• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekoleksikon Kebambuan Guyub Tutur Bahasa Bali di Penglipuran, Bangli.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ekoleksikon Kebambuan Guyub Tutur Bahasa Bali di Penglipuran, Bangli."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

EKOLEKSIKON KEBAMBUAN GUYUB TUTUR

BAHASA BALI DI PENGLIPURAN,

BANGLI

NI KADEK DESIANI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

TESIS

EKOLEKSIKON KEBAMBUAN GUYUB TUTUR

BAHASA BALI DI PENGLIPURAN,

BANGLI

NI KADEK DESIANI NIM 1490161037

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

EKOLEKSIKON KEBAMBUAN GUYUB TUTUR

BAHASA BALI DI PENGLIPURAN,

BANGLI

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Linguistik,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI KADEK DESIANI NIM 1490161037

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(4)

iv

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 22 Agustus 2016

Panitia Penguji Tesis

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No.: 4452/UN14.4/HK/2016, Tanggal 22 Agustus 2016

Ketua : Prof. Dr. Aron Meko Mbete Anggota :

1. Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum.

2. Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum.

3. Dr. Drs. I Putu Sutama, M.S.

(5)

v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini:

nama : Ni Kadek Desiani

NIM : 1490161037

program studi : Magister Linguistik, Konsentrasi Linguistik Murni

judul tesis : Ekoleksikon Kebambuan Guyub Tutur Bahasa Bali di

Penglipuran, Bangli

Dengan ini, menyatakan bahwa karya ilmiah/tesis ini bebas plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka

saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik Indonesia

No. 17 tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 22 Agustus 2016

(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-Nya sehingga tesis dengan judul “Ekoleksikon Kebambuan Guyub Tutur Bahasa Bali Di Penglipuran, Bangli” dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tesis ini bertujuan untuk memenuhi

persyaratan dalam memeroleh gelar magister pada Program Studi Linguistik,

Program Pascasarjana, Universitas Udayana. Upaya dan usaha yang penulis

lakukan dalam menyelesaikan semua proses studi tidak terlepas dari dukungan

semua pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan

terima kasih yang setulus-tulusya kepada semua yang telah berjasa, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Ucapan terima kasih ini disampaikan kepada

yang berikut.

Prof. Dr. Aron Meko Mbete, guru besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Udayana, selaku dosen pembimbing I yang telah dengan sabar, tekun, dan kritis

dalam mengarahkan, memberikan motivasi, bimbingan, serta masukan kepada

penulis selama proses penyusunan proposal sampai pada penyelesaian tesis ini.

Terima kasih yang setulus-tulusnya juga penulis ucapkan kepada Dr. Made Sri

Satyawati, S.S., M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang juga telah

memberikan banyak bimbingan, masukan, perbaikan, dan motivasi kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan tepat waktu;

Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD. selaku Rektor Universitas

Udayana dan Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K). selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Udayana beserta seluruh staf yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu pada Program Magister

Pascasarjana Universitas Udayana. Tanpa izin dan kerja sama beliau semua,

penulis tidak akan mampu menyelesaikan program magister dengan baik dan tepat

waktu;

Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A. dan Prof. Dr. I Wayan

Simpen, M.Hum. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Magister Linguistik

(7)

vii

Selama proses penyusunan proposal sampai pada penulisan tesis, beliau

memberikan perbaikan secara langsung baik sebagai pimpinan program studi dan

sebagai dosesn dalam kegiatan belajar mengajar;

Para penguji tesis yaitu, Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum., Dr. I

Putu Sutama, M.S., dan Dr. I Made Netra, M.Hum. yang telah memberikan

kritikan, masukan, saran, dan koreksi dalam proses perbaikan proposal dan tesis.

Semua masukan yang diberikan tersebut sangat membantu penulis untuk

menyempurnakan tesis sehingga dapat tersususn secara sistematis ;

Bapak dan ibu dosen staf pengajar di Program Magister Linguistik

Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberikan ilmu sebagai bekal

pengetahuan untuk dapat menunjang pengerjaan tesis dan memeroleh gelar

magister di bidang linguistik. Selain itu, semua pengetahuan dan arahan yang

telah diberikan akan penulis terapkan untuk diri sendiri dan lingkungan sebagai

bentuk pengabdian seutuhnya kepada masyarakat;

Ibu Dr. Ir. Pande Ketut Diah Kencana, M.S. sebagai pihak dari Puslit

Bambu LPPM Universitas Udayana dan Bapak Ida Bagus Ketut Arinasa sebagai

Peneliti Madya Bidang Botani di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali-LIPI yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data mengenai bambu. Dalam proses penelitian, beliau mengarahkan untuk

menemukan informasi spesies bambu yang sukar untuk dideskripsikan,

menunjukkan lokasi spesies bambu yang lebih luas, serta memberikan buku

referensi yang sesuai dengan topik dalam tesis.

Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) atau Lembaga Pengelola Dana

Pendidikan (LPDP) sebagai pihak yang telah memberikan beasiswa tesis dalam

negeri. Biaya ini secara khusus diberikan untuk membiayai tesis yang penulis

kerjakan. Semua tahap yang dilalui dibantu dengan dana yang telah penulis

gunakan secara maksimal sehingga pengerjaan tesis dapat berjalan dengan lancar.

Para staf akademik, yaitu Bapak I Ketut Ebuh, S.Sos., Bapak I Nyoman

Sadra, S.S., Ibu I Gusti Ayu Putu Supadmini, dan Ibu Nyoman Adi Triani, S.E.

yang selalu membantu penulis dalam menyelesaikan masalah administrasi. Selain

(8)

viii

perpustakaan. Beliau selalu ramah dalam membantu penulis mencari buku-buku

yang dibutuhkan dalam proses perkuliahan dan penyusunan tesis;

Teman-teman angkatan 2014 Program Magister Linguistik yang selalu

berbagi suka duka, memberikan motivasi, dan arahan selama perkuliahan. Tidak

hanya itu, kami juga saling membantu untuk memberikan informasi dan dukungan

agar tetap semangat dalam menyelesaikan tesis. Begitu juga kepada Gek Wulan,

kakak tingkat sekaligus teman yang lebih dulu menyelesaikan tesis dalam kajian

ekolinguistik sehingga saran dan arahan dalam proses penulisan yang diberikan

sangat bermanfaat bagi penulis. Selain itu, penulis mengucapkan banyak terima

kasih juga kepada Beli Guna yang selalu bersedia membantu ketika penulis

bertanya segala hal tentang bahasa Bali;

Almarhum Aiptu I Nyoman Suarna sebagai seorang ayah. Walaupun beliau

telah mendahului kami, kehadirannya selalu penulis rasakan. Prinsip kerja keras,

kedisiplinan, dan semangat untuk tidak pernah putus asa yang diberikan dalam

menjalani kehidupan selalu penulis gunakan sebagai pedoman dan motivasi.

Begitu pun kepada ibu Jumirah,S.Pd. sebagai seorang ibu yang selalu

mendampingi dan dengan sabar mendengarkan keluh kesah penulis, memberi

dukungan material dan nonmaterial, serta selalu setia mendoakan penulis selama

proses studi. Pelda (Pur) I Wayan Silo sebagai ayah yang saat ini mendampingi

keluarga dan I Putu Purwo Prayogo, S. ST. Par. sebagai kakak kandung yang

selalu memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis baik dalam keadaan

suka maupun duka. Rasa terima kasih juga disampaikan kepada I Made Dwi Putra

Janu Prakasa, S.Pd. sebagai kekasih yang selalu setia dan sabar dalam

memberikan dukungan, semangat, dan bimbingan. Ni Ketut Suarni sebagai bibi

yang juga selalu memberikan motivasi dan nasihat kepada penulis. Tidak lupa

juga kepada seluruh keluarga besar di Jawa dan di Bali yang selalu mendukung,

memberi perhatian, dan kasih sayang kepada penulis;

Bapak I Wayan Supat selaku kelian adat dan kelian banjar di Desa

Penglipuran, Bapak I Wayan Liwat selaku kepala lingkungan Desa Penglipuran,

Ni Wayan Nomi selaku Ketua PKK Desa Penglipuran, Bapak I Wayan Lanus

(9)

ix

dalam proses pengumpulan data, serta seluruh informan wawancara yang

senantiasa selalu membantu, memberikan izin, arahan, motivasi, dan informasi

dalam proses pencarian dan pengumpulan data;

Berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi, baik secara langsung

maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Akhirnya,

penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan

kontribusi. Semoga Tuhan senantiasa memberkati kita.

Denpasar, 22 Agustus 2016

Penulis,

(10)

x ABSTRAK

EKOLEKSIKON KEBAMBUAN GUYUB TUTUR BAHASA BALI DI PENGLIPURAN, BANGLI

Hubungan ekologi kebambuan dengan guyub tutur Penglipuran menghasilkan kajian ekolinguistik kebambuan. Lingkungan tersebut memengaruhi pengetahuan kebahasaan dan konsep yang dimiliki guyub tutur yang dapat menggambarkan realitas lingkungan alam dan lingkungan sosialnya. Penelitian ini mengungkap teori ekolinguistik yang mengkaji aspek leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan. Data dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara, kuesioner, dan data kamus. Data diklasifikasikan sesuai dengan kelompoknya, yaitu leksikon yang termasuk dalam biotik, abiotik, dan pengelompokkan berdasarkan kategori/kelas kata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori leksikon yang diperoleh berupa kategori nomina, verba, dan adjektiva, kemudian ungkapan metaforis dan mitos kebambuan yang ditemukan adalah bentuk tuturan yang digunakan dalam keseharian guyub tutur. Analisis mengenai pengetahuan guyub tutur terhadap ketiga hal yang dikaji dimulai dengan pengelompokan leksikon dan pembahasan mengenai persentase pengetahuan yang dilengkapi dengan deskripsi.

