• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK ANTIDIARE FRAKSI ETANOL BAKAL BUAH KELAPA (Cocos nucifera L.) TERHADAP MENCIT PUTIH (Mus musculus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EFEK ANTIDIARE FRAKSI ETANOL BAKAL BUAH KELAPA (Cocos nucifera L.) TERHADAP MENCIT PUTIH (Mus musculus)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Copyright © 2021, Universitas Muhammadiyah Metro 124

Artikel Hasil Penelitian

EFEK ANTIDIARE FRAKSI ETANOL BAKAL BUAH KELAPA (Cocos nucifera L.) TERHADAP MENCIT PUTIH (Mus musculus)

Yuli Wahyu Tri Mulyani1*, Samsuar2, Akhmad Rokiban3, Sayu Putu4

1, 2,3*

Program Studi Farmasi, Universitas Tulang Bawang Lampung E-mail: yuli.trimulyani@utb.ac.id1*

Abstrak

Diare merupakan gangguan saluran pencernaan yang ditandai dengan terjadinya peningkatan peristaltik usus, sekresi cairan, volume dan frekuensi buang air besar dengan konsistensi feses yang lunak dan cair. Berdasarkan skrining fitokimia bakal buah kelapa mengandung tanin yang dapat digunakan sebagai antidiare. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan mengetahui dosis terbaik fraksi etanol bakal buah kelapa sebagai antidiare.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan metode proteksi, efek diare ditimbulkan oleh induksi oleum ricini. Bahan uji diperoleh dengan metode maserasi untuk mendapatkan ekstrak kemudian ekstrak difraksinasi untuk mendapatkan fraksinat. Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yaitu lima kelompok perlakuan dengan tiga kali pengulangan terdiri dari P1: kontrol negatif akuades, P2: kontrol positif loperamide HCl, P3: fraksi etanol bakal buah kelapa dosis 14,45 mg/kg BB, P4: dosis 28,9 mg/kg BB dan P5: 57,8 mg/kg BB. Hasil penelitian diperoleh diameter serapan air P1: 19,54 mm, P2: 18,80 mm, P3: 19,44 mm, P4: 19,20 mm dan P5: 18,60 mm dan frekuensi diare pada P1: 6,4, P2: 3,6, P3: 4,8, P4: 4,2 dan P5:4,0. Kesimpulan penelitian ini pemberian fraksi etanol bakal buah kelapa memiliki efek antidiare pada mencit putih jantan secara oral pada P1, P2 dan P3. Dosis paling baik yang menunjukan efek antidiare adalah P3.

Kata Kunci: : bakal buah kelapa, diare, loperamide, oleum ricini, tanin

PENDAHULUAN

Diare merupakan gangguan saluran pencernaan yang ditandai dengan terjadinya peningkatan peristaltik usus, sekresi cairan, volume dan frekuensi buang air besar dengan konsistensi feses yang lunak dan cair (Kemenkes RI, 2019). Menurut definisi lain, diare adalah penyakit rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan fesesnya memiliki kandungan air berlebih dengan feses yang tidak berbentuk atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam (Zulkoni, 2010). Diare dapat disebabkan oleh bakteri yang mengkontaminasi makanan dan minuman, juga dapat disebabkan oleh alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu, kelainan pada sistem endokrin dan metabolisme, serta kekurangan vitamin

Penyakit diare masih menjadi masalah yang serius dan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kematian bayi dan balita di negara sedang berkembang termasuk negara Indonesia. Diare juga merupakan salah satu penyakit yang berpotensial menjadi KLB (Kejadian Luar Biasa). Berdasarkan hasil survei morbiditas diare nasional, angka kesakitan (Insidens Rate) diare untuk semua kelompok umur di Provinsi Lampung dari tahun 2010 - 2015 cenderung meningkat. Angka kesakitan diare pada semua kelompok umur tahun 2016 sebesar 169 per 1.000 penduduk. Angka ini bila dibandingkan dengan rata-rata nasional, masih jauh dibawah angka nasional: 374 per 1.000 penduduk (Dinas Kesehatan Lampung, 2016). Bersamaan dengan makin tingginya diare yang dialami oleh masyarakat, menjadikan alasan seseorang untuk mengatasinya dengan obat-obat sintetik.

