commit to user i
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GURU TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI DAN LINGKUNGAN KERJA FISIK DENGAN
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SMA NEGERI DI KECAMATAN PATI
SKRIPSI
Oleh:
SURATMI DWI ASTUTI K7409159
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
commit to user ii
commit to user iii
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GURU TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI DAN LINGKUNGAN KERJA FISIK DENGAN
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SMA NEGERI DI KECAMATAN PATI
Oleh:
SURATMI DWI ASTUTI K7409159
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
commit to user iv
commit to user v
commit to user vi
commit to user vii ABSTRAK
Suratmi Dwi Astuti. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GURU TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI DAN LINGKUNGAN KERJA FISIK DENGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SMA NEGERI DI KECAMATAN PATI. Skripsi; Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui hubungan antara persepsi guru terhadap program sertifikasi dengan kompetensi profesional guru SMA Negeri di Kecamatan Pati. (2) mengetahui hubungan antara lingkungan kerja fisik dengan kompetensi profesional guru SMA Negeri di Kecamatan Pati.
(3) mengetahui hubungan antara persepsi guru terhadap program sertifikasi dan lingkungan kerja fisik dengan kompetensi profesional guru SMA Negeri di Kecamatan Pati
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif asosiatif ( korelasional ). Populasi dalam penelitian ini adalah guru SMA Negeri di Kecamatan Pati Tahun Pelajaran 2011/2012, dan sampel dalam penelitian ini 25 persen dari jumlah populasi. Pengambilan sampel dengan teknik random sampling yaitu dengan proporsional random sampling sejumlah 55 orang guru. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuesioner yang di dukung metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier ganda
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi guru terhadap program sertifikasi dengan kompetensi profesional guru SMA Negeri di Kecamatan Pati. (2) Ada hubungan positif yang signifikan antara lingkungan kerja fisik dengan kompetensi profesional guru SMA Negeri di Kecamatan Pati. (3) Ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi guru terhadap program sertifikasi dan lingkungan kerja fisik secara bersama-sama dengan kompetensi profesional guru SMA Negeri di Kecamatan Pati.
Temuan lain yang dapat dilaporkan dalam penelitian ini adalah: persamaan garis regresi linier ganda Ŷ =33,584 + 0,369 X1 + 0,306X2, dapat dijelaskan bahwa setiap peningkatan atau penurunan persepsi guru terhadap program sertifikasi (X1) sebesar satu unit akan diikuti dengan peningkatan atau penurunan kompetensi profesional guru (Y) sebesar 0,369. Demikian halnya dengan setiap
commit to user viii
peningkatan atau penurunan lingkungan kerja fisik (X2) sebesar satu unit, maka akan diikuti dengan peningkatan atau penurunan kompetensi profesional guru sebesar 0,306.
commit to user ix
ABTRACT
Suratmi Dwi Asuti. THE RELATION BETWEEN TEACHER PERCEPTION TOWARD CERTIFICATION PROGRAM AND PHYSICAL WORK ENVIRONMENT WITH PROFESSIONAL COMPETENCE OF SENIOR HIGH SCHOOL TEACHER IN PATI REGENCY. A Final Project; Surakarta:
Faculty of Education and Teacher Training Sebelas Maret University of Surakarta, July 2012.
The purposes of this research are: Firstly is to know the relation between teacher perception toward certification program with professional competence of senior high school teacher in pati regency. Secondly, is to know relation between physical work environment with professional competence of senior high school teacher in pati regency. Third, is to know the relation between teacher perception toward certification program and physical work environment with professional competence of senior high school teacher in pati regency.
This research use quantitative research appporach by assosiative descriptive method (correlation). The population of this research is the teacher’s of Senior High School in Pati Regency in the year of 2011/2012, and the samples of this reserch are 25 % consist population. To get the samples, the writer use the proportional random sampling, and it consist of 55 teacher’s. The technique of collecting data is a questionnaire method and supported with documentation method. To analyze the data, the writer use regression double linear analysis.
Based on the result above it be can concludes that : firstly, there is a positive significant in relation between teacher perception toward certification program with professional competence of senior high school teacher in pati regency. Secondly, there is a positive significant in relation between physical work environment with professional competence of senior high school teacher in pati regency. Third, there is a positive significant between teacher perception toward certification program and physical work environment with professional competence of senior high school teacher in pati regency.
The other findings that can be reported in this research are: the similiarity of regression line double linier Ŷ =33,584 + 0,369 X1+ 0,306 X2.It can explained that each degree or less strategy that is done by teacher perception toward certification program (X1) even for a unit will be followed by degree or less strategy in teacher professional competence (Y) this result is 0,369. Like wise in degree or less strategy in physical work environment (X2) event for a unit, it will be followed by degree or less in teacher professional competence (Y) this result is 0,306.
commit to user x
MOTTO
“Apabila engkau mendengar Ilmu, maka sebarkanlah. Dan jangan engkau campurkan dengan senda gurau, agar tidak dimuntahkan hati”
(Q.S Al-Baqarah : 45)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.”
(Q.S Al Insyirah: 6)
“ Dan Alloh SWT akan menolong seorang hamba, selama hamba itu menolong saudaranya.”
(HR. Muslim)
“ Orang-orang besar/ sukses tidak pernah berhenti berusaha hanya karena kesangsian dan ejekan orang banyak atas cita-cita besarnya”
(Andrie Wongso)
commit to user xi
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, ku persembahkan karya ini untuk:
Bapak Soemadi , dan Ibu Rusmiyati
Doamu yang tiada pernah terputus, kasih sayang, pengertian, pengorbanan serta nasehat yang membuatku terarah dan bangga memiliki kalian.
Hartomo Adi, suamiku.
Sahabat, teman hidup, dan pendamping yang senantiasa memberikan dorongan yang tidak henti-hentinya berkata “ Semangat Istriku!”
Maheswara Dhia Syarafana
Terima kasih nak, engkau adalah semangat bundamu.
Mas Anggoro, dan Dik Irfan
Terima kasih atas motivasi dan dukunganya.
Pak Sigit Santosa dan Bu.Sri Sumaryati, Terima kasih atas bimbingannya.
commit to user xii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak mengalami hambatan, namun atas bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu atas, segala bentuk bantuannya tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta segenap jajarannya, yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah menyetujui permohonan ijin menyusun skripsi.
3. Ketua dan Sekretaris BKK Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan pengarahan dan ijin menyusun skripsi.
4. Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd, selaku Pembimbing I dan Sri Sumaryati, S.Pd,M.Pd, selaku Pembimbing II yang dengan sabar senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Tim penguji skripsi yang telah menguji dengan sabar dan tegas.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi yang telah memberi bekal ilmu yang sangat bermanfaat bagi peneliti.
commit to user xiii
7. Kepala SMA Negeri, 1, 2 dan, 3 Pati, yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian.
8. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendukungku dan menjadi motivasi saya.
Terimakasih untuk semua do’a, kasih sayang dan kesabaran yang diberikan selama ini.
9. Hartomo Adi, Anggoro Setyo Mulyo, Akhmad Irfan Sudarsono dan Asa kecil, yang selalu mendukung dan menjadi semangat penulis.