Terdapat leksikon nomina, verba dan adjektiva yang dibagi menjadi sepuluh kelompok leksikon yang berasal dari 224 leksikon. Kelompok leksikon nomina terdiri atas leksikon bagian tanaman bambu (17 leksikon), leksikon jenis atau spesies bambu (16 leksikon), leksikon binatang atau hewan di sekitar tanaman bambu (19 leksikon), dan leksikon tumbuhan di sekitar tanaman bambu (19 leksikon) yang merupakan kelompok leksikon biotik. Kemudian, terdapat leksikon nomina kerajinan bambu (8 leksikon), leksikon manfaat bambu bagi lingkungan rumah (38 leksikon), leksikon manfaat bambu dalam upacara agama Hindu (23 leksikon), dan leksikon alat pemotong dan pengolah bambu (8 leksikon) yang merupakan leksikon abiotik. Selanjutnya terdapat leksikon verba kebambuan (38 leksikon), dan leksikon adjektiva kebambuan (38 leksikon). Selain lesikon tersebut, ditemukan tiga ungkapan metaforis dan empat mitos kebambuan.

Berdasarkan kebertahanan dan penyusutan pengetahuan leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan guyub tutur, ditemukan persentase penyusutan pengetahuan sebanyak +11% dan ditemukan pula faktor-faktor yang memengaruhi keadaan tersebut. Faktor kebertahanan yang ditemukan adalah kondisi lingkungan alam, kesetiaan bahasa, bambu sebagai sumber penghidupan guyub tutur, perilaku konservatif guyub tutur, pengguaan alat dan perlengkapan yang terbuat dari bambu dan keberadaan mitos kebambuan. Di sisi lain, penyusutan pengetahuan diakibatkan oleh perubahan lingkungan alam, kurangnya proses transfer bahasa dari generasi tua ke generasi muda, penggunaan bahasa lain, kehidupan sosial, dan keikutsertaan guyub tutur.

(11)

xi ABSTRACT

BAMBOO’S ECOLEXICON OF BALINESE COMMUNITY

IN PENGLIPURAN, BANGLI

The relation between bamboo ecology and the community in Penglipuran deliver a study of bamboo ecoliguistics. That environment influent the language knowledge and the community concept that describe the reality of the natural environment and social environment. The research reveals ecolinguistics theory which examines aspects of lexicons, metaphor and myths. Data collected through observation, interviews, questionnaires, and dictionary. Data are classified according to the group, which is included in the lexicon of biotic, abiotic, and grouping by category or class of words.

The result of this study showed that there are some lexicon categories, those are noun, verb, and adjective, then the metaphor and the myth are the form of story that found in daily conversation. The analysis of Balinese community knowledge on those three components is begun with the lexicon grouping and explanation of knowledge percentage that couple with the description.

There are lexicons of nouns, verbs, and adjectives which are divided into ten groups of lexicon from 224 bamboo lexicons. The groups of nouns are the lexicon of bamboo‟s part (17 lexicons), the lexicon of bamboo‟s species (16 lexicons), lexicons related to animals around the bamboo plant (19 lexicons), and the lexicons related to plants around the bamboo plant (19 lexicons) which are the groups of biotic lexicons. Then, the lexicon of bamboo‟s handicraft (8 lexicons), the lexicon related to the bamboo‟s utilization in the community house (38 lexicons), the lexicon related to the bamboo‟s utilization for Hindu ceremony (23 lexicon), and the lexicon of cutting and processing tools (8 lexicons) which are the groups of abiotic lexicons. Furthermore, there are lexicon of verbs (38 lexicons), and lexicons of adjectives (38 lexicons). Besides, there are three metaphors and four myths that related to bamboo found in Balinese community.

Base on the survival and the reduction knowledge of the lexicons, metaphor, and the myth of bamboo, there is +11% reduction of knowledge and there are also some influencing factors that can be divided into the survival and the reduction factors. The survival factors are the nature condition, language loyalty, bamboo as the source of livelihood, conservative behavior, the using of tools and equipment made from bamboo, and the existence of bamboo myth. Besides, the reduction factors are caused by the change in natural environment, the lack of language transfer process from older generation to the younger generation, the use of other language, the social life, and the participation of language community.

(12)

xii DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

(13)

xiii

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA PENGLIPURAN DAN SATUAN-SATUAN LINGUAL EKOLEKSIKON KEBAMBUAN

BAB V TINGKAT PENGETAHUAN, KEBERTAHANAN, DAN PENYUSUTAN LEKSIKON, UNGKAPAN METAFORIS, DAN

5.1.3 Pengetahuan tentang Leksikon Binatang/Hewan di Sekitar Tanaman Bambu ... 144

5.1.4 Pengetahuan tentang Leksikon Tumbuhan di Sekitar Tanaman Bambu . 162 5.1.5 Pengetahuan tentang Leksikon Hasil Kerajianan Bambu ... 181

