SKRIPSI
Diajukan oleh :
0613010167/FE/EA
RENI RISTIANA CHOIRIAH
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan oleh :
0613010167/FE/EA
RENI RISTIANA CHOIRIAH
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
i
hidayah, dan karuniaNya yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN (Studi Kasus Pada Pengusaha Counter Pulsa Bedjo Cell Di Tuban).”
Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya.
ii
dengan kesabaran dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk yang sangat berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Ibu Dra. Anik Yuliati, Ec, M.Aks selaku Dosen Wali yang telah memberi bantuan dan nasihat.
7. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
8. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.
9. Mbak Dian, mbak Yanti, dan adik Devia, Sulis, Hanum, Wulan, Evi, Cahyo, Husni, Pungky, dan Ambarowo yang telah banyak membantu proses dalam mengerjakan skripsi dan selalu memotivasi penulis untuk tetap belajar.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, Juli 2010
iii
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Fokus Penelitian... 7
1.3. Perumusan Masalah... 8
1.4. Tujuan Penelitian... 8
1.5. Manfaat Penelitian... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Review Penelitian Terdahulu... 11
2.2. Landasan Teori... 15
2.2.1. Pengertian akuntansi... 15
2.2.2. Sistem Informasi akuntansi... 17
2.2.3. Pengertian Industri Kecil... 20
2.2.4. Kewirausahaan (Spirit of Entrepreneurship)... 22
2.2.5. Perlakuan Akuntansi untuk Industri Kecil... 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 33
3.2. Alasan Ketertarikan Penulis (Acknowledge)... 36
iv
3.7. Pengujian Kredibilitas Data... 44
BAB IV DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 4.1. Pendahuluan... 46
4.2. Sejarah Ponsel Di Indonesia... 48
4.3. Perkembangan Telekomukasi di Indonesia... 51
4.4. Permasalahan yang terjadi pada usaha counter pulsa... 55
4.5. Pencatatan keuangan usaha... 57
4.6. Penentuan tarif pulsa yang ditawarkan counter... 59
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Pemahaman Pengusaha Counter Pulsa Mengenai Pencatatan Keuangan usaha... 61 5.2. Pencatatan Keuangan Sebagai Bentuk Fungsi Kontrol keuangan Perusahaan... 64 5.3. Pentingnya Menjaga Relasi dengan Pelanggan... 65
5.4. Pengelolaan Kembali Modal Usaha... 67
5.5. Jenis Transaksi Di Counter Pulsa... 68
5.6. Pemeriksaan Terhadap Transaksi... 69
5.7. Promosi yang Digunakan Untuk Menarik Pelanggan... 70
v
Oleh :
Reni Ristiana Choiriah
Abstrak
Usaha counter pulsa setiap tahun makin banyak diminati sebagai pilihan usaha yang menguntungkan kondisi ini terlihat dari perkembangan telekomunikasi. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan masuknya berbagai macam teknologi mulai dari teknologi komunikasi, industri, sampai dengan teknologi pangan. Salah satu bentuk nyata kecanggihan teknologi komunikasi adalah tersedianya jasa komunikasi melalui handphone yang mana semua orang dapat dengan mudah menggunakan dan mengakses fasilitasnya. Handphone telah digunakan hampir oleh seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat kalangan atas maupun masyarakat kalangan menengah ke bawah. Bahkan tidak hanya orang tua yang dapat menggunakan handphone, tetapi anak yang masih duduk di bangku SD pun banyak yang telah menikmati fasilitas tersebut. Semakin maraknya penggunaaan
handphone, semakin marak pula kebutuhan akan pulsa. Maka dari itu counter
pulsa merupakan peluang usaha yang menjanjikan untuk masa depan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui penerapan pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan dan untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman pengusaha counter pulsa Bedjo Cell terhadap akuntansi. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif untuk menggali dan menjelaskan penerapan pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan.
Berdasarkan observasi bahwa ditemukan adalah pengusaha dapat melakukan pencatatan keuangan tersebut sesuai dengan pengetahuannya dan pemahamannya sendiri. Pengusaha membuat catatan laporan keuangan usahanya tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, hal tersebut dilakukan karena mereka masih berpikir bagaimana usaha mereka bertahan dan untuk berkembang serta menambah pendapatan mereka.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perekonomian 2010 akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan politik. Pemberlakuan ACFTA menjadi ancaman yang sangat serius bagi pelaku usaha dan akan berpengaruh kepada seberapa besar prospek dari setiap peluang usaha yang akan menjadi primadona dimasa yang akan datang. Dengan melihat kodisi ini maka akan banyak bermunculan peluang usaha baru yang akan menandai kebangkitan pasar lokal, dengan syarat kreatif memanfaatkan kesempatan yang ada.
terus menerus sejak awal dekade 1970-an sampai 1997 (Syafrizal dalam Kuncoro dan Supomo, 2003).
Serta harapan untuk diterima di dunia kerja tentunya tidaklah keliru, namun tidak dipungkiri bahwa kesempatan kerja pun sangat terbatas dan tidak berbanding linear dengan lulusan lembaga pendidikan baik dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi. Oleh sebab itu semua pihak harus berpikir dan mewujudkan karya nyata dalam mengatasi kesenjangan antara lapangan kerja dengan lulusan institusi pendidikan.
Kesenjangan ini merupakan penyebab utama peningkatan angka pengangguran. Sedangkan pengangguran adalah salah satu permasalahan pembangunan yang sangat kritis khususnya di negara Indonesia termasuk di daerah-daerah pelosok nusantara. Salah satunya adalah dengan mengembangkan keterampilan menjadi usaha mandiri yang akan mendatangkan berkah bagi orang lain yang direkrut sebagai karyawan ataupun buruh pada usaha yang dirintisnya.
juga untuk mengabdi kepada bangsa dan negara dengan menciptakan lapangan pekerjaaan bagi orang lain.
Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan masuknya berbagai macam teknologi mulai dari teknologi komunikasi, industri, sampai dengan teknologi pangan. Salah satu bentuk nyata kecanggihan teknologi komunikasi adalah tersedianya jasa komunikasi melalui handphone, yang mana semua orang dapat dengan mudah menggunakan dan mengakses fasilitasnya. Handphone telah digunakan hampir oleh seluruh lapisan masayarakat, baik masyarakat kalangan atas maupun masayarakat kalangan menengah ke bawah. Bahkan tidak hanya orang tua yang dapat menggunakan handphone, tetapi anak yang masih duduk di bangku SD pun banyak yang telah menikmati fasilitas tersebut.
Semakin maraknya penggunaaan handphone, semakin marak pula kebutuhan akan pulsa. Maka dari itu pulsa merupakan peluang usaha yang menjanjikan untuk masa depan. Pulsa adalah biaya yang dikeluarkan untuk telepon.
Counter pulsa merupakan salah satu contoh industri kecil rumah tangga yang jenis usahanya adalah menawarkan jasa pengiriman pulsa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Hal ini ditunjang dengan pesatnya telekomunikasi yang terjadi saat ini.
telekomunikasi yang merupakan bagian dari teknologi informasi dan komunikasi ini mampu memberikan kontribusi hingga 1,8 persen terhadap produk domestik (Sinaga : 2008).
Kebutuhan akan komunikasi juga mengalami perkembangan yang sangat pesat dan menunjukkan perkembangan yang merata di semua lapisan masyarakat. Kenyataan yang terjadi 75% penduduk Indonesia telah memanfaatkan telepon seluler sebagai sarana berkomunikasi baik untuk menjalin silaturahmi maupun berbisnis. Otomatis kebutuhan transaksi pulsa masyarakat semakin tinggi, bahkan kebutuhan akan transaksi pulsa melebihi kebutuhan bahan bakar kendaraan dan rumah tangga. Dengan melihat kondisi di atas, persaingan bisnis pulsa saat ini semakin ketat. Banyak counter pulsa bermunculan dengan menawarkan harga yang bervariasi, dan cenderung menawarkan harga yang menarik untuk mendapatkan pelanggan. Komunikasi merupakan kebutuhan sekunder yang pemenuhannya akan terwujud jika kebutuhan primer telah terpenuhi dengan baik, dan kebutuhan sekunder ini mempunyai sifat untuk menunjang kebutuhan primer.