(2)

Copyright © 2021, Universitas Muhammadiyah Metro 125 Penggunaan obat-obat sintetik dalam pengobatan diare dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu antimotilitas, adsorben, antisekresi, antibiotik, dan mikroflora usus.

Obat sintetik sering kali menimbulkan efek samping. Efek samping yang paling umum terjadi berupa nyeri abdominal, mual, muntah, mulut kering, mengantuk, dan pusing . Kecendrungan masyarakat menggunakan obat sintetik mendorong peneliti untuk mencari alternatif lain, yang memberikan efek samping lebih ringan yaitu dengan obat tradisional.

Pengobatan tradisional masih banyak digunakan oleh masyarakat secara luas, baik didaerah pedesaan maupun perkotaan. Obat tradisional lebih dipilih karena dianggap mempunyai efek samping yang relatif kecil. Obat tradisional maupun obat modern tetap mempunyai efek samping tetapi jika keduanya dibandingkan maka efek samping obat tradisional masih lebih kecil daripada efek samping obat modern apabila penggunaannya tepat. Semakin meningkatnya kesadaran tersebut, riset-riset ilmiah semakin banyak diarahkan pada bahan-bahan alami. Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional adalah kelapa (Cocos nucifera L.).

Tanaman kelapa merupakan salah satu anggota tanaman palmae yang banyak tersebar di daerah tropis (Dalimartha, 2008). Secara tradisional, masyarakat telah menggunakan tanaman kelapa sebagai obat. Rebusan daun kelapa dapat digunakan untuk mengatasi muntah-muntah. Mengkonsumsi daging buah kelapa dapat mengobati cacingan. Air kelapa digunakan sebagai penawar racun, demam dan gangguan saluran kencing. Akar kelapa yang direbus digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan (Dalimartha, 2008). Selain itu, bagian lain yang dimanfaatkan sebagai obat dari tanaman kelapa adalah bakal buah kelapa. Bakal buah kelapa dapat digunakan sebagai obat diare.

Berdasarkan skrining fitokimia pada bakal buah kelapa mengandung senyawa kimia tanin (Artemisia Rahma, 2016). Beberapa penelitian terkait yang dilakukan sebelumnya yaitu, antidiare perasan segar bakal buah kelapa (Cocos nucifera L.) terhadap mencit putih jantan galur DDY dengan metode proteksi pada dosis 25 mL/kg BB terbukti memiliki efek farmakologi sebagai antidiare (Artemisia Rahma, 2016). Penelitian tentang tanaman kelapa yang telah dilakukan diantaranya pengaruh air kelapa muda (C. nucifera) varietas macrocorpu terhadap kondisi hematologi mencit (Mus musculus) galur balb c pada dosis 0,3 mL/g BB dapat meningkatkan kadar hemoglobin, eritrosit, dan leukosit (Yunita D. Safitri, Umie Lestari, 2015). Pada penelitian lainnya efek pemberian virgin coconut oil (C. nucifera) terhadap dislipidemia pada tikus putih (Rattus novegicus) jantan galur wistar yang diberi diet tinggi kolesterol pada dosis 0,8 mL/200 g BB dapat mencegah kadar kolesterol (Venty et al., 2016). Bakal buah kelapa mengandung senyawa tanin yang dapat bekerja sebagai astringens.