10. Keluargaku, sahabat Wisma Sakinah,
11. Sahabatku Gobil yang aku sayangi, Asa, Tri, Muti, Siti, Wiwit, Kiki, dan Mamah Osin.
12. Rekan-rekan seperjuangan yang telah mendukung dan memberi arahan serta kritikan demi terselesainya laporan ini
13. Semua pihak yang membantu kelancaran pelaksanaan magang ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan maka saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Penulis harapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya serta bagi perkembangan ilmu pengatahuan.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user xiv DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERNYATAAN...ii
HALAMAN PENGAJUAN...iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...iv
HALAMAN REVISI...v
HALAMAN PENGESAHAN...vi
HALAMAN ABSTRAK ...vii
HALAMAN ABSTRACT ...ix
HALAMAN MOTTO ...x
HALAMAN PERSEMBAHAN ...xi
KATA PENGANTAR...xii
DAFTAR ISI...xiiv
DAFTAR GAMBAR...xvi
DAFTAR TABEL ...xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Rumusan Masalah ...5
C. Tujuan Penelitian ...6
D. Manfaat Penelitian ...6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ...8
1. Kajian Teori ...8
a. Kajian Teori Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi ...8
b. Kajian Teori Lingkungan Kerja Fisik...20
c. Kajian Teori Kompetensi Profesional Guru ...32
2. Penelitian Yang Relevan ...38
commit to user xv
B. Kerangka Berpikir...40
C. Hipotesis...42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...44
B. Rancanga/ Desain Penelitian...45
C. Populasi dan Sampel ...46
D. Teknik Pengambilan Sampel...47
E. Pengumpulan Data ...49
F. Validasi Instrumen Penelitian ...54
G. Analisis Data ...57
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskriptif Data Penelitian ...63
B. Pengujian Persyaratan Analisis ...77
C. Pengujian Hipotesis ...81
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ...85
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Penelitian...89
B. Implikasi Hasil Penelitian...89
C. Saran...90
DAFTAR PUSTAKA ...93
commit to user xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Prosedur Sertifikasi ... 18
2. Kerangka Berpikir... 42
3. Struktur Organisasi SMA N 1 Pati... 67
4. Struktur Organisasi SMA N 2 Pati... 68
5. Struktur Organisasi SMA N 2 Pati... 69
6. Histograf Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi... 74
7. Histograf Lingkungan Kerja Fisik ... 75
8. Histograf Kompetensi Profesional Guru... 77
9. Grafik Normal P-P of Regression Standardized Residual ... 78
10. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 80
commit to user xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jadwal Penelitian... 45
2. Deskripsi Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian ... 49
3. Sarana dan Prasarana SMA N 1 Pati... 70
4. Sarana dan Prasarana SMA N 2 Pati... 71
5. Sarana dan Prasarana SMA N 3 Pati... 72
6. Deskripsi Data Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi... 74
7. Deskripsi Data Lingkungan Kerja Fisik... 75
8. Deskripsi Data Kompetensi Profesional ... 76
commit to user xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Matriks Spesifikasi Data ... 97
2. Surat Pengantar Angket dan Angket... 99
3. Skor Alternatif Jawaban... 105
4. Uji Validitas dan Reabilitas ... 108
5. Resum Hasil Analisis Data Uji Validitas dan Reliabilitas... 123
6. Data Induk Penelitian... 126
7. Daftar Nama Sempel... 127
8. Deskripsi Data... 130
9. Uji Normalitas... 131
10. Uji Linearitas... 132
11. Uji Independensi ... 133
12. Uji Heteroskedastisitas dan Uji Autokorelasi ... 134
13. Uji Hipotesis ... 135
14. Korelasi Ganda dan Koefisien Determinasi... 137
17. Tabulasi Hasil Ujicoba Angket Variabel X1 ... 138
18. Tabulasi Hasil Ujicoba Angket Variabel X2 ... 139
19. Tabulasi Hasil Ujicoba Angket Variabel Y ... 140
21. Tabel F ... 141
22. Surat Permohonan Penyusunan Skripsi kepada Dekan FKIP ... 142
23. Surat Ijin Menyusun Skripsi dari Dekan FKIP UNS ... 143
24. Surat Permohonan Try Out di SMA N 5 Solo ... 144
25. Surat Permohonan Penelitian di SMA N 1 Pati ... 145
commit to user xix
26. Surat Permohonan Penelitiani SMA N 2 Pati ... 146
27. Surat Permohonan Penelitian di SMA N 3 Pati ... 147
28. Permohonan Surat Pengantar Izin Penelitian a.n Rektor ... 148
29. Surat Rekomendasi Penelitian dari Kantor Penelitian dan Pengembangan... 149
30. Surat Keterangan Melaksanakan Try Out di SMA N 5 Surakarta ... 150
31 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian di SMA N 1 Pati... 151
31 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian di SMA N 2 Pati... 152
31 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian di SMA N 3 Pati... 153
commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi sekarang ini seseorang dituntut untuk meningkatkan kualitas diri guna menjawab tantangan ketertinggalan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa yang lain. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan di Indonesia. Apabila bangsa Indonesia akan berkiprah dalam era globalisasi, maka langkah pertama yang harus diperbaiki adalah menata kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) baik dari intelektual, emosional, spiritual, kreativitas, moral maupun tanggung jawabnya. Penataan tersebut harus ditata secara seimbang dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas, baik pada jalur pendidikan formal maupun non formal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
Kesungguhan bangsa Indonesia untuk meningkatkan mutu pendidikan terlihat jelas dalam UUD 1945 amandemen ke 4 pasal 31 Bab XII tentang Pendidikan dan Kebudayaan ayat 4 yang berbunyi: "Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”. Anggaran 20% untuk biaya khusus pendidikan tentunya sangat membantu dalam peningkatan kualitas pendidikan di negara berkembang ini menjadi negara yang dapat memposisikan sebagai negara maju di mata dunia. Sikap optimis akan
commit to user
bermakna dan menjadi kenyataan di masa yang akan datang bila ada keseriusan dukungan dan komitmen dari semua pihak terkait baik masyarakat, sekolah maupun pemerintah.
Menurut Undang- Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1 ) Pendidikan adalah:
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Melalui pendidikan diharapkan terjadi peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam rangka menyingkapi globalisasi yang melanda dunia. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas akan mampu memenuhi permintaan tenaga kerja ahli yang dibutuhkan dalam masa pembangunan.
Pada kenyataannya pendidikan formal sangat penting dan mempengaruhi perkembangan anak didik hingga menjadi manusia yang seutuhnya. Pendidikan, menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1, adalah “Usaha sadar yang dilakukan untuk menyiapkan peserta didik tersebut berperan dalam kehidupan masa depannya”. Pengertian ini secara implinsit menafsirkan perlu adanya usaha sadar yang dilakukan seseorang, dalam pendidikan secara formal seseorang yang dimaksud adalah adalah guru.
Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapatkan perhatian sentral, pertama dan utama. Figur seorang guru selalu menjadi sorotan utama ketika berbicara tentang masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam
commit to user
sistem pendidikan. Guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Itulah sebabnya setiap pembincangan mengenai pembaharuan kurikulum, pengadaan alat-alat belajar sampai pada kriteria sumber daya manusia yang dihasilkan oleh usaha pendidikan, selalu bermuara pada guru. Hal ini menunjukan berarti pentingnya posisi guru dalam dunia pendidikan.
Guru adalah agen perubahan yang mampu mendorong terhadap pemahaman dan toleransi, dan tidak sekedar hanya mencerdaskan peserta didik tetapi mampu mengembangkan kepribadian yang utuh, berakhlak, dan berkarakter.