Melihat kondisi saat ini dengan adanya perlusaan counter pulsa, maka hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan manusia untuk saling berkomunikasi satu sama lain sangatlah penting.
Counter pulsa merupakan peluang usaha yang mengutamakan letak dan strategis untuk mendapatkan keuntungan yang sebanding dengan menggunakan modal yang dikeluarkan. Semakin banyaknya usaha ini maka proses persaingan diantaranya semakin berkembang, dimana jenis dari counter pulsa tersebut dibedakan melalui jasa yang ditawarkan diantaranya adalah untuk jasa pengisian pulsa elektrik, pulsa fisik, jasa penjualan kartu perdana dan jasa keagenan pulsa. Dengan kata lain counter pulsa dapat dikategorikan sebagai suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang atau jasa (output) bagi pelanggannya. (Warren & Reeve, 2005 : 16)
Saat ini banyak sekali counter pulsa yang bangkrut. Hal ini disebabkan banyaknya persaingan yang terjadi dalam usaha tersebut serta pelayanan dan sistem pengelolaan keuangan yang kurang baik.
Berdasarkan fenomena dilapangan menunjukkan bahwa pelaku pengusaha counter pulsa belum memahami tentang pencatatan akuntansi yang baik dan benar, mereka menganggap pencatatan tersebut terlalu rumit untuk dilaksanakan dan hanya melakukan pencatatan yang sangat sederhana dan melakukan perhitungan secara kasar. Adanya pencampuran antara pencatatan keuangan usaha pulsa dengan usaha yang lainnya.
bahwa para pengusaha kecil tidak memiliki pencatatan dan pembukuan bagi kelangsungan usahanya. Pengusaha kecil memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting untuk diterapkan.
Menurut Sutojo, (1994:20) industri kecil masih menghadapi berbagai masalah antara lain :
a. Tidak adanya atau kurang akuratnya perencanaan penganggaran tahunan, terutama kas.
b. Tidak sedikit dari mereka yang tidak memiliki catatan harga pokok produksi yang baik.
c. Perhitungan yang dilakukan secara kasar dalam penentuan harga jual, misalnya hanya mencatat pengeluaran untuk bahan baku dan tenaga kerja.
d. Banyak diantara mereka yang tidak atau belum mengerti tentang pencatatan keuangan atau akuntansi
Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Magginson et al., 2000 dalam Pinasti 2007). Informasi akuntansi keuangan berhubungan dengan data akuntansi atas transaksi-transaksi dari suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang usaha jasa, dagang, maupun usaha industri, agar informasi tersebut disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
kecil melakukan usaha tersebut dengan seadanya karena adanya anggapan kegiatan tersebut terlalu menyulitkan. Jika mereka mengerti pencatatan dan pengikhtisaran transaksi sesuai dengan ketentuan dan penafsiran suatu transaksi maka mereka dapat bertindak sesuai dengan ketentuan atau aturan dalam mengukur, prosedur mengumpulkan, dan melaporkan informasi yang berguna tentang kegiatan dan tujuan yang menyangkut keuangan dalam suatu organisasi (Sumadji dalam Widyanto, 2009)
Dari uraian diatas jelas bahwa pengusaha kecil masih banyak mengalami kesulitan dalam memahami informasi keuangan dengan baik. Semakin ketatnya persaingan bisnis dalam era globalisasi ekonomi, hanya perusahaan yang memiliki berbagai keunggulan kompetitif yang mampu memenangkan persaingan. Oleh karena itu, peneliti mengangkat tema tentang industri kecil rumah tangga pada counter pulsa agar para pengusaha kecil dapat menangani permasalahan yang berkaitan dengan pencatatan keuangan yang sesuai dengan ketentuan akuntansi sehingga usaha mereka dapat bertahan dan terus berkembang yang tentunya hal tersebut dapat meningkatkan perekomian rakyat Indonesia.
1.2. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, hal-hal yang menjadi fokus penelitian sebagai berikut :
2. Jenis transaksi dicounter pulsa Bedjo Cell
3. Biaya promosi yang dilakukan untuk menarik pelanggan
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan. Maka perumusan masalah yang dapat dibuat, yaitu: Bagaimana penerapan pencatatan keuangan dalam industri kecil rumahan pada counter pulsa?
Untuk lebih detail memecahkan permasalahan peneliti diatas, peneliti menampilkan dalam beberapa pertanyaan pendukung pada Tabel 1.1. Main Research Question
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan dan untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman pengusaha counter pulsa Bedjo Cell terhadap akuntansi.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan : 1. Bagi Industri Kecil Rumahan
meningkatkan mutu pelayanan yang ditawarkan, dan diharapkan pengelola dapat mengelola unit usaha menjadi lebih profesional. 2. Bagi Universitas
Memperbanyak kasanah ilmiah pada perpustakaan UPN “VETERAN” JATIM sehingga dapat digunakan referensi bagi mahasiswa lain yang sedang melakukan penelitian dengan topik yang sama.
3. Bagi Peneliti
11
2.1. Hasil - Hasil Penelitian Terdahulu
Dalam menunjang penelitian ini, maka didukung oleh penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penulis :
1. Sugeng Widodo (2007)
“Variabel yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil di
Kabupaten Gresik Jawa Timur”
a. Permasalahan :
1) Apakah jumlah investasi, jumlah tenaga kerja, dan jumlah
industri kecil berpengaruh terhadap pendapatan industri kecil
didaerah Gresik?
2) Manakah variabel-variabel diatas yang paling berpengaruh
terhadap industri kecil didaerah gresik?
b. Tujuan :
1) Untuk menguji jumlah pengaruh investasi, jumlah tenaga
kerja, dan jumlah indusri kecil didaerah gresik.
2) Untuk menguji faktor-faktor apa yang paling berpengaruh
c. Kesimpulan :
1) Investasi pada industri kecil mempengaruhi pendapatan di
Gresik, apabila tidak diikuti dengan kebijakan pemda setempat
berupa kebijakan riil terhadap pembukaan lapangan kerja dan
sektor riil secara bersamaan.
2) Lapangan kerja dari sektor industri kecil tidak mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan di kabupaten Gresik secara
mandiri.
3) Jumlah industri kecil yang beroperasi tidak mempengaruhi
perubahan di kabupaten Gresik.
4) Dari ketiga variabel yaitu, investasi, tenaga kerja, jumlah
industri kecil secara serempak baru mempunyai pengaruh bila
ketiganya diterapkan secara bersamaan.
2. Margani Pinasti (2007)
“Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntansi
Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi Suatu
Riset Eksperimen”
a. Permasalahan :
Apakah penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi
berpengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi
b. Tujuan :
Untuk menguji pengaruh penyelenggaraan dan penggunaan
informasi akuntansi terhadap persepsi pengusaha kecil atas
informasi akuntansi, melalui metode experimen.
c. Kesimpulan :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan dan
penggunaan informasi akuntansi terbukti secara empiris dalam
riset eksperimen ini mempunyai pengaruh terhadap persepsi
pengusaha kecil atas informasi.
3. Herri dan Irda (2005)
“Sifat Kewirausahaan dan Prestasi Usaha Kecil dan Menengah
Sumatra Barat”
a. Permasalahan :
1) Adakah pengaruh karakteristik enterpreneurial dan perusahaan
terhadap prestasi UKM Sumatra barat?
2) Adakah UKM yang prestasi tinggi memiliki karakteristik
enterpreneurial UKM yang berbeda dibanding UKM yang
b. Tujuan :
1) Untuk mengetahui secara empiris karakteristik jiwa
kewirausahaan manajer/pemilik dan karakteristik UKM di
Sumatera Barat.