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini perlu dilakukan untuk membuktikan lebih lanjut dari penelitian sebelumnya dengan metode ekstraksi ke fraksinasi. Metode ini bertujuan untuk memisahkan senyawa yang terkandung dalam ekstrak berdasarkan tingkat kepolaran dari pelarut yang digunakan. Pelarut yang digunakan adalah etanol yang bersifat polar, sehingga zat aktif yang bersifat polar seperti tanin dapat dipisahkan. Penggunaan pelarut etanol pada proses ekstraksi dan fraksinasi diharapkan dapat menarik kandungan metabolit sekunder yang lebih banyak. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bakal buah kelapa sebagai antidiare dan mengetahui dosis terbaik dari fraksi etanol bakal buah kelapa (C. nucifera) yang dapat menghentikan diare, dan diharapkan penelitian ini akan terus dilakukan sebagai pengembangan obat tradisional dari bakal buah kelapa sehingga dapat digunakan sebagai obat herbal terstandar untuk pengobatan diare.

(3)

Copyright © 2021, Universitas Muhammadiyah Metro 126 METODE PENELITIAN

Bahan dan Hewan Uji

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakal buah kelapa (Cocos nucifera L.), etanol 70% (C2H6O), etanol 96% (C2H6O), kloroform (CHCl3), N-heksan (C6H14), aquadest (H2O), oleum ricini, CMC (Carboxy Methyl Celulose) 0,5%, dan tablet loperamid HCl. Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih Swiss Webster jantan dengan bobot 20-35 gram dengan umur rata-rata 8 minggu yang diperoleh dari Balai Veteriner Bandar Lampung

Pembuatan Simplisia Bakal Buah Kelapa

Pembuatan simplisia diawali dengan pengumpulan bahan baku bakal buah kelapa.

Setelah pengumpulan bahan baku, kemudian dilakukan sortasi basah untuk memisahkan simplisia dari kotoran atau bahan asing melekat, selanjutnya bakal buah kelapa ditimbang sebanyak 5 Kg. Kemudian dilakukan pencucian dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran lainnya yang melekat pada bahan baku. Setelah itu dilakukan penirisan untuk mengurangi jumlah air yang masih menempel pada bahan baku. Bakal buah kelapa kemudian dirajang dan dikeringkan dibawah sinar matahari yang ditutup menggunakan kain berwarna gelap agar sinar ultra violet tidak merusak kandungan senyawa aktif simplisia.

Pemeriksaan Karakteristik SimplisiaBakal Buah Kelapa

Pemeriksaan karakteristik simplisia bakal buah kelapa agar sesuai simplisia terstandar yaitu dengan memeriksa:

1. Kadar Air Simplisia Bakal Buah Kelapa.

2. Kadar Abu Simplisia Bakal Buah Kelapa.

3. Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut dalam Asam Pembuatan Ekstrak Bakal Buah Kelapa

Simplisia bakal buah kelapa ditimbang sebanyak 500 gram kemudian dimaserasi dengan cara simplisia dimasukkan kedalam wadah gelap dan ditambahkan etanol 70%

sampai simplisia terendam. Sesekali dilakukan pengadukan dan pelarut yang digunakan diganti 1 x 24 jam. Maserasi dilakukan sampai warna pelarut tidak berubah lagi (jernih), lalu disaring dengan kertas saring dan diperoleh maserat bakal buah kelapa dan ampas. Ampas dibuang, sedangkan maserat diuapkan dengan rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental.

Pembuatan Fraksi Etanol Bakal Buah Kelapa

Ekstrak kental yang didapat kemudian difraksinasi dengan metode cair-cair, yaitu dengan penambahan pelarut etanol 96%, N-heksan, kloroform, secara sinambung dengan sifat kepolaran pelarut yang berbeda-beda. Fraksinasi dilakukan sebagai berikut: ekstrak kental bakal buah kelapa diadd etanol 96% sampai 100 mL dan ditambah 100 mL N-heksan, kemudian dikocok dengan corong pisah, sehingga diperoleh fraksi N-heksan dan fraksi etanol, lalu dipisahkan. Proses ini dilakukan sampai warna pelarut N-heksan tidak berubah setelah dilakukan pengocokan. Fraksi etanol ditambah dengan 100 mL kloroform, kemudian dikocok dengan corong pisah sehingga diperoleh fraksi kloroform dan fraksi etanol, lalu dipisahkan. Proses ini dilakukan sampai warna pelarut kloroform tidak berubah setelah dilakukan pengocokan. Fraksi etanol kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh fraksi etanol kental.