Pemerintah perlu mengupayakan adanya profesionalisme guru. Dengan begitu diharapkan guru dapat melakukan tranformasi dan sekaligus merubah cara pikir, cara merasa, dan cara kinerja peserta didik pada tuntutanperkembangan dunia ke depan.
Kompetensi merupakan kemampuan yang dipupuk dan dikembangkan melalui berbagai proses pembelajaran, pengalaman, menekuni pekerjaan dengan sungguh-sungguh, dan bahkan berani mengambil resiko untuk menghadapi tantangan. Hal ini menunjukan bahwa kompetensi dibangun melalui sebuah proses yang panjang. Guru yang kompeten adalah sosok yang selalu merasa kekurangan untuk menimba ilmu dan juga menginginkan agar peserta didiknya memiliki kompetensi bahkan menginginkan kompetensi peserta didiknya melebihi gurunya (Hidayatullah, 2009: 67 )
Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan dalam Pasal 28 Ayat ( 3 ) bahwa: “Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi (1) Kompetensi pedagogik; (2) Kompetensi kepribadian (3) Kompetensi sosial; (4) Kompetensi profesional”
commit to user
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat ( 3 ) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standart kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.”
“Untuk itu kompetensi guru memiliki manfaat yang sangat penting, terutama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas guru. Uji kompetensi guru dapat digunakan untuk mengembangkan standart profesional guru” ( Mulyasa, 2008: 188 )
Guru memiliki peran signifikan dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Namun demikian data di lapangan menunjukkan masih banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kualitas dan kinerja guru. Jika mengacu pada syarat yang ditetapkan Undang- undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, antara lain guru berkualitas harus berkualifikasi pendidikan D-IV/ S-1, maka terdapat 1,7 juta guru di Indonesia masih berpendidikan SMA-D-III. Kesejahteraan guru juga memprihatinkan. Masih banyak guru yang digaji sangat rendah per bulan. Adanya status kerja guru honor daerah dan guru honor sekolah menyebabkan posisi guru lemah dan sewaktu-waktu bisa dipecat tanpa menerima haknya (Kompas 4 Oktober 2008).
Sehubungan dengan itu, sudah sewajarnya pemerintah terus berupaya mencari alternatif untuk meningkatkan kualitas, kesejahteraan dan kinerja profesi guru. Salah satu yang sedang dilakukan pemerintah saat ini adalah tentang sertifikasi guru sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2011 Tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.
Dalam Pasal 1 disebutkan “Sertifikasi bagi guru dalam jabatan selanjutnya disebut
commit to user
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang bertugas sebagai guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling, dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan.”
Sertifikasi guru merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke depan semua guru harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar. Dengan demikian, upaya pembentukan guru yang profesional di Indonesia segera menjadi kenyataan dan diharapkan tidak semua orang dapat menjadi guru dan tidak semua orang menjadikan profesi guru sebagai batu loncatan untuk memperoleh pekerjaan lain yang dianggap lebih layak.
Program sertifikasi ini merupakan angin segar bagi para guru, karena selain dapat meningkatkan mutu pendidikan Indonesia mereka juga mendapatkan haknya sebagai pekerja profesional, termasuk peningkatan kesejahteraannya.
Meskipun demikian, guru juga dituntut untuk memenuhi kewajibannya sebagai pekerja profesional. Dengan adanya program sertifikasi diharapkan guru mampu meningkatkan kompetensi yang semestinya dimiliki oleh guru.
Program sertifikasi yang secara langsung mempengaruhi guru ini, tentunya menimbulkan persepsi yang berbeda-beda dari guru itu sendiri ada yang mempersepsikan secara positif dan tak jarang juga yang mempersepsikan negatif terkait pro kontra pemberian sertifikasi serta pelaksanaan sertifikasi ini. Persepsi guru merupakan cara pandang seorang pendidik profesional yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi peseta didik. Persepsi terhadap program sertifikasi yang berbeda- beda menimbulkan pertanyaan yang mengusik peneliti untuk ditemukan
commit to user
jawabannya, tentang korelasi antara persepsi guru terhadap sertifikasi dengan kompetensi profesional.
Setiap sekolah seharusnya dapat menyediakan lingkungan kerja yang kondusif, sehingga guru merasa nyaman dalam mengajar, serta dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan dengan baik. Lingkungan kerja merupakan lingkungan yang ada di dalam sekolah yang menunjukkan suatu tempat kerja guru dimana ia mengajar. Dalam lingkungan kerja ada interaksi antara guru dengan kepala sekolah, guru dengan guru, guru dengan murit, serta interaksi dengan kondisi-kondisi material yang ada dalam sekolah yang dapat mempengaruhi guru dalam menjalankan tugas sebagai pendidik.
Sedarmayanti (2001:21) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni : (a) lingkungan kerja fisik, dan (b) lingkungan kerja non fisik. Lingkungan kerja fisik antara lain kondisi tempat kerja, penerangan, ventilasi, kebersihan, keamanan, pewarnaan, dan lain-lain.
Sedangkan lingkungan kerja non fisik meliputi suasana kerja, serta pelayanan kepada pegawai yang diberikan oleh pihak organisasi.
Jadi lingkungan kerja fisik dapat mempengaruhi guru dalam menjalankan aktivitas atau melaksanakan pekerjaannya. Oleh karena itu, sekolah perlu menciptakan kondisi lingkungan kerja yang kondusif, sehingga mempunyai pengaruh yang berarti terhadap peningkatan kompetensi profesional guru.
Berangkat dari kondisi tersebut diatas, peneliti tergerak untuk melaksanakan penelitian tentang “Hubungan Antara Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi dan Lingkungan Kerja Fisik Dengan Kompetensi Profesional Guru SMA Negeri Di Kecamatan Pati”
commit to user B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara persepsi guru terhadap program sertifikasi dengan kompetensi profesional guru SMA Negeri di Kecamatan Pati?
2. Apakah terdapat hubungan antara lingkungan kerja fisik dengan kompetensi profesional guru SMA Negeri di Kecamatan Pati?
3. Apakah terdapat hubungan antara persepsi guru terhadap program sertifikasi dan lingkungan kerja fisik dengan kompetensi profesional guru SMA Negeri di Kecamatan Pati?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi guru terhadap program sertifikasi dengan kompetensi profesional guru SMA Negeri di Kecamatan Pati.
b. Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan kerja fisik dengan kompetensi profesional guru SMA Negeri di Kecamatan Pati.
c. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi guru terhadap program sertifikasi dan lingkungan kerja fisik dengan kompetensi profesional guru SMA Negeri di Kecamatan Pati
commit to user D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
Untuk memberikan sumbangan berupa khasanah keilmuan dalam bidang manajemen pendidikan.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat memotivasi sebagai berfikir ilmiah, kreatif, dan inovatif dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru.
b. Bagi Guru
Untuk meningkatkan citra guru terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan serta dapat memberikan informasi mengenai sejauh mana kompetensi profesional guru setelah sertifikasi.
c. Bagi Sekolah
1) Dijadikan sebagai bahan masukan bagi pengelolaan sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru
2) Dijadikan masukan untuk memahami lebih lanjut tentang sertifikasi guru.
3) Dijadikan masukan bagi pemimpin sekolah dan anggota sekolah pentingnya lingkungan fisik sekolah dalam proses pembelajaran.
d. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang kompetensi profesional guru, serta sertifikasi dan lingkungan fisik sekolah sehingga masyarakat akan mengetahui tentang mutu pendidikan dan tenaga kependidikan, khususnya guru.
commit to user 9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Kajian Teori
a. Kajian Teori Tentang Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi 1) Pengertian Persepsi
Menurut Rakhmat ( 1994) “Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan” (hlm.131).
