• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN (Studi Kasus Pada Pengusaha Counter Pulsa Bedjo Cell Di Tuban).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN (Studi Kasus Pada Pengusaha Counter Pulsa Bedjo Cell Di Tuban)."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan oleh :

0613010167/FE/EA

RENI RISTIANA CHOIRIAH

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan oleh :

0613010167/FE/EA

RENI RISTIANA CHOIRIAH

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(3)

i

hidayah, dan karuniaNya yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN (Studi Kasus Pada Pengusaha Counter Pulsa Bedjo Cell Di Tuban).”

Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya.

(4)

ii

dengan kesabaran dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk yang sangat berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Ibu Dra. Anik Yuliati, Ec, M.Aks selaku Dosen Wali yang telah memberi bantuan dan nasihat.

7. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

8. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.

9. Mbak Dian, mbak Yanti, dan adik Devia, Sulis, Hanum, Wulan, Evi, Cahyo, Husni, Pungky, dan Ambarowo yang telah banyak membantu proses dalam mengerjakan skripsi dan selalu memotivasi penulis untuk tetap belajar.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Juli 2010

(5)

iii

DAFTAR LAMPIRAN

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Fokus Penelitian... 7

1.3. Perumusan Masalah... 8

1.4. Tujuan Penelitian... 8

1.5. Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Review Penelitian Terdahulu... 11

2.2. Landasan Teori... 15

2.2.1. Pengertian akuntansi... 15

2.2.2. Sistem Informasi akuntansi... 17

2.2.3. Pengertian Industri Kecil... 20

2.2.4. Kewirausahaan (Spirit of Entrepreneurship)... 22

2.2.5. Perlakuan Akuntansi untuk Industri Kecil... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 33

3.2. Alasan Ketertarikan Penulis (Acknowledge)... 36

(6)

iv

3.7. Pengujian Kredibilitas Data... 44

BAB IV DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 4.1. Pendahuluan... 46

4.2. Sejarah Ponsel Di Indonesia... 48

4.3. Perkembangan Telekomukasi di Indonesia... 51

4.4. Permasalahan yang terjadi pada usaha counter pulsa... 55

4.5. Pencatatan keuangan usaha... 57

4.6. Penentuan tarif pulsa yang ditawarkan counter... 59

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Pemahaman Pengusaha Counter Pulsa Mengenai Pencatatan Keuangan usaha... 61 5.2. Pencatatan Keuangan Sebagai Bentuk Fungsi Kontrol keuangan Perusahaan... 64 5.3. Pentingnya Menjaga Relasi dengan Pelanggan... 65

5.4. Pengelolaan Kembali Modal Usaha... 67

5.5. Jenis Transaksi Di Counter Pulsa... 68

5.6. Pemeriksaan Terhadap Transaksi... 69

5.7. Promosi yang Digunakan Untuk Menarik Pelanggan... 70

(7)

v

(8)

Oleh :

Reni Ristiana Choiriah

Abstrak

Usaha counter pulsa setiap tahun makin banyak diminati sebagai pilihan usaha yang menguntungkan kondisi ini terlihat dari perkembangan telekomunikasi. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan masuknya berbagai macam teknologi mulai dari teknologi komunikasi, industri, sampai dengan teknologi pangan. Salah satu bentuk nyata kecanggihan teknologi komunikasi adalah tersedianya jasa komunikasi melalui handphone yang mana semua orang dapat dengan mudah menggunakan dan mengakses fasilitasnya. Handphone telah digunakan hampir oleh seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat kalangan atas maupun masyarakat kalangan menengah ke bawah. Bahkan tidak hanya orang tua yang dapat menggunakan handphone, tetapi anak yang masih duduk di bangku SD pun banyak yang telah menikmati fasilitas tersebut. Semakin maraknya penggunaaan

handphone, semakin marak pula kebutuhan akan pulsa. Maka dari itu counter

pulsa merupakan peluang usaha yang menjanjikan untuk masa depan.

Penelitian ini bertujuan mengetahui penerapan pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan dan untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman pengusaha counter pulsa Bedjo Cell terhadap akuntansi. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif untuk menggali dan menjelaskan penerapan pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan.

Berdasarkan observasi bahwa ditemukan adalah pengusaha dapat melakukan pencatatan keuangan tersebut sesuai dengan pengetahuannya dan pemahamannya sendiri. Pengusaha membuat catatan laporan keuangan usahanya tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, hal tersebut dilakukan karena mereka masih berpikir bagaimana usaha mereka bertahan dan untuk berkembang serta menambah pendapatan mereka.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perekonomian 2010 akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan politik. Pemberlakuan ACFTA menjadi ancaman yang sangat serius bagi pelaku usaha dan akan berpengaruh kepada seberapa besar prospek dari setiap peluang usaha yang akan menjadi primadona dimasa yang akan datang. Dengan melihat kodisi ini maka akan banyak bermunculan peluang usaha baru yang akan menandai kebangkitan pasar lokal, dengan syarat kreatif memanfaatkan kesempatan yang ada.

(10)

terus menerus sejak awal dekade 1970-an sampai 1997 (Syafrizal dalam Kuncoro dan Supomo, 2003).

Serta harapan untuk diterima di dunia kerja tentunya tidaklah keliru, namun tidak dipungkiri bahwa kesempatan kerja pun sangat terbatas dan tidak berbanding linear dengan lulusan lembaga pendidikan baik dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi. Oleh sebab itu semua pihak harus berpikir dan mewujudkan karya nyata dalam mengatasi kesenjangan antara lapangan kerja dengan lulusan institusi pendidikan.

Kesenjangan ini merupakan penyebab utama peningkatan angka pengangguran. Sedangkan pengangguran adalah salah satu permasalahan pembangunan yang sangat kritis khususnya di negara Indonesia termasuk di daerah-daerah pelosok nusantara. Salah satunya adalah dengan mengembangkan keterampilan menjadi usaha mandiri yang akan mendatangkan berkah bagi orang lain yang direkrut sebagai karyawan ataupun buruh pada usaha yang dirintisnya.

(11)

juga untuk mengabdi kepada bangsa dan negara dengan menciptakan lapangan pekerjaaan bagi orang lain.

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan masuknya berbagai macam teknologi mulai dari teknologi komunikasi, industri, sampai dengan teknologi pangan. Salah satu bentuk nyata kecanggihan teknologi komunikasi adalah tersedianya jasa komunikasi melalui handphone, yang mana semua orang dapat dengan mudah menggunakan dan mengakses fasilitasnya. Handphone telah digunakan hampir oleh seluruh lapisan masayarakat, baik masyarakat kalangan atas maupun masayarakat kalangan menengah ke bawah. Bahkan tidak hanya orang tua yang dapat menggunakan handphone, tetapi anak yang masih duduk di bangku SD pun banyak yang telah menikmati fasilitas tersebut.

Semakin maraknya penggunaaan handphone, semakin marak pula kebutuhan akan pulsa. Maka dari itu pulsa merupakan peluang usaha yang menjanjikan untuk masa depan. Pulsa adalah biaya yang dikeluarkan untuk telepon.

Counter pulsa merupakan salah satu contoh industri kecil rumah tangga yang jenis usahanya adalah menawarkan jasa pengiriman pulsa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Hal ini ditunjang dengan pesatnya telekomunikasi yang terjadi saat ini.

(12)

telekomunikasi yang merupakan bagian dari teknologi informasi dan komunikasi ini mampu memberikan kontribusi hingga 1,8 persen terhadap produk domestik (Sinaga : 2008).

Kebutuhan akan komunikasi juga mengalami perkembangan yang sangat pesat dan menunjukkan perkembangan yang merata di semua lapisan masyarakat. Kenyataan yang terjadi 75% penduduk Indonesia telah memanfaatkan telepon seluler sebagai sarana berkomunikasi baik untuk menjalin silaturahmi maupun berbisnis. Otomatis kebutuhan transaksi pulsa masyarakat semakin tinggi, bahkan kebutuhan akan transaksi pulsa melebihi kebutuhan bahan bakar kendaraan dan rumah tangga. Dengan melihat kondisi di atas, persaingan bisnis pulsa saat ini semakin ketat. Banyak counter pulsa bermunculan dengan menawarkan harga yang bervariasi, dan cenderung menawarkan harga yang menarik untuk mendapatkan pelanggan. Komunikasi merupakan kebutuhan sekunder yang pemenuhannya akan terwujud jika kebutuhan primer telah terpenuhi dengan baik, dan kebutuhan sekunder ini mempunyai sifat untuk menunjang kebutuhan primer.