(14)

xiv

5.1.7 Pengetahuan tentang Leksikon Kebambuan yang Berhubungan dengan

Hal-hal dalam Upacara Adat/Agama Hindu ... 220

5.1.8 Pengetahuan tentang Leksikon Alat Pemotong dan Pengolah Bambu .... 240

5.1.9 Pengetahuan tentang Leksikon Verba Kebambuan ... 248

5.1.10 Pengetahuan tentang Leksikon Adjektiva Kebambuan ... 256

5.1.11 Pengetahuan tentang Ungkapan Metaforis Kebambuan ... 260

5.1.12 Pengetahuan tentang Mitos Kebambuan ... 264

BAB VI FAKTOR-FAKTOR KEBERTAHANAN DAN PENYUSUTAN TINGKAT PENGETAHUAN LEKSIKON, UNGKAPAN METAFORIS, DAN MITOS KEBAMBUAN ... 273

6.1 Faktor Kebertahanan Pengetahuan Leksikon, Ungkapan Metaforis, dan Mitos Kebambuan Guyub Tutur Bahasa Bali di Penglipuran ... 274

6.2 Faktor Penyusutan Pengetahuan Leksikon, Ungkapan Metaforis, dan Mitos Kebambuan Guyub Tutur Bahasa Bali di Penglipuran ... 281

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 288

7.1 Simpulan ... 288

7.2 Saran ... 290

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Nilai Kompetensi ... 59

Tabel 4.1 Ruas-ruas Fonetis Konsonan Bahasa Bali ... 75

Tabel 4.2 Distribusi Ruas-ruas Fonetis Konsonan Bahasa Bali pada Leksikon Kebambuan ... 75

Tabel 4.3 Ruas-ruas Fonetis Vokal Bahasa Bali ... 80

Tabel 4.4 Distribusi Ruas-ruas Fonetis Vokal Bahasa Bali pada Leksikon Kebambuan ... 81

Tabel 4.5 Leksikon Kebambuan yang Merupakan Bentuk Tunggal ... 88

Tabel 4.6 Leksikon Kebambuan yang Merupakan Kata Ulang ... 91

Tabel 4.8 Khazanah Leksikon Nomina Bernyawa di Lingkungan Kebambuan Penglipuran ... 93

Tabel 4.9 Khazanah Leksikon Nomina Tak Bernyawa di Lingkungan Kebambuan Penglipuran ... 94

Tabel 4.10 Khazanah Leksikon Kebambuan Berkategori Verba ... 96

Tabel 4.11 Leksikon Verba Kebambuan yang Berasal dari Perpindahan Kategori 97

Tabel 4.12 Khazanah Leksikon Kebambuan Berkategori Adjektiva Bertaraf ... 99

Tabel 5.1. Data Pengetahuan Leksikon Bagian Tanaman Bambu ... 109

Tabel 5.2 Data Pengetahuan Leksikon Jenis/Spesies Bambu ... 125

Tabel 5.3 Data Pengetahuan Leksikon Binatang/Hewan di sekitar Tanaman Bambu ... 145

Tabel 5.4 Data Pengetahuan Leksikon Tumbuhan di sekitar Tanaman Bambu .... 163

Tabel 5.5 Data Pengetahuan Leksikon Hasil Kerajinan Bambu ... 183

Tabel 5.6 Data Pengetahuan Leksikon Kebambuan yang Berhubungan dengan Lingkungan Rumah ... 192

Tabel 5.7 Data Pengetahuan Leksikon Kebambuan yang Bermanfaat bagi Upacara Adat/Agama Hindu ... 222

Tabel 5.8 Data Pengetahuan Leksikon Alat Pemotong dan Pengolah Bambu ... 242

Tabel 5.9 Deskripsi Verba Kebambuan ... 248

Tabel 5.10 Data Pengetahuan Leksikon Verba Kebambuan ... 251

Tabel 5.11 Deskripsi Adjektiva Kebambuan ... 256

Tabel 5.12 Data Pengetahuan Leksikon Ajektiva Kebambuan ... 258

Tabel 5.13 Data Pengetahuan Mengenai Ungkapan Metaforis Kebambuan ... 261

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Denah Bangunan dalam Lingkungan Rumah Desa Penglipuran ... 72

(17)
(18)
(19)

xix

Gambar 5.135 jengkuung ... 235

Gambar 5.136 sanggaran ... 235

Gambar 5.137 asagan ... 236

Gambar 5.138 calung ... 237

Gambar 5.139 oncor ... 237

Gambar 5.140 sokasi ... 238

Gambar 5.141 wakul ... 239

Gambar 5.142 blakas ... 243

Gambar 5.143 tiuk ... 243

Gambar 5.144 dapak ... 244

Gambar 5.145 regaji ... 244

Gambar 5.146 pengutik ... 245

Gambar 5.147 arit ... 246

Gambar 5.148 paet ... 246

(20)

xx

DAFTAR BAGAN DAN DIAGRAM

Bagan

2.1 Model Penelitian ... 50

Bagan 5.1 Relasi Meronimi Leksikon Bagian Tanaman Bambu ... 123

Bagan 5.2 Relasi Hiponimi Leksikon Jenis Bambu ... 143

Bagan 5.3 Relasi Hiponimi Leksikon Binatang/Hewan di Sekitar Tanaman Bambu ... 161

