dll), serta tanaman serelia lainnya seperti sorgum, gandum, dll.

Keseluruhan komoditas di atas masuk ke dalam subkategori tanaman semusim, dengan wujud produksi pada saat panen atau wujud produksi baku lainnya yang masih termasuk dalam lingkup kategori pertanian. Contoh wujud produksi pada komoditas pertanian tanaman pangan antara lain: padi dalam wujud Gabah Kering

(23)

Giling (GKG), jagung dalam wujud pipilan kering, dan ubi kayu dalam wujud umbi basah.

b) Tanaman Hortikultura

Tanaman hortikultura terdiri dari tanaman hortikultura semusim dan tanaman hortikultura tahunan. Tanaman hortikultura semusim meliputi tanaman hortikultura yang umumnya berumur pendek (kurang dari satu tahun) dan panennya dilakukan satu atau beberapa kali masa panen untuk satu kali penanaman. Sedangkan tanaman hortikultura tahunan meliputi tanaman hortikultura yang umumnya berumur lebih dari satu tahun dan pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali masa panen untuk satu kali penanaman.

Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman hortikultura meliputi kelompok komoditi sayuran, buah-buahan, tanaman obat - obatan, dan tanaman hias.

c) Tanaman Perkebunan

Tanaman Perkebunan terdiri dari tanaman perkebunan semusim dan tanaman perkebunan tahunan, baik yang diusahakan oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan (negara maupun swasta). Cakupan usaha perkebunan mulai dari pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan yang menjadi satu kesatuan kegiatan. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman perkebunan diantaranya adalah tebu, tembakau, nilam, jarak, tanaman berserat (kapas, rosela, dan-lain lain), kelapa, kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, lada, pala, kayu manis, cengkeh, jambu mete, dan sebagainya.

(24)

d) Peternakan

Peternakan mencakup semua usaha peternakan yang menyelenggarakan pembibitan serta budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong, dan diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Subkategori ini juga mencakup pembudidayaan ternak maupun unggas yang menghasilkan produk berulang, misalnya untuk menghasilkan susu dan telur. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan peternakan adalah sapi potong, kerbau, kambing, domba, babi, kuda, ayam bukan ras (buras), ayam ras pedaging, ayam ras petelur, itik manila, itik, telur ayam ras, telur ayam bukan ras, telur itik, susu segar, dsb.

e) Jasa Pertanian dan Perburuan

Kegiatan jasa pertanian dan perburuan meliputi kegiatan jasa pertanian, perburuan dan penangkapan satwa liar, serta penangkaran satwa liar. Kegiatan jasa pertanian adalah kegiatan yang dilakukan baik oleh perorangan maupun badan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak khusus yang diberikan untuk menunjang kegiatan pertanian (tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, dan peternakan). Dicakup juga dalam kegiatan jasa pertanian adalah penyewaan alat pertanian/hewan bersama operatornya dan risiko kegiatan jasa tersebut ditanggung oleh yang memberikan jasa.

2. Kehutanan dan Penebangan Kayu

Subkategori ini meliputi kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan daun-daunan, getah-getahan, dan akar-akaran, termasuk di sini adalah jasa yang menunjang kegiatan kehutanan berdasarkan sistem balas jasa/kontrak. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan kehutanan meliputi kayu gelondongan (baik yang

(25)

berasal dari hutan rimba maupun hutan budidaya), kayu bakar, rotan, bambu, dan hasil hutan lainnya. Dicakup juga dalam kegiatan kehutanan ini adalah jasa yang menunjang kegiatan kehutanan atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak, termasuk kegiatan reboisasi hutan yang dilakukan atas dasar kontrak.

3. Perikanan

Subkategori ini meliputi semua kegiatan penangkapan, pembenihan, dan budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di air tawar, air payau maupun di laut. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan perikanan meliputi segala jenis ikan, crustacea, mollusca, rumput laut, dan biota air lainnya yang diperoleh dari penangkapan (di laut dan perairan umum) dan budidaya(laut, tambak, karamba, jaring apung, kolam, dan sawah). Dicakup juga dalam kegiatan perikanan ini adalah jasa yang menunjang kegiatan perikanan atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak.