Melihat kondisi saat ini dengan adanya perlusaan counter pulsa, maka hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan manusia untuk saling berkomunikasi satu sama lain sangatlah penting.

(13)

Counter pulsa merupakan peluang usaha yang mengutamakan letak dan strategis untuk mendapatkan keuntungan yang sebanding dengan menggunakan modal yang dikeluarkan. Semakin banyaknya usaha ini maka proses persaingan diantaranya semakin berkembang, dimana jenis dari counter pulsa tersebut dibedakan melalui jasa yang ditawarkan diantaranya adalah untuk jasa pengisian pulsa elektrik, pulsa fisik, jasa penjualan kartu perdana dan jasa keagenan pulsa. Dengan kata lain counter pulsa dapat dikategorikan sebagai suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang atau jasa (output) bagi pelanggannya. (Warren & Reeve, 2005 : 16)

Saat ini banyak sekali counter pulsa yang bangkrut. Hal ini disebabkan banyaknya persaingan yang terjadi dalam usaha tersebut serta pelayanan dan sistem pengelolaan keuangan yang kurang baik.

Berdasarkan fenomena dilapangan menunjukkan bahwa pelaku pengusaha counter pulsa belum memahami tentang pencatatan akuntansi yang baik dan benar, mereka menganggap pencatatan tersebut terlalu rumit untuk dilaksanakan dan hanya melakukan pencatatan yang sangat sederhana dan melakukan perhitungan secara kasar. Adanya pencampuran antara pencatatan keuangan usaha pulsa dengan usaha yang lainnya.

(14)

bahwa para pengusaha kecil tidak memiliki pencatatan dan pembukuan bagi kelangsungan usahanya. Pengusaha kecil memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting untuk diterapkan.

Menurut Sutojo, (1994:20) industri kecil masih menghadapi berbagai masalah antara lain :

a. Tidak adanya atau kurang akuratnya perencanaan penganggaran tahunan, terutama kas.

b. Tidak sedikit dari mereka yang tidak memiliki catatan harga pokok produksi yang baik.

c. Perhitungan yang dilakukan secara kasar dalam penentuan harga jual, misalnya hanya mencatat pengeluaran untuk bahan baku dan tenaga kerja.

d. Banyak diantara mereka yang tidak atau belum mengerti tentang pencatatan keuangan atau akuntansi

Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Magginson et al., 2000 dalam Pinasti 2007). Informasi akuntansi keuangan berhubungan dengan data akuntansi atas transaksi-transaksi dari suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang usaha jasa, dagang, maupun usaha industri, agar informasi tersebut disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

(15)

kecil melakukan usaha tersebut dengan seadanya karena adanya anggapan kegiatan tersebut terlalu menyulitkan. Jika mereka mengerti pencatatan dan pengikhtisaran transaksi sesuai dengan ketentuan dan penafsiran suatu transaksi maka mereka dapat bertindak sesuai dengan ketentuan atau aturan dalam mengukur, prosedur mengumpulkan, dan melaporkan informasi yang berguna tentang kegiatan dan tujuan yang menyangkut keuangan dalam suatu organisasi (Sumadji dalam Widyanto, 2009)

Dari uraian diatas jelas bahwa pengusaha kecil masih banyak mengalami kesulitan dalam memahami informasi keuangan dengan baik. Semakin ketatnya persaingan bisnis dalam era globalisasi ekonomi, hanya perusahaan yang memiliki berbagai keunggulan kompetitif yang mampu memenangkan persaingan. Oleh karena itu, peneliti mengangkat tema tentang industri kecil rumah tangga pada counter pulsa agar para pengusaha kecil dapat menangani permasalahan yang berkaitan dengan pencatatan keuangan yang sesuai dengan ketentuan akuntansi sehingga usaha mereka dapat bertahan dan terus berkembang yang tentunya hal tersebut dapat meningkatkan perekomian rakyat Indonesia.

1.2. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, hal-hal yang menjadi fokus penelitian sebagai berikut :

(16)

2. Jenis transaksi dicounter pulsa Bedjo Cell

3. Biaya promosi yang dilakukan untuk menarik pelanggan

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan. Maka perumusan masalah yang dapat dibuat, yaitu: Bagaimana penerapan pencatatan keuangan dalam industri kecil rumahan pada counter pulsa?

Untuk lebih detail memecahkan permasalahan peneliti diatas, peneliti menampilkan dalam beberapa pertanyaan pendukung pada Tabel 1.1. Main Research Question

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan dan untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman pengusaha counter pulsa Bedjo Cell terhadap akuntansi.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan : 1. Bagi Industri Kecil Rumahan

(17)

meningkatkan mutu pelayanan yang ditawarkan, dan diharapkan pengelola dapat mengelola unit usaha menjadi lebih profesional. 2. Bagi Universitas

Memperbanyak kasanah ilmiah pada perpustakaan UPN “VETERAN” JATIM sehingga dapat digunakan referensi bagi mahasiswa lain yang sedang melakukan penelitian dengan topik yang sama.

3. Bagi Peneliti

(18)

11

2.1. Hasil - Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam menunjang penelitian ini, maka didukung oleh penelitian

terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penulis :

1. Sugeng Widodo (2007)

“Variabel yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil di

Kabupaten Gresik Jawa Timur”

a. Permasalahan :

1) Apakah jumlah investasi, jumlah tenaga kerja, dan jumlah

industri kecil berpengaruh terhadap pendapatan industri kecil

didaerah Gresik?

2) Manakah variabel-variabel diatas yang paling berpengaruh

terhadap industri kecil didaerah gresik?

b. Tujuan :

1) Untuk menguji jumlah pengaruh investasi, jumlah tenaga

kerja, dan jumlah indusri kecil didaerah gresik.

2) Untuk menguji faktor-faktor apa yang paling berpengaruh

(19)

c. Kesimpulan :

1) Investasi pada industri kecil mempengaruhi pendapatan di

Gresik, apabila tidak diikuti dengan kebijakan pemda setempat

berupa kebijakan riil terhadap pembukaan lapangan kerja dan

sektor riil secara bersamaan.

2) Lapangan kerja dari sektor industri kecil tidak mempunyai

pengaruh terhadap peningkatan di kabupaten Gresik secara

mandiri.

3) Jumlah industri kecil yang beroperasi tidak mempengaruhi

perubahan di kabupaten Gresik.

4) Dari ketiga variabel yaitu, investasi, tenaga kerja, jumlah

industri kecil secara serempak baru mempunyai pengaruh bila

ketiganya diterapkan secara bersamaan.

2. Margani Pinasti (2007)

“Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntansi

Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi Suatu

Riset Eksperimen”

a. Permasalahan :

Apakah penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi

berpengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi

(20)

b. Tujuan :

Untuk menguji pengaruh penyelenggaraan dan penggunaan

informasi akuntansi terhadap persepsi pengusaha kecil atas

informasi akuntansi, melalui metode experimen.

c. Kesimpulan :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan dan

penggunaan informasi akuntansi terbukti secara empiris dalam

riset eksperimen ini mempunyai pengaruh terhadap persepsi

pengusaha kecil atas informasi.

3. Herri dan Irda (2005)

“Sifat Kewirausahaan dan Prestasi Usaha Kecil dan Menengah

Sumatra Barat”

a. Permasalahan :

1) Adakah pengaruh karakteristik enterpreneurial dan perusahaan

terhadap prestasi UKM Sumatra barat?

2) Adakah UKM yang prestasi tinggi memiliki karakteristik

enterpreneurial UKM yang berbeda dibanding UKM yang

(21)

b. Tujuan :

1) Untuk mengetahui secara empiris karakteristik jiwa

kewirausahaan manajer/pemilik dan karakteristik UKM di

Sumatera Barat.