Bagan 5.4 Relasi Hiponimi Leksikon Tumbuhan di Sekitar Tanaman Bambu ... 180

Bagan 5.5 Relasi Hiponimi Leksikon sok ... 240

Bagan 5.6 Relasi Hiponimi Leksikon tiuk ... 247

Bagan 5.7 Relasi Hiponimi Leksikon Verba Kebambuan ... 255

(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Lokasi Penelitian

2. Narasumber/Informan

3. Instrumen Penelitian

4. Daftar Leksikon, Ungkapan Metaforis, dan Mitos Kebambuan

(22)

xxii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN

Def : definit

Dem : demonstratif

N : nomina

{N-} : nasal

V : verba

Adj : adjektiva

Konj : konjungsi

Prep : preposisi

Ps : penjelas (kata penjelas)

Pref : prefiks

Suf : sufiks

LAMBANG

: hubungan langsung

: hubungan timbal balik/ saling berhubungan

{...} : morfem

„…‟ : makna

/…/ : fonemis

[…] : fonetis

+ : termasuk/ ditambah

(23)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang memiliki peranan penting

dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

melanjutkan kehidupan yang lebih kompleks. Lebih dari itu bahasa memiliki fungsi

sebagai perantara budaya, sosial, nilai, norma, serta ekologis suatu masyarakat

(Tulalessy, 2012). Dewasa ini, kajian ilmu bahasa mulai berubah seiring dengan

perubahan lingkungan, terlebih lagi isu mengenai lingkungan semakin menarik untuk

diperbincangkan. Permasalahan bahasa yang berkaitan dengan lingkungan ini dikaji

dalam ilmu ekolinguistik. Secara umum, ekolinguistik didefinisikan sebagai studi

tentang interaksi antarbahasa yang ada dengan lingkungannya (Haugen, 1972, dalam

Mühlhaüsler, 2001) Ekologi bahasa merupakan bidang linguistik yang membedah

makna saling memengaruhi antara bahasa dan lingkungan yang bekerja melalui

kognisi, hati, (sikap positif, negatif, tingkat kesetiaan, dan politik) yang terwujud

dalam pola interaksi verbal (tuturan dan tulisan) dalam komunikasi antarpenutur.

Berdasarkan hal tersebut perlu disadari bahwa bahasa merupakan suatu kekayaan

budaya dan kekayaan lingkungan alamnya yang dinyatakan dalam bahasa dan secara

khusus dalam leksikon-leksikonnya.

Bahasa dan lingkungan merupakan suatu sistem yang hidup dan berkembang

saling berdampingan. Dalam ekolinguistik, bahasa dan komunitas penuturnya

dipandang sebagai organisme yang hidup secara bersistem dalam suatu lingkungan.

Sejalan dengan hal tersebut, bahasa juga dianggap sebagai suatu sistem yang dapat

(24)

2

berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan manusia dan bergeser tanpa

henti dari waktu ke waktu (Mbete, 2008). Dalam ilmu bahasa, perubahan tersebut

dapat dilihat dari berbagai segi. Salah satu hal sederhana yang dapat menunjukkan

adanya perubahan adalah tataran leksikal.

Perubahan yang terjadi dalam bahasa sangat bergantung pada keadaan

lingkungan dan guyub tutur yang ingin mempertahankannya. Sebagai sesuatu yang

berkembang, bahasa memerlukan lingkungan untuk hidup yaitu masyarakat, keadaan,

jangka waktu, serta ekosistem yang senantiasa memakainya sehingga memungkinkan

bahasa tersebut tidak terancam, hidup, terpelihara, dan terwariskan. Hubungan antara

bahasa dan lingkungan mencetuskan konsep bahasa lingkungan dan lingkungan

bahasa (Mbete, 2011). Bahasa lingkungan merupakan bahasa yang menggambarkan

lingkungan, sedangkan lingkungan bahasa adalah lingkungan atau tempat bahasa itu

hidup, seperti manusia, lingkungan alam, dan lingkungan sosial bahasa. Berbicara

mengenai daya hidup bahasa, tiada lain adalah mempermasalahkan sikap, perilaku,

dan terutama tingkat kecerdasan bahasa dan budaya generasi penerus sesuai dengan

ruang dan lahan fungsionalnya dalam kehidupan. Bahasa yang hidup diharapkan

bukan hanya bahasa yang berada pada pikiran atau kognisi, melainkan harus terwujud

performansi yang komunikatif, produktif, dan kreatif baik lisan maupun tulisan.

