TESIS
EKOLEKSIKON KEBAMBUAN GUYUB TUTUR
BAHASA BALI DI PENGLIPURAN,
BANGLI
NI KADEK DESIANI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
TESIS
EKOLEKSIKON KEBAMBUAN GUYUB TUTUR
BAHASA BALI DI PENGLIPURAN,
BANGLI
NI KADEK DESIANI NIM 1490161037
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
EKOLEKSIKON KEBAMBUAN GUYUB TUTUR
BAHASA BALI DI PENGLIPURAN,
BANGLI
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Linguistik,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI KADEK DESIANI NIM 1490161037
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
iv
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 22 Agustus 2016
Panitia Penguji Tesis
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No.: 4452/UN14.4/HK/2016, Tanggal 22 Agustus 2016
Ketua : Prof. Dr. Aron Meko Mbete Anggota :
1. Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum.
2. Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum.
3. Dr. Drs. I Putu Sutama, M.S.
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini:
nama : Ni Kadek Desiani
NIM : 1490161037
program studi : Magister Linguistik, Konsentrasi Linguistik Murni
judul tesis : Ekoleksikon Kebambuan Guyub Tutur Bahasa Bali di
Penglipuran, Bangli
Dengan ini, menyatakan bahwa karya ilmiah/tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik Indonesia
No. 17 tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 22 Agustus 2016
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-Nya sehingga tesis dengan judul “Ekoleksikon Kebambuan Guyub Tutur Bahasa Bali Di Penglipuran, Bangli” dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tesis ini bertujuan untuk memenuhi
persyaratan dalam memeroleh gelar magister pada Program Studi Linguistik,
Program Pascasarjana, Universitas Udayana. Upaya dan usaha yang penulis
lakukan dalam menyelesaikan semua proses studi tidak terlepas dari dukungan
semua pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan
terima kasih yang setulus-tulusya kepada semua yang telah berjasa, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Ucapan terima kasih ini disampaikan kepada
yang berikut.
Prof. Dr. Aron Meko Mbete, guru besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Udayana, selaku dosen pembimbing I yang telah dengan sabar, tekun, dan kritis
dalam mengarahkan, memberikan motivasi, bimbingan, serta masukan kepada
penulis selama proses penyusunan proposal sampai pada penyelesaian tesis ini.
Terima kasih yang setulus-tulusnya juga penulis ucapkan kepada Dr. Made Sri
Satyawati, S.S., M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang juga telah
memberikan banyak bimbingan, masukan, perbaikan, dan motivasi kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan tepat waktu;
Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD. selaku Rektor Universitas
Udayana dan Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K). selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Udayana beserta seluruh staf yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu pada Program Magister
Pascasarjana Universitas Udayana. Tanpa izin dan kerja sama beliau semua,
penulis tidak akan mampu menyelesaikan program magister dengan baik dan tepat
waktu;
Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A. dan Prof. Dr. I Wayan
Simpen, M.Hum. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Magister Linguistik
vii
Selama proses penyusunan proposal sampai pada penulisan tesis, beliau
memberikan perbaikan secara langsung baik sebagai pimpinan program studi dan
sebagai dosesn dalam kegiatan belajar mengajar;
Para penguji tesis yaitu, Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum., Dr. I
Putu Sutama, M.S., dan Dr. I Made Netra, M.Hum. yang telah memberikan
kritikan, masukan, saran, dan koreksi dalam proses perbaikan proposal dan tesis.
Semua masukan yang diberikan tersebut sangat membantu penulis untuk
menyempurnakan tesis sehingga dapat tersususn secara sistematis ;
Bapak dan ibu dosen staf pengajar di Program Magister Linguistik
Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberikan ilmu sebagai bekal
pengetahuan untuk dapat menunjang pengerjaan tesis dan memeroleh gelar
magister di bidang linguistik. Selain itu, semua pengetahuan dan arahan yang
telah diberikan akan penulis terapkan untuk diri sendiri dan lingkungan sebagai
bentuk pengabdian seutuhnya kepada masyarakat;
Ibu Dr. Ir. Pande Ketut Diah Kencana, M.S. sebagai pihak dari Puslit
Bambu LPPM Universitas Udayana dan Bapak Ida Bagus Ketut Arinasa sebagai
Peneliti Madya Bidang Botani di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali-LIPI yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data mengenai bambu. Dalam proses penelitian, beliau mengarahkan untuk
menemukan informasi spesies bambu yang sukar untuk dideskripsikan,
menunjukkan lokasi spesies bambu yang lebih luas, serta memberikan buku
referensi yang sesuai dengan topik dalam tesis.
Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) atau Lembaga Pengelola Dana
Pendidikan (LPDP) sebagai pihak yang telah memberikan beasiswa tesis dalam
negeri. Biaya ini secara khusus diberikan untuk membiayai tesis yang penulis
kerjakan. Semua tahap yang dilalui dibantu dengan dana yang telah penulis
gunakan secara maksimal sehingga pengerjaan tesis dapat berjalan dengan lancar.