2) Untuk mengidentifikasi hubungan antara karakteristik

entrepreneurial dan perusahaan terhadap prestasi UKM.

3) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan karakteristik antara

UKM yang berprestasi tinggi dengan yang berprestasi rendah.

c. Kesimpulan :

1) Modal dasar pendirian UKM umumnya berasal dari tabungan,

hal ini bisa menunjukkan bahwa terbatasnya modal usaha

dalam membuka usaha. Oleh karena itu untuk mendorong

lahirnya pengusaha atau enterpreneur maka tidak hanya

diperlukan rangsangan peningkatan jiwa tetapi juga skim

pembukaan usaha baru oleh pengambil kebijakan.

2) Walaupun tidak ditemui adanya pengaruh perluasan daerah

pemasaran dengan prestasi UKM. Namun terlihat adanya

kecenderungan bahwa UKM yang memasarkan produknya

pada lingkup pasar yang lebih luas seperti keluar provinsi dan

ekspor memiliki prestasi yang lebih tinggi dibanding UKM

(22)

Penelitian terdahulu yang telah diulas memiliki kesamaan dalam

bentuk metodologinya, yaitu penelitian-penelitian tersebut menggunakan

metode penelitian kuantitatif. Penelitian yang dilakukan sekarang ini

berbeda dengan penelitian terdahulu, yaitu terletak pada waktu, sample,

dan metodologi penelitian, oleh karena itu, penelitian sekarang bukan

replikasi dari peneliti terdahulu.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Akuntansi

Akuntansi telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli dan

beberapa lembaga terkait, menurut Yadiati (2007 : 1) definisi tersebut

antara lain :

1. Accounting Principle Board (APB) dalam statement No. 4 disebut :

Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa (service activity) fungsinya

adalah untuk memberikan informasi kualitatif, terutama yang bersifat

finansial, tentang entitas-entitas ekonomi yang dianggap berguna

dalam pengambilan keputusan ekonomi, dalam penentuan pilihan

logis diantara tindakan alternatif.

2. American Institute Of certified Public Accountats (AICPA) dalam

(23)

Akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokam dan pengikhtisaran

dengan cara yang berarti atas semua transaksi dan kejadian yang

bersifat keuangan, serta penafsiran hasil-hasilnya.

3. Paul Grady dalam ARS No. 7 AISPA, 1965, mendefinisikan :

Akuntansi merupakan suatu Body Of Knowledge serta fungsi

organisasi yang secara sistematik, orisinil dan autentik, mencatat,

mengklasifikasikan, memproses, mengikhtisarkan, menganalisis,

mengiterpretasikan seluruh transaksi dan kejadian serta karakter

keuangan yang terjadi dalam operasi entitas akuntansi dalam rangka

menyediakan informasi yang berarti dibutuhkan oleh manajemen

sebagai laporan dan pertanggungjawaban atas kepercayaan yang

diterima.

4. Kieso and Weygandt, menyatakan :

Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan,

mencatat dan mengomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu

organisasi kepada pihak yang berkepentingan.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa definisi yang

pertama akuntansi sebagai alat untuk penyediaan informasi. Definisi kedua

sebagai seni untuk mencatat, mengelompokkan dan mengikhtisarkan,

sampai pada seni menafsirkan hasil dari transaksi keuangan. Yang ketiga

sebagai body of knowledge. Yang keempat sebagai sebuah sistem yang

(24)

2.2.2. Sistem Informasi Akuntansi

a. Pengertian sistem

Menurut Widjajanto (1989 : 1) sistem adalah suatu kesatuan yang

terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi dengan maksud

untuk mencapai suatu tujuan tertentu,

sedangkan menurut Mulyadi (2001 : 2) suatu sistem pada

dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan dengan satu

dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama sama untuk mencapai

tujuan tertentu.

Disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok komponen yang

saling berkaitan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk

mencapai tujuan.

b. Pengertian Informasi

Informasi pada dasarnya tidak sama dengan data. Menurut

Cushing (1989 : 11), data dapat terdiri dari sekumpulan karakter yang

diterima sebagai input terhadap suatu sistem informasi dan disimpan

serta diolah. Informasi diartikan sebagai output pengelolaan data yang

terorganisir dan berguna bagi orang yang menerimanya. Sedangkan

menurur Wilkinson (1993 : 3), data adalah fakta, angka, bahkan simbol

mentah. Secara bersama-sama mereka merupakan masukan bagi suatu

(25)

ditansformasi adalah pengetahuan yang berarti dan berguna untuk

mencapai sasaran.

Jadi informasi merupakan kumpulan dari data yang telah diolah

sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Biasanya data belum dapat

digunakan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan oleh

pihak manajemen. Sehingga agar dapat berguna bagi pemakainya data

harus diproses sehingga dapat menghasilkan output yang berupa

informasi

c. Sifat-Sifat Informasi

Menurut Wilkinson (1993 : 121) sifat-sifat informasi yang

penting meliputi hal-hal berikut :

1. Relevansi

Hubungan antara informasi dan situasi keputusan, serta dengan

sasaran perusahaan.

2. Kuantifiabilitas

Sejauhmana informasi dapat dikuantifikasikan (dinyatakan dalam

bentuk numerik)

3. Akurasi

Keandalan dan kepresisisan informasi

4. Kepadatan

(26)

5. Ketepatan waktu

Keyakinan informasi

6. Cakupan

Rentang yang dicakup oleh informasi

d. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi

Sebagai sistem informasi, akuntansi diperlukan oleh berbagai

pihak, baik dalam kalangan intern maupun dari luar organisasi yang

menyelenggarakan akuntansi tersebut.

Secara garis besar (Weygandt, et al., 2007 : 6) pihak-pihak

tersebut adalah :

1. Pengguna internal, yaitu manajer yang merencanakan,

mengorganisasikan dan megelola suatu bisnis.

2. Pengguna eksternal, yaitu :

a) Investor, menggunakan informasi akuntansi guna membuat

keputusan untuk membeli, menahan, atau menjual sahamnya.

b) Kreditor, seperti pemasok dan bankir menggunakan informasi

akuntansi guna mengevaluasi risiko pemberian kredit atau

pinjaman.

c) Badan Perpajakan, Amerika seperti Internal Revenue Service

(IRS), ingin mengetahui apakah perusahaan telah mematuhi

(27)

d) Pelanggan, akan tertarik dengan apakah sebuah perusahaan

tetap harus menghargai jaminan dan dukungan produk atas

lini-lini produknya.

e) Serikat pekerja, ingin mengetahui apakah pemilik dapat

membayar kenaikan upah dan tunjangan.

f) Perencanaan ekonomi, menggunakan informasi akuntansi

untuk meramalkan aktivitas perekonomian.

2.2.3. Pengertian Industri Kecil

Sadli (1979) dalam Widyanto (2009), menyatakan industri

merupakan kumpulan dari perusahaan yang memproduksi barang,

sedangkan Winardi berpendapat (1980) Industri sebagai usaha produktif

terutama dalam bidang produksi atau perusahaan-perusahaan, misalnya

transportasi dan perhubungan yang menggunakan modal tenaga kerja

dalam jumlah yang besar.

Anonim (1984) dalam Wibowo (2005), yang dimaksud industri

adalah sebagai suatu usaha dalam proses produksi yang didalamnya ada

proses bentuk dan barang, dalam proses produksi ini faktor alam dan juga

misi dari teknologi yang dipergunakan mengarah pada misi pemerataan

dan penerapan teknolodi madya atau sederhana serta bersifat padat karya.

Sesuai dengan pasal 1 dan ayat 5 Undang-Undang Tentang Usaha

(28)

dengan isi pasal 1 ayat 1 UU.No.0/1995 disebutkan : usaha kecil adalah

kegiatan ekonomi rakyat yang berskala dan memenuhi kriteria kekayaan

bersih atau penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang. (Marbun, 1996 : 2).

