• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PERUM BULOG SUBDIVRE KEDIRI DALAM MENJAGA STABILITAS HARGA BERAS MELALUI PENGADAAN BERAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PERUM BULOG SUBDIVRE KEDIRI DALAM MENJAGA STABILITAS HARGA BERAS MELALUI PENGADAAN BERAS."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

MELALUI PENGADAAN BERAS

TESIS

Diajukan Oleh :

DHANNY NOVITA FIBRIANI

0364 020 105

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “Veteran”

JAWA TIMUR

(2)

PERAN PERUM BULOG SUBDIVRE KEDIRI

DALAM MENJAGA STABILITAS HARGA BERAS

MELALUI PENGADAAN BERAS

Yang dipersiapkan dan disusun Oleh :

DHANNY NOVITA FIBRIANI

Telah dipertahankan didepan Dosen Penguji

Pada tanggal 20 Januari 2006

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

SUSUNAN DEWAN PENGUJI :

Pembimbing Utama

Anggota Penguji

Dr. Ir. Zainal Abidin, MS

Prof. Dr. Soeparlan Pranoto, SE, Ak, MM

Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Ir. H. Marsadi Pawirosemadi

Drs. Ec. Prasetyohadi, MM

Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP

(3)

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan TESIS dengan judul : PERAN PERUM BULOG

SUBDIVRE KEDIRI DALAM MENJAGA STABILITAS HARGA BERAS MELALUI

PENGADAAN BERAS.

Penulisan Tesis ini untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan kuliah

tingkat Pascasarjana Program Studi Magister Manajemen Agribisnis Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam penulisan Tesis ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai

pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya atas bimbingan dan bantuan kepada :

1.

Dr. Ir. Zainal Abidin, MS., selaku dosen pembimbing utama dan Drs. Ec.

Prasetyohadi, MM., selaku dosen pembimbing pendamping.

2.

Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Ketua Program Studi MMA dan dosen Penguji.

3.

Prof. Dr. Soeprlan Pranoto, SE, Ak, MM., dan Prof. Dr. Ir. H. Marsadi Pawirosemadi,

selaku dosen penguji.

4.

Keluargaku tercinta (Ayah, mama, Mbak Dhinny, Abang Martha, Dik Ayu,

Keponakan Kecilku Mufid Javier, dan My Soulmate Deddy Agoes Susanto, SSos)

yang telah banyak memberikan kebahagiaan, Thanx 4 Everything.

5.

Sahabatku Fitasari Desi Arianti, SP., yang menemaniku Ujian Tesis dan revisi.

(4)

menyelesaikan Tesis ini.

8.

Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penulisan Tesis sehingga dapat

terselesaikan dengan baik

Penulis menyadari bahwa penulisan Tesis ini masih jauh dari sempurna, meskipun

telah diusahakan sebaik-baiknya, namun tetap tidak terlepas dari kekurangan dan

kesalahan. Namun demikian penulis berharap semoga memberikan manfaat dalam

membangun keilmuan, masyarakat, bangsa dan negara.

Surabaya, Januari 2006

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.

Latar Belakang ... 1

1.2.

Perumusan Masalah ... 9

1.3.

Tujuan Penelitian ... 9

1.4.

Manfaat Penelitian ... 10

1.5.

Ruang Lingkup ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 11

2.2. Landasan Teori ... 13

2.2.1. Arti Penting Beras ... 13

2.2.2. Pengadaan Gabah dan Beras Dalam Negeri ... 15

2.2.3. Fungsi Perum BULOG Divre Jatim ... 23

2.2.4.

Pengertian Harga ... 24

(6)

2.2.4.2.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Tingkat Harga ... 25

2.2.5.

Pengertian Kebijaksanaan Harga ... 27

2.2.5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kebijaksanaan Harga ... 28

2.2.5.2. Kebijaksanaan Harga Dasar dan

Harga Tertinggi ... 29

2.2.6.

Pengertian Petani ... 31

2.2.7.

Penawaran ... 32

2.3. Kerangka Pemikiran ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1. Definisi Operasional Variabel ... 38

3.2. Lokasi Penelitian ... 39

3.2.

Jenis dan Sumber Data ... 39

3.3.

Metode Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1. Sejarah Singkat Tentang Bulog ... 42

4.1.1. Tugas ... 47

(7)

4.1.3. Kewenangan ... 47

4.2. Deskripsi Data Penelitian ... 48

4.2.1. Perkembangan Pengadaan Beras di Jawa Timur ... 49

4.2.2. Perkembangan Harga Beras di Jawa Timur ... 51

4.3.

Hubungan antara Jumlah Pengadaan Beras dengan

Harga Beras ... 54

4.3.1. Analisis Regresi Linier Sederhana ... 55

4.4. Pembahasan ... 55

4.4.1. Peranan Perum Bulog ... 59

4.4.2. Implementasi Penelitian ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1. Kesimpulan ... 63

5.2. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(8)

Oleh : Dhanny Novita Fibriani

ABSTRAKSI

Kebutuhan pangan terutama beras bagi rakyat Indonesia merupakan

kebutuhan manusia sehari-hari yang sangat dibutuhkan untuk menunjang

kelangsungan hidup manusia. Kedudukan beras sebagai salah satu kebutuhan

pokok merupakan salah satu sektor yang strategis dapat dipahami karena

pengeluaran pemerintah untuk sector ini tiap tahunnya cukup besar. Pengadaan

beras sebagai salah satu kebutuhan pokok merupakan suatu kebijaksanaan yang

harus ditingkatkan sebagai landasan untuk pembangunan dalam jangka panjang.

Peranan BULOG adalah menjaga stabilnya harga dan meratanya penyebaran

bahan pangan terutama beras sebagai komoditi sosial yang dapat mempengaruhi

keadaan perekonomian, politik, bahkan pertahanan keamanan. Dan tugas utama

BULOG adalah menjaga Harga Dasar Gabah, Menyalurkan beras untuk rakyat

miskin (Raskin), mengelola stock pangan pemerintah sebagai cadangan pangan

untuk bencana alam, konflik sosial, maupun cadangan karena keadaan darurat

lainnya.

Data yang digunakan merupakan data yang ada dalam kurun waktu

mulai tahun 1981 – 2005, yang terdiri dari data jumlah pengadaan beras, harga

beras, dan stock beras yang dikelola oleh kantor Perum BULOG Sub Divre

Kediri. Teknik analisis yangdipergunakan dalam penelitian ini adalah Analisis

deskriptif yang menggambarkan kejadian dengan cara mendeskripsikan dan

mengamati secara langsung maupun tidak langsung peranan Perum BULOG

Subdivre Kediri dalam menjaga stabilitas harga beras.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Komoditas pertanian khususnya komoditas pangan memiliki arti dan

peranan yang sangat penting dan strategis baik ditinjau dari sisi ekonomi, sosial,

politik, lingkungan hidup, maupun pertahanan dan keamanan suatu negara.

Pembangunan yang dilaksanakan secara berkesinambungan

mempunyai arah dan tujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur,

merata materiil maupun spirituil berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Tujuan pembangunan itu tidak akan tercapai dalam beberapa tahun

saja sehingga pelaksanaan pembangunan diupayakan melalui tahapan

pembangunan lima tahun dimana setiap tahap titik berat dilaksanakan dibidang

ekonomi (GBHN, 1993).

Sejalan dengan tujuan itu maka pemerintah telah melaksanakan

kebijaksanaan pemerataan yang ditujukan demi tersedianya kebutuhan pokok

yang cukup tersebar merata dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat.

Diantara upaya pembangunan semua sektor maka sektor pangan mempunyai

kedudukan dan peranan yang sangat penting, karena pangan tidak hanya

mencakup kebutuhan dasar manusia untuk tumbuh dan berfungsi secara normal

namun juga terkait dengan masalah kehidupan bangsa yang lebih luas seperti

(10)

berkembang seperti Indonesia ini kemantapan harga pangan sangat menentukan

stabilitas nasional yang di perlukan demi berhasilnya pembangunan.

Kebutuhan pangan terutama beras merupakan kebutuhan manusia

sehari-hari yang sangat dibutuhkan untuk menunjang kelangsungan hidup

manusia, jadi dapat dikatakan selama masih ada kehidupan manusia maka disitu

pangan sangat dibutuhkan. Kedudukan beras sebagai salah satu kebutuhan pokok

merupakan salah satu sektor yang strategis dapat dipahami karena pengeluaran

pemerintah untuk sector ini tiap tahunnya cukup besar. Meskipun sebagai bahan

makanan, beras dapat digantikan atau disubstitusikan dengan bahan makanan

lainnya namun beras memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa

mengkonsumsi nasi dan hal itu tidak mudah digantikan oleh makanan lain.

Tingginya pengeluaran untuk beras dari waktu ke waktu akan terus meningkat.

Pengadaan beras sebagai salah satu kebutuhan pokok merupakan suatu

kebijaksanaan yang harus ditingkatkan sebagai landasan untuk pembangunan

dalam jangka panjang.

Ini berarti pemerintah harus selalu berusaha untuk menyediakan

kebutuhan pangan dengan jumlah yang memadai. Hal ini disebabkan :

a. Jumlah penduduk yang terus meningkat yang berarti konsumsi untuk

kebutuhan pangan akan meningkat pula.

b. Pangan terutama beras harus tersebar merata di seluruh wilayah agar

masyarakat bisa mendapatkannya dengan mudah.