2) Untuk mengidentifikasi hubungan antara karakteristik
entrepreneurial dan perusahaan terhadap prestasi UKM.
3) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan karakteristik antara
UKM yang berprestasi tinggi dengan yang berprestasi rendah.
c. Kesimpulan :
1) Modal dasar pendirian UKM umumnya berasal dari tabungan,
hal ini bisa menunjukkan bahwa terbatasnya modal usaha
dalam membuka usaha. Oleh karena itu untuk mendorong
lahirnya pengusaha atau enterpreneur maka tidak hanya
diperlukan rangsangan peningkatan jiwa tetapi juga skim
pembukaan usaha baru oleh pengambil kebijakan.
2) Walaupun tidak ditemui adanya pengaruh perluasan daerah
pemasaran dengan prestasi UKM. Namun terlihat adanya
kecenderungan bahwa UKM yang memasarkan produknya
pada lingkup pasar yang lebih luas seperti keluar provinsi dan
ekspor memiliki prestasi yang lebih tinggi dibanding UKM
Penelitian terdahulu yang telah diulas memiliki kesamaan dalam
bentuk metodologinya, yaitu penelitian-penelitian tersebut menggunakan
metode penelitian kuantitatif. Penelitian yang dilakukan sekarang ini
berbeda dengan penelitian terdahulu, yaitu terletak pada waktu, sample,
dan metodologi penelitian, oleh karena itu, penelitian sekarang bukan
replikasi dari peneliti terdahulu.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Akuntansi
Akuntansi telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli dan
beberapa lembaga terkait, menurut Yadiati (2007 : 1) definisi tersebut
antara lain :
1. Accounting Principle Board (APB) dalam statement No. 4 disebut :
Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa (service activity) fungsinya
adalah untuk memberikan informasi kualitatif, terutama yang bersifat
finansial, tentang entitas-entitas ekonomi yang dianggap berguna
dalam pengambilan keputusan ekonomi, dalam penentuan pilihan
logis diantara tindakan alternatif.
2. American Institute Of certified Public Accountats (AICPA) dalam
Akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokam dan pengikhtisaran
dengan cara yang berarti atas semua transaksi dan kejadian yang
bersifat keuangan, serta penafsiran hasil-hasilnya.
3. Paul Grady dalam ARS No. 7 AISPA, 1965, mendefinisikan :
Akuntansi merupakan suatu Body Of Knowledge serta fungsi
organisasi yang secara sistematik, orisinil dan autentik, mencatat,
mengklasifikasikan, memproses, mengikhtisarkan, menganalisis,
mengiterpretasikan seluruh transaksi dan kejadian serta karakter
keuangan yang terjadi dalam operasi entitas akuntansi dalam rangka
menyediakan informasi yang berarti dibutuhkan oleh manajemen
sebagai laporan dan pertanggungjawaban atas kepercayaan yang
diterima.
4. Kieso and Weygandt, menyatakan :
Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan,
mencatat dan mengomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu
organisasi kepada pihak yang berkepentingan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa definisi yang
pertama akuntansi sebagai alat untuk penyediaan informasi. Definisi kedua
sebagai seni untuk mencatat, mengelompokkan dan mengikhtisarkan,
sampai pada seni menafsirkan hasil dari transaksi keuangan. Yang ketiga
sebagai body of knowledge. Yang keempat sebagai sebuah sistem yang
2.2.2. Sistem Informasi Akuntansi
a. Pengertian sistem
Menurut Widjajanto (1989 : 1) sistem adalah suatu kesatuan yang
terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi dengan maksud
untuk mencapai suatu tujuan tertentu,
sedangkan menurut Mulyadi (2001 : 2) suatu sistem pada
dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan dengan satu
dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama sama untuk mencapai
tujuan tertentu.
Disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok komponen yang
saling berkaitan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk
mencapai tujuan.
b. Pengertian Informasi
Informasi pada dasarnya tidak sama dengan data. Menurut
Cushing (1989 : 11), data dapat terdiri dari sekumpulan karakter yang
diterima sebagai input terhadap suatu sistem informasi dan disimpan
serta diolah. Informasi diartikan sebagai output pengelolaan data yang
terorganisir dan berguna bagi orang yang menerimanya. Sedangkan
menurur Wilkinson (1993 : 3), data adalah fakta, angka, bahkan simbol
mentah. Secara bersama-sama mereka merupakan masukan bagi suatu
ditansformasi adalah pengetahuan yang berarti dan berguna untuk
mencapai sasaran.
Jadi informasi merupakan kumpulan dari data yang telah diolah
sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Biasanya data belum dapat
digunakan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan oleh
pihak manajemen. Sehingga agar dapat berguna bagi pemakainya data
harus diproses sehingga dapat menghasilkan output yang berupa
informasi
c. Sifat-Sifat Informasi
Menurut Wilkinson (1993 : 121) sifat-sifat informasi yang
penting meliputi hal-hal berikut :
1. Relevansi
Hubungan antara informasi dan situasi keputusan, serta dengan
sasaran perusahaan.
2. Kuantifiabilitas
Sejauhmana informasi dapat dikuantifikasikan (dinyatakan dalam
bentuk numerik)
3. Akurasi
Keandalan dan kepresisisan informasi
4. Kepadatan
5. Ketepatan waktu
Keyakinan informasi
6. Cakupan
Rentang yang dicakup oleh informasi
d. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
Sebagai sistem informasi, akuntansi diperlukan oleh berbagai
pihak, baik dalam kalangan intern maupun dari luar organisasi yang
menyelenggarakan akuntansi tersebut.
Secara garis besar (Weygandt, et al., 2007 : 6) pihak-pihak
tersebut adalah :
1. Pengguna internal, yaitu manajer yang merencanakan,
mengorganisasikan dan megelola suatu bisnis.
2. Pengguna eksternal, yaitu :
a) Investor, menggunakan informasi akuntansi guna membuat
keputusan untuk membeli, menahan, atau menjual sahamnya.
b) Kreditor, seperti pemasok dan bankir menggunakan informasi
akuntansi guna mengevaluasi risiko pemberian kredit atau
pinjaman.
c) Badan Perpajakan, Amerika seperti Internal Revenue Service
(IRS), ingin mengetahui apakah perusahaan telah mematuhi
d) Pelanggan, akan tertarik dengan apakah sebuah perusahaan
tetap harus menghargai jaminan dan dukungan produk atas
lini-lini produknya.
e) Serikat pekerja, ingin mengetahui apakah pemilik dapat
membayar kenaikan upah dan tunjangan.
f) Perencanaan ekonomi, menggunakan informasi akuntansi
untuk meramalkan aktivitas perekonomian.
2.2.3. Pengertian Industri Kecil
Sadli (1979) dalam Widyanto (2009), menyatakan industri
merupakan kumpulan dari perusahaan yang memproduksi barang,
sedangkan Winardi berpendapat (1980) Industri sebagai usaha produktif
terutama dalam bidang produksi atau perusahaan-perusahaan, misalnya
transportasi dan perhubungan yang menggunakan modal tenaga kerja
dalam jumlah yang besar.
Anonim (1984) dalam Wibowo (2005), yang dimaksud industri
adalah sebagai suatu usaha dalam proses produksi yang didalamnya ada
proses bentuk dan barang, dalam proses produksi ini faktor alam dan juga
misi dari teknologi yang dipergunakan mengarah pada misi pemerataan
dan penerapan teknolodi madya atau sederhana serta bersifat padat karya.
Sesuai dengan pasal 1 dan ayat 5 Undang-Undang Tentang Usaha
dengan isi pasal 1 ayat 1 UU.No.0/1995 disebutkan : usaha kecil adalah
kegiatan ekonomi rakyat yang berskala dan memenuhi kriteria kekayaan
bersih atau penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang. (Marbun, 1996 : 2).