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DESPERINDAG)

mengelompokkan perusahaan industri sesuai dengan ciri khusus yang

dimilikinya, yang dapat ditinjau dari besarnya investasi, teknologi yang

digunakan, dan besarnya jumlah tenaga kerja. Adapun

pengelompokkannya terdiri atas :

1. Industri Besar

Industri besar adalah perusahaan industri yang dapat

diklasifikasikan sebagai perusahaan besar apabila investasi/ modal

untuk mesin-mesin dan peralatan adalah Rp 500 juta keatas,

sedangkan tenaga kerja yang digunakan adalah 100 orang atau

lebih dan pemiliknya adalah warga negara Indonesia.

2. Industri Menengah

Industri menengah adalah perusahaan industri yang diklasifikasikan

sebagai perusahaan sedang atau menengah apabila memenuhi

syarat sebagai berikut: investasi/modal untuk peralatan dan

mesin-mesin nilainya berkisar antara Rp 200 juta sampai Rp 500 juta.

Sedangkan tenaga kerja yang digunakan berkisar anatara 20 orang

(29)

3. Industri Kecil

Industri kecil adalah perusahaan industri yang dapat

diklasifikasikan ke dalam perusahaan kecil jika nilai

investasi/modal untuk membeli peralatan dan mesin-mesin berkisar

antara Rp 50 Juta sampai Rp 200 Juta dan pemilik usaha adalah

warga negara Indonesia, sedangkan jumlah tenaga kerja yang

dipakai berkisar antara 5 orang sampai 19 orang

4. Industri / Kerajinan Rumah Tangga

Industri kecil adalah perusahaan industri yang dapat

diklasifikasikan ke dalam Kerajinan Rumah Tangga jika nilai

investasi / modal yang digunakan untuk peralatan dan mesin-mesin

sama dengan jumlah atau nilai yang digunakan industri kecil atau

bahkan tidak menggunakan modal sama sekali dan pemilik usaha

biasanya adalah kepala keluarga (Bapak atau Ibu), sedangkan

jumlah tenaga kerja yang dipakai berkisar antara satu orang sampai

lima orang dan pada umumnya adalah anggota keluarga

Pengertian industri kecil menurut biro pusat statistik (anonim

1994 : 90) adalah perusahaan yang menggunakan jumlah tenaga kerja 5

sampai 19 orang pekerja.

Pengertian industri kecil menurut Mintzberg (1992), yaitu

merupakan organisasi yang memiliki entreprenual organization dengan

(30)

karakteristik khas, tanpa kolaborasi, tanpa staf yang berlebihan,

pembagian kerja yang kendur, memiliki hierarki manajemen yang kecil,

sedikit aktivitas, yang diformalkan, sangat sedikit yang menggunakan

proses perencanaan, jarang mengadakan pelatihan untuk karyawan,

pengusaha sering sulit membedakan antar asset pribadi dan perusahaan,

sistem akuntansi kurang baik dan bahkan sering tidak memilikinya, dan

pengusaha mempunyai sifat dalam menghadapi investasi hampir sama

dengan perorangan, pendapat ini didukung oleh Huib Poot et al. (dalam

Sirat ,2002) yaitu :

Small scale industry plays an important role in the process of

industrialization from a number of different perspective. It employs the

majority of the workers in the industrial labor force and trough its labor

intensive nature, also has a great potential of new employment creation.

Moreover, small scale industry is regionally highly dispersed, playing

important role in the runal sector. Many small scale industries have

strong ties wits the agricultural sector and are in highly dependennton

domestic resources.

Pernyataan di atas secara implisit menunjukkan karakteristik,

struktur industri, intensitas faktor produksi, tenaga kerja, produktivitas,

maupun kebijakan dan strategi industri kecil. Perusahaan industri kecil,

pada umumnya menjalankan kegiatan usahanya dengan memiliki

(31)

dan terbatas, kurang menguasai teknologi, tenaga kerja yang dipekerjakan

dengan sebagian besar terdiri dari kalangan anggota keluarga.

2.2.4. Kewirausahaan (Spirit of Entrepreneurship)

Menurut Kotler (1997: 28) pasar berubah luar biasa sesuai

dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Setiap perusahaan harus

selalu berorientasi ke pasar agar tidak mati. Perusahaan yang mati adalah

perusahaan yang tidak memberi apa yang siap dibeli orang. Oleh karena

itu perusahaan dapat meningkatkan pendapatan bila memiliki visi yang

berorientasi kebutuhuan masyarakat sehingga merupakan peluang

menghasilkan nilai yang dapat dipasarkan (marketable value) yaitu

barang dan jasa yang mau dibeli orang.

Tantangan yang dihadapi setiap organisai adalah perubahan yang

tidak pernah berakhir. Perubahan merupaka fenomena kehidupan yang

mengharuskan setiap organisasi bahkan setiap manusia untuk mempunyai

kemampuan dan daya penyesuaian yang tinggi terhadap segala bentuk

kemungkinan terjadinya perubahan akibat munculnya produk dan jasa

sebagai pemenuhan manusia. Seperti yang dikatakan oleh Kao (2001: 1)

Nothing living can be static.

Kao (2001: 23) berpendapat perusahaan kecil dalam

mengembangkan usahanya perlu menggunakan strategi yang disebut

(32)

terdapat strategi objektif dan fundamental agar perusahaan dapat terus

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

Seorang pengusaha dalam melaksanakan kegiatannya haruslah

memiliki semangat kewirausahaan yang berkaitan dengan mental manusia

yaitu optimis, percaya diri, determinan, dan fleksibel. Menurut Kao

(2001: 30) menyatakan individu yang dapat mengkombinasikan resiko,

inovasi, keahlian dan seni sehingga menciptakan bentuk organisasi baru,

sebagai team dalam menciptakan produk dan jasa baru, metode produksi

baru, pasar-pasar baru, bahan baku baru ataupun bisnis baru sehingga ia

merupakan orang bertanggung jawab terhadap perubahan dan inovasi

bagi perusahaannya.

Semangat wirausaha yang harus dimiliki adalah dapat

menyesuaikan perusahaan terhadap situasi yang terus berubah-ubah

karena berorientasi ke depan, bermotivasi tinggi, percaya diri, dan dapat

fleksibel terhadap situasi dan kondisi serta memiliki perencanaan dalam

menjalankan usahanya.

2.2.5. Perlakuan Akuntansi untuk Perusahaan Industri Kecil

Perlakuan akuntansi untuk perusahaan industri kecil sebenarnya

tidak berbeda dengan perlakuan akuntansi untuk jenis perusahaan

lainnya, dimana perlakuannya harus sesuai dengan peraturan yang

(33)

sesuai dengan PSAK yang berlaku, dimana menurut PSAK dalam

penyajiannya setiap pelaporan keuangannya harus memenuhi

komponen-komponen sebagai berikut (PSAK 2007: 3), yaitu:

1. Neraca

Dalam Neraca ini perusahaan menyajikan aktiva lancar terpisah

dari aktiva tidak lancar dan kewajiban jangka pendek terpisah dan

kewajiban jangka panjang kecuali untuk industri tertentu yang

diatur dala SAK khusus. Aktiva lancar disajikan menurut ukuran

likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh

temponya.

Perusahaan harus mengungkapkan informasi mengenai jumlah

setiap aktiva yang akan diterima dan kewajiban yang akan

dibayarkan dan sesudah dua belas bulan dari tanggal neraca.

2. Laporan laba-rugi

Adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan

dan biaya-biaya dari suatu usaha periode tertentu. Tujuan utama

perusahaan adalah mendapatkan laba. Laporan laba rugi disusun

dengan maksud untuk menggambarkan operasi perusahaan dalam

suatu periode waktu tertentu.

Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang

menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan

(34)

Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut :

a. pendapatan

b. laba rugi usaha

c. beban pinjaman

d. bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang

diberlakukan menggunakan metode ekuitas

e. beban pajak

f. laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan

g. pos luar biasa

h. hak minoritas

i. laba atau rugi bersih untuk periode berjalan

Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan laporan laba rugi

apabila diwajibkan oleh Pernyataan Akuntansi Keuangan atau

apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja

perusahaan secara wajar.

3. Laporan perubahan ekuitas

Adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai

perubahan modal perusahaan akibat operasi perusahaan pada satu

periode tertentu.

Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai

komponen utama laporan keuangan , yang menunjukan :

(35)

b. setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian

beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui

secara langsung dalam ekuitas

c. pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan

perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur

dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait.

d. transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik

e. saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode

serta perubahannya; dan

f. rekonsiliasi antara nilai tecatat dari masing-masing jenis modal

saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang

mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.

4. Laporan arus kas

Laporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah

ditetapkan dalam Pernyataan Standar akuntansi Keuangan terkait.

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah

pemakaian dalam pengambilan keputusan.

5. Catatan atas laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis.

(36)

harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas

laporan keuangan.

Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan :

a. informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan

kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap

peristiwa dan transaksi yang penting;

b. informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan

laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas;

c. informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan

keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara

wajar

Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti

laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value

added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor

lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang

menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang

memegang peranan penting (PSAK 2007 : 1.2), sedangkan untuk industri

yang berjenis kecil apabila belum ada pengaturan di dalam PSAK, maka

menajemen menggunakan pertimbangannya untuk menetapkan kebijakan

(37)

laporan keuangan, dalam melakukan pertimbangan tersebut manajemen

memperhatikan :

a. persyaratan dan pedoman Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan yang mengatur hal-hal yang mirip dengan masalah

terkait.

b. definisi, kriteria pengakuan dam pengukuran aktiva, kewajiban,

penghasilan dan beban yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar

Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan; dan

c. pernyataan yang dibuat oleh badan pembuat standar lain dan

praktek industri yang lazim sepanjang konsisten dengan huruf

a dan b paragraf ini.

Manajemen juga harus menetapkan kebijakan untuk memastikan

bahwa laporan keuangan menyajikan informasi sebagai berikut :

a. relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan untuk

mengambil keputusan; dan

b. dapat diandalkan, dengan penngertian :

i. mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan posisi

keuangan perusahaan.

ii. Menggambarkan subtansi ekonomi dari suatu kejadian atau

transaksi dan tidak semata-mata bentuk hukumnya.

iii. Netral, yaitu bebas dari keberpihakan.

(38)

v. Mencakup semua hal yang material.

Untuk pelaporan laba-rugi pada perusahaan kecil, rincian yang

pertama disajikan dengan metode beban. Beban disajikan dalam laporan

laba rugi sesuai dengan sifatnya (contoh: penyusutan, pembelian bahan

baku, beban transportasi, gaji, upah, dan beban iklan) dan tidak

dialokasikan menurut berbagai fungsi dalam perusahaan. Metode ini

sederhana dan cocok diterapkan pada perusahaan kecil sebab tidak perlu

dialokasikan menurut berbagai fungsi dalam perusahaan.

Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2008,

Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil. Pemisahan tugas yang terbatas harus

dilakukan khususnya dalam lingkungan pemakai komputer, dikarenakan

mereka dapat melakukan satu atau lebih fungsi akuntansi seperti :

a. Membuat dan mengotorisasi dokumen sumber

b. Memasukkan data ke dalam sistem

c. Menjalankan komputer

d. Mengubah program dan data file

e. Menjalankan / mendistribusikan keluaran ;

dan / atau

f. Mengubah sistem operasi

Hal-hal yang disebutkan di atas adalah bukti bahwa pemisahan

tugas harus dilakukan walau terbatas, sehingga dapat menurunkan resiko

(39)

Kriteria kualitatif dalam laporan keuangan entitas bisnis kecil

menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2008, sebagai berikut :

a. Konsentrasi dari pemilik dan / atau manajemen senior

b. Sumber pendapatan (source of revenue) dan sumber

pendanaan (source of financing) yang terbatas

c. Pencatatan yang tidak terlalu kompleks / rumit

d. Pengendalian tingkat entitas yang tidak terlalu kompleks /

rumit

(40)

33

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

Penelitian bertujuan untuk mngetahui pemahaman dan penerapan

pengelolaan keuangan bagi pelaku usaha industri kecil counter pulsa.

Dengan pendekatan ini peneliti berada dalam posisi tidak bisa mengontrol

objek penelitian. Penelitian ini memerlukan interaksi antara peneliti dengan

objek penelitian yang bersifat interaktif untuk memahami realitas objek.

Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam

lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, serta berusaha

memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya,

(Sugiyono,2005).

Adapun ciri-ciri Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif

adalah :

1. Sumber data bersifat ilmiah, artinya peneliti harus berusaha memahami

fenomena sosial secara langsung dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat.

2. Peneliti sendiri merupakan instrumen penelitian yang paling penting

(41)

3. Penelitian Kualitatif bersifat pemerian (deskriptif), artinya mencatat

secara teliti segala gejala (fenomena) yang dilihat dan didengar serta

dibacanya (via wawancara atau bukan, catatan lapangan, foto, video

tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dokumen resmi atau bukan,

dan lain-lain) dan peneliti harus membanding-bandingkan,

mengkombinasikan, mengabstrasikan, dan menarik kesimpulan.

4. Penelitian harus digunakan untuk memahami bentuk-bentuk tertentu

( shaping ), atau kasus (studi kasus)

5. Analisis bersifat Induktif

6. Di lapangan peneliti harus berperilaku seperti masyarakat yang

ditelitinya.

7. Data dan informan harus berasal dari tangan pertama

8. Kebenaran data harus dicek dengan data lain, misalnya dengan

dokumen, wawancara, observasi mendalam, dan lain-lain (data lisan

dicek dengan data tulis)

9. Orang atau sesuatu yang dijadiakan subjek penelitian tersebut partisipan

(buku dapat dianggap sebagai partisipan) dan konsultan serta teman

dapat dijadikan partisipan.

10. Titik berat perhatian harus pada pandangan emik, artinya peneliti harus

menaruh perhatian pada masalah penting yang diteliti dari orang yang

(42)

Dalam penelitian ini yang diamati adalah orang, yaitu pemilik dan

pegawai pada industri kecil rumahan berbentuk counter pulsa dengan

berbagai latar belakangnya. Terkadang para pemilik juga merangkap

sebagai kasir, namun tidak sedikit pula yang mempekerjakan orang lain

untuk bagian tersebut. Dalam posisi tersebut, kegiatannya berupa

mengerjakan tugas-tugas yang ada atau bahkan harus bisa menangani

permasalahan yang terjadi dalam counter pulsa tersebut. Oleh karena itu,

untuk posisi kasir, minimal pegawai mengerti bagaimana pencatatan

pemasukan yang diperoleh, terlebih jika sumber daya manusia yang berada

di dalam posisi ini mengerti tentang akuntansi. Interaksi dan komunikasi

antara pemilik dan pegawai dengan tempat atau lingkungan dimana unit

usaha tersebut berdiri (Place), kemudian berapa lama unit usaha tersebut

telah lama beroperasi akan menghasilkan suatu situasi sosial tertentu.

Dengan digunakan metode kualitatif maka data yang didapat akan

lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan

penelitian dapat dicapai. Penggunaan metode kualitatif ini, bukan karena

metode ini baru, tetapi permasalahan akan lebih tepat diperoleh datanya

dengan metode kualitatif. Dengan metode kuantitatif, hanya bisa diteliti

beberapa variabel saja, sehingga seluruh permasalahan yang telah

dirumuskan tidak akan terjawab dengan metode kuantitatif. Dengan metode

kuantitatif hanya dapat digali fakta-fakta yang bersifat empirik dan terukur.

(43)

3.2. Alasan Ketertarikan Peneliti (Acknowledge)

Alasan peneliti untuk meneliti tentang permasalahan ini adalah

pengalaman yang dialami sendiri oleh peneliti sehari-hari. Peneliti baru

merasakan perkembangan usaha tersebut pada tahun 2006. Dimana

masyarakat banyak yang menggunakan handphone untuk berkomunikasi,

dan membutuhkan pulsa sebagai media untuk berkomunikasi. Usaha counter

pulsa merupakan usaha yang sangat mudah untuk dijalankan dan peluang

usaha yang menjanjikan untuk masa depan.

Counter pulsa merupakan peluang usaha yang mengutamakan letak

dan strategis untuk mendapatkan keuntungan yang sebanding dengan

menggunakan modal yang dikeluarkan. Semakin banyaknya usaha ini maka

proses persaingan diantaranya semakin berkembang, dimana jenis dari

counter pulsa tersebut dibedakan melalui jasa yang ditawarkan diantaranya

adalah untuk jasa pengisian pulsa elektrik, pulsa fisik, jasa penjualan kartu

perdana dan jasa keagenan pulsa.