2.1.2 Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu atau jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang

(26)

dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumberdaya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah. PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga

Klassifikasi PDRB dilihat dari lapangan usaha dikelompokkan dalam 17 lapangan usaha sesuai dengan Klassifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009 dan Klassifikasi Baku Komoditas Indonesia (KBKI) 2010 sebagai berikut:

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan

4. Pengadaan Listrik dan Gas

5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6. Konstruksi

7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8. Transportasi dan Pergudangan

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 12. Real Estate

13. Jasa Perusahaan

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

(27)

17. Jasa lainnya

(Bank Indonesia, 2015).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pembangunan Ekonomi

Secara tradisional, pembangunan dapat dikatakan sebagian kapasitas dari sebuah perekonomian nasional, dimana kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu yang cukup lama untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan pendapatan nasional bruto atau GNI (Gross National Income). Indeks ekonomi lainnya yang digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita (income per capita) atau GNI per kapita. Tinggi rendahnya kemajuan pembangunan di suatu negara hanya diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan GNI, baik secara keseluruhan maupun per kapita dan akan menetes dengan sendirinya sehingga menciptakan lapangan pekerjaan dan berbagai peluang ekonomi lain yang pada akhirnya akan menumbuhkan berbagai kondisi yang diperlukan demi terciptanya distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi dan sosial secara lebih merata atau dapat dikatakan sebagai prinsip ―efek penetasan ke bawah (trickle down effect)‖.

Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditujukan terhadap tiga nilai pokok, yaitu: (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom for servitude). Dalam perkembangannya, pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi. Pada dasarnya,

(28)

pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi mendorong pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sebagai proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara atau wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional ataupun secara regional. Pertumbuhan ekonomi yang baik merupakan indikasi keberhasilan suatu pembangunan ekonomi (Todaro dan Smith, 2006).

2.2.2 Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan sosial.

Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus juga dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan melalui perbaikan, pertumbuhan dan perubahan (Iqbal dan Sudaryanto, 2008).

Sektor pertanian dalam struktur perekonomian Indonesia memiliki posisi yang cukup penting dalam kontribusinya terhadap PDB maupun dalam penyerapan tenaga kerja. Yudhoyono (2004) menyatakan bahwa pembangunan pertanian layak mendapatkan perhatian yang luas dalam pembangunan ekonomi ke depan, baik dalam bentuk investasi terus meningkat, pengembangan infrastruktur sampai pengolahan pasar domestik. Pembangunan pertanian Indonesia berarti pembaruan penataan pertanian yang dapat memberi sumbangan yang nyata pada upaya mengatasi kemiskinan dan mengurangi pengangguran.

(29)

Pemerintah memang telah bekerja keras untuk membangun sektor pertanian.

Berbagai pendekatan pembangunan sektor pertanian telah dicoba seperti pembangunan pertanian terpadu, pembangunan pertanian berwawasan lingkungan, dan pembangunan pertanian berwawasan agroindustri. Kalau diperhatikan secara baik maka upaya pendekatan pembangunan pertanian pada dasarnya berupaya untuk: (1) tetap menjaga dan memperhatikan prinsip keunggulan komparatif sehingga produk pertanian mampu berkompetisi; (2) terus meningkatkan keterampilan petani (masyarakat tani) sehingga mampu meningkatkan produktivitas pertanian; (3) terus mengupayakan sarana produksi yang mencukupi setiap saat diperlukan dengan tingkat harga yang terjangkau; (4) menyediakan dan meningkatkan fasilitas kredit bagi petani guna proses produksinya; (5) Penyediaan infrastruktur dan institusi/kelembagaan yang dapat meningkatkan nilai tambah hasil produksi pertanian.

Belajar dari pengalaman masa lalu, pendekatan pembangunan pertanian dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi dapat ditempuh melalui pendayagunaan keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing dengan merancang pembangunan pertanian yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri dan sistem agribisnis di mana pertanian, industri hulu pertanian, industri hilir pertanian serta sektor yang menyediakan jasa yang diperlukan, dikembangkan secara simultan dan harmonis.

Dengan perkataan lain, dengan menempatkan pembangunan pertanian sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi nasional (agricultural-led development) maka persoalan ekonomi Indonesia saat ini seperti pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan devisa, pemerataan,

(30)

percepatan pembangunan ekonomi daerah, membangun ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan hidup, akan dapat dipecahkan sekaligus dan berkelanjutan (Susanto, 2005).

2.2.3 Teori Ekonomi Basis

Teori basis ekonomi (economic base theory) mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Dalam pengertian ekonomi regional, ekspor adalah menjual produk/jasa ke luar wilayah baik ke wilayah lain dalam negara tersebut maupun ke luar negeri. Tenaga kerja yang berdomisili di suatu wilayah, namun bekerja dan memperoleh uang dari wilayah lain termasuk dalam pengertian ekspor.

Pada dasarnya kegiatan ekspor adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah (Tarigan, 2006).