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DESPERINDAG)
mengelompokkan perusahaan industri sesuai dengan ciri khusus yang
dimilikinya, yang dapat ditinjau dari besarnya investasi, teknologi yang
digunakan, dan besarnya jumlah tenaga kerja. Adapun
pengelompokkannya terdiri atas :
1. Industri Besar
Industri besar adalah perusahaan industri yang dapat
diklasifikasikan sebagai perusahaan besar apabila investasi/ modal
untuk mesin-mesin dan peralatan adalah Rp 500 juta keatas,
sedangkan tenaga kerja yang digunakan adalah 100 orang atau
lebih dan pemiliknya adalah warga negara Indonesia.
2. Industri Menengah
Industri menengah adalah perusahaan industri yang diklasifikasikan
sebagai perusahaan sedang atau menengah apabila memenuhi
syarat sebagai berikut: investasi/modal untuk peralatan dan
mesin-mesin nilainya berkisar antara Rp 200 juta sampai Rp 500 juta.
Sedangkan tenaga kerja yang digunakan berkisar anatara 20 orang
3. Industri Kecil
Industri kecil adalah perusahaan industri yang dapat
diklasifikasikan ke dalam perusahaan kecil jika nilai
investasi/modal untuk membeli peralatan dan mesin-mesin berkisar
antara Rp 50 Juta sampai Rp 200 Juta dan pemilik usaha adalah
warga negara Indonesia, sedangkan jumlah tenaga kerja yang
dipakai berkisar antara 5 orang sampai 19 orang
4. Industri / Kerajinan Rumah Tangga
Industri kecil adalah perusahaan industri yang dapat
diklasifikasikan ke dalam Kerajinan Rumah Tangga jika nilai
investasi / modal yang digunakan untuk peralatan dan mesin-mesin
sama dengan jumlah atau nilai yang digunakan industri kecil atau
bahkan tidak menggunakan modal sama sekali dan pemilik usaha
biasanya adalah kepala keluarga (Bapak atau Ibu), sedangkan
jumlah tenaga kerja yang dipakai berkisar antara satu orang sampai
lima orang dan pada umumnya adalah anggota keluarga
Pengertian industri kecil menurut biro pusat statistik (anonim
1994 : 90) adalah perusahaan yang menggunakan jumlah tenaga kerja 5
sampai 19 orang pekerja.
Pengertian industri kecil menurut Mintzberg (1992), yaitu
merupakan organisasi yang memiliki entreprenual organization dengan
karakteristik khas, tanpa kolaborasi, tanpa staf yang berlebihan,
pembagian kerja yang kendur, memiliki hierarki manajemen yang kecil,
sedikit aktivitas, yang diformalkan, sangat sedikit yang menggunakan
proses perencanaan, jarang mengadakan pelatihan untuk karyawan,
pengusaha sering sulit membedakan antar asset pribadi dan perusahaan,
sistem akuntansi kurang baik dan bahkan sering tidak memilikinya, dan
pengusaha mempunyai sifat dalam menghadapi investasi hampir sama
dengan perorangan, pendapat ini didukung oleh Huib Poot et al. (dalam
Sirat ,2002) yaitu :
Small scale industry plays an important role in the process of
industrialization from a number of different perspective. It employs the
majority of the workers in the industrial labor force and trough its labor
intensive nature, also has a great potential of new employment creation.
Moreover, small scale industry is regionally highly dispersed, playing
important role in the runal sector. Many small scale industries have
strong ties wits the agricultural sector and are in highly dependennton
domestic resources.
Pernyataan di atas secara implisit menunjukkan karakteristik,
struktur industri, intensitas faktor produksi, tenaga kerja, produktivitas,
maupun kebijakan dan strategi industri kecil. Perusahaan industri kecil,
pada umumnya menjalankan kegiatan usahanya dengan memiliki
dan terbatas, kurang menguasai teknologi, tenaga kerja yang dipekerjakan
dengan sebagian besar terdiri dari kalangan anggota keluarga.
2.2.4. Kewirausahaan (Spirit of Entrepreneurship)
Menurut Kotler (1997: 28) pasar berubah luar biasa sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Setiap perusahaan harus
selalu berorientasi ke pasar agar tidak mati. Perusahaan yang mati adalah
perusahaan yang tidak memberi apa yang siap dibeli orang. Oleh karena
itu perusahaan dapat meningkatkan pendapatan bila memiliki visi yang
berorientasi kebutuhuan masyarakat sehingga merupakan peluang
menghasilkan nilai yang dapat dipasarkan (marketable value) yaitu
barang dan jasa yang mau dibeli orang.
Tantangan yang dihadapi setiap organisai adalah perubahan yang
tidak pernah berakhir. Perubahan merupaka fenomena kehidupan yang
mengharuskan setiap organisasi bahkan setiap manusia untuk mempunyai
kemampuan dan daya penyesuaian yang tinggi terhadap segala bentuk
kemungkinan terjadinya perubahan akibat munculnya produk dan jasa
sebagai pemenuhan manusia. Seperti yang dikatakan oleh Kao (2001: 1)
Nothing living can be static.
Kao (2001: 23) berpendapat perusahaan kecil dalam
mengembangkan usahanya perlu menggunakan strategi yang disebut
terdapat strategi objektif dan fundamental agar perusahaan dapat terus
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Seorang pengusaha dalam melaksanakan kegiatannya haruslah
memiliki semangat kewirausahaan yang berkaitan dengan mental manusia
yaitu optimis, percaya diri, determinan, dan fleksibel. Menurut Kao
(2001: 30) menyatakan individu yang dapat mengkombinasikan resiko,
inovasi, keahlian dan seni sehingga menciptakan bentuk organisasi baru,
sebagai team dalam menciptakan produk dan jasa baru, metode produksi
baru, pasar-pasar baru, bahan baku baru ataupun bisnis baru sehingga ia
merupakan orang bertanggung jawab terhadap perubahan dan inovasi
bagi perusahaannya.
Semangat wirausaha yang harus dimiliki adalah dapat
menyesuaikan perusahaan terhadap situasi yang terus berubah-ubah
karena berorientasi ke depan, bermotivasi tinggi, percaya diri, dan dapat
fleksibel terhadap situasi dan kondisi serta memiliki perencanaan dalam
menjalankan usahanya.
2.2.5. Perlakuan Akuntansi untuk Perusahaan Industri Kecil
Perlakuan akuntansi untuk perusahaan industri kecil sebenarnya
tidak berbeda dengan perlakuan akuntansi untuk jenis perusahaan
lainnya, dimana perlakuannya harus sesuai dengan peraturan yang
sesuai dengan PSAK yang berlaku, dimana menurut PSAK dalam
penyajiannya setiap pelaporan keuangannya harus memenuhi
komponen-komponen sebagai berikut (PSAK 2007: 3), yaitu:
1. Neraca
Dalam Neraca ini perusahaan menyajikan aktiva lancar terpisah
dari aktiva tidak lancar dan kewajiban jangka pendek terpisah dan
kewajiban jangka panjang kecuali untuk industri tertentu yang
diatur dala SAK khusus. Aktiva lancar disajikan menurut ukuran
likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh
temponya.
Perusahaan harus mengungkapkan informasi mengenai jumlah
setiap aktiva yang akan diterima dan kewajiban yang akan
dibayarkan dan sesudah dua belas bulan dari tanggal neraca.
2. Laporan laba-rugi
Adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan
dan biaya-biaya dari suatu usaha periode tertentu. Tujuan utama
perusahaan adalah mendapatkan laba. Laporan laba rugi disusun
dengan maksud untuk menggambarkan operasi perusahaan dalam
suatu periode waktu tertentu.
Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang
menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan
Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut :
a. pendapatan
b. laba rugi usaha
c. beban pinjaman
d. bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang
diberlakukan menggunakan metode ekuitas
e. beban pajak
f. laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan
g. pos luar biasa
h. hak minoritas
i. laba atau rugi bersih untuk periode berjalan
Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan laporan laba rugi
apabila diwajibkan oleh Pernyataan Akuntansi Keuangan atau
apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja
perusahaan secara wajar.