“ Perception which take place in the brain, is the prosess of organizing, interpreting, and giving meaning to that raw data in order to understand what is going on around us” (Moris dan Maisto, 2003: 126). Artinya persepsi itu terjadi dalam otak, dari data mentah diproses untuk diorganisasikan, di interprestasikan dan diberi makna yang selanjutnya untuk dimengerti atau dipahami untuk melihat apa yang ada disekitar kita.
Persepsi merupakan pemaknaan hasil pengamatan termasuk persepsi tentang lingkungan yang menyeluruh, lingkungan dimana individu berada dan dibesarkan, dan kondisi merupakan stimuli untuk suatu persepsi setelah mendapatkan stimuli pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan interprestasi ( Yusuf,1991: 108 )
Gavin mengungkapkan definisi persepsi sebagai berikut, “Perception is concerned with the way which information reaches the cognitive system. In order to understand this, we need to understand the perceptual system, and how we interpret sensory signals” ( 1998: 9 ). Artinya persepsi terpusat kepada pencapaian informasi dalam sistem kognitif, maksudnya kita membutuhkan sistem persepsi dan bagaimana kita menginterpretasi kemampuan panca indera.
commit to user
Menurut pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu cara bagaimana seseorang memberikan suatu anggapakan dan penilaian terhadap suatu objek ataupun gejala sosial yang diterima oleh indera manusia yang di olah melalui proses di dalam ranah kognitif dan afektif. Ketika seseorang melihat, mendengar ataupun meraba mereka akan memberikan tanggapan terhapat stimulus yang diterimanya dengan mengkait-kaitkannya dengan pengalaman terdahulu orang tersebut.
2) Faktor dan Proses Terjadinya Persepsi
Persepsi merupakan hal yang bersifat subjektif, yaitu melibatkan tafsiran pribadi masing-masing individu, sehingga perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang berasal dari dalam individu atau dapat dikatakan faktor intern.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah : a) Faktor yang ada pada pelaku persepsi (perceiver)
Ketika individu memandang obyek tertentu dan mencoba menafsirkannya, maka penafsiranya dipengaruhi oleh karakteristik individu tersebut. Karakteristik yang mempengaruhi persepsinya itu antara lain sikap, kepribadian, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan harapan.
b) Faktor yang ada pada obyek yang dipersepsikan (target)
Karakteristik target yang mempengaruhi persepsi pengamatnya antara lain obyek merupakan hal baru, gerakan obyek, intensitas (bunyi) dari obyek, ukuran obyek, kontrasitas obyek dengan latar belakangnya, dan jarak (kedekatan) antara obyek dengan persepsi.
c) Faktor yang ada pada situasi terjadinya persepsi
Konteks peristiwa atau waktu terjadinya persepsi yang mempengaruhi persepsi atara lain lokasi, cahaya, suhu udara, siang atau malam hari, dan lain-lain. (Robbins, 2007 : 170 - 171)
Hampir serupa, Sondang P. Siagian ( 2004 ) berpendapat:
Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja. Tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan mengapa dua orang yang melihat sesuatu mungkin memberi interprestasi yang berbeda
commit to user
tentang yang di lihatnya itu. Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang: pertama, diri orang yang bersangkutan sendiri. Kedua, sasaran persepsi, dan ketiga, faktor situasi (hlm. 100)
Secara singkatnya persepsi dipengaruhi oleh pelaku dari latar belakang mampu membedakan persepsi seseorang, objek dari dipersepsikan, serta situasi ketika pelaku menerima objek tersebut
Bimo Walgito ( 2004) persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu:
a) Objek yang dipersepsi.
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari individu.
b) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf.
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.
Disamping itu juga harus ada syaraf sensorik sebagai alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
c) Perhatian.
Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusat atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek (hlm. 89)
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh:
a) Faktor internal, yaitu faktor yang terdapat pada diri si pengamat, yang bersangkutan meliputi alat indera, syaraf, pusat susunan syaraf, perhatian.
commit to user
b) Faktor eksternal, yaitu faktor yang terdapat di luar diri si pengamat, meliputi: objek yang dipersepsikan/ sasaran persepsi dan faktor situasi.
Bimo Walgito ( 1997 ) mengemukakan:
Proses terjadinya persepsi adalah objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai indera atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak, sehingga individu menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimannya. Proses yang terjadi didalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologi. Dengan dinakan taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang diterimannya melalui alat indera atau reseptor (hlm. 54)
Menurut kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya persepsi melalui tiga tahapan, yaitu: tahap pertama yang dinamakan tahap fisik atau kealaman, tahap kedua yang disebut sebagai tahap fisiologis dan tahap ketiga yaitu tahap psikologis yang merupakan proses terakhir yang menyadari apa yang individu terima melalui otak.
3) Pengertian Dasar Sertifikasi Guru
Guru memiliki peran signifikan dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Guru adalah tokoh utama dalam pembentukan kepribadian peserta didik. Tidak seiringnya dengan peran besar seorang guru, banyak fenomana di masyarakat tentang keprihatinan nasib guru.
Sehubungan dengan itu, sudah sewajarnya pemerintah terus berupaya mencari alternatif untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan dan kinerja profesi guru. Salah satu yang sedang dilakukan pemerintah saat ini adalah tentang sertifikasi guru sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2011 Tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.
Dalam Pasal 1 disebabkan “Sertifikasi bagi guru dalam jabatan selanjutnya
commit to user
disebut Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang bertugas sebagai guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling, dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan.”
Yamin ( 2006 ) mengatakan bahwa “Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen atau bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional” (hlm.2).
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru.
Sertifikasi pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesi guru. Sertifikat adalah dokumen resmi yang menyatakan informasi di dalam dokumen itu adalah benar adanya. Sertifikasi adalah proses proses pembuatan dan pemberiaan dokumen tersebut. Guru yang telah mendapat sertifikasi berarti telah mempunyai kualifikasi mengajar seperti yang dijelaskan di dalam sertifikat itu (Suyatno, 2008:3 )
Pada kenyataan sertifikasi guru merupakan masa depan, meningkatkan kualitas dan citra guru dalam menjawab arus globalisasi dan tantangan jaman, sehingga sertifikasi guru ini perlu dilakukan oleh penyelenggara tenaga kependidikan untuk meningkatkan kualifikasi pendidik.
UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menyatakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikasi pendidik untuk guru dan dosen.
Sedangkan sertifikasi pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tanaga profesional. ( Mulyasa, 2007: 33)
Setelah guru diwisuda maka seorang guru memperoleh sertifikat
pendidik. Sertifikat pendidik adalah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikat sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas
commit to user
guru yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Dalam pengertian ini, pendidik mencakup guru dan dosen. Sertifikasi yang dilakukan terhadap para guru disebut sertifikasi guru. Adapun sertifikasi yang dilakukan terhadap para dosen disebut sertifikasi dosen ( Suyatno, 2008: 2 ).
4) Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru
Sertifikasi Guru adalah pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompentensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikasi kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Di samping itu, sertifikasi guru juga merupakan proses uji kompetensi bagi calon atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya. Sertifikasi ini sebagai bukti pengakuan atas kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya. Sertifikasi ini sebagai bukti pengakuan atas kompetensi guru atau calon guru yang memenuhi standart untuk melakukan pekerjaan profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu ( Mulyasa, 2007 : 34 )
Menurut Mulyasa ( 2007 : 35 ) Sertifikasi guru bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut, (a) Melindungi masyarakat pendidik dan tenaga kependidikan, (b) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan, (c) Membantu dan melindungi lembaga penyelenggaraan pendidik, dengan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten, (d) Membangun
commit to user
citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (e) Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu peendidikan dan tenaga kependidikan.
Suyatmo ( 2008) Tujuan utama sertifikasi guru ialah :
a) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Agen pembelajaran berarti pelaku proses pembelajaran, bukan broker pembelajaran. Bila belum layak, guru perlu mengikuti pendidikan formal tambahan atau pelatihan profesional tertentu.
b) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan. Mutu siswa sebagai hasil proses pendidikan akan sangat ditentukan oleh kecerdasan, minat, dan upaya siswa bersangkutan. Mutu siswa juga ditentukan oleh mutu guru dan mutu proses pembelajaran. Baik proses pembelajaran di lingkup sekolah maupun lingkup nasional.
c) Meningkatkan martabat guru. Dengan segala pendidikan formal dan pelatihan yang telah diikuti, diharapkan guru mampu “memberi” lebih banyak kepada kemajuan siswa. Dengan memberi lebih banyak, martabat kita sebagai guru akan meningkat.
d) Meningkatkan profesinalitas guru. Mutu profesionalitas guru banyak ditentukan oleh pendidikan, pelatihan, dan pengembangan diri lain oleh guru bersangkutan. Sertifikasi guru hendaknya dapat kita jadikan sebagai langkah awal menuju guru yang profesional (hlm. 2)
Terlaksananya program sertifikasi guru ini, diharapkan tujuan yang disebutkan diatas dapat terlaksana dengan baik, inti dari pelaksanaan program sertifikasi guru dalam jabatan ini adalah peningkatan mutu pendidikan melalui pemberian kesejahteraan pelaku dalam proses pendidikan tersebut.
Program sertifikasi juga mempunyai banyak manfaat, (Suyatno, 2008) berpendapat bahwa, Manfaat sertifikasi guru yang utama ialah:
a) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang
commit to user
dapat merusak citra profesi guru. Saat ini guru dituntut menerapkan teori dan praktik kependidikan yang telah teruji ke dalam pembelajaran di kelas. Misalnya, untuk mendisiplinkan menurut teori kependidikan dan psikologi utama, bukan dengan memukul siswa atau mengancam siswa.
b) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional. Mutu pendidikan di sekolah ditentukan oleh mutu guru dan mutu proses pembelajaran dikelas. Melalui sertifikasi masyarakat akan menilai sekolah tertentu berdasarkan mutu kedua faktor ini, bukan berdasarkan promosi yang gencar yang dilakukan oleh sekolah bersangkutan.
c) Meningkatkan kesejahteraan guru. Hasil sertifikasi guru dapat dengan mudah digunakan untuk menentukan besarnya imbalan yang pantas diberikan kepada masing-masing guru. Dengan sertifikasi guru, dapat terhindar dari guru hebat ternyata hanya mendapatkan imbalan kecil.
Sebaliknya, dapat pula terhindar guru ecek-ecek mencapai imbalan besar (hlm 3).
Menurut Mulyasa (2007), sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan mempunyai manfaat sebagai berikut:
a) Pengawasan Mutu
(1) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik.
(2) Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktiksi untuk mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan.
(3) Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi baik pada waktu awal masuk organisasi profesi maupun pengembangan karier selanjutnya.
(4) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu maupun usaha belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan profesionalisme.
b) Penjaminan Mutu
(1) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan
commit to user
pemerintahan menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya. Dengan demikian pihak berkepentingan, khususnya para pelanggan/ pengguna akan makin menghargai organisasi profesi dapat memberikan jaminan atau melindungi para pelanggan/ pengguna.
(2) Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan/
pengguna yang ingin memperkerjakan orang dalam bidang keahlian dan ketrampilan tertentu (hlm. 35)
Secara umum sertifikasi guru mempunyai manfaat bagi guru, selain mengsejahterahkan guru diharapkan setifikasi mampu memberikan guru motivasi untuk meningkatan kualitas diri. Sertifikasi guru mampu mengawasi profesionalime guru sekaligus mengembangkannya.
5) Prinsip Sertifikasi
Menurut Ditjen PMPTK dalam Pedoman Penetapan Peserta dan Pelaksanaan Sertifikasi Guru dalam Jabatan (2007) mengungkapkan bahwa prinsip sertifikasi antara lain:
a) Dilaksanakan secara objektif, transaparan, dan akuntabel.
Objektif yaitu mengacu kepada proses perolehan sertifikasi pendidik yang impartial, tidak diskriminatif, dan memenuhi standar pendidikan nasional. Transparan yaitu mengacu kepada proses sertifikasi yang memberikan peluang kepada para pemangku kepentingan pendidik untuk memperoleh akses informasi tentang proses dan hasil sertifikasi.
Akuntabel merupakan proses sertifikasi yang dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara administratif, finansial, dan akademik.
b) Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan guru dan kesejahteraan guru.
Sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru yang telah lulus uji sertifikasi guru
commit to user
c) Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang- undangan
Program sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
d) Dilaksanakan secara terencana dan sistematis
Sertifikasi mengacu pada kompetensi guru dan standar kompetensi guru. Kompetensi guru mengacu pada empat pokok yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, sedangkan standart kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru.
e) Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah
Jumlah peserta pendidikan profesi dan uji kompetensi setiap tahunnya ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan jumlah yang ditetapkan pemerintah tersebut, maka disusunlah kuota guru peserta sertifikasi untuk masing-masing Provinsi dan Kabupaten/ Kota (hlm.4-5).
Menurut uraian di atas disimpulkan bahwa sertifikasi dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas pendidik dan kesejahteraan pendidik dengan didasarkan atas keobjektifan, transparansi, terencana dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6) Kriteria, Persyaratan , dan Rekrutmen Peserta Sertifikasi Guru Menurut Permerdiknas Nomor 18 tahun 2007, persyaratan utama peserta sertifikasi bagi guru adalah guru telah memiliki kualifikasi akademik sarjana strata satu (S-1) atau diploma empat ( D-4 ).
commit to user
Dalam menetapkan bidang studi yang akan disertifikasi, bidang studi tersebut harus ditetapkan sendiri oleh guru yang bersangkutan sesuai dengan kompetensi yang dikuasainya. Harus disadari oleh guru bahwa bidang studi ini akan terus melekat dalam tugas mengajar yang akan dilaksanakan oleh guru selama guru tersebut mengajar. Dengan kata lain, guru harus konsisten dengan pilihannya secara profesional karena guru harus mengajarkan bidang studi atau mata pelajaran tersebut selama bertugas sebagai guru.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan( 2012), Penetapan bidang studi sertifikasi mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a) Sesuai dengan program studi S-1 (linier),
b) Apabila tidak sesuai (tidak linier) dengan program studi S-1, dapat menggunakan program studi D-III,
c) Apabila tidak sesuai (tidak linier) dengan program studi S-1 dan program studi D-III, guru dapat menetapkan bidang studi yang serumpun dengan program studi S-1 dan D-III,
d) Apabila tidak sesuai (tidak linier) dengan program studi S-1 dan program studi D-III, guru dapat menetapkan bidang studi sertifikasi sesuai dengan mata pelajaran, rumpun mata pelajaran, atau satuan pendidikan yang diampunya, dan harus memiliki masa kerja minimal sudah 5 tahun berturut-turut mengajar mata pelajaran tersebut.