(11)

Ketidakstabilan harga beras akan mempengaruhi produsen dalam hal

ini petani dan konsumen. Ketidakstabilan harga beras bagi produsen akan

mempengaruhi gairahnya dalam berproduksi sehingga tidak dapat memenuhi

kebutuhan konsumen dengan baik. Jika harga beras berfluktuasi terlalu tajam

dikhawatirkan gairah petani untuk menanam padi akan menurun, kalau hal itu

terjadi dalam skala besar produksi padi dan ketahanan pangan bisa terancam, dan

ini berarti konsumen akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya,

karena produksi yang ada di dalam negeri tidak mencukupi untuk kebutuhan

pangan. Upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di dalam ngeri adalah

dengan mengimport beras. Selain untuk menjaga ketahan pangan, import di

lakukan untuk mengurangi laju inflasi. Ini dikarenakan publik menggunakan

inflasi pangan sebagai acuan untuk memperkirakan inflasi agregat, artinya

kenaikan harga pangan juga mempengaruhi atau mendorong kenaikan harga

barang lainnya atau dijadikan sebagai dasar pembentukan harapan (expectacy)

inflasi di masa mendatang. Perubahan harga pangan tersebut dapat menimbulkan

dampak langsung dan tidak langsung.

Mengingat pentingnya stabilitas pangan nasional maka disinilah peran

BULOG diperlukan untuk menjaga stabilnya harga dan meratanya penyebaran

bahan pangan terutama beras sebagai komoditi sosial yang dapat mempengaruhi

keadaan perekonomian, politik, bahkan pertahanan keamanan (Amien, 1992).

Menjaga kestabilan harga bahan pangan terutama beras, BULOG harus

melaksanakan beberapa kegiatan yang berhubungan atau bertujuan untuk menjaga

(12)

langsung ke pasaran melalui Operasi Pasar apabila ada gejala kenaikan harga yang

tidak sewajarnya atau melebihi harga atap, untuk melakukan distribusi beras ini

tentu saja BULOG harus mempunyai stock beras yang cukup agar harga beras

dapat dikendalikan.

Sebagai salah satu lembaga Pemerintah, inilah dilemma BULOG

karena memiliki peran sentral dalam mengelola pangan nasional, secara Implisit,

artinya BULOG diharuskan untuk membuat kebijakan yang berpihak kepada

konsumen, sekaligus tidak merugikan produsen, namun karena jumlah konsumen

begitu banyak, ditambah lagi dengan karakteristik perbedaan yang cukup ekstrim

dilihat dari segi penghasilan, tugas tersebut menjadi beban yang sarat dengan

nuansa hate and love.

Di era Reformasi, beberapa lembaga pemerintah mengalami

revitalisasi serta reformasi termasuk BULOG, mulai tahun 1997 tugas pokok

BULOG dibatasi hanya menangani komoditi beras dan gula pasir, kemudian

diciutkan lagi pada tahun 1998 hanya mengelola Beras.

Setelah sempat diubah dengan beberapa Keppres, BULOG yang

terakhir berfungsi menangani management logistik ini diharapkan lebih berhasil

dalam mengelola persediaan, distribusi dan pengendalian harga beras serta usaha

jasa logistik. Sesuai dengan ketentuan dalam Keppres No. 103 tahun 2001,

BULOG harus berubah status menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

paling lambat 31 Mei 2003, perubahan tugas dan fungsi Bulog sering terjadi di era

(13)

Tuntutan perubahan itu telah terjawab. BULOG telah berubah dari

Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) menjadi Perusahaan Umum

(Perum) sejak pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7

tahun 2003 yang berlaku sejak ditetapkan tanggal 20 Januari 2003 yang

selanjutnya direvisi dengan PP No. 61 tahun 2003, peluncuran Perum

dilaksanakan di Gedung Arsip Nasional Jakarta, pada tanggal 10 Mei 2003.

Banyak hal yang harus berubah dalam lembaga baru ini, terutama pola

kerja yang lebih profesional, peningkatan efisien dan transparansi serta

demokratisasi, namun ada pula yang tidak berubah yaitu tanggung jawab publik,

khususnya pemantapan ketahanan pangan dan penguatan hak rakyat atas pangan,

dalam waktu yang sama juga harus mampu menyelaraskan kegiatan komersial

dengan tugas dan tanggung jawab publik secara akuntabel dan transparan, dalam

lembaga yang baru ini, Perum BULOG harus mampu membuktikan bahwa

memang lebih efisien dalam mengemban dua tugas sekaligus tanpa konflik

diantaranya.

Tujuan dan tugas Perum BULOG dirancang mengacu pada konsep

ketahanan pangan dan hak rakyat atas pangan sesuai UU No. 1 tahun 1996 tentang

pangan, tujuan Perum BULOG adalah untuk turut serta membangun ekonomi

nasional dengan berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan

nasional dibidang Pemantapan Ketahanan Pangan.

Maksud didirikannya Perum BULOG adalah agar penyelenggaraan

Usaha Logistik pangan pokok menjadi bermutu dan memadai bagi pemenuhan

(14)

khususnya dalam pengamanan harga pangan yang bersifat pokok, pengelolaan

cadangan pangan pemerintah, dan distribusi masyarakat tertentu (targeted).

Sebagai lembaga yang mempunyai dua tugas dengan orientasi yang

berbeda (pelayanan publik dan aktivitas komersial), maka Perum BULOG

khususnya Divisi Regional (Divre) Jawa Timur harus merancang suatu strategi

usaha komersial yang tidak berbenturan dengan pelayanan publik. Desain pola

usaha komersial yang mendukung adanya kegiatan operasi publik, dengan adanya

sinergi antara kegiatan komersial dan kegiatan pelayanan publik, diharapkan dapat

mendukung pencapaian tujuan perusahaan sesuai penugasan pemerintah.

Wujud tugas publik adalah menjaga Harga Dasar Gabah, Menyalurkan

beras untuk rakyat miskin (Raskin), mengelola stock pangan pemerintah sebagai

cadangan pangan untuk bencana alam, konflik sosial, maupun cadangan karena

keadaan darurat lainnya.

Wujud tugas komersial adalah usaha angkutan, usaha dibidang survei dan

perawatan kualitas, usaha industri perberasan melalui 15 unit pengolahan gabah

beras yang tersebar diseluruh Subdivre, usaha budi daya rumput laut, usaha

perdagangan cengkeh, gula pasir, minyak goring, beras, dan usaha-usaha lainnya

yang sifatnya situasional.

Produksi pertanian, khususnya padi, untuk Propinsi Jawa Timur setiap

tahun mengalami peningkatan yang tidak signifikan, dimana daya dukung dari sisi

luas lahan pertanian cenderung mengalami penurunan, sementara pengadaan

gabah oleh Perum BULOG Divre Jatim dalam empat tahun terakhir mengalami

(15)

pengadaan mencapai 817 ribu ton, sedangkan pengadaan terbesar terjadi pada

tahun 2000 di mana Perum BULOG Divre Jatim mampu membeli 1.052.727 ton

gabah kering giling (GKG) dari petani. Selama ini, secara nasional Perum Bulog

biasa menyerap 7 – 15% produksi gabah petani. Sementara BULOG Jatim justru

mampu melebihi kemampuan serap nasional, yakni sekitar 25%. Secara

keseluruhan, perbandingan pengadaan dan produksi padi di Jatim dalam lima

tahun terakhir tergambar sebagai berikut :

Tabel 1. Perbandingan Pengadaan dan Produksi Padi di Jatim

No. Tahun

Pengadaan (Eqv. GKG)

Prod. Jatim (GKG) (Ton) Perbandingan Pengadaan Jatim Terhadap Nasional (Ton) Jatim

(Ton) Pengadaan

nasioanal (%)

Produksi Jatim

(%)

1. 2000 3.452.074 1.052.727 9.457.107 30,50 11,13

2. 2001 3.219.744 817.789 8.699.547 25,62 9,40

3. 2002 3.383.504 920.263 8.965.116 27,20 10,26

4. 2003 3.090.713 921.497 8.914.995 29,82 10,34

5. 2004 3.002.491 957.497 9.001.624 31,89 10,64

Sumber : Perum Bulog Divre Jatim

Setelah hak monopoli impor beras oleh BULOG dicabut pada tahun

1999, praktis Indonesia telah menganut kebijakan perdagangan bebas untuk

komoditas beras, dalam kondisi Globalisasi perdagangan beras saat ini, secara

teknis memang Indonesia sudah tidak dapat lagi melaksanakan kebijakan Harga

Dasar Gabah (HDG) yang dikenal dengan nama Floor price policy. Salah satu

cara untuk memberikan insentif harga kepada petani adalah dengan

mengimplementasikan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) atau yang

(16)

Harga pembelian gabah oleh Mitra Kerja ADA DN dari

petani/kelompok tani di tingkat petani/kelompok tani pada berbagai tingkat

kualitas (GKP, GKS, dan GKG) ditetapkan minimal sesuai dengan harga

pembelian pemerintah (HPP) yang ditetapkan pemerintah dikurangi ongkos

angkut dan biaya pengolahannya.

Selama ketentuan harga pembelian gabah dan beras belum ada

perubahan dari pemerintah maka ketentuan harga pembelian gabah dan beras

masih berlaku ketentuan harga beli sebagaimana dimaksud dalam Inpres RI

Nomor 2 Tahun 2005 tanggal 2 Maret 2005 tentang Kebijakan Perberasan

(BULOG, 2005).