3. Laporan perubahan ekuitas
Adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai
perubahan modal perusahaan akibat operasi perusahaan pada satu
periode tertentu.
Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai
komponen utama laporan keuangan , yang menunjukan :
b. setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian
beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui
secara langsung dalam ekuitas
c. pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan
perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait.
d. transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik
e. saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode
serta perubahannya; dan
f. rekonsiliasi antara nilai tecatat dari masing-masing jenis modal
saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang
mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
4. Laporan arus kas
Laporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam Pernyataan Standar akuntansi Keuangan terkait.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
pemakaian dalam pengambilan keputusan.
5. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis.
harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas
laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan :
a. informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap
peristiwa dan transaksi yang penting;
b. informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan
laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas;
c. informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan
keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara
wajar
Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti
laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value
added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor
lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang
menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang
memegang peranan penting (PSAK 2007 : 1.2), sedangkan untuk industri
yang berjenis kecil apabila belum ada pengaturan di dalam PSAK, maka
menajemen menggunakan pertimbangannya untuk menetapkan kebijakan
laporan keuangan, dalam melakukan pertimbangan tersebut manajemen
memperhatikan :
a. persyaratan dan pedoman Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan yang mengatur hal-hal yang mirip dengan masalah
terkait.
b. definisi, kriteria pengakuan dam pengukuran aktiva, kewajiban,
penghasilan dan beban yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan; dan
c. pernyataan yang dibuat oleh badan pembuat standar lain dan
praktek industri yang lazim sepanjang konsisten dengan huruf
a dan b paragraf ini.
Manajemen juga harus menetapkan kebijakan untuk memastikan
bahwa laporan keuangan menyajikan informasi sebagai berikut :
a. relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan untuk
mengambil keputusan; dan
b. dapat diandalkan, dengan penngertian :
i. mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan posisi
keuangan perusahaan.
ii. Menggambarkan subtansi ekonomi dari suatu kejadian atau
transaksi dan tidak semata-mata bentuk hukumnya.
iii. Netral, yaitu bebas dari keberpihakan.
v. Mencakup semua hal yang material.
Untuk pelaporan laba-rugi pada perusahaan kecil, rincian yang
pertama disajikan dengan metode beban. Beban disajikan dalam laporan
laba rugi sesuai dengan sifatnya (contoh: penyusutan, pembelian bahan
baku, beban transportasi, gaji, upah, dan beban iklan) dan tidak
dialokasikan menurut berbagai fungsi dalam perusahaan. Metode ini
sederhana dan cocok diterapkan pada perusahaan kecil sebab tidak perlu
dialokasikan menurut berbagai fungsi dalam perusahaan.
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2008,
Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil. Pemisahan tugas yang terbatas harus
dilakukan khususnya dalam lingkungan pemakai komputer, dikarenakan
mereka dapat melakukan satu atau lebih fungsi akuntansi seperti :
a. Membuat dan mengotorisasi dokumen sumber
b. Memasukkan data ke dalam sistem
c. Menjalankan komputer
d. Mengubah program dan data file
e. Menjalankan / mendistribusikan keluaran ;
dan / atau
f. Mengubah sistem operasi
Hal-hal yang disebutkan di atas adalah bukti bahwa pemisahan
tugas harus dilakukan walau terbatas, sehingga dapat menurunkan resiko
Kriteria kualitatif dalam laporan keuangan entitas bisnis kecil
menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2008, sebagai berikut :
a. Konsentrasi dari pemilik dan / atau manajemen senior
b. Sumber pendapatan (source of revenue) dan sumber
pendanaan (source of financing) yang terbatas
c. Pencatatan yang tidak terlalu kompleks / rumit
d. Pengendalian tingkat entitas yang tidak terlalu kompleks /
rumit
33
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Penelitian bertujuan untuk mngetahui pemahaman dan penerapan
pengelolaan keuangan bagi pelaku usaha industri kecil counter pulsa.
Dengan pendekatan ini peneliti berada dalam posisi tidak bisa mengontrol
objek penelitian. Penelitian ini memerlukan interaksi antara peneliti dengan
objek penelitian yang bersifat interaktif untuk memahami realitas objek.
Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, serta berusaha
memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya,
(Sugiyono,2005).
Adapun ciri-ciri Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif
adalah :
1. Sumber data bersifat ilmiah, artinya peneliti harus berusaha memahami
fenomena sosial secara langsung dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat.
2. Peneliti sendiri merupakan instrumen penelitian yang paling penting
3. Penelitian Kualitatif bersifat pemerian (deskriptif), artinya mencatat
secara teliti segala gejala (fenomena) yang dilihat dan didengar serta
dibacanya (via wawancara atau bukan, catatan lapangan, foto, video
tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dokumen resmi atau bukan,
dan lain-lain) dan peneliti harus membanding-bandingkan,
mengkombinasikan, mengabstrasikan, dan menarik kesimpulan.
4. Penelitian harus digunakan untuk memahami bentuk-bentuk tertentu
( shaping ), atau kasus (studi kasus)
5. Analisis bersifat Induktif
6. Di lapangan peneliti harus berperilaku seperti masyarakat yang
ditelitinya.
7. Data dan informan harus berasal dari tangan pertama
8. Kebenaran data harus dicek dengan data lain, misalnya dengan
dokumen, wawancara, observasi mendalam, dan lain-lain (data lisan
dicek dengan data tulis)
9. Orang atau sesuatu yang dijadiakan subjek penelitian tersebut partisipan
(buku dapat dianggap sebagai partisipan) dan konsultan serta teman
dapat dijadikan partisipan.
10. Titik berat perhatian harus pada pandangan emik, artinya peneliti harus
menaruh perhatian pada masalah penting yang diteliti dari orang yang
Dalam penelitian ini yang diamati adalah orang, yaitu pemilik dan
pegawai pada industri kecil rumahan berbentuk counter pulsa dengan
berbagai latar belakangnya. Terkadang para pemilik juga merangkap
sebagai kasir, namun tidak sedikit pula yang mempekerjakan orang lain
untuk bagian tersebut. Dalam posisi tersebut, kegiatannya berupa
mengerjakan tugas-tugas yang ada atau bahkan harus bisa menangani
permasalahan yang terjadi dalam counter pulsa tersebut. Oleh karena itu,
untuk posisi kasir, minimal pegawai mengerti bagaimana pencatatan
pemasukan yang diperoleh, terlebih jika sumber daya manusia yang berada
di dalam posisi ini mengerti tentang akuntansi. Interaksi dan komunikasi
antara pemilik dan pegawai dengan tempat atau lingkungan dimana unit
usaha tersebut berdiri (Place), kemudian berapa lama unit usaha tersebut
telah lama beroperasi akan menghasilkan suatu situasi sosial tertentu.
Dengan digunakan metode kualitatif maka data yang didapat akan
lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan
penelitian dapat dicapai. Penggunaan metode kualitatif ini, bukan karena
metode ini baru, tetapi permasalahan akan lebih tepat diperoleh datanya
dengan metode kualitatif. Dengan metode kuantitatif, hanya bisa diteliti
beberapa variabel saja, sehingga seluruh permasalahan yang telah
dirumuskan tidak akan terjawab dengan metode kuantitatif. Dengan metode
kuantitatif hanya dapat digali fakta-fakta yang bersifat empirik dan terukur.
3.2. Alasan Ketertarikan Peneliti (Acknowledge)
Alasan peneliti untuk meneliti tentang permasalahan ini adalah
pengalaman yang dialami sendiri oleh peneliti sehari-hari. Peneliti baru
merasakan perkembangan usaha tersebut pada tahun 2006. Dimana
masyarakat banyak yang menggunakan handphone untuk berkomunikasi,
dan membutuhkan pulsa sebagai media untuk berkomunikasi. Usaha counter
pulsa merupakan usaha yang sangat mudah untuk dijalankan dan peluang
usaha yang menjanjikan untuk masa depan.