Sektor basis adalah sektor yang mampu memenuhi kebutuhan wilayah tersebut dan wilayah lainnya. Sektor non basis adalah sektor yang hanya mampu memenuhi kebutuhan konsumsi lokal saja. Karena sifatnya yang memenuhi kebutuhan lokal, permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat. Berdasarkan hal tersebut tersebut maka satu - satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis (Tarigan, 2006).

Kriteria lain dari komoditas unggulan adalah kontributif (memiliki kontribusi yang besar dalam pencapaian tujuan utama pembangunan daerah), artikulatif (memiliki kemampuan besar sebagai dinamisator bagi pertumbuhan sektor-sektor lain dalam spektrum yang luas), progresif (dapat tumbuh secara berkelanjutan),

(31)

tangguh (memiliki daya saing), dan promotif (mampu menciptakan tata lingkungan yang baik bagi kegiatan perekonomian) (Daryanto dan Yundy, 2010).

Inti dari model basis ekonomi (economic base model) adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Ekspor tersebut berupa barang-barang dan jasa, termasuk tenaga kerja, akan tetapi juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah tersebut terhadap barang- barang tidak bergerak (immobile), seperti yang berhubungan dengan aspek geografi, iklim, peninggalan sejarah, atau daerah pariwisata. Sektor industri yang bersifat seperti ini disebut sektor basis. Untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau nonbasis dapat digunakan beberapa metode, yaitu (1) metode pengukuran langsung dan (2) metode pengukuran tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dengan survei langsung untuk mengidentifikasi sektor mana yang merupakan sektor basis. Metode ini dapat menentukan sektor basis dengan tepat. Akan tetapi metode ini dapat memerlukan biaya, waktu dan tenaga kerja yang banyak. Mengingat hal tersebut di atas, maka sebagian besar pakar ekonomi wilayah menggunakan metode pengukuran tidak langsung. Beberapa metode pengukuran tidak langsung yaitu: (1) metode melalui pendekatan asumsi (2) metode Location Quotient; (3) metode kombinasi (1) dan (2); dan (4) metode kebutuhan minimum (Budiharsono,2001).

Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektorunggulan sebagai leading sector suatu kegiatan ekonomi (industri). Dasar

(32)

pembahasannya sering difokuskan pada aspek tenaga kerja dan pendapatan.

(Hendayana, 2003).

2.2.4 Komponen Pertumbuhan Wilayah

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi di daerah tersebut. Pertambahan pendapatan itu diukur dengan nilai riil, artinya dinyatakan dengan harga konstan. Hal itu juga menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di wilayah tersebut yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilyah tersebut juga ditentukan oleh seberapa besar terjadi transfer-payment yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah.

Pemerintah pusat telah melihat bahwa masing-masing wilayah memiliki keunggulan yang kompetitif serta komparatif yang berbeda. Dengan adanya perbedaan keunggulan komparatif tiap daerah, maka harus dapat dimanfaatkan dan ditetapkan skala prioritas bagi masing-masing wilayah (Saptomo, 2008).

Herath dkk (2011) dalam jurnalnya berpendapat bahwa metode Shift Share menganalisis pertumbuhan regional berasal dari tahun 1940-an. Metode tersebut umumnya digunakan untuk menggambarkan tren pertumbuhan sejarah, memperkirakan pertumbuhan regional, menganalisis efek dari suatu kebijakan, atau mengembangkan perencanaan strategis bagi masyarakat. Namun, analisis ini secara umum banyak digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan regional dan

(33)

industri serta memeriksa daya saing pertumbuhan daerah dan industri dalam periode tertentu.

Secara skematik (Budiharsono, 2001), model analisis shift share disajikan pada:

Gambar 2. Model Analisis Shift Share

Berdasarkan Gambar 2, dapat dipahami bahwa pertumbuhan sektor perekonomian pada suatu wilayah dipengaruhi oleh beberapa komponen, yaitu:

komponen pertumbuhan nasional (national growth component) disingkat PN atau komponen pertumbuhan regional (regional growth component) disingkat PR, komponen pertumbuhan proporsional (proportional or industrial mix growth component) disingkat PP dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (regional share growth component) disingkat PPW. Dari ketiga komponen tersebut dapat diidentifikasikan pertumbuhan suatu sektor perekonomian, apakah pertumbuhannya cepat atau lambat. Apabila PP + PPW ≥ 0, maka pertumbuhan sektor perekonomian termasuk ke dalam kelompok progresif (maju), tetapi apabila PP + PPW ≤ 0 berarti sektor perekonomian tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat.