Dasar perhitungan HPP untuk gabah/beras dalam Inpres No. 2 Tahun

2005, adalah :

1. Menurut kajian Departemen Pertanian, akibat kenaikan harga BBM perlu

penyesuaian harga GKP

2. Pemerintah telah menetapkan kenaikan harga GKP dari Rp. 1.230/kg

menjadi Rp. 1.330/kg, atau naik sebesar 8,1 %.

3. Berdasarkan perhitungan bahwa ongkos angkut dari sawah petani ke

gudang penggilingan adalah Rp. 35/kg, maka harga referensi GKP di

tingkat petani adalah Rp. 1.295/kg.

4. Sebagai gambaran, rata-rata harga GKP pada musim panen raya

(Februari-Juni) tahun 2003 adalah sebesar Rp. 1.253/kg dan tahun 2004 adalaah Rp.

(17)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan

permasalahan adalah

1. Apakah peran Bulog Sub Divre Kediri dapat menjaga stabilitas harga

beras melalui pengadaan beras?.

2. Bagaimana perkembangan beras yang dilakukan oleh Perum BULOG ?.

3. Bagaimana cara mencaga stabilitas harga melalui Perum Bulog dalam

menjaga stabilitas harga beras?.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fenomena dan pokok permasalahan di atas, dikemukakan

tujuan penelitian adalah

1. Untuk mendeskripsikan peran Perum BULOG Subdivre Kediri dalam

menjaga kestabilan Harga Beras melalui Pengadaan Beras.

2. Untuk mengetahui perkembangan pengadaan beras yang dilakukan oleh

Perum BULOG Sub Divre Kediri.

(18)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai :

1. Bahan pertimbangan bagi BULOG dan Lembaga-lembaga yang terkait

dalam menentukan kebijaksanaan yang berkenaan dengan beras.

2. Acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup

Agar tidak terjadi perbedaan persepsi dan salah penafsiran maka

penelitian ini diberikan batasan masalah sebagai berikut :

1. Komoditi yang diteliti adalah beras yang pengelolaannya dilakukan oleh

BULOG SubDivre Kediri.

2. Pengadaan beras yang dimaksud adalah pengadaan beras yang dilakukan

oleh BULOG SubDivre Kediri dan ditujukan untuk kelancaran

distribusinya.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang terdiri dari antara lain :

1. Norma Esti Rahayu (2000)

Judul : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Harga Beras di Jawa

Timur

Kesimpulan :

1. Jumlah penduduk, produksi beras dan import beras secara

bersama-sama berpengaruh terhadap harga beras di Jawa Timur.

2. Jika jumlah penduduk bertambah maka harga beras juga mengalami

kenaikan.

3. Jika ada peningkatan produksi beras maka terjadi penurunan harga

beras.

4. Jika ada peningkatan import beras maka terjadi penurunan harga

beras.

5. Jumlah penduduk berpengaruh secara dominan terhadap harga beras

di Jawa Timur.

2. Dwindayatie (2001)

Judul : Pengaruh Pengadaan Beras dan Harga Pasar Terhadap Jumlah Beras

(20)

Kesimpulan :

1. Adanya pengaruh pengadaan beras terhadap persediaan beras pada

Depot Logistik Jawa Timur sebesar 0,44% yang artinya setiap kenaikan

satu satuan kilogram variabel pengadaan beras akan cenderung

meningkat dengan asumsi variabel konstan.

2. Adanya pengaruh harga pasar terhadap persediaan beras pada Depot

Logistik Jawa Timur ternyata variabel harga pasar berpengaruh terhadap

persediaan beras sebesar 0,11% yang artinya setiap satu satuan rupiah

pada variabel harga pasar akan cenderung meningkat dengan asumsi

variabel konstan.

3. Sri Lestari Handayani (2003)

Judul : Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Harga Beras di

Propinsi Jawa Timur.

Kesimpulan :

1. Hasil uji analisis dengan menggunakan model regresi linier berganda

secara simultan terhadap hubungan yang bermakna antara variabel

pendapatan perkapita, inflasi, harga dasar gabah dan jumlah penduduk

terhadap harga beras di Jawa Timur.

2. Berdasarkan perkembangan harga beras di Jawa Timur dapat

disimpulkan bahwa perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 1998

(21)

3. Berdasarkan perkembangan pendapatan perkapita dapat disimpulkan

bahwa perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2000 dan terendah

pada tahun 1998.

4. Berdasarkan perkembangan inflasi dapat disimpulkan bahwa

perkembngan tertinggi terjadi pada tahun 2000 dan terendah pada

tahun 1993.

5. Berdasarkan perkembangan harga dasar gabah dapat disimpulakn

bahwa perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 1998 dan terendah

pada tahun 1992.

6. Berdasarkan perkembangan jumlah penduduk dapat disimpulkan

bahwa perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 1996 dan terendah

pada tahun 1993.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Arti Penting Beras

Masalah pangan memegang peranan penting dalam perekonomian

Indonesia, gejolak harga pangan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

stabilitas ekonomi, hal ini disebabkan karena saham pangan dalam hidup

masyarakat sangat besar dan produsen pangan merupakan bagian penduduk

terbesar di Indonesia, sehingga perubahan harga pangan juga akan mempengaruhi

tingkat pendapatan masyarakat luas.

Kebijakan dalam rangka mempertinggi tingkat pendapatan, taraf hidup,

(22)

memadai dan terjangkau oleh seluruh rakyat memegang peranan yang sangat

penting. Gejolak harga pangan akan menimbulkan kerisauan pada masyarakat

baik dikota maupun didesa, dan peningkatan harga yang tidak terkendali akan

menimbulkan gangguan terhadap kelancaran pembangunan, jadi jelaslah bahwa

pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka usaha tercapainya

sasaran pembangunan (Setiawan, 1997).

Membahas masalah pangan di Indonesia maka akan selalu identik

dengan beras sebab mayoritas penduduk Indonesia bahan makanan pokoknya

adalah beras. Beras telah dijadikan sasaran utama kebijaksanaan pemerintah di

sektor pertanian khususnya dibidang pangan yaitu tujuan dicapainya swasembada

beras.

Penduduk yang bertambah tiap tahunnya serta adanya peningkatan

konsumsi perkapita akan membawa peningkatan dalam total kebutuhan konsumsi

nasional, hal tersebut membuat semakin rumitnya permasalah dalam upaya

pemenuhn kebutuhan konsumsi itu. Khusus dibidang produksi kebijksanaan telah

banyak dirumuskan dan diterapkan dalam mencari alternatif bagi jalan keluar

pemecahan masalah itu.

Penumpukan stock merupakan tugas yang paling utama, yang

diamanatkan oleh pemerintah kepada Perum BULOG. Ketahanan stock tersebut

merupakan usaha untuk menyediakan cadangan pangan guna mengatasi keadaan

darurat seperti bencana alam maupun bencana yang terjadi akibat ulah manusia

(23)

Manajemen stock Perum BULOG merupakan manajemen yang

tersentralisisir, dengan manajemen yang demikian akan mempermudah

pengelolaan penyimpanan serta penyalurannya. Stock pangan yang tersedia

disetiap daerah merupakan komponen stock pangan nasional dan merupakan

bagian dari perekat bangsa bukan sebaliknya.

2.2.2. Pengadaan Gabah dan Beras Dalam Negeri

Pengadaan beras merupakan pembelian beras yang dilakukan

BULOG Divre Jatim di 13 wilayah Subdivre Jatim melalui KUD, Non KUD dan

Satgas Pengadaan. Non KUD adalah pihak swasta atau perorangan yang

menyetorkan atau menjual berasnya ke BULOG Divre Jatim/Subdivre, sedangkan

Satgas Pengadaan adalah karyawan BULOG yang khusus bertugas melakukan

pembelian beras dalam kegiatan pengadaan beras.

Pengadaan Gabah dan Beras dalam negeri oleh Perum BULOG

dilaksanakan melalui :

1. Mitra Kerja (Koperasi maupun Non Koperasi)

2. Probis Industri Beras (PIB)

3. Program Pengadaan Dalam Negeri melalui Pusat Pengolahan Padi

Terpadu (P3T)

4. Satuan Tugas Operasional Pengadaan Gabah Dalam Negeri (SATGAS

ADA DN)

(24)

Mitra Kerja Perum BULOG adalah perusahaan penggilingan (koperasi

maupun non koperasi) yang telah lulus seleksi yang dilaksanakan oleh Tim seleksi

yang dibentuk oleh Kadivre/Kasub-Divre. Perusahaan penggilingan padi di

Indonesia berbagai macam jenis, kapasitas dan peralatan yang dimiliki.