Counter pulsa merupakan peluang usaha yang mengutamakan letak
dan strategis untuk mendapatkan keuntungan yang sebanding dengan
menggunakan modal yang dikeluarkan. Semakin banyaknya usaha ini maka
proses persaingan diantaranya semakin berkembang, dimana jenis dari
counter pulsa tersebut dibedakan melalui jasa yang ditawarkan diantaranya
adalah untuk jasa pengisian pulsa elektrik, pulsa fisik, jasa penjualan kartu
perdana dan jasa keagenan pulsa.
Kebanyakan dari pengusaha kecil hanya mencatat jumlah uang yang
diterima dan dikeluarkan, jumlah barang yang dibeli dan dijual, dan jumlah
piutang / utang. Namun pencatatan itu hanya sebatas pengingat saja dan
tidak dengan format yang sesuai dengan standar akuntansi. Meskipun tidak
dapat dipungkiri mereka dapat mengetahui jumlah modal akhir mereka
setiap tahun yang hampir sama jumlahnya jika kita mencatat dengan sistem
Berbicara mengenai menjalankan usaha tentu banyak dimensi yang
terlibat dalam roda usaha tersebut, misalnya dimensi pemasaran, sumber
daya manusia, keuangan dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini akan
membahas dimendi keuangan tersebut, karena disadari atau tidak dimensi
keuangan sering tidak mendapat perhatian yang serius dan hanya
memperhatikan bagaimana mendapat untung yang sebanyak-banyaknya
tanpa memperhatikan cara mengolah uang hasil laba tersebut.
You won’t succeed at your business unless you raise enough money to
get started. Once you have enough money to begin operation, you must use
it wisely to stay in business (Stillman, 1983 : 95).
Masalah pengelolaan keuangan dari para usaha terganjal oleh masalah
sumber daya manusia perihal pengetahuan mereka mengenai akuntansi,
ilmu akuntansi dianggap suatu yang merepotkan dan sulit. Penelitian ini
juga akan mencari tahu pemahaman mereka mengenai pentingnya
pencatatan dan pelaporan keuangan.
Hal ini menimbulkan pertanyaan di dalam peneliti, yaitu bagaimana
pengusaha memahami pencatatan keuangan akuntansi didalam usaha
counter pulsa tersebut? bagaimana biaya yang digunakan untuk melakukan
promosi yang digunakan untuk menarik pelanggan?bagaimana jenis
transaksi yang dilakukan oleh counter pulsa tersebut?
Dengan penelitian ini peneliti berharap dapat mengetahui sampai
sebab pertanyaan yang ada didalam benak peneliti yang ada diatas erat
hubungannya dengan seni pencatatan bukti transaksi. Hal ini disebabkan
keadaan dilapangan yang dialami oleh peneliti ada ketidakmengertian akan
penggolongan akan transaksi dan ketidakjelasan mengenai bentuk
pencatatan keuangan yang dilakukan oleh counter pulsa tersebut, sehingga
peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat mengetahui dan
memudahkan peneliti untuk memahami bentuk pencatatan keuangan counter
pulsa tersebut.
3.3. Informan
Informan yang peneliti gunakan untuk mendapatkan informasi adalah
Bapak Sugiyono selaku pemilik usaha counter pulsa Bedjo cell, Saudara
Said adalah pengelola selaku orang menjaga usaha counter pulsa dan
sekaligus yang merangkap sebagai kasir yang masih merupakan saudara dari
Bapak Sugiyono. Selanjutnya informan dari pendamping adalah Bapak
Fajar. SE. Peneliti memilih orang-orang tersebut untuk dijadikan sebagai
informan dalam penelitian dikarenakan pekerjaan mereka berhubungan
dengan hal mengklasifikasikan, mencatat, mengikhtisarkan dan penafsiran
transaksi keuangan yang terjadi di unit usaha tersebut sebab hal-hal peneliti
sebutkan diatas adalah termasuk suatu informasi yang berguna bagi usaha
suatu aturan yang digunakan untuk mengukur kinerja dan kepuasan
pelanggan terhadap layanan yang ditawarkan.
3.4. Lokus Penelitian
Lokus yang digunakan untuk penelitian ini adalah counter pulsa di Jl.
Hayam Wuruk 408 Semanding Tuban, dengan nama usahanya adalah Bedjo
Cell. counter ini mulai beroperasi pada tahun 2005, latar belakang pendiri
dan pemilik usaha ini adalah seorang guru, yang kemudian usaha counter
pulsa tersebut dikelola oleh seorang wirausahan sejati, sebelum mengelola
usaha tersebut beliau pernah menjalankan usaha berdagang milik orang
tuanya. Beliau tertarik untuk mengembangkan usaha counter pulsa karena
melihat bahwa banyaknya masyarakat di lingkungan sekitar yang
menggunakan handpone serta adanya peluang bisnis yang menjanjikan
untuk masa depan.
3.5. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan sumber data yang diperlukan adalah :
1. Sumber data utama (primer)
Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber di
dalam perusahaan, seperti bukti pembukuan transaksi dan struktur
kepemilikan usaha
Sumber data kedua merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber
lain yang terkait dengan penelitian, yang diperoleh dari studi
kepustakaan, dengan menggunakan dokumentasi dan literatur-literatur
yang berkaitan dengan permasalahan.
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.Survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan penelitian
secara umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan sehingga masalah menjadi jelas. Dalam pengumpulan
data penelitian di survei pendahuluan ini ada dua proses yang kegiatan
yang dilakukan oleh peneliti yaitu :
a. Proses memasuki lokasi (getting in)
Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti
terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik
kelengkapan administratif maupun semua persoalan yang
berhubungan dengan setting dan subyek penelitian serta mencari
relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh
pendekatan formal dan informal serta menjalin interaksi dengan
informan.
b. Ketika berada dilokasi penelitian (getting along)
Ketika berada dilokasi penelitian, peneliti melakukan komunikasi
(informan). Hal ini dilakukan sebagai kunci sukses untuk mencapai
dan memperoleh akurasi dan komprehensivitas data penelitian.
2. Survei lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pendukung
yang akurat dan relevan, dilakukan dengan :
a. Wawancara secara informal maupun formal dengan pihak-pihak
yang terkait dengan unit usaha tersebut, dengan demikian peneliti
sebagai instrumen dituntut untuk membuat responden lebih terbuka
dan leluasa dalam memberikan informasi atau data.
Selain itu, wawancara tersebut dilakukan untuk mengemukakan
pengetahuan dan pengalaman pengusaha counter pulsa terutama
yang berkaitan dengan informasi. Wawancara berlangsung secara
diskusi, obrolan santai, spontanitas (alamiah) dengan subjek peneliti
sehingga dapat ditemukan jawaban terhadap permasalahan
penelitian. Wawancara diharapkan diharapkan berjalan dengan baik
(terbuka, santai, dan mengarah dalam menjawab permasalahan
penelitian).
b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen
yang terkait dengan penelitian.
c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data-data dari literatur yang
relevan dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan
d. Observasi, dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi partisipan
untuk mengamati kegiatan pencatatan dan pengelolaan keuangan dari
bisnis counter pulsa.
3.6. Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan
Huberman dan Spradley.
Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus pada setiap tahapan penelitian sampai tuntas, dan datanya
sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu :
1. data reduction (reduksi data),
data yang diperoleh dari lokasi penelitian data lapangan dituang kan
dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terperinci. Laporan
lapangan oleh peneliti direduksikan, dirangkum dan dipillih hal-hal
yang pokok. Difokuskan pada hal-hal yang penting kemudian dicari
tema atau polanya (melalui penyuntingan, pemberian kode, pentabelan).
Reduksi data ini dilakuakn terus menerus selama proses penelitian
berlangsung.