Kenyataan bahwa keberadaan dan perkembangan bahasa yang sangat

bergantung pada lingkungannya terjadi dalam bahasa Bali (BB) yang merupakan

salah satu bahasa yang terus mengalami perkembangan. Bahasa ini adalah bahasa

yang digunakan oleh guyub tutur di Provinsi Bali sebagai bahasa daerah. Sebagai

(25)

3

Maksudnya adalah dalam fungsinya sebagai alat komuniasi di bidang lingkungan

kebambuan yang dibahas dalam penelitian ini. Keberadaan bahasa ini, khususnya

yang berhubungan dengan kebambuan, hidup dan berkembang di salah satu daerah di

Kabupaten Bangli, yaitu di Desa Penglipuran. Guyub tutur yang kaya akan leksikon

yang berhubungan dengan ranah ekologi kebambuan ini tentunya memiliki

leksikon-leksikon yang dapat memperkaya kehidupan bahasa tersebut beserta ranah pakainya

yang menggambarkan adanya integritas budaya yang berbeda dengan guyub tutur lain

di sekitarnya. Akan tetapi, sedikit demi sedikit keadaan tersebut telah mengalami

perubahan. Pengetahuan mengenai leksikon kebambuan yang menjadi ciri kekayaan

ragawi dan seharusnya terjaga dengan baik saat ini telah banyak dilupakan oleh

penuturnya seiring dengan masuknya pengaruh budaya maupun bahasa lain.

Kekayaan alam yang menjadi ciri guyub tutur ini memberikan kontribusi besar

terhadap keberadaan leksikon kebambuan yang sangat kaya, tetapi perkembangan

aspek kehidupan menyebabkan adanya perubahan tersendiri.

Tanaman bambu di daerah Bangli, khususnya di wilayah Desa Penglipuran

hidup di suatu daerah perhutanan yang terbagi menjadi daerah milik pemerintah desa

dan milik pribadi masyarakat. Tanaman bambu di daerah ini masih lestari dan

keberadaannya masih sangat terjaga, begitu juga dengan spesies-spesies bambu yang

berada di daerah tersebut. Walaupun keberadaan tanaman bambu masih terjaga, tetapi

bukan berarti keadaan ini sama sekali tidak akan dipengaruhi oleh pihak luar.

Rusaknya lingkungan hutan bambu tentunya akan memberikan pengaruh negatif

terhadap keberadaan flora dan fauna di sekitarnya secara tidak langsung hal tersebut

(26)

4

dengan kebambuan. Menyadari hal tersebut, tanggung jawab untuk mempertahankan

kekayaan alam kebambuan pun semakin ditingkatkan karena kekayaan ini merupakan

warisan nenek moyang dan guyub tutur Penglipuran masih memiliki ketergantungan

yang tinggi terhadap keberadaan bambu.

Perkembangan pengetahuan bahasa Bali, khususnya mengenai

leksikon-leksikon kebambuan telah mengalami penurunan seiring dengan pengaruh lingkungan

dan kalangan generasi muda yang telah jarang menggunakannya. Seiring dengan

penurunan pengetahuan tersebut, ditemukan pula leksikon kebambuan yang telah

jarang didengar. Hal tersebut juga dapat terjadi karena leksikon kebambuan terbatas

digunakan hanya pada komunitas tertentu dan jarang digunakan dalam ranah

tulis-menulis. Istilah kebambuan dalam penelitian ini berkaitan dengan pelbagai bagian

dan hal-hal tentang bagian dari tumbuhan tersebut, keanekaragaman hayati, keadaan,

lingkungan, ungkapan, dan persepsi (ideologi dan mitos) tanaman bambu di kalangan

guyub tutur. Semua itu dapat menggambarkan adanya hubungan antara manusia dan

lingkungan alam kebambuan.

Berhubungan dengan ruang lingkup kebambuan yang dibahas dalam

penelitian ini, asumsi dasar dalam penelitian ini adalah terjadinya gejala penyusutan

pengetahuan leksikon kebambuan yang disebabkan oleh perubahan lingkungan fisik

dan lingkungan kebahasaan selain oleh kuatnya dominasi bahasa kedua seperti bahasa

Indonesia dan bahasa asing. Selain pengetahuan mengenai leksikon,

ungkapan-ungkapan yang digunakan sehari-hari seperti ungkapan-ungkapan metaforis hingga mitos-mitos

mengenai kebambuan di daerah ini juga diasumsikan telah mengalami penyusutan.

(27)

5

ungkapan metaforis serta berkurangnya pengetahuan mengenai mitos kebambuan

terutama di kalangan generasi muda. Namun, di luar penyusutan pengetahuan yang

diasumsikan, tentunya masih terdapat kebertahanan pengetahuan leksikon, ungkapan

metaforis, serta mitos kebambuan karena pada dasarnya masih terdapat banyak

tanaman bambu di lingkungan Desa Penglipuran yang masih dimanfaatkan oleh

guyub tutur.

Melihat fenomena ini, tentunya generasi tua merasa khawatir akan

kebertahanan atau keberlanjutan bahasa dan budaya di kalangan generasi muda.

Untuk itu, sangat perlu dilakukan upaya penyadaran bagi setiap elemen masyarakat.

Dalam hal ini, guyub tutur Penglipuran agar sedini mungkin melestarikan kekayaan

alam berupa flora dan fauna yang ikut memberikan kontribusi positif bagi

kelangsungan hidup guyub tutur setempat.