Pengelompokan penggilingan padi dapat dilakukan seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengelompokan Perusahaan Penggilingan Padi dan Mutu Produksi

Mitra

Kerja NAMA

PROSES

MUTU Produksi Pengeringan Penggiling

an Penyimpanan

A Penggilingan Padi Terpadu

Pengering Mekanis > 50 Ton/cycle

P P T > 10 ton/jam

Silo

> 3.000 ton Mutu III+

B

Penggilingan Padi Besar

(PPB)

Lantai Jemur > 15 Ton/hari Pengering

Mekanis > 10 Ton/cycle

P P B 3–10 ton/jam

Gudang Permanen > 1.000 ton

Mutu III C Penggilingan Padi Kecil (PPK) Lantai Jemur > 10 Ton/hari

P P K 1-3 ton/jam Gudang semi permanen 500-1000 ton Mutu IV D Penggilingan Padi Sederhana (PPS) Lantai Jemur > 5 Ton/hari

P P S 0.5-1 ton/jam Gudang Sederhana 200-500 ton Mutu IV

Sumber : Perum BULOG

Penggilingan Gabah disebut juga penggilingan padi adalah rangkaian

alat dan mesin yang berfungsi melakukan proses pengolahan gabah kering giling

(GKG) sampai menjadi beras putih siap konsumsi. Dengan melihat sarana yang

dimiliki, penggilingan padi di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat)

kelompok, yaitu sebagai berikut :

a. Penggilingan Padi Terpadu

(25)

kesatuan utuh yang berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras, dimana

kapasitasnya lebih besar dari PPB serta terintegrasi dengan mesin pengeringan

dan silo penyimpanan oleh elevtor dan conveyor.

b. Penggilingan Padi Besar (PPB)

Yang disebut dengan penggilingan padi besar atau yang disingkat PPB

adalah unit peralatan teknik yang merupakan gabungan dari beberapa mesin

menjadi satu kesatuan utuh yang berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi

beras dengan kapasitas antara 3 ton – 10 ton per jam gabah kering giling.

System pengolahan ini minimum harus melalui empat proses utama, yaitu :

proses pembersihan gabah, proses pecah kulit, proses pemisahan gabah

dengan beras pecah kulit, dan proses pemutihan beras pecah kulit secara

berulang dua sampai empat kali.

c. Penggilingan Padi Kecil (PPK)

Yang disebut dengan penggilingan padi kecil (PPK) adalah unit

peralatan teknik yang merupakan gabungan dari beberapa mesin menjadi satu

kesatuan utuh yang berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras dengan

kapasitas lebih kecil dari 2 ton per jam gabah kering giling. System

penggilingan padi kecil (PPK) dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : tipe

sederhana dan tipe lengkap.

d. Penggilingan Padi Sederhana (PPS)

Yang disebut dengan penggilingan padi sederhana adalah unit

peralatan teknik yang berfungsi sebagai mesin pengolah gabah menjadi beras,

(26)

beberapa mesin, dimana proses satu sama lain dihubungkan dengan tenaga

manusia.

Makin tinggi dan lengkap teknologi penggilingan padi yang

digunakan, maka mutu produk penggilingan padi tersebut juga makin meningkat.

Komponen mutu produksi masing-masing dari proses penggilingan padi adalah

seperti pada tabel 3.

Tabel 3. Mutu Produksi

No. Komponen Mutu Satuan Mutu

III+

Mutu III

Mutu IV

1 Derajat Sosoh (Min) % 100 95 95

2 Kadar Air (Max) % 14 14 14

3 Beras Kepala (Min) % 87 84 78

4 Butir Utuh (Min) % 44 40 35

5 Butir Patah (Max) % 10 15 20

6 Butir Menir (Max) % 1 1 2

7 Butir Merah (Max) % 1 1 3

8 Butir Kuning/Rusak (Max) % 1 1 3

9 Benda Mengapur (Max) % 1 1 3

10 Benda Asing (Max) % 0.02 0.02 0.02

11 Butir Gabah (Max) Butir/100 g 1 1 1

12 Campuran varietas lain (Max) % 5 5 5

Sumber : Perum BULOG

Mitra kerja Perum BULOG harus dapat memenuhi persyaratan Teknis

dan Kinerja, yaitu :

A. Persyaratan Teknis

1. Memiliki sarana dan prasarana pengolahan padi berupa sarana

pembersihan awal , pengeringan (lantai jemur/dryer), pembersihan

lanjutan, penyimpanan, penggilingan padi (husker, polisher, blower,

(27)

2. Sarana pengolahan padi dapat menghasilkan produk sesuai yang

ditetapkan sebagai persyaratan kualitas gabah/beras dalam negeri

3. Memiliki operator yang menguasai operasi dari masing-masing mesin

yang dipunyai dan dianjurkan pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan

pasca panen yang dilaksanakan oleh Perum BULOG atau instansi lain

yang berwenang

4. Dalam 1 (satu) Kabupaten setiap Mitra Kerja hanya diperbolehkan

mengajukan 1 (satu) nama perusahaan penggilingan padi sebagai mitra

pengadaan

B. Persyaratan Kinerja

1. Mitra Kerja memiliki kinerja yang baik di dalam kegiatan pengadaan

gabah/beras dalam negeri

2. Telah mematuhi seluruh peraturan dan ketentuan Pengadaan Gabah dan

Beras Dalam Negeri Perum BULOG yang berlaku dan Kebijakan

Perberasan Nasional

3. Berhasil membina petani/kelompok tani dalam rangka peningkatan

kualitas gabah dan pendapatan petani yang dibuktikan dengan daftar

kelompok tani yang dibina

4. Berhasil menjaga Harga Pembelian Pemerintah ditingkat petani/kelompok

tani

5. Diprioritaskan bagi Mitra Kerja yang berpengalaman pada bidang ini

minimal 3 (tiga) tahun yang dibuktikan dengan dokumendokumen yang

(28)

Kemitraan adalah hubungan pembeli dengan pemasok dalam suatu

derajat kerja sama yang saling percaya mempercayai serta memanfaatkan

keahlian/kelebihan setiap mitra usaha, untuk terciptanya keterpaduan. Dengan

kata lain kemitraan adalah kerjasama yang saling menguntungkan satu sama

lainnya.

Pusat Pengolahan Padi Terpadu (P3T) adalah suatu unit usaha

pengolahan gabah/beras yang memiliki sarana pasca panen padi secara terpadu.

Penggilingan padi tipe A dan tipe B yang bekerjasama dengan penggilingan padi

sekitarnya, petani dan kelompok tani dapat digolongkan sebagai P3T.

Mitra kerja adalah suatu unit usaha baik berupa Koperasi maupun Non

Koperasi atau perusahaan yang berbadan hukum serta memenuhi syarat sebagai

Pusat Pengolahan Padi Terpadu yang melakukan kerjasama dengan Perum

BULOG di dalam pengadaan gabah petani dan selanjutnya diolah menjadi beras

berkualitas.

Pengadaan Dalam Negeri melalui mitra kerja Pusat Pengolahan Padi

Terpadu (P3T) adalah kontrak pengadaan gabah dalam jumlah tertentu antara

mitra kerja dengan Divre/Subdivre dengan persyaratan yang disepakati bersama

dalam jangka waktu tertentu.

Perum BULOG membeli gabah/beras selama harga beli gabah sama

atau di bawah harga pembelian yang ditetapkan oleh Pemerintah. Pembelian

tersebut dalam bentuk Gabah Kering Giling (GKG). Perum BULOG membeli

(29)

Sedangkan Probis Industri Beras dan Satgas ADA DN membeli gabah dari

petani/kelompok tani dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP) dan atau Gabah

Kering Simpan (GKS) (BULOG, 2005).

Tujuan pengadaan adalah melaksanakan pembelian gabah agar petani

produsen dalam negeri mendapat harga beli gabah minimal sama dengan harga

pembelian pemerintah (HPP) yang berlaku sehingga mendorong peningkatan

pendapatan petani dan peningkatan produksi pangan dalam negeri. Pengadaan

yang di lakukan oleh Perum BULOG juga mempunyai tujuan untuk menyediakan

stock pangan bagi pemerintah untuk keperluan (BULOG, 2005):

a. Program beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN) dan rawan pangan

b. Golongan Anggaran dan Perusahaan Milik negara/swasta

c. Operasi Pasar Murni

d. Kebutuhan bahan baku industri

e. Cadangan Pangan Nasional untuk kebutuhan Bencana Alam/Sosial dan

lainnya.

Perum BULOG menyediakan dana pengadaan dengan cara membuka

L/C Induk di kantor Bank Pelaksana Kredit Perum BULOG Jakarta yang telah

ditetapkan, kemudian akan diteruskan ke Divre melalui Bank Pelaksana Kredit

Perum BULOG setempat. Dana pengadaan tersebut meliputi :

a. Harga pembelian gabah dan beras

b. Biaya Opslag gabah dan beras

c. Biaya pemeriksaan kualitas gabah dan beras

(30)
[image:30.612.128.499.145.537.2]

Gambar 1. Bagan Prosedur Anggaran & Pembiayaan Pengadaan Dalam Negeri melalui Mitra Kerja ADA DN (BULOG, 2005)

Keterangan :

1 & 2. Prognosa

3. Pengajuan Master Budget ke Meneg BUMN

4. Pembahasan oleh Tim 5. Rekomendasi Tim

6.a. SK. Meneg BUMN ttg persetujuan Master Budget

6.b. Tembusan SK Meneg BUMN ke Bank Pelaksana

7. Akseptasi Kredit (penyediaan Dana)

8.c. Pembukaan L/C Induk 9. Pemberitahuan L/C Induk

10.a. Penarikan di Tk Divre dan atau aplikasi Back to Back L/C ke Subdivre

10.b. Dropping Back to Back L/C 10.c. Pembukaan Back to Back L/C 11. Pemberitahuan Back to Back L/C 12.a. Penarikan SPP (transaksi) A. Permohonan dan Kontrak

MENKEU

TSOB

BULOG

DIVRE

BANK PELAKSANA TK. PUSAT

BANK PELAKSANA TK. DIVRE

SUBDIVRE

BANK PELAKSANA TK. SUBDIVRE

MITRA KERJA

ADA DN

GUDANG

(31)

Impor beras boleh dilakukan jika dikuatirkan stock beras yang dikuasai

pemerintah (BULOG) tidak mencukupi kebutuhan masyarakat pada masa atau

waktu tertentu, yang diakibatkan oleh pengaruh iklim seperti gejala El Nino

sehingga dikuatirkan panen dibeberapa daerah sentra produksi mengalami

penurunan dan kegagalan. Tentunya alasan iklim ini harus didukung oleh data

yang kuat dari suatu badan atau lembaga yang berkompeten dengan hal tersebut,

baik itu dari dalam negeri maupun luar negeri misalnya laporan dari BMG dan

(LAPAN) (Ramlan, 2002)

2.2.3. Fungsi Perum BULOG Divre Jatim

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka BULOG Divre Jatim yang

kini sudah menjadi Perum juga merupakan lembaga pemasaran atau badan

perantara yang menggerakkan barang-barang khususnya bahan kebutuhan pokok

dari titik produksi ke titik konsumsi.