Kebanyakan dari pengusaha kecil hanya mencatat jumlah uang yang

diterima dan dikeluarkan, jumlah barang yang dibeli dan dijual, dan jumlah

piutang / utang. Namun pencatatan itu hanya sebatas pengingat saja dan

tidak dengan format yang sesuai dengan standar akuntansi. Meskipun tidak

dapat dipungkiri mereka dapat mengetahui jumlah modal akhir mereka

setiap tahun yang hampir sama jumlahnya jika kita mencatat dengan sistem

(44)

Berbicara mengenai menjalankan usaha tentu banyak dimensi yang

terlibat dalam roda usaha tersebut, misalnya dimensi pemasaran, sumber

daya manusia, keuangan dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini akan

membahas dimendi keuangan tersebut, karena disadari atau tidak dimensi

keuangan sering tidak mendapat perhatian yang serius dan hanya

memperhatikan bagaimana mendapat untung yang sebanyak-banyaknya

tanpa memperhatikan cara mengolah uang hasil laba tersebut.

You won’t succeed at your business unless you raise enough money to

get started. Once you have enough money to begin operation, you must use

it wisely to stay in business (Stillman, 1983 : 95).

Masalah pengelolaan keuangan dari para usaha terganjal oleh masalah

sumber daya manusia perihal pengetahuan mereka mengenai akuntansi,

ilmu akuntansi dianggap suatu yang merepotkan dan sulit. Penelitian ini

juga akan mencari tahu pemahaman mereka mengenai pentingnya

pencatatan dan pelaporan keuangan.

Hal ini menimbulkan pertanyaan di dalam peneliti, yaitu bagaimana

pengusaha memahami pencatatan keuangan akuntansi didalam usaha

counter pulsa tersebut? bagaimana biaya yang digunakan untuk melakukan

promosi yang digunakan untuk menarik pelanggan?bagaimana jenis

transaksi yang dilakukan oleh counter pulsa tersebut?

Dengan penelitian ini peneliti berharap dapat mengetahui sampai

(45)

sebab pertanyaan yang ada didalam benak peneliti yang ada diatas erat

hubungannya dengan seni pencatatan bukti transaksi. Hal ini disebabkan

keadaan dilapangan yang dialami oleh peneliti ada ketidakmengertian akan

penggolongan akan transaksi dan ketidakjelasan mengenai bentuk

pencatatan keuangan yang dilakukan oleh counter pulsa tersebut, sehingga

peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat mengetahui dan

memudahkan peneliti untuk memahami bentuk pencatatan keuangan counter

pulsa tersebut.

3.3. Informan

Informan yang peneliti gunakan untuk mendapatkan informasi adalah

Bapak Sugiyono selaku pemilik usaha counter pulsa Bedjo cell, Saudara

Said adalah pengelola selaku orang menjaga usaha counter pulsa dan

sekaligus yang merangkap sebagai kasir yang masih merupakan saudara dari

Bapak Sugiyono. Selanjutnya informan dari pendamping adalah Bapak

Fajar. SE. Peneliti memilih orang-orang tersebut untuk dijadikan sebagai

informan dalam penelitian dikarenakan pekerjaan mereka berhubungan

dengan hal mengklasifikasikan, mencatat, mengikhtisarkan dan penafsiran

transaksi keuangan yang terjadi di unit usaha tersebut sebab hal-hal peneliti

sebutkan diatas adalah termasuk suatu informasi yang berguna bagi usaha

(46)

suatu aturan yang digunakan untuk mengukur kinerja dan kepuasan

pelanggan terhadap layanan yang ditawarkan.

3.4. Lokus Penelitian

Lokus yang digunakan untuk penelitian ini adalah counter pulsa di Jl.

Hayam Wuruk 408 Semanding Tuban, dengan nama usahanya adalah Bedjo

Cell. counter ini mulai beroperasi pada tahun 2005, latar belakang pendiri

dan pemilik usaha ini adalah seorang guru, yang kemudian usaha counter

pulsa tersebut dikelola oleh seorang wirausahan sejati, sebelum mengelola

usaha tersebut beliau pernah menjalankan usaha berdagang milik orang

tuanya. Beliau tertarik untuk mengembangkan usaha counter pulsa karena

melihat bahwa banyaknya masyarakat di lingkungan sekitar yang

menggunakan handpone serta adanya peluang bisnis yang menjanjikan

untuk masa depan.

3.5. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan sumber data yang diperlukan adalah :

1. Sumber data utama (primer)

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber di

dalam perusahaan, seperti bukti pembukuan transaksi dan struktur

kepemilikan usaha

(47)

Sumber data kedua merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber

lain yang terkait dengan penelitian, yang diperoleh dari studi

kepustakaan, dengan menggunakan dokumentasi dan literatur-literatur

yang berkaitan dengan permasalahan.

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.Survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan penelitian

secara umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi

yang diperlukan sehingga masalah menjadi jelas. Dalam pengumpulan

data penelitian di survei pendahuluan ini ada dua proses yang kegiatan

yang dilakukan oleh peneliti yaitu :

a. Proses memasuki lokasi (getting in)

Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti

terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik

kelengkapan administratif maupun semua persoalan yang

berhubungan dengan setting dan subyek penelitian serta mencari

relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh

pendekatan formal dan informal serta menjalin interaksi dengan

informan.

b. Ketika berada dilokasi penelitian (getting along)

Ketika berada dilokasi penelitian, peneliti melakukan komunikasi

(48)

(informan). Hal ini dilakukan sebagai kunci sukses untuk mencapai

dan memperoleh akurasi dan komprehensivitas data penelitian.

2. Survei lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pendukung

yang akurat dan relevan, dilakukan dengan :

a. Wawancara secara informal maupun formal dengan pihak-pihak

yang terkait dengan unit usaha tersebut, dengan demikian peneliti

sebagai instrumen dituntut untuk membuat responden lebih terbuka

dan leluasa dalam memberikan informasi atau data.

Selain itu, wawancara tersebut dilakukan untuk mengemukakan

pengetahuan dan pengalaman pengusaha counter pulsa terutama

yang berkaitan dengan informasi. Wawancara berlangsung secara

diskusi, obrolan santai, spontanitas (alamiah) dengan subjek peneliti

sehingga dapat ditemukan jawaban terhadap permasalahan

penelitian. Wawancara diharapkan diharapkan berjalan dengan baik

(terbuka, santai, dan mengarah dalam menjawab permasalahan

penelitian).

b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen

yang terkait dengan penelitian.

c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data-data dari literatur yang

relevan dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan

(49)

d. Observasi, dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi partisipan

untuk mengamati kegiatan pencatatan dan pengelolaan keuangan dari

bisnis counter pulsa.

3.6. Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan

Huberman dan Spradley.

Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus pada setiap tahapan penelitian sampai tuntas, dan datanya

sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu :

1. data reduction (reduksi data),

data yang diperoleh dari lokasi penelitian data lapangan dituang kan

dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terperinci. Laporan

lapangan oleh peneliti direduksikan, dirangkum dan dipillih hal-hal

yang pokok. Difokuskan pada hal-hal yang penting kemudian dicari

tema atau polanya (melalui penyuntingan, pemberian kode, pentabelan).

Reduksi data ini dilakuakn terus menerus selama proses penelitian

berlangsung.

2. data display (penyajian data)

penyajian data dimaksudkan agar memudahkan peneliti untuk melihat

(50)

penelitian. Dengan kata lain merupakan pengorganisasian data kedalam

bentuk tertentu sehingga kelihatan dengan sosoknya yang lebih utuh.

3. conclusion drawing /verification.

Verifikasi data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan secara

terus-terus sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki

lapangan dan selama proses pengumpulan data. Peneliti berusaha untuk

menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu

dengan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering

timbul yang dituangkan dalam kesimpulan-kesimpilan tentative.

Dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi secara

terus-menerus. Baru ditarik kesimpulan yang bersifat grounded . dengan kata

lain setiap kesimpulan yang dibuat senantiasa terus menerus dilakukan

verifikasi selama penelitian berlangsung.

Selanjutnya menurut Spradley teknik analisis data disesuaikan dengan

tahapan dalam penelitian. Pada tahap penjelajahan dengan teknik

pengumpulan data grand tour question, analisis data dilakukan dengan

analisis domain. Pada tahap menentukan fokus analisis data dilakukan

dengan analisis taksonomi. Pada tahap selection, analisis data dilakukan

dengan analisis komponensial. Selanjutnya untuk sampai menghasilkan

(51)

3.7. Pengujian Kredibilitas Data

Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara

(Sugiyono, 2005):

1. Perpanjangan pengamatan

Penelitian ini diperpanjang sampai dua kali, karena pada periode I, data

yang diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel. Belum

memadai karena belum semua rumusan masalah dan fokus terjawab

melalui data, belum kredibel karena sumber data masih ragu-ragu dalam

memberikan data, sehingga data yang diperoleh pada tahap I ternyata

masih belum konsisten, masih berubah-ubah. Perpanjangan pengamatan

sampai dua kali maka data yang diperoleh dirasa telah jenuh.

2. Meningkatkan ketekunan

Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan

dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian dengan

cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya.

Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan sehingga peneliti dapat

memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang

diamati.

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan

cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau

dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.

(52)

tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan

itu benar/dipercaya atau tidak.

3. Triangulasi

Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data, dan

waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang

sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi,

dan dokumentasi. Triangulasi sumber dilakukan dengan menanyakan

hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber

datanya adalah pemilik dan pegawai. Triangulasi waktu artinya

pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang,

dan sore hari. Dengan triangulasi dalam pengumpulan data tersebut,

maka dapat diketahui apakah narasumber memberikan data yang sama

atau tidak. Jika narasumber memberikan data yang berbeda, maka

(53)

46

4.1. Pendahuluan

Penelitian ini disusun dengan menggambil objek penelitian di counter

pulsa Bedjo Cell. Hal ini dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi dan

data yang lebih lengkap, lebih kredibel, lebih mendalam, kredibel, dan

bermakna sehingga peneliti merasa bahwa tujuan penelitian ini telah dicapai.

Dengan membahas permasalahan yang sama mengenai penerapan pencatatan

keuangan pada lokus ini, peneliti dapat mengkaji lebih dalam sejauhmana

pencatatan keuangan telah diterapkan pada unit usaha counter pulsa.

Counter pulsa yang menjadi lokus penelitian ini adalah counter pulsa

Bedjo Cell di jalan Hayam Wuruk no. 408 Semanding Tuban. Usaha yang

dimiliki oleh bapak Sugiyono berjumlah dua jenis, diantaranya adalah warung

internet Bejo net com dan counter pulsa Bedjo Cell. Bapak Sugiyono memilih

nama Bedjo karena Bedjo dalam bahasa jawa artinya adalah beruntung maka

pemilik berharap mengambil nama Bedjo tersebut untuk mendapat

keberuntungan, dan merupakan nama yang mudah diingat oleh orang, nama

yang aneh dan terkadang bikin orang tertawa karena nama yang dipakai

merupakan nama yang lucu lain dengan nama-nama yang yang digunakan

(54)

Awal memulai usaha counter pulsa pada tahun 2005. Pendirian ini

dilatarbelakangi dengan mengetahui usaha counter didesa setempat masih

sedikit minimal satu counter dan melihat bahwa banyak masyarakat yang

menggunakan handphone dan melihat itu pemilik melihat ini adalah peluang

usaha yang bagus. Sebelumnya Bapak Sugiyono memang tidak percaya pulsa

akan menjadi kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat karena handphone pada

waktu itu masih menjadi barang mewah yang tidak banyak dimiliki oleh

masyarakat.

Tapi sejalan dengan kemajuan telekomunikasi dan perkembangan

zaman mengakibatkan kebutuhan pulsa semakin meningkat. Dengan

ketekunan bapak Sugiyono maka usaha counter yang dijalankan sekarang

menjadi usaha yang maju. Usaha tersebut bertujuan Untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat akan pulsa dan untuk menambah pendapatan keluarga

dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Berikut pemaparan informan Sugiyono :

“Pada tahun 2005 mengetahui usaha counter didesa setempat masih sedikit minimal satu counter dan melihat bahwa banyak orang yang menggunakan hp dan melihat itu saya melihat ini adalah peluang usaha yang bagus.”

Selain usaha counter bapak Sugiyono juga mempunyai usaha warung

internet yang berdiri tahun 2009 yang modalnya berasal dari modal

keuntungan usaha counter. Latar belakang karena internet juga banyak

(55)

mencari data melainkan bisa untuk game online. Usaha warnet ini juga

mampu menambah pendapatan dan keuntungan bagi pengusaha tersebut.

4.2. Sejarah Ponsel Di Indonesia

Pada dekade tahun 70-an negara-negara maju di eropa menerapkan

teknologi seluler untuk komunikasi. Di Indonesia sendiri baru menerapkan

kecanggihan teknologi komunikasi tersebut belasan tahun kemudian. Dimulai

pada tahun 1984 teknologi seluler pertama kali hadir di Indonesia dengan

berbasis teknologi nordic mobile telephone (NMT).

Di tahun 1985-1992 ponsel mulai beredar di Indonesia, namun tidak

bisa di masukkan kedalam saku baju atau celana karena bentuknya yang besar

dan panjang, dengan berat rata2 430gram (hampir setengah kilogram).

Harga ponselnya juga tidak murah,berkisar diatas 10 juta per unit. Di

tahun ini pula baru dikenal dua teknologi seluler yaitu NMT-470, modifikasi

NMT-450.

Di akhir 1993 PT Telkom memulai proyek percontohan seluler digital

Global System for Mobile (GSM), dimulai di dua pulau, yakni Pulau Batam

dan Pulau Bintan. Di tahun 1994 PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo)

beroperasi sebagai operator GSM pertama di Indonesia, dengan mengawali

kegiatan operasinya di Jakarta dan sekitarnya. Karena GSM menggunakan

kartu SIM, maka hal itu aman dari penggandaan dan penyadapan serta mutu

(56)

Tahun 1995 proyek Telkom di Batam berlangsung sukses dan di

lanjutkan ke provinsi-provinsi di Sumatra, lalu menjadikan Telkomsel pada 26

mei 1995 sebagai operator GSM nasional bersama Satelindo.

Kemudian di Tahun 1996 Telkomsel dengan produk kartu Halo-nya

sukses di Medan, Surabaya, Bandung, dan Denpasar, kemudian masuk

Jakarta. Di penghujung tahun 1996 ini pula, PT. Excelcomindo Pratama

(Excelcom) berbasis GSM beroperasi di Jakarta sebagai operator GSM ke tiga

di Indonesia. Setelah itu di tahun 1998 Excelcom meluncurkan kartu prabayar

Pro-XL yang memberi alternatif bagi konsumen untuk memilih dengan

layanan roaming. Satelindo menyusul Telkomsel dan Excelcom dengan

meluncurkan kartu prabayar mentari, dengan keunggulan tarif dihitung

perdetik, sehingga dalam waktu singkat menjaring lebih 100.00 pelanggan.

Layanan pesan singkat, mulai di perkenalkan pada tahun 2000, dan

menjadi fenomena di kalangan pengguna ponsel, karena sangat praktis dan

murah biayanya. Di tahun ini pula PT. Indosat dan PT. Telkom mendapat

lisensi sebagai operator GSM 1800 nasional. Layanan seluler kedua BUMN

itu kemudian beroperasi pada tanggal 1 Agustus tahun 2001. Babak baru

bertelekomunikasi berlanjut di tahun 2003, yaitu dengan hadirnya Telkom

Flexi, yang mengusung teknologi CDMA 2000 1X,kemudian di belakang

Flexi ada Esia dari Bakrie Telecom, Fren & Hepi dari Mobile8, Star One dari

Indosat, Smart dari Lippo Telecom, dan terakhir Ceria dari Sampoerna

(57)

Kemudian ponsel-ponsel yang masuk ke Indonesia juga sejalan dengan

perkembangan operator-operator seluler yang telah disebutkan di atas.