Para staf akademik, yaitu Bapak I Ketut Ebuh, S.Sos., Bapak I Nyoman
Sadra, S.S., Ibu I Gusti Ayu Putu Supadmini, dan Ibu Nyoman Adi Triani, S.E.
yang selalu membantu penulis dalam menyelesaikan masalah administrasi. Selain
viii
perpustakaan. Beliau selalu ramah dalam membantu penulis mencari buku-buku
yang dibutuhkan dalam proses perkuliahan dan penyusunan tesis;
Teman-teman angkatan 2014 Program Magister Linguistik yang selalu
berbagi suka duka, memberikan motivasi, dan arahan selama perkuliahan. Tidak
hanya itu, kami juga saling membantu untuk memberikan informasi dan dukungan
agar tetap semangat dalam menyelesaikan tesis. Begitu juga kepada Gek Wulan,
kakak tingkat sekaligus teman yang lebih dulu menyelesaikan tesis dalam kajian
ekolinguistik sehingga saran dan arahan dalam proses penulisan yang diberikan
sangat bermanfaat bagi penulis. Selain itu, penulis mengucapkan banyak terima
kasih juga kepada Beli Guna yang selalu bersedia membantu ketika penulis
bertanya segala hal tentang bahasa Bali;
Almarhum Aiptu I Nyoman Suarna sebagai seorang ayah. Walaupun beliau
telah mendahului kami, kehadirannya selalu penulis rasakan. Prinsip kerja keras,
kedisiplinan, dan semangat untuk tidak pernah putus asa yang diberikan dalam
menjalani kehidupan selalu penulis gunakan sebagai pedoman dan motivasi.
Begitu pun kepada ibu Jumirah,S.Pd. sebagai seorang ibu yang selalu
mendampingi dan dengan sabar mendengarkan keluh kesah penulis, memberi
dukungan material dan nonmaterial, serta selalu setia mendoakan penulis selama
proses studi. Pelda (Pur) I Wayan Silo sebagai ayah yang saat ini mendampingi
keluarga dan I Putu Purwo Prayogo, S. ST. Par. sebagai kakak kandung yang
selalu memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis baik dalam keadaan
suka maupun duka. Rasa terima kasih juga disampaikan kepada I Made Dwi Putra
Janu Prakasa, S.Pd. sebagai kekasih yang selalu setia dan sabar dalam
memberikan dukungan, semangat, dan bimbingan. Ni Ketut Suarni sebagai bibi
yang juga selalu memberikan motivasi dan nasihat kepada penulis. Tidak lupa
juga kepada seluruh keluarga besar di Jawa dan di Bali yang selalu mendukung,
memberi perhatian, dan kasih sayang kepada penulis;
Bapak I Wayan Supat selaku kelian adat dan kelian banjar di Desa
Penglipuran, Bapak I Wayan Liwat selaku kepala lingkungan Desa Penglipuran,
Ni Wayan Nomi selaku Ketua PKK Desa Penglipuran, Bapak I Wayan Lanus
ix
dalam proses pengumpulan data, serta seluruh informan wawancara yang
senantiasa selalu membantu, memberikan izin, arahan, motivasi, dan informasi
dalam proses pencarian dan pengumpulan data;
Berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi, baik secara langsung
maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Akhirnya,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi. Semoga Tuhan senantiasa memberkati kita.
Denpasar, 22 Agustus 2016
Penulis,
x ABSTRAK
EKOLEKSIKON KEBAMBUAN GUYUB TUTUR BAHASA BALI DI PENGLIPURAN, BANGLI
Hubungan ekologi kebambuan dengan guyub tutur Penglipuran menghasilkan kajian ekolinguistik kebambuan. Lingkungan tersebut memengaruhi pengetahuan kebahasaan dan konsep yang dimiliki guyub tutur yang dapat menggambarkan realitas lingkungan alam dan lingkungan sosialnya. Penelitian ini mengungkap teori ekolinguistik yang mengkaji aspek leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan. Data dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara, kuesioner, dan data kamus. Data diklasifikasikan sesuai dengan kelompoknya, yaitu leksikon yang termasuk dalam biotik, abiotik, dan pengelompokkan berdasarkan kategori/kelas kata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori leksikon yang diperoleh berupa kategori nomina, verba, dan adjektiva, kemudian ungkapan metaforis dan mitos kebambuan yang ditemukan adalah bentuk tuturan yang digunakan dalam keseharian guyub tutur. Analisis mengenai pengetahuan guyub tutur terhadap ketiga hal yang dikaji dimulai dengan pengelompokan leksikon dan pembahasan mengenai persentase pengetahuan yang dilengkapi dengan deskripsi.