(34)

1. Komponen Pertumbuhan Nasional/ Pertumbuhan Regional

Komponen pertumbuhan nasional/ regional adalah perubahan produksi suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi nasional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi nasional, atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian suatu sektor dan wilayah. Bila diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik ekonomi antarsektor dan antarwilayah, maka adanya perubahan akan membawa dampak yang sama pada semua sektor dan wilayah. Akan tetapi pada kenyataannya beberapa sektor dan wilayah tumbuh lebih cepat daripada sektor dan wilayah lainnya.

2. Komponen Pertumbuhan Proporsional

Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Timbulnya komponen pertumbuhan pangsa wilayah terjadi karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah terebut.

2.2.6 Peran Sektor Pertanian

Sektor pertanian adalah sektor paling strategis, sektor ini sebagai penyedia bahan baku bagi industri (input market), penyedia tenaga kerja, penyedia bahan makanan,

(35)

tempat pemasaran hasil industri dan penghasil devisa negara. Setiap kebijakan yang menyentuh kepentingan petani akan membawa pengaruh besar terhadap perekonomian nasional (Saragih, 2002).

Sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia merupakan salah satu sektor ekonomi yang berbasis sumber daya domestik dan dikuasai oleh sebagian besar rakyat. Pembangunan sektor pertanian dan aktivitas-aktivitas ekonomi yang banyak menggunakan produk pertanian dapat menjadi cara yang efektif dan efisien dlam membangun sumber daya alam sambil menyerap tenaga kerja di kawasan pedesaan (Yudhoyono, 2004).

Menurut Jhingan (2010) sumbangan atau jasa dari sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi terletak dalam hal:

a. Menyediakan surplus pangan besar sehingga akan meningkatkan pendapatan.

b. Meningkatkan permintaan akan produk industri dengan demikian akan mendorong peningkatan pendapatan di sektor industri.

c. Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian terus-menerus.

d. Meningkatkan pendapatan desa.

e. Memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan.

Peranan baru sektor pertanian sekarang ini dapat diletakkan dalam kerangka ―3 F contribution in the economy‖, yaitu food (pangan), feed (pakan), dan fuel (bahan bakar). Peranan pertanian terkait dengan ―food‖ adalah sektor pertanian sebagai leading sector dalam pembangunan ketahanan pangan, yang artinya sektor pertanian sangat menentukan terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas.

(36)

Kaitannya dengan ―feed‖, sektor pertanian memiliki peranan sebagai pemasok terbesar bahan baku utama seperti pakan ternak. Sedangankan pada ―fuel‖ sebagai penghasil sumber energi terbaharukan (renewable) untuk keperluan bahan bakar (Daryanto, 2009).

Menurut Bank Dunia (2008), sektor pertanian dapat dijadikan dasar untuk mewujudkan sebuah pembangunan berkelanjutan dan mengurangi kemiskinan.

Pertumbuhan PDB yang berbasis sektor pertanian empat kali lebih efektif dalam mengurangi kemiskinan jika dibandingkan pertumbuhan PDB berbasis sektor lain.

Hal tersebut didasarkan pada kemampuan sektor pertanian dalam menyerap dan menciptakan tenaga kerja. Akan tetapi pertumbuhan sektor pertanian di beberapa negara berkembang melambat antara lain akibat underinvestment, misinvestment, dan berkurangnya ODA (Overseas Development Assistance).

2.3 Penelitian Terdahulu

Dalam hasil penelitian oleh Yulianti (2011) tentang penentuan prioritas komoditi unggulan buah-buahan di Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara dengan menggunakan aplikasi analisis LQ dan daya tarik—daya saing menyimpulkan bahwa komoditas unggulan yang menjadi prioritas utama untuk dikembangkan pada beberapa kecamatan adalah mangga, pepaya, jambu air, rambutan, nangka dan duku/ langsat.

Dari hasil penelitian oleh Hafidh Amrullah (2010) tentang kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan wilayah Kabupaten Serang dengan pendekatan analisis location quotient dan shift share dengan menggunakan metode analisis data yang digunakan yaitu Analisis Location Quotient, Analisis Shift Share,

(37)