2. data display (penyajian data)
penyajian data dimaksudkan agar memudahkan peneliti untuk melihat
penelitian. Dengan kata lain merupakan pengorganisasian data kedalam
bentuk tertentu sehingga kelihatan dengan sosoknya yang lebih utuh.
3. conclusion drawing /verification.
Verifikasi data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan secara
terus-terus sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki
lapangan dan selama proses pengumpulan data. Peneliti berusaha untuk
menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu
dengan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering
timbul yang dituangkan dalam kesimpulan-kesimpilan tentative.
Dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi secara
terus-menerus. Baru ditarik kesimpulan yang bersifat grounded . dengan kata
lain setiap kesimpulan yang dibuat senantiasa terus menerus dilakukan
verifikasi selama penelitian berlangsung.
Selanjutnya menurut Spradley teknik analisis data disesuaikan dengan
tahapan dalam penelitian. Pada tahap penjelajahan dengan teknik
pengumpulan data grand tour question, analisis data dilakukan dengan
analisis domain. Pada tahap menentukan fokus analisis data dilakukan
dengan analisis taksonomi. Pada tahap selection, analisis data dilakukan
dengan analisis komponensial. Selanjutnya untuk sampai menghasilkan
3.7. Pengujian Kredibilitas Data
Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara
(Sugiyono, 2005):
1. Perpanjangan pengamatan
Penelitian ini diperpanjang sampai dua kali, karena pada periode I, data
yang diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel. Belum
memadai karena belum semua rumusan masalah dan fokus terjawab
melalui data, belum kredibel karena sumber data masih ragu-ragu dalam
memberikan data, sehingga data yang diperoleh pada tahap I ternyata
masih belum konsisten, masih berubah-ubah. Perpanjangan pengamatan
sampai dua kali maka data yang diperoleh dirasa telah jenuh.
2. Meningkatkan ketekunan
Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan
dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian dengan
cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya.
Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan sehingga peneliti dapat
memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang
diamati.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan
cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau
dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.
tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan
itu benar/dipercaya atau tidak.
3. Triangulasi
Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data, dan
waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang
sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Triangulasi sumber dilakukan dengan menanyakan
hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber
datanya adalah pemilik dan pegawai. Triangulasi waktu artinya
pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang,
dan sore hari. Dengan triangulasi dalam pengumpulan data tersebut,
maka dapat diketahui apakah narasumber memberikan data yang sama
atau tidak. Jika narasumber memberikan data yang berbeda, maka
46
4.1. Pendahuluan
Penelitian ini disusun dengan menggambil objek penelitian di counter
pulsa Bedjo Cell. Hal ini dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi dan
data yang lebih lengkap, lebih kredibel, lebih mendalam, kredibel, dan
bermakna sehingga peneliti merasa bahwa tujuan penelitian ini telah dicapai.
Dengan membahas permasalahan yang sama mengenai penerapan pencatatan
keuangan pada lokus ini, peneliti dapat mengkaji lebih dalam sejauhmana
pencatatan keuangan telah diterapkan pada unit usaha counter pulsa.
Counter pulsa yang menjadi lokus penelitian ini adalah counter pulsa
Bedjo Cell di jalan Hayam Wuruk no. 408 Semanding Tuban. Usaha yang
dimiliki oleh bapak Sugiyono berjumlah dua jenis, diantaranya adalah warung
internet Bejo net com dan counter pulsa Bedjo Cell. Bapak Sugiyono memilih
nama Bedjo karena Bedjo dalam bahasa jawa artinya adalah beruntung maka
pemilik berharap mengambil nama Bedjo tersebut untuk mendapat
keberuntungan, dan merupakan nama yang mudah diingat oleh orang, nama
yang aneh dan terkadang bikin orang tertawa karena nama yang dipakai
merupakan nama yang lucu lain dengan nama-nama yang yang digunakan
Awal memulai usaha counter pulsa pada tahun 2005. Pendirian ini
dilatarbelakangi dengan mengetahui usaha counter didesa setempat masih
sedikit minimal satu counter dan melihat bahwa banyak masyarakat yang
menggunakan handphone dan melihat itu pemilik melihat ini adalah peluang
usaha yang bagus. Sebelumnya Bapak Sugiyono memang tidak percaya pulsa
akan menjadi kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat karena handphone pada
waktu itu masih menjadi barang mewah yang tidak banyak dimiliki oleh
masyarakat.
Tapi sejalan dengan kemajuan telekomunikasi dan perkembangan
zaman mengakibatkan kebutuhan pulsa semakin meningkat. Dengan
ketekunan bapak Sugiyono maka usaha counter yang dijalankan sekarang
menjadi usaha yang maju. Usaha tersebut bertujuan Untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan pulsa dan untuk menambah pendapatan keluarga
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berikut pemaparan informan Sugiyono :
“Pada tahun 2005 mengetahui usaha counter didesa setempat masih sedikit minimal satu counter dan melihat bahwa banyak orang yang menggunakan hp dan melihat itu saya melihat ini adalah peluang usaha yang bagus.”
Selain usaha counter bapak Sugiyono juga mempunyai usaha warung
internet yang berdiri tahun 2009 yang modalnya berasal dari modal
keuntungan usaha counter. Latar belakang karena internet juga banyak
mencari data melainkan bisa untuk game online. Usaha warnet ini juga
mampu menambah pendapatan dan keuntungan bagi pengusaha tersebut.
4.2. Sejarah Ponsel Di Indonesia
Pada dekade tahun 70-an negara-negara maju di eropa menerapkan
teknologi seluler untuk komunikasi. Di Indonesia sendiri baru menerapkan
kecanggihan teknologi komunikasi tersebut belasan tahun kemudian. Dimulai
pada tahun 1984 teknologi seluler pertama kali hadir di Indonesia dengan
berbasis teknologi nordic mobile telephone (NMT).
Di tahun 1985-1992 ponsel mulai beredar di Indonesia, namun tidak
bisa di masukkan kedalam saku baju atau celana karena bentuknya yang besar
dan panjang, dengan berat rata2 430gram (hampir setengah kilogram).
Harga ponselnya juga tidak murah,berkisar diatas 10 juta per unit. Di
tahun ini pula baru dikenal dua teknologi seluler yaitu NMT-470, modifikasi
NMT-450.
Di akhir 1993 PT Telkom memulai proyek percontohan seluler digital
Global System for Mobile (GSM), dimulai di dua pulau, yakni Pulau Batam
dan Pulau Bintan. Di tahun 1994 PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo)
beroperasi sebagai operator GSM pertama di Indonesia, dengan mengawali
kegiatan operasinya di Jakarta dan sekitarnya. Karena GSM menggunakan
kartu SIM, maka hal itu aman dari penggandaan dan penyadapan serta mutu
Tahun 1995 proyek Telkom di Batam berlangsung sukses dan di
lanjutkan ke provinsi-provinsi di Sumatra, lalu menjadikan Telkomsel pada 26
mei 1995 sebagai operator GSM nasional bersama Satelindo.
Kemudian di Tahun 1996 Telkomsel dengan produk kartu Halo-nya
sukses di Medan, Surabaya, Bandung, dan Denpasar, kemudian masuk
Jakarta. Di penghujung tahun 1996 ini pula, PT. Excelcomindo Pratama
(Excelcom) berbasis GSM beroperasi di Jakarta sebagai operator GSM ke tiga
di Indonesia. Setelah itu di tahun 1998 Excelcom meluncurkan kartu prabayar
Pro-XL yang memberi alternatif bagi konsumen untuk memilih dengan
layanan roaming. Satelindo menyusul Telkomsel dan Excelcom dengan
meluncurkan kartu prabayar mentari, dengan keunggulan tarif dihitung
perdetik, sehingga dalam waktu singkat menjaring lebih 100.00 pelanggan.