Terdapat leksikon nomina, verba dan adjektiva yang dibagi menjadi sepuluh kelompok leksikon yang berasal dari 224 leksikon. Kelompok leksikon nomina terdiri atas leksikon bagian tanaman bambu (17 leksikon), leksikon jenis atau spesies bambu (16 leksikon), leksikon binatang atau hewan di sekitar tanaman bambu (19 leksikon), dan leksikon tumbuhan di sekitar tanaman bambu (19 leksikon) yang merupakan kelompok leksikon biotik. Kemudian, terdapat leksikon nomina kerajinan bambu (8 leksikon), leksikon manfaat bambu bagi lingkungan rumah (38 leksikon), leksikon manfaat bambu dalam upacara agama Hindu (23 leksikon), dan leksikon alat pemotong dan pengolah bambu (8 leksikon) yang merupakan leksikon abiotik. Selanjutnya terdapat leksikon verba kebambuan (38 leksikon), dan leksikon adjektiva kebambuan (38 leksikon). Selain lesikon tersebut, ditemukan tiga ungkapan metaforis dan empat mitos kebambuan.
Berdasarkan kebertahanan dan penyusutan pengetahuan leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan guyub tutur, ditemukan persentase penyusutan pengetahuan sebanyak +11% dan ditemukan pula faktor-faktor yang memengaruhi keadaan tersebut. Faktor kebertahanan yang ditemukan adalah kondisi lingkungan alam, kesetiaan bahasa, bambu sebagai sumber penghidupan guyub tutur, perilaku konservatif guyub tutur, pengguaan alat dan perlengkapan yang terbuat dari bambu dan keberadaan mitos kebambuan. Di sisi lain, penyusutan pengetahuan diakibatkan oleh perubahan lingkungan alam, kurangnya proses transfer bahasa dari generasi tua ke generasi muda, penggunaan bahasa lain, kehidupan sosial, dan keikutsertaan guyub tutur.
xi ABSTRACT
BAMBOO’S ECOLEXICON OF BALINESE COMMUNITY
IN PENGLIPURAN, BANGLI
The relation between bamboo ecology and the community in Penglipuran deliver a study of bamboo ecoliguistics. That environment influent the language knowledge and the community concept that describe the reality of the natural environment and social environment. The research reveals ecolinguistics theory which examines aspects of lexicons, metaphor and myths. Data collected through observation, interviews, questionnaires, and dictionary. Data are classified according to the group, which is included in the lexicon of biotic, abiotic, and grouping by category or class of words.
The result of this study showed that there are some lexicon categories, those are noun, verb, and adjective, then the metaphor and the myth are the form of story that found in daily conversation. The analysis of Balinese community knowledge on those three components is begun with the lexicon grouping and explanation of knowledge percentage that couple with the description.
There are lexicons of nouns, verbs, and adjectives which are divided into ten groups of lexicon from 224 bamboo lexicons. The groups of nouns are the lexicon of bamboo‟s part (17 lexicons), the lexicon of bamboo‟s species (16 lexicons), lexicons related to animals around the bamboo plant (19 lexicons), and the lexicons related to plants around the bamboo plant (19 lexicons) which are the groups of biotic lexicons. Then, the lexicon of bamboo‟s handicraft (8 lexicons), the lexicon related to the bamboo‟s utilization in the community house (38 lexicons), the lexicon related to the bamboo‟s utilization for Hindu ceremony (23 lexicon), and the lexicon of cutting and processing tools (8 lexicons) which are the groups of abiotic lexicons. Furthermore, there are lexicon of verbs (38 lexicons), and lexicons of adjectives (38 lexicons). Besides, there are three metaphors and four myths that related to bamboo found in Balinese community.
Base on the survival and the reduction knowledge of the lexicons, metaphor, and the myth of bamboo, there is +11% reduction of knowledge and there are also some influencing factors that can be divided into the survival and the reduction factors. The survival factors are the nature condition, language loyalty, bamboo as the source of livelihood, conservative behavior, the using of tools and equipment made from bamboo, and the existence of bamboo myth. Besides, the reduction factors are caused by the change in natural environment, the lack of language transfer process from older generation to the younger generation, the use of other language, the social life, and the participation of language community.