Instansi vertikal Perum BULOG di wilayah terdiri dari Divisi Regional

dan Sub Divisi Regional. Perum BULOG Divisi Regional berada di tingkat

Propinsi sedangkan Sub Divisi Regional ada di tingkat Kabupaten/Kotamadya

yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Perum BULOG mempunyai tugas menyelenggarakan usaha logistik

pangan pokok yang bermutu dan memadai bagi pemenuhn hajat hidup orang

banyak dan dalam hal tertentu menyelenggarakan tugas-tugas tertentu yang

diberikan pemerintah dalam pengamanan harga pangan pokok, pengelolaan

cadangan pangan pemerintah dan distribusi pangan pokok kepada golongan

masyarakat tertentu, khususnya pangan pokok beras dan pangan pokok lainnya

(32)

Penyelenggaraan tugas tersebut Perum BULOG mempunyai fungsi

pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang manajemen logistik,

pengadaan, pengelolaan persediaan, dan distribusi beras, serta pengendalian harga

beras, koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BULOG.

2.2.4. Pengertian Harga

Dalam suatu kegiatan pemasaran atau aktivitas suatu perusahaan, maka

harga merupakan suatu masalah yang sangat penting. Dalam menetapkan harga,

perusahaan perlu memperhatikan berbagai hal yang harus dipertimbangkan, antara

lain pengeluaran untuk biaya produksi, biaya operasi dan lain sebagainya. Secara

umum pengertian harga biasanya digambarkan dengan sejumlah barang yang

digunakan sebagai nilai tukar produk yang ditawarkan.

Maka dapat disimpulkan bahwa harga adalah nilai dari suatu barang

dimana dengan sejumlah uang yang akan digunakan untuk memperoleh sejumlah

kombinasi produk atau jasa yang diharapkan bersama pelayanannya.

2.2.4.1. Tujuan Penetapan Harga

Tujuan penetapan harga menurut Dh Swastha (1984) bahwa pada

umumnya penjualan mempunyai beberapa tujuan dalam penetapan harga

produknya. Tujuan tersebut antara lain :

a. Mendapatkan laba maksimal

Perolehan laba yang tinggi menjadi sasaran atau tujuan terakhir setiap

perusahaan dalam prakteknya harga ditentukan oleh penjual atau produsen

yang didasarkan pada daya beli konsumen dimana semakin besar daya beli

(33)

b. Mendapatkan pengembalian inventaris yang ditargetkan atau

pengembalian pada penjualan bersih yaitu penentuan harga jual dengan

ketentuan bahwa harga tersebut nantinya akan dapat mengembalikan

investasi atau biaya-biaya yang dikeluarkan secara berangsur-angsur.

c. Mencegah atau mengurangi persaingan

Kebijaksanaan penetapan harga jual dapat mencegah atau mengurangi

persaingan jenis produk atau jasa sejenis, yaitu seperti menentukan harga

jual yang sesuai dengan harga pesaing, sehingga persaingan harga

dikurangi bahkan mungkin dengan menentukan harga jual dibawah harga

pesaing.

d. Mempertahankan atau memperbaiki market-share (pangsa pasar)

Tidak hanya kemampuan produksi serta kemampuan penjualan saja yang

dapat mempertahankan market-share tetapi harga mempunyai peranan

yang penting seperti bagi perusahaan-perusahaan kecil. Penentuan harga

jual produknya hanya untuk mempertahankan market-share saja.

2.2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Harga

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat harga terdiri dari

beberapa faktor antara lain :

a. Kondisi perekonomian

Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku.

Dalam keadaan perekonomian yang stabil, tingkat harga umumnya tidak

banyak mengalami pemulihan, sedangkan pada keadaan resesi ekonomi,

(34)

naik, sehingga dalam keadaan yang demikian ini akan menimbulkan

kenaikan harga yang tidak menentu.

b. Penawaran dan permintaan

Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada tingkat

harga tertentu pada umumnya tingkat harga yang lebih rendah akan

mengakibatkan jumlah yang diminta lebih besar. Penawaran merupakan

kebalikan dari permintaan, yaitu suatu jumlah yang ditawarkan oleh penjual

pada suatu tingkat harga yang tertentu. Pada umumnya, harga yang lebih

tinggi mendorong jumlah yang ditawarkan lebih besar.

c. Elastisitas

Faktor lain yang dapat mempengaruhi penentuan harga adalah sifat

permintaan pasar. Sebenarnya sifat permintaan pasar ini tidak hanya

mempengaruhi penentuan harganya tetapi juga mempengaruhi volume

penjualan.

d. Persaingan

Harga jual bermacam-macam barang dipengaruhi oleh keadaan persaingan

yang ada. Dalam persaingan seperti ini penjual yang berjualan banyak aktif

menghadapi pembeli yang banyak pula. Banyaknya penjual dan pembeli ini

akan mempersulit penjualan perseorangan untuk menjual dengan harga yang

lebih tinggi kepada pembeli yang lain.

e. Biaya

Biaya merupakan dasar dalam menentukan harga, sebab suatu tingkat harga

(35)

apabila suatu tingkat harga yang melebihi semua biaya, baik biaya produksi,

biaya operasi maupun biaya non operasi akan menghasilkan keuntungan.

f. Tujuan perusahaan

Penetapan harga suatu barang sering sering dikaitkan dengan tujuan-tujuan

yang akan dicapai. Setiap perusahaan tidak selalu mempunyai tujuan yang

sama dengan perusahaan lainnya. Tujuan-tujuan yang akan dicapai antara

lain : laba maksimal, volume penjualan tertentu, penguasaan pasar,

kembalinya modal yang tertanam pada jangka waktu tertentu.

g. Pengawasan pemerintah

Pengawasan pemerintah juga merupakan faktor yang penting dalam

penentuan harga. Pengawasan pemerintah tersebut dapat diwujudkan dalam

bentuk penentuan harga maksimal dan minimal, diskriminasi harga yaitu

penetapan harga yang didasarkan atas keadaan pembeli, barang, tempat dan

waktu serta praktek-praktek lain yang mendorong atau mencegah

usaha-usaha ke arah monopoli.

2.2.5. Pengertian Kebijaksanaan Harga

Sebelum membahas masalah kebijaksanaan harga, terlebih dulu

disebutkan beberapa definisi tentang kebijaksanaan harga. Bahwa penetapan

harga merupakan masalah dalam 4 tipe :

1. Apabila perusahaan untuk pertama kali menentukn harga jual

2. Apabila persaingan mengadakan perubahan harga

3. Apabila perusahaan harus mengubah harga jualnya karena dipaksakan oleh

(36)

4. Apabila perusahaan menghasilkan beberapa jenis barang yang mempunyai

permintaan biaya yang saling berhubungan

Dari keterangan tersebut diatas menyebutkan kebijaksanaan harga

bersifat sementara berarti pengusaha harus mengikuti perkembangan pasar dan

posisi usaha dalam situasi pasar secara keseluruhan, maka dapat disimpulkan

bahwa kebijaksanaan harga adalah suatu cara yang digunakan produsen dalam

nenetapkan harga untuk jangka waktu tertentu untuk mempengaruhi konsumen

dalam melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan.

2.2.5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijaksanaan Harga

1. Sifat pasar yang meliputi motif pembelian, frekuensi pembelian, permintaan

pasar dan distribusi pendapatan perkapita.

2. Biaya meliputi biaya produksi, biaya penjulan, biaya Break Even Point.

3. Persaingan pada kondisi yang bersaing penetapan harga produk perusahaan

akan dipengaruhi pula para pesaing lainnya.

4. Saluran distribusi semakin panjang maka harga akan semakin tinggi, karena

biaya akan semakin besar untuk membayar jasa kepada penyalur tersebut.

5. Keuntungan merk yaitu perusahaan mempunyai merk yang lebih terkenal

biasanya lebih leluasa untuk menetapkan harga daripada merk lain.

6. Kondisi perekonomian, sering kali perubahan-perubahan kebijaksanaan

berpengaruh terhadap kondisi perekonomian nasional.