Selain itu, peserta sertifikasi tiap tahun dibatasi oleh kuota karena jumlah guru yang memenuhi persyaratan kualifikasi akademik lebih besar daripada kuota.
Oleh karena itu, Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas Kabupaten/ Kota dalam menetapkan peserta sertifikasi juga mempertimbangkan kriteria penetapan peserta. Penentuan guru calon peserta sertifikasi guru menggunakan sistem rangking bukan berdasarkan seleksi atau melalui tes. Ditjen PMPTK (2007), menetapkan kriteria penyusunan rangking penetapan peserta yaitu:
commit to user a) Masa Kerja atau pengalaman mengajar
Masa kerja dihitung selama seseorang menjadi guru. Bagi guru PNS masa kerja dihitung mulai dari diterbitkannya surat keterangan melaksanakan tugas berdasarkan SK CPNS. Bagi guru non PNS masa kerja dihitung selama guru mengajar yang dibuktikan dengan Surat Keputusan dari Sekolah berdasarkan surat pengangkatan dari yayasan.
b) Usia
Usia yang dihitung adalah usia kronologis, diperinci sampai dengan bulan supaya dapat terlihat perbedaannya
c) Pangkat/ Golongan ( bagi PNS )
Kriteria ini khusus untuk guru PNS saja. Pangkat atau golongan adalah pangkat/ golongan yang sedang diduduki guru saat ini.
d) Beban mengajar
Beban mengajar adalah jumlah jam mengajar per minggu yang dilakukan oleh guru saat didaftarkan sebagai sebagai peserta sertifikasi guru.
e) Jabatan atau tugas tambahan
Jabatan atau tugas tambahan adalah jabatan atau tugas tambahan yang disandang oleh guru saat yang bersankutan diusulkan mengikuti sertifikasi guru. Tugas tambahan tersebut adalah sebagai Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Ketua Program/ Jurusan dan lain-lain.
f) Prestasi kerja
Prestasi kerja yang dimaksudkan disini adalah prestasi yang pernah diraih guru seperti meraih predikat sebagai guru teladan, guru berprestasi, guru berdedikasi, disiplin, dedikasi, dan loyalitas, pembimbing teman sejawat, pembimbing siswa sampai mendapatkan penghargaan baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional (hlm. 12-13)
Menurut Ditjen PMPTK ( 2007: 10 ), mekanisme rekrutmen calon peserta sertifikasi guru yaitu:
a) Dinas Kabupaten/ Kota menyusun daftar guru yang memenuhi persyaratan sertifikasi.
commit to user
b) Dinas Kabupaten/ Kota melakukan rangking calon peserta kualifikasi dengan urutan kriteria sebagai berikut:
(1) Masa kerja (2) Usia
(3) Golongan ( Bagi PNS ) (4) Beban mengajar
(5) Prestasi kerja
c) Dinas kabupaten/ Kota menetapkan peserta sertifikasi sesuai dengan kuota dari Ditjen PMPTK dan mengumumkan daftar peserta sertifikasi tersebut kepada guru melalui forum atau papan pengumuman di Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa peserta uji sertifikasi ditetapkan oleh pemerintah dengan memperhatikan uji sertifikasi yang harus dipenuhi seorang guru.
7) Prosedur dan Mekanisme Sertifikasi Guru
Suyatno ( 2008) berpendapat, Mekanisme sertifikasi guru mengikuti dua jalur. ( a) Penilaian Portofolio bagi Guru Dalam Jabatan, (b) Melalui pendidikan profesi bagi calon guru (hlm. 12)
Sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui penilaian portofolio penilaiian portofolio tersebut merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan 10 jenis komponen; (a)Kualitas akademik, (b) Pendidikan dan pelatihan,
(c)Pengalaman mengajar, (d) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (e)Penilaian dari atasan dan pengawas, (f) Prestasi akademik, (g) Karya pengembangan profesi, (h) Keikutsertaan dalam forum ilmiah, (i) Pengalaman
commit to user
organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan (j)Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan ( Suyatno, 2008: 13 )
Guru yang memiliki nilai portofolio di atas batas minimal dinyatakan lulus penilaian portofolio dan berhak menerima sertifikat pendidik. Namun, guru yang hasil penilaian portofolionya memperoleh nilai kurang sedikit dari batas minimal diberi kesempatan untuk melengkapi portofolio. Setelah lengkap guru dinyatakan lulus dan berhak menerima sertifikat pendidik.
Bagi guru yang memperoleh nilai jauh di bawah batas minimal lulus wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) profesi guru yang akan
dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional. Pada akhir diklat profesi guru, dilakukan ujian dengan materi uji mencakup 4 kompetensi guru. Bagi guru yang lulus ujian berhak menerima sertifikat pendidik, dan guru yang belum lulus diberi kesempatan untuk mengulang materi diklat yang belum lulus sebanyak 2 kali
kesempatan ( Kemendikbud, 2012)
Secara Umum prosedur pelaksanaan sertifikasi guru disajikan pada gambar sebagai berikut:
Lulus
Tidak Lulus Kegiatan Melengkapi
portofolio Guru Dalam
Jabatan S1/D4
Penilaian Portofoli o
Sertifikasi Pendidik
Diklat Profesi Guru
Lulus
Tidak Lulus
Pelaksanaan
Diklat Ujian
Ujian Ulang (2x) Dinas
Pendidikan
commit to user
Gambar 1. Prosedur Sertifikasi Guru Penjelasan Prosedur Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.
a) Guru dalam jabatan peserta sertifikasi, menyusun dokumen portofolio dengan mengacu Pedoman Penyusunan Portofolio Guru.
b) Dokumen Portofolio yang telah disusun kemudian diserahkan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota untuk diteruskan kepada Rayon LPTK Penyelenggara sertifikasi untuk dinilai oleh asesor dari Rayon LPTK tersebut.
c) Rayon LPTK Penyelenggara Sertifikasi terdiri atas LPTK Induk dan sejumlah LPTK Mitra.
d) Apabila hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi dapat mencapai angka minimal kelulusan, maka dinyatakan lulus dan memperoleh sertifikat pendidik.
e) Apabila hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi belum mencapai angka minimal kelulusan, maka berdasarkan hasil penilaian ( skor) portofolio, Rayon LPTK merekomendsikan alternatif sebagai berikut:
(1) Melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pendidik untuk melengkapi kekurangan portofolio.
(2) Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru ( Diklat Profesi Guru atau DPG ) yang diakhiri dengan ujian. Materi DPG mencakup empat kompetensi guru.
commit to user
(3) Lama pelaksanaan DPG diatur oleh LPTK penyelenggara dengan memperhatikan skor hasil penilaian portofolio.
(4) Apabila peserta lulus ujian DPG, maka peserta akan memperoleh Sertifikat Pendidik.