xii DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PRASYARAT GELAR ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v
xiii
BAB IV GAMBARAN UMUM DESA PENGLIPURAN DAN SATUAN-SATUAN LINGUAL EKOLEKSIKON KEBAMBUAN
BAB V TINGKAT PENGETAHUAN, KEBERTAHANAN, DAN PENYUSUTAN LEKSIKON, UNGKAPAN METAFORIS, DAN
5.1.3 Pengetahuan tentang Leksikon Binatang/Hewan di Sekitar Tanaman Bambu ... 144
5.1.4 Pengetahuan tentang Leksikon Tumbuhan di Sekitar Tanaman Bambu . 162 5.1.5 Pengetahuan tentang Leksikon Hasil Kerajianan Bambu ... 181
xiv
5.1.7 Pengetahuan tentang Leksikon Kebambuan yang Berhubungan dengan
Hal-hal dalam Upacara Adat/Agama Hindu ... 220
5.1.8 Pengetahuan tentang Leksikon Alat Pemotong dan Pengolah Bambu .... 240
5.1.9 Pengetahuan tentang Leksikon Verba Kebambuan ... 248
5.1.10 Pengetahuan tentang Leksikon Adjektiva Kebambuan ... 256
5.1.11 Pengetahuan tentang Ungkapan Metaforis Kebambuan ... 260
5.1.12 Pengetahuan tentang Mitos Kebambuan ... 264
BAB VI FAKTOR-FAKTOR KEBERTAHANAN DAN PENYUSUTAN TINGKAT PENGETAHUAN LEKSIKON, UNGKAPAN METAFORIS, DAN MITOS KEBAMBUAN ... 273
6.1 Faktor Kebertahanan Pengetahuan Leksikon, Ungkapan Metaforis, dan Mitos Kebambuan Guyub Tutur Bahasa Bali di Penglipuran ... 274
6.2 Faktor Penyusutan Pengetahuan Leksikon, Ungkapan Metaforis, dan Mitos Kebambuan Guyub Tutur Bahasa Bali di Penglipuran ... 281
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 288
7.1 Simpulan ... 288
7.2 Saran ... 290
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria Nilai Kompetensi ... 59
Tabel 4.1 Ruas-ruas Fonetis Konsonan Bahasa Bali ... 75
Tabel 4.2 Distribusi Ruas-ruas Fonetis Konsonan Bahasa Bali pada Leksikon Kebambuan ... 75
Tabel 4.3 Ruas-ruas Fonetis Vokal Bahasa Bali ... 80
Tabel 4.4 Distribusi Ruas-ruas Fonetis Vokal Bahasa Bali pada Leksikon Kebambuan ... 81
Tabel 4.5 Leksikon Kebambuan yang Merupakan Bentuk Tunggal ... 88
Tabel 4.6 Leksikon Kebambuan yang Merupakan Kata Ulang ... 91
Tabel 4.8 Khazanah Leksikon Nomina Bernyawa di Lingkungan Kebambuan Penglipuran ... 93
Tabel 4.9 Khazanah Leksikon Nomina Tak Bernyawa di Lingkungan Kebambuan Penglipuran ... 94
Tabel 4.10 Khazanah Leksikon Kebambuan Berkategori Verba ... 96
Tabel 4.11 Leksikon Verba Kebambuan yang Berasal dari Perpindahan Kategori 97
Tabel 4.12 Khazanah Leksikon Kebambuan Berkategori Adjektiva Bertaraf ... 99
Tabel 5.1. Data Pengetahuan Leksikon Bagian Tanaman Bambu ... 109
Tabel 5.2 Data Pengetahuan Leksikon Jenis/Spesies Bambu ... 125
Tabel 5.3 Data Pengetahuan Leksikon Binatang/Hewan di sekitar Tanaman Bambu ... 145
Tabel 5.4 Data Pengetahuan Leksikon Tumbuhan di sekitar Tanaman Bambu .... 163
Tabel 5.5 Data Pengetahuan Leksikon Hasil Kerajinan Bambu ... 183
Tabel 5.6 Data Pengetahuan Leksikon Kebambuan yang Berhubungan dengan Lingkungan Rumah ... 192
Tabel 5.7 Data Pengetahuan Leksikon Kebambuan yang Bermanfaat bagi Upacara Adat/Agama Hindu ... 222
Tabel 5.8 Data Pengetahuan Leksikon Alat Pemotong dan Pengolah Bambu ... 242
Tabel 5.9 Deskripsi Verba Kebambuan ... 248
Tabel 5.10 Data Pengetahuan Leksikon Verba Kebambuan ... 251
Tabel 5.11 Deskripsi Adjektiva Kebambuan ... 256
Tabel 5.12 Data Pengetahuan Leksikon Ajektiva Kebambuan ... 258
Tabel 5.13 Data Pengetahuan Mengenai Ungkapan Metaforis Kebambuan ... 261
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Denah Bangunan dalam Lingkungan Rumah Desa Penglipuran ... 72
xix
Gambar 5.135 jengkuung ... 235
Gambar 5.136 sanggaran ... 235
Gambar 5.137 asagan ... 236
Gambar 5.138 calung ... 237
Gambar 5.139 oncor ... 237
Gambar 5.140 sokasi ... 238
Gambar 5.141 wakul ... 239
Gambar 5.142 blakas ... 243
Gambar 5.143 tiuk ... 243
Gambar 5.144 dapak ... 244
Gambar 5.145 regaji ... 244
Gambar 5.146 pengutik ... 245
Gambar 5.147 arit ... 246
Gambar 5.148 paet ... 246
xx
DAFTAR BAGAN DAN DIAGRAM
Bagan
2.1 Model Penelitian ... 50
Bagan 5.1 Relasi Meronimi Leksikon Bagian Tanaman Bambu ... 123