7. Norma-norma hukum meliputi peraturan-peraturan atau norma-norma

hukum yang menjadi ketentuan merupakan hal yang harus diperhatikan

(37)

2.2.5.2. Kebijaksanaan Harga Dasar dan Harga Tertinggi

Pemerintah memainkan peranan sangat penting dalam menetapkan

harga jual suatu barang. Peranan Pemerintahini akan sangat terasa pada saat

tertentu misalnya pada saat inflasi bergejolak, timbul kenaikan harga yang tidak

terkendali, dalam keadaan seperti ini pemerintah turun tangan dengan melepaskan

persediaan stock nasional yang ada pada pemerintah ke pasar agar kenaikan harga

dapat di kendalikan atau sebaliknya Pemerintah menaikkan harga untuk menolong

suatu kelompok seperti menaikkan harga gabah untuk membantu petani dari

kemerosotan harga beras (Alma, 1992).

Kebijaksanaan harga mengandung pengertian berupa pemberian

penyangga (support) atas harga hasil-hasil pertanian supaya tidak terlalu

merugikan petani sebagai produsen dan pembeli sebagai konsumen.

Secara teoritis kebijaksanaan harga dapat dipakai untuk mencapai

tujuan :

1. Stabilisasi harga hasil-hasil pertanian pada tingkat petani.

2. Meningkatkan pendapatan petani/produsen melalui perbaikan penukaran

(term of trade)

3. Memberikan arah dan petunjuk pada jumlah produksi

4. Agar tidak memberatkan konsumen dengan tingginya harga di pasaran.

Kebijaksanaan harga yang ditetapkan pemerintah adalah berupa harga

dasar (floor price) dan harga atap (ceiling price), harga dasar diberlakukan untuk

menjaga agar harga pasar pada saat panen raya tidak menurun jauh dibawah harga

(38)

Sebaliknya harga atap tetap diperlukan untuk masa paceklik,

kebijaksanaan harga disebut efektif apabila harga pasar berada diantara harga

dasar dan harga atap (Soekartawi, 1989).

Situasi paceklik adalah situasi disaat jumlah produksi yang tersedia

sangat terbatas, sementara jumlah konsumen tetap atau bahkan terus bertambah,

dalam keadaan seperti ini harga pasar cenderung lebih tinggi atau lebih tinggi dari

harga keseimbangan bila saja tidak diberlakukan harga atap. Keadaan diwaktu

paceklik merupakan kebalikan dari situasi panen raya. Bila saat panen raya

Pemerintah harus membeli sejumlah kelebihan produksi tetapi saat paceklik

pemerintah harus menjual sejumlah stock (cadangan) pada konsumen.

Harga pembelian gabah sesuai dengan Inpres RI Nomor 2 tahun 2005

tanggal 2 Maret 2005 tentang Kebijakan Perberasan meliputi beberapa tingkat

kualitas, antara lain :

1. Harga pembelian Gabah Kering Giling (GKG) di depan pintu gudang

penyimpanan Perum BULOG dari Mitra Kerja Pengadaan Dalam Negeri

ditetapkan sebesar Rp. 1765,-/kg (seribu tujuh ratus enam puluh lima

rupiah per kilogram)

2. Harga pembelian Gabah Kering Giling GKG) di tingkat penggilingan

ditetapkan sebesar Rp. 1740,-/kg (seribu tujuh ratus empat puluh rupiah

per kilogram).

3. Harga pembelian Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat penggilingan oleh

Mitra kerja Pengadaan Dalam Negeri kepada Petani/kelompok tani

(39)

4. Harga pembelian beras dalam negeri di tingkat penggilingan ditetapkan

sebesar Rp. 2790,-/kg (dua ribu tujuh ratus sembilan puluh rupiah per

kilogram).

Apabila Inpres RI tentang Kebijakan Perberasan yang baru telah

diterbitkan maka ketentuan harga pembelian gabah dan beras berlaku ketentuan

harga pembelian sebagaimana dimaksud dalam Inpres RI yang baru (BULOG,

[image:39.612.129.513.259.518.2]

2005).

Tabel 4. Perbandingan HPP Inpres No. 2 Tahun 2005 dengan HPP sebelumnya

No. Jenis Gabah

Harga di Tingkat

Inpres No. 9 Tahun 2002

(Rp/kg)

Inpres No. 2 Tahun 2005

(Rp/kg)

Selisih (%)

1 GKP Penggilingan 1.230 1.330 8,13

2 GKG Penggilingan 1.700 1.740 2,35

3 GKG Gudang Penyimpanan (BULOG)

1.725 1.765 2,32

4 Beras Gudang BULOG/ Penggilingan

2.790 2.790 *) ---

*) Di penggilingan

Sumber : Departemen Pertanian

2.2.6. Pengertian Petani

Mengenai definisi formal dari istilah petani tampaknya tak bisa

dibantah lagi bahwa ada perbedaan tertentu tidak saja antara pengarang menyusun

cara hidup yang lebih progresif sangat dibutuhkan oleh para petani untuk

memperbesar kemampuannya untuk mempertahankan usahanya (Simanjuntak,

1985).

Tingkat pendapatan perkapita rumah tangga mempunyai pengertian

(40)

anggota rumah tangga. Pendapatan ini dikonversikan ke dalam ukuran

pendapatan setara beras dihitung dalam satuan kilogram dengan tujuan melihat

kemiskinan menurut kriteria Sajogyo. Dengan memiliki klasifikasi Sajogyo,

petani miskin dikelompokkan ke dalam tiga golongan pendapatan,

masing-masing:

Paling Miskin : pendapatan per anggota rumah tangga kurang dari 180 kg

setara beras.

Miskin Sekali : antara 180 – 240 kg setara beras

Miskin : antara 240 – 320 kg setara beras

2.2.7. Penawaran

Di balik permintaan (demand), terdapatlah penawaran (supply),

kedua-duanya yaitu penawaran dan permintaan bersama-sama menentukan harga.

Ketentuannya adalah bahwa harga terjadi di suatu tingkat dimana penawaran sama

dengan permintaan. Pengadaan gabah atau beras dari petani anggota KTNA yang

dilakukan oleh Perum BULOG Subdivre Kediri merupakan bentuk dari

penawaran.

Menurut Winardi (1988) menyebutkan bahwa penawaran adalah

berbagai macam jumlah jumlah barang (termasuk jasa) yang ingin di jual orang

dengan berbagai harga.

Menurut Michael B. Smith (1999) menyebutkan bahwa penawaran

adalah jumlah barang ekonomi yang akan disediakan penjual pada harga tertentu,

(41)

Menurut Rosyidi (2002) penawaran adalah suatu daftar yang

menunjukkan jumlah-jumlah barang itu yang ditawarkan untuk dijual pada

pelbagai tingkat harga dalam suatu pasar pada suatu waktu tertentu.

Jumlah total komoditas yang ingin dijual oleh penjual (produsen)

disebut Quantity Supplied dari suatu komoditas, dengan demikian Qoantity

Supplied bukan berarti jumlah barang yang telah berhasil dijual. Quantity

Supplied juga harus dinyatakan dalam jumlah per satuan waktu. Beberapa faktor

yang mempengaruhi Quantity Supplied antara lain adalah (Ridwan, dkk., 1997)

a. Tujuan dan preferensi produsen (perusahaan)

b. Harga komoditas yang bersangkutan dan harga komoditas substitusinya

c. Faktor teknologi

d. Biaya faktor-faktor produksi

Samuelson dan Nordhaus (1993) penawaran diartikan sebagai jumlah

barang yang akan diproduksi dan dijual oleh perusahaan. Lebih tepatnya,

menghubungkan jumlah barang yang ditawarkan dengan harga pasarnya, dengan

menganggap hal-hal lain seperti biaya produksi, harga barang yang berkaitan dan

organisasi pasar tetap tidak berubah.

Pengujian berbagai kekuatan yang menentukan penawaran, hal yang

paling mendasar untuk memahami perilaku penawaran bisnis adalah bahwa

produsen menawarkan komoditi untuk memperoleh keuntungan, bukan untuk

mencari kesenangan atau amal, dengan demikian, kunci utama yang mendasari

keputusan penawaran adalah biaya produksi.

Biaya produksi suatu barang relatif lebih rendah disbanding harga

(42)

menawarkan barang dalam jumlah besar. Jika biaya produksi relatif lebih tinggi

disbanding harga, maka perusahaan akan memproduksi dalam jumlah kecil, atau

mungkin menghindari bisnis tersebut.

Menurut Samuelson dan Nordhaus (1993) terdapat unsure-unsur yang

menentukan penawaran, antara lain :

a. Harga barang itu sendiri

b. Teknologi

c. Harga input

d. Harga barang yang berkaitan

e. Organisasi pasar

f. Factor khusus

Penawaran berubah karena pengaruh perubahan faktor lain selain

perubahan harga komoditi itu sendiri, dalam istilah kurva ini, dikatakan

penawaran meningkat (menurun) jika jumlah yang ditawarkan di pasar meningkat

(menurun) pada setiap harga pasar. Grafik yang menyatakan hubungan antara

jumlah produk yang ingin ditawarkan (dijual) oleh penjual dan harganya disebut

(43)

P (harga) S

A

B

C

D

E S

[image:43.612.130.509.94.516.2]

Q (jumlah)

Gambar 2. Kurva Penawaran Menghubungkan Harga Dengan Jumlah Yang ditawarkan (Samuelson dan Nordhaus, 1993)

Kurva penawaran menempatkan angka pasangan P dan Q garis yang

menghubungkan titik-titik disebut kurva penawaran SS dengan kemiringn yang

menanjak.