Analisis Gabungan Location Quotient dan Shift Share serta Analisis Pengganda Pendapatan dan Tenaga Kerja. Sektor pertanian merupakan sektor basis yang menjadi pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Serang, bersama dengan sektor bangunan, sektor jasa-jasa dan sektor keuangan. Sedangkan subsektor pertanian yang menjadi subsektor basis adalah subsektor perikanan dan subsektor peternakan. Sektor pertanian menempati peringkat kedua dalam prioritas pengembangan sektor perekonomian, bersama dengan sektor bangunan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa. Karena tidak ada sektor yang menempati peringkat sebagai sektor utama, maka sektor yang menempati peringkat kedua naik menjadi sektor utama. Adapun urutan prioritas pengembangan sektor utama bila dilihat dari nilai LQ adalah sektor bangunan, sektor jasa-jasa, sektor pertanian dan sektor keuangan. Sedangkan subsektor pertanian yang menempati peringkat utama adalah subsektor peternakan. Sedangkan subsektor pertanian yang menempati posisi sebagai subsektor utama adalah subsektor peternakan. Subsektor perikanan menempati peringkat kedua dan subsektor tanaman bahan makanan menempati peringkat ketiga. Sedangkan subsektor kehutanan menempati peringkat keempat dan subsektor perkebunan menempati peringkat kelima. Kontribusi sektor pertanian dalam penerimaan PDRB Kabupaten Serang melalui analisis pengganda pendapatan selama tahun 2003-2007 cenderung meningkat. Rata-rata hasil perhitungan angka pengganda pendapatan adalah 6,945; yang berarti bila terjadi perubahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp. 1,000 maka akan meningkatkan pendapatan total Kabupaten Serang sebesar Rp. 6,945. Sedangkan kontribusi sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja melalui analisis pengganda tenaga kerja selama tahun 2003-2007 juga cenderung meningkat. Rata

(38)

rata angka pengganda tenaga adalah 3,177; yang berarti bila terjadi perubahan kesempatan kerja sektor pertanian di Kabupaten Serang sebanyak satu orang maka akan terjadi perubahan kesempatan kerja di Kabupaten Serang secara keseluruhan sebanyak tiga orang.

2.4 Kerangka Pemikiran

Perekonomian Kabupaten Karo terdiri dari banyak sektor dan beberapa diantaranya memiliki kontribusi yang besar, seperti sektor pertanian, dan sektor non pertanian contohnya sektor industri. Pertanian merupakan sektor yang memiliki kontribusi terbesar untuk perekonomian Kabupaten Karo. Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor yaitu pertanian, kehutanan, dan Perikanan

Analisis Metode Location Quatient (LQ) merupakan salah satu metode untuk mengetahui sektor/ subsektor basis dan non basis, dalam suatu wilayah. Dalam penelitian ini akan dianalisis adalah sub- sub sektor pertanian yang menjadi basis di Kabupaten Karo. Sektor basis ini berarti bahwa barang dan jasa dari sub sektor tersebut mampu mencukupi kebutuhan lokal, bahkan barang dan jasa tersebut mampu untuk di ekspor ke luar daerah, sebaliknya sektor non basis belum mampu mencukupi kebutuhan lokal bahkan mengalami kekurangan sehingga daerah tersebut harus mengimpor barang dan jasa dari luar wilayah.

Metode untuk menganalisis pertumbuhan wilayah menggunakan analisis metode shift share. Melalui analisis ini akan diketahui penyebab- penyebab pertumbuhan sekaligus melihat potensi pengembangannya di masa yang akan datang. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pergeseran pertumbuhan sub sektor pertanian di

(39)

Kabupaten Karo. Analisis Shift Share terdiri dari tiga komponen, yaitu Komponen Pertumbuhan Nasional (PN), Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP), dan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Analisis komponen pertumbuhan pada penelitian ini difokuskan pada komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW).

Pada penelitian ini untuk mengetahui prioritas pengembangan sub sektor pertanian dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Karo, analisis yang digunakan yaitu analisis metode gabungan antara Location Quatient (LQ) dan Shift share.

Penentuan prioritas pada sub sektor pertanian akan memberikan kontribusi pada perekonomian wilayah. Tujuannya agar pemerintah dapat lebih mengkhususkan pengembangan sub sektor yang menjadi basis agar tetap menjadi basis dan sub sektor non basis agar meningkat menjadi basis sehingga sub sektor tersebut akan memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan wilayah di Kabupaten Karo.

(40)

Berdasarkan uraian tersebut, diperoleh kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Metode Pengukuran PN

Tidak Langsung Metode Pengukuran

Langsung

Metode Location Quotient (LQ)

PP PPW

Penentuan Prioritas Sub- Sub Sektor Pertanian

Sektor Pertanian

Teori Ekonomi Basis

1. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan 2. Sub Sektor Perkebunan 3. Sub Sektor Peternakan 4. Sub Sektor Kehutanan 5. Sub Sektor Perikanan

Komponen Pertumbuhan Wilayah Analisi Shift Share Sektor non Pertanian

Perekonomian Kabupaten Karo

1. Pertanian

-Tanaman Pangan - Tanaman Hortikultura - Tanaman Perkebunan - Peternakan

- Jasa Pertanian dan Perburuan 2. Kehutanan dan Penebangan Kayu 3. Perikanan

Keterangan:

Kenyatakan Keterkaitan

(41)

2.5 Hipotesis Penelitian

1.