Kehadiran ponsel di Indonesia dimulai dari generasi kedua, sampai generasi

ke empat. Berikut ulasan singkat tentang generasi ponsel tersebut :

a. Generasi Kedua

Ponsel generasi ini juga biasa disebut 2G hadir pada pertengahan

1990-an. Beroperasi pada jaringan GSM dengan menggunakan frekuensi

standar 900 Mhz dan frekuensi 1800 Mhz. Pada generasi ini sinyal analog

telah di ubah dengan sinyal digital.Penggunaan sinyal digital melengkapi

ponsel dengan pesan suara, panggilan tunggu dan SMS.

b. Generasi Ketiga

Ponsel generasi ini juga disebut 3G, fiturnya adalah memungkinkan

operator jaringan untuk memberi para pengguna ponsel ini memiliki

jangkauan yang lebih luas,termasuk internet dan Video call berteknologi

tinggi. Dalam 3G terdapat 3 standar untuk dunia telekomunikasi yaitu

Enhance Datarates for GSM Evolution (EDGE), Wideband-CDMA, dan

CDMA 2000. Kelemahan dari generasi 3G ini adalah biaya yang relatif

lebih tinggi, dan kurangnya cakupan jaringan karena masih barunya

teknologi ini.

c. Generasi Keempat

Ponsel generasi ini juga disebut 4G. 4G merupakan sistem ponsel yang

(58)

teknologi wireless yang telah ada termasuk wireless broadband (WiBro),

CDMA, wireless LAN, Bluetooth, dan lain-lain. Sistem 4G berdasarkan

keragaman jaringan IP, yang memungkinkan pengguna untuk

menggunakan beragam sistem kapan saja dan dimana saja.

4G juga memberikan penggunanya kecepatan tinggi, volume tinggi,

kualitas baik, jangkauan global, dan fleksibilitas utnuk menjelajahi

berbagai teknologi berbeda. Terakhir, 4G memberikan pelayanan

pengiriman data cepat untuk mengakomodasi berbagai aplikasi multimedia

seperti, video conferencing, game on-line, dan lainnya.

4.3. Perkembangan Telekomukasi di Indonesia

Dalam kurun waktu delapan tahun terakhir industri telekomunikasi

bergerak cepat. Ibarat "jet coaster", pertumbuhan industri telekomunikasi

melesat, dan menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional.

Betapa tidak jika pada tahun 1999 laju pertumbuhan sektor

telekomunikasi masih relatif kecil dibanding pertumbuhan sektor lainnya

misalnya sektor perdagangan dan manufaktur, pada tahun 2008 sektor

telekomunikasi yang merupakan bagian dari teknologi informasi dan

komunikasi (Information, Communication and Technology/ICT) ini mampu

(59)

Menurut Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, kontribusi

sektor telekomunikasi terhadap PDB terus mengalami peningkatan dan telah

mencapai 1,8 persen, lebih tinggi dibanding perkiraan lembaga survei asing

sekitar 1,3 persen.

Harus diakui dampak multiplier industri telekomunikasi di Indonesia

sangat luar biasa, karena menjadi infrastruktur penggerak seluruh sektor mulai

industri telekomunikasi itu sendiri, juga mendorong sektor perdagangan,

manufaktur, sektor usaha kecil sebagai penggerak ekonomi rakyat.

Seiring perkembangan teknologi, layanan telekomunikasi telah

menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Jika sekitar 10 tahun lalu

rata-rata seorang penduduk mengeluarkan biaya komunikasi masih relatif

kecil, belakangan dengan kasat mata seorang pengguna telepon bisa

menghabiskan pulsa hingga ratusa ribu rupiah.

Mengutip hasil riset Sharing Vision, potensi pasar telekomunikasi kian

meningkat tercermin dari hasil survei bahwa belanja komunikasi masyarakat

saat ini berkisar 10-15 persen dari penghasilan per bulan. Jika merujuk data

Badan Pusat Statistik pendapatan per kapita pada 2007 sebesar 1.946 dolar

AS, dengan kurs Rp9.500 per dolar AS maka pendapatan rata-rata penduduk

mencapai Rp18,5 juta per tahun.

Dengan itu dapat dihitung bahwa belanja komunikasi masyarakat

meliputi telepon tetap (kabel), telepon seluler, maupun internet bisa mencapai

(60)

Demikian halnya total belanja komunikasi seluruh penduduk

Indonesia yang berjumlah sekitar 230 juta orang, diperkirakan bisa mencapai

sekitar Rp 500 triliun setiap tahun.

Belum lagi biaya pembangunan infrastruktur operator telekomunikasi

yang setiap tahun dianggarkan operator telekomunikasi untuk investasi yang

mencapai total sekitar Rp 60-80 triliun setiap tahun.

Setiap pertumbuhan investasi satu persen di sektor ICT akan memberi

dampak berantai terhadap kegiatan ekonomi, sehingga mampu memberikan

kontribusi yang cukup tinggi bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Untuk itu perlu kemampuan untuk meningkatkan daya saing, terutama

dalam menghadapi tantangan global dengan berpijak pada asas kemandirian

dan kepastian hukum.

Merujuk pada besarnya potensi ekonomi yang dapat digerakkan dan

demi menangkap peluang usaha di sektor telekomunikasi maka pelaku

industri di bidang ICT meningkatkan penggunaan kandungan lokal (local

content) perangkat hingga minimal 35 persen dari saat ini yang mencapai

sekitar 20-25 persen. Diharapkan peningkatan lokal industri ICT dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Persaingan sengit tahun 2008 boleh dikatakan sebagai masa yang

sangat berat bagi industri telekomunikasi karena persaingan antar operator

(61)

Pada tahun 2008 itu pula banyak catatan penting yang menghiasi

wajah industri telekomunikasi tanah air. Registrasi data pelanggan telepon

mulai diberlakukan. Penurunan tarif interkoneksi yang ditetapkan regulator

mengimplikasikan penurunan tarif layanan komunikasi

Pada tahun 2008, industri telekomunikasi juga dikejutkan keputusan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) bahwa enam operator enam

operator telepon seluler PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL), PT Telkomsel,

PT Telkom Tbk, PT Bakrie Telecom Tbk, PT Mobile-8 Telecom, dan PT

Smart Telecom terbukti melakukan pelanggaran persaingan usaha tidak sehat

dengan melakukan kartel layanan pesan singkat (SMS) periode tahun 2004

sampai 1 April 2008.

Memasuki tahun 2009, sebagian besar kalangan masih memperkirakan

bahwa industri telekomunikasi menjadi sektor yang masih aktraktif meski

dibayang-bayangi dampak krisis keuangan global.

Salah satu proyek pemerintah dalam mengembangkan ICT ditanah air

adalah pembangunan Palapa Ring dan Unversal Service Obligation (USO)

yang diharapkan selesai pada tahun 2009 dan 2010.

Proyek Palapa Ring merupakan proyek pembangunan jaringan serat

optik nasional yang akan menjangkau 33 provinsi, 440 kota/kabupaten di

seluruh Indonesia. Direncanakan proyek ini akan menggunakan kabel laut

Referensi

Dokumen terkait

144 PENYAKIT YANG TIDAK

Dalam sistem peradilan anak pada prinsipnya tindak pidana yang dilakukan oleh.. terdakwa merupakan tanggung jawabnya sendiri, tetapi karena dalam

[r]

Ikan kerapu cantik merupakan hibrida antara betina kerapu macan E. fuscoguttatus dan jantan kerapu batik E. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perkembangan dan tingkah

Bahwa yang bersangkutan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Widya Mandala Surabaya telah melakukan Penelitian untuk Tugas Akhir dengan judul "Motivasi Mengajar

Secara normatif sudah ada Undang-Undangnya dan Peraturan Pemerintah yang terkait dengan tanggungjawab social perusahaan, namun ternyata implementasinya belum

Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, salah satu paham atau prespektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri

Beberapa karakteristik yang khas dari bahan pembelajaran tersebut adalah: (1) lengkap (self-contained) , artinya seluruh materi yang diperlukan peserta Program Guru Pembelajar