(4)

Copyright © 2021, Universitas Muhammadiyah Metro 127 Identifikasi Senyawa Kimia Fraksi Etanol Bakal Buah Kelapa

Identifikasi senyawa kimia fraksi etanol bakal buah kelapa dengan menguji beberapa senyawa diantaranya:

1. Identifikasi saponin 2. Identifikasi tannin 3. Identifikasi alkaloid 4. Identifikasi flavonoid Pengujian Antidiare

Sebelum dilakukan pengujian fraksi etanol bakal buah kelapa, hewan uji dipuasakan selama ± 18 jam dengan tetap diberi minum air putih. Setelah itu setiap kelompok hewan uji diberi bahan uji secara oral yaitu :

Kelompok I : sebagai kontrol negatif, diberi aquadest.

Kelompok II : sebagai kontrol positif, diberi loperamid HCl dengan dosis 0,26 mg/kgBB.

Kelompok III : diberi fraksi etanol bakal buah kelapa dosis 14,45 mg/kg BB.

Kelompok IV : diberi fraksi etanol bakal buah kelapa dosis 28,9 mg/kg BB.

Kelompok V : diberi fraksi etanol bakal buah kelapa dosis 57,8 mg/kg BB.

Satu jam setelah perlakuan diatas, semua mencit diberi oleum ricini 0,5 ml secara per oral.

Respon yang terjadi pada tiap mencit diamati selama 6 jam. Pada 4 jam pertama diamati setiap 30 menit, kemudian pada 2 jam selanjutnya diamati setiap 1 jam. Parameter yang diamati meliputi konsistensi feses dan frekuensi diare (Departemen Kesehatan RI, 2000).

Cara pengamatan parameter :

a. Konsistensi feses, caranya dengan melihat feses mencit apakah berlendir/ berair, lembek dan normal.

b. Diameter serapan air, caranya dengan meletakan fases diatas kertas saring dan diukur diameter serapan air pada kertas saring (dalam mm).

c. Frekuensi diare, caranya dengan menghitung berapa kali terjadi diare selama pengamatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Parameter Non Spesifik Simplisia Bakal Buah Kelapa

Simplisia bakal buah kelapa (C. nucifera) dilakukan pengujian parameter non spesifik sebagai upaya untuk menjamin bahwa produk akhir (obat, ekstrak atau produk ekstrak) memiliki nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan (dirancang dalam formula) terlebih dahulu. Standar uji parameter non spesifik simplisia yang akan dilakukan ada tiga parameter pengujian antara lain kadar air, kadar abu dan kadar abu yang tidak larut dalam pelarut asam. Pada penelitian ini diperoleh hasil :

Tabel 1. Hasil Uji Parameter Non Spesifik

No Parameter Hasil Syarat Keterangan

1 Kadar air 7,8% Memenuhi syarat

2 Kadar Abu 7,6% Memenuhi syarat

3 Kadar Abu Tidak Larut Asam

2,6% Memenuhi syarat

(5)

Copyright © 2021, Universitas Muhammadiyah Metro 128 Penentuan kadar air simplisia bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air didalam bahan. Pengujian kadar air menggunakan metode gravimetri, kadar air bakal buah kelapa yang diperoleh sebesar 7,8% kadar air tersebut telah memenuhi mutu standar simplisia yang telah ditetapkan yaitu kurang dari 10%. Penentuan kadar abu dan kadar abu tidak larut asam bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari awal sampai terbentuknya ekstrak. Kadar abu yang diperoleh sebesar 7,6%, hasil yang diperoleh telah memenuhi standar mutu simplisia yang ditetapkan yaitu 8,6%. Kadar abu tidak larut asam simplisia bakal buah kelapa telah memenuhi standar yaitu diperoleh hasil sebesar 2,6% standar yang ditentukan yaitu tidak lebih dari 2,9%.