Bagan 5.2 Relasi Hiponimi Leksikon Jenis Bambu ... 143
Bagan 5.3 Relasi Hiponimi Leksikon Binatang/Hewan di Sekitar Tanaman Bambu ... 161
Bagan 5.4 Relasi Hiponimi Leksikon Tumbuhan di Sekitar Tanaman Bambu ... 180
Bagan 5.5 Relasi Hiponimi Leksikon sok ... 240
Bagan 5.6 Relasi Hiponimi Leksikon tiuk ... 247
Bagan 5.7 Relasi Hiponimi Leksikon Verba Kebambuan ... 255
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta Lokasi Penelitian
2. Narasumber/Informan
3. Instrumen Penelitian
4. Daftar Leksikon, Ungkapan Metaforis, dan Mitos Kebambuan
xxii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
SINGKATAN
Def : definit
Dem : demonstratif
N : nomina
{N-} : nasal
V : verba
Adj : adjektiva
Konj : konjungsi
Prep : preposisi
Ps : penjelas (kata penjelas)
Pref : prefiks
Suf : sufiks
LAMBANG
: hubungan langsung
: hubungan timbal balik/ saling berhubungan
{...} : morfem
„…‟ : makna
/…/ : fonemis
[…] : fonetis
+ : termasuk/ ditambah
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang memiliki peranan penting
dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk
melanjutkan kehidupan yang lebih kompleks. Lebih dari itu bahasa memiliki fungsi
sebagai perantara budaya, sosial, nilai, norma, serta ekologis suatu masyarakat
(Tulalessy, 2012). Dewasa ini, kajian ilmu bahasa mulai berubah seiring dengan
perubahan lingkungan, terlebih lagi isu mengenai lingkungan semakin menarik untuk
diperbincangkan. Permasalahan bahasa yang berkaitan dengan lingkungan ini dikaji
dalam ilmu ekolinguistik. Secara umum, ekolinguistik didefinisikan sebagai studi
tentang interaksi antarbahasa yang ada dengan lingkungannya (Haugen, 1972, dalam
Mühlhaüsler, 2001) Ekologi bahasa merupakan bidang linguistik yang membedah
makna saling memengaruhi antara bahasa dan lingkungan yang bekerja melalui
kognisi, hati, (sikap positif, negatif, tingkat kesetiaan, dan politik) yang terwujud
dalam pola interaksi verbal (tuturan dan tulisan) dalam komunikasi antarpenutur.
Berdasarkan hal tersebut perlu disadari bahwa bahasa merupakan suatu kekayaan
budaya dan kekayaan lingkungan alamnya yang dinyatakan dalam bahasa dan secara
khusus dalam leksikon-leksikonnya.
Bahasa dan lingkungan merupakan suatu sistem yang hidup dan berkembang
saling berdampingan. Dalam ekolinguistik, bahasa dan komunitas penuturnya
dipandang sebagai organisme yang hidup secara bersistem dalam suatu lingkungan.
Sejalan dengan hal tersebut, bahasa juga dianggap sebagai suatu sistem yang dapat
2
berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan manusia dan bergeser tanpa
henti dari waktu ke waktu (Mbete, 2008). Dalam ilmu bahasa, perubahan tersebut
dapat dilihat dari berbagai segi. Salah satu hal sederhana yang dapat menunjukkan
adanya perubahan adalah tataran leksikal.
Perubahan yang terjadi dalam bahasa sangat bergantung pada keadaan
lingkungan dan guyub tutur yang ingin mempertahankannya. Sebagai sesuatu yang
berkembang, bahasa memerlukan lingkungan untuk hidup yaitu masyarakat, keadaan,
jangka waktu, serta ekosistem yang senantiasa memakainya sehingga memungkinkan
bahasa tersebut tidak terancam, hidup, terpelihara, dan terwariskan. Hubungan antara
bahasa dan lingkungan mencetuskan konsep bahasa lingkungan dan lingkungan
bahasa (Mbete, 2011). Bahasa lingkungan merupakan bahasa yang menggambarkan
lingkungan, sedangkan lingkungan bahasa adalah lingkungan atau tempat bahasa itu
hidup, seperti manusia, lingkungan alam, dan lingkungan sosial bahasa. Berbicara
mengenai daya hidup bahasa, tiada lain adalah mempermasalahkan sikap, perilaku,
dan terutama tingkat kecerdasan bahasa dan budaya generasi penerus sesuai dengan
ruang dan lahan fungsionalnya dalam kehidupan. Bahasa yang hidup diharapkan
bukan hanya bahasa yang berada pada pikiran atau kognisi, melainkan harus terwujud
performansi yang komunikatif, produktif, dan kreatif baik lisan maupun tulisan.