(5) Bila tidak lulus, peserta diberi kesempatan ujian ulang dua kali, dengan tenggang waktu sekurang-kurangnya dua minggu. Apabila belum lulus juga, maka peserta diserahkan kembali ke Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota.
f) Untuk menjamin strandarisasi prosedur dan mutu lulusan maka rambu- rambu mekanisme, materi, dan sistem ujian DPG dikembangkan oleh konsorsium Sertifikasi Guru ( KSG )
g) DPG dilaksanakan sesuai dengan rambu-rambu yang ditetapkan oleh KSG. ( Suyatno, 2008: 61-62)
Berdasarkan rumusan diatas maka di simpulkan bahwa pelaksanaan sertifkasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian portofolio dan pendidikan profesi. Penilaian portofolio merupakan bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen, sedangkan pendidikan profesi diberlakukan bagi guru yang memperoleh nilai jauh di bawah batasan minimal lulus.
b. Kajian Teori Tentang Lingkungan Kerja Fisik
1) Pengertian Lingkungan
Setiap manusia yang hidup berhubungan dengan lingkungan. Hadi (2003) mendefinisikan” Lingkungan ( milieu ) ialah segala sesuatu yang ada di luar orang-orang pergaulan dan mempengaruhi perkembangan anak seperti: iklim, alam sekitar, situasi ekonomi, perumahan, makanan, pakaian, orang-orang,
commit to user
tetangga, dan lain-lain” (hlm. 84). Secara singkatnya cakupan dari lingkungan itu sendiri adalah benda, orang, budaya, dan alam.
Soemarwoto dalam Siahaan (2004) berpendapat “Lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita”( hlm. 4)
Pengertian Juridis, seperti diberikan oleh Undang-Undang tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No.4 Tahun 1982,
“Lingkungan hidup diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, dan keadaan dan makluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya”.
Komarudin (1993) sedikit berbeda pandangan mendefinisikan
lingkungan sebagai “Keseluruhan atau setiap aspek dari gejala sosial kultur yang mengelilingi dan mempengaruhi individu” (hlm. 142). Dari pendapat-pendapat diatas disimpulkan bahwa lingkungan adalah suatu kawasan dimana didalamnya tercakup keseluruhan aspek dari gejala sosial kultur yang mengelilingi dan mempengaruhi individu.
Bernard dalam Siahaan (2004) membagi lingkungan atas empat macam:
a) Lingkungan fisik atau anorganik, yaitu lingkungan yang terdiri dari gaya kosmik dan fisiogeografi seperti tanah, udara, laut, radiasi, gaya tarik, ombak dan sebagainya.
b) Lingkungan biologi atau organik, yaitu segala sesuatu yang bersifat biotis berupa mikroorganisme, parasit, hewan, tumbuh-tumbuhan. Termasuk juga disini, lingkungan prenatal dan proses-proses biologis seperti reproduksi, pertumbuhan dan sebagainnya.
c) Lingkungan sosial, ini dapat dibagi ke dalam tiga bagian:
commit to user
(1) Lingkungan fisiososial, yaitu yang meliputi kebudayaan materiil:
peralatan, senjata, mesin, gedung-gedung dan lain-lain.
(2) Lingkungan biososial manusia dan bukan manusia, yaitu manusia dan interaksinya terhadap sesamanya dan tumbuh beserta hewan domestik dan semua bahan yang digunakan manusia yang berasal dari sumber organik.
(3) Lingkungan psikososial, yaitu yang berhubungan dengan tabiat batin manusia seperti sikap, pandangan, keinginan, keyakinan. Hal ini terlihat melalui kebiasaan, agama, ideologi, bahasa dan lain-lain.
d) Lingkungan komposit, yaitu lingkungan yang diatur secara institusional berupa lembaga-lembaga masyarakat, baik yang terdapat didaerah kota atau desa( hlm 142)
Para ahli lingkungan membagi lingkungan menjadi tiga macam saja.
a) Lingkungan fisik ( physical environment ), yaitu segala sesuatu di sekitar kita yang bersifat benda mati seperti gedung, sinar, air dan lain-lain.
b) Lingkungan biologis ( biologis environment ), yaitu segala sesuatu yang berada di sekitar kita yang bersifat organis, seperti manusia, binatang, jasad renik, tumbuh-tumbuhan dan sebagainnya.
c) Lingkungan sosial ( social environment ), yaitu manusia-manusia lain yang berada di sekitar atau kepada siapa kita mengadakan hubungan pergaulan.
Siahaan (2004: 15)
Siahaan (2004) membagi lingkungan hidup sebagai berikut:
a) Lingkungan fisik berupa benda-benda dan daya ( energi )
b) Lingkungan biologi berupa manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan makhluk-makhluk organis lainnya.
c) Lingkunga sosial berupa tabiat, watak, perilaku, manusia,
d) Lingkungan institusional, atau lingkungan hidup berupa lembaga-lembaga yang terdapat dalam masyarakat yang bertujuan mencapai kesejahteraan (hlm. 15)
Dari beberapa pendapat diatas Siahaan membagi lingkungan hampir serupa dengan pembagian lingkungan yang dikemukakan oleh Bernard yaitu
commit to user
berupa lingkungan fisik, lingkungan biologi, lingkungan sosial, dan lingkungan komposit.
2) Pengertian Kerja
Seorang manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya harus melakukan suatu usaha tertentu, yang kemudian hasil dari usaha tersebut dapat digunakan atau ditukar terlebih dahulu supaya kebutuan akan barang dapat terpenuhi. Usaha untuk memenuhi kebutuhan seseorang itu dapat dikatakan dengan istilah kerja.
Gie ( 1981) mendefinisikan “Kerja adalah keseluruhan pelaksanaan aktivitas jasmaniah dan rokhaniah yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu yang berhubungan dengan kelangsungan hidupnya”( hlm. 73).
Menurut Sinungan ( 1997) “ Pada hakekatnya kerja adalah kegiatan pemenuhan hidup dan harus mempunyai nilai terhadap lingkungan kerja atau perusahaan dan masyarakat” (hlm. 136)
Secara garis besar kondisi kerja dipengaruhi oleh:
1) Fasilitas Kerja
Fasilitas kerja yang buruk mendukung perlakuan pekerjaan ikut menyebabkan kinerja menjadi buruk, seperti kurangnya alat kerja, ruang kerja yang pengap, ventilasi yang kurang serta prosedur yang tidak jelas.
2) Gaji dan Tunjangan.
Gaji yang tidak sesuai dengan harapan pekerjaan akan membuat pekerjaan setiap saat melirik pada kondisi kerja yang lebih menjamin pencapaian harapan kerja.
3) Hubungan Kerja.
Kelompok kerja dengan kekompakan dan loyalitas yang tinggi akan meningkatkan produktifitas kerja, karena antara satu pekerja dengan
commit to user
pekerja lainnya akan saling mendukung pencapaian tujuan dan hasil.
(Tysen, 1996:34)
Berkerja adalah kewajiban dan dambaan bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan sepanjang masa, selama ia mampu berbuat untuk membanting tulang, memeras keringat dan memutar otak.
3) Pengertian Lingkungan Kerja
Kondisi lingkungan kerja dalam artian lingkungan sekolah dikatakan baik atau sesuai apabila semua orang yang beraktifitas disekolah tersebut mampu melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Lingkungan kerja yang baik akan membuat guru merasa nyaman. Jika guru merasa nyaman dalam bekerja bisa dipastikan efektifitas kerja guru akan meningkat. Peningkatan efektivitas kerja guru ini secara tidak langsung akan meningkatkan kompetensi profesionalisme guru dan tujuan dari sekolah mampu terealisasi dengan baik.
Menurut Nitisemito (2000) mendefinisikan “Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan”. (hlm. 183)
Dari definisi diatas lingkungan kerja disekolahan adalah sesuatu yang ada disekitar guru mulai dari keadaan sekolah, sarana dan prasana yang diberikan guru dan mempengaruhi guru dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai pendidik dan pelaksana adminitrasi sekolah.