Penelitian ini mengungkap keberadaan leksikon-leksikon, ungkapan

metaforis, dan mitos kebambuan dalam guyub tutur bahasa Bali dan lingkungan

sekitarnya. Melalui perspektif ekolinguistik, penelitian ini mengkaji hubungan timbal

balik antara bahasa dan ekologi kebambuan. Penelitian ini juga memiliki batasan

pada kategori leksikon seperti nomina, verba, dan adjektiva bahasa Bali. Selain data

berupa leksikon, pengetahuan mengenai ungkapan metaforis beserta mitos

kebambuan diuraikan untuk menjelaskan bahwa lingkungan kebambuan juga

berhubungan baik dengan ranah tutur maupun gaya bicara dan sistem kepercayaan

guyub tutur.

Penelitian ekolinguistik kebambuan guyub tutur bahasa Bali merupakan

(28)

6

khusus membahas objek penelitian ini. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan

beberapa penelitian yang disebutkan pada kajin pustaka. Penelitian tersebut adalah

penelitian bahasa Bali pada kajian ekolinguistik yang telah dilakukan oleh Rasna

(2010) dan Erawati (2013), serta penelitian ekolinguistik lain yang meneliti berbagai

ranah, seperti penelitian Adisaputera (2010), Sukhrani (2010), Tulalessy (2012), dan

Dafincy Tangkas (2013). Terbatasnya hasil penelitian ekolinguistik dalam guyub

tutur bahasa Bali dapat melandasi pernyataan bahwa penelitian ekolinguistik

kebambuan masih perlu untuk diteliti sebagai upaya dalam mengembangkan

khazanah ekolinguistik yang telah ada. Faktor lain yang juga mendasari pentingnya

penelitian ini adalah pembahasan yang berbeda mengenai pengetahuan leksikon

dalam bidang ekolinguistik yang dipadukan dengan pembahasan mengenai

pengetahuan ungkapan metaforis beserta mitos kebambuan yang juga terdapat pada

ranah tutur guyub tuturnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, analisis kuantitatif-kualitatif dalam

kajian linguistik makro yaitu ekolinguistik digunakan dalam penelitian ini. Hal itu

dilakukan untuk memeroleh fakta sejauh mana tingkat pengetahuan leksikon,

ungkapan metaforis, serta mitos kebambuan guyub tutur bahasa Bali di Penglipuran,

Bangli.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

(29)

7

1. Leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan bahasa Bali apa sajakah

yang ditemukan di Penglipuran, Bangli?

2. Bagaimanakah tingkat pengetahuan, kebertahanan, dan penyusutan terhadap

leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan guyub tutur bahasa Bali di

Penglipuran, Bangli?

3. Faktor-faktor apa sajakah yang melatarbelakangi kebertahanan dan penyusutan

tingkat pengetahuan leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan guyub

tutur bahasa Bali di Penglipuran, Bangli?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sesuatu yang perlu diperjelas agar arah penelitian

dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa

tujuan yang ingin dicapai, meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menginventarisasikan data

mengenai perangkat leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan bahasa

Bali, khususnya yang digunakan oleh guyub tutur Penglipuran sebagai dokumentasi

kebahasaan serta pelestarian terhadap budaya dan bahasa Bali. Selain itu, temuan

penting yang diupayakan untuk dicapai adalah pengadaan kamus kecil leksikon

kebambuan yang diperuntukkan bagi generasi muda agar leksikon yang berhubungan

dengan istilah kebambuan, budaya, dan lingkungan sekitar dapat diakrabi kembali

(30)

8

1.3.2 Tujuan Khusus

Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan khusus yang ingin dicapai, yaitu

sebagai berikut.

1. Mengetahui leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan bahasa Bali yang

ditemukan di Penglipuran, Bangli.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan, kebertahanan, dan penyusutan pengetahuan

leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan guyub tutur bahasa Bali di

Penglipuran, Bangli.

3. Menemukan faktor yang melatarbelakangi kebertahanan dan penyusutan

pengetahuan leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan guyub tutur

bahasa Bali di Penglipuran, Bangli.

1.4Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan, penelitian ini diharapkan

memberikan beberapa manfaat. Secara garis besar manfaat tersebut terbagi menjadi

dua yaitu manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan

pengetahuan tentang bahasa lokal, khususnya bahasa Bali serta memberikan

sumbangan fakta dan informasi untuk memperkaya pengetahuan, khususnya dalam

bidang ekolinguistik (linguistik makro). Hal tersebut dikarenakan penelitian

ekolinguistik ini dipadukan dengan teori semantik leksikal yang didasarkan pada

(31)

9

bahasa, khususnya leksikon kebambuan. Selain itu, pembahasan ini juga diperkaya

dengan pemaparan mengenai ungkapan metaforis dan mitos kebambuan yang

tentunya dapat menambah pengetahuan dalam bidang bahasa dan sosial budaya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dalam penelitian ini ada beberapa manfaat praktis yang dapat diperoleh yaitu

sebagai berikut.

1. Secara praktis, penelitian ini berupaya mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan

mendokumentasikan leksikon-leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos

kebambuan yang berhubungan dengan lingkungan alam dan sosial budayanya.

2. Hasil penelitin ini dapat dimanfaatkan sebagai solusi terhadap pencegahan

penyusutan pengetahuan kebahasaan khususnya leksikon dan ungkapan metaforis

kebambuan dalam guyub tutur Penglipuran.