Kenyataan bahwa keberadaan dan perkembangan bahasa yang sangat
bergantung pada lingkungannya terjadi dalam bahasa Bali (BB) yang merupakan
salah satu bahasa yang terus mengalami perkembangan. Bahasa ini adalah bahasa
yang digunakan oleh guyub tutur di Provinsi Bali sebagai bahasa daerah. Sebagai
3
Maksudnya adalah dalam fungsinya sebagai alat komuniasi di bidang lingkungan
kebambuan yang dibahas dalam penelitian ini. Keberadaan bahasa ini, khususnya
yang berhubungan dengan kebambuan, hidup dan berkembang di salah satu daerah di
Kabupaten Bangli, yaitu di Desa Penglipuran. Guyub tutur yang kaya akan leksikon
yang berhubungan dengan ranah ekologi kebambuan ini tentunya memiliki
leksikon-leksikon yang dapat memperkaya kehidupan bahasa tersebut beserta ranah pakainya
yang menggambarkan adanya integritas budaya yang berbeda dengan guyub tutur lain
di sekitarnya. Akan tetapi, sedikit demi sedikit keadaan tersebut telah mengalami
perubahan. Pengetahuan mengenai leksikon kebambuan yang menjadi ciri kekayaan
ragawi dan seharusnya terjaga dengan baik saat ini telah banyak dilupakan oleh
penuturnya seiring dengan masuknya pengaruh budaya maupun bahasa lain.
Kekayaan alam yang menjadi ciri guyub tutur ini memberikan kontribusi besar
terhadap keberadaan leksikon kebambuan yang sangat kaya, tetapi perkembangan
aspek kehidupan menyebabkan adanya perubahan tersendiri.
Tanaman bambu di daerah Bangli, khususnya di wilayah Desa Penglipuran
hidup di suatu daerah perhutanan yang terbagi menjadi daerah milik pemerintah desa
dan milik pribadi masyarakat. Tanaman bambu di daerah ini masih lestari dan
keberadaannya masih sangat terjaga, begitu juga dengan spesies-spesies bambu yang
berada di daerah tersebut. Walaupun keberadaan tanaman bambu masih terjaga, tetapi
bukan berarti keadaan ini sama sekali tidak akan dipengaruhi oleh pihak luar.
Rusaknya lingkungan hutan bambu tentunya akan memberikan pengaruh negatif
terhadap keberadaan flora dan fauna di sekitarnya secara tidak langsung hal tersebut
4
dengan kebambuan. Menyadari hal tersebut, tanggung jawab untuk mempertahankan
kekayaan alam kebambuan pun semakin ditingkatkan karena kekayaan ini merupakan
warisan nenek moyang dan guyub tutur Penglipuran masih memiliki ketergantungan
yang tinggi terhadap keberadaan bambu.
Perkembangan pengetahuan bahasa Bali, khususnya mengenai
leksikon-leksikon kebambuan telah mengalami penurunan seiring dengan pengaruh lingkungan
dan kalangan generasi muda yang telah jarang menggunakannya. Seiring dengan
penurunan pengetahuan tersebut, ditemukan pula leksikon kebambuan yang telah
jarang didengar. Hal tersebut juga dapat terjadi karena leksikon kebambuan terbatas
digunakan hanya pada komunitas tertentu dan jarang digunakan dalam ranah
tulis-menulis. Istilah kebambuan dalam penelitian ini berkaitan dengan pelbagai bagian
dan hal-hal tentang bagian dari tumbuhan tersebut, keanekaragaman hayati, keadaan,
lingkungan, ungkapan, dan persepsi (ideologi dan mitos) tanaman bambu di kalangan
guyub tutur. Semua itu dapat menggambarkan adanya hubungan antara manusia dan
lingkungan alam kebambuan.
Berhubungan dengan ruang lingkup kebambuan yang dibahas dalam
penelitian ini, asumsi dasar dalam penelitian ini adalah terjadinya gejala penyusutan
pengetahuan leksikon kebambuan yang disebabkan oleh perubahan lingkungan fisik
dan lingkungan kebahasaan selain oleh kuatnya dominasi bahasa kedua seperti bahasa
Indonesia dan bahasa asing. Selain pengetahuan mengenai leksikon,
ungkapan-ungkapan yang digunakan sehari-hari seperti ungkapan-ungkapan metaforis hingga mitos-mitos
mengenai kebambuan di daerah ini juga diasumsikan telah mengalami penyusutan.