Sedarmayati (2001) “mendefinisikan lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di
commit to user
mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok” (hm.1).
Lingkungan kerja dalam organisasi sekolah adalah kesuluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi menyangkut proses pembelajaran dan
admintrasi sekolah lainnya sesuai dengan metode dan pengaturan kerja guru baik secara perseorangan maupun bersama-sama yang mempengaruhi guru dalam proses pembelajaran atau kegiatan lainnya menyangkut tugasnya sebagai seorang guru yang profesional.
4) Jenis Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja di dalam sekolah sangat penting untuk diperhatikan oleh pimpinan ( Kepala Sekolah ) dan pemerintah serta pihak lain yang
berkepentingan, karena lingkungan kerja yang baik mempunyai pengaruh
terhadap produktivitas guru yang bekerja dalam sekolah. Dimana dikemukakan di muka bahwa lingkungan terdiri lingkungan fisik dan non fisik.
Sedarmayanti (2001: 21) mendefinisikan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni : (a) lingkungan kerja fisik, dan (b) lingkungan kerja non fisik
a) Lingkungan Kerja Fisik
Menurut Sedarmayanti (2001), “Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung”
(hlm.21)
Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yakni :
commit to user
(1) Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan (Seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya)
(2)Lingkungan pelantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.
“Lingkungan kerja fisik mencakup setiap hal dari fasilitas di luar gedung perusahaan, lokasi, dan rancangan gedung sampai jumlah cahaya dan suara yang menimpa meja kerja atau ruangan kerja seorang tenaga kerja” (Munandar, 2010: 134).
Lain halnya Soekanto dan Indriyo (2000) mengatakan “Lingkungan kerja fisik meliputi pengaturan penerangan tempat kerja, pengontrolan terhadap suara gaduh dalam tempat kerja, pengontrolan terhadap udara, pengaturan kebersihan tempat kerja, dan pengaturan tentang keamanan tempat kerja”
(hlm.151).
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja fisik berkenaan dengan kondisi tempat atau ruangan, yang dapat mempengaruhi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan baik.
b) Lingkungan Kerja Non Fisik
Sadarmayanti (2001) mendefinisikan “lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan” (hlm. 31).
commit to user
Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa lingkungan kerja non fisik disebut juga lingkungan kerja spikis yaitu keadaan disekitar tempat sekolah yang bersifat non fisik. Lingkungan kerja seperti ini tidak dapat ditangkap secara langsung dengan panca indra manusia, namun dapat dirasakan keberadaannya.
Lingkungan kerja non fisik ini merupakan lingkungan kerja yang dapat dirasakan oleh perasaan misalnya saja hubungan guru dengan guru, guru dengan siswa guru dengan pegawai tata usaha dan guru dengan kepala sekolah.
c) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja Fisik Lingkungan Kerja Fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar guru yang dapat mempengaruhi dirinya dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pendidik dan adminitrator sekolah. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah sebagai berikut :
Mc. Maryanti (2008: 133) faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik pegawai adalah (1)Warna, (2) Penerangan, (3) Suara, (4)Udara, (5)Suhu.
Menurut Alma Rostono Guna (2003:44) faktor-faktor yang
mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah, (1) Pewarnaan, (2) Kebersihan, (3) Pertukaran Udara, (4) Penerangan,(5) Musik ( 6) Keamanan, (7)Kebisingan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan mengenai faktor-faktor fisik lingkungan kerja, yaitu (1) Penerangan, (2) Pewarnaan, (3) Kebersihan, (4)Pertukaran Udara, (5) Suara/ kebisingan, (6) Keamanan.
commit to user
Dan untuk memperlancar proses belajar mengajar serta kegiatan guru disekolah pemberian sarana dan prasarana pembelajaran, maka selain faktor- faktor diatas, sarana dan prasarana yang memadai juga mempengaruhi guru dalam melaksanakan tugasnya.
Untuk lebih jelasnya, peneliti akan menguraikan faktor-faktor tersebut sebagai berikut:
(1) Penerangan
Penerangan merupakan faktor yang sangat penting sekolah karena dapat memperlancar proses belajar mengajar dan tugas lain dari seorang guru.
Meskipun kegiatan pembelajaran dan kegiatan guru disekolah lainnya
berlangsung pada waktu siang hari akan tetapi faktor cuaca yang tidak mampu diprediksi tentu akan mempengaruhi, cuaca yang mendung dan gelap tentu akan menggangu tugas pokok guru. Penerangan yang cukup akan menambah semangat guru, karena mereka dapat nyaman menyelesaikan tugas-tugasnya, matanya tidak mudah lelah karena cahaya yang terang, dan kesalahan-kesalahan dapat dihindari baik untuk guru maupun siswa dalam proses pembelajaran. Penerangan atau cahaya yang cukup merupakan pertimbangan yang penting dalam fasilitas fisik sekolah. Pelaksanaan pembelajaran yang baik memerlukan penerangan yang baik.
Penerangan yang baik membantu guru dan murit melihat dengan cepat, mudah, dan senang. Cahaya matahari tidak dapat diatur dengan sempurna menurut keinginan orang. Lebih-lebih dalam kelas, laboratorium, kantor yang luas dan kurang jendelanya, cahaya alam itu tidak dapat menembus sepenuhnya, karena itu sering dipergunakan cahaya lampu untuk mengatur penerangan dalam sekolah.
commit to user
Apabila disusun dengan baik maka akan memberikan penerangan yang sempurna untuk ruang kerja yang gelap maupun bekerja pada malam hari.
Menurut Moekijat (2002) mendefinisikan keuntungan penerangan yang baik adalah: “(a) Perpindahan pegawai berkurang, (b) Semangat kerja lebih tinggi, (c) Prestise lebih besar, (d) Hasil pekerjaan lebih banyak, (e) Kesalahan
berkurang, (f) Keletihan berkurang” (hlm.136)
Keuntungan tersebut dapat terwujud bila mutu penerangan yang ada bermutu baik. Penerangan yang bermutu baik penerangan yang secara relatif tidak menyilaukan mata dan dipancarkan secara merata. Kejernihan penerangan yang ralatif sama. Bayang-bayangan harus dikurangi sebanyak-banyaknya, meskipun tidak mungkin untuk menghilangkan sama sekali (Moekijat 2002:140).
Macam penerangan menurut Sukanto dan Indriyo (2000), adalah: “(1) Alamiah, (2) Lampu biasa, (3) Neon, (4) Kombinasinya” (hlm 152). Sistem penerangan yang baik akan menghasilkan cahaya yang cukup terang dalam ruangan tetapi tidak menyilaukan. Perlu diingat bahwa kebutuhan akan
penerangan yang diperlukan untuk setiap ruangan berbeda-beda jumlahnya. Hal ini disebabkan ukuran ruangan yang berbeda, waktu penggunaan ruangan, tinggi rendahnya langit-langit, jenis pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagainya.
Untuk memperoleh hasil yang memadai di dalam penyusunan sistem penerangan buatan dalam lingkungan kerja disekolah, maka manajemen suatu sekolah tersebut yang bersangkutan hendaknya mempertimbangkan pengaturan pemasangan lampu yang akan dipergunakan.
(2) Pewarnaan
Banyak instansi pemerintah yang sampai saat ini kurang memperhatikan masalah warna, padahal pengaruhnya cukup besar