Terdapat beberapa sub sektor pertanian basis di Kabupaten Karo.

2. Pergeseran pertumbuhan sub sektor pertanian pada struktur perekonomian Kabupaten Karo meningkat.

3. Prioritas pengembangan sub sektor pertanian di Kabupaten Karo adalah sub sektor tanaman bahan pangan dan sub sektor tanaman hortikultura.

(42)

3.1 Metode penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu ditetapkan secara sengaja dengan mempertimbangkan tujuan dari penelitian. Kabupaten Karo dipilih dengan pertimbangan bahwa PDRB sektor pertanian di Kabupaten Karo adalah salah satu yang tertinggi di wilayah dataran tinggi Provinsi Sumatera Utara dan sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar pada perekonomian Kabupaten Karo. Kontribusi yang besar menyebabkan sektor pertanian berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Tabel 2. PDRB Sektor Pertanian di Kabupaten pada Wilayah Dataran Tinggi Provinsi Sumatera Utara 2016 (Milyar)

No. Kabupaten PDRB Sektor Pertanian

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Kabupaten Dairi Humbang Hasundutan Karo

Pakpak Barat Samosir Simalungun Tapanuli Utara Toba Samosir

2.617,66 1.654,89 7.164,55 425,76 1.385,46 13.203,97 2.431,67 1.620,07 Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2017

3.2 Metode Penentuan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan range tahun 2012 – 2016 yang dianalisa dengan alat bantu program Microsoft Office Excel 2007.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), literatur- literatur dan hasil-hasil

(43)

penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini maupun instansi terkait lainnya.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah 1, yaitu mengetahui sektor perekonomian dan sub sektor pertanian yang menjadi sektor basis di Kabupaten Karo dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ).

Metode LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan dari PDRB Kabupaten Karo yang menjadi pemacu pertumbuhan. Metode LQ digunakan untuk mengkaji kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi/basis kegiatan perekonomian. Sehingga nilai LQ yang sering digunakan untuk penentuan sektor basis dapat dikatakan sebagai sektor yang akan mendorong tumbuhnya atau berkembangnya sektor lain serta berdampak pada penciptaan lapangan kerja. Menurut Budiharsono (2001), besarnya LQ diperoleh dari persamaan berikut:

⁄ ⁄

Dimana:

LQ = Indeks Location Quotient.

vi = Pendapatan (PDRB) sektor/sub sektor i pada sektor pertanian di Kabupaten Karo (rupiah).

vt = Pendapatan (PDRB) total wilayah di Kabupaten Karo (rupiah).

(44)

Vi = Pendapatan (PDRB) sektor/sub sektor i pada sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara (Rupiah).

Vt = Pendapatan (PDRB) total wilayah di Provinsi Sumatera Utara (Rupiah).

Kriteria:

LQ > 1, peranan sektor/ sub sektor tersebut di Kabupaten Karo lebih menonjol daripada peranannya di Provinsi Sumatera Utara maka sektor/ sub sektor i pada sektor pertanian tersebut merupakan sektor/ sub sektor basis.

LQ = 1, maka sektor/ sub sektor tersebut hanya mampu melayani pasar di Kabupaten Karo.

LQ < 1, peranan sektor/ sub sektor tersebut di Kabupaten Karo lebih kecil daripada peranannya di Provinsi Sumatera Utara maka sektor/ sub sektor i pada sektor pertanian tersebut merupakan sektor/ sub sektor non basis.

Untuk menyelesaikan masalah 2, yaitu mengetahui pergeseran pertumbuhan sub sektor pertanian pada struktur perekonomian Kabupaten Karo dengan menggunakan analisis Shift Share. Analisis Shift-share merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektoral pada perekonomian regional maupun lokal. (Soepono, 1993).

Rumus Analisis Shift Share:

atau

Kriteria:

a. PNij < 0 = Pertumbuhan PDRB sub sektor pertanian i di Kabupaten Karo termasuk lambat.

(45)

PNij ≥ 0 = Pertumbuhan PDRB sub sektor pertanian i di Kabupaten Karo termasuk cepat.

b. PPij < 0 = Pertumbuhan PDRB sub sektor pertanian i di Kabupaten Karo termasuk lambat jika dibandingkan dengan sub sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara.