5
ungkapan metaforis serta berkurangnya pengetahuan mengenai mitos kebambuan
terutama di kalangan generasi muda. Namun, di luar penyusutan pengetahuan yang
diasumsikan, tentunya masih terdapat kebertahanan pengetahuan leksikon, ungkapan
metaforis, serta mitos kebambuan karena pada dasarnya masih terdapat banyak
tanaman bambu di lingkungan Desa Penglipuran yang masih dimanfaatkan oleh
guyub tutur.
Melihat fenomena ini, tentunya generasi tua merasa khawatir akan
kebertahanan atau keberlanjutan bahasa dan budaya di kalangan generasi muda.
Untuk itu, sangat perlu dilakukan upaya penyadaran bagi setiap elemen masyarakat.
Dalam hal ini, guyub tutur Penglipuran agar sedini mungkin melestarikan kekayaan
alam berupa flora dan fauna yang ikut memberikan kontribusi positif bagi
kelangsungan hidup guyub tutur setempat.
Penelitian ini mengungkap keberadaan leksikon-leksikon, ungkapan
metaforis, dan mitos kebambuan dalam guyub tutur bahasa Bali dan lingkungan
sekitarnya. Melalui perspektif ekolinguistik, penelitian ini mengkaji hubungan timbal
balik antara bahasa dan ekologi kebambuan. Penelitian ini juga memiliki batasan
pada kategori leksikon seperti nomina, verba, dan adjektiva bahasa Bali. Selain data
berupa leksikon, pengetahuan mengenai ungkapan metaforis beserta mitos
kebambuan diuraikan untuk menjelaskan bahwa lingkungan kebambuan juga
berhubungan baik dengan ranah tutur maupun gaya bicara dan sistem kepercayaan
guyub tutur.
Penelitian ekolinguistik kebambuan guyub tutur bahasa Bali merupakan
6
khusus membahas objek penelitian ini. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan
beberapa penelitian yang disebutkan pada kajin pustaka. Penelitian tersebut adalah
penelitian bahasa Bali pada kajian ekolinguistik yang telah dilakukan oleh Rasna
(2010) dan Erawati (2013), serta penelitian ekolinguistik lain yang meneliti berbagai
ranah, seperti penelitian Adisaputera (2010), Sukhrani (2010), Tulalessy (2012), dan
Dafincy Tangkas (2013). Terbatasnya hasil penelitian ekolinguistik dalam guyub
tutur bahasa Bali dapat melandasi pernyataan bahwa penelitian ekolinguistik
kebambuan masih perlu untuk diteliti sebagai upaya dalam mengembangkan
khazanah ekolinguistik yang telah ada. Faktor lain yang juga mendasari pentingnya
penelitian ini adalah pembahasan yang berbeda mengenai pengetahuan leksikon
dalam bidang ekolinguistik yang dipadukan dengan pembahasan mengenai
pengetahuan ungkapan metaforis beserta mitos kebambuan yang juga terdapat pada
ranah tutur guyub tuturnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, analisis kuantitatif-kualitatif dalam
kajian linguistik makro yaitu ekolinguistik digunakan dalam penelitian ini. Hal itu
dilakukan untuk memeroleh fakta sejauh mana tingkat pengetahuan leksikon,
ungkapan metaforis, serta mitos kebambuan guyub tutur bahasa Bali di Penglipuran,
Bangli.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
7
1. Leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan bahasa Bali apa sajakah
yang ditemukan di Penglipuran, Bangli?
2. Bagaimanakah tingkat pengetahuan, kebertahanan, dan penyusutan terhadap
leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan guyub tutur bahasa Bali di
Penglipuran, Bangli?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang melatarbelakangi kebertahanan dan penyusutan
tingkat pengetahuan leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan guyub
tutur bahasa Bali di Penglipuran, Bangli?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sesuatu yang perlu diperjelas agar arah penelitian
dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa
tujuan yang ingin dicapai, meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menginventarisasikan data
mengenai perangkat leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan bahasa
Bali, khususnya yang digunakan oleh guyub tutur Penglipuran sebagai dokumentasi
kebahasaan serta pelestarian terhadap budaya dan bahasa Bali. Selain itu, temuan
penting yang diupayakan untuk dicapai adalah pengadaan kamus kecil leksikon
kebambuan yang diperuntukkan bagi generasi muda agar leksikon yang berhubungan
dengan istilah kebambuan, budaya, dan lingkungan sekitar dapat diakrabi kembali
8
1.3.2 Tujuan Khusus
Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan khusus yang ingin dicapai, yaitu
sebagai berikut.
1. Mengetahui leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan bahasa Bali yang
ditemukan di Penglipuran, Bangli.
2. Mengetahui tingkat pengetahuan, kebertahanan, dan penyusutan pengetahuan
leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan guyub tutur bahasa Bali di
Penglipuran, Bangli.