Menurut Rosyidi (2001) kurva penawaran sama halnya dengan kurva

permintaan, dalam kurva penawaran ini pun sumbu tegak (sumbu harga)

merupakan variabel yang independ (tidak tergantung atau bebas), sedangkan

sumbu datar (sumbu jumlah) merupakan variabel depend (tergantung atau tak

bebas), hal ini memberi arti bahwa jumlah yang ditawarkan (Q) adalah tergantung

pada atau merupakan fungsi daripada (P) ; atau secara teknis dituliskan:

Q = f(P)

Suatu formulasi perumusan yang persis sama dengan apa yang

dijumpai dalam masalah permintaan, dengan demikian, pembacaan kurva

(44)

akan naik pula, sedangkan jika harga turun, maka jumlah yang ditawarkan pun

akan turun pula.

Hukum penawaran yang dinyatakan bahwa harga dan jumlah barang

yang ditawarkan memiliki hubungan searah. Kurva penawaran menunjukkan arah

ke kanan atas, bentuk kurva penawaran tidaklah hanya berupa sebuah garis lurus

seperti (Gambar 6) itu saja, melainkan ada yang cembung dan ada yang cekung.,

tetapi bentuk umumnya adalah sama, yaitu bahwa kurva penawaran selalu

condong ke kanan atas.

2.3. Kerangka Pemikiran

Perkembangan ekonomi yang terjadi di Indonesia sangat berfluktuasi

sehingga sangat berdampak terhadap segala sektor kehidupan termasuk sektor

pertanian. Produksi padi yang dihasilkan oleh petani jug tidak luput dari

terjadinya fluktuasi harga sehingga sangat mengganggu pendapatan petani dan

daya beli konsumen. Harga beras yang dipasaran sangat dipengaruhi oleh biaya

produksi yang antara lain adalah saprodi yang meliputi harga pupuk, tenaga kerja,

bibit, obat hama serta biaya transportasi. Disinilah peran Perum BULOG sangat

diperlukan untuk menjaga stabilitas harga beras di pasaran melalui pengadaan

dalam negeri.

Stabilnya harga beras di pasaran juga sangat dipengaruhi oleh eksternal

environmental yaitu situasi negara yang kondusif dapat menjaga harga beras

(45)
[image:45.612.130.515.82.528.2]

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Stabilitas Harga Beras Melalui Perum Bulog

Produksi

Padi

BULOG

Non BULOG

Fungsi Penjualan

Fungsi Pembelian

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Variabel

Agar terjadi kesamaan persepsi dalam penelitin ini maka berikut

diberikan penjelasan pengertian variabel yang digunakan dalam penelitian :

1) Pengadaan beras adalah pembelian beras dalam negeri dan luar negeri yang

di lakukan Perum BULOG Subdivre Kediri.

2) Permintaan beras adalah jumlah beras Perum BULOG Subdivre Kediri yang

diminta atau dibeli masyarakat.

3) Stock beras adalah jumlah persediaan beras yang ada di gudang-gudang

Perum BULOG Subdivre Kediri.

4) Harga pasar adalah rata-rata harga beras yang berlaku di pasaran.

5) Bulog Divre Jatim adalah instansi vertikal Perum Bulog di Propinsi Jawa

Timur yang bertugas untuk mengelola persediaan pangan pemerintah dan

menjaga Harga Dasar Gabah

6) Sub Divre adalah instansi vertikal Bulog Divre Jatim yang wilayah kerjanya

meliputi satu atau beberapa Kabupaten/Kotamadya Dati II yang berada

dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Divre.

7) Harga dasar adalah harga gabah/beras terendah yang ditetapkan untuk

menolong Petani di saat musim panen atau saat produksi melimpah agar

(47)

8) Harga atap adalah Harga gabah/beras tertinggi yang ditetapkan Pemerintah

untuk menolong konsumen di waktu paceklik atau saat produksi berkurang

agar harga tidak terlampau tinggi sehingga konsumen tidak dirugikan.

3.2. Lokasi Penelitian

Daerah/lokasi penelitian ditentukan dengan sengaja (purposive) yaitu

di Perum Bulog Subdivre Kediri yang terletak di JL. Ir. Sutami No. 8 Kediri.

Kantor Subdivre Kediri tersebut mempunyai wilayah kerja Kodya Kediri, Kab.

Kediri dan Kab. Nganjuk, hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa Subdivre

Kediri merupakan wilayah kerja Perum Bulog Divre Jatim yang merupakan

kantor Divre bertipe A artinya beban kerjanya sangat kompleks jika dibandingkan

dengan Divre di daerah lain yang bertipe B.

Pertimbangan lainnya adalah wilayah kerja Divre Jatim merupakan

salah satu penghasil beras terbesar di Indonesia sehingga Jawa Timur memberikan

kontribusi yang cukup besar terhadap pemenuhan kebutuhan pangan khususnya

kebutuhan beras nasional

3.3. Jenis dan Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Sekunder

yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait yaiitu Kantor Perum BULOG Sub

Divre Kediri, Departemen Pertanian, dan Balai Pusat Statistik.

Data yang digunakan merupakan data yang ada dalam kurun waktu

mulai tahun 1981 – 2005, yang terdiri dari data jumlah pengadaan beras, harga

beras, dan stock beras yang dikelola oleh kantor Perum BULOG Sub Divre

(48)

3.4. Metode Analisis Data

Menurut Sanapiah Faisal (1990) dalam tahap ini adalah yang paling

penting dan menentukan. Sebab pada tahap ini data dikerjakan dan diolah

sedemikian rupa sampai berhasil menunjukkan kebenaran-kebenaran yang dapat

dipahami untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.

Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi proses dari pada hasil-hasil

ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih

jelas apabila diamati dalam proses penelitian.

Selanjutnya prosedur kerja analisis data dalam penelitian kualitatif ini

dapat dibagi menjadi dua tahapan besar yaitu : (1) dilakukan penelitian waktu

berada di lapangan untuk mengumpulkan data atau setelah peneliti meninggalkan

latar penelitian; (2) pemrosesan dan kategorisasi data.

Metode analisis deskriptif mengarah pada prosedur penelitian yang

menghasilkan data kualitatif. Dengan teknik analisis deskriptif ini peneliti

berusaha menggambarkan suatu kejadian dengan jalan mendeskripsikan dan

mengamati secara langsung maupun tidak langsung peranan Perum BULOG

Subdivre Kediri dalam menjaga stabiltas harga beras.

Jenis penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif

dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu kenyataan sosial,

dengan demikian analisis deskriptif ini tidak sampai mempersoalkan jalinan

hubungan antar variabel yang ada, dengan tidak dimaksudkan menarik

kesimpulan generalisasi yang menyebabkan suatu gejala atau kenyataan sosial.

(49)

pengujian hipotesis dan juga tidak membangun dan mengembangkan

perbendaharaan teori.

Metode kuantitatif juga digunakan dalam penelitian ini, menggunakan

analisis time series atau Trend dengan metode least square. Analisis deret berkala

atau time series merupakan suatu metode analisis yang ditujukan untuk

melakukan suatu estimasi maupun peramalan pada masa mendatang. Dalam

analisis ini akan diketahui bagaimana proses suatu estimasi maupun peramalan

dapat diperoleh dengan baik. Untuk itu dalam analisis ini dibutuhkan berbagai

macam Informasi (data-data) yang cukup banyak dan diamati dalam periode

waktu yang relatif cukup panjang, sehingga dari hasil analisis tersebut dapat

diketahui sampai berapa besar fluktuasi nilai data yang terjadi dan faktor-faktor

apa saja yang berpengaruh terhadap perubahan tersebut.

Metode least square ditujukan agar jumlah kuadrat dari semua deviasi

antara variabel X dan Y yang masing-masing memiliki koordinat sendiri-sendiri

akan berjumlah seminim mungkin, sehingga akan diperoleh suatu persamaan garis

trend yang lebih akurat dibandingkan dengan metode lainnya (Saleh, 2004).

(50)

4.1. Sejarah Singkat Tentang BULOG

Dalam perjalanan sejarah bangsa, kehadiran lembaga Pangan tidak

dapat dipungkiri keberadaannya. Sejak zaman kerajaan Majapahit dan Mataram

telah dikenal adanya lumbung-lumbung pangan yang berfungsi sebagai penyedia

pangan pada saat langka. Secara formal pemerintah mulai ikut menangani pangan

pada zaman Belanda, ketika berdiri Voedings Middelen Fonds (VMF) yang

bertugas membeli, menjual, dan menyediakan bahan makanan. Dalam masa

Jepang VMF dibekukan dan muncul lembaga baru bernama Nanyo Kohatsu

Kaisha.

Pada masa peralihan sesudah kemerdekaan RI terdapat dualisme

penanganan masalah pangan. Di daerah Kekuasaan Republik Indonesia,

pemasaran beras dilakukan oleh Kementrian Pengawasan Makanan Rakyat (PMR)

c/q Jawatan Persediaan dan Pembagian Bahan Makanan (PPBM) sedangkan

daerah-daerah yang diduduki Belanda, VMF dihidupkan kembali. Keadaan ini

berjalan terus sampai VMF dibubarkan dan dibentuk Yayasan Bahan Makanan

(Bama).