PPij ≥ 0 = Pertumbuhan PDRB sub sektor pertanian i di Kabupaten Karo termasuk cepat jika dibandingkan dengan sub sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara.

c. PPWij < 0 = Sub sektor pertanian i di Kabupaten Karo tidak memiliki daya saing jika dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara.

d. PPWij ≥ 0 = Sub sektor pertanian i di Kabupaten Karo memiliki daya saing yang baik jika dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara.

(Mahila,2007)

Analisis ini menggunakan 3 informasi dasar yang berhubungan satu sama lain yaitu: Komponen pertumbuhan regional, komponen pertumbuhan proporsional dan komponen pertumbuhan pangsa pasar. Nilai komponen PR, PP, dan PPW didapat dari perhitungann nilai Ra, R1 dan r1. Dari ketiga komponen tersebut jika dijumlahkan akan didapat nilai perubahan PDRB.

1. Komponen Pertumbuhan Regional

Komponen PR adalah perubahan produksi suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi regional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi regional, atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian suatu sektor dan wilayah. Bila diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik ekonomi antarsektor dan antarwilayah, maka adanya perubahan akan membawa dampak

(46)

yang sama pada semua sektor dan wilayah. Akan tetapi kenyataannya beberapa sektor dan wilayah tumbuh lebih cepat daripada sektor dan wilayah lainnya.

Komponen pertumbuhan regional dapat dirumuskan sebagai berikut:

PR1j = (Ra-1) y1j

Di mana:

PR1j = Pertumbuhan Regional PDRB sub sektor pertanian i di Kabupaten Karo.

y1j = PDRB sub sektor pertanian i di Kabupaten Karo pada tahun dasar analisis (Rupiah).

(Ra) = Persentase perubahan PDRB yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan regional(%).

y’.. = PDRB total Provinsi Sumatera Utara pada tahun akhir analisis (Rupiah).

y.. = PDRB total Provinsi Sumatera Utara pada tahun dasar analisis (Rupiah).

2. Komponen Pertumbuhan Proporsional

Komponen PP terjadi karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. Komponen pertumbuhan proporsional dapat dirumuskan sebagai berikut:

PP1j = (R1-Ra)y1j

(47)

Dimana:

PP1j = Pertumbuhan Proporsional PDRB sub sektor pertanian i di Kabupaten Karo.

y1j = PDRB sub sektor pertanian i di Kabupaten Karo pada tahun dasar analisis (Rupiah).

(R1-Ra) = Persentase perubahan PDRB yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan proporsional (%).

y’1 = PDRB sub sektor pertanian i di Provinsi Sumatera Utara pada tahun akhir analisis (Rupiah).

y1 = PDRB sub sektor pertanian i di Provinsi Sumatera Utara pada tahun dasar analisis (Rupiah).

3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja di Kabupaten Karo dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara. Cepat lambatnya pertumbuhan ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah dirumuskan sebagai berikut:

PPW1j = (r1-R1) y1j

Di mana:

PPW1j = Pertumbuhan Pangsa wilayah PDRB sub sektor pertanian i di Kabupaten Karo.

(48)

y1j = PDRB sub sektor pertanian i di Kabupaten Karo pada tahun dasar analisis (Rupiah).

(r1-R1) = Persentase perubahan PDRB yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan pangsa wilayah (%).

y’1j = PDRB sub sektor pertanian i di Kabupaten Karo pada tahun akhir analisis (Rupiah).

Untuk menyelesaikan masalah 3, yaitu mengetahui prioritas pengembangan sub sektor pertanian dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Karo dengan menggunakan analisis gabungan Location Quotient (LQ) dan Shift Share.

Analisis prioritas pembangunan diperoleh dengan cara menggabungkan antara hasil analisis Location Quotient dan analisis Shift Share sehingga dapat direkomendasikan kebijakan pembangunan regional berupa penentuan sektor- sektor yang menjadi prioritas pembangunan regional (Soesilo, N. I., 2000).

Tabel 3. Kriteria Pengembangan Prioritas Sub Sektor Pertanian dengan Analisis Gabungan LQ dan Shift Share

No. Prioritas LQ PP PPW

1.

2.

3.

Prioritas I

Prioritas II Prioritas III

B B B B NB NB NB NB

+ - + - + + - -

+ + - - + - + - Sumber: Soesilo, N. I., 2000

Kriteria penentuan prioritas dari hasil penggabungan analisis ini terbagi dalam tiga kategori yaitu :

1. Prioritas I, adalah yang merupakan sektor basis dengan salah satu atau kedua nilai dari PP dan atau PPW bernilai positif (+);

(49)

2. Prioritas II, adalah yang merupakan sektor basis dan memiliki nilai PP dan PPW bernilai negatif (-), atau merupakan sektor bukan basis tetapi memiliki nilai PP dan PPW bernilai positif (+); dan

3. Prioritas III, adalah yang merupakan sektor bukan basis dengan salah satu atau kedua nilai dari PP dan atau PPW bernilai positif (+) atau keduanya bernilai negatif (-).