Simplisia yang telah melewati uji karakteristik simplisia memenuhi standar yang telah ditetapan ini membuktikan bahwa simplisia bakal buah kelapa adalah simplisia yang memiliki kadar air dan kandungan mineral internal dan eksternal yang baik (Departemen Kesehatan RI, 2000).

Hasil Pengujian Fitokimia

Pengujian fitokimia fraksi etanol bakal buah kelapa digunakan untuk mendeteksi awal senyawa yang terkandung dalam fraksi etanol. Uji ini merupakan uji kualitatif yang bertujuan untuk menunjukan keberadaan senyawa tertentu ketika direaksikan dengan senyawa lain. Ada empat pengujian dilakukan antara lain, saponin, alkaloid, tanin dan flavonoid. Berdasarkan penelitian yang dilakukan hasil yang diperoleh adalah :

Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia

No Senyawa kimia Hasil Keterangan

1 Saponin + Busa yang stabil

2 Alkaloid + Endapan coklat

3 Tanin + Berwarna hijau

4 Flavonoid + Berubah warna kuning

Keterangan : (+) mengandung golongan senyawa (-) tidak mengandung golongan senyawa

Pada penelitian ini dilakukan uji fitokimia antara lain saponin, alkaloid, tanin dan flavonoid. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pengujian senyawa saponin dilakukan dengan cara sebanyak 0,5 g fraksi etanol bakal buah kelapa ditambah 10 ml aquadest kemudian dikocok selama 10 detik hasil menunjukan saponin positif terkandung dalam fraksi etanol yang di tandai dengan adanya buih/busa yang tahan selama 10 menit.

Timbulnya busa menunjukan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lain (Departemen Kesehatan RI, 2000)

Selanjutnya pengujian senyawa alkaloid yang dilakukan dengan cara fraksi etanol bakal buah kelapa sebanyak 0,5 g ditambahkan dengan 1 ml asam sulfat encer 1 N dan ditambah 9 ml aquadest, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit kemudian direaksikan dengan pereaksi wagner. Fraksi etanol bakal buah kelapa menunjukan hasil positif mengandung alkaloid ditandai dengan adanya endapan berwarna coklat ketika direaksikan dengan pereaksi wagner. Iodin bereaksi dengan I- dari kalium iodide menghasilkan ion I3- yang berwarna coklat. Pada uji wagner, ion logam K+ membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkalaoid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap (Departemen Kesehatan RI, 2000).

(6)

Copyright © 2021, Universitas Muhammadiyah Metro 129 Fraksi etanol bakal buah kelapa positif mengandung senyawa tanin yang ditandai dengan terbentuknya warna hijau apabila 0.5 g fraksi etanol bakal buah kelapa ditambahkan dengan 15 ml aquadest kemudian dipanaskan setelah itu diambil 3 ml ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1%. Senyawa flavonoid positif terkandung dalam fraksi etanol bakal buah kelapa yang ditandai dengan perubahan warna kuning pada saat diuapkan dengan amoniak (Departemen Kesehatan RI, 2000)

Pengujian kandungan senyawa flavonoid dilakukan dengan cara fraksi etanol bakal buah kelapa sebanyak 0,5 g dilarutkan dengan 10 ml aquadest, kemudian disaring menggunakan kertas saring sebanyak 2 tetes selanjutnya diuapkan diatas amoniak hasil menunjukan bahwa flavonoid positif terkandung dalam fraksi etanol bakal buah kelapa yang ditandai dengan perubahan warna kuning karena senyawa fenol yang terdapat pada flavonoid akan bereaksi berubah menjadi warna kuning ketika diuapkan dengan amoniak (Departemen Kesehatan RI, 2000)