Perkembangan selanjutnya terjadi perubahan kebijaksanaan yang

ditempuh oleh pemerintah. Bama yang berada di bawah Kementrian Pertanian

(51)

Yayasan Badan Pembelian Padi (YBPP) yang dibentuk di daerah-daerah dan

diketuai oleh Gubernur. Adanya YUBM dan YBPP ternyata masih menimbulkan

dualisme baru dalam pembinaan.

Berdasarkan Peraturan Presiden No.3 Tahun 1964 dibentuk Dewan

Bahan Makanan (DBM). Sejalan dengan itu dibentuklah Badan Pelaksana Urusan

Pangan (BPUP) peleburan dari YUBM dan YBPP-YBPP. Yayasan BPUP ini

bertujuan : mengurus bahan pangan, pengangkutan dan pengolahannya,

menyimpan dan menyalurkannya menurut ketentuan dari Dewan Bahan Makanan

(DBM). Dengan terbentuknya BPUP, maka penanganan bahan pangan kembali

berada dalam satu tangan.

Memasuki Era Orde Baru setelah ditumpasnya pemberontakan

G.30.S/PKI penanganan pengendalian operasional bahan pokok kebutuhan hidup

dilaksanakan oleh Komando Logistik Nasional (Kolognas) yang dibentuk dengan

Keputusan Presidium Kabinet Ampera Nomor 87 Tahun 1966. Namun

peranannya tidak berjalan lama karena pada tanggal 10 Mei 1967 dibubarkan dan

dibentuk Badan Urusan Logistik (Bulog) berdasarkan Keputusan Presidium

Kabinet Nomor 114/Kep/1967.

Kehadiran Bulog sebagai lembaga stabilisasi harga pangan memiliki

arti khusus dalam menunjang keberhasilan Orde Baru sampai tercapainya

swasembada beras tahun 1984. Menjelang Repelita I (1 April 1969), struktur

organisasi Bulog diubah dengan Keppres RI No.11/1969 tanggal 22 Januari 1969

disesuaikan dengan misi barunya yang berubah dari penunjang peningkatan

(52)

anggaran. Kemudian dengan Keppres No.39/1978 tanggal 5 Nopember 1978

Bulog mempunyai tugas pokok melaksanakan pengendalian harga beras, gabah,

gandum dan bahan pokok lainnya guna menjaga kestabilan harga, baik bagi

produsen maupun konsumen sesuai dengan kebijaksanaan umum Pemerintah.

Dalam Kabinet Pembangunan VI Bulog sempat disatukan dengan

lembaga baru yaitu Menteri Negara Urusan Pangan. Organisasinyapun

disesuaikan dengan keluarnya Keppres RI No.103/1993. Namun tidak terlalu

lama, karena dengan Keppres No.61/M tahun 1995, Kantor Menteri Negara

Urusan Pangan dipisahkan dengan Bulog dan Wakabulog pada saat itu diangkat

menjadi Kabulog.

Pemisahan Menteri Negara Urusan Pangan dan Bulog mengharuskan

Bulog menyesuaikan organisasinya dengan Keppres No.50 tahun 1995 tanggal 12

Juli 1995. Status pegawainyapun terhitung mulai tanggal 1 April 1995 berubah

menjadi Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan Keppres No.51 tahun 1995 tanggal

12 Juli 1995.

Memasuki Era Reformasi, beberapa lembaga Pemerintah mengalami

revitalisasi serta reformasi termasuk Bulog. Melalui Keppres RI No.45 tahun 1997

tugas pokok Bulog hanya dibatasi untuk komoditi beras dan gula pasir. Tugas ini

lebih diciutkan lagi dengan Keppres RI No.19 tahun 1998 dimana peran Bulog

hanya mengelola komoditi beras saja.

Mengawali Milenium III, sesuai Keppres No.29 tahun 2000 tanggal

(53)

mengelola persediaan, distribusi dan pengendalian harga beras serta usaha jasa

logistik.

Setelah sempat diberlakukan Keppres RI No.106 tahun 2000 dan

Keppres RI No.178/2000, Bulog saat ini beroperasi berdasarkan Keppres

No.103/2001 tanggal 13 September 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja LPND sebagaimana telah

diubah dengan Keppres RI No.3/2002 tanggal 7 Januari 2002 serta Keppres RI

No.110/2001 tanggal 10 Oktober 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon

I LPND sebagaimana telah diubah dengan Keppres RI No.5 /2002 tanggal 7

Januari 2002. Sesuai dengan ketentuan dalam Keppres No.103/2001 bahwa Bulog

diharapkan paling lambat 31 Mei 2003 harus telah berubah status menjadi suatu

Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maka persiapan-persiapan ke arah itu telah

dilakukan oleh suatu Tim dengan menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah

(RPP) tentang Pembentukan Perusahaan Umum Logistik Pangan Nasional (

Perum Pangan), yang diharapkan akan mulai berlaku 1 Januari 2003 yad.

L

umbung pangan telah lama dikenal sebagai cadangan pangan di

pedesaan dan sebagai penolong pada masa paceklik. Hal tersebut selain

disebabkan karena terbatasnya kemampuan masyarakat pedesaan terutama petani

berlahan sempit, dan anjloknya harga gabah pada saat panen, serta langkanya dan

relatif tingginya harga pupuk dan saprodi lainnya, yang menyebabkan petani harus

berhutang.

Dengan fungsi konvensionalnya, LPMD telah membantu

(54)

dengan menumbuhkembangkan kemampuannya diharapkan fungsi lumbung dapat

meningkat, tidak hanya membantu ketahanan pangan masyarakat dalam skala

terbatas, namun dalam jangka panjang dapat ditingkatkan lagi menjadi lembaga

ekonomi yang berkembang di pedesaan.

Pada skala yang lebih luas, gabah yang dijual petani secara bersamaan

pada musim panen menyebabkan marketable surplus yang cukup besar.

Rendahnya daya tawar petani untuk menunggu saat penjualan yang baik dan

berkurangnya kemampuan BULOG dalam menyerap sebagian marketable surplus

tersebut telah berdampak pada menurunnya harga gabah di bawah harga dasar

pada musim panen. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan bagi petani,

khususnya para petani kecil.

Dalam rangka mengatasi kondisi tersebut tumbuh pemikiran untuk

memanfaatkan Lumbung Pangan Masyarakat Desa (LPMD), yang selama ini

sudah ada, untuk mengambil sebagian peran BULOG di tingkat pedesaan.

Pertanyaan selanjutnya adalah sejauh mana lumbung-lumbung tersebut siap dan

mampu menyerap marketable surplus yang begitu besar pada saat panen raya.

Untuk mengembangkannya menjadi lembaga ekonomi yang mampu

memperkuat daya tawar petani, akan dikembangkan suatu model pemberdayaan

kelembagaan pengelolaan LPMD dengan pendekatan partisipatif. Sebagai langkah

persiapan telah dilakukan proses identifikasi kondisi LPMD di dua propinsi, yaitu

Jawa Barat (kabupaten Tasikmalaya, Cirebon, dan Cianjur) dan Jawa Tengah

(55)

4.1.1. Tugas

Sesuai dengan Keppres No. 103 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan

Tugas dan Fungsi LPND, Pasal 40: BULOG mempunyai tugas melaksanakan

tugas pemerintahan di bidang manajemen logistik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku

4.1.2. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40,

Bulog menyelenggarakan

fungsi :

1.

Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang manajemen

logistik, pengadaan, pengelolaan persediaan, dan distribusi beras, serta

pengendalian harga beras;

2.

Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BULOG;

3.

Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang

manajemen logistik pengadaan, pengelolaan persediaan, dan distribusi

beras serta pengendalian harga beras;

4.

Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang

perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana,

kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlen

Gambar

Tabel 1.  Perbandingan Pengadaan dan Produksi Padi di Jatim
Tabel 2.  Pengelompokan Perusahaan Penggilingan Padi dan Mutu Produksi
Tabel 3.  Mutu Produksi
Gambar 1.  Bagan Prosedur Anggaran & Pembiayaan Pengadaan Dalam Negeri melalui Mitra Kerja ADA DN (BULOG, 2005)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang harus juga diperhatikan adalah setelah mengukur tahanan isolasi baik pada motor, generator maupun jaringan maka kita harus grounding kembali kabel yang di ukur karena kabel

Hal lain yang perlu diper mbakan kembali adalah tujuan Museum Samudraraksa ke masa depan, apakah akan tetap hanya menyajikan pesan hanya sampai pada kisah pelayaran ekspedisi

Jelaskan apa yang disebut pendekatan secara sistem/analisis sistem Analisi sitem adalah untuk berusaha melihat keseluruhan masalah dalam hubungannya dengan secara

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedia Jasa Nomor : PL-01/PPJ/CK/DPU/ATIM/2016 tanggal 17 Mei 2016, maka Pejabat Pengadaan Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh

in the event that quorum of presence in the second GMS as referred to in letter a is not reached, Second Meeting shall be lawful if attended by Series A Dwiwarna Shareholder and

Kompetensi sosial sangat perlu dan harus dimiliki seorang guru. Karena bagaimanapun proses pendidikan itu berlangsung dampaknya akan dirasakan bukan hanya oleh

Data Penelitian Prasangka Mahasiswa Jawa terhadap Etnis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kemampuan menerima dan mengolah informasi, usaha mental, serta hasil belajar siswa SMA dalam memahami