3. Menemukan faktor yang melatarbelakangi kebertahanan dan penyusutan
pengetahuan leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan guyub tutur
bahasa Bali di Penglipuran, Bangli.
1.4Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan, penelitian ini diharapkan
memberikan beberapa manfaat. Secara garis besar manfaat tersebut terbagi menjadi
dua yaitu manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan
pengetahuan tentang bahasa lokal, khususnya bahasa Bali serta memberikan
sumbangan fakta dan informasi untuk memperkaya pengetahuan, khususnya dalam
bidang ekolinguistik (linguistik makro). Hal tersebut dikarenakan penelitian
ekolinguistik ini dipadukan dengan teori semantik leksikal yang didasarkan pada
9
bahasa, khususnya leksikon kebambuan. Selain itu, pembahasan ini juga diperkaya
dengan pemaparan mengenai ungkapan metaforis dan mitos kebambuan yang
tentunya dapat menambah pengetahuan dalam bidang bahasa dan sosial budaya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dalam penelitian ini ada beberapa manfaat praktis yang dapat diperoleh yaitu
sebagai berikut.
1. Secara praktis, penelitian ini berupaya mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan
mendokumentasikan leksikon-leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos
kebambuan yang berhubungan dengan lingkungan alam dan sosial budayanya.
2. Hasil penelitin ini dapat dimanfaatkan sebagai solusi terhadap pencegahan
penyusutan pengetahuan kebahasaan khususnya leksikon dan ungkapan metaforis
kebambuan dalam guyub tutur Penglipuran.
3. Hasil penelitian yang berupa fakta mengenai pengetahuan leksikon, ungkapan
metaforis, dan mitos kebambuan guyub tutur bahasa Bali di Penglipuran dapat
direkomendasikan sebagai bahan bacaan dan bahan pembelajaran khususnya yang
berbasis linkungan sehingga generasi muda dapat lebih memahami dan mencintai
lingkungan, budaya, dan bahasanya.
4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kembali pada guyub
tutur Penglipuran, para pengambil kebijakan, dan para pihak yang terkait untuk
memanfaatkan dan mengedepankan ciri kelokalan sebagai acuan dalam
10
kekayaan alam, budaya, dan ciri kekhususan bagi etnik dan sebagai guyub tutur
bahasa Bali.
5. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan makna-makna
sosial-ekologis bahasa Bali, khususnya leksikon yang menggambarkan realitas
linkungan alam dan sosial budaya yang nantinya dapat memperkaya bahasa
khususnya bahasa Bali.
6. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan baik dalam pembuatan kamus maupun
bahan bacaan sebagai media pembelajaran bahasa Bali sehingga pengetahuan
bahasa, budaya, dan lingkungan dapat dipertahankan dan dapat dilestarikan.
1.5Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pembahasan mengenai leksikon,
ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan guyub tutur bahasa Bali dalam guyub
tutur Penglipuran. Penelitian ini merupakan penelitian ekolinguistik yang berkaitan
dengan lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan budaya tentang tanaman
bambu dalam guyub tutur Penglipuran, Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli, Bali.
Leksikon yang dimaksud adalah berupa nomina, verba, dan adjektiva dalam bahasa
Bali yang mempresentasikan dan menggambarkan hubungan manusia dengan
alamnya. Selain itu, ungkapan metaforis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
ungkapan metaforis atau ungkapan perbandingan yang berkaitan dengan hal-hal
kebambuan dan digunakan dalam ranah tutur guyub tuturnya serta mitos kebambuan
yang ditemukan di Penglipuran terkait dengan kepercayaan terhadap hal-hal yang
11
pengetahuan guyub tutur, khususnya generasi muda terhadap hal-hal tersebut telah
mengalami penyusutan. Hal inilah yang mendasari adanya kajian yang berhubungan
dengan pengetahuan, kebertahanan dan penyusutan leksikon, ungkapan metaforis,
dan mitos kebambuan yang dibatasi pada hal-hal sebagai berikut.
1. Permasalahan bentuk leksikon kebambuan dalam bahasa Bali yang dikaji adalah
yang mempresentasikan lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya. Kategori
leksikon yang dimaksud adalah nomina, verba, dan adjektiva yang berhubungan
dengan bambu, flora dan fauna yang berada di sekitarnya, alat pengolah dan
pemotong bambu, serta hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan bambu
bagi guyub tutur setempat.
2. Penjelasan mengenai pengetahuan ungkapan metaforis dan mitos kebambuan yang
ditemukan di Penglipuran untuk menjelaskan bahwa lingkungan kebambuan juga
berhubungan dengan gaya bicara, ranah tutur, dan sistem kepercayaan guyub tutur.
3. Penemuan dan penjelasan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi
kebertahanan dan penyusutan pengetahuan sosial-alami pada guyub tutur
Penglipuran difokuskan pada faktor internal dan eksternal yang terjadi pada guyub