Layanan pesan singkat, mulai di perkenalkan pada tahun 2000, dan
menjadi fenomena di kalangan pengguna ponsel, karena sangat praktis dan
murah biayanya. Di tahun ini pula PT. Indosat dan PT. Telkom mendapat
lisensi sebagai operator GSM 1800 nasional. Layanan seluler kedua BUMN
itu kemudian beroperasi pada tanggal 1 Agustus tahun 2001. Babak baru
bertelekomunikasi berlanjut di tahun 2003, yaitu dengan hadirnya Telkom
Flexi, yang mengusung teknologi CDMA 2000 1X,kemudian di belakang
Flexi ada Esia dari Bakrie Telecom, Fren & Hepi dari Mobile8, Star One dari
Indosat, Smart dari Lippo Telecom, dan terakhir Ceria dari Sampoerna
Kemudian ponsel-ponsel yang masuk ke Indonesia juga sejalan dengan
perkembangan operator-operator seluler yang telah disebutkan di atas.
Kehadiran ponsel di Indonesia dimulai dari generasi kedua, sampai generasi
ke empat. Berikut ulasan singkat tentang generasi ponsel tersebut :
a. Generasi Kedua
Ponsel generasi ini juga biasa disebut 2G hadir pada pertengahan
1990-an. Beroperasi pada jaringan GSM dengan menggunakan frekuensi
standar 900 Mhz dan frekuensi 1800 Mhz. Pada generasi ini sinyal analog
telah di ubah dengan sinyal digital.Penggunaan sinyal digital melengkapi
ponsel dengan pesan suara, panggilan tunggu dan SMS.
b. Generasi Ketiga
Ponsel generasi ini juga disebut 3G, fiturnya adalah memungkinkan
operator jaringan untuk memberi para pengguna ponsel ini memiliki
jangkauan yang lebih luas,termasuk internet dan Video call berteknologi
tinggi. Dalam 3G terdapat 3 standar untuk dunia telekomunikasi yaitu
Enhance Datarates for GSM Evolution (EDGE), Wideband-CDMA, dan
CDMA 2000. Kelemahan dari generasi 3G ini adalah biaya yang relatif
lebih tinggi, dan kurangnya cakupan jaringan karena masih barunya
teknologi ini.
c. Generasi Keempat
Ponsel generasi ini juga disebut 4G. 4G merupakan sistem ponsel yang
teknologi wireless yang telah ada termasuk wireless broadband (WiBro),
CDMA, wireless LAN, Bluetooth, dan lain-lain. Sistem 4G berdasarkan
keragaman jaringan IP, yang memungkinkan pengguna untuk
menggunakan beragam sistem kapan saja dan dimana saja.
4G juga memberikan penggunanya kecepatan tinggi, volume tinggi,
kualitas baik, jangkauan global, dan fleksibilitas utnuk menjelajahi
berbagai teknologi berbeda. Terakhir, 4G memberikan pelayanan
pengiriman data cepat untuk mengakomodasi berbagai aplikasi multimedia
seperti, video conferencing, game on-line, dan lainnya.
4.3. Perkembangan Telekomukasi di Indonesia
Dalam kurun waktu delapan tahun terakhir industri telekomunikasi
bergerak cepat. Ibarat "jet coaster", pertumbuhan industri telekomunikasi
melesat, dan menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional.
Betapa tidak jika pada tahun 1999 laju pertumbuhan sektor
telekomunikasi masih relatif kecil dibanding pertumbuhan sektor lainnya
misalnya sektor perdagangan dan manufaktur, pada tahun 2008 sektor
telekomunikasi yang merupakan bagian dari teknologi informasi dan
komunikasi (Information, Communication and Technology/ICT) ini mampu
Menurut Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, kontribusi
sektor telekomunikasi terhadap PDB terus mengalami peningkatan dan telah
mencapai 1,8 persen, lebih tinggi dibanding perkiraan lembaga survei asing
sekitar 1,3 persen.
Harus diakui dampak multiplier industri telekomunikasi di Indonesia
sangat luar biasa, karena menjadi infrastruktur penggerak seluruh sektor mulai
industri telekomunikasi itu sendiri, juga mendorong sektor perdagangan,
manufaktur, sektor usaha kecil sebagai penggerak ekonomi rakyat.
Seiring perkembangan teknologi, layanan telekomunikasi telah
menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Jika sekitar 10 tahun lalu
rata-rata seorang penduduk mengeluarkan biaya komunikasi masih relatif
kecil, belakangan dengan kasat mata seorang pengguna telepon bisa
menghabiskan pulsa hingga ratusa ribu rupiah.
Mengutip hasil riset Sharing Vision, potensi pasar telekomunikasi kian
meningkat tercermin dari hasil survei bahwa belanja komunikasi masyarakat
saat ini berkisar 10-15 persen dari penghasilan per bulan. Jika merujuk data
Badan Pusat Statistik pendapatan per kapita pada 2007 sebesar 1.946 dolar
AS, dengan kurs Rp9.500 per dolar AS maka pendapatan rata-rata penduduk
mencapai Rp18,5 juta per tahun.
Dengan itu dapat dihitung bahwa belanja komunikasi masyarakat
meliputi telepon tetap (kabel), telepon seluler, maupun internet bisa mencapai
Demikian halnya total belanja komunikasi seluruh penduduk
Indonesia yang berjumlah sekitar 230 juta orang, diperkirakan bisa mencapai
sekitar Rp 500 triliun setiap tahun.
Belum lagi biaya pembangunan infrastruktur operator telekomunikasi
yang setiap tahun dianggarkan operator telekomunikasi untuk investasi yang
mencapai total sekitar Rp 60-80 triliun setiap tahun.
Setiap pertumbuhan investasi satu persen di sektor ICT akan memberi
dampak berantai terhadap kegiatan ekonomi, sehingga mampu memberikan
kontribusi yang cukup tinggi bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Untuk itu perlu kemampuan untuk meningkatkan daya saing, terutama
dalam menghadapi tantangan global dengan berpijak pada asas kemandirian
dan kepastian hukum.
Merujuk pada besarnya potensi ekonomi yang dapat digerakkan dan
demi menangkap peluang usaha di sektor telekomunikasi maka pelaku
industri di bidang ICT meningkatkan penggunaan kandungan lokal (local
content) perangkat hingga minimal 35 persen dari saat ini yang mencapai
sekitar 20-25 persen. Diharapkan peningkatan lokal industri ICT dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Persaingan sengit tahun 2008 boleh dikatakan sebagai masa yang
sangat berat bagi industri telekomunikasi karena persaingan antar operator
Pada tahun 2008 itu pula banyak catatan penting yang menghiasi
wajah industri telekomunikasi tanah air. Registrasi data pelanggan telepon
mulai diberlakukan. Penurunan tarif interkoneksi yang ditetapkan regulator
mengimplikasikan penurunan tarif layanan komunikasi
Pada tahun 2008, industri telekomunikasi juga dikejutkan keputusan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) bahwa enam operator enam
operator telepon seluler PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL), PT Telkomsel,
PT Telkom Tbk, PT Bakrie Telecom Tbk, PT Mobile-8 Telecom, dan PT
Smart Telecom terbukti melakukan pelanggaran persaingan usaha tidak sehat
dengan melakukan kartel layanan pesan singkat (SMS) periode tahun 2004
sampai 1 April 2008.
Memasuki tahun 2009, sebagian besar kalangan masih memperkirakan
bahwa industri telekomunikasi menjadi sektor yang masih aktraktif meski
dibayang-bayangi dampak krisis keuangan global.
Salah satu proyek pemerintah dalam mengembangkan ICT ditanah air
adalah pembangunan Palapa Ring dan Unversal Service Obligation (USO)
yang diharapkan selesai pada tahun 2009 dan 2010.
Proyek Palapa Ring merupakan proyek pembangunan jaringan serat
optik nasional yang akan menjangkau 33 provinsi, 440 kota/kabupaten di
seluruh Indonesia. Direncanakan proyek ini akan menggunakan kabel laut