Hasil Pengujian Antidiare

Konsistensi Feses dan Diameter Serapan Air

Pada pengamatan konsistensi feses dan diameter serapan air, penilaian konsistensi feses dibagi menjadi :

a. tidak BAB (0)

b. konsistensi berlendir/berair (BL) diameter serapan air >15 mm c. konsistensi lembek (L) diameter serapan air 10-15 mm

d. konsistensi normal (N) diameter serapan air <10 mm

Konsistensi feses dinilai dengan menggunakan skoring, sehingga kelompok yang dinyatakan memiliki antidiare dengan memperbaiki konsistensi feses adalah kelompok yang menunjukkan angka konsistensi terbesar. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Data Konsistensi Feses dan Rata-rata Diameter Serapan Air

Kelompok Konsistensi Fases Rata-rata Diameter Serapan air (mm) KN

BL 19,54

L 13,09

KP

BL 18,8

L 12,23

P1

BL 19,44

L 12,69

P2

BL 19,20

L 12,44

P3

BL 18,6

L 12,34

Keterangan :

KN (Kontrol negatif): Pemberian aquadest

KP (Kontrol positif): Pemeberian loperamid HCl dengan dosis 0,26 mg/kgBB

P1 (Perlakuan 1) : Pemberian fraksi etanol bakal buah kelapa dosis 14,45 mg/kg BB P2 (Perlakuan 2) : Pemberian fraksi etanol bakal buah kelapa dosis 28,9 mg/kg BB P3 (Perlakuan 3) : Pemberian fraksi etanol bakal buah kelapa dosis 57,8 mg/kg BB Konsistensi fases : BL: Berlendir/berair

L: Lembek

(7)

Copyright © 2021, Universitas Muhammadiyah Metro 130 Dari hasil penentuan konsistensi feses dan diameter serapan air, pada kelompok kontrol negatif paling besar jika dibandingkan dengan kelompok kontrol positif, perlakuan 1, perlakuan 2 dan perlakuan 3. Sedangkan yang menunjukkan penurunan diameter serapan air yaitu pada kelompok kontrol positif dan perlakuan 3. Hal ini menunjukan bahwa dengan semakin cepat terbentuknya konsistensi feses yang berlendir/berair maka efek antidiare semakin lemah, dan semakin cepat terjadinya perubahan konsistensi kearah normal maka efek antidiare semakin kuat. Mencit yang mengalami diare ditandai dengan feses yang banyak mengandung cairan sehingga menjadi lembek dan encer, sehingga konsistensi yang terbentuk mempengaruhi diameter serapan air. Semakin berlendir/berair konsistensi feses maka semakin lebar diameter serapan air, sedangkan konsistensi feses yang kembali normal tidak ada serapan airnya.

Frekuensi Diare

Penilaian frekuensi diare dilakukan dengan mengamati jumlah frekuensi diare dari awal diare hingga mencit berhenti diare Adapun hasil penilaian frekuensi diare dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Uji BNT Rata-rata Frekuensi Diare

Perlakuan Rata-rata frekuensi diare

KN 6,4±0,548a

KP 3,6±1,140b

P1 4,8±0,837c

P2 4,2±0,447c

P3 4±0,707c

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf tika diatas (dibelakang simpangan baku) tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % dengan uji BNT.

Berdasarkan hasil penelitian uji efek antidiare yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah frekuensi diare tertinggi yaitu pada kelompok kontrol negatif (6,4) dan rata-rata jumlah frekuensi diare terendah yaitu pada kelompok kontrol positif (3,6). Hal ini disebabkan karena tidak adanya aktivitas farmakologis aquadest dalam mengobati diare yang ditimbulkan oleh pemberian oleum ricini secara oral, selain itu karena loperamid HCl telah terbuksi sebagai obat antidiare yang telah banyak digunakan dan dipasarkan secara bebas. Sedangkan untuk kelompok P1, P2 dan P3 pemberian fraksi etanol bakal buah kelapa dengan berbagai dosis menunjukan bahwa pemberian fraksi etanol bakal buah kelapa mampu menurunkan rata-rata jumlah frekuensi diare pada mencit dibandingkan dengan kontrol negatif, hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh antara dosis fraksi etanol bakal buah kelapa dengan rata-rata jumlah frekuensi diare mencit yang ditimbulkan oleh pemberian oleum ricini. Tabel 4.2 menunjukan bahwa rata-rata jumlah frekuensi diare kelompok P3 (4) lebih kecil dibanding dengan kelompok P2 (4,2) dan P1 (4,8). Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit rata-rata jumlah frekuensi diare yang diperlihatkan oleh mencit maka semakin baik efek antidiare pada suatu bahan uji karena terdapat kandungan senyawa aktif didalam fraksi etanol bakal buah kelapa yang bersifat sebagai antidiare.