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional.

3.5.1 Definisi

1. Pertumbuhan sektor pertanian adalah penambahan maupun pengurangan pendapatan sektor pertanian dalam periode yang sudah ditentukan.

2. Wilayah basis adalah wilayah yang telah mampu memenuhi kebutuhan di wilayahnya sendiri dan surplus produksinya mampu dijual ke luar wilayah tersebut.

3. Penentuan sub sektor basis adalah menentukan sub- sub sektor di Kabupaten Karo yang menjadi sub sektor basis dan non basis sektor pertanian menggunakan kriteria kontribusi (dengan analisis LQ).

4. PDRB ( Produk Domestik Regional Bruto) adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

5. Produk Domestik Regional Bruto sektor pertanian merupakan jumlah Nilai Tambahan Bruto dari sub sektor pertanian (tanaman bahan makanan, perkebunan, kehutanan, perternakan, perikanan dan jasa pertanian) atau nilai

(50)

barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu wilayah / region dalamsektor pertanian pada periode tertentu, biasanya satu tahun, diukur dengan satuan rupiah.

6. PDRB atas dasar harga konstan adalah PDRB yang seluruh agregat dinilai dengan menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar tahun penghitungnya.

7. PDRB dari sisi lapangan usaha merupakan penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor – sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya.

8. Prioritas adalah sub sektor yang diutamakan pada wilayah tersebut.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Sektor perekonomian yang diteliti adalah sektor pertanian khususnya sub sektor pertanian di Kabupaten Karo.

2. Data penelitian yang diolah adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karo dari tahun 2012 s/d tahun 2016 atas dasar harga konstan tahun 2010.

3. Penelitian dilakukan pada tahun 2017.

(51)

4.1 Gambaran Geografi dan Iklim

Secara geografis letak Kabupaten Karo berada diantara 2º50’ – 3º19’ lintang utara dan 97º55’– 98º38’ bujur timur dengan luas 2.127,25 km2 atau 2,97% dari luas Provinsi Sumatera Utara.

Kabupaten Karo terletak pada jajaran bukit barisan dan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi. Dua gunung berapi aktif terletak di wilayah ini sehingga rawan gempa vulkanik. Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 200 – 1.500 meter di atas permukaan laut. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang, sebelah selatan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir, sebelah timur dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun dan sebelah barat dengan Provinsi Nangroe Aceh Darusalam.

Kabupaten Karo beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim kedua pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei, sedangkan musin kemarau biasanya pada bulan Februari, Juni dan Juli.

Curah hujan di Kabupaten Karo tahun 2016 tertinggi pada bulan Maret sebesar 16,9 mm dan terendah pada bulan Juli dan Agustus sebesar 1,4 mm sedangkan jumlah hari hujan tertinggi pada bulan Oktober dan November sebanyak 19 hari dan terendah pada bulan Agustus sebanyak 7 hari. Suhu udara berkisar antara

Referensi

Dokumen terkait

Untuk potensi investasi PMA, subsektor tanaman pangan dan perkebunan di Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur memiliki pertumbuhan cepat disertai daya saing yang

Akan tetapi hasil dalam penelitian ini menunjukan pada analisis LQ sub sektor yang potensial adalah sub sektor tanaman perkebunan, sedangkan laju pertumbuhan dan

komponen pertumbuhan pangsa wilayah komoditas pertanian basis di masing- masing kecamatan di Kabupaten yang mempunyai daya saing adalah: Sub sektor tanaman bahan

Profil pertumbuhan perekonomian menunjukkan bahwa propinsi yang mempunyai daya saing paling baik dan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi paling cepat adalah Propinsi Jawa

sub sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Bungo di masa yang akan datang yaitu sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan dan sub

Akan tetapi hasil dalam penelitian ini menunjukan pada analisis LQ sub sektor yang potensial adalah sub sektor tanaman perkebunan, sedangkan laju pertumbuhan dan

Jangka menengah (5-10 th), Pemerintah Kabupaten Karo perlu mendorong pertumbuhan sektor yang saat ini berstatus sektor berkembang (kuadran III) yakni sektor pertambangan

Sektor Pertanian termasuk unggulan di Kabupaten Parigi Moutong khususnya sub sektor tanaman pangan(padi) dan sub sektor perkebunan (kakao) Untuk mengembangkan