3. Hasil penelitian yang berupa fakta mengenai pengetahuan leksikon, ungkapan

metaforis, dan mitos kebambuan guyub tutur bahasa Bali di Penglipuran dapat

direkomendasikan sebagai bahan bacaan dan bahan pembelajaran khususnya yang

berbasis linkungan sehingga generasi muda dapat lebih memahami dan mencintai

lingkungan, budaya, dan bahasanya.

4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kembali pada guyub

tutur Penglipuran, para pengambil kebijakan, dan para pihak yang terkait untuk

memanfaatkan dan mengedepankan ciri kelokalan sebagai acuan dalam

(32)

10

kekayaan alam, budaya, dan ciri kekhususan bagi etnik dan sebagai guyub tutur

bahasa Bali.

5. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan makna-makna

sosial-ekologis bahasa Bali, khususnya leksikon yang menggambarkan realitas

linkungan alam dan sosial budaya yang nantinya dapat memperkaya bahasa

khususnya bahasa Bali.

6. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan baik dalam pembuatan kamus maupun

bahan bacaan sebagai media pembelajaran bahasa Bali sehingga pengetahuan

bahasa, budaya, dan lingkungan dapat dipertahankan dan dapat dilestarikan.

1.5Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah pembahasan mengenai leksikon,

ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan guyub tutur bahasa Bali dalam guyub

tutur Penglipuran. Penelitian ini merupakan penelitian ekolinguistik yang berkaitan

dengan lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan budaya tentang tanaman

bambu dalam guyub tutur Penglipuran, Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli, Bali.

Leksikon yang dimaksud adalah berupa nomina, verba, dan adjektiva dalam bahasa

Bali yang mempresentasikan dan menggambarkan hubungan manusia dengan

alamnya. Selain itu, ungkapan metaforis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

ungkapan metaforis atau ungkapan perbandingan yang berkaitan dengan hal-hal

kebambuan dan digunakan dalam ranah tutur guyub tuturnya serta mitos kebambuan

yang ditemukan di Penglipuran terkait dengan kepercayaan terhadap hal-hal yang

(33)

11

pengetahuan guyub tutur, khususnya generasi muda terhadap hal-hal tersebut telah

mengalami penyusutan. Hal inilah yang mendasari adanya kajian yang berhubungan

dengan pengetahuan, kebertahanan dan penyusutan leksikon, ungkapan metaforis,

dan mitos kebambuan yang dibatasi pada hal-hal sebagai berikut.

1. Permasalahan bentuk leksikon kebambuan dalam bahasa Bali yang dikaji adalah

yang mempresentasikan lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya. Kategori

leksikon yang dimaksud adalah nomina, verba, dan adjektiva yang berhubungan

dengan bambu, flora dan fauna yang berada di sekitarnya, alat pengolah dan

pemotong bambu, serta hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan bambu

bagi guyub tutur setempat.

2. Penjelasan mengenai pengetahuan ungkapan metaforis dan mitos kebambuan yang

ditemukan di Penglipuran untuk menjelaskan bahwa lingkungan kebambuan juga

berhubungan dengan gaya bicara, ranah tutur, dan sistem kepercayaan guyub tutur.

3. Penemuan dan penjelasan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi

kebertahanan dan penyusutan pengetahuan sosial-alami pada guyub tutur

Penglipuran difokuskan pada faktor internal dan eksternal yang terjadi pada guyub

Referensi

Dokumen terkait

Demikian juga dengan pola campur kode yang dikemukakan oleh Suwito dan Dani yang diperoleh dari data lapangan berbentuk: Nomina (bahasa Arab) + adjektiva (bahasa Arab), verba

Penelitian ini membahas empat masalah utama yang menjadi kajian penelitian, yaitu: (1) pilihan bahasa guyub tutur masyarakat Bali di Parigi dilihat dari segi ranah

Kemudian, bentuk satuan lingual berupa frasa meliputi nama sapaan atau sebutan bagi keluarga juragan batik dan alat perbatikan yang keduanya termasuk kategori nomina (kata

pada awalnya kalimat diisi oleh Keterangan waktu, kemudian diikuti oleh Subjek, unsur pengisi subjeknya adalah Nomina (N), unsur pengisi Predikat adalah berupa Verba (V),

Penelitian ini membahas empat masalah utama yang menjadi kajian penelitian, yaitu: (1) pilihan bahasa guyub tutur masyarakat Bali di Parigi dilihat dari segi ranah

Data yang diperoleh diatas kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dan Rapid Entire Body Assessment (REBA) maka di dapat hasil berupa

Dalam menyebut beberapa kata benda (nomina), beberapa kata kerja (verba), beberapa kata sifat (adjektiva) banyak terdapat pergeseran bahasa dengan mengalami

pada awalnya kalimat diisi oleh Keterangan waktu, kemudian diikuti oleh Subjek, unsur pengisi subjeknya adalah Nomina (N), unsur pengisi Predikat adalah berupa Verba (V),