Setelah diperoleh data rata-rata jumlah frekuensi diare pada mencit dilakukan analisis data secara statistik dengan menggunakan ANOVA bertujuan untuk melihat perbedaan rata- rata jumlah frekuensi diare pada tiap perlakuan. Hasil analisis data pada tes homogenitas diperoleh nilai p-value sebesar 0,282. Karena p-value lebih besar dari pada nilai α = 0,05

(8)

Copyright © 2021, Universitas Muhammadiyah Metro 131 maka dinyatakan data tersebut homogen, karena data yang diperoleh homogen kemudian dilakukan analisis one way ANOVA dari hasil analisis data menggunakan one way ANOVA diperoleh nilai p-value sebesar 0,000. Oleh karena nilai p-value lebih kecil dari nilai α = 0,05 maka terdapat perbedaan signifikan rata-rata jumlah frekuensi diare antar kelompok, karena terdapat perbedaan signifikan dilakukan uji lanjut dengan uji BNT yang bertujuan untuk membandingkan rata-rata jumlah frekuensi diare antar kelompok. Berdasarkan hasil uji BNT diperoleh bahwa kelompok KP, kelompok P1, P2 dan P3 menunjukkan efek antidiare yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap KN, sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok tersebut memiliki efek antidiare terhadap hewan uji mencit. Pada kelompok P2 dan P3 menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05) bila dibandingkan dengan kelompok KP, sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok P2 dan P3 memiliki efek antidiare yang setara dengan kelompok KP. Hal tersebut disebabkan karena berdasarkan pengujian fitokimia yang telah dilakukan pada fraksi etanol bakal buah kelapa mengandung senyawa tanin, saponin, alkaloid dan flavonoid.

Senyawa yang diduga berkontribusi besar sebagai antidiare yaitu Senyawa tanin.

Tanin dapat mengurangi intensitas diare dengan cara menciutkan selaput lendir usus dan mengecilkan pori sehingga akan menghambat sekresi cairan dan elektrolit (Clinton C, 2009).

Selain itu, sifat adstringens tanin akan membuat usus halus lebih tahan (resisten) terhadap rangsangan senyawa kimia yang mengakibatkan diare, toksin bakteri dan induksi diare oleh oleum ricini . Beberapa literatur lain menjelaskan aktivitas antidiare yakni senyawa alkaloid dan flavonoid pada daun remek daging dapat bersifat sebagai antidiare, dimana alkaloid bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhimurium yang telah diketahui berpotensi sebagai salah satu mikroorganisme penyebab diare (Ahmadu et al., 2007). Sedangkan untuk flavonoid mekanisme kerjanya adalah dengan cara menghambat mortilitas usus sehingga dapat mengurangi cairan dan elektrolit (Nijveldt et al., 2001).

Apabila dilihat mekanisme kerja dari masing-masing senyawa aktif berdasarkan literatur, senyawa yang dapat digunakan sebagai antidiare pada bakal buah kelapa adalah tanin, alkaloid dan flavonoid.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kelompok perlakuan 3 pada pemberian fraksi etanol bakal buah kelapa pada dosis 57,8 mg/Kg BB memiliki efek antidiare yang sama baik dengan dengan kelompok kontrol positif yaitu loperamid HCl pada dosis 0,26 mg/Kg BB, dilihat dari efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan sintetis pada jangka panjang dapat menyebabkan nyeri abdominal, mual, muntah, mulut kering dan pusing, sehingga fraksi etanol bakal buah kelapa dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan diare.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian fraksi etanol bakal buah kelapa memiliki efek antidiare pada mencit putih jantan secara oral pada perlakuan 1 (14,45 mg/kg BB), perlakuan 2 (28,9 mg/kg BB) dan perlakuan 3 (57,8 mg/kg BB) dan dosis paling baik yang menunjukan efek antidiare adalah perlakuan 3 (57,8 mg/kg BB), dengan rata-rata diameter serapan air (BL = 19,54 mm dan L= 13,09 mm) dan rata-rata jumlah frekuensi diare (4 kali) dari efek antidiare yang ditimbulkan oleh oleum ricini.

(9)

Copyright © 2021, Universitas Muhammadiyah Metro 132 DAFTAR PUSTAKA

Ahmadu, A. A., Zezi, A. U., & Yaro, A. H. (2007). Anti-diarrheal activity of the leaf extracts of Daniellia Oliveri hutch and Dalz (Fabaceae) and ficus sycomorus Miq (Moraceae). African Journal of Traditional, Complementary and Alternative Medicines, 4(4), 524–528. https://doi.org/10.4314/ajtcam.v4i4.31246 Artemisia Rahma. (2016). Antidiare Perasan Segar Bakal Buah Kelapa (Cocos nucifera L.) terhadap Mencit

Putih Jantan Galur DDY dengan Metode Proteksi. CERATA Journal Of Pharmacy Science, 45–55.

Clinton C, N. (2009). Plant tannins: A novel approach to the treatment of ulcerative colitis. Natural Medicine Journal, 2.

Dalimartha, S. (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (Jilid 5). Jakarta: Pustaka Bunda.

Departemen Kesehatan RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.

Dinas Kesehatan Lampung. (2016). Profil Kesehatan Lampung. 46.

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018.

Nijveldt, R. J., Van Nood, E., Van Hoorn, D. E. C., Boelens, P. G., Van Norren, K., & Van Leeuwen, P. A. M.

(2001). Flavonoids: A review of probable mechanisms of action and potential applications. American Journal of Clinical Nutrition, 74(4), 418–425. https://doi.org/10.1093/ajcn/74.4.418

Venty, A., Aman, I. G. M., & Pangkahila, W. (2016). Efek Pemberian Virgin Coconut Oil (Cocos nucifera L.) Terhadap Dislipidemia Pada Tikus Putih (Rattus novegicus) Jantan Galur Wistar yang Diberi Diet Tinggi Kolesterol. Warmadewa Medical Journal, 1(2), 58–65. https://doi.org/10.22225/wmj.1.2.28.58

Yunita D. Safitri, Umie Lestari, N. W. (2015). Pengaruh Air Kelapa Muda (Cocos nucifera L.) Varietas Macrocorpu Terhadap Kondisi Hematologi Mencit (Mus musculus) Galur Balb C. Journal of Physical Science and Engineering, 1–5.

Zulkoni, A. (2010). Parasitologi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Keahlian dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Karyawan (Survey Pada Karyawan PT.BPR WIROSARI IJO

Nilai rasio harga cabe merah per harga beras pada Tabel 21 bernilai negatif, yang menunjukkan bahwa penurunan harga cabe akan berpengaruh pada peningkatan tingkat diversifikasi

[r]

Pembuatan Website Outdoor Adventure Dengan Menggunakan Macromedia Dreamweaver MX, PHP dan MySQL merupakan sebuah aplikasi WWW yang berisi informasi mengenai kegiatan outdoor

Setiap jenis siaran tersebut di rancang untuk mampu memberikan manfaat bangi penontonnya, baik berupa layanan informasi maupun kepuasan psikis tambahan informasi dan kepuasan

DINAS SOSIAL KABUPATEN PROBOLINGGO. DINAS SOSIAL

[r]

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B5, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech